• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS HAKIKAT SAINS TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS HAKIKAT SAINS TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Reti Tresnawati, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains Dan

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS HAKIKAT SAINS TERHADAP

PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

RETI TRESNAWATI

0902207

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS HAKIKAT SAINS TERHADAP

PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA

Oleh

Reti Tresnawati

0902207

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Reti Tresnawati 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Reti Tresnawati, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains Dan

LEMBAR PENGESAHAN

RETI TRESNAWATI

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS HAKIKAT SAINS

TERHADAP PERSEPSI SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS DAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I,

Drs. H. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M. Sc

NIP. 195512191980021001

Pembimbing II,

Dr. H. Riandi M, Si

NIP. 196305011988031002

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

Dr. H. Riandi, M.Si

(4)

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa” bertujuan untuk melihat pengaruh proses pembelajaran berbasis hakikat sains terhadap persepsi siswa tentang hakikat sains dan kemampuan berpikir kritis siswa serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas persepsi siswa tentang hakikat sains dan kemampuan berpikir kritis siswa. Metode penelitian yang diterapkan adalah Quasy Eksperimental. Data hasil penelitian ini dijaring melalui instrumen berupa kuesioner hakikat sains, tes tertulis, uji kinerja. Melalui uji hipotesis persepsi siswa tentang hakikat sains dan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen hasilnya berbeda signifikan. Peningkatan

persepsi siswa tentang hakikat sains berada pada kategori “Cukup” dan kemampuan berpikir kritis berada pada kategori “Kurang”. Hal ini menunjukkan bahwa

pembelajaran berbasis hakikat sains efektif meningkatkan persepsi siswa tentang hakikat sains dan kemampuan berpikir kritis pada konsep sistem klasifikasi makhluk hidup.

Kata kunci : Pembelajaran berbasis hakikat sains, persepsi siswa tentang hakikat sains, kemampuan berpikir kritis.

ABSTRACT

The study, entitled "The Effects Of Nature Of Science (NOS) Based Learning Toward Student Perceptions Of The Nature Of Science And Critical Thinking Students" is to see the impact of the nature of science-based learning process of the students 'perception of the nature of science and critical thinking skills of students. It is expected to improve the quality of students' perceptions about the nature of science and critical thinking skills of students. The research methodology was applied in this study is Quasy Experimental. The result in this study were obtained using instruments such as the nature of science questionnaire, written test, and performance test. The hypothesis testing of students' perceptions about nature of science and critical thinking skills of control class and experimental class is significantly different. The increasing of students' perceptions of the nature of science in the category of "Enough" and critical thinking skills in the category is "low". This suggests that the nature of science-based learning effectively improve the students' perception of the nature of science and critical thinking skills in system concept classification of living things.

(5)

Reti Tresnawati, 2013

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Asumsi ... 5

E. Hipotesis ... 5

F. Tujuan Penelitian ... 5

(6)

BAB II PEMBELAJARAN BERBASIS HAKIKAT SAINS, PERSEPSI

SISWA TENTANG HAKIKAT SAINS, KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

A. Hakikat Sains ... 7

B. Berpikir Kritis ... 18

C. Hubungan Hakikat Sains, Inkuiri dan Berpikir Kritis ... 24

D. Konsep Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup ... 25

E. Penelitian Yang Relevan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 38

B. Subjek Penelitian ... 38

C. Waktu dan Tempat ... 38

D. Desain Penelitian ... 38

E. Definisi Operasional ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 40

G. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 41

H. Teknik Pengambilan Data ... 44

I. Teknik Analisis dan Pengolahan Data ... 44

J. Prosedur Penelitian... 48

(7)

Reti Tresnawati, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 51

B. Pembahasan ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

LAMPIRAN ... 88

(8)

DAFTAR TABEL

2.1 Keterampilan Berpikir Kritis ... 22

3.1 Desain Penelitian ... 39

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Berpikir Kritis ... 41

3.3 Kriteria Validitas ... 42

3.4 Kriteria Reabilitas ... 43

3.5 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 43

3.6 Interpretasi Daya Pembeda ... 44

3.7 Interpretasi Analisis Kuesioner Persepsi Siswa tentang Hakikat Sains ... 45

4.1 Hasil Rata-Rata Pretest dan Posttest Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains ... 51

4.2 Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan U Mann-Whitney Pretes Persepsi Siswa tentang Hakikat Sains ... 52

