• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUNTING KARANGAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LATIHAN PADA SISWA KELAS VIII.C SMPN 1 KUALA T.A 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUNTING KARANGAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LATIHAN PADA SISWA KELAS VIII.C SMPN 1 KUALA T.A 2014/2015"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Meningkatkan kemampuan … (Siswoyo., 203-209) 203 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUNTING KARANGAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LATIHAN PADA SISWA KELAS

VIII.C SMPN 1 KUALA T.A 2014/2015 Gunawan, S.Pd

SMPN 1 Kuala Gunawan_spd@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas VIII.C SMPN 1 Kuala. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sering kali siswa melakukan kesalahan kalimat yang digunakan siswa, yaitu struktur kalimat yang tidak teratur, koherensi (kepaduan) yang tidak kompak, dan hubungan antar kalimat yang tidak logis. Data awal nilai rata-rata siswa adalah 53,80 tergolong kurang (41–55) dan jumlah siswa yang tuntas hanya 3 orang atau 12% dari 25 orang siswa. Rata-rata nilai siswa setelah mengerjakan latihan pada LKS pada siklus I meningkat menjadi 62,26 tergolong cukup (56–70) dan siswa yang tuntas belajar 15 orang. Pada siklus kedua nilai rata-rata siswa meningkat lagi mencapai 88,64 berkategori baik sekali (86–100). Sementara itu, nilai rata-rata kelas pada ulangan harian pada siklus I 56,80 berkategori cukup (56–70) dan pada siklus kedua skor rata-rata klasikalnya 76,00 berkategori baik (71–85). Hasil ini membuktikan bahwa penerapan teknik latihan dapat meningkatkan kemampuan siswa menyunting karangan.

Kata kunci: kemampuan menyunting karangan, teknik latihan, Bahasa

Indonesia

Abstract

This classroom action research was conducted in SMPN 1 Kuala class VIII.C. The research was derived from the students’ frequent mistakes in constructing sentence structure, coherence, and logical sentence relationship. The entry data showed that the students’ average score was 53.80 classified as low (41-55) and the number of students who passed the mastery learning only 3 or 12% of 25 students. The average score of students after doing the exercises in student worksheets in the first cycle increased to 62.26 categorized as fair (56-70) and 15 students passed the mastery learning. In the second cycle the average score increased to 88.64 categorized as very good (86-100). Meanwhile, the class average score of daily test in the first cycle was 56.80 at fair category (56-70) and increased in the second cycle to 76.00 at good category (71-85). The result proved that the application of drilling technique could improve the students’ ability to edit essay.

Keywords: editing essay ability, drilling technique, Indonesian

A. Pendahuluan

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik

(2)

Meningkatkan kemampuan … (Siswoyo., 203-209) 204

secara lisan maupun tertulis. Untuk mewujudkannya, mata pelajaran bahasa Indonesia diprogramkan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Menulis merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Karenanya fungsi aktif menulis menempati urutan terpenting dalam pengajaran kemampuan berbahasa Indonesia, di samping aspek kemampuan berbahasa lainnya.

Bentuk sederhana gagasan yang akan dikomunikasikan sebenarnya yang diharapkan kepada siswa adalah kemampuan mereka untuk memilih kata yang tepat dan sesuai. Selain itu siswa juga dituntut untuk mempunyai kemampuan menghubungkan suatu kalimat dengan kalimat lain secara padu. Selanjutnya, kepada siswa juga diharapkan untuk menghubungkan satu paragraf dengan paragraf lainnya sehingga tercipta sebuah karangan yang logis. Bukan hanya itu, kepada siswa juga dituntut menulisnya sesuai dengan aturan yang berlaku. Persoalan seperti yang dipaparkan inilah yang sebenarnya menjadi dilema yang dihadapi dalam pendidikan kita saat ini, yaitu persoalan bagaimana kemampuan siswa menata paragraf melalui penyuntingan karangan.

Paragraf merupukan perangkap kalimat yang saling terhubung, sehingga mencerminkan satu kesatuan gagasan yang mengarah pada gagasan pokok. Senada dengan hal ini, Tarigan (1986: 11) mengatakan, “Paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan”.

Berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru bidang studi bahasa Indoensia di SMPNegeri 1 Kuala Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat seringkali siswa melakukan kesalahan kalimat yang digunakan siswa, yaitu struktur kalimat yang tidak teratur, koherensi (kepaduan) yang tidak kompak, dan hubungan antar kalimat yang tidak logis.

Bertolak dari betapa pentingnya menata paragraf maka penulis tertarik untuk mengangkat prestasi belajar siswa dalam menata paragraf dengan penggunakan metode yang lebih tepat menyunting karangan menggunakan tekniklatihan.

Tujuan pelaksanaan pengajaran menata paragraf adalah untuk membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam berkomunikasi, khususnya berkomunikasi dalam bahasa tulis. Hal ini disebabkan hakekat pengajaran menata paragraf adalah melatih anak untuk terbiasa dalam menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam menyunting karangan. Sehingga dengan menerapka teknik latihan diharapkan siswa menjadi lebih cepat paham dan mampu menyunting karangan dengan benar.

Teknik latihan yang disebut juga training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu teknik ini ingin digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.

1. Menulis

Menyusun suatu gagasan dalam rangkaian kalimat yang teratur dan logis bukanlah soal yang mudah. Sebab, penulis memerlukan latihan dan ketekunan yang terus menerus. “Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif

(3)

Meningkatkan kemampuan … (Siswoyo., 203-209) 205

danekspresif. Dalam kegiatan-kegiatan tulis-menulis, sang penulis harus terampil memanfaatkan grafologis, struktur bahasa, dan kosa kata” (Tarigan, 1985).

Di sekolah, keterampilan menulis hanya dapat dikuasai siswa apabila mereka mendapat kesempatan sebanyak-banyaknya untuk berlatih. Oleh karena itu, apapun metode yang digunakan oleh guru untuk mengajarkan keterampilan menyusun paragraf yang efektif diperlukan latihan sebanyak-banyaknya.

2. Menata paragraf

Untuk landasan dalam menyunting karangan, penulis mengacu kepada pendapat Djago Tarigan (1996) “Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca.”

Senada dengan itu Razak (1999) menyatakan “Paragraf adalah sebuah karangan yang terdiri atas sebuah kalimat pokok dan beberapa kalimat penjelas. Lebih jauh S. Amaran Tasai mengatakan; Menata atau struktur paragraf terdiri atas sebuah kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Dengan kata lain, apabila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari sebuah kalimat topik, paragaraf itu tidak termasuk paragraf yang baik. Kalimat-kalimat di dalam paragraf itu harus saling mendukung, saling menunjang, kait-berkait satu dengan yang lainnya.” (Tasai, 2004)

Kalimat topik adalah kalimat yang berisi penjelasan yang dibicarakan pengarang. Karena kalimat topik pada paragraf adalah pikiran utama dalam sebuah paragraf, kalimat topik merupakan kalimat utama dalam paragraf itu.Dalam paragraf hanya mempunyai sebuah topik, atau satu kalimat utama, sedangkan kalimat penjelas fungsinya menjelaskan gagasan utama atau kalimat utama yang terdapat dalam paragraf.

3. Teknik Latihan

Terdapat banyak teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca guru hendaknya dapat memilih serta tepat teknik mana yang akan dilaksanakan sesuai dengan yang dikuasainya. Suatu teknik yang kurang dikuasai akan membawa dampak kurang mencapai tujuan yang ditetapkan. Pada hakikatnya semua teknik atau teknik itu baik dan netral, tetapi hasilnya bisa tergantung pada guru yang menggunakannya. Beberapa ciri teknik yang baik antara lain:

a. Menantang atau merangsang siswa untuk belajar b. Mengaktifkan siswa dalam belajar

c. Mengembangkan kreatifitas siswa, penampilan secara individu atau kelompok

d. Memudahkan siswa memahami materi pembelajaran e. Mengarahkan aktifitas belajar siswa ke arah tujuan, dan f. Mudah dipraktikan, tidak menuntut peralatan yang rumit

