• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kulit masohi SNI 7941:2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kulit masohi SNI 7941:2013"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

“Hak Cip ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan” SNI 7941:2013

Standar Nasional Indonesia

Kulit masohi

ICS 65.020.99 Badan Standardisasi Nasional

(2)

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”

© BSN 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN

BSN

Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10.

Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: [email protected] www.bsn.go.id

Diterbitkan di Jakarta

(3)

“Hak Cip ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”

SNI 7941:2013

© BSN 2013 i

Daftar isi

Daftar isi ... i 

Prakata ... ii 

1 Ruang lingkup ... 1 

2 Istilah dan definisi ... 1 

3 Klasifikasi ... 1 

4 Persyaratan ... 2 

5 Pengambilan contoh ... 2 

6 Cara uji ... 2 

7 Pengemasan... 5 

Tabel 1 – Persyaratan khusus kulit masohi ... 2 

(4)

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”

© BSN 2013 ii

Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) Kulit masohi disusun karena diperlukan persyaratan mutu penggunaan kulit masohi dalam rangka mengikuti perkembangan pasar yang cukup tinggi.

Maksud dan tujuan penyusunan RSNI ini adalah sebagai acuan/pedoman dalam perdagangan sehingga terjadi persamaan persepsi tentang persyaratan penggunaan kulit masohi .

Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 65-02 Hasil Hutan Bukan Kayu. Standar ini telah dibahas dan disepakati dalam rapat konsensus pada tanggal 8 Juli 2013 di Bogor yang dihadiri oleh wakil-wakil dari pemerintah, produsen, konsumen, tenaga ahli, balai penguji dan institusi terkait lainnya.

Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 19 Juli 2013 sampai tanggal 18 September 2013 dengan hasil akhir RASNI.

(5)

“Hak Cip ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”

SNI 7941:2013

© BSN 2013 1 dari 5

Kulit masohi

1 Ruang lingkup

Standar ini menetapkan persyaratan dan pengujian kulit masohi jenis Massoia aromatica BECC untuk penggunaan jamu dan minyak atsiri.

2 Istilah dan definisi

Untuk tujuan penggunaan dalam dokumen ini, istilah dan definisi ini digunakan.

2.1 kadar air

banyaknya air yang terdapat dalam kulit masohi, dinyatakan dalam persen (%)

2.2

kadar minyak atsiri

banyaknya minyak hasil penyulingan kulit masohi, dinyatakan dalam persen (%)

2.3 kotoran

bahan lain yang terdapat dalam kemasan kulit masohi, dinyatakan dalam persen (%)

2.4

kulit masohi

kulit dari pohon masohi (Massoia aromatica BECC) yang sudah dibersihkan dari lapisan kulit luar dan lumut yang menempel pada permukaan kulit luar

2.5

tebal kulit

ketebalan babakan masohi setelah dibersihkan dari kulit ari/kulit mati

2.6 serbuk

potongan kulit masohi dengan ukuran panjang < 2 cm

2.7 serpih

potongan kulit masohi dengan ukuran panjang 2 cm-3 cm

2.8

warna kulit

kenampakan babakan masohi setelah dibersihkan dari kulit ari/kulit mati

3 Klasifikasi

Klasifikasi kulit masohi sebagai bahan baku dibagi menjadi 2 (dua) penggunaan sebagai berikut:

a) Penggunaan untuk jamu

b) Penggunaan untuk minyak atsiri

(6)

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”

© BSN 2013 2 dari 5

4 Persyaratan

4.1 Persyaratan umum

a) Bau khas masohi (seperti aroma kelapa), rasa getir;

b) Warna coklat kekuningan sampai coklat tua;

c) Kekeringan kulit masohi ditunjukkan dengan keadaan kulit yang patah bila dibengkokkan dan berbunyi keras;

d) Tekstur kulit bagian dalam halus;

e) Kulit bagian dalam jika digores akan timbul minyak dan mengeluarkan aroma khas masohi (seperti aroma kelapa) yang menjadi ciri khas kulit masohi;

f) Kadar air maksimum 12%;

g) Bebas jamur;

h) Tidak boleh ada kotoran.

