• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD : Studi Eksperimen Kuasi di Kelas IV SDN Cangkring I Kec. Baleendah Kab. Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SD : Studi Eksperimen Kuasi di Kelas IV SDN Cangkring I Kec. Baleendah Kab. Bandung."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena hanya dengan kudrat dan iradatNya

Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk tesis. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan harus sudah merupakan bagian dalam menjalankan aktivitas pembelajaran di kelas. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut penulis ingin melakukan inovasi dengan menerapkan PAIKEM melalui pemilihan strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dan sesuai dengan konteks kehidupan nyata dalam keharian siswa yang dikemas dalam model pembelajaran kontekstual.

Dalam penelitian ini penulis mengambil Judul : PENGARUH

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM

PEMBELAJARAN IPS DI SD (Studi Eksperimen Kuasi di Kelas IV SDN

Cangkring I Kec. Baleendah Kab. Bandung). Pengaruh Model Contextual Teaching and Learning yang dikemas dengan metode inkuiri diharapkan dapat

memotivasi belajar siswa dan pada gilirannya secara signifikan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya dan pelajaran lain pada umumnya.

(2)

pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima saran dan kritik yang konstruktif dari pihak manapun untuk perbaikan tesis ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga apa yang telah dilakukan dijadikan amal sholeh dan Allah SWT. membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.

Bandung, Juli 2012 Penulis

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillahir rohmaanir rohiim

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Illahi Robbi yang berkat rahmat, taufik dan hidayah serta inayah-Nya Alhamdulillah dapat menyelesaiakan tesis tepat pada waktunya.

Penulis menyadari dalam pelaksanaan penelitian mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai dengan terwujudnya tesis ini banyak pihak yang telah andil bagian dalam proses pengambilan kebijakan, bimbingan, arahan, motivasi, dukungan, bantuan, dan kemudahan demi lancarkan penyusunan tesis ini.

Oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan tulus ikhlas dan bijaksana membimbing penulisan tesis ini.

2. Prof. Dr. H. Disman, M.Si, selaku Dosen Pembimibing II yang telah berjasa meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam proses bimbingan.

3. Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana UPI yang telah memberikan motivasi dan arahan untuk menyusun tesis ini.

(4)

5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga serta memberikan motivasi untuk menyelesaikan tesis ini.

6. Kepala UPTD TK dan SD Kecamatan Baleendah beserta staff, Pengawas TK/SD Kecamatan Baleendah yang telah memberikan izin menempuh perkuliahan dan memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian tesis.

7. Uu Suniarsih S.Pd selaku Kepala SDN Cangkring I yang telah memberikan izin dan mendukung pelaksanaan penelitian serta membantu kelancaran bimbingan dan penyelesaian tesis ini.

8. L. Samsiyati selaku Ketua Gugus III Kelurahan Jelekong sekaligus sebagai Kepala SDN Jelekong yang telah memberikan dukungan dalam menempuh perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.

9. Rekan sejawat yang ada di SDN Cangkring I khususnya dan Gugus III kelurahan Jelekong pada umumnya yang telah memberikan baik moril maupun spirituil dalam pelaksanaan perkuliahan dari awal sampai akhir. 10.Para penulis dan pengarang buku, yang sebagian isinya dikutif sebagai

bahan tulisan ini.

(5)

12.Keluarga tercinta (Istri dan anak tercinta) yang telah mencurahkan kasih sayang, perhatian dan do’a restunya dalam perkuliahan dan penyusunan

tesis ini.

13.Semua pihak yang tidak bisa disebut namanya satu persatu yang telah berpatisipasi dalam perkuliahan dan penyusunan tesis ini.

Semoga apa yang telah diberikan kapada penulis menjadi amal sholeh dan mendapatkan balasan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Bandung, Juli 2012

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN

ABSTRAK ………. KATA PENGANTAR ……….. UCAPAN TERIMA KASIH ………... DAFTAR ISI ………. DAFTAR GAMBAR ………... DAFTAR TABEL ……….

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……….. B. Identifikasi dan Batasan Masalah ………

C. Rumusan Masalah ………..

D. TujuanPenelitian ……….

E. Manfaat Penelitian ……….

F. Struktur Organisasi ………

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka ………

1. Konsep Belajar dan Pembelajaran ………. 2. Pendidikan IPS di Sekolah Dasar ………. 3. Konsep Motivasi Belajar ……….. 4. Konsep Prestasi Belajar ……….. 5. Teori Belajar yang Melandasi Model CTL ………. 6. Pembelajaran IPS Menggunakan CTL ………

B. Kerangka Pemikiran ……….

C. Hipotesis Penelitian ………..

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan SubjekPopulasi/Sampel Penelitian ………..

