• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan, FK UNUD Denpasar. 3 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK UNUD Denpasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2 Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan, FK UNUD Denpasar. 3 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK UNUD Denpasar"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Traumatic grief: from destruction to creation in victims of fatal traffic accident

Cokorda Bagus Jaya Lesmana1, Putu Aryani2, Pande Putu Januraga3, Komang Ayu Kartika Sari2

1Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, FK UNUD Denpasar

2Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan, FK UNUD Denpasar

3Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK UNUD Denpasar

Latar Belakang

Kecelakaan lalu lintas dalam kehidupan masyarakat Bali merupakan salah satu masalah kesehatan yang belum mendapatkan perhatian maksimal. Angka kecelakaan lalu lintas di Bali yang setiap tahunnya mencapai lebih dari 2000 kasus sejak tahun 2010 hingga tahun 2013, dengan angka kematian mencapai lebih dari 500 kasus per tahun sejak tahun 2000 hingga tahun 2013. (Statistical Bureau of Bali Province, 2014) Selama ini, penanganan medis pada korban hanya terfokus pada masalah cedera fisik korban tanpa mempertimbangkan trauma psikologis korban maupun keluarganya. Padahal tidak menutup kemungkinan terdapat gejala gangguan atau trauma psikologis pada salah satu atau beberapa anggota keluarga korban yang ditinggalkan.

Penelitian terdahulu melaporkan bahwa seseorang yang mengalami kejadian traumatis dapat mengalami gangguan Post traumatic stress disorders (PTSD) dan juga Persistent Complex Bereavenment Disorders (PCBD) terkait kecelakaan lalu lintas yang fatal. (Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman trauma pada keluarga korban meninggal yang terkait dengan kecelakaan lalu lintas.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode wawancara mendalam untuk mengumpulkan data. Penelitian ini dilakukan di wilayah Denpasar dan Badung dengan mengambil sampel secara purposive berdasarkan pertimbangan bahwa responden adalah keluarga korban yang telah meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. Dalam artikel ini yang dilaporkan adalah data awal dari 10 responden sebagai sampel untuk mengawali penelitian lebih lanjut dengan cakupan yang lebih luas mengenai kejadian Post Traumatic Stress disorders (PTSD) pada keluarga korban meninggal. Masalah utama yang dibahas dalam artikel ini adalah data awal mengenai dukungan yang diperoleh keluarga korban setelah kematian korban terkait dengan budaya Ngaben sebagai ciri khas dari budaya masyarakat Bali. Pengumpulan data dilakukan sejak bulan Agustus 2016 sampai November 2016. Data dianalisis dengan metode thematic analisis.

Hasil Penelitian

Jumlah total responden dalam penelitian awal ini adalah 10 orang dengan rentang usia responden Antara 22 tahun sampai 51 tahun di mana rentang usia terbanyak adalah 41-50 tahun.

Proporsi laki-laki 60% dan perempuan 40%. Semua responden adalah orang Bali dan beragama Hindu. Keluarga yang diwawancarai bervariasi yaitu orangtua korban, anak korban, saudara kandung korban dan ada juga pasangan dari korban yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas.

(2)

Adapun responden tersebut adalah keluarga dari 6 orang korban yang meninggal, di mana rentang usianya antara 18 tahun hingga 69 tahun, 4 orang perempuan dan 2 orang laki-laki.

Semua korban telah diupacarai secara adat Bali, baik upacara ngaben maupun penguburan dan kremasi mekingsan ring geni (hanya dibakar tapi belum pada tahapan ngaben).

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner skrining gangguan PTSD, Depresi dan juga penurunan fungsi kinerja, hanya sedikit responden yang menunjukkan gejala trauma psikologis. Akan tetapi dalam wawancara mendalam, sebagian besar responden menyatakan masih mengalami trauma dan cenderung masih berduka saat mengingat kejadian yang menimpa anggota keluarganya. Salah satu responden bahkan mengalami tekanan yang cukup berat terutama dalam 6 bulan setelah kepergian korban. Saat itu responden merasakan kehilangan yang sangat berarti karena anak yang meninggal tersebut sangat sering membantunya bekerja di rumah. Salah satu responden juga merasa mengalami penurunan minat dan semangat untuk bekerja karena selalu teringat akan anaknya. Akan tetapi kesedihannya mulai berkurang setelah melewati 6 bulan dan setelah upacara ngaben untuk putrinya dilaksanakan, responden merasa lebih lega.

