• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA DALAM POKOK BAHASAN ATMOSFER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA DALAM POKOK BAHASAN ATMOSFER."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

DAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA DALAM POKOK BAHASAN ATMOSFER

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika

Oleh

Ratna Siti Nurhayati NIM 0900135

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

DAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA DALAM POKOK BAHASAN ATMOSFER

oleh

Ratna Siti Nurhayati

sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika

© Ratna Siti Nurhayati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

RATNA SITI NURHAYATI 0900135

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

DAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA DALAM POKOK BAHASAN ATMOSFER

disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I

Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si. 195904011986011001

Pembimbing II

Agus Fany Chandra, S.Pd., M.Pd. 198108122005011003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidika Fisika FPMIPA UPI

(4)

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR RANAH

KOGNITIF SISWA DALAM POKOK BAHASAN ATMOSFER

Ratna Siti Nurhayati

0900135

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil studi pendahuluan yang menunjukkan rendahnya Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) dan hasil belajar ranah kognitif siswa dalam materi Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA). Untuk itu dilakukan penelitian menggunakan model inkuiri abduksi yang bertujuan untuk meningkatkan KBK dan hasil belajar ranah kognitif siswa dalam materi IPBA, khususnya dalam pokok bahasan atmosfer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan desain penelitian one group pretest-posttest design. Penelitian dilakukan di salah satu MA Swasta di kota Bandung dengan jumlah sampel sebanyak 34 siswa. Data penelitian didapat dengan memberikan pretest dan posttest pada sampel sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan. Hasil pretest dan posttest menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan pada setiap aspek keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif. Pada aspek interpretasi dalam KBK atau aspek pemahaman (C2) dalam hasil belajar ranah kognitif diperoleh nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,45 dengan kategori sedang. Pada aspek inferensi dalam KBK atau aspek penerapan (C3) dalam hasil belajar ranah kognitif diperoleh nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,45 dengan kategori sedang. Pada aspek analisis (C4) dalam KBK maupun hasil belajar ranah kognitif diperoleh nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,41 dengan kategori sedang. Pada aspek eksplanasi dalam KBK atau aspek sintesis (C5) dalam hasil belajar ranah kognitif diperoleh nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,53 dengan kategori sedang. Pada aspek evaluasi (C6) dalam KBK maupun hasil belajar ranah kognitif diperoleh nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,39 dengan kategori rendah.

Kata kunci : Model Inkuiri Abduksi, Keterampilan Berpikir Kritis, Hasil

(5)

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF ABDUCTIVE INQUIRY MODEL TO INCREASE STUDENT’S CRITICAL THINKING SKILLS

AND COGNITIVE PERFORMANCES IN ATMOSPHERES CHAPTER

Ratna Siti Nurhayati

0900135

This research was based on early study that showed the lack of critical thinking skills and cognitive performances of students in earth and space science. Therefore, Abductive Inquiry Model was used to increase critical thinking skills and cognitive performances of students in earth and space science, especially in the atmospheres chapter. The method used in this research was experiment that used one group pretest-posttest design. The research was done at one of high school in Bandung Town, with the total amount of sample correspondences was thirty four students. Research data was gotten by giving pretest and posttest to the sample correspondences before and after treatment. The result of pretest and posttest showed the increase of every aspect for critical thinking skills and cognitive performances significantly enough. In interpretation aspect of critical thinking skills or comprehension (C2) aspect of cognitive performances, the normalized gain was 0.45 which is in medium category. In inference aspect of critical thinking skills or application (C3) aspect of cognitive performances, the normalized gain was 0.45 which is in medium category. In analysis (C4) aspect of both critical thinking skills and cognitive performances, the normalized gain was 0.41 which is in medium category. In explanation aspect of critical thinking skills or synthesis (C5) aspect of cognitive performances, the normalized gain was 0.53 which is in medium category. In evaluation (C6) aspect of both critical thinking skills and cognitive performances, the normalized gain was 0.39 which is in low category.