B. Desain Penelitian ………

C. Metode Penelitian ………..

D. Definisi Operasional ……… E. Instrumen Penelitian ………. F. Teknik Pengumpulan Data ……… G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ………..

BAB IV PEMBAHSAN DAN HASIL PENELITIAN

A.Hasil Penelitian ………..

B.Pembahasan ………

(7)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………..

B. Implikasi ……….. C. Rekomendasi ……… Daftar Pustaka ……….. Lampiran-lampiran ………... Perangkat Pembelajaran

Photo Dokumentasi Penelitian

Surat Keputusan Penunjukkan Pembimbing ……… Surat Izin Penelitian ……… Riwayat Hidup ………..

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

3.1 Desain Control Group Pretest –Postest ………..

Halaman

(9)

DAFTAR TABEL Tabel

4.1 Kriteria Pengujian Statistik untuk Uji Realibilitas ……… 4.2 Data Pretest Motivasi Belajar Kelas Kontrol ………. 4.3 Validitas Item Soal ……… 4.4 Data Pretest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen ………… .. 4.5 Validitas Soal Pretest ……… 4.6 Postest Motivasi Belajar Kelas Kontrol ……… 4.7 Postest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen ……… 4.8 Validitas Item Motivasi Belajar Kelas Eksperimen ………… 4.9 Kriteria Tingkatan Gain Factor ……… 4.10 Gain Factor Kelas Kontrol ……….. 4.11 Gain Factor Kelas Eksperimen ……….. 4.12 Uji Normalitas Pretest Motivasi Belajar Kelas Kontrol …….. 4.13 Uji Normalitas Pretest Motivasi Belajar Kelas Eksperimen ... 4.14 Uji Normalitas postest Motivasi Belajar Kelas Kontrol ……... 4.15 Uji Normalitas Posttest Prestasi Belajar Kelas Kontrol …….. 4.16 Uji Normalitas Pretest Prestasi Belajar Kelas Eksperimen … 4.17 Uji Normalitas Pretest Prestasi Belajar Kelas Kontrol …….. 4.18 Uji Normalitas Postest Prestasi Belajar Kelas Eksperimen … 4.19 Kesimpulan Hasil Uji Normalitas ………... 4.20 Uji Normalitas Postest Prestasi Belajar Kelas Eksperimen …. 4.21 Variabel Prestasi Belajar ………. 4.22 Posttest Prestasi Belajar Kelas Eksperimen

4.23 Variabel Prestasi Belajar ………... 4.24 Variabel Motivasi ……… 4.25 Variabel Prestasi ……… 4.26 Variabel Motivasi Belajar ……….. 4.27 Variabel Motivasi Eksperimen ……….. 4.28 Prosentase perubahan sebelum dan sesudah perlakuan ……..

[image:9.595.114.486.177.573.2]
(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa dan perjuangan para pendahulunya. Mempelajari jasa para pendahulu berarti belajar memahami masa lalu atau lampau atau yang lebih dikenal dengan belajar sejarah. Hal ini menguatkan pepatah bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Manfaat yang dapat kita ambil dari pengalaman bagi bangsa Indonesia adalah agar kita tidak terperosok ke dalam jurang yang sama.

Dilihat dari letak astronomis dan geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia sangat strategis yang terletak pada persilangan dunia internasional yang diapit oleh dua benua dan dua samudra. Selain letaknya yang sangat strategis Indonesia memiliki daya tarik dengan iklimnya yang tropis, didukung alamnya yang indah, subur serta memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Kesemuanya itu baru dapat dimanfaatkan oleh bangsa ini apabila kita memiliki sumber daya manusia berkualitas yang ahli dalam bidangnya.

(12)

perdamaian abadi dan keadilan sosial, ….” Rumusan tujuan nasional

tersebut mengandung makna betapa pentingnya arti suatu pendidikan untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan adalah salah satu indikator kemajuan suatu bangsa, karena dengan pendidikan yang memadai akan mampu menciptakan teknologi dari teknologi sederhana hingga teknologi modern dan canggih.

