• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI MANAJEMEN PROGRAM ACARA TITIK NOL DAN SIRAMAN ROHANI (SIROH) PADA TELEVISI LOKAL RCTV JOMBANG Oleh : Esti Gumelar ( ) - AB estigum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI MANAJEMEN PROGRAM ACARA TITIK NOL DAN SIRAMAN ROHANI (SIROH) PADA TELEVISI LOKAL RCTV JOMBANG Oleh : Esti Gumelar ( ) - AB estigum"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI MANAJEMEN PROGRAM ACARA TITIK NOL DAN SIRAMAN ROHANI (SIROH) PADA TELEVISI LOKAL RCTV

JOMBANG

Oleh : Esti Gumelar (071411533025) - AB estigumelar06@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini berfokus pada strategi manajemen program yang dilakukan televisi lokal RCTV (Ringin Contong Televisi) Jombang. RCTV menjadi satu- satunya televisi lokal yang ada di Kabupaten Jombang, dengan kemunculannya yang terbilang baru, maka eksistensinya belum banyak diketahui. Oleh karenanya, penelitian ini mengkaji strategi programming serta keterkaitannya dengan strategi menarik audien dan promosi yang dilakukan RCTV khususnya pada program talk show “Titik Nol” dan program religi “Siraman Rohani (SIROH)”. Dua program itu dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa, program Titik Nol maupun SIROH disebut menjadi representasi program lokal yang diproduksi RCTV, sehingga menarik untuk dikaji lebih lanjut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, teknik pengumpulan data dilakukan melalui in-depth interview kepada informan penelitian yaitu pengelola stasiun televisi RCTV. Hasil penelitian menunjukkan terdapatnya persoalan dalam strategi manajemen program Titik Nol maupun SIROH, khususnya untuk menjangkau audien.

Meskipun pengaturan jadwal siaran dan analisis persaingan program telah dilakukan, namun kualitas program Titik Nol dan SIROH masih membutuhkan perbaikan. Keputusan dalam melakukan segmentasi, targeting, dan positioning, juga belum didasarkan pada riset yang sistematis. Pada aktivitas promosi, Titik Nol yang dianggap mewakili lokalitas budaya keseharian (dialog melibatkan komunitas unik) dan SIROH yang dianggap merepresentasikan religiusitas masyarakat Jombang (dominasi konten Nahdlatul Ulama), ternyata belum mendapatkan rating yang memuaskan.

Kata Kunci: Strategi, Manajemen Program, Televisi Lokal PENDAHULUAN

Penelitian ini berfokus pada strategi manajemen program yang dilakukan oleh stasiun televisi lokal RCTV (Ringin Contong Televisi) Jombang. Signifikansi dari pengambilan strategi programming sebagai fokus kajian, didasarkan pada pertimbangan bahwa stasiun televisi RCTV sebagai satu-satunya televisi lokal yang ada di Jombang, dihadapkan pada karakteristik masyarakat yang mempunyai identitas cukup dominan pada aspek sosio-religiusitasnya. Sehingga penelitian ini

(2)

merasa perlu untuk menelaah lebih lanjut, terkait kesiapan pengelolaan program yang dilakukan stasiun televisi lokal RCTV untuk memenuhi kebutuhan audien ataupun sebagai representasi bagi kehidupan masyarakat yang sangat spesifik.

Menurut Morissan (2009) mengelola media penyiran khususnya televisi, pada dasarnya adalah mengelola manusia, karena keberhasilan media penyiaran akan sangat ditentukan oleh kreativitas manusia yang bekerja pada tiga pilar utama yang merupakan fungsi vital setiap media penyiaran, yaitu teknik, program dan pemasaran. Oleh karena itu manajemen program yang baik, diperlukan untuk mewujudkan tujuan media penyiaran itu sendiri. Pengertian “manajemen” yang menekankan aspek sumber daya dan kegiatan koordinasi, dikemukakan oleh Pringle, Jennings dan Longenecker (1988), bahwa manajemen adalah proses memperoleh dan mengombinasikan sumber daya manusia, keuangan, informasi dan fisik untuk mencapai tujuan utama organisasi, yaitu menghasilkan suatu barang atau jasa yang diinginkan sebagian segmen masyarakat. Sedangkan

“program” adalah segala hal yang ditampilkan oleh stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya. (Morissan, 2009).

