• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Produksi dan Manajemen Operasi

Adanya keterbatasan perusahaan pada faktor-faktor produksi dalam menghasilkan barang atau jasa yang menjadi kebutuhan dan keinginan hidup manusia maka dibutuhkan suatu cara pengelolaan dan faktor-faktor produksi yaitu dengan menggunakan sistem manajemen, agar diperoleh hasil produksi yang maksimal.

Pada mulanya istilah manajemen operasi dikenal dengan istilah manajemen produksi. Akan tetapi dalam perkembangannya istilah tersebut mengalami perubahan sehingga dikenal dengan istilah manajemen produksi dan operasi seperti yang kita kenal saat ini. Manajemen operasi telah mengalami perubahan yang cukup drastis sejalan dengan perkembangan inovasi teknologi yang tumbuh sangat cepat. Keadaan ini menuntut kegiatan operasi harus memperhatikan prinsip efisiensi dan keinginan konsumen sebagai pemakai barang dan jasa. Manajemen operasi tidak saja sebagai alat untuk mengendalikan urutan input-output sebagai hubungan yang dinamis, tetapi merupakan suatu keseluruhan sistem yang berlandaskan pada konsep pendekatan sistem.

2.1.1 Pengertian Manajemen

Ada beberapa pengertian manajemen Yang dikemukakan oleh para ahli, sebagai berikut :

Pengertian manajemen menurut Pamela S. Lewis, Stephen H. Goodman dan Patricia M. Fondt (2004:5), yaitu :

Management is the process of administering and coordinating resources effectively and efficiently in an effort to achieve the goals of organization.

Yang berarti :

Manajemen merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam mengatur sumber daya yang dimilikinya agar dapat dikelola secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut.

Pengertian manajemen menurut Sofjan Assauri (2004:12), yaitu :

(2)

Manajemen adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain.

Sementara George R. Terry (2003:9), mengemukakan :

Manajemen merupakan sebuah kegiatan pelaksanaannya disebut managing dan orang yang melakukannya disebut manajer. Manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu- individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dan menurut Malayu S.P. Hasibuan (2003:2), yaitu :

Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan manajemen adalah suatu ilmu, seni, kegiatan atau usaha mengatur sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan.

2.1.2 Pengertian Produksi dan Operasi

Kegiatan produksi merupakan unsur yang paling penting dalam sebuah organisasi industri. Produksi memiliki beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, sebagai berikut :

Menurut Sofjan Assauri (2004:11), dalam bukunya menyatakan :

Produksi adalah kegiatan yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa, serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan produk tersebut.

Menurut Vincent Gasperzs (2004:3), yaitu :

Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai

(3)

tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri itu.

Dari definisi yang dikemukakan oleh Vincent Gaspersz di atas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu tugas atau aktivitas dikatakan memiliki nilai tambah apabila penambahan beberapa input pada tugas itu akan memberikan nilai tambah produk (barang dan / atau jasa).

Sistem produksi memiliki beberapa karakteristik berikut :

1. Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen struktural yang membangun sistem produksi itu.

2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan produk (barang dan/atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar.

3. Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efisien.

4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa optimalisasi pengalokasian sumber-sumber daya.

Dari beberapa definisi produksi di atas maka dapat dilihat bahwa yang dimaksud dengan pengertian produksi adalah suatu kegiatan penciptaan barang dan jasa dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki dengan memperhatikan kegiatan-kegiatan pendukung lainnya.

2.1.3 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi

Setiap organisasi sangat membutuhkan suatu manajemen yang baik dalam mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa sumber daya yang meliputi modal, mesin, bahan baku dan tenaga kerja.

Keterampilan manajer dalam mengelola kegiatan produksi tersebut dapat meningkatkan kegunaan / manfaat dari suatu barang secara efektif dan efisien.

(4)

Oleh karena itu, semua kegiatan dan aktivitas dalam proses produksi harus disertai dengan proses manajemen.

Sebelum itu ada baiknya kita melihat dulu beberapa definisi manajemen produksi dan operasi yang dikemukakan para ahli, sebagai berikut :

Menurut Zulian Yamit (2003:5), mengemukakan definisi :

Manajemen operasi adalah kegiatan untuk mengolah input melalui proses transformasi atau pengubahan atau konversi sedemikian rupa sehingga menjadi output yang dapat berupa barang atau jasa.

Sedangkan Manahan (2004:13), manajemen produksi dan operasi adalah : Manajemen proses konversi dengan bantuan fasilitas seperti tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen masukan (Input) yang diubah menjadi keluaran yang diinginkan berupa barang atau jasa/layanan.

Lalu Sofjan Assauri (2004:12), dalam bukunya menyatakan bahwa manajemen produksi dan operasi adalah :

Merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat, dan sumber daya dana serta bahan, secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa.

Menurut Richard B. Chase, Nicholas J. Aquilano dan F. Robert Jacobs (2001:6) :

Operations Management is defined as the design, operation, and improvement of the systems that create and deliver the firm s primary products and services.

