EVALUASI INDIKATOR PENYEBAB TERJADINYA KLAIM DAN DISPUTE BERBASIS RESIKO PADA
PROYEK DESIGN BUILD
ABSTRACT
Design-build project is one of the construction contracting models that have been widely used since this kind of contract can save time and financially advantageous for Contractors, because the responsibility of planning and executing the project carried by Contractors. However with this type of contract, it’s not unusual to find changes because Owner’s demand or different way to interpreting the contract, which lead to claim issues. Therefore, it is required to develop claim management system using risk approaches through the process of identification risk which lead into claim. This study aimed to increase project performance by evaluating claim management using risk approach. The result will indicate by evaluating implementation of claim management in design-build project, so that project performance can be improved.
Keywords: Claim, contract, claim management, design build, risk
ABSTRAK
Proyek rancang bangun adalah salah satu bentuk kontrak konstruksi yang sudah cukup banyak digunakan di dunia konstruksi. Kontrak rancang bangun ini mulai sering digunakan karena kontrak ini dapat menghemat waktu serta menguntungkan secara finansial bagi penyedia jasa karena kegiatan merencanakan dan melaksanakan menjadi tanggungjawab penyedia jasa. Namun pada kondisi kontrak seperti ini sering ditemukan perubahan-perubahan pekerjaan akibat keinginan pengguna jasa dan perbedaan pandangan terhadap kontrak yang awalnya sudah disetujui bersama, sehingga menyebabkan perselisihan yang berujung pada klaim.Sehingga dibutuhkan sistem manajemen klaim berbasis risiko untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berpotensi menjadi klaim. Hasil penelitian akan mengevaluasi penerapan manajemen klaim pada proyek rancang bangun, sehingga kinerja proyek dapat meningkat.
Kata kunci: klaim, kontrak, manajemen klaim, rancang bangun, resiko
PENDAHULUAN
Proyek konstruksi merupakan kegiatan kompleks yang memiliki standar-standar yang selalu diperbarui, teknologi canggih yang semakin berkembang, dan keinginan dari pengguna jasa yang beragam dan sering kali berubah-ubah. Proyek konstruksi melibatkan pihak-pihak yang memiliki peranan penting didalamnya, yaitu owner, perencana, kontraktor, dan pihak-pihak lain yang saling berinteraksi dan bernegosiasi untuk mencapai tujuan proyek konstruksi.
Namun pada kenyataannya tidak selamanya negosiasi tersebut berhasil mencapai titik temu yang disepakati bersama. Hal ini dikarenakan industri jasa konstruksi merupakan industri yang sensitif dan kompleks dalam pelaksanaannya (Bakhary, 2015).Proyek-proyek yang menggunakan kontrak rancang bangun pada umumnya bersifat memiliki periode konstruksi yang lama dan nilai kontruksi yang tinggi. Selama masa pelaksanaan proyek, perselisihan antara penyedia jasa dan pengguna jasa selalu mungkin akan terjadi dan tidak dapat dicegah
Kemala Hayati
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia [email protected]
Yusuf Latief
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, [email protected]
Ahmad Jaka Santos Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia, Depok, 16424, [email protected]
Kemala Hayati, dkk
68
klaim yang kuat(Niloofar Nobari, 2015). Klaim-klaim konstruksi yang biasa muncul dan paling sering terjadi adalah klaim mengenai waktu dan biaya sebagai akibat perubahan pekerjaan. Dampak biaya sering kali menjadi masalah yang paling sulit, karena bukan hanya terjadi pada satu pekerjaan yang berubah, namun terjadi juga pada pekerjaan yang mengikutinya(Chovichien and Tochaiwat 2006). Tanpa suatu alat/sistem untuk mengatasi klaim, konflik sederhana dapat berkembang menjadi dispute yang cukup serius dengan efek berkesampingan kepada aspek proyek lain. sehingga penting untuk membentuk suatu sistem yang berperan sebagai fungsi pencegah berubahnya klaim menjadi sebuah dispute (Mohammed, 2014). Iman Soeharto (1997) mendefinisikan risiko berupa kemungkinan terjadinya peristiwa diluar yang harapan. Faktor risiko merupakan kegiatan-kegiatan yang apabila terjadi akan meningkatkan kemungkinan tidak tercapainya tujuan proyek. Risiko proyek meliputi ancaman terhadap sasaran proyek dan kesempatan untuk meningkatkan sasaran tersebut. Hal ini berawal dari adanya ketidaktentuan yang ada dalam suatu proyek.