4.2 Persyaratan khusus

Persyaratan khusus kulit masohi seperti tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1 – Persyaratan khusus kulit masohi

No Parameter uji Satuan Penggunaan

Jamu Minyak atsiri

1 Panjang cm ≥15 ≥ 5

2 Lingkar luar gulungan kulit cm ≥ 3

3 Lebar kulit masohi cm ≥ 5 > 0,5

4 Komposisi serbuk dan serpih % < 1 -

5 Kandungan serbuk % < 1

6 Tebal kulit mm >4 -

7 Kadar minyak % - >1,6

5 Pengambilan contoh

a) Pengambilan contoh uji kulit masohi mengikuti rumus sebagai berikut:

√ 1 Keterangan:

n adalah jumlah karung

b) Contoh untuk uji persentase serbuk secara sensus pada setiap karung.

c) Contoh untuk penentuan warna, ukuran (tebal, panjang, lingkar luar gulungan kulit) dari tiap karung diambil secara acak (3-5) gulung.

6 Cara uji 6.1 Uji visual 6.1.1 Keaslian

Bagian dalam kulit masohi jika digores akan mengeluarkan minyak beraroma seperti kelapa.

(7)

“Hak Cip ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”

SNI 7941:2013

© BSN 2013 3 dari 5

6.1.2 Warna

Warna kulit masohi dilihat secara visual.

6.1.3 Bau

Bau kulit masohi dicium dengan menggunakan indera penciuman.

6.1.4 Rasa

Rasa kulit masohi apabila digigit terasa getir.

6.1.5 Ukuran

a) Tebal kulit masohi diukur dengan menggunakan jangka sorong.

b) Panjang dan lebar diukur dengan menggunakan pita ukur.

c) Lingkar luar gulungan kulit diukur dengan menggunakan pita ukur.

6.1.6 Persentase serbuk

6.1.6.1 Persentase serbuk untuk jamu a) Timbang bobot total kulit masohi (W0).

b) Pisahkan serbuk dan serpih, kemudian timbang (Wa).

c) Persentase dihitung dengan menggunakan persamaan:

100%

Keterangan:

Wa adalah bobot serbuk+bobot serpih, dinyatakan dalam gram (g);

W0 adalah bobot total kulit masohi, dinyatakan dalam gram (g).

6.1.6.2 Persentase serbuk untuk minyak atsiri a) Timbang bobot total kulit masohi (W0).

b) Pisahkan serbuk, kemudian timbang (Wb).

c) Persentase dihitung dengan menggunakan rumus:

100%

Keterangan:

Wb adalah bobot serbuk, dinyatakan dalam gram (g);

W0 adalah bobot total kulit masohi, dinyatakan dalam gram (g).

6.1.7 Tingkat kekeringan

Tingkat kekeringan ditunjukkan dengan keadaan kulit yang apabila dipatahkan berbunyi keras dan jika bagian dalam kulit masohi berwarna lebih gelap menunjukkan kulit belum kering maka perlu dikeringkan lagi.

(8)

ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”

© BSN 2013 4 dari 5

6.2 Uji laboratorium 6.2.1 Kadar air 6.2.1.1 Prinsip

Persentase bobot air contoh uji terhadap bobot awal.

6.2.1.2 Peralatan dan bahan Peralatan yang digunakan adalah:

a. botol timbang 100 mL;

b. labu didih;

c. batu didih;

d. alat pendingin;

e. aufhauser;

f. bulu ayam;

g. penangas listrik.

Bahan yang digunakan adalah:

a. kulit masohi contoh;

b. xilena.

6.2.1.3 Prosedur

a. Timbang 10 g contoh uji (W0) dalam botol timbang 100 mL.

b. Larutkan dengan pelarut xilena, masukkan ke dalam labu didih.

c. Botol timbang dibilas dengan pelarut sampai bersih.

d. Tambahkan xilena sampai 1/2 dari isi labu didih dan masukkan batu didih, lalu sambungkan dengan alat aufhauser.

e. Kemudian sulingkan dalam penangas listrik selama 1 jam.

f. Setelah 1 jam, penangas dimatikan dan alat aufhauser dibiarkan mendingin.

g. Alat pendingin dibilas dengan xilena murni, lalu alat aufhauser serta labunya diangkat.

h. Setelah dingin, air yang melekat di bagian atas alat aufhauser diturunkan ke bawah dengan dikilil bulu ayam.

i. Kemudian jumlah isi air dibaca (W1).

j. Kadar air dihitung dengan persamaan:

100%

Keterangan:

KA adalah kadar air, dinyatakan dalam persen (%);

W0 adalah bobot contoh uji, dinyatakan dalam gram (g);

W1 adalah volume air yang terbaca pada aufhauser, dinyatakan dalam mililiter (mL).