Bangsa Indonesia kini mulai bangkit dan serius memperhatikan tentang pendidikan ini yaitu dengan mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. undang tersebut didukung pula dengan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Belum cukup sampai di sana pemerintah juga mengeluarkan kebijakan untuk meningkatan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN walaupun dalam pelaksanaannya belum maksimal.

(13)

Guru adalah ujung tombak pelaksanaan pendidikan di sekolah juga tak luput dari perhatian pemerintah mengeluarkan Peraturan Mendiknas No. 18 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan . Bagi mereka yang sudah tersertifikasi berhak mendapatkan tunjangan sebesar satu kali gaji pokok saat guru tersebut disertifikasi. Harapan pemerintah yaitu dengan dinaikkan kesejahteraannya diharapkan guru akan fokus pada pekerjaan profesionalnya yakni sebagai guru.

Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia berkualitas bangsa kita sangat menyadari bahwa untuk memajukan negeri ini salah satu upaya adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Undang-Undang Sisdiknas, 2003: 3)

(14)

Sedangkan dalam Undang-Undang Sisdiknas pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada situasi lingkungan belajar. (UU Sisdiknas, 2003: 5). Uraian di atas mengandung arti bahwa aktivitas peserta didik yang lebih ditonjolkan dalam proses pembelajaran walaupun sejatinya guru yang merancang skenario pembelajaran tersebut.

Dalam melaksanakan pembelajaran guru harus memahami kurikulum sebagai acuan dalam pembelajaran. Sebagaimana dikatakan Sanjaya, (2007: 1) bahwa pemahaman kurikulum bagi guru dan tenaga dan tenaga kependidikan lainnya mutlak diperlukan sebab kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Dengan demikian konsep kurikulum yang dipegang guru akan mempengaruhi proses pembelajaran yang dilakukan bersama siswa di sekolah.

IPS adalah mata pelajaran yang dapat diaplikasikan langsung dalam kehidupan agar menjadi warga negara yang baik sebagaimana dikatakan Djahiri, (1994) bahwa pendidikan IPS sebagai salah satu program pendidikan yang menyiapkan peserta didik sebagai warga negara yang baik dan memasyarakat, diharapkan mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi di masyarakat sehingga siswa mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan dalam melakoni kehidupan masyarakat.

(15)

disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan (Sumantri, 2001:44)

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam Kurikulum KTSP mata pelajaran IPS di sekolah dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; serta 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global. (BNSP, 2006:575).

Menurut National Council for the Social Studies (NCSS) dalam Maryani, (2011) tujuan pendidikan IPS adalah sebagai berikut :

a. Menjadi warga negara yang partisipatif dan bertanggung jawab

b. Memberikan pengetahuan dan pengalaman hidup karena mereka adalah bagian dari petualangan hidup manusia dalam persfektif ruang dan waktu.

(16)

d. Meningkatkan pemahaman tentang hidup bersama sebagai satu kesatuan dan keberagaman sejarah kehidupan manusia di dunia.

e. Mengembangkan sikap kritis dan analistis dalam mengkaji kondisi manusia.

Enok Maryani (2011:5) mengatakan bahwa di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan mengisyaratkan perubahan paradigma sistem dan model pendekatan pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centre) berubah menjadi berorientasi pada aktivitas siswa (student

centre), dari pasif ke pendekatan aktif partisipatoris. Materi pembelajaran

disesuaikan dengan keseharian hidup siswa (kontekstual) dan proses pembelajaran harus berorientasi pada (1) tujuan pendidikan yang hendak

dicapai (kompetensi), (2) menguasai konten pendidikan IPS, (3) pembelajaran bersifat individual dan kelompok, (4) pembelajaran lebih

mengaktifkan siswa, dan (5) pembelajaran tidak terpisah dengan kehidupan masyarakat.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan bagian dari ilmu sosial, menurut Somantri (2001) ilmu-ilmu sosial memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Berbagai batang tubuh (body of knowledge) disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan secara sistematis dan ilmiah.

(17)

c. Batang tubuh disiplin ilmu-ilmu sosial ini disebut juga structure disiplin ilmu atau ada juga yang menyebutnya dengan fundamental ideas. d. Teori dan generalisasi dalam struktur itu disebut pula pengetahuan

ilmiah yang dicapai lewat pendekatan “conceptual” dan “Syntactis” yaitu lewat proses bertanya, berhipotesis dan pengumpulan data (observasi dan eksperimen)

e. Setiap teori dan generalisasi ini terus dikembangkan, dikoreksi dan diperbaiki untuk membatu dan menerangkan masa lalu, masa kini dan masa depan serta membantu memecahkan masalah-masalah sosial melalui pikiran, sikap dan tindakan terbaik.