METODOLOGI
Dalam penelitian ini diawali dengan studi literatur untuk mengumpulkan faktor-faktor risiko penyebab klaim, validasi pakar awal terkait faktor-faktor klaim yang dapat berkembang menjadi dispute, pilot survey, kuesioner responden, validasi pakar terkait hasil analisa, dan pengumpulan penyebab terhadap risiko dominan. Pada proses validasi pakar, kriteria yang digunakan untuk pemilihan pakar adalah praktisi dengan pengalaman minimal 10 tahun pada proyek skala besar dan pendidikan minimal S1, dan/atau akademisi dengan pengalaman mengajar di bidang yang sama minimal 10 tahun dan pendidikan minimal S3. Sedangkan kriteria untuk responden penelitian adalah praktisi yang berpengalaman pada proyek design–
build dengan pengalaman minimal 3 tahun dan pendidikan minimal S1. Hasil dari penyebaran kuesioner ini kemudian dilakukan uji homogenitas dan uji validitas dan reliabilitas serta analisis deskriptif, yang dilakukan dengan bantuan software SPSS, kemudian dilakukan analisa risiko dan analisa penyebab risiko untuk dicari tindakan preventifnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian diawali dengan uji homogenitas yang dilakukan untuk melihat pemahaman pendapat dari masing-masing responden terhadap variabel risiko yang diukur terkait dengan latar belakang jabatan, pengalaman kerja, dan pendidikan terakhir.maka dikategorikan terlebih dahulu. Selanjutnya dalam melihat homogenitas dilakukan hipotesa sebagai berikut:
- Ho = Tidak ada perbedaan persepsi responden yang berbeda jabatan, pengalaman kerja, dan pendidikan terakhir.
- Ha = Terdapat perbedaan minimal satu persepsi responden yang berbeda jabatan, pengalaman kerja, dan pendidikan terakhir.
Ho diterima apabila Asymp. Sig > level of significant (α) sebesar 0,05 sedangkan Ho ditolak bila Asymp. Sig < level of significant (α). Berikut merupakan hasil pengujian homogenitas berdasarkan jabatan, pengalaman kerja, dan pendidikan terakhir tersebut:
Berdasarkan analisa responden, maka diketahui persentase latar belakang jabatan responden adalah sebagai berikut:
Gambar 1 Persentase Kategori Responden Latar Belakang Jabatan
Adapun dari analisa responden berdasarkan latar belakang pengalaman kerja diketahui persentase adalah sebagai berikut:
Gambar 2 Persentase Kategori Responden Latar Belakang Pengalaman Kerja
Berdasarkan profil responden dan pengkategorian tersebut, maka diketahui persentase latar belakang pendidikan terakhir responden adalah sebagai berikut:
Gambar 1 Persentase Kategori Responden Latar Belakang Jabatan
Adapun dari analisa responden berdasarkan latar belakang pengalaman kerja diketahui persentase adalah sebagai berikut:
Gambar 2 Persentase Kategori Responden Latar Belakang Pengalaman Kerja
Berdasarkan profil responden dan pengkategorian tersebut, maka diketahui persentase latar belakang pendidikan terakhir responden adalah sebagai berikut:
Gambar 1 Persentase Kategori Responden Latar Belakang Jabatan
Adapun dari analisa responden berdasarkan latar belakang pengalaman kerja diketahui persentase adalah sebagai berikut:
Gambar 2 Persentase Kategori Responden Latar Belakang Pengalaman Kerja
Berdasarkan profil responden dan pengkategorian tersebut, maka diketahui persentase latar belakang pendidikan terakhir responden adalah sebagai berikut:
Kemala Hayati, dkk
70
statistik tiap variabel lebih besar dari level of significant (α) yaitu 0,05. Dimana berarti tidak ada perbedaan pemahaman dari responden terkait latar belakang pendidikan terakhir terhadap masing-masing variabel yang diajukan atau dengan kata lain Ho diterima.Selanjutnya pada proses pengujian validitas dan reliabilitas data dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu program software SPSS. Pada pengujian validitas data menggunakan nilai Corrected Item-Total Correlation yang menggunakan nilai ‘r’ dari tabel.Sedangkan untuk pengujian reliabilitas data, digunakan metode Cronbach’s Alpha, dimana variabel penelitian dapat dikatakan reliable bila nilai alpha lebih besar dari nilai r kritis product moment.Hasil uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dengan bantuan program SPSS versi 23 ditampilkan dalam tabel di bawah. Dari hasil data tersebut, maka diketahui bahwa responden yang diuji coba kuesionernya berjumlah 33 orang responden (N = 33) dan semua data tidak ada yang exlude atau dikeluarkan dari analisis.