(6)

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 4

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Inkuiri Abduksi ... 7

B. Keterampilan Berpikir Kritis ... 10

C. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 12

(7)

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 16

B. Desain Penelitian ... 16

C. Metode Penelitian ... 17

D. Definisi Operasional ... 17

E. Prosedur Penelitian ... 18

F. Instrumen Penelitian ... 20

G. Proses Pengembangan Istrumen ... 21

H. Analisis Data ... 25

I. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Model Pembelajaran Inkuiri Abduksi ... 29

B. Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 33

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(8)

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbandingan Deduksi dan Abduksi ... 9

2.2 Tahap Pembelajaran dalam Model Inkuiri Abduksi ... 9

2.3 Deskripsi dan Sub-Keterampilan dari Keterampilan Berpikir Kritis Inti . 11 2.4 Hubungan Model Inkuiri Abduksi, Keterampilan Berpikir Kritis, dan Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 15

3.1 Indeks Kesukaran ... 22

3.2 Kriteria Daya Pembeda ... 23

3.3 Interpretasi Validitas ... 24

3.4 Interpretasi Reliabilitas ... 25

3.5 Interpretasi Gain yang dinormalisasi ... 26

3.6 Rekapitulasi Jumlah Instrumen untuk Setiap Aspek ... 28

4.1 Rekapitulasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 29

4.2 Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Menggunakan Model Inkuiri Abduksi ... 30

(9)

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KBK dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa ... 35

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 3.1 Desain Penelitian ... 16 3.2 Bagan Alur Penelitian ... 18 4.1 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Atmosfer

(10)

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar Judgment Tes KBK dan Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 44

2. Pengolahan Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 83

3. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Intrumen ... 89

4. Rekapitulasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 90

5. Data Persentase Aktivitas Guru dan Siswa ... 92

6. Distribusi Skor Posttest, Pretest, dan Gain yang dinormalisasi ... 93

7. RPP ... 99

8. Lembar Observasi Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran ... 119

9. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Uji Instrumen ... 135

10. Surat Tugas Membimbing ... 136

(11)

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian

Dalam National Science Education Standards (NSES) atau Standar Pendidikan Sains Nasional di Amerika yang diterbitkan tahun 1996, sains terdiri atas beberapa kategori, salah satunya adalah Earth and Space Science atau Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA). Di Indonesia, materi IPBA dipelajari di sekolah, baik pada jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), maupun Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk jenjang SD dan SMP, materi IPBA terdapat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sedangkan untuk jenjang SMA, materi IPBA terdapat dalam SK-KD mata pelajaran geografi. Namun hal ini tidak dapat merubah fakta bahwa IPBA memang merupakan bagian dari sains, yang sangat berhubungan dengan fenomena-fenomena alam.

(12)

2

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengoreksi benar atau tidaknya pernyataan yang disampaikan oleh teman sekelasnya. Dan keterampilan eksplanasi siswa yang kurang begitu baik dapat terlihat ketika hanya lima orang siswa yang mampu menjelaskan proses terjadinya hujan.

Selain itu, hasil belajar ranah kognitif siswa dalam pokok bahasan atmosfer pun dapat dikatakan cukup rendah. Hal ini terlihat dari hasil ulangan harian kelas yang skornya sebagian besar tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di sekolah tersebut. Dari sebanyak 39 siswa, hanya 10 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM.

Padahal setiap siswa seharusnya mendapatkan hasil belajar ranah kognitif yang baik agar memenuhi KKM yang ditentukan oleh sekolahnya. Jika siswa yang belum mencapai KKM tidak berusaha untuk meningkatkan hasil belajar ranah kognitif mereka, maka siswa tersebut akan sulit untuk mengejar ketertinggalan dari rekan-rekannya yang sudah mencapai KKM. Hal ini tentunya akan berujung pada kesenjangan hasil belajar ranah kognitif di kelas tersebut, dan bisa menyebabkan beberapa siswa tidak naik kelas. Selain dituntut untuk mendapatkan hasil belajar ranah kognitif yang baik, setiap siswa pun dituntut memiliki KBK yang baik, sebab berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi dunia kerja di masa yang akan datang. Hal ini disampaikan oleh Muhfahroyin (2009), “Penting bagi siswa untuk menjadi seorang pemikir mandiri sejalan dengan meningkatnya jenis pekerjaan di masa yang akan datang yang membutuhkan para pekerja handal yang memiliki kemampuan berpikir kritis”.

