• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET

PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN

KABUPATEN SUBANG Kanah 1) , E. Ningrum 2) , B. Waluya 3)

Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia

geokanah@gmail.com , eponningrum@upi.edu , bagjawaluya@upi.edu

ABSTRAK

Buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan yang bekerja di perkebunan PTPN VIII Wangunreja mendapatkan upah di bawah UMR Kabupaten Subang. Upah yang diperoleh tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga yang terus meningkat. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi tingkat kesejahteraan buruh sadap karet berdasarkan indikator BPS tahun 2005. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh masyarakat buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja Kecamatan Dawuan. Sampel penelitian berjumlah 60 orang yang terdiri dari 3 wara yakni wara 1 sebanyak 24 orang, wara 2 sebanyak 6 orang dan wara 3 sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional Sampling. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yang meliputi sistem kerja dan kondisi sosial ekonomi, variabel terikatnya yaitu tingkat kesejahteraan. Analisis data menggunakan persentase dan skoring. Hasil penelitian menunjukan bahwa buruh sadap karet bekerja selama 8 jam perhari, dan libur pada hari minggu dan hari libur nasional dengan perolehan upah yang masih rendah. Sebagian besar buruh sadap karet tinggal di rumah permanen dengan fasilitas yang kurang lengkap. Buruh sadap karet memiliki kesehatan yang baik akan tetapi kesadaran akan pentingnya kesehatan masih rendah karena buruh sadap karet tidak pernah melakukan cek kesehatan, pendidikan buruh sadap karet tergolong rendah tapi kesadarannya akan pentingnya pendidikan anak cukup baik, dalam hal fasilitas transportasi buruh sadap karet mengalami kesulitan untuk mendapatkan kendaraan umum karena akses yang sulit seperti jalan yang rusak dan jarak yang jauh ke jalan raya. Berdasarkan indikator kesejahteraan menurut BPS tahun 2005 sebagian besar buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan termasuk ke dalam tingkat kesejahteraan sedang sebanyak 80% dan sebagian lagi termasuk ke dalam tingkat kesejahteraan rendah sebanyak 16,7% serta tingkat kesejahteraan tinggi sebanyak 3,3%.

Kata kunci : Perkebunan , Kesejahteraan, Buruh sadap karet

1

Penulis

2

Dosen FPIPS

3

Dosen FPIPS

(2)

Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara…

THE EMPLOYEE WELFARE OF RUBBER TAPPING PTPN VIII WANGUNREJA IN DAWUAN SUBDISTRICT SUBANG REGENCY

Kanah 4) , E. Ningrum 5) , B. Waluya 6)

Department of Geography Education, Faculty of Social Sciences Education Indonesia University of Education

geokanah@gmail.com , eponningrum@upi.edu , bagjawaluya@upi.edu

ABSTRACT

The employees in Dawuan district work in PTPN VIII plantation Wangunreja getting fee under Regional Minimum Wage of subang regency. The fee that they got is not enough for sufficing their needs while the need is always increasing day by day. The aim of this study is to find out the employee welfare based on BPS indicator in 2005. This study is descriptive study. The population of this study is all societies of PTPN VIII Wangunreja in Dawuan subdistrict. Sixty people consist of 3 wara which is the first wara consist of 24 people, the second wara consist of 6 people and the third wara consist of 30, were chosen as sample. The sample is proportional sampling. The variable of this study is the independent variables which are working system, social economy condition (state of residence, health, education, transportation facility) and the dependent variable of this study is the level of welfare. In analyzing data, percentage and scoring were used in this study. The finding shows that the employee of rubber tapping workers to work for 8 hours per day, on Sundays and public holidays and national holidays with the got income of low wage. Most of the rubber tapping workers living in permanent housing with facilities that less complete. Labour tapping rubber have good health but the awareness of the importance of health is still low because of the rubber tapping workers never had health checks, rubber tapping workers' education is low but the awareness of the importance of children's education is quite good, in terms of transport facilities rubber tapping workers have difficulty get public transport because of difficult access such as damaged roads and long distances to highway. Based on BPS in 2005 indicates that the employee welfare of rubber tapping in Dawuan sub district included average is 80%, lower is 16,7% then higher is 3,3%.