Tabel 1 Case Processing Summary
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 33 100,0
Excludeda 0 0,0
Total 33 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Tabel 2 Reliability statistics
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,934 41
Dari hasil data diatas, terlihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,934 dengan jumlah variabel sebanyak 41 item. Berdasarkan r tabel, Tingkat Keandalan Metode Cronbach’s Alpha, berada di rentang >0,80 – 1,00 dan memiliki tingkat reliabilitas “sangat andal”. Untuk r tabel diperoleh pada tingkat kepercayaan 95% atau signifikansi 5% untuk uji 2 sisi (arah) dengan jumlah responden sebanyak 33 orang, sehingga memiliki degree of freedom (df) = N – 2 = 31. Maka berdasarkan r tabel, didapatkan nilai r tabel = 0,3440. Analisa deskriptif digunakan untuk menyajikan karakteristik tertentu suatu data dari sampel tertentu.Analisis ini memungkinkan peneliti mengetahui secara cepat gambaran sekilas dan ringkas dari data yang didapat. Dengan bantuan program SPSS maka didapat nilai mean yang berarti rata-rata dan nilai median yang merupakan nilai data yang diurutkan lalu dibagi dua. Hasil analisa deskriptif akan disajikan dalam masing-masing variabel. Pada penelitian ini tabulasi hasil analisa deskriptif variabel X adalah untuk penilaian frekuensi risiko terhadap terjadinya dispute. Dari hasil pengolahan data diperoleh daftar dari peristiwa risiko yang dapat menyebabkan klaim yang dapat berubah menjadi dispute dari analisa deskriptif, adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Hasil Analisa Deskriptif
Variabel N
Minimu m
Maximu
m Mean
Std.
Deviation
X1 33 2 5 36,364 ,742
X2 33 1 5 35,152 ,939
X3 33 1 5 38,182 ,846
X4 33 2 5 34,242 ,792
X5 33 2 5 36,667 ,816
X6 33 2 5 35,758 1,001
X7 33 2 5 36,667 ,990
X8 33 1 5 30,909 ,843
X9 33 2 5 32,727 ,944
X10 33 2 5 35,455 ,754
X11 33 2 5 35,152 ,972
X12 33 2 5 34,848 1,034
X13 33 1 5 38,182 ,950
X14 33 2 5 36,667 1,021
X15 33 1 5 36,364 ,859
X16 33 2 5 35,152 ,939
X17 33 1 5 33,333 1,109
X18 33 1 5 35,455 1,034
X19 33 1 5 36,364 ,962
X20 33 1 5 33,636 1,055
X21 33 1 5 36,061 ,933
X22 33 1 5 30,303 ,984
X23 33 2 5 36,970 ,918
X24 33 2 5 35,758 ,936
X25 33 2 5 35,152 ,972
X26 33 2 5 34,848 1,034
X27 33 2 5 39,394 ,899
X28 33 2 5 39,697 ,883
X29 33 1 5 36,970 ,918
X30 33 2 5 35,455 1,003
X31 33 1 5 32,121 ,740
X32 33 2 5 36,667 ,854
X33 33 2 5 36,061 ,704
X34 33 3 5 37,576 ,830
X35 33 2 5 33,333 ,692
X36 33 2 5 32,727 ,911
X37 33 1 5 33,636 1,113
X38 33 1 5 32,121 ,781
X39 33 1 5 34,545 ,869
X40 33 1 4 30,606 ,864
X41 33 1 5 33,636 ,994
Valid N (listwise) 33
Berdasarkan hasil dan analisa deskriptif untuk variabel X maka didapatkan bahwa untuk mean
Kemala Hayati, dkk
72
Pada tahap pengumpulan data, teridentifikasi ada 58 risiko yang dapat menyebabkan terjadinya dispute. Pada validasi pakar awal, faktor-faktor risiko tersebut dieliminasi sehingga tersisa sebanyak 41 variabel.Selanjutnya pada tahap uji validitas dan reliabilitas ditemukan sebanyak 8 variabel yang tidak valid sehingga harus dikeluarkan dari penelitian, menyisakan 33 variabel untuk melanjutkan penelitian. Pada analisa risiko kualitatif dimana ditentukan peringkat dan level dari masing-masing risiko dan ditemukan ada 27 variabel yang berada di level high risk. Kemudian dilakukan validasi oleh pakar guna mengeliminasi variabel–variabel yang dirasa tidak sesuai berada di level high, karena bisa saja terjadi human error oleh responden ketika pengisian kuesioner, sehingga setelah divalidasi, terdapat 15 variabel yang merupakan peristiwa risiko dominan. Berikut dibawah ini ditampilkan peristiwa risiko dominan. Peristiwa yangditampilkan adalah yang mempunyai ranking terbesar berdasarkan bobot, danmerupakan risiko dengan level high, seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Peringkat Resiko penyebab klaim dominan