Yang berarti :

Manajemen operasi didefinisikan sebagai desain, operasi dan perbaikan sistem produksi dalam membuat produk atau jasa utama perusahaan.

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen operasi adalah kegiatan desain, operasi dan perbaikan sistem produksi dengan menggunakan sumber daya yang ada (meliputi tanah, tenaga kerja, modal dan

(5)

input manajemen) diubah menjadi output yang diinginkan berupa barang atau jasa.

Penekanan dalam manajemen produksi adalah kerangka pengambilan keputusan dalam pelaksanaan fungsi produksi. Adapun fungsi produksi menurut Sofjan Assauri (2004:23) terdiri dari 4(empat) hal utama, yaitu :

a. Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk pengolahan masukan (input).

b. Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan, sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

c. Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode tertentu.

d. Pengendalian atau pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan (input) pada kenyataannya dapat dilaksanakan.

Kegiatan atau usaha tersebut dilakukan se-optimal mungkin untuk mengelola sumber daya dalam mengubah input menjadi output yang mempunyai nilai tambah untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi Agar output barang atau jasa yang dihasilkan mempunyai kualitas yang mampu bersaing dengan baik, kita perlu melaksanakan pengendalian kualitas.

2.2 Pengendalian Kualitas

Dalam manajemen operasi, pengendalian kualitas merupakan salah satu teknik yang perlu dilakukan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang sesuai dengan standar yang diinginkan serta memperbaiki kualitas produk yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan sedapat mungkin mempertahankan kualitas produk yang telah sesuai.

(6)

Kualitas merupakan suatu istilah relatif yang sangat bergantung pada situasi. Ditinjau dari pandangan konsumen, secara subjektif orang mengatakan kualitas adalah sesuatu yang cocok dengan selera (fitness for use). Produk dikatakan berkualitas apabila produk tersebut mempunyai kecocokan penggunaan bagi dirinya. Pandangan lain mengatakan kualitas adalah barang atau jasa yang dapat menaikkan status pada pemakai. Ada juga yang mengatakan barang atau jasa yang memberikan manfaat pada pemakai (measure of utility and usefulness).

Kualitas barang atau jasa dapat berkenaan dengan keandalan, ketahanan, waktu yang tepat, penampilannya, integritasnya, kemurniannya, individualitasnya, atau kombinasi dari berbagai faktor tersebut.

Sebelum membahas pengertian pengendalian kualitas terlebih dahulu dikemukakan pengertian pengendalian dan pengertian kualitas menurut beberapa ahli.

2.2.1 Pengertian Pengendalian

Menurut Sofjan Assauri (2004:25), pengendalian dan pengawasan merupakan:

Kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar kegiatan produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan, dan apabila terjadi penyimpangan, maka penyimpangan tersebut dapat dikoreksi, sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai.

Menurut Stephen P. Robin (2003:5), definisi pengendalian adalah : Control can be defined as the process of monitoring activities to ensure they are being accomplished as planned and correcting any significant deviations.

Yang berarti :

Pengendalian dapat didefinisikan sebagai proses pengawasan aktivitas untuk memastikan bahwa proses tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan yang telah direncanakan dan memperbaiki perbedaan yang signifikan.

(7)

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diambil suatu simpulan bahwa pengendalian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi aktivitas dan memastikan kinerja yang dilakukan telah sesuai dengan yang direncanakan.

2.2.2 Pengertian Kualitas

Masalah kualitas adalah masalah yang sangat penting dalam industri, baik industri barang maupun jasa. Kualitas berarti menyangkut kepuasan konsumen, bagaimana agar didapatkan barang atau jasa yang memuaskan konsumen. Untuk itu produksi perlu dikontrol, yang berarti performance dari mesin atau penghasil barang atau jasa tersebut harus diperhatikan. Dalam hal ini kualitas itu sendiri menyangkut pekerja, mesin, metode kerja, material, dan lingkungan kerja.

Menurut Zulian Yamit (2003:347), mengemukakan bahwa pengertian kualitas adalah :

Suatu istilah relatif yang sangat bergantung pada situasi ditinjau dari pandangan konsumen, secara subjektif orang mengatakan kualitas adalah sesuatu yang cocok dengan selera (Fitness for use).

Dalam istilah pembendaharaan Internasional Organization for Standardization (ISO) dikatakan bahwa :

Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar.

Menurut Ross Johnson dan William O. Winchell dalam buku Prinsip- prinsip manajemen (2001:92) yang dialih bahasakan oleh Kusnohadi Aryoto, mengemukakan pengertian mutu sebagai berikut :

Totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi.

Roger G. Schroeder (2000:131), menyatakan kualitas dapat diartikan sebagai berikut :

(8)

Quality is defined here as meeting, or exceeding, customer requirements now and in the future.