Keyword: plantation, welfare, the employee of rubber tapping.

4

Penulis

5

Dosen FPIPS

6

Dosen FPIPS

(3)

PENDAHULUAN

Perkebunan menurut kementrian pertanian (2012) merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, pembangunan perkebunan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat;

meningkatkan penerimaan negara dan devisa negara; menyediakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing; memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Karet merupakan komoditi ekspor yang cukup berperan dalam perekonomian nasional di Indonesia. Baik sebagai penghasil devisa penduduk ataupun sebagai lapangan kerja bagi penduduk. Diperkirakan sepuluh juta penduduk terlibat dalam lapangan usaha karet di Indonesia.

Perkebunan karet diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar seperti PNP/PTP, perusahaan swasta nasional dan asing serta sebagian besar diusahakan oleh petani kecil serta tradisional. Luas areal perkebunan karet di Indonesia ditaksir 2,4 juta hektar yang terdiri dari perkebunan seluas 0,5 juta hektar dan karet rakyat seluas 1,9 juta hektar. Produksi karet di Indonesia sekitar 70% dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Sedangkan sisanya berasal dari perkebunan besar, baik perkebunan negara, swasta asing maupun swasta nasional.

(Sastraatmadja,1984).

Kecamatan Dawuan merupakan salah satu lokasi sebaran perkebunan karet milik PTPN VIII. Perusahaan yang berada di Kecamatan ini adalah PTPN VIII Wangunreja yang mengelola hasil perkebunan karet dengan luas 1.222,97 Ha.

Berdasarkan data induk pegawai PTPN VIII Wangunreja jumlah buruh sadap karet secara keseluruhan sebanyak 259 orang sedangkan buruh sadap karet yang berada di Kecamatan Dawuan berjumlah 152 orang.

Menyadap karet di PTPN VIII Wangunreja merupakan pekerjaan utama yang dijadikan sebagai mata pencaharian bagi sebagian masyarakat yang ada di Kecamatan Dawuan, mata pencaharian tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Setiap hari masyarakaat buruh sadap karet ini membutuhkan waktu kurang lebih 8 jam untuk bekerja di perkebunan, masing-masing buruh sadap memiliki jumlah pohon sadapan kurang lebih 300 pohon yang di berikan oleh pihak perusahaan.

Masalah kesejahteraan selalu berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan, masyarakat buruh sadap karet dikatakan sejahtera apabila mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti yang telah dijelaskan oleh Kementrian Koordinator Kesejahteraan dalam Rinawati (2010), sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang terpenuhi kebutuhan dasarnya.

Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman, dan nyaman.

Aktivitas penyadapan karet sudah terjadi dalam waktu yang lama, tetapi pendapatan yang diperoleh masyarakat buruh sadap masih berada di bawah UMR Kabupaten Subang yaitu sebesar Rp.

1.577.959, sedangkan para buruh sadap karet harus memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang terus meningkat. Tingkat kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet dapat diukur berdasarkan beberapa indikator, Indikator tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai aspek sosial maupun ekonomi masyarakat buruh sadap karet.

Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2005

indikator kesejahteraan terdiri atas

pendapatan, pengeluaran keluarga, keadaan

tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal,

kesehatan anggota keluarga, kemudahan

mendapatkan pelayanan kesehatan,

kemudahan menyekolahkan anak dan

kemudahan mendapatkan fasilitas

transportasi.

(4)

Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara…

Tujuan dari penelitian ini yaitu 1) Untuk mengidentifikasi sistem kerja buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang. 2) Untuk mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi buruh sadap karet PTPN VIII

Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang. 3) Untuk meng- identifikasi tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang.

METODE

Kecamatan Dawuan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Subang dengan luas 7.568,39 Ha. Kecamatan Dawuan terdiri dari 10 desa yaitu Desa Jambelaer, Cisampih, Margasari, Situsari, Sukasari, Rawalele, Dawuan Kidul, Dawuan Kaler, Manyeti, dan Batusari.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan keadaan di lapangan sesuai dengan fakta, adapun data deskriptif sendiri dapat diperoleh dari angket yang kemudian digunakan untuk mendeskripsikan data hasil penelitian di lapangan.