Dukungan Pihak Keluarga dan Masyarakat Terhadap Keluarga Korban

Dukungan yang diperoleh keluarga korban terutama berasal dari anggota keluarga dekat yang masih memiliki pertalian darah. Pada umumnya pihak keluarga akan membantu keluarga untuk mempersiapkan upacara kremasi korban. Selain itu keluarga juga memberikan dukungan psikologis dengan memberikan semangat dan juga membantu keluarga agar lebih bersabar dan ikhlas menerima kepergian korban. Sebagian besar masyarakat Bali terutama yang beragama Hindu akan lebih mudah menerima dan pasrah dengan takdir yang menimpa anggota keluarganya yang telah meninggal. Seperti penuturan seorang ayah yang masih berkabung karena ditinggalkan oleh salah satu anak perempuannya setahun sebelum diwawancara.

“ Nggih, kudiang men sube ngalain… sabar nggih… mungkin mula bekelne nake cerik tuah amonto” (RK-001)

Seringkali keluarga korban akan metuunang yaitu menanyakan perihal kematian korban ke Balian (orang yang dipercaya memiliki kemampuan religius yaitu bisa berkomunikasi dengan roh dari orang yang sudah meninggal). Biasanya saat metuunang itu Sang Balian akan menyatakan bahwa anaknya memang telah ditakdirkan usianya pendek dan sudah memang jalan kematiannya melalui kecelakaan tersebut. Ritual metuunang ini dilakukan sebelum upacara ngaben diadakan sehingga jika ada hal-hal yang diinginkan oleh korban saat upacara terakhirnya, maka keluarga dapat memenuhinya saat upacara ngaben tersebut dilaksanakan.

Selain dukungan dari keluarga dekat, pihak warga banjar (wilayah kumpulan masyarakat terkecil dalam struktur tata masyarakat di Bali), para tetangga dan teman dekat biasanya dating ke rumah korban setiap hari selama persiapan upacara ngaben. Upacara ngaben biasanya memerlukan persiapan sekitar 5 hari sampai dengan lebih dari 1 minggu, yang dalam persiapannya memerlukan tenaga dan bantuan dari pihak keluarga dan warga masyarakat sekitarnya. Persiapan yang dilakukan biasanya terkait dengan pembuatan banten

(3)

(sesajen/persembahan), konsumsi hingga kegiatan megebagan (menemani keluarga korban di malam hari selama jenazah masih disemayamkan di rumah duka). Dengan adanya dukungan gotong royong ini, pihak keluarga merasa lebih diperhatikan dan merasa lebih tenang karena semua pekerjaan dibantu oleh kerabat dan warga masyarakat sekitarnya.

Dukungan positif… kalau gak kamu yang meneruskan di sini siapa lagi, hanya kamu yang diandalkan.. bukan dari keluarga juga, kalau dari orang tua sih..ee.. karena pas itu sudah gak bisa, jadi aku yang menguatkan diriku, aku yang berperan di sini jadinya tapi dari paman, bibi, semua ngasi dukungan karena hanya aku yang diandalkan waktu itu, dari teman-teman juga, masyarakat, selain teman-teman, masyarakat juga.. (R-003)

Dukungan dari Tenaga Medis di Tempat Layanan Kesehatan

Dukungan dari tenaga medis dirasakan sangat kurang oleh pihak keluarga korban. Dokter dan tenaga medis lainnya hanya memberikan pertolongan medis kepada korban tanpa memperdulikan kondisi keluarga korban yang biasanya sangat terguncang ketika menghadapi kenyataan mengetahui si korban sudah tidak bias diselamatkan nyawanya. Sebagian besar tenaga kesehatan hanya menyampaikan kondisi korban dan menyarankan untuk tabah dan menerima takdir. Ketika digali lebih jauh beberapa responden mengharapkan adanya dukungan yang lebih dari tenaga kesehatan, yang berupa pengertian dan bantuan untuk memberikan dukungan moral terhadap korban.