Stasiun televisi lokal RCTV (Ringin Contong Televisi) berdiri pada 10 Oktober 2015 dan resmi mengantongi izin siaran, menjadi televisi lokal swasta pertama yang mengudara di daerah Jombang, Jawa Timur. Stasiun televisi lokal RCTV mempunyai tagline “Spirit Majapahit”, yang berarti bahwa secara filososfis eksistensi RCTV dibangun atas fondasi semangat nilai-nilai budaya tradisional yang mencerminkan kekuatan besar pada masa kejayaan Majapahit.

Seperti televisi pada umumnya, RCTV juga mempunyai karakteristik yang ditonjolkan yaitu dengan mengedepankan budaya dan religi. Stasiun televisi RCTV saat ini mengudara mulai pukul 04.00-00.00 WIB, program stasiun televisi RCTV diproduksi melalui stasiun televisi sendiri, diambil dari produksi lokal beberapa production house (PH) di Jombang, selain itu jam-jam tertentu relay TV9 Surabaya. (Romadhon, 2017).

(3)

Untuk menarik minat audien khususnya masyarakat Jombang, pengelolaan program RCTV setidaknya masih berkaitan dengan kultur dan kondisi masyatakat. RCTV sebagai televisi yang usianya masih terbilang muda tidak dengan sendirinya dapat dikenal oleh masyarakat, karena fakta dilapangan menunjukkan bahwa masih banyak audien dari berbagai kalangan yang belum mengetahui eksistensi stasiun televisi tersebut. Dengan demikian strategi manajemen program merupakan proses yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan RCTV ditengah masyarakat, khususnya perencanaan konsep ataupun program siaran yang bersinggungan dengan karakteristik identitas masyarakat setempat.

Berdasarkan persoalan eksistensi RCTV, maka penelitian ini tertarik untuk mengkaji mengenai strategi manajemen program yang dilakukan televisi lokal RCTV Jombang. Lebih spesifik lagi acara yang dipilih sebagai fokus kajian adalah program talk show Titik Nol dan program religi Siraman Rohani (SIROH).

Alasan yang menjadi pertimbangan pengambilan program acara Titik Nol dan Siraman Rohani (SIROH) sebagai fokus kajian dikarenakan program Titik Nol mengangkat atau mengeksplorasi komunitas-komunitas unik yang ada di Jombang dan sekitarnya mungkin tidak semua masyarakat mengetahuinya. Sehingga hal tersebut menjadi sisi menarik dari segi lokalitas budaya, yang membedakan program televisi RCTV dengan program di televisi lain. Sedangkan acara Siraman Rohani (SIROH), dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa acara tersebut merepresentasikan identitas masyarakat Kabupaten Jombang yang memang memiliki kecenderungan kearah religiusitas.

Sebagai acara berkonsep dialog bersama komunitas, Titik Nol ditayangkan setiap Sabtu malam, dalam acara tersebut dipandu dengan dua host. Berdasarkan pengamatan peneliti tentang program acara Titik Nol, masih ada persoalan yang bersangkutan dengan proses berjalannya acara tersebut. Persoalan itu adalah pada host Titik Nol, yang mana sebagai tuan rumah acara seharusnya bisa menguasai materi-materi yang berkaitan dengan komunitas yang diundang, tetapi pada kenyataannya alur perbincangan seringkali masih terlalu monoton sehingga tidak

(4)

dapat menyajikan tayangan talk show yang sebagaimana seharusnya bisa menghibur dan eksploratif. Lebih lanjut lagi, Utomo (2018) selaku Direktur Utama RCTV mengatakan kepada peneliti bahwa minat ataupun respon audien pada program acara Titik Nol masih terbilang sedang, data tersebut didapatkan melalui respon secara live interaktif dan melalui SMS. Meskipun pihak RCTV belum melakukan survei terstruktur secara formal mengenai minat masyarakat terhadap program-program yang disajikan, namun dari situlah pihak RCTV sudah bisa menangkap respon yang diberikan audien mengenai program yang diproduksi.