Rank Var Bobot Peristiwa Risiko
1 X28 143,150 Keterlambatan serah terima lahan
2 X34 138,916 Pekerjaan tambah/kurang terhadap scope pekerjaan yang dibuat oleh owner 3 X7 132,222 Ada scope pekerjaan DB yang harus dilaksanakan oleh kontraktor tetapi tidak
disebutkan dalam tender
4 X5 131,111 Scope proyek kurang terdefinisikan secara jelas
5 X30 120,331 Adanya permintaan percepatan waktu pelaksanaan dari owner tanpa kompensasi 6 X24 120,275 Penulisan klausul kontrak yang kurang jelas
7 X23 118,751 Perubahan lingkup pekerjaan dan spesifikasi oleh owner pada saat konstruksi sudah berjalan
8 X16 115,041 Kesalahan penerapan design yang sudah disepakati bersama
9 X18 107,438 Tim konstruksi kurang/tidak memenuhi kualifikasi untuk menangani proyek DB 10 X31 105,124 Urutan pekerjaan yang berubah berdasarkan perintah dari Owner
11 X38 105,124 Faktor cuaca
12 X35 104,040 Penyusunan jadwal yang kurang tepat 13 X17 101,010 Kelalaian pekerja
14 X20 100,909 Tertundanya pembayaran
15 X37 100,909 Adanya kesalahan data yang diberikan owner
Dari peristiwa risiko dominan tersebut jika dihubungkan dengan literature adalah sebagai berikut:
1. Pada variabel X7 yaitu ‘Ada scope pekerjaan DB yang harus dilaksanakanoleh kontraktor tetapi tidak disebutkan dalam tender’. akibat dari kecerobohan dan kelalaian ini, berakibat tercecernya detail yangseharusnya ditulis dalam kontrak yang berdampak kekurangan dankesalahan perhitungan serta pembuatan desain dan dokumen pendukunglainnya.
2. Pada variabel X5 yaitu ‘Scope proyek kurang terdefinisikan secara jelas’,kekurangan pendefinisian scope proyekmerupakan bagian dari defisiensi yang dapat menyebabkan kesalahanberuntun ketika proyek berlangsung. Kesalahan ini yang akan menyebabkanmunculnya konflik konstruksi hingga akhirnya menyebabkan klaim.
3. Pada variabel X5 yaitu ‘Scope proyek kurang terdefinisikan secara jelas’,menurut Cheung dan Pang, kekurangan pendefinisian scope proyekmerupakan bagian dari defisiensi yang dapat menyebabkan kesalahanberuntun ketika proyek berlangsung. Kesalahan ini yang akan menyebabkanmunculnya konflik konstruksi hingga akhirnya menyebabkan klaim.
4. Pada variabel X16 yaitu ‘Kesalahan penerapan design yang sudahdisepakati bersama’.
pekerjaan yangdilaksanakan tidak sesuai dengan perencanaan dapat menyebabkankegagalan bangunan. Kegagalan akibat kesalahan ini dapat disebabkan olehkurangnya profesionalitas atau prosedur yang tidak sesuai dengan rencana.Hal ini dapat berakibat fatal terhadap keberlangsungan proyek.
5. Pada variabel X18 yaitu ‘Tim konstruksi kurang/tidak memenuhi kualifikasiuntuk menangani proyek DB’ dengan memberikanpekerjaan kepada pihak yang telah memiliki pengalaman atau kompeten dibidangnya akan dapat menghindari terjadinya konflik di masa yang akandatang, karena pengalaman kerja kontraktor merupakan salah satu factor signifikan penentu kesuksesan proyek.
