• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Teori Keutamaan (Virtue Theory)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Teori Keutamaan (Virtue Theory)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Landasan Teori

a. Teori Keutamaan (Virtue Theory)

Teori keutamaan berangkat dari manusianya (Bertens, 2000) dalam (Mutiara Ramadhina Syahputri , 2014). Teori keutamaan tidak menanyakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana yang tidak etis.Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari pertanyaan mengenai sifat- sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina.Karakter / sifat utama dapat didefinisikan sebagai disposisis sifat atau watak yang telah melekat atau dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu bertingkah laku yang secara moral dinilai baik.Mereka yang selalu melakukan tingkah laku buruk secara moral disebut manusia hina.

Bertens (2000) dalam (Mutiara Ramadhina Syahputri, 2014) memberikan contoh sifat keutamaan yaitu kebijaksanaan, keadilan, dan kerendahan hati. Sedangkan untuk perilaku bisnis, sifat utama yang perlu dimiliki antara lain : kejujuran, kewajaran,

(2)

kepercayaan, dan keuletan. Menurut teori ini, auditor dituntut untuk bersikap sempurna.

Dalam meningkatkan kinerjanya, seorang auditor harus menegakkan etika profesi yang tinggi, agar timbul kepercayaan dari masyarakat. Akuntan publik dalam menjalankan tugasnya harus berpedoman pada prinsip-prinsip profesinya, seperti tanggung jawab profesi, kepentinan publik, integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati – hatian professional, kerahasiaan, perilaku professional dan standar teknis.

Teori ini menjelaskan mengenai aspek manusia dalam berorganisasi, khusunya auditor yaitu meneliti bagaimana perilaku auditor dengan adanya pengaruh profesionalisme, independensi, dan etika profesi.

b. Teori Sikap dan Perilaku

Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak, menyertai manusia dengan perasaan – perasaan tertentu dalam menanggapi objek yang terbentuk atas dasar pengalaman – pengalaman, Krech dan Krutchfield ( 1983 ) dalam Ajeng Assofa ( 2015 ). Seseorang membentuk sikap dari pengalaman pribadi, orang tua, pamunatan masyarakat, dan kelompok sosial.Ketika pertama kali seseorang mempelajarinya sikap menjadi suatu bentuk bagian dari pribadi

(3)

individu yang membantu konsistensi perilaku.Para akuntan harus memahami sikap dalam rangka memahami dan memprediksi perilaku. Perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma – norma sosial yang diterima secara umum, berhubungan dengan tindakan – tindakan yang bermanfaat dan membahayakan.

Perilaku kepribadian merupakan karakteristik individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, yang mliputi sifat, kemampuan, nilai, keterampilan, sikap, dan intelegensi yang muncul dalam pola perilaku seseorang. Teori ini menyatakan, bahwa perilaku ditentukan untuk apa orang – orang ingin lakukan ( sikap ), apa yang mereka pikirkan akan mereka lakukan ( aturan – aturan sosial ), apa yang mereka bisa lakukan ( kebiasaan ), dan dengan konsekuensi perilaku yang mereka pikirkan.

Dari penjelasan diatas, teori ini berusaha menjelaskan mengenai aspek perilaku manusia dalam suatu organisasi, khususnya akuntan publik atau auditor yang meneliti tentang bagaimana perilaku auditor dengan adanya faktor – faktor yang mempengaruhi etika dalam beprofesi, profesionalisme, dan independensi. Dimana auditor dalam bersikap harus didasari oleh prinsip – prinsip dan kode etik dalam organisasi. Hal ini yang akan membedakan akuntan publik yang berperilaku etis dan tidak.

(4)

2. Auditing

a. Pengertian Auditing

Menurut Arens et al. dalam bukunya Auditing dan Jasa Assurance edisi ke lima belas jilid 1 (2015), mendefinisikan audit sebagai berikut :

Pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menetukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

Pengertian Auditing menurut Alvin A.Arens, Randal.J.Elder, Mark.S.Beasly (2008) dalam Ana Yuliana (2013) auditing adalah:

Pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas suatu informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten.