Program acara Siraman Rohani (SIROH) sebagai bentuk program acara edukatif bernuansa islami ditayangkan pada Kamis malam, acara tersebut seringkali melibatkan para tokoh keagamaan dari berbagai Pondok Pesantren, baik yang berasal dari dalam ataupun luar Jombang. Program acara Siraman Rohani (SIROH) dirancang dengan mendatangi (meliput) event-event religi atau terkadang pihak televisi lokal RCTV yang mengadakan event religi tersebut.

Salah satu pertimbangan yang juga penting dalam mengangkat Siraman Rohani (SIROH) sebagai bahan kajian penelitian ini adalah, bahwa berdasarkan pra wawancara dengan owner RCTV memunculkan suatu persoalan, tentang minat audien yang juga masih dalam kategori sedang dalam program acara Siraman Rohani (SIROH). Hal tersebut menjadi kontradiksi dengan kondisi masyarakat yang selama ini dikenal dengan identitas religiusitasnya. Kabupaten Jombang yang disebut sebagai “Kota Santri”, masyarakatnya cukup kental dengan budaya agamis, tetapi justru minat masyarakat terhadap program acara Siraman Rohani (SIROH) tidak menjadikan acara tersebut sebagai program unggulan.

Kehadiran penelitian kali ini tidak hanya sekedar melihat fakta yang tampak luar dari strategi programming RCTV, tetapi secara keilmuan juga menelaah lebih dalam langkah-langkah strategis yang tidak kasat mata oleh masyarakat luar. Dengan mengambil sudut pandang strategi manajemen program acara televisi, maka penelitian ini juga akan terarah pada beberapa unsur penting di dalam sebuah pengelolaan program media, yakni terkait strategi menarik minat

(5)

audien dan keterkaitannya pada aktivitas promosi yang dilakukan oleh RCTV.

Selain itu juga bukan hanya tentang apa yang dilakukan, tetapi juga menguraikan persoalan di dalam strategi manajemen program itu sendiri.

Pentingnya suatu strategi manajemen program acara televisi yang dalam konteks ini adalah televisi lokal RCTV Jombang, berkaitan erat dengan kebutuhan atas eksistensi bagi stasiun televisi tersebut. Kelangsungan sebuah instansi media selalu tergantung pada konteks masyarakat yang berada dilingkungan sekitarnya, artinya kompleksitas kehidupan masyarakat akan menentukan diterima atau tidaknya instansi media tersebut sebagai sumber informasi yang dipercaya. Oleh sebab itu, pengelolaan program dari suatu stasiun televisi adalah hal yang sangat diperhitungkan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang merupakan suatu tipe penelitian deskriptif. Adapun jenis penelitian ini yaitu studi kasus (case study), yang mana jenis penelitian studi kasus lebih memberikan penekanan pada spesifikasi dari unit-unit atau realitas sosial yang diteliti. (Pawito, 2007).

Spesifikasi yang dimaksud dalam penelitian ini bahwa, persoalan strategi manajemen program acara yang dilakukan oleh stasiun televisi RCTV tidak bersifat umum, tetapi berada pada posisinya yang khusus sebagai televisi lokal dalam konteks sosial masyarakat Jombang. Sasaran yang menjadi subjek dalam penelitian ini khususnya adalah orang-orang yang dianggap memiliki posisi penting di dalam struktur kelembagaan stasiun televisi lokal RCTV yaitu Budi Prasetyo Utomo, S.T. (45) selaku Direktur Utama RCTV, Hari Sukemi, S.T. (44) selaku Kepala Bidang Divisi Siaran, Kasuri, S.E. (41) selaku Kepala Bidang Divisi Pemasaran. Teknik pengumpulan data didapatkan melalui observasi lapangan (pengamatan), kemudian dilanjutkan dengan proses wawancara secara mendalam (in-depth interview), dan juga didapatkan dari data visual berupa foto.