Seorang siswa perlu memiliki ketangkasan dan keterampilan dalam sesuatu, terutama dalam pelajaran, maka dalam salah satu teknik penyajian pelajaran induk memenuhi tuntutan tersebut adalah teknik latihan atau dril ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar di mana siswa melakukan kegiatan-kegiatan latihan dengan tujuan agar siswa memiliki atau ketangkasan dari apa yang sudah dipelajari, latihan yang lebih ringan atau yang mudah dilakukan, serta

(4)

Meningkatkan kemampuan … (Siswoyo., 203-209) 206

teratur melaksanakannya membina siswa dalam meningkatkan keterampilan itu sendiri bahkan mungkin siswa dapat memiliki ketangkasan itu dengan sempurna. Hal ini dapat menunjang siswa berprestasi dalam bidang tertentu.

Bila ingin berhasil dan berdaya guna dalam penggunaan teknik latihan perlu ditambahkan pengertian bagi instruktur ataupun siswa antara lain:

a. Setiap latihan harus berbeda dengan latihan sebelumnya, semua itu dikarenakan situasi dan pengaruh latihan yang lalu berbeda pula.

b. Hal yang penting adalah guru pada memperhatikan dan memakai nilai dari latihan itu sendiri serta kaiatannya dengan keseluruhan pelajaran di sekolah.

c. Dalam pelaksanaan latihan ini perlu diperhatikan juga kelemahan-kelemahannya seperti dalam latihan sering terjadi cara-cara atau gerak yang tidak biasa berubah karena merupakan cara yang telah dibakukan. Teknik latihan yang disebut juga drilling merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu teknik ini ingin digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan

C. Metodologi Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Kuala Kecamatan Kuala kabupaten Langkat khususnya siswa kelas VIII terdiri dari satu kelas yaitu kelas VIII.c. Jumlah siswanya 35 orang.

Metode penelitian yang peneliti laksanakan adalah penelitian tindakan kelas, yakni guru sebagai peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Tindakan yang diberikan adalah pembelajaran menggunakan teknik latihan. Peneliti tindakan kelas ini dilaksanakan melalui lima langkah utama yaitu perencanaa, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Lima langkah utama yang saling berkaitan itu dalam pelaksanaan peneliti tindakan kelas yang disebut dengan siklus.

Secara operasional tahap-tahap kegiatan penelitian dalam siklus dapat dijelaskan sebagai berikut (Model Kemmis dan Taggart dalam Rochiati Wiriaatmaja, 2008):

1. Perencanaan (Plan)

2. Pelaksanaan Tindakan (Action) 3. Observasi (Observe)

4. Refleksi (Reflect)

2. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan yakni Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam pengumpulan data dilakukan secara langsung oleh guru melakukan tindakan pembelajaran dengan teknik latihan, lalu diberikan tes kepada siswa sesuai dengan materi pelajaran. Tes yang diberikan berupa pertanyaan dalam bentuk uraian mengenai membandingkan teks yang telah disunting dengan teks yang sebelumnya disunting, menyimpulkan hasil hasil penyuntingan dan melakukan penyuntingan kalimat salanjutnya melakukan penyuntingan hasil karangan.

(5)

Meningkatkan kemampuan … (Siswoyo., 203-209) 207

3.Instrumen Penelitian

Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Perangkat pembelajaran

2. Instrumen Pengumpulan data

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Lembar tes

2. Lembar pengamatan 3. Refleksi siswa

4. Teknik Analisa Data

Data penelitian menentukan ketepatan membandingkan teks yang telah disunting dengan teks yang belum disunting, menyimpulkan hasil hasil penyuntingan dan melakukan penyuntingan kalimat salanjutnya melakukan penyuntingan hasil karangan dengan total bobot penilaian 100.

C. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian

a) Siklus I

Skor yang diperoleh siswa kelas VIII.C SMPNegeri 1 Kuala tentang aspek-aspek dalam menata paragraf pada teks bacaan atau karangan, seperti menyunting karangan dengan berpedoman pada ketepatan ejaan, tanda baca, pilihan kata, keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, kebulatan wacana pada siklus I dari 35 orang siswa, siswa memperoleh skor 25 dalam membandingkan teks yang sudah disunting dengan teks yang belum disunting ada 17 orang dan memperoleh skor 10 ada 18 orang. Dengan nilai rata-rata secara keseluruhan adalah 15,40.

