• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebahagiaan

Adapun Kebahagiaan merupakan emosi positif yang dirasakan berkaitan dengan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang. Kebahagiaan yang sebenarnya yang dirasakan individu berasal dari pemahaman terhadap kekuatan karakter yang dimiliki, menanamkan dan menggunakan setiap hari dalam kehidupan (Seligman, 2002).

2.1.1. Definisi Kebahagiaan

Seligman (2005) Menjelaskan Kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu, serta aktivitas positif yang tidak mempunyai komponen perasaan sama sekali (seperti keterlibatan individu secara menyeluruh pada kegiatan yang disukainya). Seligman (2005) memberikan Perbedaan individu yang mendapatkan Kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakanya pada kehidupan sehari-hari, baik pekerjaan, cinta, permainan, dan pengasuhan. Kebahagiaan merupakan konsep yang subjektif karena individu memiliki tolak

(2)

ukur Kebahagiaan yang berbeda-beda sehingga bisa mendatangkan Kebahagiaan untuknya. Faktor-faktor itu antara lain uang, status, pernikahan, kehidupan sosial, usia, kesehatan, emosi negatif, pendidikan, iklim, ras, dan jenis kelamin, serta agama atau tingkat religiusitas seseorang (Seligman, 2005).

Ada dua hal yang harus dipenuhi untuk mendapatkan Kebahagiaan yaitu afeksi dan Kepuasan Hidup (Rusydi, 2007).

1) Afeksi, perasaan (feeling) dan emosi (emotion) merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Menurut salah seorang pakar psikologi Tellegen (1982). menyebutkan bahwa setiap pengalaman emosional selalu berhubungan dengan afektif atau perasaan yang sangat menyenangkan sampai pada perasaan yang tidak membahagiakan.

2) Kepuasan Hidup, yang merupakan kualitas dari kehidupan seseorang yang telah teruji secara keseluruhan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Kepuasan Hidup merupakan hasil perbandingan antara segala peristiwa yang dialami dengan apa yang menjadi tumpuan harapan dan keinginan. Dengan demikian dapatdikatakan bahwa semakin terpenuhi kebutuhan dan harapan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan seseorang.

(3)

2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebahagiaan

1) Budaya

Triandis (Carr, 2004) Mengatakan bahwa faktor budaya dan sosial politik berperan dalam tingkat Kebahagiaan seseorang. Carr (2004) mengatakan bahwa budaya dalam kesamaan sosial memiliki tingkat kebahgiaan yang lebih tinggi. Carr juga menambahkan bahwa Kebahagiaan lebih tinggi dirasakan dinegara sejahtera dimana institusi umum berjalan dengan efisien terdapat hubungan yang memuaskan antara warga negara dengan anggota birokrasi pemerintahan.

2) Kehidupan Sosial

Menurut Seligman (2005) orang sangat bahagia menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan, paling sedikit menghabiskan waktu sendirian dan mayoritas dari mereka bersosialisasi.

3) Agama dan Religiusitas

Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan dari pada orang yang tidak religius (Seligman, 2005). Hal ini dikarenakan agama memberikan harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam hidup manusia (Seligman, 2005). Selain itu keterlibatan seseorang dalam kegiatan keagamaan atau komunitas agama dapat memberikan dukungan sosial bagi orang tersebut (Carr, 2004). Hubungan antara harapan akan masa depan dan keyakinan

(4)

beragama merupakan landasan mengapa keimanan sangat efektif melawan keputusan dan meningkatkan Kebahagiaan (Seligman, 2004).

4) Pernikahan

Seligman (2005). mengatakan bahwa pernikahan sangat erat hubunganya dengan Kebahagiaan. Menurut Carr (2004) Ada dua penjelasan mengenai hubungan Kebahagiaan dan pernikahan yaitu: orang yang bahagia lebih atractive sebagai pasangan dari pada orang yang tidak bahagia. Penjelasan kedua yaitu pernikahan memberikan banyak keuntungan yaitu pernikahan memberikan banyak keuntungan yang dapat membahagiakan seseorang,diantaranya keintiman psikologis dan fisik, memiliki anak, membangun keluarga, menjalankan peran sebagai pasangan dan orang tua, menguatkan identitas dan menciptakan kerukunan (Carr, 2004). Kebahagiaan orang yang menikah mempengaruhi panjang usia dan besar penghasilan dan hal ini berlaku bagi pria dan wanita (Seligman, 2005).

5) Usia

Kepuasan Hidup sedikit meningkat sejalan dengan bartambahnya usia, afek positif sedikit melemahkan, dan afek negatif tidak berubah (Seligman, 2005) menjelaskan hal yang berubah ketika seseorang menua adalah intensitas emosi dimana perasaan, mencapai puncak dunia dan terpuruk dalam keputusasaan, berkurang seiring dengan bertambahnya umur dan pengalaman.

(5)

Seligman (2005) menjelaskan bahwa dinegara yang sangat miskin, kaya bisa berarti lebih bahagia. Namun dinegara yang lebih makmur dimana hampir semua orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada Kebahagiaan (Seligman, 2005).

7) Kesehatan

Kesehatan objektif yang baik tidak begitu berkaitan dengan Kebahagiaan (Seligman, 2005) yang penting adalah persepsi subjektif kita terhadap seberapa sehat diri kita (Seligman, 2005) juga menambahkan bahwa orang yang memiliki lima atau lebih masalah kesehatan, Kebahagiaan mereka berkurang sejalan dengan waktu.

8) Jenis kelamin

Jenis kelamin memiliki hubungan yang tidak konsisten dengan Kebahagiaan (Seligman, 2005). Wanita memiliki kehidupan emosional yang lebih ekstrim dari pada pria (Seligman, 2005). Seligman (2005) juga menjelaskan bahwa tingkat emosi rata-rata pria dan wanita tidak berbeda namun wanita lebih bahagia dan juga lebih sedih dari pada pria (Widyanti, 2009).

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Kebahagiaan adalah suatu keadaan individu yang berada dalam afek positif (perasaan positif) dan untuk mencapai Kebahagiaan yang autentik, individu harus dapat mengidentifikasikan, mengolah, melatih serta menggunakan kekuatan (Strenght)

(6)

serta keutamaan (Virtue) yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari (Widyanti, 2009).

2.1.3. Mengukur Kebahagiaan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Lyubomirsky dan Lepper mengatakan bahwa untuk mengukur Subjective Well-Being dibutuhkan penilaian global mengenai keseluruhan hidup yang lebih luas daripada hanya melihat afek, Kepuasan Hidup, dan aspek-aspek kepuasan bagi individu. Berdasarkan hal tersebut, Lyubomirsky dan Lepper membuat alat ukur yang dianggap dapat mengukur tingkat Kebahagiaan subjektif seseorang. Alat ukur tersebut dinamakan Subjective Happiness Scale (Lyubomirsky & Lepper, 1997).

Alat ukur ini menggunakan teknik lapor diri (Self-Repport) dari responden. Teknik ini dipercaya dapat membantu individu untuk memberikan pendangan mereka mengenai Kebahagiaan berdasarkan perspektif diri sendiri (Lyubomirsky, Sheldon, & Schkade, 2005). Di dalam alat ukur ini, individu diminta untuk melaporkan sejauh mana ia termasuk orang yang bahagia (atau tidak bahagia) dan penilaian ini tidak sama dengan penilaian individu dalam pengukuran sederhana mengenai level afek dan Kepuasan Hidup (Lyubomirsky & Lepper, 1997). Seseorang bisa saja menganggap dirinya sebagai orang yang sangat bahagia walaupun lingkup kehidupannya terlihat tidak menunjang Kebahagiaannya, sebaliknya seseorang bisa menganggap dirinya sebagai orang yang tidak bahagia meskipun telah merasakan emosi positif (senang, bangga, dan semangat).

(7)

Alat ukur ini terdiri dari empat butir soal. Setiap soal memiliki pilihan jawaban yang memiliki rentang 1-7. Skor total didapat dengan cara mencari rata-rata nilai dari skor masing-masing item, sehingga kemungkinan skor total berkisar dari 1-7. Namun demikian, alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang telah diadaptasi, dengan rentang skor 1-6. Kemungkinan skor total pun berkisar 1-6. (Lyubomirsky dan Lepper, 1997).

2.2. Kepuasan Hidup

Diener dkk (1999) menyatakan bahwa Kepuasan Hidup adalah kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalaman yang disertai dengan kegembiraan. Selain harus memiliki kesehatan pisik, seseorang haruslah memiliki kesehatan mental yang baik, guna menikmati pengalaman-pengalamanya. Csikszentmihalyi (1999) menyatakan bahwa semakin banyak aktifitas positif yang dilakukan seseorang, semakin besar pula Kepuasan Hidupnya. Individu yang dapat menyesuaikan diri memiliki kepribadian yang terintegrasi dengan baik, individu yang demikian cenderung untuk merasa lebih puas dengan kehidupanya, seperti kepuasan terhadap keluarga, kepuasan terhadap sekolah, dan kepuasan terhadap persahabatan.

Menurut Diener, Scollon dan Lucas (2003), Subjective Well-Being (SWB) atau Kebahagiaan memiliki dua jenis penilaian, yaitu penilaian secara afektif dan penilaian secara kognitif. Aspek afektif dari Kebahagiaan meliputi seberapa sering individu merasakan emosi positif dan emosi negatif. Sedangkan Kepuasan Hidup

(8)

dianggap sebagai aspek kognitifnya (Sousa & Lyubomirsky, 2001), dimana individu dapat menilai kondisi hidupnya, menimbang kondisi mana yang paling penting dalam hidupnya, sehingga mereka dapat mengevaluasi bagaiamana hidup mereka, apakah hidup mereka memuaskan atau tidak (Diener, dkk, 2003).