4.3 Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan U Mann-Whitney Gain Persepsi Siswa tentang Hakikat Sains ... 54

4.4 Perolehan Persentase Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains Kelas Kontrol ... 55

4.5 Perolehan Persentase Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains Kelas Eksperimen ... 56

(9)

Reti Tresnawati, 2013

4.7 Hasil Rata-Rata Pretest dan Posttest

Kemampuan Berpikir Kritis ... 60

4.8 Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan

U Mann-Whitney Pretest Kemampuan Berpikir Kritis ... 61

4.9 Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan

U Mann-Whitney Gain Kemampuan Berpikir Kritis Sains ... 63

5.0 Perolehan Persentase Kemampuan Berpikir Kritis

Kelas Kontrol ... 64

5.1 Perolehan Persentase Kemampuan Berpikir Kritis

Kelas Eksperimen ... 65

5.2 Rekapitulasi Kemunculan Aspek Memberikan Penjelasan Dasar ... 66

5.3 Hasil Uji Kinerja Berbasis Hakikat Sains Pada Daftar Cek

Perkelompok Pada Kelas Eksperimen ... 68

(10)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Miskonsepsi Hubungan Hierarki Diantara Fakta,

Teori Dan Hukum ... 12

3.1 Bagan Alur Penelitian ... 50

4.1 Perbandingan Nilai Rata-Rata Pretest Dan Posttest Persepsi Siswa

Tentang Hakikat Sains Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen ... 52

4.2 Perbandingan Rekapitulasi Kemunculan Hakikat Sains Tiap

Indikator Kelas Kontrol ... 58

4.3 Perbandingan Rekapitulasi Kemunculan Hakikat Sains Tiap

Indikator Kelas Eksperimen ... 59

4.4 Perbandingan Nilai Rata-Rata Pretest Dan Posttest Kemampuan

Berpikir Kritis Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen ... 60

4.5 Rekapitulasi Kemunculan Aspek Memberikan Penjelasan

Dasar Kelas Kontrol ... 66

4.6 Rekapitulasi Kemunculan Aspek Memberikan Penjelasan

(11)

Reti Tresnawati, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 90

2. Lembar Kerja Siswa I ... 108

3. Lembar Kerja Siswa II ... 111

B. INSTRUMEN PENELITIAN 1. Kuesioner Modifikasi VNOS-B ... 113

2. Soal Berpikir Kritis ... 115

3. Uji Kinerja Pada Daftar Cek ... 118

C. PENGOLAHAN DATA 1. Analisis Uji Coba Instrumen ... 120

2. Uji Normalitas Dan Uji U Mann-Whitney Pretest Dan Gain ... 124

D. DATA HASIL PENELITIAN 1. Rekapitulasi Nilai Pretest Dan Posttest ... 145

2. Rekapitulasi Nilai Gain ... 153

3. Rekapitulasi Uji Kinerja PAda Daftar Cek ... 157

4. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ... 158

E. ADMINISTRASI PENELITIAN ... 160

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sains merupakan satu kesatuan dari proses, sikap dan hasil. Mengetahui cara pandang tentang sains akan berpengaruh pada proses pembelajaran sains. Pembelajaran dengan menggunakan pemahaman hakikat sains adalah pembelajaran sains yang bagaimana semestinya sains itu harus dibelajarkan.

Banyak sekali pembelajaran yang tidak didasarkan pada, contohnya beberapa sekolah melaksanakan pembelajaran sains dan ilmu pengetahuan sosial yang disamaratakan hakikatnya hakikatnya (Rustaman, 2008). Misalnya dengan digunakannya metode konvensional yaitu dengan banyak digunakannya metode ceramah dalam pembelajaran sehingga siswa belajar dengan cara membaca dan menghafal. Pembelajaran masa kini kebanyakan hanya memperkenalkan konsep semata dengan materi sains yang jumlahnya sangat banyak mengikuti perkembangan kemajuan IPTEK (Liliasari, 2007). Oleh karena itu diperlukan hakikat sains yang dapat membantu siswa untuk dapat lebih memahami, mengerti dan menerapkan materi pembelajarannya sendiri serta punya cara khusus dalam pembelajarannya.