Yang berarti :

Kualitas disini didefinisikan sebagai kesesuaian atau melebihinya batas permintaan konsumen baik sekarang maupun di masa yang akan datang.

Berdasarkan pengertian - pengertian di atas, maka dapat diambil simpulan bahwa yang dimaksud dengan kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan konsumen baik sekarang maupun di masa yang akan datang.

2.2.2.1 Dimensi Kualitas.

Menurut Douglas C. Montgomery (2001:2), terdapat 8 (delapan) dimensi kualitas suatu barang, yaitu :

1. Performance

Menunjukkan karakteristik utama dari suatu produk.

Contoh : pada suatu Radio , performance berarti kejernihan suara dan kemampuan untuk menerima siaran.

Dalam bidang jasa penerbangan misalnya, performance dapat diartikan sebagai pelayanan yang baik.

2. Reliability

Dimensi yang menunjukkan kemungkinan suatu produk dapat berfungsi dengan baik dalam suatu periode waktu tertentu. Biasanya diukur dengan menggunakan waktu rata rata kegagalan.

3. Durability

Merupakan ukuran dari umur suatu produk. Ini biasanya diukur dari waktu daya tahan produk tersebut, dimana produk tersebut lebih baik diganti daripada diperbaiki.

4. Serviceability

Merupakan kecepatan, kemampuan dan kemudahan dalam perbaikan.

Serviceability ditunjukkan oleh kesiapan dan kemudahan suatu produk pada saat diperbaiki ketika terdapat kerusakan.

(9)

5. Aesthetic

Ukuran penampilan, rasa, suara, bau dari suatu produk. Hal ini merupakan penilaian individu dan akan berbeda antar konsumen yang satu dengan konsumen yang lain.

6. Features

Merupakan karakteristik kedua dari suatu produk yang menambahkan keistimewaan pada produk tersebut.

Contoh : pemberian minuman gratis di pesawat dan siklus pengeringan pada mesin cuci.

7. Perceived Quality

Konsumen tidak selalu mendapatkan informasi yang lengkap tentang suatu produk atau jasa.

Contoh : daya tahan suatu produk tidak dapat diamati secara langsung, tetapi harus dilihat dari berbagai aspek, baik yang dapat diukur maupun yang tidak.

Dalam kasus demikian, image, iklan dan merek dagang lebih berperan dalam menunjukkan kualitas itu sendiri. Penilaian terhadap kualitas merupakan inti dari kualitas menurut konsumen.

8. Conformance to Standars

Tingkat dimana suatu produk dan jasa telah sesuai dengan spesifikasinya.

Contoh : daya tahan bagian mesin dan berat dari sereal yang diperlukan untuk mengisi kotak sereal.

2.2.3 Pengertian Pengendalian Kualitas

Setelah kita mengetahui pengertian pengendalian dan pengertian kualitas, maka akan dikemukakan pengertian pengendalian kualitas.

Berikut ini adalah definisi yang diberikan oleh Sofjan Assauri (2004:210) mengenai pengendalian kualitas :

Pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu atau kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi

(10)

produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik simpulan bahwa pengendalian kualitas adalah usaha untuk mempertahankan atau menambah kualitas dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

2.2.4 Tujuan Pengendalian Kualitas

Secara terperinci, dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian kualitas menurut Sofjan Assauri (2004:210) adalah :

1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan.

2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.

3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.

4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

Jadi, tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan bahwa kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya serendah mungkin.

2.2.5 Langkah Langkah Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas harus dilakukan melalui proses yang terus-menerus dan berkesinambungan. Peruses pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan melalui proses PDCA (plan, do, check, action) yang diperkenalkan oleh Dr. W.

Edwards Deming, seorang pakar kualitas ternama yang berkebangsaan Amerika Serikat, sehingga siklus ini disebut siklus deming (Deming Cycle).

Siklus PDCA umumnya digunakan untuk mengetes dan mengimplementasikan perubahan-perubahan untuk memperbaiki kinerja produk, proses atau suatu system di masa yang akan datang.

(11)

Tahap tahap dalam siklus PDCA terdiri dari:

1. Plan

Merencanakan sepesifikasi, menetapkan spesifikasi atau standar kualitas yang baik, memberi pengertian kepada bawahan akan pentingnya kualitas produk, pengendalian kualitas dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

2. Do

Proses produksi dilaksanakan dan tindakan pengendalian pengarahan pada karyawan, maksudnya adalah semua orang yang mempunyai tanggung jawab dalam pekerjaannya. Hal lain yang menunjang proses produksi adalah suhu, kebersihan ruangan, lingkungan sekitar, dan lain-lain diterapkan dalam proses produksi.

3. Check

Membandingkan kualitas hasil produksi dengan standar yang telah ditetapkan, berdasarkan penelitian diperoleh data kegagalan dan kemudian ditelaan penyebab kegagalannya.

