• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh: ALMAKASIH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh: ALMAKASIH"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELATIHAN EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY (IT) TERHADAP KOMPETENSI GURU

DALAM PEMBUATAN SOAL UJIAN DI SMAS PSM BUKITTINGGI SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu Pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Oleh:

ALMAKASIH 2513.037

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI BUKITTINGGI

2017/1438 H

(2)

ABSTRAK

Skripsi atas nama ALMAKASIH NIM 2513.037, dengan judul:

“PENGARUH PELATIHAN EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY (IT) TERHADAP KOMPETENSI GURU DALAM PEMBUATAN SOAL UJIAN”. Jurusan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukiitinggi.

Latar belakang masalah dari penelitian ini adalah guru-guru di sekolah masih

menggunakan alat evaluasi yang manual (ujian konvensional), Dalam melakukan

ujian siswa masih menggunakan kertas dan pena untuk menjawab soal-soal ujian,

pihak sekolah harus mengeluarkan dana untuk membeli kertas dan biaya fotokopi dan

Rekapitulasi nilai siswa yang cenderung lama, karna membutuhkan waktu untuk mencek

nilai satu persatu secara manual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pelatihan evaluasi pembelajaran berbasis information technology (IT) terhadap kompetensi guru dalam pembuatan soal ujian di SMA PSM Bukittinggi.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dimana penelitian kuantitatif ini didasarkan pada perhitungan persentase, rata-rata, kuadrat, dan juga perhitungan statistik lainnya. Subyek penelitian adalah Guru dan obyeknya adalah korelasi hubungan mengikuti pelatihan dan kompetensi guru. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 32 orang dari keseluruhan jumlah guru. Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel adalah Random sampling. Data dikumpulkan menggunakan instrumen angket skala Likert. Teknik analisis data menggunakan statistik sederhana.

Pengolahan data menggunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov, diperoleh data berdistribusi normal untuk variabel X pelatihan dan data berdistribusi normal untuk variabel Y kompetensi guru. Langkah selanjutnya melakukan interpretasi terhadap r xy dengan menggunakan rumus Product Moment. Dengan merumuskan hipotesis alternatif (𝐻1) dan hipotesis nilai (𝐻0) terlebih dahulu. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh nilai korelasi r xy sebesar 0,967. Sehingga besarnya hubungan pelatihan dengan kompetensi guru dalam pembuatan soal ujian berbasis Information Technology (IT) adalah sangat kuat. Maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan evaluasi pembelajaran memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kompetensi guru dalam pembuatan soal berbasis information technology (IT).

(3)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Almakasih

Tempat/Tanggal Lahir : Lb. Pandan, 04 Januari 1996

Jurusan/Fakultas :Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer/ FTIK

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul “pengaruh pelatihan evaluasi pembelajaran berbasis information technology (IT) terhadap kompetensi guru dalam pembuatan

soal ujian” adalah benar asli karya saya. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi akademisi berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.

Demikianlah pernyataan ini saya buat, semoga dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.

Bukittinggi, Agustus 2017 Saya yang menyatakan

Almakasih 2613.037

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamduliah segala puji hanya bagi Allah SWT dan shalawat serta salam kemulian tak lupa pula dimohonkan pada Allah SWT untuk disampaikan kepada junjungan umat yakni Nabi Besar Muhammad SAW yang telah berhasil meletakkan panji-panji keislaman dan seberkas cahaya iman, sehingga ajaran beliau telah mampu mengangkat derajat manusia dari kehinaan kepada martabat yang setinggi-tingginya dan beliau meninggalkan dua pedoman yang apabila kita berpegang teguh kepada keduanya kita akan selamat dunia akhirat yaitu Al-Quran dan Sunnahnya. Tidak ada satupun nikmatnya yang dapat didustakan, salah satunya dengan selesainya penulisan skripsi ini, serta pendidikan penulis pada Jurusan Pendidikan Teknologi Informatika dan Komputer, Fakultas Tarbiyah dan ilmu Kependidikan Institut Agama Islam Negri (IAIN) Bukittinggi.

Penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak terutama keluarga ayahanda Masri dan ibunda Arniyulis yang senantiasa berdoa, memberikan cinta kasih, mengasuh, mendidik dan memberikan motivasi kepada penulis. Selanjutnya penulis jug mengucapkan terimakasih banyak kepada:

1. Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, Ketua Jurusan, Pegawai Pustaka dan Bapak/Ibuk Dosen-dosen di Institut Agama Islam Negri (IAIN) Bukittinggi yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan untuk kepentingan perkuliahan dari awal hingga penulis menyelesaikan studi.

2. Ibuk Liza Efriyanti, S.Si, M.Kom Selaku PA yang selalu memberikan dorongan, motivasi, semangat dan telah mendidik penulis selama di kampus.

3. Bapak Supratman Zakir, M.Pd, M.Kom selaku pembimbing I, dan Bapak Supriadi, S.Ag, M.Pd selaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan juga perkuliahan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

(5)

4. Kepala SMA PSM Bukittinggi yang telah memberikan izin penelitian beserta informasi yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Sahabat-sahabat semuanya Jefrizal, Etri Jayanti, Viola Brilyan Elka, Selvy Angraini, Salmi dan semuanya yang selalu memberikan dorongan dan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terakhir penulis mendo’akan mudah-mudahan seluruh bentuk bantuan yang diterima dari semua pihak, dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekuranagn dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharpkan dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini, dan semoga bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis sendiri. Amin.

Bukittinggi, 2 Agustus 2017 Penulis

(Almakasih) NIM: 2513.037

(6)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

ABSTARAK ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISi ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakan Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah... 8

D. Rumusan masalah... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Penjelasan Judul ... 10

H. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Evaluasi Pembelajaran 1. Pengertian Evaluasi ... 13

2. Karakteristik Ealuasi ... 15

3. Fungsi Evaluasi ... 16

4. Prinsip-prinsip Evaluasi ... 16

5. Cakupan Evaluasi Pendidikan ... 17

6. Syarat dan Tujuan Evaluasi ... 17

7. Metode Evaluasi ... 20

8. Ruang Lingkup (Scope) Evaluasi Pendidikan di Sekolah ... 22

B. Kompetensi Guru 1. Pengertian Guru ... 24

2. Pengertian Kompetensi Guru ... 25

3. Macam-macam Kompetensi ... 29

4. Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Profesional Guru ... 36

5. Klasifikasi Seorang Guru ... 40

6. Karakteristik Kompetensi Guru ... 43 C. Pembelajaran Berbasis Information Technology (IT)

D. Penelitian Relevan

(7)

E. Kerangka Konseptual

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ... 53

B. Metode Penelitian... 53

C. Populasi dan Sampel ... 55

D. Jenis dan Sumber Data ... 55

1. Jenis Data ... 55

2. Sumber Data ... 55

E. Teknik dan Pengumpulan data ... 56

F. Teknik Pengolahan Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 62

B. Persyaratan Uji Hipotesis ... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 71 DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