Populasi dalam penelitian ini yaitu buruh sadap karet yang ada di Kecamatan Dawuan yang berjumlah 152, adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

Pengambilan sampel dipilih dengan proportional sampling dengan menggunakan rumus Slovin, berdasarkan perhitungan, diperoleh total sampel buruh sadap karet yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 60 orang. Jumlah tersebut tersebar di 3 Wara yaitu Wara 1 sebanyak 24, Wara 2 sebanyak 6, Wara 3 sebanyak 30.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebasnya yaitu pendapatan, pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan

menyekolahkan anak dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi, sedangkan variabel terikatnya yaitu tingkat kesejahteraan.

Instrumen dalam penelitian ini

menggunakan angket yang ditujukan kepada

masyarakat buruh sadap karet di Kecamatan

Gambar 1 Peta Kecamatan Dawuan

(5)

Dawuan sebanyak 60 orang. Tujuan menggunakan angket dalam penelitian ini agar memudahkan dalam pengkodean.

Adapun rangkaian kegiatan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, angket, studi

literatur dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan persentase dan skoring. Skoring ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat kesejahteraan buruh sadap karet.

Gambar 3.1 Prosedur penelitian Instrumen

penelitian Analisis Data

Kesimpulan dan Saran Teori 1.Pembangunan Pertanian 2.Usaha perkebunan di Indonesia 3.Kesejahteraan Masyarakat

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Metode Penelitian

Pengumpulan Data

Tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja

Kesejahteraan buruh sadap karet Pendapatan di Bawah

UMR Kabupaten Subang

(6)

Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara…

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertanian di Indonesia tidak hanya terdiri atas sub-sektor pertanian dan subsektor pangan saja, tetapi juga ada sub- sektor perkebunan, dan sub-sektor peternakan. Menurut Soetrisno (2002) Sub- sektor perkebunan merupakan sub-sektor pertanian yang secara tradisional merupakan salah satu penghasil devisa negara. Hasil- hasil perkebunan yang selama ini telah menjadi komoditas ekspor antara lain: karet, kelapa sawit, teh, kopi, dan tembakau.

Sebagian besar tanaman perkebunan tersebut merupakan usaha perkebunan rakyat, sedangkan sisanya diusahan oleh perkebunan besar, baik milik pemerintah maupun swasta.

Keberadaan perkebunan karet diharapkan mampu memberikan perubahan pada tingkat kesejahteraan masyarakat buruh sadap seperti yang dijelaskan dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan bahwa Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

Masyarakat dikatakan sejahtera apabila masyarakat tersebut dapat memenuhi kebutuhan dasarnya seperti yang dikemukakan Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (dalam Rinawati, 2010) sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman, dan nyaman. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet dapat dilihat dari indikator kesejahteraan berdasarkan Badan Pusat Statistik (2005)

yang dibagi ke dalam delapan indikator yang meliputi pendapatan, pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan menyekolahkan anak, dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

Buruh sadap karet bekerja selama kurang lebih 8 jam, dimulai dari jam 5 pagi sampai jam 1 siang. Setiap hari masyarakat buruh sadap karet harus mengumpulkan getah karet dari pohonnya yang berjumlah kurang lebih 300 pohon. Setiap harinya masyarakat buruh sadap karet mampu mengumpulkan getah karet sebanyak 20-25 kg. Getah karet yang telah disadap dikumpulkan ke mandor masing-masing wilayah sadapan untuk diangkut dan selanjutnya diolah di pabrik sehingga menjadi barang setengah jadi dan siap untuk di distribusikan ke beberapa wilayah yang membutuhkan. Sistem upah yang diterima buruh sadap menggunakan sistem bulanan yakni diberikan pada awal bulan. Perbedaan upah yang diterima buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan tergantung pada golongan kerja yang dimiliki masing-masing buruh sadap karet. Semakin lama buruh sadap karet bekerja di PTPN maka semakin tinggi pendapatan yang diperolehnya karena setiap tahunnya para buruh sadap karet tersebut akan memperoleh kenaikan strip golongan, dan setiap 15 tahun para buruh karet yang bekerja di PTPN VIII Wangunreja akan mengalami kenaikan golongan.