4. Action

Dilakukan usaha-usaha untuk memperbaiki atau mencegah kegagalan tersebut, menstandarisasikan hasil-hasil, dan merencanakan perbaikan secara terus-menerus dan diharapkan efisiensi perusahaan dimasa yang akan dating.

Gambar 2.1 Siklus PDCA

Plan

Do Check

Action

(12)

2.2.6 Faktor Faktor Pengendalian Kualitas

Menurut Douglas C. Montgomery (2001:26), faktor faktor yang dapat mempengaruhi pengendalian kualitas perusahaan adalah :

1. Kemampuan proses

Batas batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemampuan proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu proses dalam batas batas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan proses yang ada.

2. Spesifikasi yang berlaku

Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini haruslah dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku dari kedua segi yang telah disebutkan di atas sebelum pengendalian kualitas pada proses dapat dimulai.

3. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima

Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah agar dapat mengurangi produk yang berada di bawah standar seminimal mungkin. Tingkat pengendalian yang diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang berada di bawah standar yang dapat diterima.

4. Biaya kualitas

Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam menghasilkan produk. Apabila ingin menghasilkan produk yang berkualitas tinggi guna memuaskan kebutuhan konsumen, maka dibutuhkan biaya kualitas yang relatif lebih besar.

a) Prevention Cost (Biaya Pencegahan)

Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan produk yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan sistem kualitas.

Contoh : biaya training karyawan.

(13)

b) Detection / Appraisal Cost (Biaya Deteksi / Penilaian)

Biaya deteksi adalah biaya yang timbul untuk menentukan apakah produk dan jasa yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan persyaratan kualitas.

Tujuan utama dari fungsi deteksi ini adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kerusakan sepanjang proses produksi.

Contoh : mencegah pengiriman barang barang yang tidak sesuai dengan persyaratan kepada para konsumen.

c) Internal Failure Cost (Biaya kegagalan internal)

Merupakan biaya yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut dikirimkan ke pihak luar (pelanggan atau konsumen).

Pengukuran biaya kegagalan internal dilakukan dengan menghitung kerusakan produk sebelum meninggalkan pabrik.

Contoh : Sisa Bahan.

d) External Failure Cost (Biaya kegagalan eksternal)

Merupakan biaya yang terjadi karena produk atau jasa tidak sesuai dengan persyaratan persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada para pelanggan atau konsumen.

Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan, karena dapat menyebabkan reputasi yang buruk, kehilangan pelanggan dan menurunnya pangsa pasar.

Contoh : biaya penarikan kembali produk dan biaya garansi.

2.2.7 Metode Pengendalian Kualitas

Untuk memperoleh hasil pengendalian kualitas yang efektif, maka pengendalian terhadap kualitas suatu produk dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik teknik pengendalian kualitas, karena tidak semua hasil produksi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Menurut Douglas C. Montgomery (2001:15), teknik dalam melaksanakan pengendalian kualitas terbagi menjadi 2, yaitu :

(14)

1. Inspection / Pemeriksaan.

2. Statistical Quality Control / SQC.

2.2.8 Alat Bantu Pengendalian Kualitas.

Terdapat beberapa teknik atau alat pengendalian kualitas yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan dan menganalisis masalah masalah kualitas yang sedang di hadapi agar masalah tersebut dapat dikendalikan.

Menurut Douglas C. Montgomery (2001:154) terdapat 7 (tujuh) alat bantu untuk mengendalikan kualitas, yaitu :

1. Process Flow Chart

Gambar yang menjelaskan langkah langkah utama, cabang cabang proses dan produk akhir dari proses.

2. Pareto Analysis

Pendekatan yang terkoordinasi untuk mengidentifiksikan, mengurutkan dan bekerja untuk menyisihkan ketidaksesuaian secara permanen.

Memfokuskan pada sumber kesalahan yang penting. Aturannya 80/20 yaitu 80% dari masalah dan 20% adalah penyebabnya.

3. Histogram

Distribusi yang menunjukkan frekuensi kejadian kejadian di antara jajaran data yang tinggi dan yang rendah.

4. Scatter Diagram

Dikenal juga dengan peta korelasi. Grafik dari nilai suatu karakteristik yang dibandingkan dengan nilai karakteristik yang lain.

5. Check Sheet

Merupakan alat pengumpul dan penganalisis data, disajikan dalam bentuk tabel yang berisi nama dan jumlah barang yang diproduksi dan jenis ketidaksesuaian beserta jumlah yang dihasilkan.

6. Control Chart

Peta ukuran waktu yang menunjukkan nilai nilai statistika, termasuk garis pusat dan satu atau lebih batas kendali yang didapatkan secara statistika.

(15)

7. Cause and Effect Diagram

Alat yang menggunakan penggambaran secara grafik dari elemen elemen proses untuk menganalisis sumber sumber potensial dari variasi proses.