Sains memiliki hakikat yang berbeda cara pandang dengan ilmu pengetahuan lainnya. Hakikat sains pada dasarnya bukan hanya pemahaman dan penghafalan konsep semata, namun dalam sebuah proses sains yang kelak menghasilkan produk di dalamnya terdapat kegiatan yang dilakukan, antara lain : observasi, berpikir, bereksperimen dan validasi (Rutherford & Ahlgren, 1990). Hal-hal itu yang membedakan sains dengan ilmu pengetahuan lainnya. Pencapaian pembelajaran sains tidak hanya menekankan pada pemahaman konsep dan

(13)

2

Reti Tresnawati, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains Dan Selain itu, mengajarkan hakikat sains dan inkuiri secara bersama-sama dengan pengetahuan ilmiah mendorong siswa untuk mengembangkan kebiasaan ilmiah dalam berpikir yang akan memungkinkan para siswa untuk menjadi efektif dalam mengambil keputusan di luar kelas (Bell, Maeng, Peters, 2010). Hakikat sains secara eksplisit diatur oleh pemahaman konteks dan keterampilan proses (Bell, Maeng, Peters, 2010) serta dibuat melalui diskusi dan refleksi tentang inkuiri (Lederman, 1999).

Para konstruktivis menjelaskan bahwa satu-satunya alat atau sarana yang

tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah melalui inderanya sendiri. Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungan dengan melihat, mendengar, menjamah, mencium dan merasakannya (Suparno, 1997). Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru ke dalam otak para siswa. Siswa sendiri yang harus mengartikan dan memahami apa yang telah diajarkan oleh guru, dengan menyesuaikanya dengan pengalaman-pengalaman mereka (Lorsbach & Tobin, 1992). Hal yang sangat penting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses belajar siswa sendiri yang harus lebih aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan guru ataupun orang lain. Siswa harus bertanggung jawab atas hasil belajarnya, harus kreatif serta aktif dalam kehidupan kognitifnya. Semua itu akan membantu siswa menjadi orang yang kritis menganalisis suatu hal karena para siswa berpikir bukan meniru saja (Suparno, 1997).

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi sains merupakan sebuah proses yang menghasilkan produk yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan sains sendiri selain di dalamnya terdapat proses dan produk sains juga harus dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan manusia yang didasari oleh tuntutan kebutuhan masyarakat pada zamannya, sehingga proses

(14)

3

persaingan bebas antar bangsa-bangsa di dunia, yang menuntut pola berpikir dan bersikap terhadap berbagai informasi dan tantangan khususnya dalam bidang biologi. Untuk menghadapi perubahan dunia yang begitu pesat adalah dengan membentuk budaya berpikir kritis di masyarakat. Prioritas utama dari sebuah sistem pendidikan adalah mendidik siswa tentang bagaimana cara belajar dan berpikir kritis (Muhfahroyin & Shukor, 2009) yang akan memungkinkan para siswa untuk menjadi efektif dalam mengambil keputusan di luar kelas (Bell, Maeng, Peters, 2010).

Dalam berbagai penelitian yang diterapkan dalam berbagai konsep di bidang biologi, salah satunya dengan digunakannya konsep keanekaragaman makhluk hidup dan terdapat sistem klasifikasi makhluk hidup untuk mempermudah pengklasifikasian. Salah satu diantaranya adalah Widiyadi (2009) yang menerapkan pohon keputusan (decision tree) dalam klasifikasi dan determinasi makhluk hidup untuk mempermudah dalam mempelajari makhluk hidup yang sudah diciptakan oleh para ilmuwan terdahulu. Pohon keputusan yang dimaksudkan adalah pohon karakteristik makhluk hidup yang terdapat susunan takson dari yang paling umum yaitu kingdom hingga takson yang paling khusus yaitu spesies. Pada penelitian Widiyadi (2009) digunakan konsep keanekaragaman makluk hidup yang terdapat sistem klasifikasi makhluk hidup sebagai salah satu fokus utama materi yang akan disampaikan kepada siswa untuk memudahkan siswa dalam mengidentifikasi makhluk hidup.

Untuk itu pada penelitian dengan menggunakan pembelajaran berbasis hakikat sains, diaplikasikan agar siswa merasakan hal-hal, sifat-sifat, nilai-nilai atau karakteristik yang dimiliki oleh ilmuwan terdahulu dalam menemukan suatu pengetahuan sehingga siswa dalam pembelajarannya bukan hanya harus ditekankan untuk memahami seluruh isi materi, fakta-fakta, konsep-konsep,

(15)

4

Reti Tresnawati, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains Dan mengumpulkan data, menarik kesimpulan dan cara kerja ilmiah lainnya sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis yang ada pada diri siswa. Proses berpikir kritis dan berpikir ilmiah pada siswa menunjukkan proses-proses mental yaitu mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, menarik kesimpulan, dan sebagainya yang diharapkan muncul selama kegiatan berlangsung.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

”Apakah pembelajaran berbasis hakikat sains dapat memberikan pengaruh yang bermakna (signifikan) terhadap persepsi siswa tentang hakikat sains dan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep sistem klasifikasi mahkluk hidup ?”

