PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendekatan pembangunan yang sangat menekankan pada pertumbuhan ekonomi selama ini, telah banyak menimbulkan masalah pembangunan yang semakin besar dan kompleks, semakin melebarnya kesenjangan sosial-ekonomi antar wilayah, degradasi dan tingkat kerusakan lingkungan yang semakin besar serta beban dan ketergantungan pada utang luar negeri yang semakin berat.
Pengalaman pembangunan di beberapa negara di dunia ketiga yang berhasil mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, ternyata tidak mampu meningkatkan tarap hidup sebagian besar penduduknya, menunjukkan bahwa ada sesuatu yang salah dalam definisi keberhasilan pembangunan yang ada selama ini.
Tolok ukur GNP (Gross National Product) sebagai indikator keberhasilan kinerja pembangunan dan kemakmuran menjadi diragukan. Keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur oleh tingkat pertumbuhan GNP tetapi harus mencakup pengurangan kemiskinan, pemerataan distribusi hasil pembangunan, penyerapan tenaga kerja dan kelestarian sumberdaya alam untuk generasi mendatang.
Dalam konteks spasial, pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah yang lebih tertumpu pada target pencapaian laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, mendorong terjadinya industrialisasi yang dipercepat di wilayah perkotaan.
Pendekatan pembangunan ini memang telah berhasil mempercepat pertumbuhan pada wilayah perkotaan dibandingkan wilayah lainnya, namun kebijakan pembangunan ini dapat menimbulkan urban bias yang mendorong percepatan urbanisasi dan pada akhirnya dapat menimbulkan biaya-biaya sosial yang tinggi.
Aliran sumberdaya dari wilayah perdesaan ke perkotaan terjadi seiring ditetapkannya wilayah perkotaan sebagai pusat-pusat pertumbuhan, namun dukungan sumberdaya tersebut belum mampu memberikan manfaat balik bagi wilayah perdesaan, sehingga strategi pengembangan wilayah seperti ini masih perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaannya.
Keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan pembangunan, memberikan pelajaran yang penting bagi pemerintah untuk mengkaji lebih mendalam perencanaan pembangunan yang tepat untuk dilaksanakan pada suatu wilayah.
salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan.
Oleh karena itu, dalam menyusun strategi kebijakan pembangunan harus dilandasi dengan pemahaman yang baik terhadap kondisi wilayah.
Di masa sekarang dan yang akan datang diperlukan adanya perubahan paradigma pembangunan yaitu paradigma pembangunan yang diarahkan kepada terjadinya pemerataan, pertumbuhan dan keberlanjutan dalam pembangunan ekonomi, sehingga diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antar wilayah akibat pembangunan yang sentralistik yang cenderung mengejar pertumbuhan ekonomi serta mengabaikan pemerataan. Sejalan dengan pendapat Rustiadi et al.
(2006) bahwa diperlukan pendekatan perencanaan wilayah yang berbasis pada hal-hal berikut : (i) sebagai bagian dari upaya memenuhi kebutuhan masyarakat untuk melakukan perubahan atau upaya untuk mencegah terjadinya perubahan yang tidak diinginkan, (ii) Menciptakan keseimbangan pembangunan antar wilayah, (iii) Menciptakan pemanfaatan sumberdaya di masa sekarang dan masa yang akan datang (pembangunan berkelanjutan) dan disesuaikan dengan kapasitas pemerintah dan masyarakat untuk mengimplementasikan perencanaan yang disusun.
Strategi pengembangan wilayah yang mempertimbangkan keterkaitan antara perkembangan kondisi sosial ekonomi, potensi sumberdaya alam dan ketersediaan prasarana wilayah, diharapkan mampu mengatasi permasalahan disparitas antar wilayah dalam tingkat kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan, karena semua potensi yang dimiliki oleh masing- masing wilayah dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat wilayah tersebut dalam mendukung aktivitas perekonomian di suatu wilayah.
Perumusan Masalah
Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Barat, dengan luas wilayah 971.72 km2 atau sekitar 2.81 persen dari luas wilayah Provinsi Jawa Barat dan secara administratif terdiri dari 17 kecamatan dengan 192 desa/ kelurahan (183 Desa dan 9 Kelurahan) serta mempunyai batas wilayah sebagai berikut: Kabupaten Karawang di sebelah barat dan sebagian wilayah utara, Kabupaten Subang di sebelah utara dan sebagian wilayah bagian timur,
Kabupaten Bandung di sebelah selatan dan Kabupaten Cianjur di sebelah barat daya.
Jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Purwakarta tidak merata dan sangat bervariasi antar kecamatan, pada tahun 2002 jumlah penduduk tercatat sebanyak 782,362 jiwa. Penduduk Kabupaten Purwakarta terpusat di Kecamatan Purwakarta yaitu sebesar 18.38 % menempati wilayah yang hanya 2.56 % dari total wilayah Kabupaten Purwakarta, sedangkan Kecamatan Sukasari dengan luas wilayah 9.47 % hanya ditempati penduduk sebesar 1.82 % dari total jumlah penduduk Kabupaten Purwakarta (Tabel 1). Kondisi ini berpotensi menimbulkan terjadinya ketimpangan dalam percepatan pembangunan antar wilayah. Wilayah dengan kepadatan tinggi didominasi oleh wilayah yang berlokasi di pusat kota, sedangkan wilayah-wilayah dengan kepadatan penduduk rendah didominasi oleh wilayah yang berlokasi di pinggiran kota.
Tabel 1 PDRB dan Jumlah Penduduk per Kecamatan serta Kontribusinya terhadap Kabupaten Purwakarta Tahun 2002
No Kecamatan PDRB (Rp. Juta)
PDRB (Persen)
Penduduk (Org)
Penduduk (Persen)
PDRB Perkapita (Rp.Jt/Org)
Luas Wilayah
(km2) Luas Wilayah (Persen) 1 Jatiluhur 1,082,579 18.47 56,855 7.27 20.41 60.11 6.19 2 Sukasari 33,333 0.57 14,262 1.82 2.48 92.01 9.47
3 Maniis 89,835 1.53 28,748 3.67 3.30 71.64 7.37 4 Tegalwaru 91,989 1.57 43,923 5.61 2.22 73.23 7.54 5 Plered 146,484 2.50 67,837 8.67 2.30 31.48 3.24 6 Sukatani 116,199 1.98 60,796 7.77 2.02 95.43 9.82 7 Darangdan 112,548 1.92 57,132 7.30 2.09 67.39 6.94 8 Bojong 89,827 1.53 43,606 5.57 2.19 68.69 7.07 9 Wanayasa 101,595 1.73 37,523 4.80 2.91 56.55 5.82 10 Kiarapedes 59,475 1.01 24,870 3.18 2.54 52.16 5.37 11 Pasawahan 69,993 1.19 38,219 4.89 1.94 36.96 3.80 12 Pondoksalam 51,817 0.88 26,478 3.38 2.08 44.08 4.54 13 Purwakarta 491,785 8.39 143,760 18.38 3.65 24.83 2.56 14 Babakancikao 1,063,066 18.13 38,590 4.93 28.89 42.40 4.36 15 Campaka 397,492 6.78 34,418 4.40 12.46 43.60 4.49 16 Cibatu 169,252 2.89 25,769 3.29 6.93 56.50 5.81 17 Bungursari 1,694,978 28.91 39,576 5.06 44.79 54.66 5.63 JUMLAH 5,862,245 100.00 782,362 100.00 971.72 100.00 Rata-rata 344,838 46,021 7.96 Sumber : BPS Kabupaten Purwakarta diolah
Perkembangan perekonomian Kabupaten Purwakarta yang dicerminkan melalui nilai PDRB Kabupaten Purwakarta, memperlihatkan bahwa PDRB
kecamatan Jatiluhur, Babakancikao dan Bungursari sangat tinggi dan memiliki perbedaan yang cukup besar dengan kecamatan-kecamatan lain. PDRB ketiga kecamatan ini memberikan kontribusi lebih dari 65 % terhadap PDRB Kabupaten Purwakarta, sedangkan 14 kecamatan lain hanya menyumbang kurang dari 35%
terhadap perekonomian Kabupaten Purwakarta, bahkan PDRB Kecamatan Sukasari dan Pondoksalam memberikan kontribusi hanya di bawah satu persen.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perekonomian Kabupaten Purwakarta didominasi oleh tiga kecamatan tersebut, hal ini mengindikasikan bahwa di Kabupaten Purwakarta telah terjadi disparitas pembangunan antar wilayah.