Pendapatan merupakan sejumlah barang atau jasa yang diterima seseorang dari hasil usaha yang mereka lakukan.

Kesejahteraan buruh sadap karet dapat dilihat dari kondisi pendapatannya.

Pendapatan yang tinggi biasanya memiliki kesejahteraan yang baik, begitupun sebaliknya. Tingkat pendapatan buruh sadap karet dapat dilihat pada tabel 1

Gambar 2 Prosedur penelitian

(7)

Tabel 1

Tingkat Pendapatan

No. Kelas Skor Jumlah

f %

1. Tinggi 3 5 8,3

2. Sedang 2 34 56,7

3. Rendah 1 21 35

Jumlah 60 100

Sumber : Hasil Penelitian, 2014 Pendapatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan buruh sadap karet, semakin tinggi pendapatan maka tingkat kesejahteraannya pun akan lebih baik. Keluarga yang memiliki pendapatan rendah dikatakan keluarga tidak sejahtera.

Seperti yang dikatakan Adisasmita (2013) bahwa “pendapatan mencerminkan standar hidup riil masyarakat. Standar hidup riil masyarakat menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa pendapatan merupakan kriteria tingkat kesejahteraan masyarakat”.

Lebih dari setengahnya masyarakat buruh sadap karet memiliki pendapatan yang sedang sebanyak 56,7%, dan sebagian kecil dari mereka memiliki tingkat pendapatan yang tinggi sebanyak 8,3%. Tingginya pendapatan yang buruh sadap karet dapatkan karena selain menyadap mereka

memiliki usaha sampingan seperti berjualan, buruh tani dan buruh serabutan selain itu juga mereka memberdayakan anak dan istri mereka untuk bekerja agar dapat menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pengeluaran merupakan salah satu indikator yang penting dalam mengukur tingkat kesejahteraan. Besarnya pengeluaran yang dikeluarkan oleh suatu rumah tangga menggambarkan tingkat kesejahteraan rumah tangga yang bersangkutan. Semakin tinggi pengeluaran yang dikeluarkan untuk kebutuhan non makan, menunjukan adanya peningkatan kesejahteraan rumah tangga tersebut.

Pengeluaran buruh sadap karet dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2

Tingkat Pengeluaran

No. Kelas Skor Jumlah

f %

1. Tinggi 3 3 5

2. Sedang 2 14 23,3

3. Rendah 1 43 71,7

Jumlah 60 100

Sumber : Hasil Penelitian, 2014 Pengeluaran/konsumsi rumah tangga

adalah nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhanya. Pendapatan yang diterima suatu rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membiayai jasa angkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli

rumah tangga untuk memenuhi kebutuhanya.

Menurut Sunarti (2006) “Tingkat

kesejahteraan dikatakan meningkat apabila

terjadi peningkatan riil dari pengeluaran per

kapita yaitu peningkatan nominal

pengeluaran lebih tinggi dari tingkat inflasi

pada periode yang sama”. lebih dari

setengahnya masyarakat buruh sadap karet

memiliki tingkat pengeluaran yang rendah

(8)

Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara…

sebanyak 71,7%. Rendahnya pengeluaran yang mereka keluarkan karena sebagian besar pendapatan yang mereka peroleh digunakan untuk kebutuhan makan sehari- hari, mereka belum mampu menggunakan pendapatan untuk kebutuhan lain seperti menabung dan rekreasi, karena pendapatan yang mereka peroleh hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Status kepemilikam rumah juga sangat penting karena akan mempengaruhi kenyaman dalam berumah tangga suatu keluarga, dalam pengklasifikasiannya terdapat tiga kategori jenis rumah yaitu permanen, semi permanen dan tidak permanen (Panggung). Perbedaan kategori jenis bangunan ini terlihat dari dinding dan lantai. Jenis bangunan dari rumah buruh sadap karet dapat dilihat dari tabel 3