Beberapa responden juga menyesalkan bahwa terkadang ada beberapa tenaga kesehatan yang kurang maksimal dalam memberikan pertolongan kepada pasien yang mengalami kecelakaan lalu lintas, sehingga terkesan korban meninggal karena terlambat ditangani. Seorang responden menuturkan pengalamannya bahwa suatu ketika saat dia mengantar keluarganya yang cedera karena kecelakaan, pihak rumah sakit tidak langsung memberikan perawatan, akan tetapi meminta keluarga untuk menyelesaikan kelengkapan administrasi dahulu. Hal ini membuat penanganan kepada pasien tertunda dan kurang maksimal.

“Ya.. Kata temen saya yang tugas di klinik itu… adik saya dibawa ke sana sudah kritis, tapi tidak langsung ditangani maksimal sebelum dirujuk ke rumah sakit.. Sampai di rumah sakit nyawa adik saya sudah tidak tertolong” (R-003)

“ Nggih nika sering sekali petugas kesehatan tidak bergerak cepat dumun menolong pasien, tyang pernah nganter bapak tyang juga niki ditabrak saat jalan, malah disuruh ngurus admin dan ditanya macem-macem… BPJS, asuransi apa itu JKBM lagi…. Saya bilang saya gak punya dan saya pasti bayar kok.. Memang saya gak punya uang sekarang, tapi kalau memang untuk berobat saya usahakan pinjam…. “(R-001)

Pembahasan

Pada penelitian ini, ditemukan bahwa masyarakat Bali cenderung tidak mencari pertolongan medis ketika memerlukan dukungan psikologis atas kehilangan yang dialami.

Sebaliknya masyarakat Bali cenderung memendam kesedihan dan rasa kehilangannya serta berusaha mengikhlaskan kepergian anggota keluarganya. Hal ini terjadi karena masyarakat Bali lebih percaya pada penjelasan Balian yang dianggap telah menjadi perantara bagi orang yang meninggal untuk berkomunikasi dengan yang masih hidup. Kepercayaan ini masih sangat kental sekalipun beberapa kelompok individu memiliki pendidikan yang relative tinggi. Secara teori,

(4)

situasi traumatis dan kehilangan yang meliputi kecelakaan (lalu lintas), perang dan serangan teroris dapat mencetuskan trauma berkepanjangan pada beberapa orang yang mengalaminya.

Akan tetapi mayoritas orang cenderung menyembunyikan keluhannya (Bonanno, 2004).

Puncak munculnya gejala PTSD pada korban kecelakaan lalu lintas umumnya terjadi paling sering pada bulan pertama pasca kecelakaan lalu lintas, kemudian menurun selama 7 bulan berikutnya (Norman et al., 2011) Pada sebuah penelitian prospektif di unit gawat darurat ditemukan bahwa secara kasar kejadian PTSD adalah sebesar 10% dari korban kecelakaan lalu lintas dan sekitar 16% korban merasa takut untuk menjadi penumpang (setelah kejadian kecelakaan). Sedangkan survey yang dilakukan oleh pemerintah Amerika menunjukkan sekitar 19% korban kecelakaan mengalami trauma untuk mengemudi. Akan tetapi kecenderungan ketakutan mengemudi ini menurun setelah 1 tahun kecelakaan berlalu. (Kuch et al., 1996)

Dalam suatu studi terhadap sekelompok penderita gangguan mental ditemukan gambaran gejala gangguan depresi mayor yang tumpang tindih dengan post-traumatic stress disorders (PTSD) dan persistent complex bereavement disorders (PCBD). PCBD juga diketahui sebagai Prolonged Grief Disorder (PGD) (Kristensen, 2012, Momartin 2004, Morina 2015, Pfefferbaum2001, Nickerson 2014). Dalam kajian ilmiah dan literature di bidang psikiatri, belum ada panduan yang mendukung kombinasi dari pengobatan untuk gabungan gejala/gangguan tersebut, di mana penelitian terakhir melaporkan bahwa beberapa orang mengalami gangguan yang merupakan kombinasi dari PTSD dan PCBD setelah kehilangan dan situasi trauma.

Penelitian oleh Djelantik dkk. Dan Nickerson dkk. Hanya meneliti gejala yang relatif lama setelah kehilangan, yaitu setelah lebih dari 1 tahun. Sedangkan munculnya gejala ini selama tahun pertama relative tidak diketahui. (Nickerson2014, Djelantik et al., in preparation).