I Kisi-kisi Angket ... 1

II Pengantar Angket Penelitian ... 2

III Petunjuk Pengisian Angket ... 3

IV Angket ... 5

V Daftar Skor Pengaruh Pelatihan ... 9

VI Daftar Skor Kompetensi Guru ... 10

VII Data Pengaruh Pelatihan ... 11

VIII Data Kompetensi Guru ... 13

IX Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal ... 15

X Nilai-nilai r Product Moment ... 16

XI Surat Keterangan Validasi Angket... 17

XII Surat Permohonan Izin Penelitian ... 20

XIII Surat Rekomendasi Penelitian ... 21

XIV Surat Keterangan Teleh Selesai Melaksanakan Penelitian ... 22

XV Sk Pembimbing ... 23

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pedoman Interpretasi Nilai r ... 61

Tabel 2 Daftar Kelas Interval Pelatihan ... 64

Tabel 3 Daftar Kelas Interval Kompetensi Guru ... 65

Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ... 66

Tabel 5 Rumus Product Moment ... 67

(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Kelas Interval Pelatihan ... 64 Grafik 2 Kelas Interval Kompetensi Guru ... 65

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting pada saat ini dalam kehidupan manuasia yang terus mengalami perubahan. Melalui pendidikan manusia dapat menambah pengetahuannya, membentuk pola pikir, dan menentukan sikap untuk bertindak dalam kesehariannya. Semua itu bergantung pada kegiatan belajar-mengajar yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai visi yang mulia untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif guna mengembangkan potensi-potensi siswa dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menyikapi harapan ini UU Pendidikan Nasional No.

20 Tahun 2003 tentang Tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa:

“ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

(12)

akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki sistem pendidkan diantaranya melalui pengembangan kurikulum dan pengadaan sarana dan prasarana serta peningkatan kualitas tenaga pengajar dengan diadakannya sertifikasi guru. Sebagaimana disebutkan dalam PERMENDIKBUD No. 62 tahun 2013, sertifikasi guru adalah sebuah program yang lebih mengarah pada upaya peningkatan hasil proses pembelajaran dengan mengkondisikan guru-guru sebagai tenaga pendidik yang berkompeten terhadap bidangnya melalui pelatihan-pelatihan dalam mengelola pembelajaran, menentukan penggunaan media dan model pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.2 Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menentukan dengan memberikan modal pembelajaran yang tepat akan memudahkan peserta didik untuk mempelajari materi pembelajaran.

Guru adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam hal ini guru berperan dan bertugas sebagai pengelola proses belajar mengajar. Guru berperan menjadi pengganti orang tua di sekolah dan Guru

1UU Pendidikan Nasioanal No.20 Tahun 2003

2PERMENDIKBUD No. 62 tahun 2013

(13)

harus bisa menggantikan orang tua siswa jika siswa sedang berada di sekolah.

Guru adalah salah satu profesi yang mulia. Guru sebagai seorang agen pembelajaran dituntut memiliki beberapa kompetensi, diantaranya:

kompetensi pedagogik; kompetensi sosial; kompetensi pribadi; dan kompetensi profesional,3 sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 14 tahun 2005 pasal 10 ayat (1). Guru merupakan perencana, pemroses, dan evaluator proses pembelajaran di dalam kelas. Sebagai perencana guru harus dapat menyusun segala administrasi dan persiapan yang menunjang kegiatan pembelajaran. Sebagai pemroses kegiatan pembelajaran guru harus dapat menjadi fasilitator yang baik. Sebagai evaluator guru harus dapat melakukan penilaian terhadap seluruh proses pembelajaran yang sudah berlangsung baikuntuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan sebagai perbaikan maupun koreksi proses pembelajaran (PP No. 19 Tahun 2005).

Begitu pentingnya keberadaan guru dalam memajukan pendidikan, maka usaha-usaha peningkatan mutu pendidikan haruslah dimulai dari guru, karena guru adalah pelaksana dan unsur utama dalam upaya peningkatan mutu lulusan. Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional telah melakukan berbagai upaya, misalnya melengkapi sarana dan prasarana belajar, meningkatkan kemampuan teknik guru dalam mengajar, seperti mengadakan kelompok kerja guru

3 Kunandar, Guru Profesional ..., hlm75-77

(14)

mata pelajaran (MGMP), pelatihan guru, mengangkat pengawas bidang studi dan lain sebagainya.

Usaha untuk meningkatkan kompetensi guru sudah dilaksanakan lewat berbagai jalur seperti perubahan dan penyempurnaan kurikulum.

Pelatihan guru terus menerus baik di tingkat daerah maupun nasional, penyedian buku paket, pendidikan lanjutan dan lain-lain.

Berdasarkan Permendiknas nomor 16 tahun 2007 salah satu kompetensi inti guru adalah menyelenggarakan penilaian dan evaluasi hasil belajar.4 Penilaian hasil belajar merupakan bagian penting dalam kegiatan pembelajaran. Sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidikan untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik. Hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui hasil tes maupun non tes. 5 Kajian kali ini dibatasi untuk penilaian hasil belajar melalui tes. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa untuk mengukur aspek prilaku siswa. Teknik tes dapat di lakukan dengan cara tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Salah satu bentuk teknik tes ini adalah dengan pelaksanaan proses ujian.6

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation;

dalam bahasa Arab: al-Taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti: penilaian.

Akar katanya adalah value; dalam bahasa Arab: al-Qimah; dalam bahasa

4PERMENDIKBUD No. 16 tahun 2007

5 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997) cet ke-1 hal.27

6 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran hal 118

(15)

Indonesia berarti; nilai. Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan (educational evaluation = al-Taqdir al- Tarbawiy) dapat diartikan sebagai: penilaian dalam (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegitan pendidikan.

Adapun dari segi istilah, sebagaimana di kemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): Evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Menurut defenisi ini, maka

istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. 7

Menurut Eggen dan Kauch Evaluasi yang baik dan efektif mencakup empat proses, yaitu: (1) proses perancangan, (2) proses persiapan siswa untuk mengikuti evaluasi, (3) proses penyelenggaraan evaluasi, dan (4) proses analisisis hasil evaluasi.