CATATAN volume air dalam mL sama dengan bobot air dalam g 6.2.1.4 Pernyataan hasil

Kadar air dinyatakan dalam persen (%).

6.2.1.5 Laporan hasil

Penghitungan kadar air disajikan dalam bentuk tabel.

(9)

“Hak Cip ta Badan Standardisasi Nasional, Copy s tan dar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”

SNI 7941:2013

© BSN 2013 5 dari 5

6.2.2 Uji kadar minyak 6.2.2.1 Prinsip

Kadar minyak ditetapkan dengan cara penyulingan minyak atsiri.

6.2.2.2 Peralatan dan bahan Peralatan yang digunakan adalah:

a) kondensor;

b) labu didih;

c) pengukur minyak atsiri;

d) pemanas listrik;

e) selang air untuk kondensor;

f) timbangan.

Bahan yang digunakan adalah:

a) contoh uji kulit masohi;

b) air suling.

6.2.2.3 Persiapan

Pengambilan contoh sesuai pasal 5.

6.2.2.4 Prosedur

a) Cacah atau serut contoh uji sampai ukuran tertentu dan seragam.

b) Timbang contoh uji yang sudah diserut sebanyak 50 g (B), masukkan ke dalam labu didih 500 mL.

c) Masukkan 300 mL air bersih ke dalam labu didih.

d) Satukan semua bagian alat (labu didih dan kondensor) di atas pemanas listrik.

e) Nyalakan pemanas sampai lapisan minyak tidak bertambah.

f) Baca dan catat lapisan minyak pada alat pengukur minyak atsiri (V).

g) Kadar minyak dihitung dengan persamaan:

100%

Keterangan:

KM adalah kadar minyak, dinyatakan dalam persen (%);

V adalah volume minyak yang terbaca pada alat pengukur minyak atsiri, dinyatakan dalam mililiter (mL);

B adalah bobot contoh, dinyatakan dalam gram (g).

6.2.2.5 Pernyataan hasil

Kadar minyak dinyatakan dalam persen (%).

6.2.2.6 Laporan hasil

Hasil pengujian tiap contoh disajikan dalam bentuk tabel.

7 Pengemasan

Kulit masohi dikemas dengan menggunakan karung ukuran (40-60) kg.

Gambar

Tabel 1 – Persyaratan khusus kulit masohi

Referensi

Dokumen terkait

itia Teknis Perumusan SNI 67-04 Makanan dan Minuman”.. b) Panaskan dalam penangas air pada suhu 100 °C selama 1 jam kemudian didinginkan. c) Masukkan ke dalam labu ukur 25 ml

a) Siapkan beberapa labu ukur 50 mL, sesuai dengan jumLah contoh yang akan diuji, termasuk blanko dan standar. b) Pipet 2 mL larutan kalium permanganat ke dalam masing-masing labu

Pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah contoh diinkubasikan dalam pembenihan yang sesuai selama 48 jam pada suhu (32 ± 1) °C. Masukkan ke dalam botol 1 000 ml dan 9 ml ke

pipet 1 mL larutan baku As 100 µg/mL ke dalam labu ukur 100 mL dan encerkan dengan air suling sampai tanda garis. Larutan baku ketiga ini memiliki konsentrasi 1 µg/mL As. n)

a Timbang contoh 10 g sampai dengan 20 g W dengan teliti ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL, tambahkan 30 mL HNO3 pekat dan biarkan 15 menit; b panaskan perlahan selama 15 menit di

a Saring larutan contoh 50 mL sampai 100 mL menggunakan saringan membran 0,45 μm; b asamkan contoh sampai pH < 2 dengan HNO3 p.a; c bila terjadi endapan, pipet 100 mL contoh

a Timbang 5 g sampai dengan 10 g contoh m kedalam labu Kjeldahl 250 mL, tambahkan 5 mL sampai dengan 10 mL HNO3 pekat dan 4 mL sampai dengan 8 mL H2SO4 pekat dengan hati-hati; b

Larutan induk sampel dipipet 0,5 mL; 1 mL ; 1,5 mL; 2 mL; 2,5 mL untuk mendapatkan konsentrasi 100µg/mL, 200 µg/mL, 300 µg/mL, 400 µg/mL dan 500 µg/mL, ke dalam labu tentukur 5 mL