(13)

3

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang didapatkan dari proses penyelidikan. Sedangkan yang terjadi di lapangan, siswa justru tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang menuntut mereka untuk melakukan penyelidikan lebih dalam untuk memahami suatu materi.

Oleh karena itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang lebih sesuai untuk diterapkan pada pembelajaran IPBA serta dapat membantu dalam meningkatkan KBK dan hasil belajar ranah kognitif siswa. Dalam jurnalnya, Oh Phil Seok (2008) menerapkan suatu model pembelajaran yang dia sebut sangat cocok untuk mempelajari materi IPBA, yaitu Model Inkuiri Abduksi. Inkuiri merupakan proses penyelidikan, itu berarti dalam proses ini siswa didorong untuk aktif dalam pembelajaran dengan melakukan penyelidikan sendiri. Sedangkan abduksi merupakan suatu teknik menarik kesimpulan berdasarkan data atau fakta yang ada sekarang untuk dapat berhipotesis mengenai hal-hal yang telah terjadi dan berhubungan dengan data atau fakta tersebut. Teknik penyimpulan ini dianggap sangat tepat untuk pembelajaran IPBA, sebab IPBA mempelajari hal-hal yang telah terjadi berdasarkan data atau fakta yang kita temui saat ini. Siswa-siswa yang melakukan pembelajaran dengan model inkuiri abduksi dalam jurnal tersebut beropini bahwa model tersebut membuat mereka lebih berkembang dan berpikir, serta tidak membuat mereka takut untuk berpendapat secara bebas meskipun jawaban mereka belum tentu benar.

Namun meskipun penerapan model ini sudah menunjukan peningkatan kepercayaan diri siswa, belum ada penelitian yang dapat menunjukan peningkatan KBK dan hasil belajar ranah kognitif siswa secara kuantiatif. Oleh karena itu, dharapkan dengan menerapkan model ini dalam pembelajaran IPBA di sekolah-sekolah, KBK dan hasil belajar ranah kognitif siswa dapat meningkat. Dan jika meningkat, seberapa besarkah peningkatannya?

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dipaparkan, maka peneliti

ingin melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Inkuiri Abduksi

(14)

4

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B.Identifikasi Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini, masalah yang muncul yaitu apakah model inkuiri abduksi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif siswa dalam pokok bahasan atmosfer. Jika meningkat, seberapa besarkah peningkatan tersebut. Berarti terdapat tiga variabel, yaitu model inkuiri abduksi sebagai variabel bebas, dan keterampilan berpikir kritis siswa serta hasil belajar ranah kognitif siswa sebagai variabel terikat.

Besarnya peningkatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan positif yang diperoleh berdasarkan nilai gain atau selisih hasil tes setelah dilakukan pembelajaran (post-test) dan sebelum pembelajaran (pre-test) yang kemudian akan dianalisis nilai gain yang dinormalisasinya, dengan kriteria minimal sedang, yaitu ketika gain yang dinormalisasinya lebih dari 0,40. Pengukuran menggunakan gain yang dinormalisasi dilakukan agar peningkatan yang terjadi dapat dikategorikan dengan lebih jelas dan dapat menunjukkan kurang, cukup, atau tingginya peningkatan yang terjadi setelah pemberian perlakuan kepada siswa.

C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah “Apakah terdapat peningkatan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diterapkannya model inkuiri abduksi dalam pokok bahasan atmosfer?”.

Rumusan masalah tersebut menimbulkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diterapkan model inkuiri abduksi dalam pokok bahasan atmosfer?

(15)

5

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang dipaparkan sebelumnya, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu :

1. Mengidentifikasi adanya peningkatan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diterapkannya model inkuiri abduksi dalam pokok bahasan atmosfer.

2. Mendapat gambaran peningkatan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diterapkannya model inkuiri abduksi dalam pokok bahasan atmosfer.

3. Mendapat gambaran peningkatan setiap aspek keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diterapkannya model inkuiri abduksi dalam pokok bahasan atmosfer.

E.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti tentang kehandalan model pembelajaran inkuiri abduksi dalam meningkatakan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif siswa, yang nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini.