Menurut Kuswandi dan Erna Mutiara (2004:41), terdapat 7 (tujuh) alat bantu untuk mengendalikan kualitas. Secara umum ketujuh alat tersebut memiliki kegunaan sebagai berikut :

1. Mengetahui permasalahan apa yang sedang dihadapi.

2. Mempersempit ruang lingkup perusahaan

3. Mencari faktor faktor yang diperkirakan sebagai penyebab dari permasalahan.

4. Memastikan bahwa faktor faktor tersebut berhubungan dengan permasalahan.

5. Mencegah kesalahan akibat kelalaian yang tidak perlu.

6. Melihat hasil setelah perbaikan.

7. Mengetahui penyimpangan yang terjadi.

Untuk lebih jelasnya, 7 alat bantu dalam pengendalian kualitas dapat dilihat pada gambar 2.2

(16)

Gambar 2.2

Alat Bantu Pengendalian Kualitas

Sumber : http://images.google.co.id/images, tahun 2010

2.3 Statistical Quality Control / SQC

Statistical Quality Control / SQC merupakan suatu kegiatan pengendalian kualitas terhadap bahan baku, proses produksi dan barang jadi untuk menjaga agar produk tetap pada standar kualitas yang telah ditetapkan.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai pengendalian kualitas secara statistika (Statistical Quality Control) perlu dikemukakan terlebih dahulu mengenai pengertian pengendalian kualitas secara statistika.

(17)

2.3.1 Pengertian Statistical Quality Control.

Menurut Mitra Bestari (2004:121), mengemukakan bahwa :

Proses pengendalian secara statistik merupakan teknik statistik yang secara luas digunakan untuk memastikan bahwa proses yang sedang berjalan telah memenuhi standar.

Menurut Sofjan Assauri (2004:219) mengemukakan bahwa pengertian dari Statistical Quality Control (SQC) sebagai berikut :

Statistical Quality Control (SQC) adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk menjaga standar yang uniform dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang minimum dan merupakan bantuan untuk mencapai efisiensi.

Sedangkan menurut Richard B. Chase, Nicholas J. Aquilano, F. Robert Jacob (2001:291), Statistical Quality Control diartikan sebagai berikut :

Statistical Quality Control is a number of different techniques designed to evaluate quality from a conformance view.

Yang berarti :

Pengendalian kualitas secara statistika adalah salah satu teknik berbeda yang didesain untuk mengevaluasi kualitas ditinjau dari sisi kesesuaian dengan spesifikasinya.

Dari ketiga definisi di atas dapat ditarik simpulan bahwa Statistical Quality Control atau SQC adalah suatu sistem pengendalian kualitas secara statistika yang bertujuan untuk menjaga standar kualitas produksi ditinjau dari sisi kesesuaian dengan spesifikasinya.

2.3.2 Keuntungan Statistical Quality Control

Menurut Sofjan Assauri (2004:274), keuntungan menggunakan metode Statistical Quality Control adalah :

1. Pengawasan (control), dimana penyelidikan yang diperlukan untuk dapat menerapkan Statistical Quality Control mengharuskan bahwa syarat syarat kualitas pada situasi itu dan kemampuan prosesnya telah dipelajari hingga mendetail. Hal ini akan menghilangkan beberapa titik kesulitan tertentu, baik dalam spesifikasi maupun dalam proses.

(18)

2. Pengerjaan kembali barang barang yang telah diapkir (scrap-rework).

Dengan dijalankannya pengontrolan, maka dapat dicegah terjadinya penyimpangan penyimpangan dalam proses. Sebelum terjadi hal hal yang serius, dan akan diperoleh kesesuaian yang lebih baik antara kemampuan proses (process capability) dengan spesifikasi, sehingga banyaknya barang barang yang diapkir (scrap) dapat dikurangi sekali.

Dalam perusahaan pabrik sekarang ini, biaya biaya bahan sering kali mencapai 3 sampai 4 kali biaya buruh, sehingga dengan perbaikan yang telah dilakukan dalam hal pemanfaatan bahan dapat memberikan penghematan yang menguntungkan.

3. Biaya biaya pemeriksaan, karena Statistical Quality Control dilakukan dengan jalan mengambil sampel sampel dan mempergunakan sampling techniques, maka hanya sebagian saja dari hasil produksi yang perlu untuk diperiksa. Akibatnya maka hal ini akan dapat menurunkan biaya biaya pemeriksaan.