Untuk memperjelas permasalahan yang dimunculkan maka dikemukakan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi siswa tentang hakikat sains ?

2. Apakah pembelajaran berbasis hakikat sains membantu dalam meningkatkan persepsi siswa tentang hakikat sains dan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap konsep sistem klasifikasi mahkluk hidup ?

C. Batasan Masalah

Supaya permasalahan yang akan dikaji tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah pada:

(16)

5

2.Konsep yang dibelajarkan dalam penelitian ini adalah konsep sistem klasifikasi makhluk hidup.

3.Subjek yang diteliti adalah siswa SMP kelas VII.

D. Asumsi

Pengajaran dengan hakikat sains dan inkuiri mendorong siswa untuk mengembangkan kebiasaan berpikir ilmiah untuk menjadi efektif dalam setiap pengambilan keputusan diluar kelas (Bell, Maeng, Peters, 2010).

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan asumsi diatas, diduga akan terdapat perbedaan nilai rata-rata antara pretest dan posttest dalam hal persepsi siswa tentang hakikat sains dan kemampuan berpikir kritis siswa, setelah diterapkannya pembelajaran berbasis hakikat sains.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh proses pembelajaran berbasis hakikat sains terhadap persepsi siswa tentang hakikat sains dan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep sistem klasifikasi mahkluk hidup, serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas persepsi siswa tentang hakikat sains dan meningkatkan kualitas kemampuan berpikir kritis siswa.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak diantaranya:

1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang bervariasi dan menarik serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir

(17)

6

Reti Tresnawati, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains Dan 2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran untuk

menerapkan variasi metode dalam mengasah kemampuan berpikir siswa.

3. Bagi peneliti, penelitian ini bisa dijadikan untuk dapat menambah pengetahuan tentang peningkatan upaya berpikir kritis siswa pada pembelajaran biologi melalui penerapan pembelajaran berbasis hakikat sains.

(18)

Reti Tresnawati, 2013

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains Terhadap Persepsi Siswa Tentang Hakikat Sains Dan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian yang digunakan disini adalah seluruh persepsi tentang hakikat sains siswa dan seluruh kemampuan berpikir kritis siswa. Sedangkan sampel yang digunakan adalah persepsi tentang hakikat sains siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP atau Sekolah setara SMP semester 2 sebanyak 2 kelas.

C. Waktu dan Tempat

Waktu : Januari - Februari 2013 (Persiapan), Februari - April 2013 (Pelaksanaan), Mei 2013 (Pasca Pelaksanaan).

Tempat : Tempat penelitian adalah SMP 1 LEMBANG

D. Desain Penelitian

(19)

39

Reti Tresnawati, 2013

Tabel. 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 - O2

Keterangan :

O1 : Tes awal sebelum perlakuan

O2 : Tes akhir setelah perlakuan

X : Perlakuan pembelajaran berbasis hakikat sains

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini agar lebih efektif dan operasional. Istilah-istilah tersebut antara lain:

1. Pembelajaran Berbasis Hakikat Sains

Pembelajaran berbasis hakikat sains yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sains sebagai suatu proses untuk membentuk suatu pengetahuan yaitu melalui observasi, berpikir, melakukan percobaan (eksperimen) dan validasi hasil (Rutherford & Ahlgren, 1990) yang akan diukur melalui uji kinerja pada daftar cek dengan menanamkan 7 aspek hakikat sains menurut Lederman dan El-Khalick (1999).

2. Persepsi Tentang Hakikat Sains

(20)

40

3. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis siswa yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut bisa didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Berdasarkan kriteria berpikir kritis menurut Ennis (1981) akan dijaring melalui 10 soal essay.