PEMBAHASAN

Morissan (2009) menyebut bahwa bagian program stasiun televisi harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam merencanakan program yang akan

(6)

disiarkannya. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum pengelola stasiun televisi memutuskan untuk memproduksi, melakukan akuisisi dan kemudian melakukan scheduling terhadap suatu program, yaitu dengan memperhatikan “persaingan” dan “ketersediaan audien”. Dua aspek penting itu, pada televisi lokal RCTV, dilakukan dengan hanya berdasarkan pada logika- logika yang dibangun para pengelolanya, belum dilaksanakan atas hasil riset yang terencana.

Dalam konteks manajemen program televisi lokal RCTV, terdapat tiga faktor berpengaruh yang diperhatikan dalam perencanaan program Titik Nol dan SIROH, yakni tingkat persaingan, ketersediaan audien, dan target pendapatan.

Pada tingkat persaingan, RCTV tidak dihadapkan dengan pesaing dari televisi lokal lain karena keberadaannya sebagai satu-satunya televisi lokal yang ada di Jombang. Artinya kompetitor RCTV adalah stasiun televisi nasional lainnya, sekalipun tujuan program RCTV dengan televisi nasional berbeda (televisi nasional mengedepankan konten populer, sedangkan RCTV mengedepankan konten lokal), tetapi sama-sama dihadapkan pada perebutan waktu siaran. Dalam hal ini, konsep program RCTV masih belum terlalu siap untuk berkompetisi dengan program dari stasiun televisi nasional lain dalam merebut perhatian audien. Kendala utama untuk melihat ketersediaan audien, adalah pengelola RCTV terkesan sulit menentukan kesesuaian antara waktu siaran program dengan audien yang tersedia, karena minimnya data mengenai polarisasi aktivitas audien.

Pada target pendapatan, acara Titik Nol maupun SIROH masih diorientasikan pada produksi berkelanjutan, yang artinya belum secara jelas menghubungkan antara produksi yang berlanjut itu dengan target pendapatan yang ingin dicapai.

Pengelolaan program Titik Nol dan SIROH didasarkan seputar dua aspek, yakni tujuan menarik banyak audien dan memenuhi kepentingan publik. Dalam tujuan menarik banyak audien, cara yang dilakukan pengelola program RCTV adalah dengan memproduksi program yang dianggap sebagai program unggulan.

Pada kenyataannya RCTV belum sepenuhnya mencapai target dikarenakan manajemen internal yang kurang memadahi untuk menjangkau secara akurat

(7)

minat dan kebutuhan audien. Sedangkan tujuan pemenuhan kepentingan publik, lebih sebagai pembangunan image demi menghasilkan citra positif di masyarakat.

Pembentukan image itu, bahwa pada program Titik Nol dan SIROH tidak sekedar diproduksi untuk tujuan hiburan dan edukasi, tetapi juga sebagai pembentukan citra yang menegaskan posisi RCTV dalam hal mewakili budaya keseharian (Titik Nol) dan representasi karakteristik sosio-religius masyarakat Jombang (SIROH).

Perencanaan sebuah program dalam tahapan proses produksi memang penting untuk dikaji secara keseluruhan. Agar suatu gagasan bisa diwujudkan menjadi sebuah program acara televisi, maka pengelola harus mengetahui prospek jangka panjang dari gagasan tersebut jika dijadikan sebagai program siaran.

Pertimbangan biaya produksi, penulisan naskah program, dan kesiapan pengambilan gambar, termasuk dalam serangkaian tahapan dalam produksi program. Seringkali media penyiaran televisi, dalam membuat gagasan dipengaruhi oleh karakteristik suatu masyarakat di mana stasiun televisi tersebut bereksistensi. Tidak bisa dipungkiri, pertimbangan dengan kondisi masyarakat tentu akan berpengaruh terhadap tingkat penerimaan program yang diproduksi.