Salah satu Evaluasi yang biasa dilakukan di sekolah-sekolah pada umumnya yaitu pelaksanaan ujian. Di mana biasanya pelaksanaan ujian di sekolah – sekolah biasanya menggunakan cara yang sama, yaitu guru – guru memberikan soal ujian dan menyuruh siswa untuk menjawab di kertas jawaban yang telah disediakan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di SMAS PSM Bukittinggi, sekolah ini dalam pelaksanaan ujian masih menggunakan cara yang manual atau bisa juga disebut ujian konvensional maksudnya dalam melakukan ujian siswa masih menggunakan kertas dan pena untuk

7 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta:Rajawali Pers, 2011),hlm 1

(16)

menjawab soal-soal ujian. Hal ini tidak efesien dari segi biaya, karena sekolah harus menyediakan sejumlah dana untuk membeli kertas, dan biaya fotokopi. Selain itu diperlukan juga sebuah ruangan penyimpanan untuk menyimpan berkas-berkas ujian siswa. Masalah lainnya yakni rekapitulasi nilai siswa yang cenderung lama, karena membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mengkoreksi jawaban siswa satu persatu secara manual.

Sesuai dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, terutama dalam bidang pendidikan, menuntut pihak sekolah dan guru untuk semakin memperhatikan media pembelajaran, serta media yang digunakan dalam proses evaluasi pembelajaran. Di mana guru-guru bisa membuat soal ujian dan melaksanakan ujian dengan menggunakan komputer.

Dengan di adakannya pelatihan cara pembuatan soal ujian dan pelaksanaan ujian berbasis komputer dimana di utus 2 orang guru dari SMAS PSM Bukittinggi untuk mengikuti pelatihan ini di SMAN 5 Bukittinggi yang diselenggarakan oleh pihak sekolah SMAN 5 Bukittinggi guna untuk meningkatkan sekolah tersebut menjadi sekolah model dan percontohan, dimana diundang 5 sekolah yang ada di Bukittinggi yaitu:

SMAS PSM, SMAS Pembangunan, SMAN 4 Bukittinggi, SMA Xaverius dan SMAN 2 Bukittinggi untuk diberi pelatihan dan pengajaran cara membuat soal dan ujian berbasis komputer di mana dalam pelatihan itu guru diberikan sebuah aplikasi oleh moderator pelatihan yaitu aplikasi

(17)

Quiz Ceator, setelah di instalkan maka setiap guru akan dipandu dan

dituntun untuk dapat menggunakan aplikasi yang telah diberikan, dan setiap guru yang ikut pelatihan tersebut harus bisa mengaplikasikannya dan menggunakannya.

Dalam pelatihan ini diharapkan guru-guru bisa mengaplikasikannya dan mengajarkan kepada guru-guru yang lain agar guru-guru yang tidak ikut pelatihan juga bisa mendapatkan ilmu yang telah didapatkan selama ikut pelatihan tersebut. Dimana tujuan diadakan pelatihan ini yaitu untuk mensosialisasikan cara pembuatan soal dan pelaksanaan ujian berbasis komputer yang akan diaplikasikan pada saat pelaksanaan Ujina Nasional (UN) tahun 2017.

Adanya sistem informasi ujian berbasis komputer dimana didalamnya sudah dimasukkan soal-soal ujian yang telah disusun oleh guru yang akan diberikan kepada siswa, maka siswa cukup mengentrikan jawaban mereka pada komputer masing-masing, selain menghemat pemakaian kertas, penggunaan komputer juga dapat menghemat ruangan penyimpanan berkas soal dan jawaban, penggunaan sistem komputerisasi juga dapat meminimalisir siswa untuk melakukan kecurangan-kecurangan selama proses ujian, karena soal yang ditampilkan akan diacak untuk masing-masing siswa. Dan pelaporan hasil juga dapat dilakukan secara langsung karena proses penilaian dilakukan oleh sistem.

Maka dari permasalahan di atas penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pelatihan Evaluasi

(18)

Pembelajaran Berbasis Information Technology (IT) Terhadap Kompetensi Guru Dalam Pembuatan Soal Ujian “.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Soal yang ada di buat masih manual sehingga variasi soal kurang beragam.

2. Terjadinya penumpukan arsip soal di sekolah sehingga resiko hilang sangat tinggi.

3. Keterampilan guru dalam memperkaya soal masih terbatas.

4. Waktu yang tersita lama untuk mengkoreksi hasil ujian siswa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka ruang lingkup permasalahan ini dibatasi pada

“Pengaruh Pelatihan Evaluasi Pembelajaran Berbasis Information Technology (IT) Terhadap Kompetensi Guru Dalam Pembuatan Soal

Ujian“.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, yang akan diteliti dapat dirumuskan yaitu:

“Bagaimana pengaruh pelatihan evaluasi pembelajaran berbasis Information Technology (IT) terhadap Kompetensi guru dalam pembuatan soal ujian?”.

(19)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ingin diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui bagaiamana pengaruh pelatihan evaluasi pembelajaran berbasis Information Technology (IT) terhadap Kompetensi guru dalam pembuatan soal ujian”.

F. Manfaat Penelitian 1. Dinas Pendidikan

Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan sekolah.

2. Kepala sekolah

Melaksanakan kebijakan dari Dinas Pendidikan dan melakukan pengawasan terhadap guru dan sekolah yang dipimpinnya.

3. Guru

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam pelaksanaan pembelajaran disekolah sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

G. Penjelasan Judul

1. Pengaruh : Suatu yang menunjukkan adanya korelasi/hubungan keadaan lain (yang menjadi akibat). Pengaruh disini adalah pengaruh pelatihan evaluasi pembelajaran berbasis Information Technology (IT)

(20)

terhadap kompetensi guru dalam pembuatan soal ujian. Pengaruh yaitu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) ikut membentuk perbuatan seseorang.8

2. Evaluasi : Suatu proses untuk menentukan nilai atau makna yang terkandung dalam sesuatu. Nilai itu merupakan sesuatu yang abstrak. Apakah sesuatu itu cukup bernilai atau tidak, tidak dapat dilihat secara langsung. Untuk itu, agar dapat dimengerti bagaimana nilai sesuatu yang dianggap bernilai dan bagaimana pula yang dianggap tidak bernilai.9

3. Kompetensi Guru : kompetensi profesional guru adalah sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan profesi yang menuntut berbagai keahlian dibidang pendidikan atau keguruan. Kompetensi profesional yaitu kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tentag belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap yang tepat tentang lingkungan PBM dan mempunyai keterampilan dalam mengajar.10

8 DEPDIKBUD, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Cet. Ke9, hal.747

9 Yanti Elvita, Evaluasi Pembelajaran, (Bukittinggi: Stain Press, 2007), cet. Ke-1, hal. 2

10 Dikutip daro Blogmadyawati. Kompetensi Profesional dan Kompetensi Kepribadian.

(21)

H. Sistematika Penulisan

Supaya memiliki hubungan yang kuat diantara keseluruhan pembahasan perlu dibuat sistematika penulisan, yaitu:

BAB I :Merupakan pendahuluan yang berisikan dasar pemikiran lahirnya masalah. Yaitu menguraikan latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul dan sistematika penulisan.