F. Struktur Organisasi Skripsi

(16)

6

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(17)

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Sampel Penelitian

Pemilihan sampel penelitian berdasarkan pada masalah yang ada di latar belakang, yaitu rendahnya keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif siswa SMA dalam pokok bahasan atmosfer. Dalam penelitian ini, hanya akan diteliti sebagian dari populasi, sehingga disebut penelitian sampel. Hal ini karena sampel dianggap dapat mewakili populasi, seperti halnya studi pendahuluan yang dilakukan pada satu sampel saja, tetapi dapat mencerminkan masalah secara keseluruhan.

Yang disebut populasi dalam penelitian ini berarti seluruh siswa kelas X yang berjumlah empat kelas di salah satu SMA di Kota Bandung, sedangkan sampelnya yaitu salah satu kelas X di SMA tersebut. Pemilihan sampelnya ditentukan secara purposive, yaitu didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangannya adalah kelas X yang belum melaksanakan pembelajaran materi atmosfer, dan kemampuan belajar siswa di kelas X tersebut hampir merata. Sesuai dengan rekomendasi dari guru bidang studi geografi yang mengajar di kelas X, maka sampel penelitian yang digunakan adalah kelas X-D dengan jumlah siswa 34 orang yang mengikuti kegiatan penelitian dari pretest hingga posttest.

B.Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan yaitu Pre-Experimental atau Quasi Experiment : One Group Pre-Test and Post-Test Design yang secara bagan dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain Penelitian dengan :

(18)

17

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

O1 =pre-test O2 =post-test

X = perlakuan

Penelitian ini menggunakan pre-eksperimental design karena dalam kenyataannya ketika penelitian, sebenarnya ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil penelitian, namun faktor-faktor tersebut diabaikan sehingga penelitian ini sebenarnya masih jauh dari penelitian yang sebenarnya (True Experimental Design).

Alasan pemilihan satu grup saja yaitu karena tujuan dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui bagaimana peningkatan keterampilan berpikitir kritis dan hasil belajar ranah kognitif siswa dalam pokok bahasan atmosfer setelah diterapkannya model inkuiri abduksi, berarti walaupun hanya satu grup eksperimen saja sudah cukup untuk mengetahui bagaimana peningkatan variabel yang diteliti, tidak perlu ada grup pembanding.

C.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Pengertian eksperimen menurut Arikunto (2010 : 9) :

“Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan.”

Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk melihat akibat dari penerapan model inkuiri abduksi terhadap keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif siswa, sehingga berdasarkan pengertian eksperimen yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini memang merupakan termasuk ke dalam penelitian eksperimen.

D.Definisi Operasional

(19)

18

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ada hingga menghasilkan beberapa hipotesis. Abduksi merupakan salah satu teknik atau cara menarik kesimpulan yang dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce (1839-1914).

Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan seseorang dalam memberikan alasan yang rasional dalam memecahkan suatu permasalahan. Peter A. Facione membagi keterampilan berpikir kritis menjadi enam keterampilan kognitif, namun dalam penelitian ini hanya lima keterampilan yang dinilai dari siswa. Lima keterampilan tersebut terdiri dari interpretasi (interpretation), analisis (analysis), evaluasi (evaluation), inferensi (inference), dan eksplanasi (explanation).

Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Bloom (Arikunto, 2012 : 130) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang diukur hanya pada ranah kognitif saja, dan hanya meliputi aspek C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5 (sintesis), dan C6 (evaluasi).

Peningkatan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif siswa akan diukur dengan menggunakan instrumen tes keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif berbentuk pilihan ganda yang diberikan sebelum dan sesudah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri abduksi. Dalam proses pembelajaran menggunakan model inkuiri abduksi, keterampilan berpikir kritis siswa dilatih dengan merumuskan hipotesis dan menentukan hipotesis yang dianggap paling tepat, sehingga siswa diharapkan dapat lebih memahami apa yang mereka pelajari, dan diharapkan hasil belajar mereka khususnya dalam ranah kognitif dapat lebih baik.