Menurut Morissan (2009) kata kunci untuk membuat program adalah

“ide” atau “gagasan”. Berarti produksi program siaran televisi, selalu diawali dengan sebuah gagasan yang bisa datang dari pihak manapun, gagasan itulah yang akan diwujudkan melalui produksi program. Pada tahap produksi program, acara Titik Nol dimulai dengan gagasan mengenai rencana pembuatan program hiburan berjenis talk show. Pembuatan konsep Titik Nol, ditujukan untuk menampilkan komunitas-komunitas unik yang ada di wilayah Jombang dan sekitarnya, sehingga program tersebut dimaksudkan untuk mengeksplorasi potensi lokalitas budaya keseharian masyarakat. Dalam hal ini, keterlibatan berbagai komunitas tidak saja sebagai target audien, tetapi juga bisa dikatakan sebagai mitra RCTV dalam produksi program Titik Nol. Eksistensi komunitas itu memberikan peluang menguntungkan bagi RCTV untuk memproduksi program yang spesifik, selain itu juga berperan dalam membantu RCTV menjangkau komunitas unik lain yang mungkin belum tersentuh oleh RCTV, khususnya melalui kegiatan promosi.

(8)

Persoalan pada produksi program Titik Nol, kesiapan operasional dan teknis seringkali terlihat mengalami kendala, hal ini dikarenakan jumlah crew yang memang tidak terlalu banyak.

Gagasan mengenai pembuatan program religi dapat diwujudkan melalui produksi acara SIROH. Terlebih, gagasan yang dimunculkan adalah pembuatan sebuah program religi yang khusus ditujukan pada audien yang terafiliasi dengan organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU). SIROH memang acara religi yang dikonsepsikan sebagai acara tausiyah keagamaan, program edukatif dengan melibatkan tokoh atau pemuka agama yang menjadi narasumber. Pemilihan narasumber program SIROH tergantung model produksinya, apabila RCTV yang memproduksi program itu sendiri, maka pihak pengelola yang memilih narasumber. Sedangkan untuk program SIROH yang berdasar atas permintaan pihak lain, maka pihak RCTV tidak melakukan pemilihan narasumber, karena acara ditentukan pihak luar.

Produksi program yang dilakukan oleh stasiun televisi RCTV, khususnya implementasi konten lokal pada produksi program acara Titik Nol dan SIROH, menunjukkan upaya RCTV memenuhi tuntutan sebagai media penyiaran lokal.

Peneliti menganggap strategi untuk mengeksplorasi lokalitas masyarakat tidak saja untuk membedakan program siarannya dengan televisi nasional yang lain, tetapi secara spesifik juga demi merebut pasar audien di tingkat lokal. Lebih penting lagi, melalui produksi program dengan muatan lokalitas itu, menjadikan potensi-potensi daerah dapat terus bereksistensi di tengah kehidupan dunia pertelevisian yang terus mengalami kemajuan.

Strategi yang juga penting untuk dikaji dalam kaitannya dengan pengelolaan program siaran televisi adalah eksekusi program. Mengacu pada definisi Morissan (2009) eksekusi program mencakup kegiatan menayangkan program sesuai dengan perencanaan yang sebelumnya telah ditentukan, dalam hal ini strategi penayangan program yang baik sangat ditentukan oleh bagaimana pengelola stasiun televisi menata atau menyusun berbagai jadwal program yang

(9)

akan ditayangkan. Penjadwalan adalah aktivitas yang lebih bersifat kompetitif secara langsung, di mana channel-channel mencoba untuk memperbesar daya tarik terhadap khalayak tertentu pada saat tertentu. Channel-channel juga mencoba mengambil dan mempertahankan sebesar mungkin bagian dari target khalayak mereka. (Burton, 2000:94).

Dalam eksekusi program, untuk menentukan jadwal siaran program Titik Nol dan SIROH, pengelola RCTV juga tidak berdasarkan data penelitian, cara yang dilakukan masih bersifat tradisional. Secara sederhana penempatan jadwal tayang program Titik Nol pada hari Sabtu pukul 20.00 WIB dilandaskan pada asumsi bahwa di Sabtu malam seringkali menjadi waktu yang dimanfaatkan untuk bersantai, sehingga ada potensi lebih banyak audien kalangan remaja yang bisa meluangkan waktunya menonton televisi. Sementara program SIROH juga secara sederhana hanya diasumsikan bahwa penayangan pada hari Kamis pukul 19.15 WIB adalah sesuai dengan budaya pengajian di masyarakat, di mana ada anggapan mengenai sakralitas malam Jumat untuk mengadakan acara religi.

