• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pemotongan fungsi psikis dan fisik pada diri anak yang ditunjang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pemotongan fungsi psikis dan fisik pada diri anak yang ditunjang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Sosial Anak 1. Perkembangan (Development)

Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pemotongan fungsi psikis dan fisik pada diri anak yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam kurun waktu tertentu menuju kedewasaan (Suherman, 2002). Menurut Harlimsyah (2007) perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada diri anak dilihat dari berbagai aspek antara lain aspek fisik (motorik), emosi, kognitif dan psikososial (bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungan). Aspek perkembangan anak yang diketahui orang tua yaitu:

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik adalah hasil dari perubahan bentuk dan fungsi dari organisme (Soetjiningsih, 1998). Perkembangan fisik berkaitan dengan perkembangan gerakan motorik yakni perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot otak (Harlimsyah, 2007). Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri misalnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga. Sedangkan

(2)

motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih, misalnya kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menulis. Perkembangan motorik kasar dan halus sangat diperlukan anak agar dapat berkembang optimal. Bedanya perkembangan motorik kasar tergantung kematangan anak sedangkan perkembangan motorik halus anak bisa dilatih. Anak yang perkembangannya kurang biasanya disebabkan stimulasi dari lingkungan yang kurang (Harlimsyah, 2007).

b. Perkembangan Emosi

Perkembangan emosi berhubungan dengan kemampuan perasaan yang tertanam sejak awal atau dini misalnya orang tua harus bisa memberikan kehangatan, sehingga anak merasa nyaman dimana anak akan belajar dari lingkungannya. Pada orang tua yang tak pernah memberi kehangatan pada anak akan mempengaruhi kemampuan berinteraksi dengan lingkungan yang berakibat anak bisa merasa takut mencoba, malu bertemu dengan orang (Harlimsyah, 2007).

Perkembangan emosi seperti aspek lain dari perkembangan berkaitan dengan umur. Ia harus belajar untuk mengatasi frustasi yang diuraikan sebagai suatu status yang bisa menimbulkan kekecewaan.

Pengendalian emosi perlu pembelajaran bagaimana mengarahkan rangsangan yang diterima dan menentukan arah yang harus dijalani.

Lingkungan yang baik akan menjamin stabilitas emosional (Sacharin,

(3)

1996). Perkembangan emosi anak mempunyai ciri khas dengan proses gerak maju mundur (Progression and Regression). Orang tua dapat membantu perkembangan anak melalui berbagai cara. Yang paling penting adalah kehidupan keluarga yang bahagia dan stabil tanpa ketegangan serta cara merawat anak yang penuh kesabaran dalam menghadapi segala macam konfliknya (Suherman, 2002).

c. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif atau proses berfikir adalah proses menerima, mengolah sampai memahami info yang diterima. Aspeknya antara lain intelegensi, kemampuan memecahkan masalah serta kemampuan berfikir logis (Harlimsyah, 2007). Kemampuan ini berkaitan dengan bahasa dan bisa dilatih sejak anak mulai memahami kata. Proses pengenalan dilakukan dengan cara bermain. Hambatan bidang kognitif bisa dilihat dari seberapa cepat atau lambat anak menangkap informasi yang diberikan, seberapa sulit anak mengungkapkan pikiran. Keterlambatan seperti ini berkaitan dengan kapasitas intelektual yang akan menjadi terbatas pula.

d. Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial dimulai pada kehidupan awal bayi.

Tersenyum dapat dianggap sebagai respon sosial. Pertama kali senyum timbul sebagai respon terhadap orang asing juga terhadap wajah yang dikenal. Peningkatan pertukaran sosial terjadi secara cepat ketika anak mulai bicara (Sacharin, 1996). Umur 6 bulan senyuman menjadi lebih

(4)

selektif, terutama senyum terhadap ibu, ayah dan saudara kandung.

Anak juga akan malu terhadap orang asing. Antara usia 2 – 3 tahun anak menunjukkan minat yang nyata untuk melihat anak lain dan berusaha mengadakan kontak sosial (Hurlock, 1998). Peran orang tua terhadap anak adalah mengajarkan cara beradaptasi dengan lingkungan.