2.2.1. Definisi Kepuasan Hidup

Menurut Sousa dan Lyubomirsky (2001), kepuasan terhadap hidup berarti penerimaan terhadap situasi hidup, atau terpenuhinya keinginan dan kebutuhuan hidup seseorang secara menyeluruh. Sedangkan menurut Veenhoven (dalam Gundlach & Kreiner, 2004) Kepuasan Hidup merupakan derajat penilaian individu terhadap keseluruhan kualitas hidupnya sebagai sesuatu yang menyenangkan; dengan kata lain adalah bagaimana seseorang menyukai hidup yang ia jalani. Campbell (dalam Gundlach & Kreiner, 2004) menambahkan bahwa arti dari kepuasan itu sendiri adalah diskrepansi yang dirasakan antara aspirasi dengan pencapaian. Misalnya seseorang dapat dikatakan puas dengan hidupnya ia merasa bahwa kondisi dirinya secara aktual tidak jauh berbeda dengan kondisi dirinya yang ia inginkan (Ideal Self). Beberapa peneliti juga menambahkan bahwa penilaian seseorang mengenai Kepuasan Hidupnya merupakan evaluasi kognitif (Sousa & Lyubomirsky, 2001) dan sifatnya konkrit (Gundlach & Kreiner, 2004). Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Kepuasan Hidup adalah evaluasi kognitif individu mengenai kualitas hidupnya serta terpenuhinya segala keinginan dan kebutuhan hidupnya sehingga jarak antara aspirasi dan pencapaiannya kecil.

(9)

Menurut Diener, Scollon, dan Lucas (2003), keuntungan yang didapat dari pengukuran Kepuasan Hidup seseorang adalah pengukuran ini dapat menangkap secara global Perbedaan Kepuasan Hidup seseorang dari kriteria mereka sendiri, sehingga dapat diidentifikasi kriteria apa saja yang berpengaruh bagi individu dalam memberikan penilaian mengenai Kepuasan Hidup mereka.

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup

Sama halnya dengan Kebahagiaan, Kepuasan Hidup juga memiliki berbagai faktor yang mempengaruhinya. Berbagai penelitian menemukan faktor yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi tingkat Kepuasan Hidup seseorang. Seperti diantaranya pendapatan, pendidikan, kesehatan, pernikahan (Sousa & Lyubomirsky, 2001). Tingkat kesejahteraan suatu negara (Diener & Suh dalam Gelati, dkk, 2006), jumlah penduduk, kepadatan penduduk, ras, heterogenitas ekonomi, usia wilayah, dan penggunaan lahan (Oliver, 2003), dan bencana alam (Luechinger & Raschky, 2006).

1. Gender

Ed Diener dan Frank Fujita (dalam Sousa & Lyubomirsky, 2001), menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat Kepuasan Hidup dalam gender. Diener dan Fujita hanya menemukan bahwa perbedaan hanya ditemukan pada sumber-sumber yang mempengaruhi tingkat Kepuasan Hidup. Pada wanita prediksi Kepuasan Hidup dapat ditemukan pada sumber-sumber sosial seperti

(10)

keluarga, teman, dan akses hubungan sosial, sedangkan pada pria sumber-sumber Kepuasan Hidupnya berupa tujuan pribadinya seperti kemampuan atletik, otoritas, pengaruh diri, pekerjaan, dan pendapatan.

2. Usia

Selain itu Diener dan Suh (dalam Sousa & Lyubomirsky, 2001) juga menemukan bahwa tingkat Kepuasan Hidup tidak menurun dengan bertambahnya usia, melainkan cenderung stabil selama rentang kehidupan, dan sedikit meningkat pada usai 20 dan 80 tahun. Hal ini dapat disebabkan kemampuan manusia untuk beradaptasi dalam mengahadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Carol Ryff (dalam Sousa & Lyubomirsky, 2001) menambahkan bahwa orang yang lebih tua memiliki dikrepansi yang lebih kecil antara keadaan diri faktual dengan diri idealnya dibandingkan dengan orang yang berumur lebih muda.

3. Hubungan Sosial

Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat Kepuasan Hidup adalah hubungan sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Francis Bacon (dalam Sousa & Lyubomirsky, 2001) menemukan bahwa semakin tinggi tingkat dukungan sosial yang dimiliki, maka semakin tinggi pula tingkat Kepuasan Hidupnya. Bacon menemukan hasil penelitian bahwa orang yang mampu menyebutkan lima nama temannya atau lebih memiliki tingkat Kepuasan Hidup yang lebih tinggi daripada orang yang sulit menyebutkan nama teman-temannya. Diener menambahkan bahwa dalam budaya barat, orang yang tidak menikah namun melakukan

(11)

kohabitasi lebih tidak puas dibandingkan dengan orang yang menikah. Memiliki anak tidak menambah tingkat Kepuasan Hidup seseorang. Namun, Diener menemukan bahwa semakin besar jumlah anak, semakin menurun tingkat Kepuasan Hidup seseorang (dalam Sousa & Lyubomirsky, 2001).

4. Pendidikan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sousa & Lyubomirsky (2001) ditemukan hubungan yang rendah antara pendidikan dan Kepuasan Hidup.Hubungan antara pendidikan dan Kepuasan Hidup mungkin disebabkan adanya fakta bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi berhubungan dengan pendapatan yang juga lebih tinggi. Pendidikan juga terlihat memiliki hubungan yang lebih tinggi dengan Kepuasan Hidup pada individu dengan pendapatan yang rendah dan di negara miskin. Umumnya, pendidikan memberikan akses yang lebih baik akan adanya kesempatan kerja dan pendapatan, yang pada akhirnya mempengaruhi Kepuasan Hidup.

5. Pekerjaan

Status pekerjaan individu mampu untuk meramalkan Kepuasan Hidup seseorang. Sebaliknya, individu yang tidak bekerja menunjukkan penurunan Kepuasan Hidupnya secara signifikan dibandingkan dengan individu yang bekerja (Sousa & Lyubomirsky, 2001).

(12)

Sousa dan Lyubomirsky (2001) menemukan bahwa semakin tinggi tingkat kesejahteraan hidup seseorang (salah satunya dilihat dari tingkat pendapatan), maka semakin tinggi pula tingkat Kepuasan Hidupnya. Sejalan dengan hal tersebut, juga dikatakan bahwa semakin sejahtera suatu negara, maka semakin tinggi juga tingkat Kepuasan Hidupnya. Sousa dan Lyubomirsky (2001) juga menemukan bahwa semakin besar perbedaan pendapatan ekonomi antara daerah dalam suatu negara, semakin rendah tingkat kepuasan masyarakat negara tersebut secara keseluruhan dan semakin besar perbedaan tingkat Kepuasan Hidup antara masyarakat yang kaya dengan masyarakat yang miskin dalam negara tersebut. Selain tingkat pendapatan, ditemukan pula bahwa status sebagai pekerja dan tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat Kepuasan Hidup seseorang.

Selain faktor-faktor di atas, juga terdapat faktor lain yang terkait dengan kondisi dalam suatu wilayah yang juga mampu mempengaruhi tingkat Kepuasan Hidup masyarakat yang tinggal di dalamnya. Adapun faktor-faktor tersebut, yaitu:

7. Budaya

Sousa dan Lyubomirsky (2001) mengatakan bahwa konsep Kepuasan Hidup lebih universal dibandingkan konsep Kebahagiaan sehingga ketika dilakukan penelitian mengenai tingkat Kepuasan Hidup antar budaya tidak ditemukan kesulitan dalam menerjemahkan arti Kepuasan Hidup itu sendiri. Namun tetap terdapat perbedaan tingkat Kepuasan Hidup antar budaya. Misalnya ditemukan hasil penelitian bahwa negara individualis (seperti Amerika, Inggris, dan Australia) memiliki tingkat Kepuasan Hidup yang lebih tinggi dibandingkan

(13)

dengan negara kolektivis (seperti Jepang, India, dan China) (dalam Sousa & Lyubomirsky, 2001). Sousa dan Lyubomirsky (2001) juga mengemukakan bahwa negara industri dengan tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang tinggi memiliki tingkat Kepuasan Hidup yang tinggi secara menyeluruh dibandingkan dengan negara dunia-ketiga yang masyarakatnya miskin. Sousa dan Lyubomirsky (2001) Menambahkan bahwa tingkat Kepuasan Hidup yang tinggi juga akan ditemukan pada negara yang memiliki kesetaraan gender, memiliki kepedulian dengan hak manusia, memiliki kebebasan politik, dan memiliki akses pengetahuan yang baik.

8. Bencana Alam

Dalam penelitiannya, Luechinger & Raschky (2006) menemukan bahwa terdapat efek dari bencana alam terhadap Kepuasan Hidup dan Kebahagiaan seseorang. Mereka mengemukakan bahwa ditemukan dampak negatif dari bencana banjir terhadap Kepuasan Hidup individu yang signifikan. Hal ini disebakan oleh kerusakan yang diakibatkan oleh bencana itu sendiri dan kerugian yang diderita individu.