Selain karakteristik ilmu sosial ada pula karaktersitik pembelajaran IPS seperti dijelaskan Sapriya, (2006: 14) karakteristik antara lain sebagai berikut : 1) IPS berusaha mempertautkan teori, ilmu dengan fakta dan sebaliknya, 2) Penelaahan IPS bersifat komprehensif, integrated, broadfield, multiresources dari berbagai ilmu sosial dan ilmu lainnya,

3) mengutamakan peran aktif siswa dan 4) berusaha mengembangkan teori dengan kehidupan nyata di masyarakat.

(18)

kelompok bidang studi maupun sebagai mata pelajaran menempati kedudukan kelas dua dibandingkan dengan posisi IPA. Yang tercermin dari pandangan orang tua siswa dan sikap serta perhatian siswa terhadap IPS. Kenyataan demikian harus menjadi perhatian pihak-pihak yang terlibat dalam bidang pendidikan IPS baik sebagai pengambil kebijakan, para pakar, dan praktisi di lapangan untuk mengidentifikasi apa sebabnya demikian.

Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pembelajaran di kelas mempunyai tugas untuk mencari penyebab dari persoalan tersebut. Siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran di sekolah dan sebagian besar siswa menyatakan kurang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Di sini guru harus berupaya agar para siswa menyadari akan pentingnya pembelajaran IPS di sekolah.

Sebagai upaya untuk membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar salah satunya yaitu kembali pada guru untuk mengubah strategi pembelajarannya dengan mencoba model, pendekatan ataupun metode yang dapat menarik perhatian siswa serta siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran.

(19)

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP 19/2005: Standar Nasional Pendidikan, ps 19, ayat 1)

Dalam rangka mengimplementasikan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan di atas maka dalam pembelajaran diterapkan PAIKEM. PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inspiratif/Interaktif/Inovatif, Kritis /Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya. (Dirjen PMPTK Kemendiknas, 2010 : 12)

(20)

Pembelajaran PAIKEM bermacam-macam salah satunya yaitu dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning sebagaimana dijelaskan Dirjen PMPTK bahwa Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik PAIKEM antara lain adalah pembelajaran kotekstual (CTL), Pembelajaran Terpadu (Tematik, IPA Terpadu, IPS Terpadu),

Pembelajaran berbasis TIK (ICT), Pembelajaran Pengayaan dengan menggunakan berbagai strategi antara lain dengan Lesson Study. (Dirjen PMPTK Kemendiknas, 2010:16)

Model Contextual Teaching and Learning adalah salah satu model yang dapat menjembatani kemampuan dasar siswa dan mengarahkan pada tujuan dan karakteristik pembelajaran IPS khususnya mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Bila dipandang perlu pembelajaran pun dapat dilaksanakan di luar kelas, selain untuk menarik minat siswa juga sekaligus dapat menghilangkan kejenuhan dalam belajar.

Salah satu upaya agar siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran IPS yakni guru harus mengubah strategi pembelajarannya yang sekiranya berkaitan dengan kehidupan siswa (kontekstual) melalui pendekatan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

(21)

bahwa istilah motif menunjukan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah ”pendorongan” suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan (reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswa telah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995).

(22)

yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.

Sehubungan dengan motivasi siswa dalam belajar sangat berkaitan dan menjadi pertimbangan dalam menyusun strategi pembelajaran perlu menyesuaikan dengan dorongan dasar siswa. Sebagaimana Sumaatmaja, 2000:2 mengatakan ada enam dorongan dasar yang dapat dimanfaatkan pada strategi pembelajaran antara lain : dorongan rasa ingin tahu (send of curiosity), dorongan minat dan perhatian (send of interest), dorongan

membuktikan kenyataan (send of reality), dorongan menemukan sendiri (send of discovery), dorongan bertualang (send of adventure) dan dorongan

menghadapi tantangan (send of challenge).

(23)

Prestasi belajar merupakan Prestasi belajar perubahan positif yang terjadi pada siswa setelah mengikuti proses belajar. Menurut Hamalik (1994: 45) adalah prestasi belajar yang berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu.