Pengertian Auditing Menurut Sukrisno (2012) dalam Feryansyah Putra (2015), auditing adalah :

Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

(5)

3. Kinerja Auditor

Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Sebagaimana Mangkunegara (2005:67) dalam Sri Trisnaningsih (2007) mengemukakan bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya.

Menurut Asih (2006) dalam Elizabeth Hanna dan Friska Firnanti (2013) kinerja auditor adalah hasil yang diperoleh seorang akuntan publik yang menjalankan tugasnya. Tugas yang dimaksud adalah melakukan pemeriksaan secara objektif dan independen atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi, untuk melihat apakah laporan keuangan tersebut sudah sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi.

Kinerja Auditor adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategi planning suatu organisasi.

Robbin (2001), dalam Elya Wati, dkk (2010) kinerja merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan individu dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama,

(6)

pengertian kinerja sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai individu dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kapadanya.

Kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kineja organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dengan kinerja kelompok (Mangkunegara, 2005) dalam Sri Trisnaningsih (2007).

Kinerja Auditor dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar), dimana kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan kuantitas adalah jumlah hasil kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan (Trisnaningsih, 2007) dalam (Aditya Wisnu, 2015).

Mangkunegara (2009:14) dalam Moch Nizar Akbar dkk (2015) mengatakan bahwa kinerja auditor dipengaruhi oleh 3 faktor atau dimensi, yaitu faktor/dimensi individual, faktor/dimensi upaya kerja, dan faktor/dimensi organisasi (dukungan organisasi).

Faktor/dimensi individual meliputi indikator : a) kemampuan kecakapan auditor dalam menyelesaikan pekerjaan, b) keahlian auditor dibidangnya, c) latar belakang pendidikan auditor.

(7)

Faktor/dimensi upaya kerja meliputi indikator: a) persepsi bagaimana seorang auditor melihat dan menafsirkan suatu obyek, b) sikap seorang auditor dalam lingkungan organisasi, c) kepribadian seorang auditor, d) motivasi untuk mencapai tujuan. Faktor/dimensi dukungan organisasi meliputi indikator: a) sumber daya informasi dan manusia, b) kepemimpinan yaitu entitas yang mengarahkan para anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi, c) penghargaan bagaimana organisasinya memberikan apresiasi terhadap kinerja karyawan, d) struktur organisasi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu.

4. Profesionalisme

Secara sederhana profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu perilaku, cara dan kualitas yang menjadi ciri dari suatu profesi.

Pekerjaan professional dapat dinilai melalui suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh dari lembaga – lembaga pendidikan yang sesuai sehingga kinerjanya didasarkan pada keilmuwan yang dapat dimiliki dan dapat dipertanggung jawabkan

(8)

secara ilmiah ( Wina Sanjaya,2006 ) dalam (Mutiara Ramadhina Syahputri, 2014 ).

Menurut Rahma (2012) dalam Kompiang Martina dan I.D.G Dharma ( 2013 ) profesionalisme adalah suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Jadi dapat dikatakan bahwa profesionalisme itu adalah sikap tanggungjawab dari seorang auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya dengan keikhlasan hatinya sebagai seorang auditor.

Seorang auditor bisa dikatakan profesional apabila telah memenuhi dan mematuhi standar-standar kode etik yang telah ditetapkan oleh IAI, antara lain:

a. Prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh IAI yaitu standar ideal dari perilaku etis yang telah ditetapkan oleh IAI seperti dalam terminologi filosofi,

b. Peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku etis yang ditetapkan sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu keharusan,

c. Inteprestasi peraturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi para praktisi harus memahaminya, dan

d. Ketetapan etika seperti seorang akuntan publik wajib untuk harus tetap memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan proses auditnya, walaupun auditor dibayar oleh kliennya.