Skor yang diperoleh siswa dalam menyimpulkan penyuntingan berdasarkan hasil penyuntingan teks pada siklus I dari 35 orang siswa, siswa memperoleh skor 25 dalam menyimpulkan hasil penyuntingan teks ada 10 orang danmemperoleh skor 10 ada 15 orang. Rata-rata daya serap siswa dalammenyimpulkan hasil penyuntingan teks adalah 11,20.

Skor yang diperoleh siswa dalam melakukan penyuntingan kalimat pada siklus Idari 25 orang siswa, siswa memperoleh skor 25 dalam melakukan penyuntingan kalimat ada 11 orang dan 14 orang yang memperoleh skor 5 atau melakukan tidak benar, dengan nilai rata-rata secara keseluruhan adalah 10,60.

Skor yang diperoleh siswa dalam menyunting hasil karangan pada siklus I dari 25 orang siswa, siswa memperoleh skor 25 dalam menyunting karangan ada 10 orang dan memperoleh skor 15 ada 8 orang dan yang memperoleh skor 10 ada 7 orang, dengan nilai rata-rata 16,60.

b) Siklus II

Skor yang diperoleh siswa dalam membandingkan teks yang telah disunting dengan teks yang belum disunting, pada siklus IIdari 35 orang siswa, siswa memperoleh skor 25 dalam membandingkan teks yang sudah disunting dengan teks yang belum disunting ada 25 orang dan siswa yang memperoleh skor 10 ada 10 orang, dengan nilai rata-rata 20,80.

(6)

Meningkatkan kemampuan … (Siswoyo., 203-209) 208

Skor yang diperoleh siswa dalam menyimpulkan hasil penyuntingan, pada siklus II dapat dilihat bahwa dari 35 orang siswa, siswa memperoleh skor 25 dalam menyimpulkan hasil penyuntingan ada 28 orang dan siswa yang memperoleh skor 10 ada 7 orang. Dengan nilai rata-rata 21,40.

Skor yang diperoleh siswa dalam melakukan penyuntingan kalimat, pada siklus IIdari 25 orang siswa, siswa memperoleh skor 25 dalam melakukan penyuntingan kalimat ada 29 orang dan siswa yang memperoleh skor 10 ada 6 orang. Dengan nilai rata-rata 22.

Skor yang diperoleh siswa dalam melakukan penyutingan hasil karangan, pada siklus IIdari 25 orang siswa, siswa memperoleh skor 25 dalam menyunting hasil karangan ada 27 orang dan siswa yang memperoleh skor 10 ada 8 orang. Dengan nilai rata-rata 21,40.

2. Pembahasan

Ketuntasan belajar/skor siswa dapat diketahui dengan cara melihat skor yang telah diperoleh siswa dibagi dengan skor maksimal kali 100%. Seorang siswa dinyatakan tuntas dalam setiap indikator apabila skor/daya serap yang diperoleh minimal 65% dan ketuntasan pembelajarn per indikator dapat dilihat dari jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajarn minimal 85% dari jumlah siswa dalam satu kelas. Seorang siswa dikatakan berhasil dalam menyunting karangan per indikator apabila siswa memperoleh skor minimal 15.

Dilihat dari hasil penilaian siswa kelas VIII.CSMPNegeri 1 Kuala dalam menyunting karangan dengan menggunakan teknik latihan dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata aktivitas siswa setiap pertemuan berbeda. Perbedaan ini terjadi karena siswa belum pernah mengenal teknik pembelajaran latihan, sehingga siswa ragu dalam beraktivitas dan semangatnya masih kurang, namun setelah diadakan refleksi aktivitas siswa meningkat. Perbedaan ini dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I masih berkategori cukup (1,14), pada siklus II menjadi berkategori sangat baik (2,85).