6. Pada variabel X28 sebagai factor yang memiliki bobot terbesar dan high risk, yaitu
‘Keterlambatan serah terima lahan’, hal ini dapat berdampak padamolornya waktu penyeleseaian pekerjaan lainnya, penurunan profit,menurunnya reputasi perusahaan, terganggunya cashflow, yang akhirnyaakan berujung pada konflik. Pada penelitian ini keterlambatan serah terimalahan menempati urutan pertama dari risiko dominan, sehingga harusmendapat perhatian khusus agar dampak diatas tidak terjadi.
KESIMPULAN
Dari hasil pengumpulan dan analisa data, dapat ditarik kesimpulan teridentifikasi faktor risiko dominan yang dapat menyebabkan klaim berkembang mejadi dispute. Faktor risiko dominan tersebut adalah Keterlambatan serah terima lahan, Pekerjaan tambah/kurang terhadap scope pekerjaan yang dibuat oleh owner, Ada scope pekerjaan DB yang harus dilaksanakan oleh kontraktor tetapi tidak disebutkan dalam tender, Scope proyek kurang terdefinisikan secara jelas, Adanya permintaan percepatan waktu pelaksanaan dari owner tanpa kompensasi, Penulisan klausul kontrak yang kurang jelas, Perubahan lingkup pekerjaan dan spesifikasi oleh owner pada saat konstruksi sudah berjalan, Kesalahan penerapan design yang sudah disepakati bersama, Tim konstruksi kurang/tidak memenuhi kualifikasi untuk menangani proyek DB, Urutan pekerjaan yang berubah berdasarkan perintah dari Owner, Faktor cuaca, Penyusunan jadwal yang kurang tepat, Kelalaian pekerja, Tertundanya pembayaran, dan Adanya kesalahan data yang diberikan owner. Untuk dapat meminimalkan klaim-klaim tersebut berkembang menjadi dispute, maka diperlukan adanya suatu pedoman preventif yang harus diterapkan sebelum klaim tersebut terjadi. Dengan adanya pedoman ini, maka kemungkinan adanya klaim yang berkembang menjadi dispute akan semakin mengecil.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dispute ini adalah dengan melakukan pemeriksaan dan crosscheck dan breakdown hingga ke level detail, memilih tim proyek yang kompeten, dan membuat suatu sistem record keeping.Sedangkan saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan studi kasus penerapan manajemen klaim pada proyek-proyek dengan kontrak design – build dengan tipe-tipe kontrak yang berbeda-beda, melakukan identifikasi faktor risiko berdasarkan kegiatan – kegiatan yang ada pada flow komunikasi pada proyek design – build serta requirement input dan output masing-masing proses dan aktivitas, serta diharapkan penelitian selanjutnya dapat membahas permasalahan serupa dengan faktor- faktor risiko berbeda sehingga hasil kumpulan dari sistem sederhana ini dapat dijadikan suatu dokumen preventif yang bisa dibakukan sebagai pedoman untuk membantu penyedia jasa mencegah klaim berkembang menjadi dispute.
Kemala Hayati, dkk
74
DAFTAR PUSTAKA
Bakhary, N. A., Adnan, H., & Ibrahim, A. (2015).A Study of Construction Claim Management Problems in Malaysia. Procedia Economics and Finance, 63-70.
Cakmak, P. I., & Cakmak, E. (2013).an analysis of causes of disputes in the construction industry using analytical hierarchy process (ahp). asce.
Chovichien, Visuth and Kongkoon Tochaiwat. 2006. “Information System for Managing Employer ’ S Construction Claims.” (January):87–91.
Ling, Florence Yean Yng. 2006. “Design – Build : How to Increase Its Usage , and Its Impact on Architects and Contractors in Singapore.” Australasian Journal of Construction Economics and Building 6:12–24.
Mohamed, H., Ibrahim, A., & Soliman, A. (2014). Reducing Construction Dispute Through Effective Claims Management. American journal of Civil Engineering and Architecture, 186-196.
Nobari, N., & Dekhordi, A. (2015).Knowledge-Oriented in the Claim Management (Providing a documentation process model for claim management).International Journal of Business and Management Invention.
Soeharto, I. (1997). Manajemen Proyek, Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta:
Erlangga.