Pemilihan jam penayangan pada malam hari kedua program tersebut, juga sekedar atas pertimbangan internal pengelola RCTV, yakni apabila Titik Nol dan SIROH tayang di pagi atau sore hari dianggap tidak memungkinkan, karena kelompok audien sasaran pasti banyak yang masih beraktivitas.

Strategi manajemen program yang baik tentu juga melibatkan kegiatan evaluasi dan pengawasan. Aktivitas pengawasan dan evaluasi pada program acara Titik Nol dan SIROH, diarahkan pada kekhawatiran terhadap inkonsistensi program, baik dari sisi target audien dan rating yang masih belum meningkat maupun keberlanjutan penayangan, dua aspek itu menjadi persoalan pokok yang menjadi bahan evaluasi. Selain itu persoalan teknis juga diperhatikan, khususnya pada kesiapan kamera dan audio, oleh sebab itu informan penelitian menyinggung terkait upaya perbaikan kualitas tayangan atau gambar. Berdasarkan beberapa persoalan itu, langkah strategis yang dikembangkan seperti terus memperbesar porsi pemasaran, tidak hanya mengenai program yang diproduksi RCTV tetapi juga informasi mengenai keberadaan stasiun televisi itu sendiri di masyarakat.

(10)

Selain itu, perbaikan kualitas gambar juga dilakukan, misalnya kerja sama dengan pihak luar yang ahli di bidang audio visual guna memberikan masukan demi menghasilkan program yang lebih baik.

Pemahaman yang bisa di ambil terkait dengan strategi menarik audien sebagai upaya manajemen program pada dua acara tersebut, bahwa pengelola program telah melakukan beberapa langkah dalam menentukan segmentasi audien, pemilihan target audien, serta proses positioning. Segmentasi program Titik Nol dalam kategori usia lebih khusus pada remaja, karena acara ini disebut sebagai acara hiburan yang memang menargetkan keterlibatan komunitas hobi di wilayah Jombang dan sekitarnya. Sedangkan program SIROH disegmentasikan pada kelompok usia dewasa sampai orang tua, dengan alasan bahwa target audien program ini adalah kelompok masyarakat yang secara khusus terafiliasi dengan organisasi Islam NU. Meskipun demikian, jangkauan audien RCTV untuk program Titik Nol dan SIROH juga belum terlalu maksimal, hal ini dikarenakan pengelola RCTV hanya mendasarkan pada asumsi dan pengandaian-pengandaian logis, tanpa memanfaatkan hasil riset dalam mengetahui dan menentukan kesesuaian programnya dengan keberadaan audien.

Satu hal penting dalam proses positioning adalah pemahaman terhadap selera audien, yang berarti berusaha mengidentifikasi minat dan kepentingan audien, di mana hal itu berpengaruh terhadap perilaku audien dalam memproses setiap informasi program televisi. Pada stasiun televisi RCTV, para informan penelitian menyebut apa yang disebut sebagai cara untuk memahami audien itu dianggap telah menjadi kajian program. Tetapi peneliti melihat masih belum tingginya tingkat penerimaan audien pada program RCTV, sebagai kontradiksi yang terjadi antara strategi yang dilakukan dengan kenyataan yang sedang terjadi.

Cara pengelola RCTV untuk mengetahui keinginan audien memang tidak dilakukan dengan hasil penelitian, tetapi mereka memanfaatkan kemampuan yang ada yaitu dengan memperhatikan respon yang masuk dari setiap program. Artinya analisis terhadap minat audien dan seberapa besar program itu diterima dalam

(11)

persepsi audien, tergantung juga dari feedback yang diberikan. Dengan cara seperti itu, menurut peneliti respon yang diterima hanyalah dari sebagian kalangan audien yang memang sudah mengikuti program RCTV. Pertanyaannya kemudian, bagaimana RCTV mengetahui keinginan atau respon audien di tingkat yang lebih luas, yakni audien di wilayah Jombang dan sekitarnya yang belum memiliki saluran RCTV. Dalam posisi seperti itu sebenarnya problem yang dialami RCTV, yakni ketidaksiapannya dalam menjangkau keseluruhan audien yang ada di wilayahnya, sehingga audien sulit menerima program RCTV, khususnya Titik Nol dan SIROH.

