• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) BERDASARKAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) BERDASARKAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HAK TANGGUNGAN (SKMHT)

Hb. Sujiantoro1

Fakultas Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang

Abstrak :

Perbankan Indonesia yang fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembiayaan pembayaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Salah satu hal yang yang sangat penting dalam pemberian kredit adalah pengikatan jaminan. Perjanjian KPR (Kredit Pemilikan Rumah) adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur untuk dipergunakan membeli atau membayar sebuah bangunan untuk rumah tinggal berikut dengan tanahnya untuk dimiliki, dan dalam perjanjian tersebut pihak debitur memberikan jaminan berupa tanah dan rumahnya yang dibeli melalui fasilitas kredit bank Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah (UUHT), maka memiliki landasan yang kuat bagi berlakunya Hak Tanggungan yang mengatur tentang pengikatan yang bisa dilaksanakan oleh perbankan untuk menjamin adanya kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam kegiatan perbankan, baik bagi kreditur maupun debitur.

Pasal 15 ayat (3) dan (4) UUHT menjelaskan bahwa: Ayat (3) : Surat Kuasa Membeban kan Hak Tanggungan mengenai hak atas tanah yang sudah terdaftar wajib dikuti dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah diberikan . Ayat (4) : Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan mengenai hak atas tanah yang belum terdaftar wajib diikuti dengan dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah diberikan. Mengenai batas waktu penggunaan SKMHT, diatur dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 22 Tahun 2017 ten tang Penetapan Batas Waktu Penggunaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan Untuk Menjamin Pelunasan Kredit Tertentu Upaya penyelesaian oleh kreditur terhadap debitur yang cidera janji (wanprestasi), dapat dilakukan melalui 2 (dua ) jalur, yaitu upaya penyelesaian diluar hukum (non litigasi) dan upaya penyelesaian hukum (litigasi)

Kata Kunci : SKMHT, Perjanjian KPR, Upaya Penyelesaian.

Abstract :

Indonesian banking, whose main function is as a collector and distributor of public funds, has a very important role in the process of financing mortgage payments. One of the most important things in providing credit is the binding of collateral. Mortgage agreement (House Ownership Credit) is a credit given by the bank to the debtor to be used to buy or pay for a building for a residential house along with the land to be owned, and in the agreement the debtor provides collateral in the form of land and his house purchased through a bank credit facility. The promulgation of Law Number 4 of 1996 concerning Mortgage on Land and Objects Related to Land (UUHT), has a strong basis for the enactment of Mortgage which regulates binding that can be carried out by banks to ensure legal certainty and protection. law in banking activities, both for creditors and debtors.

Article 15 paragraphs (3) and (4) of the UUHT explain that: Paragraph (3): Power of attorney to impose Mortgage on land rights that have been registered must be followed by a Deed of Granting Mortgage no later than 1 (one) month after being granted. Paragraph (4) : Power of

1 Alamat Korespondensi : sujiantoro1961@gmail.com

(2)

Regarding the time limit for the use of SKMHT, it is regulated in the Regulation of the Minister of Agrarian Affairs and Spatial Planning/Head of the National Land Agency Number 22 of 2017 concerning Stipulation of the Deadline for the Use of Power of Attorney for Imposing Mortgage Rights to Guarantee the Repayment of Certain Credits Efforts to settle by creditors against debtors who default (default) , can be done through 2 (two) channels, namely efforts to settle outside the law (non-litigation) and legal settlement efforts (litigation).

Keywords: SKMHT, KPR Agreement, Settlement Efforts.

A. Pendahuluan

Bertambahnya jumlah pendu duk membawa dampak pada peningka tan kuantitas maupun kualitas kehidu pan manusia akan pemenuhan kebutu han hidupnya, terlebih kebutuhan ru mah sebagai tempat tinggal. Untuk memenuhi kebutuhan akan rumah tinggal tersebut tentunya dilakukan dengan berbagai cara dan upaya untuk dapat memilikinya, salah satunya dila kukan melalui proses Kredit Pemili kan Rumah (KPR) kepada bank (kre ditur).Perbankan Indonesia yang fung si utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat memiliki peran yang sangat penting dan menen tukan dalam proses pembangunan di bidang perumahan. Dengan demikian diperlukan adanya ketersediaan dana yang cukup besar untuk memenuhi fasilitas kredit bagimasyarakat yang membutuhkan.