E.Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan meliputi tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

(20)

19

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a) Observasi awal yang dilakukan dengan meminta data hasil belajar siswa dan pengamatan langsung mengenai proses pembelajaran di kelas serta wawancara dengan guru dan siswa mengenai pembelajaran yang biasa dilakukan.

b) Studi literatur terhadap artikel, jurnal, dan laporan penelitian mengenai model pembelajaran inkuiri abduksi.

c) Perumusan masalah penelitian.

d) Telaah kurikulum untuk mengetahui tujuan atau kompetensi dasar yang hendak dicapai.

e) Menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

f) Menyusun instrumen penelitian yang meliputi tes keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif, serta lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri abduksi.

g) Men-judgement instrumen. h) Merevisi/memperbaiki instrumen. i) Melakukan uji coba instrumen.

j) Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas sehingga instrumen menjadi layak dipakai sebagai instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a) Penentuan sampel penelitian (kelompok eksperimen). b) Pelaksanaan tes awal (pre-test) bagi kelompok eksperimen.

c) Memberikan perlakuan yaitu berupa penerapan model pembelajaran inkuiri abduksi pada kelompok eksperimen.

d) Selama pemberian perlakuan, observer melakukan observasi keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri abduksi sesuai dengan aktivitas guru dan siswa yang teramati.

e) Pelaksanaan tes akhir (post-test) bagi kelompok eksperimen. 3. Tahap Akhir

(21)

20

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b) Menganalisis dan membahas temuan penelitian. c) Menarik kesimpulan.

Untuk lebih jelasnya, alur penelitian yang akan dilakukan dapat digambarkan seperti pada gambar berikut :

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian F. Instrumen Penelitian

Keterampilan berpikir kritis siswa dapat diketahui dari nilai tes pre-test dan post-test. Dari hasil tes tersebut akan terlihat apakah siswa mengalami peningkatan keterampilan berpikir kritis atau tidak. Oleh karena itu, sebelum melakukan tes keterampilan berpikir kritis, terlebih dahulu harus dibuat instrumen

Melakukan Penelitian

1. Pre-test keterampilan berpikir kritis & hasil belajar ranah kognitif 2. Penerapan model inkuiri abduksi

3. Post-test keterampilan berpikir kritis & hasil belajar ranah kognitif

Pengolahan dan analisis data

Membuat kesimpulan dan saran Melakukan studi pendahuluan

Melakukan studi pustaka Mengkaji kondisi lapangan

Membuat rumusan masalah

Menyusun RPP

Menyusun instrumen

Men-judgement instrumen

Melakukan uji coba instrumen

(22)

21

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian. Instrumen ini diujikan pada siswa pada saat penelitian berlangsung. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

1. Tes

a) Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Tes objektif pilihan ganda dengan soal yang menguji keterampilan berpikir siswa yang menurut Facione terbagi ke dalam enam aspek, namun pada penelitian ini hanya berisi lima aspek, yaitu keterampilan interpretasi, inferensi, analisis, eksplanasi, dan evaluasi.

b) Tes Hasil Belajar

Tes objektif pilihan ganda dengan soal yang menguji pemahaman siswa ditinjau berdasarkan taksonomi Bloom dengan aaspek pemahaman yang dinyatakan sebagai C2, aspek penerapan yang dinyatakan sebagai C3, aspek analisis yang dinyatakan sebagai C4, aspek sintesis yang dinyatakan sebagai C5, dan aspek evaluasi yang dinyatakan sebagai C6.

Tes keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif dalam panelitian ini digabungkan menjadi satu instrumen, sehingga ketika sampel penelitian mengerjakan tes menggunakan instrumen penelitian ini, tidak hanya keterampilan berpikir kritisnya saja yang teukur, namun sekaligus dengan hasil belajar ranah kognitifnya.

2. Non-Tes

a) Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk melihat ketercapaian pembelajaran Model Inkuiri Abduksi selama penelitian berlangsung. Lembar ini akan diberikan pada observer untuk mengamati proses yang terjadi selama perlakuan diberikan pada siswa.

G.Proses Pengembangan Instrumen

(23)

22

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidaknya data sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpul data. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Instrumen tes yang terdiri dari soal-soal akan diujicoba terebih dahulu pada kelas lain yang bukan kelas eksperimen. Kemudian soal-soal tersebut akan diuji. Pengujian soal-soal tersebut akan meliputi tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda butir soal, validitas butir soal, dan reliabilitas butir soal.

1. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Semakin tinggi indeksnya, menunjukkan soal yang semakin mudah. Dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran diberi simbol P (p besar), singkatan dari kata “proporsi”.

Rumus untuk menghitung tingkat kesukaran adalah :

dengan

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.1 Indeks Kesukaran

Indeks Tingkat Kesukaran Interpretasi 0,00 ≤ P≤ 0,30 Soal sukar 0,31 ≤ P ≤ 0,70 Soal sedang 0,71 ≤ P ≤ 1,00 Soal mudah

2. Daya Pembeda Butir Soal

(24)

23

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D (d besar).

Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah :

dengan

D : indeks diksriminasi

JA : banyaknya peserta kelompok atas JB : banyaknya peserta kelompok bawah

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran)

PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Tabel 3.2 Kriteria Daya Pembeda

3. Validitas Butir Soal

Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Data evaluasi yang baik sesuai dengan kenyataan disebut data valid. Agar dapat memperoleh data yang valid, instrumen atau

Indeks Daya Pembeda Interpretasi

0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek (poor) 0,21 ≤ D ≤ 0,40 Cukup (satistifactory) 0,41 ≤ D ≤ 0,70 Baik (good) 0,71 ≤ D ≤ 1,00 Baik Sekali (excellent)

(25)

24

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

alat untuk mengevaluasinya harus valid. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes dengan kriterium.

Untuk mengukur validitas tiap butir soal dalam penelitian ini akan menggunakan rumus ypbi karena instrumen yang digunakan merupakan insrumen objektif atau pilihan ganda.

Rumus untuk mengukur validitas item :

dengan

ypbi : koefisien korelasi biserial

Mp : rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

Mt : rerata skor total

St : standar deviasi dari skor total proporsi p : proporsi siswa yang menjawab benar

q : proporsi siswa yang menjawab salah

Tabel 3.3 Interpretasi Validitas

Koefisien Validitas Interpretasi

0,80 ≤ ypbi≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 ≤ ypbi≤ 0,80 Validitas tinggi 0,40 ≤ ypbi≤ 0,60 Validitas cukup 0,20 ≤ ypbi≤ 0,40 Validitas rendah 0,00 ≤ ypbi≤ 0,20 Validitas sangat rendah

(26)

25

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Tes yang reliabel atau dapat dipercaya adalah tes yang menghasilkan skor secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Rumus yang akan digunakan untuk mengukur reliabilitas soal dalam penelitian ini yaitu rumus K-R. 20 karena instrumen yang digunakan merupakan instrumen objektif atau pilihan ganda.

Rumus mengukur reliabilitas soal :

dengan

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan

p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q n : banyaknya item

S : standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi 00

, 1 80

,

0 r11 Reliabilitas sangat tinggi

80 , 0 60

,

0 r11Reliabilitas tinggi

60 , 0 40

,

0 r11  Reliabilitas cukup

40 , 0 20

,

0 r11 Reliabilitas rendah

20 , 0 00

,

0 r11Reliabilitas sangat rendah

H.Analisis Data

(27)

26

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari skor pre-test dan post-test, dihitung gain yang dinormalisasi (<g>). Gain yang dinormalisasi diinterpretasikan sebagai kriteria untuk menyatakan efektivitas pembelajaran serta menunjukkan besarnya peningkatan antara skor post-test dan pre-test. Untuk menghitung gain yang dinormalisasi digunakan rumus sebagai berikut :

dengan

<g> : gain yang dinormalisasi T1 : skor pre-test

T2 : skor post-test IS : skor ideal

Tabel 3.5 Interpretasi Gain yang dinormalisasi

<g> Kriteria

0,71 ≤ <g> ≤ 1,00 Tinggi 0,41 ≤ <g> ≤ 0,70 Sedang

<g> ≤ 0,40 Rendah

2. Analisis Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi yang diberikan kepada observer akan menjadi tolak ukur tentang sejauh mana kegiatan pembelajaran dilaksanakan selama penelitian. Persentase aktivitas guru maupun siswa dalam setiap tahap pembelajaran dapat terukur dengan cara memberi skor pada setiap kegiatan yang terlaksana.