2.3.3 Pembagian Statistical Quality Control

Menurut Roger G. Schroeder (2000:156), terdapat 2 jenis metode pengendalian kualitas secara statistika yang berbeda, yaitu :

1. Acceptance Sampling

Pengambilan sampel penerimaan didefinisikan sebagai pengambilan satu sampel atau lebih secara acak dari suatu partai barang, memeriksa setiap barang di dalam sampel tersebut dan memutuskan berdasarkan hasil pemeriksaan itu, apakah menerima atau menolak keseluruhan partaiJenis pemeriksaan ini dapat digunakan oleh pelanggan untuk menjamin bahwa pemasok memenuhi spesifikasi mutu atau oleh produsen untuk menjamin bahwa standar mutu dipenuhi sebelum pengiriman.Pengambilan sampel penerimaan lebih sering digunakan daripada pemeriksaan 100% karena biaya pemeriksaan jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya lolosnya barang yang tidak sesuai kepada pelanggan. Apalagi bila biaya pemeriksaan keseluruhan partai terlalu mahal. Kadang kadang

(19)

pemeriksaan ini juga kurang efisien karena banyaknya waktu dan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan tersebut

2. Process Control

Pengendalian proses menggunakan pemeriksaan produk atau jasa ketika barang tersebut masih sedang diproduksi (WIP / Work In Process). Sampel berkala diambi dari output proses produksi. Apabila setelah pemeriksaan sampel terdapat alasan untuk mempercayai bahwa karakteristik mutu proses telah berubah, maka proses itu akan diberhentikan dan dicari penyebabnya.Penyebab tersebut dapat berupa perubahan pada operator, mesin ataupun pada bahan. Apabila penyebab ni telah diketemukan dan diperbaiki, maka proses itu dapat dimulai kembali. Dengan memantau proses produksi tersebut melalui pengambilan sampel secara acak maka pengendalian yang konstan dapat dipertahankan.

Pengendalian proses didasarkan atas dua asumsi penting yaitu : a) Variabilitas

Mendasar untuk setiap proses produksi. Tidak peduli bagaimana sempurnanya rancangan proses, pasti terdapat variabilitas dalam karakteristik mutu dari tiap unit. Variasi selama proses produksi tidak sepenuhnya dapat dihindari dan bahkan tidak pernah dapat dihilangkan sama sekali. Namun sebagian dari variasi tersebut dapat dicari penyebabnya serta diperbaiki.

b) Proses

Proses produksi tidak selalu berada dalam keadaan terkendali, karena lemahnya prosedur, operator yang tidak terlatih, pemeliharaan mesin yang tidak cocok dan sebagainya, maka variasi produksi biasanya jauh lebih besar dari yang semestinya.

2.4 Peta Kendali (Control Chart)

Menurut Jay Heizer & Barry Render (2005:268), peta kendali (control chart) didefinisikan sebagai :

(20)

Bagan kendali adalah gambaran grafik data sejalan dengan waktu yang menunjukkan batas atas dan bawah proses yang ingin kita kendalikan.

Sedangkan pengertian peta kendali (control chart) menurut Lalu Sumayang (2003:273), adalah :

Peta kendali adalah sarana yang utama untuk melaksanakan metode pengendalian kualitas ststistik. Peta kendali merupakan kumpulan data yang ditulis dalam bentuk grafik dan digunakan untuk membuat penilaian status pengendalian kualitas pada sebuah proses produksi.

Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa peta kendali adalah informasi yang menunjukkan proses produksi ada dalam batas kendali atau tidak dalam batas kendali yang berbentuk grafik.

Peta kendali menunjukkan adanya perubahan data dari waktu ke waktu, tetapi tidak menunjukkan penyebab penyimpangan meskipun penyimpangan itu akan terlihat pada peta kendali.

Peta kendali merupakan grafik garis yang terdiri dari tiga buah garis mendatar sejajar yang terletak di dalam sebuah sumbu salib dan mencantumkan batas minimum dan batas maksimum yang berguna untuk memecahkan masalah yang terjadi dan menghasilkan perbaikan kualitas serta terdapat titik titik yang menyebar di antara garis pembatas.

Manfaat peta kendali adalah untuk :

1. Menentukan apakah suatu proses produksi masih berada didalam batas batas kendali atau tidak kendali.

2. Memantau proses produksi secara terus menerus agar tetap stabil.

3. Menentukan kemampuan proses (capability process).

Untuk lebih jelasnya,control chart dapat dilihat pada gambar 2.3

(21)

Gambar 2.3 Control Chart

Sumber : (Douglas C. Montgomery; Introduction to Statistical Quality Control ; fourth edition; John Wiley & Sons, Inc., 2001, halaman 156).

2.4.1 Membaca Peta Kendali

Beberapa titik pada peta kendali yang membentuk grafik, memiliki berbagai macam bentuk yang dapat memberitahukan kapan proses dalam keadaan tidak terkendali dan perlu dilakukan perbaikan. Perlu diperhatikan, bahwa adanya kemungkinan titik titik tersebut dapat menjadi penyebab terjadinya penyimpangan pada proses berikutnya.

Adapun yang dimaksud kondisi peta yang terkendali dan tidak terkendali menurut Dr. Manahan P. Tampubolon, M.M. dalam buku Manajemen Operasional (2004:105) dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

(22)

Gambar 2.4

Membaca Bagan Kendali

Sumber : (Dr. Manahan P. Tampubolon, M.M. Manajemen Operasional , 2004, halaman 105)

(g) (e) (f)

(d) (c)

(a) (b)

LCL CL UCL

LCL CL UCL

LCL CL UCL

LCL CL UCL

LCL CL

UCL UCL

LCL CL

LCL CL UCL

(23)

Keterangan gambar :

(a) Proses normal, karena variasi dari garis pusat tidak besar.