Pemenuhan kebutuhan akan pe rumahan ini, sejalan dengan tujuan pembangunan nasional, yakni untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Repu blik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945).

Untuk menjamin kepastian hu kum dan memberikan rasa amanserta perlindungan hukum bagi semua pi hak yang terkait dalam lalu intas per

kreditan, maka dipelukan adanya sua tu lembaga hak jaminan yang kuat sehingga dapat memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang berke pentingan.

Telah diundangkannya Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Deng an Tanah (yang dikenal dengan UU HT), maka memiliki landasan yang kuat bagi berlakunya Hak Tanggung an, mengatur tentang pengikatan yang bias dilaksanakan oleh perbankan un tuk menjamin adanya kepastian hu kum dan perlindungan hokum dalam kegiatan perbankan

.

B. Pembahasan

1. Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Hak Tanggung an (HT) ,dan Surat Kuasa Mem bebankan Hak Tanggungan (SKMHT)

Mariam Darus Badrulzaman2 mengatakan bahwa: "Perjanjian kre dit bank adalah perjanjian pendahu luan dari penyerahan uang Perjanjian pendahuluan ini merupakan hasil pe mufakatan antara pemberi dan peneri ma pinjaman mengenai hubungan

2 Mariam Darus Badrulzaman.

1983, Perjanjian Kredit, Bandung, Alumni. Hlm. 22

(3)

hukum antara kedua nya yang menim bulkan hak dan kewajiban. Penyera han uang bersifat riil, dan pada saat penyerahan uang dilakukan barulah berlaku ketentuan yang dituangkan dalam perjanjian kredit oleh kedua be lah pihak. Ketentuan yang berlaku dalam perjanjian kredit adalah keten tuan yang ditetapkan sendiri oleh pa ra pihak dan ketentuan umum dalam Buku IlI KUHPerdata.

Lebih lanjut Mariam Darus Bad rulzaman3, menyebutkan bahwa per janjian kredit mempunyai fungsi: 1) Sebagai perjanjian pokok maksudnya perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan ada tidaknya per janjian lain yang mengikutnya, misal nya pengikatan jaminan, 2) Memberi kan batasan-batasan mengenai hak dan kewajiban antara kreditur dan de bitur, 3) Sebagai alat untuk memo nitoring kredit.

Melalui hasil monitoring terse but bank dapat menghentikan kredit dengan segera atau pada waktu yang ditentukan oleh bank. Selanjutnya me nurut Mariam Darus Badrulzaman4, penghentian ini dilakukan oleh bank jika: a) Pihak debitur oleh bank diang gap telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syarat-sya rat persetujuan/perjanjian tersebut, b) Menurut bank, nilai barang yang di tanggungkan sudah tidak mencukupi lagi, c) Dalam hal pihak debitur ada lah sebuah badan hukum/perusahaan, maka jika menurut bank badan hu kum/perusahaan tersebut telah dihen tikan atau tidak akan dapat mem beri kan pelunasan.

3 Ibid hlm 28

4 Ibid hlm 31

Beberapa macam kredit yang dikenal di Indonesia menurut Hasanu din Rahman5 adalah:

1. Menurut Tujuannya

a. Kredit Konsumtif yaitu kredit yang diberikan untuk atau membeli barang-barang dan kebutuhan memperoleh kon sumsi atau keperluan memenu hi tuntutan hidup

b. Kredit Produktif yaitu kredit yang diberikan untuk memper lancar jalannya proses produk si

2. Menurut Jangka Waktunya

a. Kredit jangka pendek, berjang ka waktu maksimum 1 tahun b. Kredit jangka menengah, ber

jangka waktu antara 1 sampai dengan 3 tahun

c. Kredit jangka panjang, ber jangka waktu lebih dari 3 tahun

3. Menurut Jaminannya

a. Kredit tanpa jaminan atau sering disebit Blangko

b. Kredit dengan jaminan yaitu pemberian kredit dengan jami nan dari debitur berupa harta benda atau surat berharga atau jaminan perorangan.

Berdasarkan penggolongan kre dit tersebut di atas, maka Kredit Pemi likan Rumah (KPR) termasuk kredit konsumtif, karena diberikan kepada debitur untuk membeli rumah seba gai tempat tinggal.