Menurut Sutardi dan Sudirjo, 2007 : 93 mengatakan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Siswa menemukan sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan sesama dan lingkungannya sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

Melalui model CTL diharapkan dapat memotivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran terlebih materi dikaitkan langsung dengan konteks kehidupan sehari-hari dimana siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Pada gilirannya siswa mampu mengeksplor pengetahuan tersebut sehingga terjadi perubahan yang mengarah pada peningkatan prestasi siswa.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

(24)

akhir semester rata-rata prestasi belajar kurang memuaskan di bawah angka 60. Sebagaimana diungkapkan Al Muchtar (2004:5), bahwa IPS merupakan bidang studi yang menjemukan dan kurang menantang minat belajar siswa, bahkan lebih dari itu IPS dipandang sebagai mata pelajaran kelas dua oleh siswa maupun orang tua siswa.

Hal ini sangat ironis karena sebagaimana tujuannya Ilmu Pengetahuan Sosial sebenarnya ilmu yang sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ini merupakan dilema yang harus dicari solusinya sehingga IPS menjadi mata pelajaran yang disukai oleh siswa.

Setelah dilakukan observasi dan analisis dari beberapa sumber ternyata kelemahan bersumber dari guru yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam menentukan strategi pembelajaran. Guru masih terpaku pada cara pengajaran lama dengan cara menjejali siswa dengan segudang informasi melalui kegiatan ceramah. Metode ini metode yang cukup tua dan bila dialkukan secara monoton membuat siswa jenuh dan materi yang disampaikan tidak dapat diserap dengan baik.

(25)

Terlebih dalam memberikan materi guru seolah-olah terlepas dari masalah-masalah kehidupan yang dialami secara langsung oleh siswa baik di sekolah maupun di masyarakat di mana siswa tinggal. Siswa merasa belajar IPS tidak bermanfaat dalam kehidupan dan membosankan.

Dari deskripsi identifikasi masalah di atas penulis ingin membatas permasalahan dengan memfokuskan penelitian pada kurangnya motivasi dan pemahaman siswa dalam pembelajaran di kelas IV sekolah dasar.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas untuk meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam pebelajaran IPS di kelas IV sekolah dasar, peneliti memfokuskan penelitian untuk mengetahui “Bagaimanakah pengaruh model Contextual Teaching and Learning terhadap peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS di Kelas IV sekolah dasar?”

Dari rumusan masalah tersebut penulis ingin memperjelas rumusan masalah melalui pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan pre test dan post test motivasi belajar dan prestasi belajar pada kelas eksperimen yang menggunakan model CTL dengan metode inkuiri?

(26)

3. Apakah terdapat perbedaan motivasi dan prestasi belajar pada pengukuran akhir (post test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi objektif tentang tingkat efektivitas penggunaan model Contextual Teaching and Learning sebagai salah satu model pembelajaran IPS dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas IV sekolah dasar. Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Perbedaan pre test dan post test motivasi belajar dan prestasi belajar pada kelas eksperimen yang menggunakan model CTL dengan metode inkuiri.

2. Perbedaan pre test dan post test motivasi belajar dan prestasi belajar pada kelas kontrol yang menggunakan metoda konvensional.

3. Perbedaan motivasi dan hasil belajar pada pengukuran akhir (post test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

E. Manfaat Penelitian

(27)

penggunaan model Contextual Teaching and Learning. Selengkapnya manfaat penelitian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Bagi Guru Kelas IV SD :

a. Memberikan pengalaman melakukan penelitian eksperimen dengan menggunakan salah satu model pembelajaran.

b. Memperluas cakrawala keilmuan guru SD tentang model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS di SD. c. Memberikan gambaran pengetahuan dan keterampilan praktis kepada

guru SD dalam mendesain perencanaan pembelajaran yang kondusif dengan model Contextual Teaching and Learning.

d. Meningkatkan kebermaknaan proses pembelajaran IPS melalui model Contextual Teaching and Learning

2. Bagi Siswa Sekolah Dasar :

a. Menumbuhkan dan meningkatkan motivasi, aktivitas dan kreativitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS di sekolah

b. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui proses pembelajaran dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. c. Meningkatkan kebermaknaan proses pembelajaran IPS yang

dilaksanakan sehingga pembelajaran menjadi berkesan dan menyenangkan.

3. Bagi Sekolah Dasar :

(28)

b. Sebagai dasar bagi kepala sekolah terhadap upaya meningkatkan kualifikasi guru dalam mengelola pembelajaran

c. Hasil penelitian menjadi masukan bagi sekolah untuk dipertahankan dan dikembangkan dengan menerapkan model pembelajaran IPS yang relevan dengan karakteristik siswa sekolah dasar.