Hambatan perkembangan sosial membuat anak mengalami kecemasan, sulit berinteraksi dengan orang yang baru dikenal, bisa juga jadi pemalu (Harlimsyah, 2007). Sebaliknya orang tua over protektif, anak menjadi sulit berpisah dengan orang tua, sulit mengajarkan sesuatu sendiri karena tidak pernah diberi kesempatan.

2. Perkembangan sosial anak

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997) menyatakan bahwa perkembangan sosial adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara terus menerus menuju pendewasaan yang memerlukan adanya komunikasi dengan masyarakat. Perkembangan sosial bagi anak sangat di perlukan karena anak merupakan manusia yang tumbuh dan berkembang yang akan hidup di tengah-tengah masyarakat. Pada masa kanak-kanak merupakan awal kehidupan sosial yang berpengaruh bagi anak, dimana anak akan belajar mengenal dan menyukai orang lain melalui aktifitas sosial. Apabila pada masa kanak-kanak ini anak mampu melakukan hubungan sosial dengan baik akan memudahkan bagi anak dalam melakukan penyesuaian sosial dengan baik dan anak akan mudah di terima

(5)

sebagai anggota kelompok sosial di tempat mereka mengembangkan diri (Hurlock, 1998).

Melalui Denver Development Screening Test (DDST) mengemukakan 4 parameter perkembangan anak yang salah satunya adalah personal sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial) yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan sosial anak adalah tahapan kemampuan anak dalam berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan (Hurlock, 1998).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak yaitu:

Menurut Hurlock (1998) faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial yaitu :

a. Faktor Keluarga

1) Hubungan antar orangtua, antar saudara antar anak dengan orangtua Hubungan anak dengan orangtua ataupun saudara akan terjalin rasa kasih sayang, dimana anak akan lebih terbuka dalam melakukan interaksi karena terjalinnya hubungan yang baik yang ditunjang oleh komunikasi yang tepat. Peran orangtua akan membimbing sang anak untuk mengenal lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

2) Urutan anak dalam keluarga (sulung/tengah/bungsu)

Urutan posisi anak dalam keluarga berpengaruh pada anak misalnya sang anak merupakan anak terakhir maka dipastikan sang anak selalu bergantung pada orangtua dan saudaranya. Jika hal ini terjadi akan berpengaruh pada tingkat kemandirian anak tersebut.

(6)

3) Jumlah keluarga

Pada dasarnya jumlah anggota yang besar berbeda dengan jumlah anggota yang sedikit. Jika dalam suatu keluarga mempunyai anak yang sedikit, maka perhatian, waktu dan kasih sayang lebih banyak tercurahkan, dimana segala bentuk aktifitas dapat di temani ataupun dibantu, Hal ini berbeda dengan anak dengan keluarga yang besar.

4) Perlakukan keluarga terhadap anak

Adanya perlakuan keluarga terhadap anak prasekolah secara langsung mempengaruhi pribadi dan gerakan sang anak, dimana dalam keluarga tertanam rasa saling perhatian, tidak kasar dan selalu merespon setiap kegiatan anak, maka dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak yang lebih baik dan terarah.

5) Harapan orangtua terhadap anak

Setiap orangtua memiliki harapan mempunyai anak yang baik, cerdas dan terarah dalam masa depannya. Harapan orang tua adalah mempunyai anak yang memiliki perkembangan sesuai dengan pertumbuhannya. Artinya bahwa perkembangan anak pra sekolah yang sekolah bertujuan mempunyai arah sesuai perkembangannya.

b. Faktor di luar keluarga

1) Interaksi dengan teman sebaya

Setiap anak jika mempunyai perkembangan yang baik, maka secara alami dapat berinteraksi dengan temannya tanpa harus disuruh atau ditemani keluarga karena anak memiliki arahan yang jelas.

2) Hubungan dengan orang dewasa diluar rumah

Jika seorang anak selalu diperkenalkan dengan lingkungan luar dan diberi arahan bergaul dengan siapa saja maka sang anak dapat

(7)

menyesuaikan lingkungan orang dewasa dimana anak tanpa malu- malu berinteraksi dengan orang yang lebih dewasa darinya.