Perjanjian KPR (Kredit Pemili kan Rumah) adalah kredit yang dibe

5 Hassanudin Rahman. 1995, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kre dit Perbankan di Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti. Hlm. 109

(4)

rikan oleh bank kepada debitur untuk dipergunakan membeli atau memba yar sebuah bangunan untuk rumah tinggal berikut dengan tanahnya un tuk dimiliki, dan dalam perjanjian tersebut pihak debitur memberikan jaminan berupa tanah dan rumahnya yang dibeli melalui fasilitas kredit bank6. Ini sejalan dengan Pasal 3 UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perban kan sebagaimana yang telah diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana ma syarakat.

Dalam perjanjian Kredit Pemili kan Rumah (KPR), terdapat tiga pihak yang terkait: a) Debitur, dalam hal ini adalah konsumen yang mem beli rumah dibangun oleh pihak deve loper dengan dana yang dipinjami oleh bank b) Kreditur, adalah bank yang berfungsi sebagai pihak penyan dang dana kemudian dipergunakan dana yang memberikan fasilitas kre dit yang yang dibangun oleh pihak debitur untuk membayar rumah peng embang oleh pihak developer, c) Developer yaitu pihak pengembang yang membangun rumah atau bangu nan lain dengan tujuan untuk dijual kepada kepada pemilik baik tunai maupun kredit. Untuk menjamin pem bayaran kredit sesuai dengan keten tuan perjanjian kredit, debitur menye tujui memberikan rumah dan yang dibeli dengan kredit bank tersebut.

Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak

6 Edy Putra TjeAman, Mgs. 1985, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Yogyakarta, Liberty. Hlm. 1

atas tanah berikut atau tidak berikut benda-benda lain pada yang merupa kan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang diuta makan kepada kreditur tertentu ter hadap kreditur-kreditur lain (Sutan Remi Sjahdeni, 1999:117).

Menurut Maria S.W. Sumar djono7, pada mulanya Hak Tanggung an berasal dari Hak Hipotik yang merupakan komponen hukum dan bagian dari hukum benda yang secara substansial diatur dalam Buku II KUHPerdata, kemudian untuk selan jutnya HakTanggungan diatur dalam UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan De ngan Tanah (UUHT).

Pasal 1 ayat (1) UUHT men jelaskan : Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya dise but Hak Tanggungan, adalah hak jami nan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan sa tu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang mem berikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.

7 Sumardjono Maria S.W. 1996, Pemahaman Awal Prinsip-Prinsip UUHT, dalam Seminar menyongsong berlakunya UU Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan dengan Tanah, 11 September 1996, ‘ Yogyakarta, F.H.UGM. hlm. 9

(5)

Dari ketentuan yang tertuang dalam Pasal 1 Ayat (1) UUHT ini dapat disimpulkan bahwa Hak Tang gungan terdiri dari beberapa unsur po kok, yaitu:

1. Hak Tanggungan adalah hak jami nan pelunasan hutang,

2. Obyek Hak Tanggungan adalah hak-hak atas tanah sesuai yang ada di dalam UUPA,

3. Hak Tanggungan dapat dibeban kan atas tanahnya saja, tetapi dapat juga dibebankan berikut dengan benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut,

4. Hutang yang dijaminkan adalah suatu hutang tertentu,

5. Memberikan kedudukan yang diu tamakan kepada kreditur tertentu daripada kreditur lain.

Selanjutnya dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2) UUHT disebutkan bahwa yang dapat dijadikan obyek Hak tanggungan adalah hak atas ta nah yang terdiri dari:

1. Hak Milik, 2. Hak Guna Usaha, 3. Hak Guna Bangunan,

4. Hak Pakai atas tanah negara yang menurut sifatnya wajib didaftar kan dan dapat dipindahtangankan

Sebelum diundangkannya UU HT, jarang sekali digunakan Surat Kuasa Memasang Hipotik (SKMH) dalam praktek perbankan, karena beberapa alasan yang menyebabkan debitur merasa keberatan, antara lain karena biaya mahal dan prosesnya relatif lama.