9. Kondisi Masyarakat dalam suatu Wilayah

Penelitian lain yang dilakukan oleh Oliver (2003), mengenai perbedaan Kepuasan Hidup pada masyarakat metropolitan dan suburban, menemukan bahwa terdapat enam karakteristik internal yang dapat membedakan tingkat Kepuasan Hidup dan kebahagaiaan suatu wilayah, yaitu jumlah penduduk, kepadatan penduduk, rasial, heterogenitas ekonomi, usia wilayah, dan penggunaan lahan. Oliver (2003) juga mengatakan bahwa semakin tinggi kepadatan penduduk suatu

(14)

daerah, maka semakin tinggi tingkat depresi, ketidakpuasaan terhadap lingkungannnya, dan semakin tidak bahagia. Selain itu juga ditemukan bahwa semakin tinggi tingkat kemakmuran suatu daerah, maka semakin tinggi tingkat depresinya, tidak puas dengan hidup, merasa Self-Efficacy dan Self-Esteemnya rendah, dan semakin tidak bahagia.

2.2.3. Mengukur Kepuasan Hidup

Diener (dalam Sousa & Lyubomirsky, 2001) membuat alat ukur yang dapat mengukur Kepuasan Hidup secara global yang dinamakan Satisfaction With Life Scale (SWLS). Alat ukur ini didesain pada tahun 1985 oleh Ed Diener dan terdiri dari lima butir soal di mana individu diminta untuk menilai hidupnya secara global. Setiap soal dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada soal yang terkait penilaian secara afektif. Hal ini dilakukan karena pertimbangan bahwa Kepuasan Hidup merupakan aspek kognitif dari SWB (Diener dalam Sousa & Lyubomirsky, 2001).

2.3. Karakter Positif

Peterson dan Seligman (2004) Mendefinisikan Kekuatan (Strength) sebagai proses atau mekanisme psikologis membentuk keutamaan (Virtue) individu. Sedangkan keutamaan (Virtue) adalah karakteristik inti yang dihargai oleh filsuf dan agamawan (Peterson dan Seligman, 2004). Penelitian ini

(15)

diantaranya adalah fokus pada Karakter positif yang menurut Peterson dan Seligman mengarahkan individu pada pencapaian Virtues (Keutamaan). Peterson dan Seligman lebih lanjut mengatakan bahwa tinjauan mengenai Karakter positif diawali oleh asumsi bahwa karakter adalah suatu yang plural, sehingga perlu dilakukan pemisahan antara bentuk karakteristik positif, barulah kemudian merencanakan bagaimana untuk mengukurnya sebagai sesuatu yang bersifat Individual Differences.

2.3.1. Definisi Karakter positif

Peterson dan Seligman (2004) Mendefinisikan Kekuatan (Strength) sebagai proses atau mekanisme psikologis membentuk keutamaan (Virtue) individu. Sedangkan keutamaan (Virtue) adalah karakteristik inti yang dihargai oleh filsuf dan agamawan (Peterson dan Seligman, 2004) Karakter positif memiliki rute-rute yang berbeda dalam mencapai suatu virtue atau virtue lainnya. Virtues memiliki makna sebagai bagian utama dari karakteristik yang oleh para filosof dan pemuka agama dibagi menjadi enam, yaitu wisdom, courage, humanity, justice, temperance, dan transcendence. Melalui survei sejarah ditemukan bahwa keenam kategori ini bersifat konsisten, universal dan diperkirakan merupakan aspek yang penting bagi mahluk hidup untuk dapat bertahan dalam proses evolusi. Diasumsikan bahwa jika virtues menjadi nilai tertinggi yang dianut oleh individu barulah individu dapat dikatakan memiliki karakter yang baik. Karakter positif tersebut di atas, memiliki kesamaan dalam hal meraih dan menggunakan ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki beberepa

(16)

perbedaan. Strength dianggap sebagai sesuatu yang disadari dan dinilai, walaupun individu jarang memunculkannya. Walaupun demikian, disimpulkan bahwa individu dapat dikatakan memiliki karakter yang baik jika individu mampu menampilkan 1 atau 2 Strength dalam kelompok Virtue tertentu.

Untuk dapat dikatakan sebagai Karakter positif, karakteristik positif harus memenuhi sebagian besar dari sepuluh kriteria yang ditetapkan (Peterson & Seligman, 2004), yaitu:

1. Strengths memberikan sumbangan pada berbagai pemenuhan kebutuhan yang mengarahkan kepada Good Life untuk diri sendiri dan orang lain. Meskipun Strength dan Virtues menentukan bagaimana individu berhadapan dengan ketahanan, fokus utama adalah pada bagaimana Strength dan Virtues mampu memenuhi kebutuhan individu.

2. Meskipun Strength mampu dan dapat memberikan hasil yang memuaskan, setiap Strength bernilai moral, walaupun hasil yang didapat tidak menguntungkan secara ekonomi.

3. Pemunculan Strength oleh individu tidak mengurangi kesempatan orang-orang di sekitarnya untuk memunculkan strength yang sama. Sebaliknya pemunculan Strength biasanya akan membuat orang-orang di sekitar terinspirasi dan berkeinginan untuk menampilkan Strength. Menampilkan Strength akan memunculkan emosi positif seperti kebanggaan, kepuasan, kegembiraan, dan harmoni.

(17)

4. Dapat dibuat Phrase yang bertentang (Opposite) dan bersifat bipolar.

5. Strenght harus melampuai tingkah laku, pikiran, perasaan, dan aksi, sehingga dapat diukur. Strength seperti layaknya sifat yang memiliki tingkatan dalam generalisasi antar situasi dan stabilitas dari waktu ke waktu.

6. Strength berbeda dari trait positif lainnya dalam hal klasifikasi dan tidak dapat dipisahkan dari klasifikasinya.

7. Strength sebelumnya sudah diwujudkan dalam penokohan yang teladan baik dalam kebudayaan atau cerita-cerita tertentu.

8. Seperti halnya inteligensi, beberapa Strength juga memiliki kategori jenius atau luar biasa.

9. Strength memperhatikan eksistensi dari individu yang tidak menampilkan Strength sama sekali dalam hidupnya.

10. Lingkungan masyarakat menyediakan intitusi dan kegiatan yang mengasahkan dan mereproduksi Strength secara berkelanjutan.

2.3.2. Mengukur Karakter positif

Berdasarkan 10 kriteria di atas, maka klasifikasi virtues dan karakter positif adalah sebagai berikut (Seligman, 2002, Peterson & Seligman, 2004):

(18)

Kekuatan kognitif yang mengandung perilaku mencari dan menggunakan ilmu pengetahuan, yang terdiri dari:

1. Creativity (Originality, Ingenuity), kreativitas mengandung dua komponen penting, yakni individu yang kreatif haruslah menghasilkan tingkah laku atau ide-ide yang orisinil, unik, mengejutkan, dan tidak biasa. Tetapi orisinil saja tidak cukup untuk mengatakan bahwa individu memiliki kreativitas. Selain orisinil, ide atau tingkah laku juga harus adaptif, memberikan kontribusi yang positif terhadap kehidupan individu tersebut dan juga untuk kehidupan orang lain.

2. Curiosity (Interest, Novelty-Seeking, Openness to Experiences), minat intrinsic untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman yang unik, bervariasi, dan juga menantang. Curiosity mengarah kepada keterbukaan terhadap pengalaman dan fleksibilitas pada hal-hal yang tidak sesuai dengan konsepsi awal individu. Individu yang memiliki Curiosity biasanya tidak mudah mentoleransi sesuatu yang ambigu, sebaliknya mereka menyukai dan berhadapan dengan situasi tersebut. Curiosity bisa spesifik pada bidang tertentu atau bisa juga bersifat global pada berbagai bidang. Curiosity lebih bersifat aktif, pasif dalam mengabsorsi sebuah informasi tidak dapat dikatakan sebagai Curiosity.

3. Open-Mindedness (Judgement, Critical Thinking), keinginan untuk secara aktif mengumpulkan bukti-bukti yang mengarah kepada kepercayaan individu, rencana, tujuan, dan menimbang berbagai bukti yang ada secara

(19)

adil. Seseorang yang Open-Mindedness biasanya akan mempertimbangkan segala bukti-bukti dalam mengambil keputusan dan selalu terbuka akan bukti-bukti baru yang bisa jadi mengubah keyakinan yang dimiliki selama ini.

4. Love of Learning, Strength yang seringkali diinginkan oleh guru ada pada murid-murid mereka, adalah Strength yang diinginkan oleh orang tua terbentuk pada diri anak-anak mereka. Love of Learning sering dikaitkan pada konsep-konsep besar seperti kompetensi, nilai-nilai, dan pengembangan minat. Love of Learning digambarkan sebagai cara dimana individu memperoleh informasi dan ketrampilan baru secara umum atau spesifik yang mengarah kepada perkembangan pengetahuan individu mengenai minat mereka, jika individu memiliki Strength Love of Learning, maka individu tersebut akan menyatu secara koginitif dalam artian individu akan mengalami perasaan positif berkenaan dengan proses perolehan ketrampilan, pemuasan rasa ingin tahu, atau pada saat mempelajari sesuatu yang benar-benar baru bagi individu tersebut. Kekuatan ini membantu individu untuk bangkit dari kritikan dan tantangan.

5. Perspective (Wisdom), memiliki kemampuan untuk memberikan saran bijaksana kepada orang lain, memiliki cara pandang terhadap dunia yang dapat diterima oleh orang lain. Perspective berbeda dengan inteligensi, daimana Perspective adalah taraf superior dari penguasaan ilmu, judgement, dan kapasitas untuk memberikan saran kepada orang lain.

(20)

Perspective memungkinkan individu untuk menjawab hal-hal yang komplek dari kehidupan dan digunakan untuk mencapai kesejahteraan individu dan orang lain.

B. Courage

Kekuatan emosional yang mengandung keinginan untuk mencapai tujuan pribadi walaupun terdapat halangan yang bersifat internal-eksternal dalam pencapaiannya.