(9)

Menurut Hall (1998) dalam Adelia Lukyta Armusari (2014) terdapat lima dimensi profesionalisme, yaitu:

a. Pengabdian pada profesi

Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimilki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan.

b. Kewajiban sosial

Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.

c. Kemandirian

Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, dan bukan anggota profesi).

d. Keyakinan pada profesi

Keyakinan pada profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi,bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

(10)

e. Hubungan dengan sesama profesi

Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional.

Dalam penelitian ini konsep profesionalisme yang digunakan adalahkonsep untuk mengukur bagaimana para professional memandang profesi mereka yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka dengan anggapan bahwa sikap dan perilaku mempunyai hubungan timbal balik. Perilaku profesionalisme merupakan cerminan dari sikap profesionalisme, demikian pula sebaliknya sikap profesionalisme tercermin dari perilaku yang professional.

5. Independensi

Menurut Halim (2008:46), independensi merupakan suatu cerminan sikap dari seorang auditor untuk tidak memilih pihak siapapun dalam melakukan audit. Independensi adalah sikap mental seorang auditor dimana ia dituntut untuk bersikap jujur dan tidak memihak sepanjang pelaksanaan audit dan dalam memposisikan dirinya dengan auditee-nyasecara tidak memihak dan dipandang tidak

(11)

memihak oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil auditnya.

Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi.

Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun.

Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2000:83).

Dalam Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. The CPA Handbook E.B. Wilcox menyatakan bahwa independensi merupakan suatu standar auditing yang penting, karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun (Mautz dan Sharaf, 1993). Auditor secara intelektual harus jujur, bebas dari kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai kepentingan dengan klien, baik terhadap manajemen maupun pemilik (IAI, 2013: Seksi 220)

(12)

Aspek independensi ada tiga, yaitu (Taylor, 1997 dalam Herawaty, 2007) :

a. Independensi sikap mental (independence of mental attitude), independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen.

b. Independensi penampilan (appearance of independence), independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan publik.

c. Independensi dari sudut keahlian (Independence in competence).

Keahlian juga merupakan faktor independensi yang harus diperhitungkan selain kedua independensi yang telah disebutkan.

Dengan kata lain auditor dapat mempertimbangkan fakta dengan baik yang kemudian ditarik menjadi suatu kesimpulan jika ia memiliki keahlian mengenai hal tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak memihak, dan melaporkan temuan – temuan hanya berdasarkan bukti yang ada.

(13)

6. Etika Profesi

Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai prinsip – prinsip atau nilai – nilai atau keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya. Sedangkan menurut arti sempit, etika berarti seperangkat nilai atau prinsip moral yang berfungsi sebagai panduan untuk berbuat, bertindak atau berperilaku.

Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen moral yang tinggi. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan standar kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri. Itulah sebabnya profesi auditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang harus dijadikan panduan oleh para auditor dalam melaksanakan audit.

Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan – benturan kepentingan.

Maryani dan Ludigdo (2001) dalam Aditya Wisnu (2015) mendefinisikan etika ialah :

“sebagai seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi”.

(14)

Arens (2010:67) dalam Adelia Lukyta Armusari (2014) mendefinisikan etika secara umum sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Perilaku beretika diperlukan oleh masyarakat agar semuanya dapat berjalan secara teratur. Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat prinsip–prinsip moral yang mengatur tentang perilaku profesional. Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi di bidang akuntansi di Indonesia memiliki kode etik yang mengikat para anggotanya. Menurut IAPI, Kode Etik Profesi Akuntan Publik Indonesia tahun 2011, yaitu :

a. Prinsip kesatu adalah Tanggung Jawab Profesi.

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegagalan yang dilakukannya. Sebagai seorang professional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat, sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa professional mereka.

(15)

b. Prinsip kedua adalah Kepentingan Umum ( Publik ).