(28)

27

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk mendapatkan instrumen yang dapat mengukur keterampilan berpikir kritis maupun hasil belajar ranah kognitif siswa, maka instrumen harus terlebih dahulu dijudgment dan diujicobakan. Judgment intrumen dilakukan oleh dua orang dosen fisika dan satu orang guru bidang studi geografi. Berdasarkan hasil judgment ini kemudian intrumen diperbaiki untuk selanjutnya dilakukan diujicoba. Lembar judgment dapat dilihat pada Lampiran 1.

Uji coba dilaksanakan di sekolah yang sama pada jenjang kelas yang berbeda dengan jenjang kelas yang diteliti. Kelas yang dijadikan sampel penelitian adalah kelas X, sedangkan kelas yang digunakan untuk uji coba instrumen adalah kelas XI yang sudah mendapat materi atmosfer. Soal yang diujicobakan seluruhnya yaitu berjumlah 30 soal. Data hasil uji coba instrumen kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda butir soal, validitas butir soal, dan reliabilitas tes. Pengolahan data hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada Lampiran 2, sedangkan rekapitulasi hasil analisis uji coba instrumen dapat dilihat pada Lampiran 3.

1. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Lampiran 3.3 menunjukkan bahwa terdapat 6 soal atau 20% soal dengan kategori mudah, 15 soal atau 50% soal dengan kategori sedang, dan 9 soal atau 30% soal dengan kategori sukar.

2. Analisis Daya Pembeda Butir Soal

Lampiran 3.3 menunjukkan bahwa terdapat 1 soal atau 3,3% soal yang memiliki skor negatif, kemudian terdapat 6 soal atau 20% soal dengan kategori jelek, 11 soal atau 36,6% soal dengan kategori cukup, dan 12 soal atau 40% soal dengan kategori baik. Soal yang memiliki skor negatif yaitu soal nomor 10 tidak digunakan dalam instrumen penelitian, sedangkan soal dengan kategori jelek tetap digunakan dalam penelitian namun sebelumnya diperbaiki terlebih dahulu, baik dari segi distraktor soal atau konstruksi soal.

(29)

28

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran 3.3 menunjukkan bahwa terdapat 2 soal atau 6,6% soal yang tidak valid, kemudian terdapat 6 soal atau 20% soal dengan kategori sangat rendah, 15 soal atau 50% soal dengan kategori rendah, dan 7 soal atau 23,3% soal dengan kategori cukup. Soal yang tidak valid yaitu soal nomor 10 dan 18. Soal nomor 10 tidak digunakan dalam penelitian karena selain tidak valid, soal ini pun memiliki kriteria daya pembeda yang sangat jelek. Soal nomor 18 juga tidak digunakan dalam penelitian karena selain tidak valid, soal ini memiliki kriteria daya pembeda yang jelek. Adapun soal dengan kategori sangat rendah dan rendah tetap digunakan dalam penelitian namun sebelumnya diperbaiki terlebih dahulu, baik dari segi distraktor soal atau konstruksi soal.

4. Analisis Reliabilitas Tes

Untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus K-R 20. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa nilai koefisien reliabilitas untuk seluruh soal adalah 0,542 yang termasuk ke dalam kategori cukup.

Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen, didapatkan bahwa terdapat 28 soal yang layak digunakan sebagai instrumen dalam penelitian dengan komposisi untuk setiap aspek KBK dan hasil belajar ranah kognitif sebagai berikut :

Tabel 3.6 Rekapitulasi Jumlah Instrumen untuk Setiap Aspek Aspek Keterampilan

Berpikir Kritis

Aspek Hasil Belajar Ranah Kognitif

Jumlah Soal yang dipakai dalam

Penelitian

Interpretasi Pemahaman (C2) 7

Inferensi Penerapan (C3) 7

Analisis Analisis (C4) 5

Eksplanasi Sintesis (C5) 4

Evaluasi Evaluasi (C6) 5

(30)

29

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(31)

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, secara umum dapat dikemukakan beberapa simpulan berikut.

1. Terdapat peningkatan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif setelah diterapkannya model inkuiri abduksi dalam pembelajaran IPBA, khususnya pokok bahasan atmosfer.

2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diterapkannya model inkuiri abduksi dalam pembelajaran IPBA, khususnya pokok bahasan atmosfer secara keseluruhan termasuk ke dalam kriteria sedang.