4. Bagi Lembaga Pendidikan Terkait :

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang berkenaan dengan pengunaan model-model belajar. b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengembang kurikulum IPS dan penyelenggaraan pendidikan dalam menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang efektif dan efisien di sekolah dasar.

c. Sebagai bahan rujukan dalam mengembangkan pembinaan dan peningkatan mutu profesionalisme tenaga kependidikan.

F. Struktur organisasi

Sesuai pedoman penulisan karya ilmiah yang diterbitkan Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2011 penulisan karya ilmiah pada umumnya terdiri dari lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

(29)

Bab III merupakan metodologi penelitiann yang berisi tentang lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, Instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, serta analisis data.

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan rumusan masalah, hipotesis dan tujuan penelitian serta pembahasan atau analisis temuan dipaparkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono, 2001:55 populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hatimah, dkk, 2006 : 155).

Penelitian dilaksanakan di dua sekolah dasar yang ada di Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, tepatnya di SDN Cangkring I dan SDN Jelekong. Dua sekolah tersebut memiliki iklim belajar yang setara termasuk juga kualitas pengelolaannya. Lokasi ini diambil sesuai dengan legitimasi kepala sekolah yang memberikan izin meningkatkan pendidikan asalkan tidak meninggalkan tugas pokok. Dengan mengambil lokasi dua SD yang tidak jauh dari tempat mengajar berarti secara kewenangan tidak menyalahi.

(31)

Akdon, 2008: 98 memaparkan keuntungan menggunakan sampel antara lain : 1) memudahkan peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan populasi dan apabila populasinya terlalu besar dikhawatirkan akan terlewati, 2) penelitian lebih efisien (dalam arti penghematan uang, waktu dan tenaga), 3) lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, artinya jika subjeknya banyak dikhawatirkan adanya bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data karena sering dialami oleh staf bagian pengumpul data mengalami kelelahan sehingga pencatatan data tidak akurat, dan 4) penelitian lebih efektif, jika penelitian bersifat destuktif (merusak) yang menggunakan spesemen akan hemat dan bisa dijangkau tanpa merusak semua bahan yang ada serta bisa digunakan untuk menjaring populasi yang jumlahnya banyak. Sedangkan besar kecilnya sampel yang diambil akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : besar biaya yang tersedia, tenaga (orang) yang ada, waktu, dan kesempatan peneliti serta peralatan yang digunakan dalam pengambilan sampel.

(32)

B.Desain Penelitian

Penelitian eksperimen dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning maka penelitian ini didesain dalam dua kelompok

acak yaitu kelompok eksperimen (pretest dan posttest) dan kelompok kontrol / control group pretest dan posttest design. (Hatimah, dkk, 2006: 104)

Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran IPS dengan menggunakan model contextual teaching and learning, sedangkan kelompok control adalah kelompok siswa yang

mengikuti pembelajaran menggunakan cara konvensional melalui ceramah. Terhadap kedua kelompok tersebut diberikan pre test dan post test dengan menggunakan perangkat alat tes yang sama dan angket sikap

yang sama.

Desain Control Group Pretest-Posttest

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest 1. Kontrol --- O1 --- X1 --- O2 2. Eksperimen --- O3 --- X2 --- O4

Keterangan :

O = Pretest dan Posttest tentang Pemahaman Konsep dan Motivasi belajar X1 = Pembelajaran IPS bukan CTL

[image:32.595.117.509.223.594.2]

X2 = Pembelajaran IPS dengan CTL

Gambar 3.1 Desain Control Group Pretest - Postest

C.Metode Penelitian

(33)

berada dalam batas-batas fluktuasi acak. Namun, dalam dunia pendidikan

khususnya dalam pebelajaran, pelaksanaan penelitian tidak selalu

memungkinkan untuk melakukan seleksi subjek secara acak, karena subjek

secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok utuh (naturally formed intact

group), seperti kelompok siswa dalam satu kelas. Kelompok-kelompok ini juga

sering kali jumlahnya sangat terbatas. Dalam keadaan seperti ini kaidah-kaidah

dalam penelitian eksperimen murni tidak dapat dipenuhi secara utuh, karena

pengendalian variabel yang terkait subjek penelitian tidak dapat dilakukan

sepenuhnya, sehingga penelitian harus dilakukan dengan menggunakan intact

group. Penelitian seperti ini disebut sebagai penelitian kuasi eksperimen

(eksperimen semu). Jadi penelitian kuasi eksperimen menggunakan seluruh

subjek dalam kelompok belajar (intact group) untuk diberi perlakuan

(treatment), bukan menggunakan subjek yang diambil secara

acak.(

http://pakguruku.blogspot.com/2009/10/metode-penelitian-experimen-semu-quasi.html)