Secara teori dan klinis, sangat penting untuk mempelajari masalah emosional pada seseorang yang mengalami gangguan akibat kehilangan yang bersifat traumatis. Sejauh yang kita ketahui hanya ada 2 penelitian yang meneliti mengenai profil gejala yang khas pada kelompok orang yang mengalami trauma massal dan kehilangan. Nickerson dkk. (2014) menyelidiki gangguan khas yang menyertai seseorang setelah mengalami paparan trauma missal dan kehilangan pada kelompok sampel pengungsi (refugee). Hasil penelitian lain pada kelompok masyarakat Belanda yang berkabung, menunjukkan profil gejala yang sama setelah kejadian kematian orang yang dicintai yang menjadi korban dalam kejadian kekerasan, seperti kecelakaan lalu lintas.

Banyak faktor berperan dalam mengurangi kondisi trauma yang berkepanjangan, akan tetapi data penelitian mengenai masalah PTSD dan PCBD di Bali belum banyak dibahas dalam literature. Penelitian terkait PTSD di Bali hanya dibahas dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Lesmana (2009) yang meneliti tentang gejala PTSD pada kelompok anak- anak yang tinggal di sekitar area kejadian Bom Bali di tahun 2002. Sehingga diperlukan suatu penelusuran lebih lanjut untuk melengkapi model yang telah ada sebelumnya.

Menurut literatur, faktor yang sangat berperan adalah strategi coping (penerimaan) seseorang terhadap keadaan yang traumatis, yang terkadang pada sebagian orang kurang begitu

(5)

baik. Penderita gangguan trauma ini mungkin berusaha menerima keadaan traumatis tersebut dengan cara paksa, atau dengan menghindari mengingat kejadian atau hal-hal yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan lalu lintas tersebut. Beberapa orang berusaha menekan ingatan akan kejadian yang dialami sehingga dapat melupakan kondisi trauma seiring berjalannya waktu.

(National Collaborating Centre for Mental Health, 2005)

Adanya dukungan sosial dan hubungan dengan orang terdekat, sangat dibutuhkan oleh penderita trauma dalam kurun waktu pasca kecelakaan lalu lintas yang dialami keluarganya yang meninggal. Kurangnya dukungan dari orang terdekat, pasangan, keluarga maupun sahabat serta petugas kesehatan akan memberikan dampak yang negatif terhadap korban. Penderita PTSD seringkali merasakan perasaan kehilangan. Korban cenderung kesulitan untuk kembali ke hubungan sosialnya dan untuk beraktivitas kembali seperti semula bahkan dapat mengalami penurunan fungsi kerja dalam kehidupan sehari-harinya. Faktor lain seperti Riwayat gangguan cemas dalam keluarga, atau riwayat gangguan afektif, gender, dimana wanita lebih rentan mengalami PTSD, orang dengan tingkat intelegensia yang lebih rendah dan faktor genetik (National Collaborating Centre for Mental Health, 2005)

Simpulan

Trauma akibat ditinggalkan mati oleh keluarga dekat, dalam masyarakat Bali masih dirasakan meskipun kejadian kecelakaan lalu lintas yang dialami salah satu anggota keluarganya sudah berlalu cukup lama. Akan tetapi selama ini belum pernah mendapat perhatian dalam dunia medis. Dukungan yang diperoleh dari keluarga, sahabat, dan warga setempat dirasakan sudah cukup membantu dan meringankan beban keluarga korban, akan tetapi dukungan dari pihak petugas kesehatan di Rumah sakit maupun layanan kesehatan lainnya masih kurang. Intervensi pengembangan program dukungan bagi keluarga korban meninggal yang terkait kecelakaan lalu lintas sangat diperlukan oleh pihak keluarga maupun masyarakat pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Armour, C., Contractor, A., Elhai, J. D., Stringer, M., Lyle, G., Forbes, D., & Richardson, J. D.

(2015). Identifying latent profiles of posttraumatic stress and major depression symptoms in canadian veterans: Exploring differences across profiles in health related functioning.

Psychiatry Research, doi:S0165-1781(15)00134-1

Bonanno, G. A. (2004). Loss, trauma, and human resilience: Have we underestimated the human capacity to thrive after extremely aversive events? The American Psychologist, 59(1), 20- 28. doi:10.1037/0003-066X.59.1.20 [doi]

Djelantik M.J., Smid G.E., Kleber R., Boelen P.A. (2016). Conceptualizing traumatic grief in Western bereaved. (not yet published)

Ehlers, A., & Clark, D. M. (2000). A cognitive model of posttraumatic stress disorder, 38(2000).