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

c. Prinsip ketiga adalah Integritas.

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus bersikap tegas, jujur, dan adil dalam hubungan professional di dalam bisnisnya.

d. Prinsip keempat adalah Objektifitas.

Setiap anggota harus menjaga objektifitas, bebas dari benturan kepentingan atau pengaruh yang tidak layak dari pihak – pihak lain dalam pemenuhan kewajiban profesionalisnya.

e. Prinsip kelima adalah Kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati – hatian professional.

Setiap anggota harus melakukan jasa profesionalnya dengan kehati – hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keahlian professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa professional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.

(16)

f. Prinsip keenam adalah Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa professional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa ada persetujuan, kecuali bila ada hak dan kewajiban professional atau ada hukum untuk mengungkapkannya.

g. Prinsip ketujuh adalah Perilaku Professional

Setiap anggota harus mematuhi setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat mengakibatkan terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga.

h. Prinsip kedelapan adalah Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa professional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati – hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut yang sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

Dalam hal etika, sebuah profesi harus memiliki komitmen moral yang tinggi yang dituangkan dalam bentuk aturan khusus. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang biasa disebut sebagai kode etik.

(17)

7. Penelitian Terdahulu

Ika Sukriah, Akram, Biana Adha Inapty (2009) meneliti tentang pengaruh independensi, integritas, pengalaman kerja, dan kompetensi terhadap kualitas hasil kineja auditor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman kerja dan kompetensi berpengaruh secara signifikan, namun independensi dan integritas tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil kinerja auditor.

Elya Wati, Lismawati, Nila Aprilia (2010) meneliti tentang pengaruh independensi, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi, dan pemahaman good governance terhadap kinerja auditor pemerintah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemandirian, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi, dan pemahaman good governance berpengaruh positif terhadap kinerja auditor pemerintah.

Victor Siahaan (2010) meneliti mengenai pengaruh profesionalisme terhadap kinerja auditor. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.

I Gede Bandar Wira dan Dodik Ariyanto (2011) meneliti mengenai pengaruh independensi, profesionalisme, struktur audit dan role stress terhadap kinerja auditor. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa independensi dan struktur audit secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja auditor, sedangkan

(18)

profesionalisme dan role stress tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Ana Yuliana (2013) meneliti tentang pengaruh independensi auditor, integritas auditor, komitmen organisasi, budaya organisasi dan motivasi terhadap kinerja auditor. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa independensi auditor, komitmen organisasi, budaya organisasi dan motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor, sedangkan integritas auditor mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor.

Kompiang dan Dharma (2013) meneliti tentang pengaruh independensi, profesionalisme, dan etika profesi terhadap kinerja auditor.Sampel penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik di Bali. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa independensi, profesionalisme, dan etika profesi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat independensi, profesionalisme, dan etika profesi maka semakin tinggi hasil kinerja yang dihasilkan oleh auditor.

Komang Rachma, Nyoman Trisna dan Ni Kadek (2014) meneliti tentang pengaruh independensi, komitmen profesi dan etika profesi terhadap kinerja auditor. Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa independensi, komitmen profesi dan etika profesi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor.

(19)

Feryansyah Putra (2015) meneliti tentang pengaruh etika profesi, independensi, komitmen profesionalisme dan pengalaman kerja terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwaEtika profesi dan independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor, sedangkan komitmen profesionalisme dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja audit

Ajeng Assofa (2015) meneliti mengenai pengaruh independensi, profesionalisme, kompetensi, dan etika profesi terhadaap kinerja auditor. Hasil penelitian menunjukkan independensi dan komitmen tidak berpengaruh, sedangkan profesionalisme dan etika profesi berpengaruh signifikan

Moch Nizar Akbar, Hendra Gunawan, dan Harlianto Utomo ( 2015 ) meneliti tentang pengaruh independensi dan profesionalisme terhadap kinerja auditor. Sampel penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi dan profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor.