UUHT memberikan kemudahan apabila debitur tidak dapat hadir diha dapan Notaris atau PPAT,dalam Pa

sal 15 ayat (1 ) disebutkan bahwa Su rat Kuasa Membebankan Hak Tang gungan wajib dibuat dengan akta notaries atau akta PPAT dan meme nuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Tidak memuat kuasa untuk mela

kukan perbuatan hukum lain dari pada membebankan Hak Tang gungan

2. Tidak memuat kuasa substitusi.

3. Mencantumkan dengan jelas ob yek Hak Tanggungan, jumlah utang, dan nama serta identitas krediturnya, nama dan identitas debitur apabila debitur bukan pemberi Hak Tanggungan.

Selanjutnya Pasal 15 ayat(3) dan (4) menjelaskan bahwa: Ayat (3) :Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan mengenai hak atas tanah yang sudah terdaftar wajib dikuti dengan Akta Pemberian Hak Tang gungan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah diberikan Ayat (4) : Surat Kuasa Membebankan Hak Tang gungan mengenai hak atas tanah yang belum terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tang gungan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah diberikan.

Dalam Penjelasan UUHT Pa sal 15 ayat (5), dinyatakan demikian:

Dalam rangka pelaksanaan pem bang unan dan mengingat kepentingan go longan ekonomi lemah, untuk pem berian kredit tertentu yang ditetapkan Pemerintah seperti kredit program, kredit kecil, kredit pemilikan rumah, dan kredit lain yang sejenis, batas waktu berlakunya Surat Kuasa Mem bebankan Hak Tanggungan sebagai mana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) tidak berlaku. Penentuan batas waktu berlakunya Surat Kuasa

(6)

tuk jenis kredit tertentu tersebut dilakukan oleh Menteri yang berwe nang di bidang pertanahan setelah Mengadakan koordinasi dan konsul tasi dengan Menteri Keuangan, Guber nur Bank Indonesia, dan pejabat lain yang terkait.

Mengenai batas waktu penggu naan SKMHT ini, menurut Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Ke pala Badan Pertanahan Nasional No mor 22 Tahun 2017 tentang Peneta pan Batas Waktu Penggunaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggung an Untuk Menjamin Pelunasan Kredit Tertentu sebagai pengganti dari Pera turan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1996, yang secara singkat membahas tentang Jangka Waktu Berlakunya Surat Kuasa Membeban kan Hak Tanggungan (SKMHT") sebagai berikut:

1) Surat0Kuasa0Membebankan Hak Tanggungan0(SKMHT) berlaku sampai0dengan0berakhirnya0Per janjian0Pokok0

a. Kredit/Pembiayaan/Pinjaman untuk nasabah Usaha Mikro dan Usaha Kecil (usaha pro duktif milik perserorangan dan/atau Badrulzaman, badan usaha perorangan): Kredit/

Pembiayaan/Pinjaman untuk pengadaan rumah (kepemili kan atau perbaikan)0dengan luas0tanah0maks02000m² dan luas0bangunan0maks0700m²:

b. Kepemilikan0atau0perbaika Kapling Siap Bangun dengan luas0tanah054-720m²0dan kre dityang0diberikan0untuk mem biayai0bangunannya: Kredit/

Pembiayaan/Pinjaman produk

an Rp200 juta ;

2) Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (0SKMHT0) 0berla ku0sampai030 (tiga) 0bulan, ter hadap0hak0atas0tanah0yang serti pikatnya dalam pengurusan0deng an0kriteria0sebagai0berikut0:

a. Kredit/ Pembiayaan/ Pinjaman produktif untuk0usaha0mikro/

usaha0kecil dengan plafon kre dit050-250 juta.

b. Kredit/Pembiayaan/ Pinjaman pengadaan0RUKO oleh Usaha Mikro/ Usaha0Kecil dengan paling luas sebesar 200 m² dan luas0bangunan0paling luas se besar0700m²0dengan plafon ti dak melebihi Rp2500juta yang dijamin dengan0hak atas tanah yang0dibiayai pengadaannya dengan0kredit/pembiayaan/pin jaman tersebut

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 22 Tahun 2017 ini diterbitkan guna menghindari habis nya jangka waktu SKMHT yang ber akibat akan tidak adanya tanggungan/

jaminan atas pelaksanaan Kredit/Pem biayaan/Pinjaman dan sangat berpo tensi besar terjadinya permasalahan antar Nasabah dan Bank khususnya dari sisi Perbankan.