4. Tugas Perkembangan Anak a. Pengertian

Development task adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan dan dipecahkan oleh setiap individu pada setiap periode perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan anak yang berhubungan dengan pendidikan yaitu dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan itu, manusia dapat merumuskan tujuan hidupnya. Menurut Havighurst :

“Tugas-tugas perkembangan adalah tujuan sementara pendidikan atau segala sesuatu yang harus dipecahkan dan dipelajari atau dicapai oleh anak (individu) dalam proses perkembangan hidupnya (Didik, 2006).

Tugas perkembangan juga memberikan petunjuk tentang waktu dan usaha-usaha pendidikan yang harus dilaksanakan. Tugas perkembangan menghendaki bentuk pendidikan tertentu yang menunjuk kepada materi, usaha dan metode pendidikan (Soetjiningsih, 2002).

5. Perkembangan perilaku pribadi dan sosial anak pra sekolah

Masa pra sekolah menurut Munandar (1992) merupakan masa-masa untuk bermain dan mulai memasuki taman kanak-kanak. Waktu bermain merupakan sarana untuk tumbuh dalam lingkungan dan kesiapannya dalam belajar formal ataupun informal (Gunarsa, 2004). Pada tahap perkembangan anak usia pra sekolah ini, anak mulai menguasai berbagai ketrampilan fisik, bahasa, dan anak pun mulai memiliki rasa percaya diri untuk mengeksplorasi kemandiriannya (Hurlock, 1997).

(8)

Pada usia pra sekolah perkembangan psikososial berada pada tern intiative versus guilt yaitu anak pada umur ini sangat aktif dan banyak bergerak, dimana anak mulai belajar bermasyarakat. Anak berinisiatif dalam merencanakan permainan dan melakukannya bersama teman- temannya tetapi akan timbul rasa bersalah (feeling of guilt), cemas dan takut saat anak dibatasi aktivitasnya.

Soetjiningsih (1998) menyebutkan bahwa perkembangan perilaku pribadi dan sosial anak pada umur 2-6 tahun adalah :

a. Umur 2 tahun: membuka kain, meniru-niru dirumah, menyebut diri sendiri dengan namanya, mengatakan tidak kepada ibu, cemas, perpisahan, mulai menghilang, menunjukkan rasa sayang dan protes secara terorganisasi, bermain paralele (bermain berdampingan tapi tidak berinteraksi dengan anak lain)

b. Umur 3 tahun : memasang sepatu, melepas kancing, makan sendiri dengan baik, mengerti gilirannya

c. Umur 4 Tahun : mencuci dan mengeringkan wajahnya, menggosok gigi, bermain asosiatif atau bersama (bermain dengan anak lain)

d. Umur 5 Tahun : Berpakaian atau melepas pakaian sendiri, menulis beberapa huruf, bermain permainan (latihan kompetitif)

e. Umur 6 Tahun : mengikat sepatu

6. Ciri-ciri perkembangan sosial anak umur 4-6 tahun

Menurut Piaget (1998) menyebutkan bahwa ciri-ciri perkembangan sosial anak pada umur 4-6 tahun adalah :

(9)

a. Usia 4 tahun

Perkembangan sosial anak usia 4 tahun yang seharusnya adalah : a) Sangat antusias

b) Lebih menyukai bekerja dengan 2 atau 3 teman yang dipilih c) Suka memakai baju orangtua/orang lain

d) Dapat membereskan alat permainannnya e) Tidak menyukai bila dipegang tangannya f) Menarik perhatian karena dipuji

b. Usia 5 tahun

Perkembangan sosial anak usia 5 tahun yang seharusnya adalah : a) Senang dirumah dekat dengan ibu

b) Ingin disuruh, penurut suka membantu c) Senang pergi ke sekolah

d) Gembira bila berangkat dan pulang sekolah e) Kadang-kadang malu dan sukar untuk bicara f) Bermain dengan kelompok 2 atau 5 orang

g) Bekerjanya terpacu oleh kompetesi dengan anak lain c. Usia 6 tahun

Perkembangan sosial anak usia 6 tahun yang seharusnya adalah : a) Mulai lepas dari sang ibu

b) Menjadi pusatnya sendiri

c) Sangat mementingkan diri sendiri, mau yang paling benar, mau menang, dan mau yang nomer satu