(20)

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Hasil Penelitian

1 Ika Sukriah, Akram, Biana Adha Inapty (2009)

Variabel Independen : Pengalaman kerja,

independensi, integritas dan kompetensi.

Variabel Dependen : Kualitas Hasil Kinerja Auditor

Pengalaman kerja dan kompetensi berpengaruh secara signifikan, namun independensi dan integritas tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil kinerja auditor

2 Elya Wati , Lismawati, Nila Aprilia (2010)

Variabel Independen : Independensi, GayaKepemimpinan, KomitmenOrganisasi, dan Pemahaman Good Governance Variabel Dependen : Kinerja auditor

Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi, Dan Pemahaman Good Governance Berpengaruh Positif Terhadap Kinerja Auditor

3 Victor Siahaan (2010)

Variabel Indipenden : Profesionalisme Variabel Dependen : Kinerja auditor

Profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor

4 I Gede Bandar Wira dan Dodik Ariyanto (2011)

Variabel Independen : Independensi, Profesionalisme, dan Struktur Audit Variabel Dependen : Kinerja Auditor

Independensi dan struktur audit secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja auditor, sedangkan profesionalisme dan role stress tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor

5 Ana Yuliana

(2013)

Variabel Independen :

Independensi auditor, komitmen organisasi, integritas auditor, budaya organisasi dan motivasi Variabel Dependen : Kinerja Auditor

Independensi auditor, komitmen organisasi, budaya organisasi dan motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor, sedangkan integritas auditor mempunyai pengaruh terhadap kinerja audtor.

6 Kompiang dan

Dharma (2013)

Variabel Independen : Independensi, Profesionalisme, Dan Etika Profesi

Variabel Dependen: Kinerja Auditor

Independensi, profesionalisme, dan etika profesi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor

(21)

7 Komang Rachma, Nyoman Trisna dan Ni Kadek (2014)

Variabel Independen : Independen, Komitmen Profesi dan Etika Profesi Variabel Dependen : Kinerja Auditor

Independensi, Komitmen Profesi dan Etika Profesi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor

8 Feryansyah

Putra (2015)

Variabel Independen : Etika Profesi, Independensi, Komitmen Profesonal, dan Pengalaman Kerja Variabel Dependen : Kinerja Auditor

Etika profesi dan independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor, sedangkan koitmen profesionalisme dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.

9 Ajeng Assofa (2015) Variabel Independen : Independensi, Profesionalisme, Kompetensi Auditor, Etika Profesi

Variabel Dependen : Kinerja

Independensi dan kompetensi auditor tidak berpengaruh, sedangkan profesionalisme dan etika profesi berpengaruh signifikan.

10 Moch Nizar Akbar, Hendra Gunawan, dan Harlianto Utomo ( 2015 )

Variabel Independen : Independensi Profesionalisme

Variabel Dependen : Kinerja Auditor

Independensi dan profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor.

(22)

B. Rerangka Pemikiran Teoritis

1. Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja Auditor

Profesionalisme merupakan sikap bertanggung jawab terhadap apa yang telah ditugaskan kepadanya. Profesionalisme mempunyai lima faktor penting, yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi. Profesionalisme auditor dapat diwujudkan dengan baik apabila adanya komitmen berdasarkan ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan pemeriksaan baik pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja maupun pemeriksaan dengan tujuan tertentu, dengan demikian auditor dapat meningkatkan kinerjanya sesuai dengan persyaratan profesional. Hal tersebut didukung oleh penelitian menurut Moch Nizar Akbar, Hendra Gunawan, dan Harlianto Utomo (2015) bahwa profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Koefisien profesionalisme bertanda positif menunjukkan bahwa semakin tinggi profesionalisme akan meningkatkan kinerja auditor. Dalam SPKN juga dinyatakan bahwa seorang auditor dalam melaksanakan pemeriksaan keuangan harus bertindak profesional.