2. Penyelesaikan Yang Dilakukan Kreditur Sebagai Pemegang SKMHT dalam hal debitur ci dera janji

Fasilitas0Kredit0Pemilikan0Ru mah0 (KPR) 0diberikan0oleh kreditur (bank) kepada0debitur0dimaksudkan untuk0membeli0rumah0yang0telah di bangun0oleh0developer, untuk selan

(7)

jutnya rumah dan tanah tersebut digu nakan sebagai jaminan kredit yang telah diberikan oleh bank.

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa0dalam0perjanjian KPR,debitur cukup dengan membuat SKMHT saja tanpa harus diikuti dengan pem buatan APHT, dengan alasan bahwa tanah dan rumah yang dijaminkan tersebut hak kepemilikannya masih belum0atas0nama0pemberi hak0 tang gungan. Jadi, sepanjang perjanjian KPR berlangsung maka SKMHT tersebut masih berlaku tanpa diikuti dengan pembuatan APHT, sehingga dengan demikian pihak kreditur me rasa sudah cukup terjamin apabila suatu saat pihak debitur melakukan cidera janji (wanprestasi). Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor14/15/

PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Sesuai dengan Pera turan Bank Indonesia (PBI) tersebut, kualitas kredit dan SE BI No.7/3/DPN tanggal 31 Januari 2005 perihal Peni laian Kualitas Aktiva Bank Umum ditetapkan berdasarkan factor penilai an sebagai berikut : prospek usaha, kinerja (performance) debitur, dan kemampuan membayar

Prospek Usaha

Penilaian0terhadap prospek usa ha0meliputi0penilaian0terhadap kom ponen-komponen0: potensi pertumbu han0usaha, kondisi0pasar0dan0posisi debitur0dalam persaingan,kualitas ma najemen0dan0permasalahan yang ber kaitan dengan tenaga0kerja, dukung an dari perkumpulan datau afiliasi dan berbagai hal yang diupayakan oleh debitur untuk memelihara ling kungan sekitarnya.

Kinerja (Performance) Debitur Penilaian0terhadap kinerja (per formance) debitur terdiri atas penilai an mengenai tingkat keberhasilan pe masarannya, dilihat dari perolehan ke untungan, kekuatan modal usahanya, arus kas dan juga resiko pasar yang dimiliki.

Kemampuan Membayar

Penilaian0terhadap kemampuan membayar0meliputi penilaian terha dap0komponen-komponen: ketepatan pembayaran0pokok0dan0bunga, keter sediaan0dan0keakuratan informasi ke uangan debitur, kelengkapan doku mentasi0kredit, kepatuhan terhadap perjanjian0kredit;0kesesuaian penggu naan0dana, kewajaran sumber pemba yaran0kewajiban.

Dengan demikian0kualitas0kre dit0ditetapkan0menjadi Lancar,dalam Perhatian0Khusus, Kurang0Lancar, di ragukan, dan Macet. Sehingga0peneta pan0kualitas0kredit0hanya dapat dida sarkan pada ketepatan pembayaran be rikut0:

1. Lancar0(Kolektibilitas01), apa bila tidak terdapat tunggakan pem bayaran pokok dan/atau bunga.

2. Dalam0Perhatian0Khusus0 (Kolektibilitas02), apabila0terda pat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga sampai dengan 900hari0.

3. Kurang0Lancar (Kolektibilitas 3),0apabila0 terdapat0 tunggakan pem bayaran0pokok0dan/atau0bu nga0sampai0dengan01200hari0.

4. Diragukan0 (Kolektibilitas04), apabila0terdapat0tunggakan pem bayaran0pokok0dan0atau0 bunga sampai0dengan01800hari0.

(8)

5. Macet (kolektibiltas05), apabila terdapat0 tunggakan0pembayaran pokok dan/ataubunga0di atas 180 hari.

Kredit akan0digolongkan berma salah0 (Non0Performing0Loan/NPL) apabila0telah0masuk0dalam0 kualitas Kurang Lancar,0Diragukan, 0dan Ma cet. Tujuan0klasifikasi0tersebut, anta ra0lain0untuk0menetapkan0tingkat ca dangan0potensi0kerugian0akibat kre dit0bermasalah. Tujuan dari pada0pe netapan0kolektibilitas0 kredit0 adalah untuk0mengetahui0kualitas0kredit, se hingga0bank0dapat mengantisipasi re siko kredit secara0dini0karena0resi ko0kredit dapat0mempengaruhi ke langsungan usaha0bank. 0Sedangkan anggunanya adalah untuk0menetap kan0tingkat0cadangan0potensi kerugi an0akibat0kredit0bermasalah.0

Menurut Pasal 1234 KUHPer data, tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesu atu.