Pada aktivitas promosi program Titik Nol dan SIROH, dilakukan melalui dua metode promosi, yakni melalui promosi di media sendiri (stasiun televisi RCTV) dan promosi melalui media sosial. Morissan (2009) menjelaskan bahwa melalui strategi promosi, media penyiaran mencoba untuk membujuk khalayak agar tetap mengikuti program-program yang disiarkan dan sekaligus berusaha menarik minat pemasang iklan untuk membeli waktu siaran yang disediakan.

Kegiatan promosi di staisun televisi sendiri dianggap sebagai cara paling mudah untuk dilakukan televisi RCTV, tetapi promosi di media sendiri itu memiliki kelemahan yakni jangkauan audien yang tidak terlalu luas. Sehingga pengelola program berusaha lebih memaksimalkan promosi dengan memanfaatkan perkembangan media sosial, di mana yang dominan digunakan dalam promosi program Titik Nol dan SIROH, adalah Instagram dan Youtube. Salah satu sisi positif dari pemanfaatan media sosial, yakni adanya potensi interaktivitas, misalnya dalam promosi Instagram Titik Nol dan SIROH audien secara langsung bisa memberikan feedbeck berupa komentar atau direct message terkait konten promosi yang dibuat RCTV. Meskipun begitu, sampai saat ini RCTV belum memastikan aplikasi media sosial apa saja yang lebih banyak digunakan oleh audien yang menjadi sasarannya. Persoalan itu yang kemudian mengakibatkan jumlah followers akun media sosial RCTV juga masih belum terlalu banyak.

KESIMPULAN

(12)

Strategi manajemen program pada stasiun televisi lokal RCTV Jombang untuk dua acara yaitu talk show Titik Nol dan program religi Siraman Rohani (SIROH) sudah dilakukan berdasar ketentuan-ketentuan dalam strategi programming, baik dalam segi perencanaan, produksi, eksekusi dan evaluasi program. Pengelola RCTV juga berupaya menyajikan program yang berkualitas demi meningkatkan rating pada Titik Nol dan SIROH, dibuktikan dengan manajemen strategis dalam menarik audien melalui gencarnya akktivitas promosi khususnya di media sosial. Meskipun demikian, terbatasnya sumber daya internal terutama aspek teknis dan finansial, mengakibatkan berbagai langkah yang diambil belum sepenuhnya sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Burton, Graeme. 2000. Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kepada Studi Televisi. Terjemahan Laily Rahmawati. Yogyakarta & Bandung: Jalasutra.

Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju.

Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid l. (Edisi ke-13). Jakarta: Erlangga.

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Media Televisi: Sebuah Analisis Isi Pesan Media Televisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Lister, Martin. 2009. New Media: Acritical Introduction. Routledge: London.

McQuail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. (Edisi ke-2).

Terjemahan Agus Dharma dan Aminuddin Ram. Jakarta: Erlangga.

Moleong, Lexy J. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Morissan. 2009. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi.

Jakarta: Prenada Media Group.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara.

Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Siradj, Said Aqil. 2010. “Pesantren, Nu, dan Politik” dalam Khamami Zada dan A Fawaid Sjadzili, (Eds.) Nahdlatul Ulama: Dinamika Ideologi dan Politik Kenegaraan.

Jakarta: Penerbit Buku Kompas (hal. 85-88).

Sucipto, Toto. 1998. Perencanaan Media Massa Lokal Bagi Pembangunan dan Pengembangan Kebudayaan Daerah. Bandung: CV Kidang Emas.

(13)

Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran.Yogyakarta: Lkis.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Supriyadi. 2015. Ulama Pendiri, Penggerak, dan Intelektual NU dari Jombang.

Jombang: Pustaka Tebuireng.

Wahyudi, J B. 1994. Dasar-dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wibowo, Fred. 2007. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: PINUS BOOK PUBLISHER.

Jurnal dan Skripsi

Ardiyanti, Handrini. 2011. “Konsep dan Regulasi TV Lokal dalam Kerangka Penguatan Budaya Lokal.” Jurnal Politica 2(2): 323-340. Diakses pada 31 Oktober 2018 (https://jurnal.dpr.go.id).