Dalam hal ini peneliti mengambil metode eksperimen kuasi dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

D.Definisi Operasional

(34)

1. PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inspiratif/Interaktif/Inovatif, Kritis/Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. (Dirjen PMPTK Kemendiknas, 2010 : 12)

2. Contextual Teaching and Learning adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang

menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. (Elaine B. Johnson, 2007:57) 3. Pembelajaran Inquiry adalah pendekatan pembelajaran dimana siswa

didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswanya untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. (Kunandar, 2007: 371)

(35)

Prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan

kemampuan siswa yang disajikan kepada siswa yang meliputi: nilai tugas individu dan kelompok, nilai pree test dan post test, dan nilai keaktifan di dalam kelas.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua jenis yaitu tes dan non tes. Secara garis besarnya dapat diuraikan Instrumen yang digunakan dalam penelitian meliputi :

a. Tes hasil belajar

Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Akdon, 2008: 137). Hal ini selalu dilaksanakan dalam setiap awal dan akhir pembelajaran yang disebut dengan pre test dan post test.

b. Lembar observasi

Lembar Observasi merupakan salah satu instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian eksperimen. Instrumen observasi berupa pedoman pengamatan biasanya digunakan dalam observasi sistematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan pedoman yang telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati. (Hatimah, dkk., 2006:185)

c. Kuessioner/Angket

(36)

dengan permintaan pengguna. Tujuan penggunaan angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.

d. Dokumentasi

Metode dokumentasi sangat diperlukan dalam suatu penelitian, sebagaimana dikatakan Hatimah, (2006: 189) bahwa dokumentasi tidak kalah pentingnya dengan metode lainnya. Metode dokumentasi adalah mencari data atau hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notula rapat, agenda dan sebagainya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik) menunjukkan suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi dan lainnnya. (Akdon, 2008: 130).

(37)

G.Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Langkah-langkah pengujian alat tes untuk memenuhi kriteria penelitian adalah sebagai berikut :

a. Validitas tes b. Reliabilitas tes c. Daya Pembeda d. Tingkat Kesukaran

Pengujian Hipotesis dari penelitian kuantitatif dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

a) Uji Normalitas, dilakukan untuk menilai peningkatan pemahaman konsep IPS dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan. Uji normalitas dengan cara menggunakan Gain factor Normalized, menggunakan rumus sebagai berikut : �= � −� �

���−� �

Dimana : G = gain factor Spost = skor post test Spre = skor pretest

SMI = skor maksimum ideal

Berikut adalah kriteria niali g : G ≤ 0,300 maka peningkatannya

dikatan rendah ; 0,300≤ g ≤ 0,700 maka peningkatan dikatakan

(38)

Semakin besar nilai g, maka semakin besar tingkat peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa.

Menguji homogenitas untuk mengetahu homogenitas variansi kedua sampel. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

�2 = 1 �1 2

+ 2−1 �22

1+ 2− �

Dimana :

S12 = variansi sampel pada kelompok eksperimen S22 = variansi sampel pada kelompok kontrol S = standar deviasi dua kelompok

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen n2 = jumlah siswa kelas controls

Uji Gain Faktor (N-Gain)

Dalam menghitung jumlah pembeda untuk mengolah hasil tes maka diperlukan uji Gain Faktor (N-Gain). Kegunaannya adalah untuk mengetahui hasil pembeda antara hasil penelitian sebelum penerapan perlakuan dalam penelitian ini Metode Inquiry dan hasil tes setelah diberlakukannya metode inquiry tersebut dalam pembelajaran IPS.

(39)

G= S post – S pre

S max – S pre

Keterangan :

S Post = Skor Post test

S Pre = Skor Pre test

S max = Skor Maksimal.