1. Bravery (Valor), tidak takut terhadap ancaman, tantangan, kesulitan, atau rasa sakit, berani mengutarakan keingianan walaupun ada lawan berani tampil berbeda walaupun tidak popular, termasuk keberanian fisik, namun tidak merupakan batasan. Beberapa elemen yang terkandung dari Bravery adalah, tindakan harus bersifat sukarela, terkandung judgment yaitu mengetahui dengan pasti resiko dan menerima konsekuensi dari setiap tindakan, didahului oleh situasi bahaya, kehilangan, situasi yang mengandung resiko, dan potensi dari kondisi celaka.

2. Persistence (Presverance, Industriousness), menyelesaikan semua pekerjaan yang telah dimulai, merasa puas bila dapat merampungkan sebuah tugas walaupun berhadapan dengan halangan dan rintangan. Hanya diukur dari lamanya seseorang berhadapan dengan tugas saja tidaklah cukup untuk menempatkan individu sebagai seseorang yang Persistence karena berhadapan lama dengan tugas yang menyenangkan dan

(21)

memberikan hasil yang menguntungkan secara ekonomi, tidak memerlukan daya tahan dan perhatian dari individu.

3. Integrity (Authenticity, Honesty), menyampaikan keberanian tetapi lebih bersifat luas yang menampilkan diri sendiri apa adanya, tanpa topeng, bertanggung jawab terhadap perasaan dan tingkah laku. Kata Integrity berasal dari bahsa latin Integritas yang berarti keseluruhan, yang mengandung makna bahwa tingkah laku yang ditampilkan selalu konsisten dengan nilai-nilai yang dianut, memperlakukan orang lain dengan perhatian penuh, sensitive terhadap kebutuhan orang lain dan membantu orang lain berdasarkan kebutuhannya. Selain itu Integrity juga berarti mengemukakan opini yang sejalan dengan nilai moral walaupun opini tersebut tidak populer.

4. Vitality (Zest, Enthusiasm, Vigor, Energy), melakukan pendekatan terhadap dunia dengan gairah dan energi, mengerjakan sesuatu tidak setengah-setengah, hidup dengan penuh tantangan, merasa hidup dan aktif. Vitality berhubungan secara langsung baik dengan faktor somatic maupan psikologis. Secara Somatic, Vitality dikaitkan dengan kesehatan fisik dan fungsi tubuh yang optimal, seperti tidak mudah lelah dan jatuh sakit. Pada tataran psikologis, Vitality merefleksikan kemauan, ketergugahan, dan integrasi dari diri baik intrapersonal maupn interpersonal. Ketegangan psikologis, konflik, dan Stressor dapat dihadapi dengan mudah bila individu merasakan Vitality.

(22)

C. Humanity

Kekuatan interpersonal termasuk keinginan untuk dekat dan bersahabat dengan orang lain.

1. Love, menghargai hubungan dengan orang lain, saling berbagi dan memperhatikan, dan mencoba untuk dekat dengan orang lain. Love merepresentasikan sudut pandang terhadap orang lain yang meliputi pikiran, tingkah laku, dan emosi. Love memiliki tiga bentuk, yakni cinta kasih antara orang tua kepada anak yang diwarnai dengan melindungi, mendukung, mau berkorban, mengutamakan kebutuhan mereka di atas kebutuhan pribadi, dan merasa bahagia jika mereka bahagia. Love yang kedua adalah cinta kasih antara anak kepada orang tua yang diwarnai dengan kebutuhan untuk selalu dekat, pelindung utama, dan tempat untuk bergantung. Bentuk yang ketiga adalah cinta kasih yang bersifat romantis yang diwarnai dengan hasrat seksual, ketertarikan secara fisik, dan kedekatan emosional. Teori tentang cinta telah berkembang dari dahulu, jauh sebelum teori-teori lain dikembangkan. Teori yang ada biasanya melihat cinta dari sudut psikologi perkembangan yaitu kajian mengenai Attachment antara anak-orang tua dan teori psikologi sosial yang mengkaji cinta romantis orang-orang dewasa. Kapasitas untuk mencintai dan dicintai sebenarnya bersifat Innate, tipikal seluruh mahluk hidup yang mampu mengarahkan pada kesehatan fisik dan psikologis semua mahluk hidup dari segala umur.

(23)

2. Kindness (Generosity, Nurturance, Care, Compassion, Altruistic Love, Niceness), melakukan kebaikan terhadap orang lain, menolong orang lain, dan menjaga orang lain. Empati dan simpati adalah komponen yang penting dalam Kindness. Individu yang menampilkan Kindness biasanya tergerak untuk membantu orang lain dan tidak pernah merasa disibukkan saat menolong orang lain walaupun tidak mengenal dengan baik orang lain yang ditolong.

3. Social Intelligence (Emotional Intelligence, Personal Intelligence), sadar terhadap motif, perasaan orang lain dan diri sendiri, tahu bagaimana bersikap pada situasi yang berbeda, tahu apa yang dilakukan untuk membuat orang lain tergugah. Inteligensi mengarah pada kemampuan untuk berpikir secara abstrak, paham persamaan-perbedaan hal-hal tertentu, mengenali pola-pola tertentu, dan dapat melihat keterkaitan antara satu hal dengan hal lainnya. Inteligensi yang menjadi fokus utama dalam kajian mengenai kekuatan karakter ini Personal, Social, dan Emotional Intelligence. Personal Intelligence termasuk di dalamnya Self-Understanding dan Self-Assessment, adalah kemampuan untuk mengetahui alasan-alasan dibalik motivasi internal, emosional secara lebih menyeluruh dan dinamis. Social Intelligence menuju kepada memiliki perhatian akan hubungan dengan orang lain, hubungan sosial diwarnai dengan keintiman dan kepercayaan. Emotional Intelligence berarti bahwa individu memiliki kemampuan untuk mengolah informasi yang bersifat emosional secara baik.

(24)

D. Justice

Kekuatan publik yang mendasari kehidupan komunitas yang sehat. Justice berkaitan dengan relasi dalam kelompok yang lebih besar dan melampaui hubungan antara dua orang, seperti keluarga, komunitas, negara, dan dunia.

1. Citizenship (Social Responsibility, Loyalty, Teamwork) bekerja dengan kelompok. Individu dengan kekuatan ini biasanya memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas, bekerja untuk kepentingan pribadi, setia terhadap teman, dan dapat dipercaya dalam situasi kelompok. Individu semacam ini biasanya adalah teman satu team yang menyenangkan.

2. Fairness, memperlakukan setiap orang secara adil, memberikan kesempatan yang serupa pada setiap orang dan tidak membiarkan perasaan subyektif mempengaruhi keputusan yang menyangkut orang lain. Fairness adalah produk dari moral Judgment, yaitu proses dimana individu menilai hal-hal yang dianggap baik ataupun buruk secara moral dan apa yang dilarang secara moral.

3. Leadership, mendorong anggota kelompok untuk bekerja, menjaga hubungan baik dengan anggota kelompok, menyiapkan aktivitas kelompok, dan mengevaluasinya. Leadership sebagai kualitas kepribadian harus dibedakan dengan Leadership sebagai suatu proses yang bersifat praktis. Sebagai sebuah kualitas kepribadian, Leadership adalah motivasi dan kapasitas untuk mengambil peran pemimpin dalam system sosial, kemampuan mempengaruhi orang lain, mampu mengatur aktivitas pribadi

(25)

dan orang lain dalam suatu sistem yang terintegrasi. Leadership sebagai sebuah proses praktis berisikan kemampuan untuk menetapkan tujuan dan mendorong bawahan untuk bekerja sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

E. Temperance

Kekuatan yang melindungi dari sesuatu yang berlebihan, dimana Temperance mengacu kepada ekspresi yang sesuai dan tidak berlebihan akan selera dan sesuatu yang individu inginkan. Individu yang Temperate tidak Mensuppress motif yang dimiliki, namun bersabar menunggu kesempatan untuk memuaskan motif tersebut sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

1. Forgiveness and Mercy, memaafkan orang lain yang berbuat salah, menerima kekurangan orang lain, memberikan kesempatan bagi orang lain, tidak mendendam. Jika seseorang memaafkan, maka kecenderungan bersikap kepada orang yang berbuat salah akan semakin membaik.

2. Humility/Modesty, tidak menganggap diri lebih spesial dari orang lain, tidak mencari perhatian. (Peterson & Seligman, 2004) mengemukakan beberapa hal penting yang terkandung di dalam humility, yaitu perasaan yang akurat terhadap kemampuan dan prestasi, memberikan penghargaan kepada setiap orang walaupun orang tersebut berbuat kesalahan, kekurangan, dan memiliki keterbatasan dalam pengetahuan, terbuka terhadap ide-ide baru, informasi yang kontradiktif, dan nasehat, menghargai kemampuan orang lain, rendah hati terhadap kemampuan diri,

(26)

dan mengapresiasi segala hal sebagai sesuatu yang memberikan beragam kontribusi bagi kehidupan.

3. Prudence, berhati-hati dengan keputusan yang dibuat, tidak mengambil resiko, tidak mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak bertanggung jawab. Dalam kehidupan sehari-hari, individu akan meninjau secara hati-hati masa depan mereka, berpikir dan memiliki perhati-hatian yang penuh terhadap masa depan, membuat rencana yang matang, dan menetapkan tujuan serta aspirasi jangka panjang. Individu terlatih untuk menghindari dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan yang mampu merusak diri sendiri.