J. Satrio8 menjelaskan bahwa wanprestasi adalah suatu keadaan di mana debitur tidak memenuhi janji nya atau tidak memenuhi sebagaima na mestinya dan kesemuanya itu dapat dipersalahkan kepadanya. Un tuk itu, wanprestasi0bisa0berwujud : debitur0sama0sekali0tidak berpresta si, debitur0keliru0berprestasi, dan0de bitur0terlambat0berprestasi0.

Apabila0kredit0macet0 tersebut terjadi0karena0 debitur0 tidak0melak sanakan prestasinya0sebagaimana0ter

8 Satrio, J.,2002, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tang gungan, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti. Hlm 122

dapat0dalam0perjanjian0kredit, maka sebelum0melakukan0eksekusi barang jaminan, debitur0harus0terlebih dahu lu0dinyatakan wanprestasi, 0yang0di lakukan0melalui0putusan pengadilan.

Untuk0itu0kreditur0harus menggugat debitur0atas0dasar0wanprestasi.

Akan0tetapi0sebelum0 menggu gat0debitur0,0kreditur0harus0 melaku kan0somasi0terlebih0dahulu0yang isi nya0agar0debitur0memenuhi prestasi nya. Apabila0debitur0tidak0juga0me menuhi0prestasinya, maka kreditur da pat0menggugat0 debitur0 atas0 dasar wanpretasi, dengan manaapabila peng adilan0memutuskan0bahwa debitur te lah0wanprestasi,maka0 kreditur dapat melakukan eksekusi0atas barang jami nan yang0diberikan0oleh0debitur.

Jadi,0dapat0 atau0 tidaknya0ba rang0jaminan0dieksekusi tidak hanya bergantung0pada0apakah0jangka wak tu0pembayarankredit telah lewat atau tidak. Akan0tetapi, 0apabila0debitur melakukan prestasi yang0 tidak0 sesu ai dengan0yang0diperjanjikan, itu0ju ga merupakan bentuk wanprestasi (ke liru berprestasi 0atau 0melakukan0ti dak0sebagaimana yang diperjanjikan) dan0dapat0membuat0kreditur berhak untuk0melaksanakan0haknya mengek sekusi0barang0jaminan.

Upaya penyelesaian oleh kredi tur terhadap debitur yang cidera janji (wanprestasi), dapat dilakukan mela lui 2 (dua) jalur, yaitu upaya penyele saian diluar hukum (non litigasi) dan upaya penyelesaian hukum (litigasi).

Muhamad Djumhana9 pada in tinya0mengatakan0 bahwa0 mengenai

9 Djumhana, Muhamad, 1993, Hukum Perbankan Di Indinesia, Ban dung, PT.Citra Aditya Bakti. Hlm. 553- 573

(9)

kredit bermasalah dapat dilakukan0pe nyelesaian0secara administrasi perkre ditan,0dan0 terhadap0 kredit0yang0su dah0pada0tahap0kualitas macet maka penanganannya0lebih ditekankan0 me lalui0beberapa0upaya0yang0lebih ber sifat0pemakaian kelembagaan hukum (penyelesaian0melalui0jalur0hukum).

Selanjutnya Muhamad0Djumha na0mengatakan bahwa0penyelesaian secara administrasi perkreditan antara lain0: 0

1. Penjadwalan0kembali0 (reschedu ling),0masa0tenggang, baik0meli puti0perubahan0besarnya0 angsu ran0maupun0tidak; 0

2. Persyaratan0kembali0 (reconditio ning),0yaitu0perubahan0sebagian atau0seluruh0syarat-syarat0kredit yang0tidak0terbatas0pada peruba han0jadwal0pembayaran, jangka waktu,dan0atau0persyaratan lain nya0sepanjang0 tidak menyang kut0perubahan0maksimum saldo kredit0dan0konversi seluruh atau sebagian dari0pinjaman0 menjadi penyertaan0bank0; 0