Kristensen, P., Weisaeth, L., & Heir, T. (2012). Bereavement and mental health after sudden and violent losses: A review. Psychiatry, 75(1), 76-97. doi:10.1521/psyc.2012.75.1.76

(6)

Momartin, S., Silove, D., Manicavasagar, V., & Steel, Z. (2004). Complicated grief in bosnian refugees: Associations with posttraumatic stress disorder and depression. Comprehensive Psychiatry, 45(6), 475-482. doi:S0010440X04000938 [pii]

Morina, N., Rudari, V., Bleichhardt, G., & Prigerson, H. G. (2010). Prolonged grief disorder, depression, and posttraumatic stress disorder among bereaved kosovar civilian war survivors: A preliminary investigation. The International Journal of Social Psychiatry, 56(3), 288-297. doi:10.1177/0020764008101638 [doi]

National Collaborating Centre for Mental Health. (2005). Post-traumatic stress disorder. London:

Royal College of Psychiatrists, Gaskell and The British Psychological Society.

Nickerson, A., Liddell, B. J., Maccallum, F., Steel, Z., Silove, D., & Bryant, R. A. (2014).

Posttraumatic stress disorder and prolonged grief in refugees exposed to trauma and loss.

BMC Psychiatry, 14, 106-244X-14-106. doi:10.1186/1471-244X-14-106 [doi]

Pfefferbaum, B., Call, J. A., Lensgraf, S. J., Miller, P. D., Flynn, B. W., Doughty, D. E., Dickson, W. L. (2001). Traumatic grief in a convenience sample of victims seeking support services after a terrorist incident. Annals of Clinical Psychiatry : Official Journal of the American Academy of Clinical Psychiatrists, 13(1), 19-24.

Shear, M. K. (2015). Clinical practice. Complicated grief. The New England Journal of Medicine, 372(2), 153–60. doi:10.1056/NEJMcp1315618

Smid, G. E., Kleber, R. J., de la Rie, S. M., Bos, J. B., Gersons, B. P., & Boelen, P. A. (2015).

Brief eclectic psychotherapy for traumatic grief (BEP-TG): Toward integrated treatment of symptoms related to traumatic loss. European Journal of Psychotraumatology, 6, 27324.

doi:10.3402/ejpt.v6.27324 [doi]

Steenkamp, M. M., Nickerson, A., Maguen, S., Dickstein, B. D., Nash, W. P., & Litz, B. T.

(2012). Latent classes of PTSD symptoms in vietnam veterans. Behavior Modification, 36(6), 857-874. doi:10.1177/0145445512450908 [doi]

Statistical Bureau of Bali Province, 2014, available at:

http://bali.bps.go.id/tabel_detail.php?ed=606014&od=6&id=6, accessed: 11 March 2016.

Referensi

Dokumen terkait

M35 Menguasai konsep ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini

Menindaklanjuti surat Direktur Kemahasiswaal Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Nomor :8134001E3.11KM.02.0412019 tanggal 11 November 2019 perihal Undangan

Akhirnya, menggunakan PCB lu- bang (lihat gambar), saya rakit pe- nguat tambahan menggunakan chip RF CA3028 buatan RCA dua ting- kat dicascade dan saya pasang di atas Counter

Batasan masalah dalam pembuatan biobriket dari kulit durian yang dilakukan dalam penelitian adalah sumber bahan baku diperoleh dari pedagang durian di kota

Nilai rata-rata aroma tortilla ubi jalar ung pada gambar histogram memberikan hasir berkisar 4,27 - 4,63 (antara tidak suka dana suka ) dengan masing-masing

Berdasarkan Tabel 8 diperoleh R2 = 0,273berarti besarnya pengaruh secara simultan antara tingkat bunga deposito, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat,

 Dalam strategi ini perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk baru dengan harga rendah dengan harapan akan dapat memperoleh volume penjualan yang besar

Dari analisis salah satu unsur stilistika yang sering disebut bahasa figuratif atau kata majas, terhadap novel Syair Panjang Aceh, maka dapat disimpulkan bahwa majas