4. Self-Regulation (Self-Control), meregulasi perasaan dan tingkah laku. Disiplin, mengontrol emosi dan selera. Individu dapat dengan mudah mengontrol gairah, kebutuhan, dan impuls, dan menampilkannya kondisi memungkinkan. Saat berhadapan dengan peristiwa yang menyakitkan, individu mampu meregulasi emosinya, dan mengobati sendiri perasaan-perasaan negatif yang dirasakan.

F. Transcendence

Kekuatan yang dapat menciptakan hubungan dengan lingkungan semesta dan memberi makna. Hubungan yang dimaksud dapat berupa hubungan dengan orang lain, masa depan, dan alam semesta.

(27)

1. Appreciation of Beauty and Excellence (awe, wonder, elevation), menyadari dan mengapresiasi keindahan, spesial, memiliki ketrampilan dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari seni hingga matematika, dari ilmu alami hingga pengalaman hidup sehari-hari. Individu yang memiliki kekuatan ini akan seringkali merasakan terpana atau bergairah saat melakukan kegiatan-kegiatan sederhana seperti berkeliling kota, membaca novel atau surat kabar, menyelami kehidupan orang lain atau saat menonton pertandingan olahraga dan film. Diasumsikan bahwa individu yang pikiran dan hatinya terbuka untuk sesuatu yang indah dan menawan biasanya akan lebih menikmati kehidupan sehari-hari, menemukan makna hidup, dan dapat berhubungan dengan orang lain lebih mendalam.

2. Gratitude, sadar dan bersyukur atas anugerah Tuhan dan menyediakan waktu untuk mengekspresikan rasa syukur. Gratitude berasal dari kata latin grasia yang berarti bersyukur dan berkaitan erat dengan sesuatu yang baik, dermawan, hadiah, dan keindahan dalam memberi dan menerima, mendapatkan atau memberi sesuatu tanpa pamrih. Gratitude berarti bahwa individu mendapatkan keuntungan dari tingkah laku orang lain. Dengan kata lain, individu mendapatkan suatu hadiah dan mengapresiasikan serta menghargai hadiah tersebut. Ada dua macam Gratitude, yakni yang bersifat Personal dan Transpersonal. Personal Gratitude mengacu pada rasa terima kasih kepada sesorang atas keuntungan yang individu dapatkan melalui orang tersebut. Transpersonal Gratitude adalah rasa terima kasih yang ditujukan kepada Tuhan. Transpersonal Gratitude lebih bersifat

(28)

Peak Experience. Fitzgerald (dalam Peterson & Seligman, 2004) mengatakan bahwa Gratitude terdiri dari tiga komponen, yakni apresiasi terhadap seseorang atau sesuatu, niat yang baik kepada seseorang atau sesuatu, dan kecenderungan untuk bertingkah laku yang berasal dari apresiasi dan niat baik.

3. Hope (Optimism, Future-Mindedness, Future-Orientation), mengharapkan yang terbaik bagi masa depan dan berusaha keras untuk mewujudkannya, percaya bahwa nasib bisa diubah. Hope, Optimsm, Future-Mindedness, dan Future-Orientation meliputi pikiran, emosi dan tingkah laku yang tertuju pada masa depan. Berpikir mengenai masa depan, mengharapkan hasil yang terbaik di masa yang akan datang, dan merasa percaya diri terhadap hasil dan tujuan.

4. Humor (Playfulness), senang tertawa dan bergurau, menghadirkan senyum pada setiap orang, membuat gurauan. Humor biasanya lebih mudah untuk dikenali daripada didefinisikan. Secara keseluruhan humor berarti pikiran yang menyenangkan, pandangan yang membahagiakan yang memungkinkan individu untuk melihat sisi positif dari sesuatu hal, dan kemampuan untuk membuat orang lain tersenyum atau tertawa.

5. Spirituality (Religiousness, Faith, Purpose), memiliki kepercayaan mengenai kekuatan yang besar yang menguasai dunia, percaya dengan makna hidup. Spirituality mengandung keyakinan yang bersifat Persuasive, Pervasive, dan stabil yang membentuk atribusi indivdu dan

(29)

bagaimana individu membina hubungan. Walaupun sangat beragam pada setiap kebuadayaan Spirituality bersifat universal dalam hal sifatnya yang Transedence, sakral, dan mengandung kekuatan.

2.3.3. Alat ukur Psikologi Tes Karakter positif VIA-IS Tabel 2.3. Tes Karakter positif VIA-IS

Jenis Option Nilai

Sangat tidak mirip dengan saya 1

Tidak mirip dengan saya 2

Netral 3

Mirip dengan saya 4

(30)

VIA-IS terdiri atas 240 item berdasarkan 24 Karakter positif yang hendak dilihat dari individu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.4. Item VIA-IS

No VIRTUES STRENGTH KEUTAMAAN

1 Wisdom and Knowledge (kekuatan kognitif yang mengandung prilaku mencari dan menggunakan ilmu pengetahuan) -Creativity -Curiosity -Open mindedness -Love of Learning -Perspective (wisdom) 1.Creativity 2.Curiosity

Berpikir unik produktif dalam membuat suatu konsep, dan tidak dibatasi oleh prestasi dibidang kesenian

Memiliki minat dalam berbagai kegiatan, memilih kajian-kajian yang menarik, menggali dan menemukan berbagai hal

(31)

Tabel 2.5. Item VIA-IS

3.Open mindedness

4.Love of Learning

Berpikir dan mendalami sesuatu dari berbagai sudut pandang, tidak menyimpulkan terlalu dini, memiliki

kemampuan untuk mengubah pola pikir orang lain

berdasarkan bukti yang kuat, dan menimbang berbagai bukti-bukti secara adil.

Menguasai berbagai

ketrampilan baru, topik-topik ilmu pengetahuan, baik secara formal maupun non-formal. Sedikit menyerupai curiosity namun lebih bersifat

(32)

Tabel 2.6. Item VIA-IS

5.Perspective (Wisdom)

Memiliki kemampuan untuk memberikan saran yang bijaksana kepada orang lain, memiliki cara pandang terhadap dunia yang dapat diterima orang lain.

2 COURAGE

(Kekuatan emosional yang mengandung keinginan untuk mencapai tujuan pribadi walaupun terdapat halangan yang bersifat internal, eksternal dalam pencapaianya)

- Bravery - Vitality -Integrity - Persistence

1. Bravery Tidak takut terhadap ancaman, tantangan, kesulitan, atau rasa sakit, berani mengutarakan keinginan walaupun ada lawan, berani tampil berbeda walaupun tidak popular, termasuk keberanian fisik, namun tidak merupakan batasan.

(33)

Tabel 2.7. Item VIA-IS

2. Integrity

3. Persistence

4.Vitality

Menyampaikan keberanian tetapi lebih bersifat luas yang menampilkan diri sendiri apa adanya, tanpa topeng,

bertanggung jawab terhadap perasaan dan tingkah laku.

Menyelesaikan semua pekerjaan yang telah dimulai, merasa puas bila dapat merampungkan sebuah tugas

Melakukan pendekatan terhadap dunia dengan gairah dan energi, mengerjakan sesuatu tidak setengah-setengah, hidup dengan penuh tantangan, merasa hidup dan aktif.

(34)

Tabel 2.8. Item VIA-IS 3 HUMANITY & LOVE

(Kekuatan interpersonal

termasuk keinginan untuk dekat dan bersahabat dengan orang lain) - Kindness -Love -Social intelligence 1.Kindness 2.Love 3.Social intelligence Melakukan kebaikan terhadap orang lain, menolong orang lain, dan menjaga orang lain.

Mengghargai hubungan dengan orang lain, saling berbagi dan

memperhatikan, dan mencoba untuk dekat dengan orang lain.

Sadar akan motif, perasaan orang lain dan diri sendiri, tahu bagaimana bersikap pada situasi yang berbeda, tahu apa yang dilakukan untuk membuat orang lain tergugah.

(35)

Tabel 2.9. Item VIA-IS 4 JUSTICE

(Kekuatan publik yang mendasari kehidupan komunitas yang sehat)

-Citizenship -Fairness -Leadership 1.Citizenship 2.Fairness 3.Leadership

Bekerja dengan baik pada situasi kelompok, setia pada kelompok, dan berbagi dengan kelompok.

Memperlakukan setiap orang secara adil, memberikan kesempatan yang sama pada setiap orang, dan tidak membiarkan perasaan subyektif mempengaruhi keputusan yang menyangkut orang lain.

Mendorong anggota kelompok untuk bekerja, menjaga hubungan baik dengan anggota kelompok, menyiapkan aktivitas kelompok,

(36)

Tabel 2.10. Item VIA-IS

5 TEMPERANCE

(Kekuatan yang

melindungi dari sesuatu yang berlebihan)

- Self Regulation

-Prudence

-Humility and modesty -Forgiveness and Mercy

1.Self Regulation 2.Prudence 3.Humility and modesty 4.Forgiveness and Mercy

Meregulasi perasaan dan tingkah laku, disiplin,

mengontrol emosi dan selera.

Berhati-hati dengan keputusan yang dibuat, tidak mengambil resiko, tidak mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak bertanggung jawab.

Tidak menganggap diri lebih spesial dari orang lain, tidak mencari perhatian.

Memaafkan orang lain yang berbuat salah, menerima kekurangan orang lain, memberikan kesempatan bagi orang lain, tidak mendendam.

(37)

Tabel 2.11. Item VIA-IS 6 TRANSENDENCE

(Kekuatan yang dapat menciptakan hubungan dengan lingkungan semesta dan memberi makna)

- Appreciation of Beauty -Gratitude -Hope -Spirituality -Humor 1.Appreciati on of Beauty 2.Gratitude Menyadari dan mengapresiasi keindahan, spesial, memiliki ketrampilan dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari seni

hingga matematika, dari ilmu alami hingga pengalaman hidup

sehari-hari.