3. Peningkatan pada aspek interpretasi, inferensi, analisis, dan eksplanasi dalam KBK termasuk ke dalam kriteria sedang, sedangkan peningkatan pada aspek evaluasi termasuk ke dalam kriteria rendah. Peningkatan pada aspek pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), dan sintesis (C5) dalam hasil belajar ranah kogntitif pun termasuk ke dalam kriteria sedang, sedangkan peningkatan pada aspek evaluasi (C6) termasuk ke dalam kriteria rendah.

B.Saran

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama melakukan penelitian, terdapat beberapa saran atau masukan bagi penelitin berikutnya, yaitu :

(32)

42

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Rendahnya skor rata-rata yang diperoleh siswa selama penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesukaran instrumen soal yang digunakan dalam penelitian ini cukup tinggi, oleh karena itu disarankan instrumen soal yang dibuat harus memiliki tingkat kesulitan yang lebih sesuai dengan tingkat pendidikan sampel penelitian.

(33)

42

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, D. A. (2011). Teori Pembelajaran IPA. [Online]. Tersedia di: https://dnoeng.wordpress.com/2011/07/17/teori-pembelajaran-ipa/. Diakses 25 Februari 2013.

Arikunto,Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto,Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of Eduactional Objectives Vol. 1 : Cognitive

Domain. New York : McKay.

Costa, A. L. (1985). Develoing minds : A resource book for teaching thinking. Alexandria : Association for Supervision and Curriculum Development. Dewey, J. (1909). How We Think. Boston : D.C. Health and Company.

Facione, P.A. (1992). Critical Thinking : What It is and Why It Counts. [Online]. Tersedia di: http://www.insightassessment.com. Diakses 25 Februari 2013. Fisher, A. (2008). Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Jakarta : Penerbit Erlangga. Fisher, A. dan Scriven, M. (1997). Critical Thinking : It’s Definition and

Assesment. University of East Anglia.

Muhfahyorin. (2009). Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis. [Online]. Tersedia di: http://muhfahroyin.blogspot.com/2009/01/berpikir-kritis.html. Diakses 25 Februari 2013.

Norris, S.P. dan Ennis, R.H. (1989). Evaluating Critical Thinking. Pacific Grove, California : Midwest Publications.

Oh, Phil Seok. (2008). Adopting the Abductive Inquiry Model (AIM) into Undergraduate Earth Science Laboratories. Science Education in 21st Century, hlm. 263-277.

Paul, R., Fisher, A., dan Nosich, J. (1993). Workshop on Critical Thinking Strategies. Sonoma State University, California.

Svennevig, Jan. (2001). Abduction as a Methodological Approach to the Study of Spoken Interaction. Norskrift 103, hlm. 1-22.

(34)

43

Ratna Siti Nurhayati, 2014

Penerapan Model Inkuiri Abduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa Dalam Pokok Bahasan Atmosfer

Gambar

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian
Tabel 3.1 Indeks Kesukaran
Tabel 3.2 Kriteria Daya Pembeda
Tabel 3.3 Interpretasi Validitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Many studies on segmentation and classification of agricultural fields from remotely sensed data can be found in the literature. Studies related to change detection or updating

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : “ Apakah latihan menggambar teknik mozaik dapat meningkatkan konsentrasi anak tunagrahita ringan di. SLB C Budi

dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, perlu menetapkan Peraturan

pasal 78 UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan karena membawa keluar atau mencuri kayu tanpa izin sama sekali sebab syarat sebagai pelaku pelanggaran hukum telah

- Majalah Pariwisata 2 kegiatan 2 kegiatan Sumber Data : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang tahun 2016.. Kegiatan pameran pemasaran pariwisata yang diselenggarakan

ALUR PERKEMBANGAN YANKES TRADKOM TIMUR (NON KONVENSIONAL) BARAT (KONVENSION AL) INTEGRASI YANKES BUKTI EMPIRIS EVIDENCE BASED KESTRAD KESTRAD TERUJI PENAPISAN - KAJI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh stres kerja, dan kepuasan kerja terhadap turnover intention karyawan medis RSIA.. Stella Maris kota