Tabel 3

Kondisi Tempat Tinggal

No. Kelas Skor Jumlah

f %

1. Permanen 3 56 93,3

2. Semi permanen 2 4 6,7

3. Tidak permanen 1 0 0

Jumlah 60 100

Sumber : Hasil Penelitian, 2014 Keadaan tempat tinggal atau rumah

mencerminkan kondisi kesejahteraan seseorang, semakin baik tempat tinggalnya bisa dikatakan memiliki kesejahteraan yang baik pula. Menurut Yudhohusodo (1991)

“Pada perkembangannya, kebutuhan akan rumah dijadikan salah satu motivasi untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik, dimana rumah yang fungsi utamanya sebagai tempat tinggal bagi penghuninya, juga dijadikan tolak ukur keberadaan status sosial penghuninya baik tingkat kemampuan ekonomi maupun kesejahteraannya”. Di Kecamatan Dawuan sebagian besar para buruh sadap karet menempati rumah dengan jenis bangunan permanen, rumah yang berdinding tembok dan lantainya dari keramik yaitu sebanyak 93%, Selain permanen sebagian kecil keluarga buruh sadap karet menempati rumah dengan jenis

bangunan semi permanen, yaitu rumah yang setengah dindingnya terbuat dari tembok sebagian lagi terbuat dari anyaman bambu/bilik dan lantainya dari semen yaitu sebanyak 6,7%. Rumah yang ditempati masyarakat buruh sadap karet ini rumah sederhana yang rata-rata ukuranya tidak terlalu besar, bahkan ada beberapa dari mereka menempati rumah dengan kondisi dinding dan keramik yang sudah retak-retak dan atap yang mulai keropos.

Selain kebutuhan sandang dan pangan, rumah merupakan salah satu kebutuhun yang penting dalam kehidupan manusia. Berbagai fasilitas yang dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan antara lain dapat dilihat dari kelengkapan ruang.

Untuk melihat kelengkapan fasilitas tempat

tinggal tersebut dapat dilihat pada tabel 4

(9)

Tabel 4

Fasilitas Tempat Tinggal

No. Kelas Skor Jumlah

f %

1. Lengkap 3 5 8,3

2. Cukup 2 23 38,4

3. Kurang 1 32 53,3

Jumlah 60 100

Sumber : Hasil Penelitian, 2014 Fasilitas tempat tinggal merupakan

sarana untuk melaksanakan segala aktivitas keluarga di rumah. Seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri PU No.54 (1991)

“kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya”. Dilihat dari fasilitas tempat tinggal, lebih dari setengahnya masyarakat buruh sadap karet memiliki fasilitas tempat tinggal yang kurang lengkap yaitu sebanyak 53,3%

dan sebagian kecil masyarakat buruh sadap karet memiliki fasilitas yang lengkap sebanyak 8,3% kelengkapan tersebut terlihat dari kecukupan ruang dalam rumah, kepemilikan alat-alat elekronik di dalam rumah seperti televisi, kulkas, kipas angin, dan barang elektronik lainnya. Rumah buruh sadap karet bisa dikatakan tidak terlalu luas karena lahan yang mereka miliki terbatas, hal

tersebut berpengaruh terhadap jumlah dan ukuran ruangan di dalam rumah, kurang dari setengahnya masyarakat buruh sadap karet memiliki ruangan dalam rumahnya berjumlah 5 kamar. Sebagian besar ruangan yang tidak dimiliki masyarakat buruh sadap karet yaitu ruang keluarga dan ruang makan.

Masyarakat buruh sadap yang tidak memiliki ruangan yang lengkap biasanya menggunakan satu ruangan tertentu untuk melakukan beberapa aktivitas seperti makan, nonton televisi dan kumpul bersama keluarga.

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia di samping kebutuhan makan dan pendidikan, karena tanpa kesehatan yang baik, maka manusia tersebut akan sulit dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Kesehatan anggota keluarga buruh sadap karet dapat dilihat pada tabel 5

Tabel 5

Kesehatan Anggota Keluarga

No. Kelas Skor Jumlah

f %

1. Baik 3 0 0

2. Cukup 2 46 73,3

3. Kurang 1 14 26,7

Jumlah 60 100

Sumber : Hasil Penelitian, 2014 Kesehatan merupakan salah satu aset

terpenting untuk mendukung aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Seperti yang dijelaskan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 (2009) Tentang