Sadar dan bersyukur atas anugerah Tuhan dan menyediakan waktu untuk

mengekspresikan rasa syukur.

(38)

Tabel 2.12. Item VIA-IS

3.Hope

4.Spirituality

5.Humor

Mengharapkan yang terbaik bagi masa depan dan berusaha keras untuk mewujudkannya, percaya bahwa nasib bisa diubah.

Memiliki kepercayaan mengenai kekuatan yang besar yang menguasai dunia, percaya dengan makna hidup.

Senang tertawa dan bergurau, menghadirkan senyum pada setiap orang, membuat gurauan.

Sumber: Peterson & Seligman (2004).

2.4. Keamanan

Tanggal 30 Desember 1980 dengan Surat Keputusan KAPOLRI diatur, Satuan Pengamanan, disingkat SATPAM sebagai terjemahan Keamanan / Guards, yang sudah ada dibanyak Negara (Djamin, 2011).

Pakaian seragam, atribut serta syarat-syarat penerimaan dan pelatihan diatur dalam SK KAPOLRI. Satuan-satuan Pengamanan yang sudah ada waktu itu

(39)

menyesuaikan dengan SK KAPOLRI. Dengan Pedoman Prinsip-Prinsip Penuntun Satpam ST.KAPOLRI NO POL : T/842/1988 Tanggal 20 Desember 1988 yang berisi butir-butir yang menggambarkan karakter positif sebagai anggota Keamanan diantaranya :

1. Kami anggota Satuan Pengamanan memegang teguh disiplin, patuh dan taat pada pimpinan jujur dan bertangung jawab. Didalam karakter positif hal ini sesuai dengan karakter Citizenship (dapat bekerjasama dengan kelompok) Orang dengan kekuatan ini dapat bekerja dengan baik dalam suatu kelompok

tertentu. Mereka setia dan berdedikasi pada kelompoknya, senantiasa melakukan tugas, dan mau bekerja keras demi kesuksesan bersama.

2. Kami anggota Satuan Pengamanan senantiasa menjaga kehormatan diri dan menjunjung tinggi kehormatan satuan pengamanan. Didalam karakter positif hal ini sesuai dengan karakter Self Regulation (mengontrol perasaan dan tingkah laku).

Ciri-ciri seseorang dengan kekuatan ini adalah adanya kemampuan untuk dapat menahan diri, emosi, nafsu, serta dorongan-dorongan lain dalam dirinya agar sesuai dengan norma masarakat.

3. Kami anggota satuan pengamanan senantiasa waspada dalam melaksanakan tugas sebagai pengamanan dan penertib dilingkungan kerja. Didalam karakter positif hal ini sesuai dengan karakter Prudence (berhati-hati).

Kekuatan ini beroreantasi kepada masa depan seseorang merupakan suatu bentuk managemen diri yang membantu seseorang meraih tujuan jangka panjang.

(40)

4. Kami anggota satuan pengamanan senantiasa bersikap open tidak menganggap remeh sesuatu yang terjadi dilingkungan kerja. Didalam karakter positif hal ini sesuai dengan karakter Spirituality (kepercayaan kepada Tuhan).

Dengan kekuatan ini, seseorang akan memiliki kepercayaan tentang adanya sesuatu yang lebih besar dari alam semesta ini. Mengerti makna hidup dan berpegang teguh pada nilai moral.

5. Kami anggota satuan pengamanan adalah petugas yang tangguh dan senantiasa bersikap etis dalam menegakan peraturan. Didalam karakter positif hal ini sesuai dengan karakter Self Regulation (mengontrol perasaan dan tingkah laku).

Ciri-ciri seseorang dengan kekuatan ini adalah adanya kemampuan untuk dapat menahan diri, emosi, nafsu, serta dorongan-dorongan lain dalam dirinya agar sesuai dengan norma masarakat (Buku saku Keamanan, 2004).

Dengan undang-undang No. 2 tahun 2002. Pasal 2 dinyatakan Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan Negara dibidang pemeliharaan Keamanan dan ketertiban masarakat, penegakan hukum, perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masarakat pasal 3 ayat (1) dinyatakan pula: Pengemban fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang dibantu oleh : a. Kepolisian Negara

b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan / atau c. Bentuk-bentuk Pengamanan Swakarsa.

Undang-undang No.2 tahun 2002 juga menegaskan bahwa disamping fungsi penindakan, polri harus mengutamakan pencegahan (Djamin, 2011).

(41)

2.4.1. Definisi Keamanan

Didalam pedoman pelaksanaan tugas anggota Keamanan, 2004; Pusdiklat Lido Pandu Tata Tentram. Satuan pengamanan atau disingkat SATPAM (Keamanan) memiliki pengertian satuan petugas yang dibentuk oleh instansi proyek / badan usaha untuk melaksanakan pengamanan pisik dalam rangka menyelenggarakan Keamanan swakarsa dilingkungan / kawasan kerjanya. Instansi adalah instansi pemerintah bukan TNI dan lembaga pemerintah bukan departemen, proyek adalah bangunan dan atau sarana bangunan milik Negara atau milik swasta. Badan usaha adalah perusahaan yang modalnya sebagian atau seluruhnya milik Negara. dalam hal ini (Perum, Perusahaan Jawatan, Persero, Perusahaan Daerah) dan atau seluruhnya milik swasta. Vital atau penting yang dimaksud disini adalah dibatasi dari segi, strategi dibidang hankamnas, pengaruh nasional / internasional serta menghasilkan Devisa maupun menguasai hajat hidup orang banyak.

Pengamanan pisik adalah segala usaha dan kegiatan mencegah / mengatasi / timbulnya ancaman dan gangguan Keamanan dan ketertiban dilingkungan suatu instansi / proyek badan usaha secara pisik melalui kegiatan pengaturan, penjagaan dan perondaan serta kegiatan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing instansi / proyek / badan usaha yang bersangkutan.

(42)

2.4.2. Tipe atau Model Keamanan

Istilah tenaga pengamanan atau pekereja Keamanan tentu lebih luas dari satpam atau Keamanan / guards, sebab mencakupi Manager Keamanan, Body Guards, konsultan Keamanan, dan sebagainya. Seluruh tugas Keamanan dan Keamanan pisik, Information Keamanan, dan personil Keamanan dapat diserahkan kepada perusahaan luar, Keamanan pisik terbesar adalah anggota Keamanan Alih Daya. Apabila bidang Outsourcing / Alih Daya dibahas dari sudut pandang ketenagakerjaan dikaitkan pula dengan hubungan industrial Keamanan dan perundang-undangan ketenaga kerjaan, masalahnya sudah cukup luas untuk dibahas (Djamin, 2011).

Dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahan saling berlomba untuk menerapkan strategi dan kiat baru untuk memenangkan persaingan itu. Salah satu strategi yang sedang populer di berbagai negara untuk meningkatkan efisiensi perusahaan dalam rangka memenangkan persaingan adalah melalui Alih Daya.

Pada prakteknya Alih Daya dapat diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi perusahaan dengan memanfaatkan sumber daya dari luar menggantikan sumber daya dari dalam perusahaan untuk menyelesaikan tugas tertentu yang selama ini dianggap kurang efisien. Oleh karena itu istilah Alih Daya berkaitan erat dengan restrukturisasi perusahaan yang merupakan usaha pembenahan struktur perusahaan agar mampu menghasilkan kinerja yang lebih efektif dan efisien sehingga perusahaan mampu mencapai competitve advantage dalam bidang usaha yang menjadi core business-nya.

(43)

Menghadapi persaingan yang semakin ketat, perusahaan dituntut untuk lebih memfokuskan perhatiannya pada bidang usaha yang betul-betul dikuasainya. Dengan kata lain agar dapat bertahan dalam persaingan, perusahaan harus manjadi spesialis pada core business-nya bukan sebagai generalis. Hal ini wajar saja, karena bagaimanapun juga tidak mungkin bagi perusahaan untuk mampu menguasai secara baik berbagai bidang keahlian yang berbeda.

Untuk itu dalam melakukan Alih Daya perlu diperhatikan bahwa bidang usaha yang yang akan di-outsource hendaknya merupakan bidang usaha yang bukan menjadi fokus utama perusahaan. Dalam hal ini bidang yang di-outsource adalah bidang penunjang (support functions) bagi kegiatan perusahaan, yang diharapkan akan lebih efisien jika dikerjakan oleh perusahaan pemberi jasa yang berspesialisasi pada bidang tersebut. (portalhr, 2010)

2.4.3 Kinerja Keamanan

Sistem perekrutan tenaga kerja Keamanan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan sistem perekrutan karyawan pada umumnya. Perbedaannya, karyawan ini direkrut oleh perusahaan penyedia tenaga jasa, bukan oleh perusahaan yang membutuhkan jasanya secara langsung. Nanti, oleh perusahaan penyedia tenaga jasa, karyawan akan dikirimkan keperusahaan lain yang membutuhkannya. Dalam sistem kerja ini, perusahaan penyedia jasa Outsource melakukan pembayaran terlebih dahulu kepada karyawan. Selanjutnya mereka menagih ke perusahaan pengguna jasa mereka. Keamanan Alih Daya biasanya bekerja berdasarkan

(44)

kontrak sebagai pekerja dengan perusahaan penyedia jasa Alih Daya, bukan dengan perusahaan pengguna jasa.

Bagi anda yang berniat mencari pekerjaan via (melalui) perusahaan Alih Daya, sebelum menanda tangani perjanjian kerja, ada baiknya memperhatikan sejumlah point berikut ini:

• Jangka waktu perjanjian.