F. Instrumen Penelitian

Ada tiga instrumen dalam penelitian ini, yaitu:

1. Kuesioner untuk mengukur persepsi siswa terhadap hakikat sains

Untuk mengukur hasil dari hakikat sains yang diperoleh siswa, siswa diberikan kuesioner model modifikasi vNOS-B dari 3 tipe vNOS A, B dan C untuk siswa sampai kelas 12 (Lederman, El-Khalick, Schwartz, 2002). Peneliti disini berasumsi bahwa pemilihan penggunaan kuesioner modifikasi VNOS-B dikarenakan modifikasi VNOS-B termasuk ke dalam taraf sedang untuk siswa jenjang SMP kelas 1 semester 2. Isi dari kuesioner modifikasi VNOS-B akan dilampirkan pada Lampiran B1.

2. Uji kinerja berbasis hakikat sains pada daftar cek kelas eksperimen

Daftar cek digunakan sebagai instrumen tambahan untuk mendapatkan hasil yang representatif dari penilaian suatu perbuatan melalui kemampuan dan sikap siswa (Wulan, 2010). Pembelajaran berbasis hakikat sains melalui observasi, berpikir, melakukan percobaan (eksperimen) dan validasi hasil (Rutherford & Ahlgren, 1990) akan diukur melalui uji kinerja dengan menggunakan daftar cek. Uji kinerja pada daftar cek dapat dilihat pada Lampiran B3

(21)

41

Reti Tresnawati, 2013

Tes tertulis terdiri dari tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir. Tes kemampuan awal diberikan pada awal pembelajaran pertama dan tes akhir diberikan pada pembelajaran akhir untuk mengukur peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu 10 soal essay tertulis untuk menguji kemampuan berpikir kritis siswa sebagai alat pengumpul data utama. Soal essay disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis meliputi lima indikator. Setelah melalui judgment dan uji coba instrumen pada siswa, penelitian difokuskan pada aspek

memberikan penjelasan dasar. Hal ini dikarenakan setelah diuji di sekolah yang sama, kemunculan berpikir kritis hanya muncul pada aspek memberikan penjelasan dasar saja sehingga penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis hanya pada aspek memberikan penjelasan dasar.

Kisi-kisi soal instrumen berpikir kritis diperlihatkan dalam Tabel 3.3, berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Berpikir Kritis

Aspek Sub-aspek Indikator Terpilih No Soal

Memberikan

G. Uji Coba Instrumen Penelitian

(22)

42

diperkirakan memiliki kemampuan yang sama dengan subjek penelitian. Uji coba instrumen ini bertujuan untuk mengetahui keterbacaan soal dan alokasi waktu dalam menjawab soal yang tersedia. Uji keterbacaan soal dilakukan dengan menandai soal-soal yang kurang dipahami siswa kemudian merevisi kalimat atau bahasa soal yang membingungkan, memberi keterangan bagan atau grafik yang kurang dimengerti siswa.

Selain itu tujuan uji coba instrumen penelitian adalah untuk mengetahui validitas, reabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda. Hasil uji coba instrumen

ditampilkan dalam Lampiran C1. Uji butir soal dilakukan dengan bantuan software ANATES TM Uraian. Berikut analisis uji butir soal yang dilakukan. 1. Validitas Butir Soal

Validitas tes adalah tingkat kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2009). Upaya untuk menginterpretasikan besarnya validitas digunakan kriteria yang tersaji dalam Tabel 3.3 sebagai berikut

Tabel 3.3 Kriteria Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2009) Dari hasil analisis validitas ujicoba instrumen dari 10 soal hasil perhitungan yang lebih detailnya dapat dilihat di lampiran C1.

2. Reabilitas Tes

(23)

43

Reti Tresnawati, 2013

Adapun kriteria acuan untuk reabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut :

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,80 < ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < ≤ 0,79 Tinggi

0,40 < ≤ 0,59 Cukup

0,20 < ≤ 0,39 Rendah

0,00 < ≤ 0,19 Sangat rendah

(Arikunto, 2009) Nilai reliabilitas yang diperoleh dari hasil uji coba instrumen dilihat pada

Lampiran C1. Untuk mengetahui kesesuaian antara tujuan dengan soal yang dipakai dalam penelitian dapat melihat Lampiran C1.