Namun demikian, hal ini belum dapat menunjukkan bahwa masyarakat pada kecamatan yang memiliki PDRB tinggi lebih sejahtera dari kecamatan lainnya, karena pada ketiga kecamatan tersebut berkembang sektor industri berskala besar yang secara langsung mendongkrak kinerja sektor industri pengolahan yang menyerap ribuan tenaga di Kabupaten Purwakarta, seperti dibangunnya Kawasan Industri Bukit Indah City di Kecamatan Bungursari dan Kawasan Industri di Kecamatan Jatiluhur.
0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 1,800,000
Rp (Juta)
PDRB Per Kecamatan
Bungursari Jatiluhur Babakancikao Purwakarta Campaka Cibatu Plered Sukatani Darangdan Wanayasa Tegalwaru Maniis Bojong Pasawahan Kiarapedes Pondok Salam Sukasari
Gambar 1. Diagram PDRB per Kecamatan di Kabupaten Purwakarta Secara tabulasi penyebaran PBRB per kecamatan di Kabupaten Purwakarta dapat dilihat pada Gambar 1 dan secara spasial kecamatan-kecamatan yang
memiliki PDRB Kecamatan cukup tinggi ternyata terletak di wilayah utara Kabupaten Purwakarta, yang memiliki aksesibilitas cukup tinggi karena berada pada jalur transportasi utama yaitu jalur Pantura yang menghubungkan Jakarta dengan Kota-kota di Jawa Tengah dan Jalur Jakarta-Bandung. Sedangkan dalam konteks tata ruang wilayah, kecamatan-kecamatan yang memiliki PDRB cukup tinggi tersebut terletak pada wilayah pengembangan pembangunan (WPP) I sehingga wilayah pengembangan ini merupakan wilayah maju dibandingkan kedua WPP yang lain.
Dengan melihat penyebaran PDRB tersebut, penetapan Wilayah Pengembangan Pembangunan harus dikaji lagi agar memberikan dampak nyata terhadap perkembangan wilayah penunjangnya dan perlu juga dianalisa keterkaitan kesenjangan pembangunan antar wilayah yang diperlihatkan oleh penyebaran angka PBRD yang tidak seimbang terhadap tingkat kesejahteraan masyarakatnya dan dengan potensi sumberdaya alam yang dimiliki tiap wilayah, serta perlu dirumuskan strategi pengembangan wilayah yang memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat.
Kabupaten Purwakarta dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayahnya (dalam RTRW Kabupaten Purwakarta Tahun 2002-2012) sebenarnya telah mengangkat isu kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah sebagai salah satu isu utama yang harus dipertimbangkan, yaitu: Ketidak-seimbangan pertumbuhan (imbalance growth) antar wilayah di Kabupaten Purwakarta. ketidakseimbangan pertumbuhan akan mempertajam kesenjangan kesejahteraan dan sosial-ekonomi (disparitas) yang dapat mengganggu ketertiban proses pembangunan. Azas demokratisasi ruang dan sinergi wilayah perlu melandasi RTRW Kabupaten Purwakarta dalam mengatasi kesenjangan antar wilayah tersebut (Bapeda, 2002).
Namun dalam pelaksanaannya belum menunjukkan hasil, sehingga perlu komitmen yang kuat dari semua pihak untuk mengatasi permasalahan ini.
Peta Penyebaran PDRB Per Kecamatan pada tahun 2002 di Kabupaten Purwakarta, disajikan pada Gambar 2.
6
6Gambar 2. Peta Penyebaran PDRB Per Kecamatan di Kabupaten Purwakarta
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik wilayah di Kabupaten Purwakarta?
2. Bagaimana struktur wilayah-wilayah di Kabupaten Purwakarta?
3. Bagaimana tingkat disparitas pembangunan antar wilayah? Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan disparitas tersebut
4. Bagaimana strategi pengembangan wilayah yang sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Purwakarta?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi struktur hirarki wilayah di Kabupaten Purwakarta.
2. Mengidentifikasi sektor unggulan wilayah Kabupaten Purwakarta 3. Membuat tipologi wilayah berdasarkan karakteristik wilayah.
4. Menganalisa faktor-faktor penyebab disparitas pembangunan antar wilayah di Kabupaten Purwakarta.
5. Merekomendasikan strategi pengembangan wilayah yang dapat diterapkan
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna dalam memberikan masukan dan informasi sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Kabupaten Purwakarta dalam perumusan perencanaan pembangunan dan strategi pengembangan wilayahnya.