Dilihat dari hasil perhitungan rata-rata daya serap/nilai siswa pada LKS dan pada ulangan harian dalam menentukan aspek-aspek menyunting karangan dengan menggunakan teknik latihan pada siklus I dan siklus II menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar, kenyataan ini dapat dibuktikan dengan melihathasil rata-rata LKS pada siklus pertama bahwa siswa yang tidak tuntas berjumlah 12 orang dari 25 orang. Jumlah siswa yang tuntas hanya 13 orang, nilai ulangan harian adalah 56,80 yang berkategori rendah. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata LKS siswa 88,40 yang termasuk berkategori tinggi. Jumlah siswa yang tuntas 23 orang (92%) dan yang tidak tuntas 2 orang (8%). Perbedaan ini terjadi karena pada siklus I siswa belum memahami sepenuhnya teknik pembelajaran latihan sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran.

Pada siklus II siswa terlihat sudah sangat aktif dan penuh semangat sehingga hasilnya pun memuaskan walaupun masih ada dua orang siswa masih belum tuntas belajarnya. Ketidak tuntasan kedua siswa ini diakibatkan kemampuan siswa dalam belajar memang tergolong lemah. Hal ini dapat dilihat dari aktivitasnya dalam belajar dan dari data hasil penilaian yang diperoleh pada mata pelajaran lain dan juga nilai di kelas VIII. Berarti keberhasilan siswa menata paragraf menggunakan teknik latihan dikatakan berhasil setelah diadakan refleksi atau pada siklus II.

(7)

Meningkatkan kemampuan … (Siswoyo., 203-209) 209 D.Penutup

Hasil penelitian disimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam menata paragraf setelah dilakukannya penerapan teknik pembelajaran latihan sesuai dengan hipotesis yang penulis kemukakan, jika teknik latihan diterapkan, maka siswa kelas VIII.C SMPN 1 Kuala dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyunting karangan. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa sebelum PTK (sebelum diterapkannya teknik latihan) dan setelah diterapkan teknik latihan juga dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada siklus I dengan siklus II mencakup aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar siswa dalam LKS dan hasil ulangan harian siswa.

Diharapkan kepada guru-guru yang akan menggunakan model pembelajaran menggunakan Teknik Latihan agar sebelumnya mempersiapkan perangkat pembelajaran agar diperoleh hasil belajar yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud RI.2004. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Debdikbud. Nurhadi. Dawud dan Yuni Pratiwi. 2007. Bahasa Indonesia Untuk SMP Kelas IX.

Erlangga: Jakarta.

Razak, Abdul. 1999. Cakap Membaca dan Menulis 1: Pendekatan Proses

Pengajaran Membaca dan Menulis Lanjut untuk Kelas 2 SLTP. Pekanbaru:

Autografika.

Razak, Abdul. 1999. Kalimat Efektif. Jakarta: PT. Gramedia.

Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Semi, M. Atar. 1999. Menulis Efektif. Jakarta: PT. Gramedia.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Tarigan, Djago, dan Hendri Guntur. 1987. Teknik Pengajaran Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme

Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi

Referensi

Dokumen terkait

Pre-Processing for mammogram images based on the five wavelet de-noising filters namely: Sym8, Haar, Coif1, Daub3 and Daub4 whilst utilizing different levels of

Dengan disampaikannya Sur at Penaw ar an ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang ter cantum dalam Dokumen Pengadaan ser ta

Tiada Transformasi Tanpa Gerakan Sosial, dalam Zaiyardam Zubir, Radikalisme Kaum Terpinggir : Studi Tentang Ideologi, Isu , Strategi Dan Dampak Gerakan, Yogyakarta

Apabila ada sanggahan mengenai proses pelelangan ini, maka dapat disampaikan sanggahan secara tertulis kepada :Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan

Kerugiannya adalah (1) kemungkinan proses randomisasi (pemilihan secara random) tidak menjamin 100 persen terutama jika satuan pengamatan tidak menyebar merata dan (2) jika

Dalam penelitian kali ini biodiesel yang digunakan dari campuran minyak biji bunga matahari dengan pertadex yang bertujuan untuk menganalisa performansi mesin diesel

Implikasi secara praktis berkenaan dengan pengembangan dan pembuatan program bimbingan karir untuk mengembangkan kemampuan keputusan karir siswa, yakni guru

PERBED AAN KEBERHASILAN MOD EL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHAD AP PENINGKATAN RANAH KOGNITIF PESERTA D