Kesehatan, “Kesehatan adalah keadaan

sehat, baik secara fisik, mental, spritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap

orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis”. menunjukan bahwa lebih dari

(10)

Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara…

setengahnya masyarakat buruh sadap karet memiliki tingkat kesehatan anggota keluarga yang cukup baik sebanyak 73,3%. Sebagian kecil dari masyarakat buruh sadap memiliki tingkat kesehatan anggota keluarga yang kurang baik sebanyak 26,7%, masyarakat buruh sadap karet kurang peduli terhadap kesehatan, mereka lebih memilih membiarkan dan membeli obat warung dibandingkan dengan memeriksakan anggota keluarganya ke sarana kesehatan dengan alasan karena penyakitnya tidak terlalu parah.

Pelayanan kesehatan merupakan faktor yang penting dalam upaya penanganan penyakit. Semakin mudah mendapatakan pelayanan kesehatan maka pelayanan dalam menangani penyakit akan lebih cepat.

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak PTPN VIII Wangunreja diantaranya Balai Pengobatan dan Rumah Sakit PTPN yang berlokasi di Subang kota. Kemudahan buruh sadap karet dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dapat dilihat pada tabel 6

Tabel 6

Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

No. Kelas Skor Jumlah

f %

1. Mudah 3 26 43,3

2. Sedang 2 19 31,7

3. Sulit 1 15 25

Jumlah 60 100

Sumber : Hasil Penelitian, 2014 Pelayanan kesehatan masyarakat

merupakan suatu bentuk sarana kesehatan yang digunakan untuk pencegahan dan penanganan penyakit. Seperti yang tertera pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 (2013) tentang jaminan kesehatan yang menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan adalah “fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat”. Fasilitas kesehatan yang diberikan PTPN VIII Wangunreja berupa Balai Pengobatan dan Rumah Sakit merupakan fasilitas kesehatan yang biasa digunakan oleh masyarakat penyadap karet untuk berobat. buruh sadap karet kurang dari setenganya mudah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu

sebanyak 43,3 %, sedangkan sebagian kecil dari buruh sadap karet sulit mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 25%.

Kesulitan mendapatakan pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh buruh sadap karet ini lebih diakibatkan karena jarak tempuh dari rumah buruh sadap ke tempat pelayanan kesehatan cukup jauh dan akses yang cukup sulit karena jalannya rusak dan tidak ada kendaraan umum.

Sekolah menjadi kebutuhan mendasar bagi semua orang, apalagi di zaman yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan penilaiannya. Pendidikan memberikan sumbangan langsung terhadap pertumbuhan pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas kerja.

Kemudahan menyekolahkan anak dapat

dilihat pada tabel 7.

(11)

Tabel 7

Kemudahan Menyekolahkan Anak

No. Kelas Skor Jumlah

f %

1. Mudah 3 41 68,4

2. Sedang 2 11 18,3

3. Sulit 1 8 13,3

Jumlah 60 100

Sumber : Hasil Penelitian, 2014 Pendidikan berfungsi menyiapkan

salah satu input dalam proses produksi, yaitu tenaga kerja, agar dapat bekerja dengan produktif karena kualitasnya. Seperti yang dijeaskan oleh Mulyadi (2003) bahwa

“pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia yang selanjutnya akan mendorong peningkatan output yang diharapkan bermuara pada kesejahteraan”. Masyarakat buruh sadap karet sadar akan pentingnya pendidikan untuk anak-anaknya dimasa depan, hal tersebut terlihat dari tingkat pendidikan anak pada masyarakat buruh sadap karet setingkat lebih tinggi jika dibandingkan dengan orangtuanya. Lebih dari setengahnya masyarakat buruh sadap karet mudah dalam menyekolahkan anaknya yaitu sebanyak

68,6%. Sebagian kecil masyarakat buruh sadap karet ini merasa kesulitan untuk menyekolahkan anaknya sebanyak 13,3%.