BAB II :Merupakan landasan teoritis yang terdiri dari bagian pertama tentang evaluasi pembelajaran yaitu: pengertian evaluasi, karakteristik evaluasi, fungsi evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi, cangkupan evaluasi pendidikan, syarat dan tujuan evaluasi, metode evaluasi, ruang lingkup (scope) evaluasi pendidikan di sekolah. Bagian kedua tentang kompetensi guru yaitu : pengertian guru, pengertian kompetensi guru, macam-macam kompetensi, faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru, klasifikasi seorang guru, karakteristik kompetensi guru, standar prosedur operasional layanan bimbingan kelompok. Bagian ketiga tentang pembelajaran berbasis information tecnology (IT).

BAB III :Merupakan Metodologi penelitian yang terdiri dari lokasi penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik pengilahan data.

(22)

BAB IV :Merupakan hasil penelitian yang berisikan tentang deskriptif penelitian dan pembahasan.

BAB V :Merupakan penutup yang berikan kesimpulan dan saran.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Tentang Pelatihan (Diklat) 1. Pengertian Pelatihan (Diklat)

pelatihan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan kinerja pada masa mendatang.11 Pelatihan menurut Mangkuprawira adalah sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawab dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Proses ini terkait dengan tujuan yang hendak dicapai oleh intitusi atau lembaga pendidikan, di mana seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengetauan yang mempokuskan kepada guru itu sendiri untuk mencapai kamapuan baru yang berguna bagi pekerjaannya disaat ini dan di masa yang akan datang yang pada akhirny dapat membantu tercapainy tujuan intitusi atau lembaga pendidikan.

Idealnya, pelatihan harus dirancang untuk mewujudkan tujuan - tujuan organisasi, yang pada waktu bersamaan juga mewujudkan tujuan - tujuan para pekerja secara perorangan. Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang paling umum dan para pimpinan mendukung adanya pelatihan karena melalui pelatihan, para pekerja akan menjadi lebih trampil dan karenanya akan lebih produktif sekalipun manfaat - manfaat

11 Vaithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Peruhusahaan ,(Jakarta : PT.

Rajagrapindo persada, 2004), h.226

(24)

tersebut harus diperhitungkan dengan waktu yang tersita ketika pekerja sedang dilatih.

Menurut Gary Dessler bahwa “Pelatihan merupakan proses mengajar keterampilan yang dibutuhkan karyawan untuk melakukan pekerjaannya”. Selanjutnya pengertian pelatihan secara sederhana didefinisikan oleh Chrisogonus D. Pramudyo sebagai “Proses pembelajaran yang dirancang untuk mengubah kinerja orang dalam melakukan pekerjaannya”.

Dari berbagai sumber yang menjelaskan tentang pendidikan dan pelatihan, maka penulis menyimpulkan bahwa pelatihan merupakan upaya yang dilakukan oleh seseorang atau pimpinan dalam rangka mengembangkan sumber daya munusia dalam hal ini adalah guru, terutama untuk mengembangkan kemampuan itelektual dan kemampuan kpribadian guru kearah yang diinginkan oleh intitusi oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.

2. Tujuan Pelatihan (Diklat)

Tujuan suatu pelatihan umumnya berhubungan erat dengan jenis dari pelatihan tersebut. Tujuan pelatihan kepala sekolah, berbeda dengan tujuan pelatihan para guru, demikian pula tujuan pelatihan para guru tidak sama dengan tujuan pelatihan para staf demikian seterusnya, namun pada hakikatnya tujuan dari berbagai jenis pelatihan adalah sama, yaitu untuk mengembangkan, meningkattkan dan memperbaiki kinerja seseorang sebagai faktor uatama dalam bidang pengetauan dan keterampilan.

(25)

Menurut Hani Handoko ada dua tujuan utama program pelatihan yaitu: “pertama, pelatihan dilakukan untuk menutup ”gap” antara kecepatan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan. Kedua, programprogram tersebut diharapkan dapat meningktkan efesiensi dan efektifitas kerja kariawan dalam mencapai sasaran-saran kerja yang telah ditetapkan”12. Dari pendapat di atas dijelaskan bawah tujuan utama pelatihan yaitu untuk menghindari adanya ketidak keseimbangan kemampuan antara guru yang lama dengan guru yang baru, dan untuk menyesuaikan guru yang lama perlu diberikan pelatihan untuk menghadapi pelatihan untuk menghadapi keusangan dan guru yang baru mengikuti pelatihan untuk bisa mengibangi guru yang sudah lama, yang kedua, pelatihan juga bertujuan agar guru bisa mencapai sasaran pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

3. Manfaat Pelatihan (Diklat)

Menurut Henry diklat mempunyai andil besar dalam menetukan fektivitas dan efesiensi dalam meningkatkan kualitas belajar dalam dunia pendidikan. Berapa mamfaat nyata yang didapat dari program diklat adalah : (1) Meningkatkan kualitas dan kualitas produktivitas, (2) Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan agar tercapai setandar-setandar kinerja yang dapat diterima, (3) Mencapai sikap, loyolitas dan kerjasama yang lebih menguntungkan, (4) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumberdaya manusia, (5) Mengurangi

12T.Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,( Yogyakarta:

BPFE, 2001) edisi kedua ,Cet. Ke.XV.h. 103.

(26)

jumlah dan biaya kecelakaan kerja, (6) Membantu kariawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.13

Manfaat-manfaat diklat di atas sangat membantu baik secara individu maupun lembaga. Program diklat yang efektif adalah program diklat yang dapat membantu dalam merencanakan karir guru. Apabila kinerja menurun, pada saat ketidak hadiran guru tinggi dan jugak makala kalangan guru menyatakan ketidak puasannya, banyak kepala sekolah berfikir bahwa solusinya adalah program pendidikan dan pelatihan. Akan tetapi mamfaat-mamfaat tersebut kadang kala terlalu dibesar-besarkan program diklat tidak bisa memecahkan semua massakalah yang ada di dalam institusional,meskipun tentu saja program-program tersebut mempunyai potensi besar dalam memperbaiki beberapa permasakalahan yang ada, jika program diklat tersebut dilaksanakan sacara benar dan disesuaikan dengan kebutuhan institusional.

4. Jenis Pelatihan (diklat) Guru

Dalam mengembangkan kemampuan, keterampilan dalam pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaan, diperlukan diklat yang disesuaikan dengan bidang pekerjaannya. Banyak jenis diklat yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan, ada yang dilaksanakan sebelum seseorang menjabat sebagai guru atau pendidikan prajabatan, adapula diklat yang dilaksanakan setelah seseorang menjadi guru. Menurut Peter F.