Pastikan perjanjian sesuai dengan masa kerja yang ditawarkan. Perjanjian kerja antara Keamanan Alih Daya dengan perusahaan penyedia jasa biasanya mengikuti jangka waktu perjanjian kerjasama antara perusahaan penyedia jasa dengan perusahaan pemberi kerja. Hal ini dimaksudkan apabila perusahaan pemberi kerja hendak mengakhiri kerja samanya dengan perusahaan penyedia jasa, maka pada waktu yang bersamaan, berakhir pula kontrak kerja antara karyawan dengan perusahaan pemberi kerja.

• Jam kerja.

Peraturan tentang jam mulai bekerja dan berakhir, dan waktu istirahat . • Gaji dan tunjangan

Jumlah yang akan diterima serta waktu pembayaran sesuai dengan yang telah disepakati, tidak dipotong oleh perusahaan penyedia jasa Alih Daya.

• Posisi dan Tugas.

Pastikan posisi dalam perusahaan dan apa saja tugas serta tanggung jawab anda selama bekerja di perusahan lain.

(45)

Pastikan bahwa penempatan anda di perusahaan klien sudah sesuai kesepakatan. Penyelesaian Perselisihan dalam Alih Daya. Problematika mengenai Keamanan Alih Dayamemang cukup bervariasi, misalnya berupa pelanggaran peraturan perusahaan oleh karyawan maupun adanya perselisihan antara Alih Daya dengan karyawan lainnya.

Menurut pasal 66 ayat 2 huruf c Undang Undang no.13 Tahun 2003, penyelesaian perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa. Jadi walaupun yang dilanggar oleh Keamanan Alih Dayaadalah peraturan perusahaan pemberi pekerjaan, yang berwenang menyelesaikan perselisihan tersebut adalah perusahaan penyedia jasa. Tidak ada kewenangan dari perusahaan pengguna jasa pekerja untuk melakukan penyelesaian sengketa karena antara perusahaan pemberi kerja dengan Keamanan Alih Daya secara hukum tidak mempunyai hubungan kerja, walaupun peraturan yang dilanggar adalah peraturan perusahaan pengguna jasa pekerja (user).

(portalhr, 2010)

Ada dua macam type Keamanan menurut (Djamin, 2011) yaitu :

1. Petugas Keamanan tetap

2. Keamanan Karyawan Kontrak

Keamanan Organic / Keamanan tetap perusahaan sifat hubunganya adalah hubungan tenaga kerja Industrial yang terikat undang-undang ketenagakerjaan (UU NO.13 Tahun 2003) sedangkan Keamanan Alih Daya dengan perusahaan bersifat kontraktual atau perjanjian, yaitu Perjanjian kerjasama antara perusahaan

(46)

user dengan BUJP (Badan Usaha Jasa Pengamanan) sebagai pengada tenaga kerja pengamanan (Djamin, 2011).

Masing-masing memiliki keuntungan secara management / instansi yang mempekerjakan tenaga pengamanan (Keamanan). Keuntungan Keamanan Alih Dayaadalah: 1. Satpam Alih Daya lebih murah, karena hanya Keamanan tetap mencakupi biaya recruitment, pelatihan, seragam dan lain-lain kewajiban sebagai employer.

2. Administrasi, yaitu soal organisasi staf diberlakukan pengawasan melekat.

3. Masalah ketenagakerjaan, upah, jaminan sosial, karier, dan lain-lain.

4. Serikat pekerja, kesepakatan kerja bersama.

5. Tidak berpihak, karena bukan pegawai dari perusahaan penyewa.

6. Umumnya terutama dinegara maju, disamping menyewa tenaga pekerja pengamanan, juga menyewa tenaga manager yang profesional.

Keuntungan Petugas Keamanan tetap atau Proprietary Guards

1. Kualitas personil lebih terjamin.

2. Memudahkan pengawasan karena dilatih sesuai dengan kebutuhan organisasi / perusahaan .

3. Lebih bangga karena merupakan bagian dari organisasi / perusahaan.

(47)

2.4.4. Peran dan fungsi Keamanan

1. Tugas pokok Satpam / Keamanan

Menyelenggarakan Keamanan dan ketertiban dilingkungan / kawasan kerja, khususnya pengamanan pisik.

2. Fungsi Satpam / Keamanan

Segala usaha dan kegiatan melindungi dan mengamankan lingkungan / kawasan kerja dari setiap gangguan Keamanan dan ketertiban dan serta pelanggaran hukum ( umumnya Preventive / pencegahan dini )

2. Peranan Satpam / Keamanan

Dalam melaksanakan tugasnya Satpam / Keamanan mempunyai peranan sesuai didalam (Buku saku, 2004) yaitu sebagai:

a) Unsur pembantu Pimpinan Instansi / Proyek Badan Usaha tempat bertugas dibidang Keamanan dan ketertiban dilingkungan kerja.

b) Unsur pembantu Polri dalam pembinaan Keamanan dan ketertiban terutama dibidang penegakan hukum dan Keamanan dalam lingkungan kawasan kerjanya.

4. Kegiatan Satpam / Keamanan

Kegiatan Satpam disesuaikan dengan keadaaan lingkungan serta kebutuhan masing-masing instansi / proyek / badan usaha yang bersangkutan sebagai penjabaran dari fungsi satpam, maka dalam melaksanakan tugasnya satpam mempunyai tugas pokoknya sebagai berikuit:

(48)

a) Mengadakan pengaturan dengan maksud menegakan tata tertib yang berlaku dilingkungan kerjanya khususnya yang menyangkut Keamanan dan ketertiban atau tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan seperti : (a) Pengaturan tanda pengenal pegawai / karyawan (b) Pengaturan penerimaan tamu (c) Pengaturan parkir kendaraan.

b) Melaksanakan penjagaan dengan maksud mengawasi keadaan-keadaan atau hal-hal yang mencurigakan disekitar tempat tugasnya.

c) Melakukan perondaan / patroli disekitar kawasan kerjanya menurut route dan waktu tertentu dengan maksud mengadakan, penelitian dan pemeriksaan terhadap segala sesuatu yang tidak wajar dan tidak pada tempatnya yang dapat diperkirakan dapat menimbulkan ancaman dan gangguan.

d) Mengadakan Pengawalan uang / barang bila perlu disesuaikan dengan kebutuhan instansi / proyek / badan usaha yang bersangkutan.

5. Mengambil langkah-langkah sementara bila terjadi suatu tindak pidana antara lain :

a) Mengamankan tempat kejadia perkara (TKP)

b) Menangkap / memborgol pelakunya (hanya dalam tertangkap tangan) c) Menolong korban pada saat terjadi kecelakaan ditempat kerja

d) Melaporkan / meminta bantuan Polri

e) Memberikan tanda –tanda bahaya atau darurat melalui alat-alat alarm dan kode-kode / isyarat-isyarat tertentu bila bila terjadi kebakaran, bencana

(49)

alam atau kejadian-kejadian yang membahayakan jiwa, badan, harta benda, orang banyak disekitar kawasan kerjanya serta memberikan pertolongan pertama dan bantuan penyelamatan.

2.4.5. Masalah umum yang dihadapi Keamanan

Pada tanggal 17 juli 2009 telah terjadi bom bunuh diri dihotel Mariot dan Ritz Carlton dengan sembilan korban tewas dan banyak luka-luka, masalah terorisme menjadi berita besar dan dengan tayangan hasil kamera CCTV (Closed Circuit Television) kemudian baku tembak ditemanggung dalam rangka memburu gembong teroris Noordin, M top.

Dengan gencarnya berita dimedia massa, hampir tidak ada yang melihatnya dari sudut pandang Keamanan dan management Keamanan, seperti apa saja yang dilakukan untuk meksanakan usaha pencegahan yang menjadi ruang lingkup Keamanan dan Keamanan management dalam hal ini usaha preventive. Antisipasi terorisme dengan bom bunuh diri merupakan bidang yang perlu terus diwaspadai karena sukar untuk menindak dan mencegah karena motifnya bukan sosial ekonomi tetapi ideologi politik dan panatisme agama. Selain itu kejahatan transnasional seperti Narkoba, Moneylaudering, Ilegal Fishing, Illegal Loging, serta kejahatan konvensional akan terus berkembang dimasa yang akan datang dengan modus operandi yang memanfaatkan ilmu dan teknologi, oleh karena itu bila tidak diikuti dengan usaha pencegahan yang seimbang tentu keadaan tidak lebih mudah, maka disinilah letak peran management Keamanan dan peran Polri sebagai pembina teknis dan koordinasi dan pengawasan seperti yang ditegaskan

(50)

dalam Undang-undang No.2 tahun 2002. AMSI dan ABUJAPI harus terus dikonsolidasi dan dikuatkan sebagai mitra utama Polri dibidang Industrial Keamanan (Djamin, 2011).

2.4.6. Karakteristik Keamanan

Untuk karakteristik Keamanan menurut Pedoman Pelaksanaan tugas anggota Keamanan, 2004; Pandu Tata Tentram. Dan dikaitkan dengan karakter positif pada manusia hal ini terdapat pada Vitality. Kekuatan ini mengacu pada kegairahan dan adanya antusiasme dalam menjalani segala aktivitas dan JUSTICE yang mencakup :

-Citizenship

Orang dengan kekuatan ini dapat bekerja dengan baik dalam suatu kelompok tertentu. Mereka setia dan berdedikasi pada kelompoknya, senantiasa melakukan tugas, dan mau bekerja keras demi kesuksesan bersama.