Kesulitan tersebut karena tidak adanya biaya untuk menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan jarak yang jauh antara rumah ke sekolah karena rata-rata lokasi sekolah yang mereka tempuh lebih dari 3 Km terutama untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Fasilitas trasnportasi merupakan sarana yang digunakan buruh sadap karet untuk memudahkan aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Selain fasilitas transportasi umum seperti angkutan umum dan ojeg, kepemilikan trasportasi pribadi menunjukan adanya tingkat kesejahteraan yang baik.

Tabel 8

Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi

No. Kelas Skor Jumlah

f %

1. Mudah 3 6 10

2. Sedang 2 14 23,3

3. Sulit 1 40 66,7

Jumlah 60 100

Sumber : Hasil Penelitian, 2014 Pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi, yaitu tenaga kerja, agar dapat bekerja dengan produktif karena kualitasnya. Seperti yang dijeaskan oleh Mulyadi (2003) bahwa

“pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia yang selanjutnya akan mendorong peningkatan

output yang diharapkan bermuara pada

kesejahteraan”. Masyarakat buruh sadap

karet sadar akan pentingnya pendidikan

untuk anak-anaknya dimasa depan, hal

tersebut terlihat dari tingkat pendidikan anak

pada masyarakat buruh sadap karet setingkat

lebih tinggi jika dibandingkan dengan

orangtuanya. Lebih dari setengahnya

(12)

Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara…

masyarakat buruh sadap karet mudah dalam menyekolahkan anaknya yaitu sebanyak 68,6%. Sebagian kecil masyarakat buruh sadap karet ini merasa kesulitan untuk menyekolahkan anaknya sebanyak 13,3%.

Kesulitan tersebut karena tidak adanya biaya untuk menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan jarak yang jauh antara rumah ke sekolah karena rata-rata lokasi sekolah yang mereka tempuh lebih dari 3 Km terutama untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Kesejahteraan merupakan tujuan hidup yang selalu diharapkan semua

masyarakat. Perbedaan tingkat kesejahteraan tersebut diukur berdasarkan indikator dari Badan Pusat Statistika tahun 2005 yang meliputi pendapatan, pengeluaran rumah tangga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan fasilitas kesehatan, kemudahan menyekolahkan anak, dan kemudahan mendapatkan fasilitas kesehatan.

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat tingkat kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan pada tabel 9 berikut ini.

Tabel 9

Tingkat Kesejahteraan Buruh sadap Karet

No. Kategori Jumlah Skor Jumlah

Responden % 1. Tingkat Kesejahteraan Tinggi 20 – 24 2 3,3 2. Tingkat Kesejahteraan Sedang 14 – 19 48 80 3. Tingkat kesejahteraan Rendah 8 – 13 10 16,7

Jumlah 60 100

Sumber : Hasil Penelitian, 2014 Keluarga dikatakan sejahtera apabila keluarga tersebut dapat memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarganya.

Seperti yang dijelaskan Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (dalam Rinawati, 2010) “sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan mutu sandang,

pangan, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya”. Tabel 9 di atas menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan termasuk ke dalam tingkat kesejahteraan sedang yaitu sebanyak 80%, dan sebagian kecil termasuk ke dalam tingkat kesejahteran rendah sebanyak 16,7%

dan kesejahteraan tinggi sebanyak 3,3%.

KESIMPULAN

Sistem kerja diketahui dari jam kerja dan perolehan upah. Buruh sadap karet bekerja selam 8 jam setiap harinya.

Perolehan upah buruh sadap karet rata-rata sebesar Rp. 1.110.000 dari hasil menyadap selama satu bulan, pendapatan tersebut tergolong rendah karena masih di bawah UMR Kabupaten Subang yaitu Rp.

1.577.959, pendapatan yang diperoleh tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang sebagian besar terdiri dari 3-4 orang, sehingga

mengharuskan para buruh sadap untuk melakukan pekerjaan sampingan serta mengajak anggota keluarga yang lain seperti anak dan istri untuk bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.

Kondisi sosial ekonomi buruh sadap

dapat diketahui dari tempat tinggal,

kesehatan, pendidikan dan fasilitas

transportasi. Sebagian besar buruh sadap

karet tinggal di rumah permanen dengan

fasilitas yang kurang lengkap. Buruh sadap

karet memiliki kesehatan yang baik, akan

(13)

tetapi kesadaran akan pentingnya kesehatan masih rendah karena buruh sadap karet tidak pernah melakukan cek kesehatan.