Adapun criteria tingkatan Gain adalah Jika G > 0,7, maka tingkatan gain dinyatakan dalam katagori tinggi, Jika 0.3 < G < 0.7, maka tingkatan gain dinyatakan dalam katagori sedang dan jika G < 0.3 maka tingkatan Gainnya dinyatakan dalam katagori rendah. (75-76)

Uji Hipotesis

Uji t Untuk menarik kesimpulan pada pembuktian hipotesis (arikunto, 2002). Uji t dilakukan untuk membuktikan hipotesis mengenai adanya pengaruh penerapan model CTL terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar.

(40)

2. Hipotesis yang akan diuji terdiri atas Ho dan H1. Dimana :

Ho : Penerapan model CTL tidak berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar.

H1 : Penerapan model CTL berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar.

Data yang diperoleh haruslah data yang berdistribusi normal. Adapun rumus yang digunakan untuk uji t adalah sebagai berikut :

= � 1 − � 2 1

1

+ 1

2

Dimana :

X1 = mean kelas eksperimen X2 = mean kelas kontrol

n1 = jumlah siswa keals eksperimen n2 = jumlah siswa kelas kontrol

(41)
[image:41.595.129.466.251.580.2]
(42)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi, pengolahan data dan temuan di lapangan dalam melakukan penelitian dapat ditarik benang merah sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada pengukuran awal (pre test) dan pengukuran akhir (post test) motivasi dan prestasi belajar siswa menggunakan model CTL menggunakan metode inquiry. Kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan dengan pembelajaran CTL lebih meningkat dibandingkan dengan yang tidak mendapat perlakuan.

2. Pada kelas kontrol yang menggunakan metoda konvensional tidak terdapat perbedaan motivasi dan prestasi belajar siswa pada pengukuran awal (pre test) dan pengukuran akhir (post test). Metoda konvensional tidak

memberikan pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap prestasi belajar siswa.

(43)

B.Implikasi

Hasil penelitian yang dilaksanakan dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas pembelajaran IPS di sekolah dasar khususnya siswa kelas IV SDN Cangkring I Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Berdasarkan kesimpulan di atas terdapat implikasi sebagai berikut :

1. Pembelajaran IPS di sekolah dasar harus sesuai dng dengan karakteristik dan dunia siswa

2. Guru harus mampu memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran yang dilaksanakan agar prestasi belajar siswa meningkat. 3. Dalam pembelajaran siswa diharapkan dapat menemukan sendiri konsep

sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

4. Pembelajaran CTL dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS konsep mengenal perkembangan teknologi di kelas IV sekolah dasar.

5. Pembelajaran CTL mempunyai kelebihan dalam aspek keterampilan sosial siswa seperti : rasa tanggung jawab, disiplin, bekerja sama, menghargai pendapat orang lain, sikap tolong-menolong dalam kelompok.

(44)

C.Rekomendasi

Dari penelitian yang telah dilaksanakan di kelas IV SDN Cangkring I dan SDN Jelekong dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1. Guru diharapkan memiliki kemampuan untuk memilih strategi pembelajaran baik model, pendekatan, metoda ataupun teknik pembelajaran yang relevan dengan bahan ajar dapat mengaktifkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

2. Guru sekolah dasar dituntut untuk memiliki kompetensi paedagogik dalam mengemas pemembelajaran menjadi pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 3. Pembelajaran CTL merupakan salah satu model pembelajaran

yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS di Kelas IV SDN Cangkring I Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung dan bisa dicoba diterapkan di sekolah ataupun kelas yang lain.

Gambar

Tabel
Gambar 3.1 Desain Control Group Pretest - Postest
tabel dan terima H0 jika t hitung  < ttabel. Kemudian jika tingkat signifikansi hasil

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kombinasi serutan kayu meranti dan batang kelapa sawit terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel dan untuk

Pemakaian jasa Internet sebagai sarana untuk memperoleh informasi yang cepat dan akurat salah satunya adalah pemanfaatan Internet untuk menyajikan suatu informasi mengenai Museum

bahwa dafam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 2ZI?MR.ASEOOT tentang Pemberian uang Makan bagi Pegawai Negeri sipit telah diatur jumlah hari kerja dan besaran uang makan

Membahas mengenai dunia otomotif khususnya motor dengan beberapa spesifikasi yang berbeda dengan menggunakan Visual Basic 6.0 dan diharapkan dapat mempermudah dalam

bisa lebih baik. Strategi Keberlanjutan yang dilakukan oleh lembaga kampung Kaironi di mulai dengan prosesnya melibatkan masyarakat sebelum proses pembangunan. fasilitas

Kawasan Berikat adalah suatu banguan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang didalamya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci

[r]