-Fairness

Dengan kekuatan ini seseorang akan memperlakukan orang lain secara sama atau tidak membeda-bedakan perlakuan yang diberikan pada setiap orang.

(51)

Kekuatan ini memungkinkan seseorang untuk dapat menjadi pemimpin yang baik. Ia akan menjadi organisator dan inspiratory yang baik dalam kelompoknya ( peterson & seligman, 2004)

Sikap tampan dan prilaku anggota satpam dalam (Buku saku Keamanan, 2004) adalah :

a. Memelihara kebersihan badan (Rambut cukur rapih, kumis dicukur rapih, jambang dan jenggot sebaiknya dicukur habis dan bersih, pakaian rapih , bersih, sesuai dengan ketentuan seragam satpam).

b. Ulet, tabah, sabar dan percaya diri dalam mengemban tugasnya.

c. Menaati peraturan-peraturan negara dan menghormati norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kerja / kawasan kerja serta masarakat.

d. Memegang teguh rahasia yang dipercayakan kepadanya. e. Bertindak tegas, Jujur berani, adil dan bijaksana.

f. Cepat tanggap (Responshift) dalam memberikan perlindungan pengamanan pada masarakat dan lingkungan kerjanya.

g. Dapat menjadi suri tauladan ditengah-tengah masarakat / lingkungan kerjanya terutama dalam mengemban tugasnya.

h. Melindungi dan menyelamatkan nyawa, badan, harta, dan kehormatan personil dilingkungan / kawasan kerjanya.

i. Menghormati dan menjunjung tinggi hak azazi manusia.

j. Tidak menonjolkan kepentingan pribadi dan mencampuri urusan / bidang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan tugas.

(52)

k. Memiliki rasa kebanggaan dan semangat korsa (Korps / kesatuan) serta senantiasa menjaga nama baik ditengah-tengah masarakat / lingkungan kerjanya.

(53)

2.4.7. kelebihan dan kekurangan Petugas Keamanan tetap dan Keamanan Alih Daya

Tabel 2.13. Kelebihan dan Kekurangan Petugas Keamanan tetap dan Keamanan Alih Daya

Status karyawan Kelebihan Kekurangan

Tetap Keamanan tetap Kualitas personil lebih terjamin

Personil cenderung pasif

Kontrak Keamanan Alih Daya

Satpam Keamanan Alih Dayalebih murah

Jaminan pensiun yang tidak ada

Keamanan tetap Memudahkan pengawasan

Sulit dikontrol

Kontrak Keamanan Alih Daya

Organisasi staf diberlakukan pengawasan

melekat

Organisasi yang pasif

Keamanan tetap Lebih bangga karena merupakan bagian dari organisasi / perusahaan.

Terlalu percaya diri

Kontrak Keamanan Alih Daya

Lebih menguntungkan perusahaan

Tidak ada jaminan pensiun dan jaminan kesehatan

(54)

Tabel 2.4.7.1. Kelebihan dan Kekurangan Petugas Keamanan tetap dan Keamanan Alih Daya

Status karyawan Kelebihan Kekurangan

Tetap Lebih loyal kepada

organisasi / Perusahaan

Kurang teliti didalam pekerjaan

Kontrak Tidak berpihak, karena bukan pegawai dari perusahaan penyewa

Kurang rasa memiliki terhadap perusahaan tempat bekerja

(Djamin, 2011)

2.5. Profil Perusahaan

2.5.1. Riwayat Singkat Perusahaan

PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk.

Perseroan didirikan dengan nama PT. Bimantara Eka Santosa, oleh PT. Bimantara Siti Wisesa, Eka Cipta Wijaya dan Ferry Teguh Santosa. Berdasarkan Akta Perseroan Terbatas No. 40 yang dibuat dihadapan Notaris Winanto Wiryomartan, S.H. yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI dengan keputusan No.C26944-HT.01 TH.84 tertanggal 8 Desember 1984 No.1466. Berita Negara RI No.95 tertanggal 28 November 1986.

(55)

2.5.2. Bidang usaha

Secara umum Perseroan menjalankan bidang usaha Pembangunan dan Retail.

2.5.3. Kegiatan usaha

Secara khusus Perseroan melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:

1. Pemborongan bangunan dan kontraktor.

2. Merencanakan melaksanakan dan membangun gedung-gedung, rumah-rumah serta melakukan pekerjaan teknik sipil lain termasuk pemasangan instalasi-instalasi listrik, diesel, air, gas, dan telekomunikasi, pembangunan hotel serta pengelolaan pemeliharaan dan penyewaaan bangunan dan pertokoan.

2.5.4. Visi dan Misi

Sebagai upaya untuk melaksanakan Good Corporate Govermance, managemen telah menyempurnakan Visi dan Misi Perusahaan sebagai berikut:

2.5.5. Visi

Visi Perusahaan adalah menjadi salah satu perusahaan terbaik di Indonesia yang memberikan keuntungan maksimum kepada Stakeholder nya yaitu

(56)

para pemegang saham, Insvestor, rekanan, penyewa, pemerintah, pemasok (Supplier) dan masarakat.

2.5.6. Misi

- Menjadi unggulan dibidang pengembang pengelola properti khususnya hotel, pusat perbelanjaan, apartemen, gedung perkantoran, dengan membangun properti dan fasilitas serta pelayanan yang terbaik.

- Menciptakan sinergi yang maksimal diantara sektor bisnis perusahaan.

- Membantu peningkatan kualitas hidup masarakat dan kemajuan sosial ekonomi Negara.

- Mempromosikan Jakarta sebagai kota metropolitan dan Ibu kota Negara.

2.5.7. Karyawan

Karyawan Perseroan berjumlah 457 orang yang terdiri dari 8 orang General Manager, 28 orang Manager, 26 Kepala Seksi, 139 pegawai staff dan 249 pegawai non staff di mana 142 orang di antaranya adalah anggota Keamanan. Diantara mereka terdapat 9 karyawan berpendidikan S2, 97 orang S1, 45 orang D3 dan 306 orang berpendidikan SLTA.

(57)

Grand Hyatt Jakarta sendiri memiliki 877 karyawan yang pengelolaannya di bawah Hyatt International yang telah ditunjuk oleh Perseroan sebagai pengelola Grand Hyatt Jakarta sejak tahun 1991.

Kualitas sumber daya manusia sangat menentukan kesuksesan dan kekuatan setiap perusahaan. Perseroan sangat menyadari hal ini. Oleh karenanya Perseroan telah meningkatkan investasi dalam pengembangan potensi individual dan profesional setiap karyawan. Meningkatkan kapabilitas dan kompetensi kepemimpinan pada level strategik, melalui pemerkayaan wawasan strategik (Enriching), penguatan karakter visioner (Envisioning), wawasan pembuatan keputusan strategik (Strategic Decision Making) wawasan pengembangan jaringan (networking) dan Updating wawasan kepemimpinan (Leading) agar dihasilkan pemimpin yang memiliki kapabilitas Championship, Managerialship. dan Leadership tinggi dalam menghadapi tuntutan perubahan strategis di masa depan.

Perseroan telah menggunakan konsep Pengelolaan Sumber Daya Manusia Berdasarkan Kompetensi (Competency-Based Human Resource Management), yaitu suatu sistem yang mampu untuk membantu Perseroan dalam menerjemahkan visi dan misi serta prioritas organisasi kedalam suatu kenerja yang lebih obyektif dan transparan untuk setiap karyawan Perseroan.

Perseroan juga telah membangun katalog kompetensi bagi seluruh fungsi jabatan dalam struktur organisasi perusahaan Perseroan. Proses ini

(58)

melibatkan berbagai tingkatan manajemen diorganisasi perusahaan Perseroan dalam rangka partisipasi aktif pihak karyawan Perseroan. Penerapan konsep kompetensi mendorong terciptanya kinerja yang tinggi dari setiap karyawan Perseroan. Pada akhirnya Perseroan diharapkan mampu untuk menunjukan kinerja sesuai dengan target - target yang telah ditentukan.

Program-program pengembangan yang telah dilakukan oleh Perseroan antara lain :

1. Leadership Training

2. Asian Shopping Centre Workshop

3. Enterprise Risk Management

Gambar

Tabel 2.3. Tes Karakter positif VIA-IS
Tabel 2.4. Item VIA-IS
Tabel 2.5. Item VIA-IS
Tabel 2.6. Item VIA-IS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Internet of Things (IoT) adalah komunikasi paradigma pada masa kini yang terdiri dari divisi masa depan, dimana kehidupan sehari-hari akan dilengkapi dengan

Dalam konteks yang lebih luas, Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (1997) mengartikan istilah budi pekerti sebagai sikap dan prilaku sehari-hari, baik individu,

Secara umum, komunikasi interpersonal didefinisikan sebagai suatu proses seorang individu menyampaikan pesan atau pikiran-pikiran kepada individu lainnya dengan

Untuk menyelesaikan soal cerita dalam kehidupan nyata sehari- hari yang berkaitan dengan pertidaksamaan linear satu variabel. terlebih dahulu perlu dibuat kalimat matematikanya

ketergantungan pada perawatan medis, energy dan kelelahan, mobilitas, tidur dan istirahat, aktifitas kehidupan sehari-hari, dan kapasitas kerja. 2) Kesehatan psikologis

Karna itu, lansia yang terlibat dalam aktifitas kehidupan sehari-hari biasanya menganggap dirinya sehat, sedangkan mereka yang aktifitasnya terbatas karena kerusakan

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau

Hasil penilitan penulis tersebut menyatakan bahwa bunga bank dalam pandangan Nahdlatul Ulama di Kabupaten Blitar diperbolehkan karena kehidupan sehari-hari masyarakat tidak bisa lepas