(10)

d) Antusiasme yang impulsif dan kegembiraan yang meluap-luap menular ke teman

e) Dapat menjadi faktor pengganggu di kelas

f) Ada kecenderungan berlari lepas di halaman sekolah g) Menyukai pekerjaannya dan selalu ingin membawa pulang 7. Pengukuran Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial anak berupa belajar secara bertahap untuk meningkatkan kemampuan untuk mandiri, bekerja sama dengan orang lain dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Suatu skala pengukuran yang baik untuk perkembangan sosial anak dengan mengunakan alat untuk mengumpulkan data dengan skala maturitas sosial dari Vineland (Vineland Social Maturity Scale), dimana alat tes ini mengkategorikan kemampuan motorik dan perkembangan sosial anak dari lahir sampai dewasa. Pada tes ini diperlukan jawaban atau informansi yang dapat dipercaya dari orangtua anak, mengenai perkembangan anaknya mulai dari tahun-tahun pertama sampai pada tes dilakukan. Kualitas hasil pemeriksaan tergantung pada kemampuan penguji dan ayah atau ibu yang memberi jawaban. Kegunaan skala ini adalah tes psikologi anak-anak yang mengalami deviasi perkembangan (Soetjiningsih, 1998). Skala maturitas sosial dari Vineland terbagi atas 8 kategori yaitu:

a. Self-help general (SHG): eathing and dreassing oneself

Mampu menolong dirinya sendiri yaitu makan dan berpakaian sendiri b. Self-help eating (SHE) : the child can feed himself

(11)

Mampu makan sendiri

c. Self-help dressing (SHD): the child can dress himself Mampu berpakaian sendiri

d. Self-direction (SD): the child can spend money and assume responsibilities

Mampu memimpin dirinya sendiri : mengatur keuangannya dan memikul tanggung jawab sendiri

e. Occupation (O) : the cihild does things for himself, cuts things, uses a pencil, and transfers objects

Mampu melakukan pekerjaan untuk dirinya, mengunting, menggunakan pensil, memindahkan benda-benda

f. Communication : the child talks, laughs and reads

Mampu berkomunikasi seperti berbicara tertawa dan membaca g. Locomotion (L) : the child can move about where he wants to go

Gerakan motorik : anak mampu bergerak kemanapun ia inginkan

h. Socialization (S) : the child seeks the company of others, engages in play and competes

Mampu bersosialisasi: berteman, terlibat dalam permainan dan berkompetesi

Dari 8 kategori tersebut, kemampuan bersosialisassi dan berkomunikasi sangat penting bila anak diharapkan mempunyai kemampuan perkembangan sosial yang normal.

(12)

B. Taman Kanak-Kanak

Taman kanak-kanak adalah seperangkat kegiatan belajar yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam rangka menyiapkan dan meletakkan dasar-dasar bagi pengembangan diri anak didik lebih lanjut. Kegiatan-kegiatan ini meliputi upaya pengembangan kemampuan dasar yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.

Program kegiatan belajar TK berfungsi untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya, mengenal anak kepada dunia sekitar, mengembangkan sosialisasi anak, mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak, memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmati masa bermainnya (Dep P& K, 1997).

1. Tujuan Taman Kanak-Kanak

Program kegiatan belajar TK yaitu membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap. pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya

2. Ruang Lingkup Taman Kanak-Kanak

Untuk menyederhanakan lingkup program dan menghindari tumpang tindih serta untuk memudahkan guru menyusun program pembelajaran yang sesuai dengan pengalaman mereka, maka isi program itu dipadukan dalam program kegiatan belajar yang utuh yang mencakup :

(13)

a. Program kegiatan Belajar (PKB) dalam rangka pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari di TK yang meliputi pengembangan moral pancasila, agama, disiplin, perasaan / emosi dan kemampuan bermasyarakat

b. PKB dalam rangka pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan berbahasa daya pikir daya cipta ketrampilan dan jasmani

Pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan dasar tersebut dicapai melalui tema yang sesuai dengan lingkungan anak dan kegiatan- kegiatan lain yang menunjang kemampuan yang akan dikembangkan (Dep P& K, 1997).