Olivia dikenal adany 3 program diklat, yakni: (1) Program pre servece

13Hendri Simamora, Manejemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: penerbitan STIEYKPN,1995), Edisi ke-1, h. 286

(27)

education adalah prokram pendidikan yang dilakukan pada pendidikan

sekolah sekolah sebelum peserta didik mendapat tugas tertentu dalam suatu jabatan guru, (2) Program in-service education adalah program pendidikan yang mengacu pada kemampuan akademik maupun professional sesudah pesserta didik mendapat tugas tertentu dalam suatu jabatan, dan (3) Program in-service training ada 3 macam yaitu: penataran penyegaran, penataran peningkatankualifikasi, penataran penjejengan.14 B. Evaluasi Pembelajaran

1. Pengertian Evaluasi

Menurut Mukhtar, seorang guru yang terlibat dalam pembuatan keputusan, harus berdasarkan pada pertimbangan yang matang.

Artinya, untuk melakuakn pertimbangan sebelum membuat keputusan itu diperlukan informasi yang tepat dan benar.proses penentuan informasi yang diperlukan, pengumpulan, dan penggunaan informasi tersebut untuk melakukan pertimbangan sebelum membuat keputusan, itulah yang dinamakan penilaian atau evaluasi.

Suatu proses untuk menentukan nilai atau makna yang terkandung dalam sesuatu. Nilai itu merupakan sesuatu yang abstrak. Apakah sesuatu itu cukup bernilai atau tidak, tidak dapat dilihat secara langsung. Untuk itu, agar dapat dimengerti bagaimana nilai sesuatu

14RR. Ponce Dewi, Analisis Kebijakan Pendidikan dalam Jabatan (InservicseTraining) untuk Pengembangan Kinerja Guru Wanita di Sekolah Dasar Jakarta

(28)

yang dianggap bernilai dan bagaimana pula yang dianggap tidak bernilai.15

Suharsimi Arikunto mengemukakan evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu, dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dengan demikian dapat disimpulkan evalusi yaitu suatu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur efektifitas sistem pembelajaran secara keseluruhan. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses pembelajaran mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu, sampai seberapa jauh keduanya dapat dinilai baik.

Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari. Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untutuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relativ lama dan karena adanya usaha.

15 Yanti Elvita, Evaluasi Pembelajaran, (bukittinggi: Stain Press, 2007), cet. Ke-1, hal. 2

(29)

Sedangkan evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas (nilai atau arti) berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk pertanggung jawab guru dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Karakteristik Evaluasi

Kegiatan evaluasi dalam proses belajar mengajar mempunyai beberapa karakteristik penting, di antaranya sebagai berikut.

1. Memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa yang dievaluasi.

Hal ini terjadi misalnya seorang guru melakukan penilaian terhadap kemampuan yang tidak tampak dari siswa. Apa yang dilakukan adalah ia lebih banyak menafsir melalui bebera aspek penting yang diizinkan seperti melalui penampilan, keterampilan, atau reaksi mereka terhadap suatu stimulus yang diberikan secara terencana.

2. Lebih bersifat tidak lengkap.

Dikarenakan evaluasi tidak dilakukan secara kontinu maka hanya merupakan sebagai fenomena saja. Atau dengan kata lain, apa yang dievaluasikan hanya sesuai dengan pertanyaan item yang direncanakan oleh seorang guru.

3. Mempunyai sifat kebermaknaan relatif.

Ini berarti, hasil penilaian tergantung pada tolak ukur yang digunakan oleh guru. Di samping itu, evaluasipun tergantung dengan tingkat

(30)

ketelitian alat ukur yang digunakan. Sebagai contoh, jika kita mengukur objek dengan penggaris yang mempunyai ketelitian setengah milimeter akan memperoleh hasil pengukuran yang kasar.

Sebaliknya, jika seorang guru mengukur dengan menggunakan alat mikrometer yang biasanya mempunyai ketelitian 0,2 milimeter maka hasil pengukuran yang dilakukan akan memperoleh hasil ukur yang lebih teliti.

3. Fungsi Evaluasi

Evaluasi juga mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut (1) Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru. (2) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar. (3) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar. (4) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa. (5) Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.(6) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa. 16

4. Prinsisp – prinsisp Evaluasi

Dalam bidang pendidikan, beberapa prinsip evaluasi dapat dilihat seperti berikut ini (1) Evaluasi harus masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang telah ditentukan.(2) Evaluasi sebaiknya dilaksanakan secara

16 Sukardi, Evaluasi Pendidikan (2012:)h.3-4

(31)

komprehensif.(3) Evaluasi diselenggarakan dalam proses yang kooperatif antara guru dan pesrta didik. (4) Evaluasi dilaksanakan dalam proses kontinu.(5) Evaluasi harus peduli dan mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku.

5. Cakupan Evaluasi Pendidikan

Secara garis besar evaluasi pembelajaran dibedakan menjadi tiga macam luasnya, yaitu pencapaian akademik, kecakapan (aptitude), dan penyesuaian personal sosial.

1. Pencapaian akademik

Evaluasi pencapaian akademik, mencakup semua instrumen evaluasi yang direncanakan secara sistematis guna menentukan derajat di mana seorang siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya oleh para guru.

2. Evaluasi kecakapan atau kepandaian

Secara definitif evaluasi kecakapan (aptitude) tidak lain adalah mencari informasi yang berkaitan erat dengan kemampuan atau kapasitas belajar peserta didik yang dievaluasi.

3. Evaluasi penyesuaian personal sosial

Personalitas merupakan semua karakteristik psikologi yang dimiliki siswa dan hubungannya dengan siswa lain. Cakupan evaluasi penyesuaian atau adaptasi personal sosial ini di antaranya

(32)

kemampuan, emosi, sikap dan minat siswa yang dimiliki sebagai pengalaman lalu dari siswa terbaru. 17

6. Syarat dan Tujuan Evaluasi

Suatu evaluasi perlu memenuhi beberapa syarat sebelum diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku. Evaluasi yang baik, harus mempunyai syarat seperti berikut: 1) valid, 2) andal, 3) objektif, 4) seimbang, 5) membedakan, 6) norma, 7) fair, dan 8) praktis.

Di samping kedelapa persyaratan yang perlu ada dalam kegiatan evaluasi, ada beberapa tujuan mengapa evaluasi dilakukan oleh setiap guru. Selain untuk melengkapai penilaian, secara luas evaluasi dibatasi sebagai alat penilaian terhadap faktor-faktor penting suatu program termasuk situasi, kemampuan, pengetahuan, dan perkembangan tujuan.

Minimal terdapat 6 tujuan evaluasi dalam kaitannya dengan belajar mengajar. Keenam tujuan evaluasi adalah sebagai berikut.

1. Menilai ketercapaian (attainment) tujuan.

Ada keterkaitan antara tujua belajar, metode evaluasi, dan cara belajar siswa. Cara evaluasi biasanya akan menentukan cara belajar siswa, sebaliknya tujuan evaluasi akan menentukan metode evaluasi yang digunakan oleh seorang guru.

2. Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi.

Belajar dikategorikan sebagai kognitif, psikomotor, dan afektif.

17Sukardi, Evaluasi..., (2012:4-7)

(33)

Batasan tersebut umumnya dieksplisitkan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Semua tipe belajar sebaiknya dievaluasi dalam proporsi yang tepat. Jika guru menyatakan proporsi sama maka siswa dapat menekankan dalam belajar dengan proporsi yang digunakan guru dalam mengevaluasi sehingga mereka dapat menyesuaikan dalam belajar.

3. Sebagai sarana (means) untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui.

Hal yang penting diketahui oleh guru adalah ada asumsi hasil akhirnya mengarah pada suatu hal yang sama terhadap pengetahuan mereka, dan kemudian mendapatkan dari mereka sesuatu yang sama. Pengalanman lalu tersebut kemudian digunakan sebagai awal dalam proses belajar mengajar melalui evaluasi pretes pada para siswa. Cara yang sering dilakukan oleh guru adalah menggunakan angket dan ceklis.

4. Memotifasi belajar siswa.

Evaluansi juga harus dapat memotivasi belajar siswa. Guru harus menguasai bermacam-macam teknik motifasi, tetapi masih sedikit di antara para guru yang mengetahui teknik motifasi yang berkaitan dengan evaluasi. Tujuan evaluasi yang realitis, yang mampu memotivasi belajar para siswa dapat diturunkan dari evaluasi. Dengan merencanakan secara sistematis sejak pretes sampai ke postes, guru dapat

(34)

membangkitkan semangat siswa untuk tekun belajar secara kontinu.

5. Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling.

Informasi diperlukan jika bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan, informasi yang berkaitan dengan problem pribadi seperti data kemampuan, kualitas pribadi, adaptasi sosial, kemampuan membaca, dan skor hasil belajar. Informasi juga diperlukan untuk bimbingan karier yang efektif.

6. Menjadi hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum.

Evaluasi tidak hanya digunakan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar, secara lebih luas evaluasi juga digunakan untuk menilai program dan sistem yang ada di lembaga pendidikan. Untuk cakupan yang lebih luas, yaitu pada evaluasi program, Grubb dan Ryan (1999) menyatakan, minimal ada lima tujuan penting mengapa perlu dilakukan evaluasi bagi seorang pimpinan lembaga. Kelima tujuan tersebut antara lain:

1) menginformasikan kepada pemerintah, 2) meningkatkan keputusan pada pengusaha terhadap kegiatan yang dilaksanakan, 3) meningkatkan keputusan pada para pengusaha terhadap training dan program yang telah direncanakan.18

18Sukardi, Evaluasi..., (2012:8-10)

(35)

7. Metode Evaluasi

Secara garis besar, metode evaluasi dalam pendidikan dapat dibedakan menjadi dua macam bentuk, yaitu tes dan nontes. Tipe evaluasi yang pertama adalah tes yang biasanya direalisasikan dengan tes tertulis. Tes ini digunakan utamanya untuk memperoleh data, baik kuantitatif maupun kualitatif. Tes tertulis juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes esai. Tes tertulis digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif pengetahuan secara komprehensif dan fakta penggunaannya. Di samping itu, tes tertulis juga dapat digunakan untuk menganalisis dan mensintesiskan informasi tentag siswa.

Tes objektif pada umumnya disebut juga sebagai alat evaluasi guna mengungkap atau menghafal kembali dan mengenal materi yang telah diberikan. Tes ini biasanya diberikan dengan item pertanyaan menghafal yang di antaranya sebagai jawaban bebas, melengkapi, dan identifikasi (Cross 1973: 19). Pertanyaan pengenalan (recognition question) dibedakan menjadi tiga macam bentuk tampilan, yaitu soal

benar salah, pilihan ganda, dan menjodohkan.

Pertanyaan esai pada umumnya dapat dibedakan ke dalam dua jawaban berbeda, yaitu jawaban terbatas dan jawaban luas. Evaluasi yang dibuat dengan menggunakan pertanyaan esai biasanya digunakan untuk menerangkan, mengontraskan, menunjukkan hubungan, memberikan pembuktian, menganalisis perbedaan, menarik kesimpulan, dan menggeneralisasi pengetahuan peserta didik.

(36)

Bentuk kedua suatu evaluasi adalah alat nontes. Alat nontes ini digunakan untuk mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari siswa. Ketepatan alat nontes perlu diperhatikan oleh para guru, karena seringkali dalam penggunaan evaluasi memerlukan pertimbangan subjektivitas yang dapat menghasilkan penilaian yang mungkin bervariasi di antara dua orang guru. Alat nontes kadang ada yang mengguankan pengukuran, tetapi ada pula yang tidak mengguanakan pengukuran, sebagai contoh observasi, bentuk laporan, teknik audio visual, dan teknik sosiometri.19

8. Ruang Lingkup (Scope) Evaluasi Pendidikan di Sekolah

Secara umum, ruang lingkup dari evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah mencakup tiga komponen utama.

1. Evaluasi Program Pengajaran

Evaluasi atau penilaian terhadap program pengajaran akan mencakup tiga hal, yaitu: (a) evaluasi terhadap tujuan pengajaran, (b) evaluasi terhadap isi program pengajaran, (c) evaluasi terhadap strategi belajar mengajar.

2. Evaluasi Proses Pelaksanaan Pengajaran

Evaluasi mengenal proses pelaksanaan pengajaran akan mencakup: (a) Kesesuaian antara proses belajar mengajar yang

19Sukardi, Evaluasi..., (2012:11-12)

(37)

berlangsung, dengan garis-garis besar program pengajaran yang telah ditentukan; (b) Kesiapan guru dalam melaksanakan program pengajaran; (c) Kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran; (d) Minat atau perhatian siswa di dalam mengikuti pelajaran; (e) Keaktifan atau partisipasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung; (f) Peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang memerlukannya; (g) Komunikasi dua arah antara guru dan murid selama proes pembelajaran berlangsung; (h) Pemberian dorongan atau motivasi terhadap siswa; (i) Pemberian tugas- tugas kepada siswa dalam rangka penerapan teori-teori yang diperoleh di dalam kelas; dan (j) Upaya menghilangkan dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari kegiatan- kegiatan yang dilakukan di sekolah.

3. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik ini mencakup:

(a) Evaluasi mengenai tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat terbatas; (b) Evaluasi mengenai tingkat pencapai peserta didik terhadap tujuan-tujuan umum pengajaran.20

20Sukardi, Evaluasi..., (2012:13-14)

(38)

C. Kompetensi Guru 1. Pengertian Guru

Guru adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar , dan pendidikan menengah.

Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah.21

Menurut Usman guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru22. Menurut Hamalik guru adalah suatu jabatan profesional, yang memiliki peranan dan kompetensi profesional.

Pendidikan guru adalah pendidikan profesional, yang terdiri dari kategori:

pendidikan pre-service, pendidikan in-service, pendidikan berlanjut, pendidikan lanjutan, dan pengembangan staf23.

Menurut Saroni guru adalah ujung tombak pendidikan di sekolah.

Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas guru sudah seharusnya menjadi bagian rencana strategis dan masuk dalam kelempok prioritas

21Djamarah Bahri, Syaiful Guru dan Anak Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010: 1)

22Usman, Uzer. M. Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005: 5)

23Hamalik Oemar, Pendidikan Guru (Jakarta: Bumi Aksara, 2010: 8-9)

(39)

utama. Jika kualitas diri guru meningkat, otomatis kualitas pendidikan pun akan meningkat, begitu juga dengan output-nya. Oleh karena itu, program pengembangan dan peningkatan kualitas guru merupakan hal yang urgen24.

Disamping itu, guru bukan hanya berprofesi sebagai pengajar saja, tetapi guru juga berperan sebagai pendidik. Denga kata lain, guru sebagai pendidik dan pembina generasi muda harus menjadi teladan dan ikatan didalam dan diluar sekolah, serta bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat dan agama yang dianutnya.

Melihat pendapat para ahli di atas tentang guru, dapat disimpulkan bahwa seseorang bisa disebut guru apabila ia memiliki keahlian – keahlian khusus yang diperlukan oleh seorang guru dan juga ia tidak hanya sekedar mengajar tetapi sekaligus menjadi pendidik didalam dan diluar sekolah.

2. Pengertian Kompetensi Guru

Kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu competence yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang. Dalam konteks kependidikan, Kompetensi merupakan pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan yang tercermin dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Kebiasaan berfikir yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam bidang tertentu.

Dengan begitu dapat dikatakan bahwa seseorang dianggap kompeten

24Saroni Mohammad, Personal Branding Guru (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011: 9)

(40)

apabila ia memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang tercermin dalam kebiasaan berfikir dan bertindak25.

Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana yang dikemukakan berikut. Descriptive of qualitative natur or teacher behavior appears to be entirely meaningful (Broke and Stone).

Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti. Competency as a rational ferfomance wich satisfatorily meets the objective for a desired condition (Charles E.

Johson,)

Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. The state of legally competent or qualified (Mc. Leod 1989). Keadaan

berwewenang atau memenuhi syarat menuntut ketentuan hukum.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta) kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan26.

Menurut Usman kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif27.

Sementara itu menurut Direktur Tenaga Kependidikan Depdiknas yang dikutip oleh Kunandar kompetensi dapat diartikan sebagai

25 Ratno Harsanto, Pengelolaan Kelas Yang Dinamis, (Yokyakarta: Kanisus, 2007: 130)

26 W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia

27 Usman, Uzer. M. Menjadi Guru..., h.4

(41)

pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksiskan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya.28

Dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.29

Dari uraian di atas tampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuam untuk melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Dimana kompetensi merupakan hal yang mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru. Jika guru tidak memiliki kompetensi mustahil ia akan menjalankan tugasnya dengan baik dan optimal.

Adapun kompetensi guru (teacher competency) the ability of a teacher to responsibibly perform has or her duties appropriately.

Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksana kewajiban- kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.30

Melihat dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan dan kewenagan guru dalam melaksanakan profesi keguruannnya, dimana dalam melaksanakan profesinya tersebut ia dituntut

28 Kunandar, Guru Profesional Implementasi (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007:23)

29 UU RI Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru Dan Dosen

30 Usman, Uzer. M. Menjadi Guru..., h.14

(42)

untuk meningkatkan kualitas yang dimilikinya serta memenuhi persyaratan yang diperlukan sebagai guru yang berkompeten sesuai dengan undang – undang yang berlaku.

Sementara itu menurut Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 2 butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan memebimbing peserta memenuhi standar kompetensi yang diciptakan dalam Standar Nasional Pendidikan31. Sedangkan PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 74 tahun 2008 menjabarkan bahwa kompetensi profesional guru merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni budaya yang dia mampu.32

Maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru adalah sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan profesi yang menuntut berbagai keahlian dibidang pendidikan atau keguruan.

Kompetensi profesional yaitu kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tentag belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap yang tepat tentang lingkungan PBM dan mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar33.

31 Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 butir c, Kompetensi Profesional.

32 Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008, Tentang Guru.

33 Dikutip daro Blogmadyawati. Kompetensi Profesional dan Kompetensi Kepribadian.

(43)

3. Macam-Macam Kompetensi

Menjadi seorang guru diperlukan keahlian khusus. Tidak semua orang dapat menjadi seorang guru. Banyak syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang guru yang profesional. Berdasarkan dengan hal tersebut maka lahirlah Undang-Undang Republik Indonesia no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen mengenai kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, dimana kompetensi guru terbagi atas 4 bagian:

1. Kompetensi Pedagogik

Menurut penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.

Pengertian kompetensi pedagogik menurut Trianto adalah kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelolaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

Menurut Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, kompetensi pedagogik terdiri dari :

a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran.

(44)

d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik.

h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

i. Memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan pembelajaran.

j. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Kompetensi Kepribadian

Menurut Wina Sanjaya kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal.

Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan yang harus ditiru. Sebagai seorang model guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian (personal competencies), diantaranya34 :

34Wina Sanjaya Startegi..., H.18

(45)

a. Kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang diantaranya.

b. Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama.

c. Kemapuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan dan sistem nilai yang berlaku dimasyarakat.

d. Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya sopan santun dan tata karma.

e. Bersifat demokratis dan terbuka terhadap pembaharuan dan kritik.

Kompetensi kepribadian mencakup di dalamnya kemampuan personal (pribadi) yang terwujud dalam penampilan sikap posistif situasi kerja sebagaipendidik, dalam iklim akademik, pemahaman nilai-nilai yang diimplementasikan dalam keseharian, sehingga menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan. Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia.

Kepribadian yang mantap dari seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut ditiru (nasehat/ucapan/nasehat) dan ditiru (dicintoh sikap dan perilakunya).

(46)

Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Ujian berat bagi guru dalam kepribadian ini adalah rangsangan yang sering memancing emosinya. Seperti yang diungkapkan oleh E. Mulyasa bahwa kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan, dan memang diakui bahwa tiap orang mempunyai tempramen yang berbeda dengan orang lain.35 Untuk keperluan tersebut, upaya dalam bentuk latihan mental akan sangat berguna agar terciptanya stabilnya emosi guru.