3. 0Penataan kembali (restructuring), yaitu0perubahan syarat-syarat kre dit0berupa0 penambahan0 dana bank;dan/atau0 konversi0 seluruh atau0sebagian0tunggakan0 bunga menjadi0pokok0kredit0baru, dan/

atau0konversi0seluruh0atau0seba gian0dari0kredit0menjadi0penyer taan0dalam0perusahaan0. 0

Sedangkan,0penyelesaian0mela lui0jalur0hukum0antara0lain0: 0

1. Melalui0Panitia Urusan0 Piutang Negara0;

2. Melalui0badan0peradilan0;

3. Melalui0arbitrase0atau0Badan Al ternatif0Penyelesaian0Sengketa

C. Penutup

Dari uraian di atas dapat disim pulkan bahwa :

1. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) tidak me miliki fungsi eksekutorial, sehing ga harus dilanjutkan/diikuti deng an Akta Pemberian Hak Tang gungan (APHT).

2. Penyelesaikan oleh Kreditur da lam hal debitur cidera janji, dapat dilakukan dengan upaya : Diluar hukum (Non litigasi) dan melalui jalur hukum (litigasi). Jalur di luar hukum, melalui : penjadwa lan kembali (rescheduling), per syaratan kembali (reconditioning) dan penataan kembali (restructu ring). Sedangkan melalui jalur hukum, dapat dilakukan dengan melalui Panitia Urusan Piutang Negara, Badan peradilan, dan melalui arbitrase atau Badan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Daftar Pustaka A. Buku

Badrulzaman, Mariam Darus, 1983, Perjanjian Kredit, Bandung, Alumni.

Djumhana, Muhamad, 1993, Hukum Perbankan Di Indinesia, Ban dung, PT.Citra Aditya Bakti.

Maria S.W. Sumardjono, 1996, Pema haman Awal Prinsip-Prinsip UUHT, dalam Seminar me nyongsong berlakunya UU Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan dengan Tanah, 11 September 1996, ‘ Yogyakarta, F.H.UGM.

Rahman, Hassanudin, 1995, Aspek- Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di

(10)

Aditya Bakti.

Sjahdeni, Sutan Remi, 1999, Hak Tanggungan Asas-Asas Keten tuan-ketentuan Pokok Dan Masalah yang Dihadapi Oleh Perbankan, Alumni, Bandung.

Satrio, J.,2002, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan, Bandung, PT.

Citra Aditya Bakti.

Satrio, J, 1999, Hukum Perikatan-Peri katan Pada Umumnya, Ban dung, Alumni.

TjeAman, Mgs. Edy Putra., 1985, Kredit Perbankan Suatu Tin jauan Yuridis, Yogyakarta, Li berty.

B. Peraturan Perundang-Un dangan:

Kitab Undang Undang Hukum Per data (KUHPer)

Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan atas Tanah Be serta Benda-Benda yang Berka itan dengan Tanah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Un dang Nomor 7 Tahun 1992 Ten tang Perbankan.

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasi onal Nomor 22 Tahun 2017 tentang Penetapan Batas Waktu Penggunaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan Untuk Menjamin Peluna san Kredit Tertentu.

.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Nutrisi Pada Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Ngrandu Kabupaten Ponorogo

Populasi kera-kera juga cukup banyak di kawasan ini dan merupakan salah satu jenis yang sangat berpotensi untuk dikembangkan.. Jenis ini menarik sebagai tanaman hias

dialami guru fisika dalam membuat media ajar dengan pemanfaatan mikrokontroler sebagai bahan pembuatan media ajar adalah sebagai berikut: guru fisika memiliki

Berdasarkan klasifikasi diagnosis, sebagian besar pasien terdiagnosis UAP, NSTEMI, dan STEMI memiliki riwayat hipertensi, dimana didapatkan prevalensi kasus UAP dengan

Based on the graph composed of two rounds of minimum spanning trees (MST), the proposed method (2-MSTClus) classifies cluster problems into two groups, i.e.. separated cluster

Hasil penelitian menunjukan, pada gedung tipe ruko penghematan energi terbaik diperoleh Kaca 1 dengan luas bukaan jendela 40% untuk orientasi Barat, 40% untuk orientasi

Dengan demikian, dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan dengan meningkatkan keterampilan manajerial kepala sekolah

Buku ini disusun dalam rangka revisi buku Pedoman Pelayanan Rumah Sakit kelas B 1, B2, C 1, C2 dan D yang diterbitkan tahun 1986 dan buku Standar Peralatan, Ruang