3. Macam Taman Kanak-Kanak

Macam-macam taman kanak-kanak menurut Dep P&K adalah sebagai berikut:

a. TK dengan jam belajar fullday school (TKIT)

Adalah TK Islam terpadu dimana sebagai tempat anak belajar membaca, menulis, berhitung dan keterampilan sekitar 7 jam dengan lingkungan seagama dengan mata pelajaran dasar dan tambahan.

Kegiatan di TKIT bervariasi antara lain pada TKIT dengan jam belajar dari jam 7.30-11.30 diluar kegiatan ekstra kulikuler kecuali hari jumat, dengan waktu pulang jam 10.45, untuk jam 7.30- 13.00 dan 7.30-15.30 (fullday school). Pada jam belajar fullday seorang anak akan berinteraksi dengan guru dan teman-temannya, sehingga

(14)

tanggung jawab guru untuk menggantikan peran asah, asih dan asuh orangtua demikian besar karena kurangnya pemenuhan hak anak akan asah asih asuh akan berdampak kepada anak terutama dalam perkembangan sosialnya.

b. TK Negeri dengan jam belajar bukan fullday school (TK Negeri)

Adalah tempat anak belajar membaca, menulis berhitung dan ketrampilan sekitar 2,5 jam dengan lingkungan yang cenderung beragam (agama yang berbeda) serta mata pelajaran dasar. Salah satu kegiatan mengajar ditentukan adanya jam belajar dimana pada TK Negeri dari jam 7.30-9.30 diluar kegiatan ekstra sekolah. Kegiatan mengajar ditentukan adanya jam belajar dimana pada TK Negeri dari jam 7.30-9.30 diluar kegiatan ekstra sekolah.

(15)

C. Kerangka Teori

Skema 2. 1. Kerangka Teori Perkembangan Sosial Anak : Sumber Suherman (2002), Harlimsyah (2007), Hurlock (1998)

E. Kerangka Konsep 2. Faktor Di luar

keluarga

a. Interaksi dengan teman sebaya

b. Hubungan dengan orang

d dil

Perkembangan Sosial Anak

Perkembangan Sosial Anak Anak TK

Negeri

Anak TKIT 1. Faktor Keluarga

a. Hubungan antara orangtua dan saudara b. Urutan anak

dalam keluarga c. Jumlah

keluarga

d. Perlakuan keluarga terhadap anak

e. Harapan orangtua terhadap

Perkembangan Sosial Anak

(16)

Skema 2. 2. Kerangka Konsep F. Variabel Penelitian

Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah variabel dependen (tergantung) yaitu perkembangan sosial anak usia 4-6 tahun, adapun variabel independennya (terikat) adalah TK dengan jam belajar fullday school (TKIT) dan TK dengan jam belajar bukan fullday school (TK Negeri) di Kabupaten Pati

G. Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan perkembangan sosial anak usia 4-6 tahun antara TK dengan jam belajar fullday school (TKIT) dan TK dengan jam belajar bukan fullday school (TK Negeri) di Kabupaten Pati

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.21 Data Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor N-gain Kemampuan Berpikir reflektif

laktat dalam medium fermentasi pada setiap perlakuan kecepatan agitasi terlihat bahwa kandungan asam laktat meningkat tajam dari jam ke- 0 sampai jam ke-24 (± 2%),

Sedangkan pada tahun ini perolehan untuk laba bersih diperkirakan tumbuh sekitar 96,5 persen menjadi Rp160,1 miliar dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya sebesar

Sebagai contoh Dewa Ra memiliki kepala seekor burung elang yang disucikan baginya karena kecepatan terbangnya di angkasa.. Hathor, sebagai dewi cinta dan tawa,

Penelitian ini bertujuan untuk melihat analisis penguasaan konsep awal siswa dan hasil belajar Fisika siswa pada pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Pasir vulkanik Gunung Merapi yang telah diaktivasi diharapkan mampu Pasir vulkanik Gunung Merapi yang telah diaktivasi diharapkan mampu digunakan sebagai adsorben

pada kondisi tertentu saat digunakan. 5,27,29,31,38 5,27,29,31,38 Ide dasar mikroenkapsulasi Ide dasar mikroenkapsulasi berasal dari sel, yaitu permeabilitas selektif

Adapun rekomendasi yang dapat diberikan adalah : (a) dalam kegiatan penerimaan siswa baru, kepala sekolah hendaknya bermusyawarah dengan guru mengenai kriteria apa