Guru yang dewasa akan menampilkan dalam bertindak dan memiliki etos kerja yang tinggi. Stabilitas dan kematangan emosi guru akan berkembang dengan pengalamannya, selama dia mau memanfaatkan pengalamannya. Jadi tidak hanya sekedar umur yang bertambah, melainkan bertambahnya kemampuan memecahkan masalah atas dasar pengalaman masa lalu.

Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya.

35E. Mulyasa Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja, 2008)

(47)

Sehubungan dengan uraian di atas, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini akan melandasi kompetensi-kompetensi lainnya.

3. Kompetensi Profesional

Menurut Wina Sanjaya kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting, karena langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh karena itu, menurut Wina Sanjaya tingkat keprofesionalan guru dapat dilihat dari kompetensi ini. Yang mana kompetensi ini meliputi:

a. Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran.

b. Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar, dan lain sebagainya.

c. Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan studi yang diajarkannya.

d. Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran.

e. Kemampuan dalam merangsang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.

(48)

f. Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.

g. Kemampuan dalam menyususn program pembelajaran.

h. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang, misalnya paham akan administrasi sekolah, bimbingan, dan penyuluhan.

i. Kemampaun dalam melaksanakan penelitian dan berfikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.

Kompetensi profesional guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencahrian. Adapun guru profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompetensi dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar, serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa, yang nantinya akan menghasilkan prestasi siswa yang lebih baik.

Dengan demikian, kompetensi profesional terlihat dari keterampilan guru dalam mengajar dan melaksanakan tugas keguruan lainya.36

Sedangkan menurut Sadirman indikator kompetensi profesioanl meliputi:37

1. Menguasai ilmu sesuai bidang.

2. Mengelola program belajar mengajar.

36Wina Sanjaya Startegi ..., h. 18-19

37Dikutip dari Skripsi Syarif Muhammad Irshat. 2013. H. 34: Sadirman. Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada).

(49)

3. Mengelola kelas.

4. Menggunakan media pembelajaran/teknologi.

5. Menilai prestasi siwa.

4.Kompetensi Sosial

Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial. Yang meliputi:

a. Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan profesional.

b. Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi- fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.

c. Kemampuan untuk menjalin kerja sama baik secara individual dan kelompok.

Kompetensi sosial merupakan kemampaun guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:

a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat

b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik.

d. Bergaul secara santun denga masyarakat sekitar.38

Jadi kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial merupakan model dasar bagi seorang guru untuk menjadi guru yang profesional.

38Wina Sanjaya Startegi..., h. 19

(50)

Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial menunjuk perlunya struktur kepribadian yang mantap, susilan, dinamika, dan bertanggung jawab.39

Seacara teoritis, keempat kompetensi tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dengan keempat kompetensi yang dimiliki tersebut, maka dapat membantu seorang guru menjadi guru yang profesional.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Profesional Guru

Pembinaan kompetensi guru merupakan suatu proses perubahan kemampuan profesional guru kearah yang lebih baik lagi. Pengembangan kompetensi guru kearah yang lebih baik merupakan peran dari lembaga pendidikan. Bagaimana cara guru dalam mengajar merupakan kualitas dari seorang guru, apakah cara mengajar itu datang dari dalam diri seorang guru itu sendiri atau dari luar diri seorang guru.

Menurut Kartini Kartono terdapat dua faktor yang mempengaruhi kompetensi seorang guru, yaitu:

1. Faktor dari dalam diri seseorang , yang meliputi: kecerdasan, keterampialan, kecakapan, bakat, kemampuan dan minat, motif, kepribadian dan cita-cita.

2. Faktor dari luar sendiri, yang meliputi: lingkungan dan sarana prasarana.

39A. Samana. Profesionalisme Keguruan. (Yogyakarta: PT Kanisius, 1994). Cet ke-1. H.

53-54

(51)

Jadi dari kedua faktor tersebut dijelaskan bahwa seorang guru yang profesional harus memiliki kecakapan dan keterampilan yang ada dalam dirinya sendiri untuk dapat meningkatkan kompetensinya sebagai seorang guru serta dapat menjalankan tugasnya tidak hanya mengajar saja tetapi juga mendidik dapat teratasi dengan baik. Disamping itu, juga ditunjang dengan sarana dan prasarana yang mendukung agar guru tersebut dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya.40

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru adalah:

1. Faktor Internal

Faktor internal sebenarnya berkaitan erat dengan syarat-syarat menjadi seorang guru. Adapun faktor yang dimaksud antara lain:

a. Latar belakang pendidikan guru

Salah satu syarat yang harus dipenuhi seorang guru sebelum mengajar adalah harus memiliki ijazah keguruan. Dengan ijazah keguruan tersebut, guru memiliki bukti pengalaman mengajar dan bekal pengetahuan baik peadagogis maupun didaktis, yang sangat besar pengaruhnya untuk membantu pelaksanaan tugas guru. Dengan demikian ijazah yang dimliliki guru akan menunjang pelaksanaan tugas mengajar guru itu sendiri.

b. Pengalam mengajar guru

Kemapuan guru dalam menjalankan tugas sangat berpengaruh terhadap peningkatan profesionalisme guru. Hal ini ditentukan oleh

40 Kartina, Kartono. Menyiapkan Dan Memandu Karier. (Jakarta: CV Raja Wali, 1985).h.23

Gambar

Grafik Kelas Interval Pelatihan
Grafik Kelas Interval Kompetensi Guru
TABEL CHI-KUADRAT  Nilai persentil

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Analisis Perbedaan Hasil Belajar Terdapat pengaruh atau tidak dari penggunaan Youtube sebagai sumber belajar by utilization pada pembelajaran perancangan basis data

Dalam penelitian ini pengaruh (P) yang ingin dilihat adalah adanya pertumbuhan minat dari siswa sebagai responden sebagai penerima pesan (p), setelah menonton

Tanggung Jawab IR WIKA melalui corporate website dengan nilai 77% menyatakan bahwa IRO WIKA telah melaksanakan tanggung jawab paling sebagai jembatan perantara

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari pembelajaran dengan sistem magang terhadap kemampuan siswa tunagrahita ringan tingkat SMALB dalam keterampilan mencuci

13.Setelah beberapa kelompok presentasi, guru mengklarifikasi konsep- konsep yang salah dan mengkuatkan konsep yang benar. 14.Guru memberikan soal atau masalah pola barisan

Dalam hal skala ekonomi bisa menjadi penghambat bagi perusahaan baru. Skala ekonomi disini dilihat dari cost per unit yang dimana kemampuan perusahaan untuk

Kegiatan yang dilakukan meliputi: menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi Kependudukan dan lingkungan untuk 5 pertemuan, menyusun beberapa macam Lembar

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah diketahui bahwa masih banyak ketidaklengkapan pada formulir informed consent pada tindakan ECT premedikasi khususnya pada kelengkapan catatan