(23)

2. Pengaruh Independensi Terhadap Kinerja Auditor

Independensi merupakan standar umum nomor dua dari ketiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yang menyatakan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dalam penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Independensi akuntan public merupakan salah satu karakter sangat penting untuk profesi akuntan publik di dalam melaksanakan pemeriksaan akuntansi (auditing) terhadap kliennya.

Keindependensian ini menjelaskan pricnsipal menginginkan pihak yang independen untuk memeriksa atas laporan yang dibuat manajemen. Pada penelitian yang dilakukan Elya Wati (2010) menemukan bahwa independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor. Sama halnya dengan penelitian sebelumnya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor. Semakin tidak berpihaknya (independen) seorang auditor pemerintah melakukan audit, maka hasil pemeriksaannya akan sesuai dengan fakta-fakta yang ada sehingga kinerja auditor pemerintah akan semakin baik.

(24)

3. Pengaruh Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor

Berdasarkan teori keutamaan, etika profesi ini dapat mempengaruhi kinerja auditor karena dalam teori keutamaan sifat dan karakter yang harus dimiliki adalah kejujuran, kewajaran, serta keadilan. Dimana auditor tersebut harus memiliki etika atau perilaku serta moral yang baik dalam melakukan pekerjaannya. Perilaku beretika diperlukan oleh masyarakat agar semuanya dapat berjalan secara teratur. Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat prinsip–prinsip moral yang mengatur tentang perilaku profesional.

Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Kompiang dan Dharma (2013) menemukan bahwa etika profesi berpengaruh secara signifikan dan berpengaruh positif terhadap kinerja auditor, karena semakin tinggi etika seorang auditor maka kinerja yang dihasilkan akan semakin tinggi. Hal ini berarti, seorang auditor haruslah memegang teguh etika profesinya sebagai seorang auditor agar tidak menyalahgunakan profesinya sendiri.

(25)

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka model rangka penelitian ini dapat disampaikan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Berdasarkan pada kajian pustaka, penelitian terdahulu dan rerangka pemikiran, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. H1 : Diduga profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja auditor.

2. H2 : Diduga independensi berpengaruh terhadap kinerja auditor.

3. H3 : Diduga etika profesi berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Independensi

(X2) Kinerja Auditor

(Y) Profesionalisme

(X1)

Etika Profesi (X3)

Gambar

Gambar 2.1  Rerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa setelah pernikahan tersebut Para Pemohon telah menerima Akta Nikah dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Kota Pasuruan dengan Nomor : XXXXXXXXX tanggal 19 Juli 1968, namun

Selain faktor diatas keberhasilan toilet training pada anak juga dipengaruhi oleh pola asuh orangtua yang mengabaikan toilet training pada malam hari, hal ini

Berdasarkan masalah- masalah sosial tersebut akan terlihat masalah- masalah sosial apa saja yang diangkat dalam tiga cerpen koran Manuntung yang terbit di Kalimantan Timur pada

a) Peserta akan menonton video tentang pembelajaran yang berbeda dengan video di kegiatan 1 (connection). b) Setelah menonton video tersebut peserta akan bersimulasi

(2) Untuk ciptaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, maka Hak Cipta berlaku selama hidup Pencipta yang terlama hidupnya dan

Untuk melihat hasil dari sikap politik anggota DPRD Kota Bandar Lampung apakah mendukung, menolak, netral, dan tindakan apa yang akan mereka lakukan sebagai

Dalam pelayananya, masyarakat selaku pelanggan sangatlah heterogen yaitu tingkat pendidikannya maupun perilakunya. Setiap pelayanan publik memang diperlakukan

Adanya konflik di Rakhine State yang menitikberatkan pada Etnis Muslim Rohingya sebagai korban yang paling dirugikan dan dalam faktanya telah terdiskriminasi