Arifuddin. 2015. “Kesiapan Stasiun Televisi Lokal Batam Sebagai Media Penyebaran Informasi Publik”. Jurnal Penelitian Komunikasi 18(2): 165-176. Diakses pada 5 September 2017 (http://bppkibandung.id).

Bachri, Bachtiar S. 2010. “Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada Penelitian Kualitatif”. Jurnal Teknologi Pendidikan 10(1): 46-62. Diakses pada 4 Oktober 2017 (http://yusuf.staff.ub.ac.id).

Davis, James P. 2005. “Maxim Magazine and the Management of Contempt”. Journal of Popular Culture 38(6). Diakses pada 25 Oktober 2018.

Furqany, Syahril, Hafied Cangara, Muhammad Y. Amar. 2015. “Manajemen Program Siaran Lokal ACEH TV dalam Upaya Penyebarluasan Syariat Islam dan Pelestarian Budaya Lokal. Jurnal Komunikasi KAREBA 4(1). Diakses pada 21 September 2017 (http://journal.unhas.ac.id).

Haryati. 2013. “Televisi Lokal dalam Representasi Identitas Budaya”. Jurnal Kominfo 11(1). Diakses pada 6 September 2017 (http://jurnal.kominfo.go.id).

Muthmainnah. 2014. “Penerimaan Khalayak Muslimah Surabaya Terhadap Program Acara Keagamaan Bernuansa Salaf Di Stasiun Televisi Lokal TV9”. Tesis.

Universitas Airlangga: Surabaya.

Sari, Fanti Nilam. 2014. “Peran Tepian TV Melalui Program Acara Cuci Mata dalam Mempromosikan Budaya Di Kota Samarinda” eJournal Ilmu Komunikasi 2(2):

184-198. Diakses pada 21 September 2017 (http://ejournal.unmul.ac.id).

Sugihartono, Ranang Agung. 2016. “Televisi Lokal Sebagai Medium Pencitraan Lokalitas Daerah”. Jurnal Penelitian. Diakses pada 6 Maret 2018 (http://jurnal.isi-ska.ac.id).

(14)

Taufli, Ernis Suryani. 2014. “Strategi Padang TV dalam Mempertahankan Eksistensinya Sebagai Televisi Lokal”. Skripsi. Diakses pada 23 September 2017 (http://scholar.unand.ac.id).

Perundang-undangan

Undang-Undang Penyiaran No.32 Tahun 2002.

Website

Rosyidin, M Abror. 2018. Tantangan NU di Masa Depan. Tebuireng Online. (Diakses 27 Oktober 2018). https://tebuireng.online.

Sumber lainnya

Dokumen RCTV. 2018. Company Profile.

Referensi

Dokumen terkait

Short list Keterangan DED SALURAN PEMBUANG PELAYARAN KANAN KABUPATEN

Berdasarkan nilai sensitivitas pada grafik di atas dan nilai sensitivitas pada grafik hubungan responsivitas terhadap konsentrasi larutan standar pada temperatur FPD 225 o C, 275

Protein hewani memiliki asam amino yang lengkap, hampir- hampir tidak bisa digantikan dengan protein nabati (protein asal tumbuhan) dalam hal mendukung fungsi otak

Pengaturan dan Penataan Arus Lalu Lintas dan Parkir Dalam Rangka Hari-Hari Besar, Pekan Daerah dan Hari-Hari Tertentu Lainya di Kab.Kukar Tahun 2013. 35 Penyuluhan dan

Pernyataan Saya minum-minuman keras atau memakai narkoba berlebihan Saya makan makanan yang sehat Saya belajar atau mengerjakan tugas sekolah semalaman ketika sudah mendekati

Yang mana pada intinya yaitu karena beliau melihat banyak orang yang sudah memiliki banyak ilmu namun tidak mempunyai adab begitulah yang beliau jelaskan

Penambahan buku dapat juga diperoleh dengan cara tukar- menukar antar perpustakaan. Jika sebuah perpustakaan mempunyai koleksi buku yang dianggap tidak sesuai dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan minat belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Tonjong Kabupaten Brebes Tahun Ajaran 2012-2013