(b) Titik ke-6 di luar UCL, harus diteliti sebab terjadinya proses tersebut.

(c) Proses dua titik sangat dekat dengan UCL, proses harus diselidiki.

(d) Satu titik keluar LCL. Harus diselidiki mengapa terjadi, perlu perbaikan pada proses.

(e) Dua titik mendekati LCL harus diselidiki prosesnya, karena hasilnya baik.

(f) Titik-titik membentuk tren naik maupun turun, proses harus diselidiki, mengapa terjadi perubahan progresif.

(g) Di dalam peta ini nempak adanya titik-titik lari, yaitu 3 titik-lari kearah UCL, 4 titik-lari kearah LCL, dan 7 titik-lari kea rah UCL. Proses harus diselidiki, mengapa terdapat proses yang bertahan kea rah balik( titik-lari kearah UCL)? Peta seperti ini menunjukkan adanya ketidaknormalan proses.

2.4.2 Peta Kendali Variabel.

Peta kendali variabel digunakan untuk pengukuran produk yang karakteristik kualitasnya dapat diukur secara kuantitatif. Seperti: berat, ketebalan, panjang, volume, diameter. Peta kendali variabel biasanya digunakan untuk pengendalian proses yang didominasi oleh mesin.

Peta kendali variabel di bagi menjadi : 1. Peta kendali rata rata (

x

chart)

Digunakan untuk mengetahui rata rata pengukuran antar subgrup yang diperiksa.

2. Peta kendali rentang (R chart)

Digunakan untuk mengetahui besarnya rentang atau selisih antara nilai pengukuran yang terbesar dengan nilai pengukuran terkecil di dalam subgrup yang diperiksa.

(24)

2.4.3 Peta Kendali Atribut

Peta kendali atribut merupakan peta kendali yang digunakan untuk kualitas produk yang dapat dibedakan dalam karakteristik baik atau buruk, berhasil atau gagal.

Peta kendali atribut dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Peta kendali kerusakan (p chart)

Merupakan peta kendali yang digunakan untuk menganalisis banyaknya barang yang ditolak yang ditemukan dalam pemeriksaan atau sederetan pemeriksaan terhadap total barang yang diperiksa.

2. Peta kendali ketidaksesuaian (C chart)

Merupakan peta kendali yang digunakan untuk menganalisis dengan cara menghitung jumlah produk yang mengalami ketidaksesuaian dengan spesifikasi.

Dalam penelitian ini untuk menganalisis data yang digunakan adalah peta kendali p

2.5 Peta Kendali p

Langkah-langkah membuat peta kendali p menurut Ir. Arman hakim Nasution, M. Eng dalam buku Manajemen Industri (2006:316) adalah :

1. Kumpulkanlah data. Ambillah sebanyak mungkin data semampu anda menggambarkan jumlah yang diperiksa (n) dan jumlah produk cacat (pn).

Akan dibutuhkan paling tidak 20 pasangan.

2. Bagilah data ke dalam subgroup. Biasanya dat dikelompokkan berdasarkan tanggal atau lot.

3. Hitung bagian cacat untuk setiap subgroup. Biasanya data dikelompokkan berdasarkan tanggal atau lot.

4. Carilah rata-rata bagian yang cacat.

(25)

5. Hitunglah batas kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL),

6. Gambarlah peta kendali dan gambarlah p.

2.6 Diagram Pareto

Diagram Pareto merupakan diagram yang terdiri atas grafik balok dan grafik garis yang menggambarkan perbandingan masing masing jenis data terhadap keseluruhan. Dengan memakai diagram Pareto, dapat terlihat masalah mana yang dominan dan tentunya kita dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalah.

Kegunaan Pareto adalah :

1. Menunjukkan masalah utama.

2. Menyatakan perbandingan masing masing persoalan terhadap keseluruhan.

3. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada daerah yang terbatas.

4. Menunjukkan perbandingan masing masing persoalan sebelum dan setelah perbaikan.

Diagram Pareto digunakan untuk mengidentifikasikan beberapa permasalahan yang penting, untuk mencari cacat yang terbesar dan yang paling berpengaruh. Digunakan asumsi bahwa apabila pengendalian kualitas yang dilakukan sangat ketat, biasanya 80% dari hasil keseluruhannya, 20% berupa produk yang rusak atau cacat. Jika pengendalian kualitas yang dilaksanakan biasa saja maka akan berlaku penilaian 50% dari hasil keseluruhan 50% berupa produk yang rusak atau cacat. Namun bila pelaksanaan pengendalian kualitas tidak ketat atau renggang maka penilaian yang berlaku adalah 60% dari hasil keseluruhan 40% berupa produk rusak atau cacat.

(26)

Pencarian cacat terbesar atau cacat yang paling berpengaruh, seperti yang dilakukan di atas dapat berguna untuk mencari beberapa wakil dari cacat yang teridentifikasi, kemudian dapat digunakan untuk membuat diagram sebab akibat.

Hal ini perlu untuk dilakukan mengingat sangat sulit untuk mencari penyebab dari semua cacat yang teridentifikasi. Apabila semua cacat dianalisis untuk dicari penyebabnya maka hal tersebut hanya akan menghabiskan waktu dan biaya dengan sia sia.

Langkah langkah dalam membuat diagram pareto adalah :

1. Menentukan metode dengan membagi bagikan data berdasarkan permasalahannya, penyebabnya, tipe dari ketidakcocokannya dan lain lain.

2. Menentukan frekuensi yang akan digunakan untuk menggolongkan karakteristik.

3. Mengumpulkan data untuk jarak waktu yang tepat.

4. Meringkas data dan mengurutkan kategori dari yang terbesar sampai yang terkecil.

5. Menghitung persentase kumulatif bila digunakan.

6. Membuat diagram dan mendapatkan permasalahannya.

2.7 Diagram Sebab Akibat (Cause-effect Diagram)

Diagram ini disebut juga diagram tulang ikan (Fishbone Chart) dan berguna untuk memperlihatkan faktor faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan mempunyai akibat pada masalah yang kita pelajari, selain itu kita juga dapat melihat faktor faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh dan mempunyai akibat pada faktor utama tersebut yang dapat kita lihat pada panah panah yang berbentuk tulang ikan pada diagram fishbone tersebut. Prinsip yang digunakan untuk membuat diagram sebab akibat ini adalah sumbang saran atau brainstorming.

Diagram sebab akibat ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1950 oleh seorang pakar kualitas dari Jepang, Dr. Kaoru Ishikawa yang menggunakan

(27)

uraian grafis dari unsur unsur proses untuk menganalisis sumber sumber potensial dari penyimpangan proses.

Faktor faktor penyebab utama ini dapat dikelompokkan dalam : 1. Material / bahan baku.

2. Machine / mesin.

3. Man / tenaga kerja.

4. Method / metode.

5. Environment / lingkungan.

Faktor faktor penyebab terletak pada bagian kiri, sedangkan akibat yang ditimbulkannya merupakan karakteristik mutu atau kualitas yang merupakan tujuan dari sistem pada bagian kanan bagan.

Untuk lebih jelasnya, diagram sebab akibat (Fishbone Diagram) dapat dilihat pada gambar 2.5

Gambar 2.5

Diagram Sebab Akibat (Cause-effect Diagram)

Sumber : http://images.google.co.id/images, tahun 2010

Gambar

Gambar yang menjelaskan langkah  langkah utama, cabang  cabang proses dan  produk akhir dari proses
Gambar 2.3  Control Chart
Diagram  Pareto  merupakan  diagram  yang  terdiri  atas  grafik  balok  dan  grafik  garis  yang  menggambarkan  perbandingan  masing  masing  jenis  data  terhadap  keseluruhan
Diagram  ini  disebut  juga  diagram  tulang  ikan  (Fishbone  Chart)  dan  berguna  untuk  memperlihatkan  faktor  faktor  utama  yang  berpengaruh  pada  kualitas  dan  mempunyai  akibat  pada  masalah  yang  kita  pelajari,  selain  itu  kita  juga  dap

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan potensi, peluang dan tantangan terkait konservasi jenis ramin, telah dilakukan penelitian konservasi ramin melalui penyediaan bibit stek ramin pada

kami peroleh dalam melakukan Kunjungan Industri ke PT Liku Telaga adalah terkait proses pengolahan sulfur (belerang) berdasarkan reaksi kesetimbangan yaitu

Menurut grafik diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar aspal maka stabilitas juga semakin tinggi, stabilitas tertinggi terdapat pada campuran dengan kadar

Mengingat bahwa urgensi dari hipertensi adalah menyebabkan komplikasi serius yang dapat meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas terutama pada usia produktif

Upaya polisi dalam kasus dalam kasus deklarasi pernyataan dukungan Wali Nagari se- Kabupaten Dharmasraya pada pemilu 2019: Dalam hal penyelesaian tindak pidana Pemilu

2) Abjad yang diapit antara tanda titik pertama dan tanda titik kedua menunjukkan Subbidang Usaha.. 3) Dua angka yang diapit antara tanda titik kedua dan tanda

Tahap masukan merupakan tahapan awal dalam merangkum seluruh hasil informasi dari data primer pengamatan, wawancara, dan kuesioner yang kemudian akan menghasilkan

Pada bidang akuakultur teknologi rekyasa genetika yang selama ini telah banyak digunakan untuk ikan-ikan konsumsi (salmon, nila, udang, patin, mas) ini berguna untuk meningkatkan