Pendidikan buruh sadap karet tergolong rendah tapi kesadarannya akan pentingnya pendidikan anak cukup baik. Dalam hal fasilitas transportasi, buruh sadap karet mengalami kesulitan untuk mendapatkan kendaraan umum karena akses yang sulit seperti jalan yang rusak dan jarak yang jauh ke jalan raya.

Tingkat kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet dari delapan indikator kesejahteraan menurut BPS tahun 2005, sebagian besar termasuk ke dalam tingkat kesejahteraan sedang sebanyak sebanyak 80%, dan sebagian kecil termasuk ke dalam tingkat kesejahteran rendah sebanyak 16,7%

dan kesejahteraan tinggi sebanyak 3,3%.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, penulis mengajukan beberapa rekomendasi untuk pihak PTPN VIII Wangunreja dan masyarakat buruh sadap

karet PTPN VIII Wangunreja yaitu sebagai berikut :

Bagi pemerintah agar ada upaya perbaikan aksesibilitas seperti memerbaiki jalan dan sarana transportasi untuk mendukung kemudahan masyarakat setempat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan

Bagi masyarakat buruh sadap karet agar memanfaatkan waktu luangnya untuk usaha sampingan agar memperoleh penghasilan tambahan selain dari hasil menyadap seperti berjualan bahan pokok makanan, karena di daerah penelitian sangat sulit ditemui warung dan akses ke pasar cukup sulit.

Untuk peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian tentang hubungan kontribusi setiap indikator kesejahteraan dengan tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kabupaten Subang, serta dapat menjadi bahan masukan dalam rangka melengkapi penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2013. Teori-teori

Pembangunna Ekonomi

(Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Wilayah). Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistik. 2005. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: BPS Kementrian Pertanian. 2012. Rencana

Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha.

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.

Mulyadi. S. 2003. Ekonomi Sumber Daya manusia (Dalam Perspektif Pembangunan). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Peraturan Menteri PU No.54.1991.

Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Perumahan Sangat Sederhana.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No 12. 2013. Tentang Jaminan Kesehatan. Jakarta

Rinawati. 2010. Tingkat kesejahteraan Masyarakat Nelayan Di Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon.

Bandung: Skripsi FPIPS UPI.

Sastraatmadja, Entang. 1984. Ekonomi Pertanian Indonesia. Bandung:

Angkasa.

Soetrisno, Loekman. 2002. Paradigma

Baru Pembangunan Pertanian

(14)

Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara…

Sebuah Tinjauan Sosiologis.

Yogyakarta: Kanisius

Sunarti, Euis. (2006). Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah Pengembangan, Evaluasi, Dan Keberlanjutannya.

Naskah Akademik, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18. 2004. Tentang Perkebunan. Yogyakarta: Aditya Media

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36. 2009. Tentang Kesehatan.

Jakarta

Yudhohusodo S. 1991. Rumah Untuk

Seluruh Rakyat. Jakarta: Yayasan

Padamu Negri.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dina dan Maharani 2017 menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh secara langsung emotional quotient terhadap prestasi kerja, tidak

As Asuh uhan an un untu tuk s k se eti tiap ap pa pasi sie en n  direncanakan  direncanakan oleh Dr penanggung jawab oleh Dr penanggung jawab pelayanan (DPJP), perawat dan pemberi

Memberikan pelatihan kepada mahasiswa agar memahami tools- tools adobe photoshop dan adobe. illustrator yang akan dipakai dalam membuat desain layout

We focused on three types of leader- ship modes (emerging, rotating, and des- ignated leadership) and tested their impact on team performance and team dynamics in classroom

Dari pernyataan diatas bahwa dengan metode peta konsep siswa dapat membuat rancangan atau pemikiran atau cara belajar baru yang kreatif yang dapat membatu siswa dalam

Dengan definisi ini maka kata perceivedmenjadi kata yang penting karena pada mungkin suatu ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “EFIKASI VAKSIN DENGAN METODE INFILTRASI HIPEROSMOTIK UNTUK MENCEGAH INFEKSI BAKTERI Streptococcus agalactiae

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau