Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK-2015), Kuta, Bali, INDONESIA, 29 – 30 Oktober 2015
KARAKTERISASI TANAMAN PEWARNA ALAM TENUN PEGRINGSINGAN
DESA TENGANAN UPAYA PELESTARIAN PLASMA NUTFAH
I. A. P. Darmawati, G. Wijana, A. A. Astiningsih, I. A. Mayun dan Pradnyawathi
Konsentrasi Agronomi dan Hortikultura Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana
E-mail: putridarmawati15@gmail.com
P-PNL-31
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu (1) pengumpulan data sekunder, (2) survei macam-macam tanaman penghasil warna yang digunakan untuk tenun pegringsingan, (3) identifikasi karakter morfologi dan agronomis. Lokasi penelitian di Desa Tenganan Pegringsingan, Desa Bugbug (kedua desa ini terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali, Bagian timur Pulau Bali), dan Nusa Penida.
Data sekunder diperoleh melalui wawancara langsung dengan penjual bahan baku, pencelup warna dan pengrajin tenun. Data juga diperoleh melalui referensi terkait. Untuk data karakteristik melalui pengamatan langsung dan dukumentasi, data agronomis malalui kajian perbanyakannya. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
PENDAHULUAN
Keunikan dari kain tenun pegringsingan ini adalah terletak pada motif kain gringsing yang hanya menggunakan tiga warna (merah, kuning dan hitam) disebut tridatu
(Koesworo, 2012) Ketiga warna pada kain Gringsing yaitu merah melambangkan api, putih atau kuning berarti angin, dan hitam berarti air (Shigemi & Udiana, 2012). Semua elemen itu adalah elemen penyeimbang yang diperlukan tubuh agar tidak sakit. Menurut salah satu warga masyarakat Desa Tenganan (komunikasi pribadi, 2015), bahwa tanaman pewarna tenun tumbuh alami di hutan Desa Tenganan dan beberapa di datangkan dari desa tetangga (Desa Nusa Penida), tanaman tersebut tidak dibudidayakan. Disisi lain, keberadaannya semakin langka dan terancam punah. Berdasarkan fenomena tersebut penelitian ini dilakukan, dengan tujuan untuk memperoleh profil tanaman secara lengkap dan ilmiah sehingga dapat dijadikan acuan untuk mengkaji teknik budidaya, dalam kaitannya sebagai bahan pewarna tenun pegringsingan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil survei ( pengamatan dan tanya jawab dengan responden), proses pembuatan tenun pegringsingan diawali dengan pewarnaan benang. Urut – urutannya adalah sebagai berikut:
Warna kuning,melalui perendaman selama 37 hari dalam minyak dari buah kemiri yang dicincang. Warna merah diperoleh melalui perendaman benang dengan campuran serbuk dari babakan akar pohon sunti/mengkudu dengan serbuk babakan batang kepundung
putih/merah
( 3 : 1).
Perendaman dilakukan 1
–
3 kali, masing
–
masing
selama 3 bulan. Warna hitam, berasal dari pencelupan
benang warna merah dengan warna biru. Warna biru
berasal dari pemeraman daun dan cabang muda
tanaman
taum.
Karakterisasi morfologi tersaji pada
Gambar 1, 2, 3 dan 4.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Taum ( Indigofera tinctoria)
dan mengkudu (Morinda citrifolia) di habitatnya terancam punah. Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd dan kepundung (Baccaurea racemosa ) cukup tersedia di Dusun Bukit Kanginan, Desa
Bungaya Karangasem.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kami ucapkan kepada Fakultas Pertanian serta LPPM Universitas Udayana untuk dukungan finansial yang diberikan dalam penelitian ini melalui Hibah Unggulan Program Studi 2015.
DAFTAR PUSTAKA
Bogoriani, N. W. dan Bawa Putra, A. A., 2009, Perbandingan Massa Optimum Campuran Pewarna Alami pada Kayu Jenis Akasia (Acacia leucopholoea), Jurnal Kimia, 3 (1) : 21-26
Hasanudin, et al., 2001, Penelitian Penerapan Zat Warna Alam dan Kombinasinya pada produk Batik dan Tekstil Kerajinan Yogyakarta, Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik, Yogyakarta
Koesworo, 2012. Harganya Puluhan Juta, Kain Tenun Pegringsingan Tetap Diantre. Jurnas com.
Korn, K.V. 1933. De Dorpsrepubliek Tenganan Pagringsingan Santpoort: Uigeverij C.A. Mees
Shigemi, S dan Udiana, N.P., 2012. Eksplorasi Pewarna Alam Indigo Untuk Kain Gringsing. Jurnal Kajian Budaya Unud. Vol. 8, No. 15. 71- 82
Gambar 1. Karakter morfologi tanaman taum. A; Perdu tegak,bercabang banyak. B; Akar tunggang. C; Daun majemuk gasal, buah berpolong. D; Bunga kupu-kupu. (koleksi pribadi)
Gambar 2. A; Pohon Kemiri (tanda panah), B dan C; Buah kemiri yang muda dan tua (koleksi pribadi)
Gambar 1. Karakter morfologi tanaman taum. A; Perdu tegak,bercabang banyak. B; Akar tunggang. C; Daun majemuk gasal, buah berpolong. D; Bunga kupu-kupu. (koleksi pribadi)
Gambar 3. Karakter morfologi tanaman kepundung. A; Pohon kepundung berumur 60 th. B; Kelopak batang (babakan) yang dimanfaatkan sebagai pewarna. C Daun tunggalberbentuk bundar telur lonjong. D ; Buah kepundung putih dan merah.
Gambar 3. Karakter morfologi tanaman kepundung. A; Pohon kepundung berumur 60 th. B; Kelopak batang (babakan) yang dimanfaatkan sebagai pewarna. C Daun tunggal berbentuk bundar telur lonjong. D ; Buah kepundung putih.
A