3. Taraf Kesukaran

Soal yang baik digunakan sebagai instrumen adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah untuk dijawab. Taraf kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan kadar sukar atau tidaknya suatu soal (Arikunto, 2009). Adapun kriteria acuan untuk tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut :

Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Kriteria Soal

0,00-0,30 Sukar

0,30-0,70 Sedang

0,70-1,00 Mudah

(24)

44

Hasil analisis tingkat kesukaran ujicoba instrumen dari 24 soal yang diuji cobakan hasil perhitungan yang lebih detailnya dapat dilihat di lampiran C1. 4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal merupakan kemampuan soal untuk membedakan siswa kelas atas dan siswa kelas bawah. Siswa kelas atas adalah siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi untuk menjawab paket soal, sedangkan siswa kelas bawah merupakan siswa yang kurang mampu dalam menjawab paket soal. Koefisien yang digunakan sebagai kriteria daya pembeda yaitu:

Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda

Klasifikasi Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda

0,00≤D<0,20 Jelek

0,20≤D<0,40 Cukup

0,40≤D<0,70 Baik

0,70≤D<1,00 Baik Sekali

(Arikunto, 2009) Hasil analisis daya pembeda ujicoba instrumen dari 24 soal yang diuji cobakan yang lebih detail dapat dilihat di lampiran C1.

H. Teknik Pengambilan Data

Data dalam penelitian ini dijaring melalui instrumen berupa kuesioner hakikat sains untuk mengetahui peningkatan persepsi siswa tentang hakikat sains, tes tertulis untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis, daftar cek untuk mengetahui kegiatan observasi, berpikir, melakukan percobaan (eksperimen) dan validasi pada kegiatan pembelajaran berbasis hakikat sains.

I. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

(25)

45

Reti Tresnawati, 2013

analisis hasil tes tertulis kemampuan berpikir kritis dan analisis hasil uji kinerja pada daftar cek kelas eksperimen. Tahapan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis kuesioner persepsi siswa tentang hakikat sains dan kemampuan berpikir kritis

a) Analisis kuesoner mengenai persepsi siswa tentang hakikat sains dalam pembelajaran berbasis hakikat sains menggunakan skala (+2, +1 dan 0) dilakukan dengan melakukan penjumlahan positif dua (+2)

dari masing-masing pertanyaan dengan jawaban sempurna, melakukan penjumlahan positif satu (+1) dari masing-masing pernyataan yang mewakili setiap aspek yang dijaring. Jawaban negatif tidak dinilai dan diberi nilai nol (0) (Lederman, El-Khalick, Schwartz, 2002). Interpretasi persentase respons siswa menurut ditampilkan dalam Tabel 3.7

Tabel 3.7. Interpretasi Analisis Kuesoner Persepsi Siswa Tentang

Hakikat Sains

b) Untuk pengolahan data persepsi siswa tentang hakikat sains dan kemampuan berpikir kritis, data yang telah terjaring melalui instrumen penelitian, selanjutnya diolah dengan memberikan skor persepsi siswa tentang hakikat sains. Caranya dengan menentukan

Interpretasi (i)

Persentase Arti

76-100 Baik

51-75 Cukup

26-50 Kurang

(26)

46

presentase pencapaian setiap aspek hakikat sains dan indikator kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan metode perhitungan kualitatif sehingga didapatkan presentase relatifnya (Arikunto, 1998).

Persentase perhitungan skor :

c) % tiap indikator = Jumlah skor yang didapat x 100 Jumlah skor maksimal yang diperoleh

d) Uji Normalitas

Analisis normalitas distribusi populasi dilakukan dengan uji chi-kuadrat. Untuk sampel < 30 dengan rumus berikut ini (Sudjana,

Uji homogenitas variansi yang dimaksudkan untuk mengetahui asumsi varians yang homogen atau tidak. Langkah-langkah pengujian homogenitas adalah sebagai berikut :

Varians terbesar Varians terkecil

% tiap indikator = x 100%

(27)

47

Reti Tresnawati, 2013

Data memiliki varians homogen untuk F ≤ F ⁄ (v1-v2)

(Sudjana, 2005). f) Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis secara pengujian statistik parametrik yang digunakan ditentukan setelah pengujian normalitas dan homogenitas dan memberikan hasil data berdistribusi normal serta memiliki varians yang homogen. Maka analisis data secara parametrik dilakukan melalui uji t dengan sampel < 30. Uji t merupakan cara menguji kesamaan dua rata-rata populasi yang masing-masing berdistribusi independen, berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen (Sudjana, 2005). Ketika pengujian normalitas dan homogenitas memberikan hasil data yang tidak memiliki varians yang homogen dan atau tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah pengujian statistik nonparametrik, yaitu dengan

uji Mann-Whitney dengan sampel < 30. Terdapat dua rumus yang digunakan untuk uji Mann-Whitney (Sugiyono, 2010), yaitu:

Keterangan:

n1 : jumlah sampel 1

n2 : jumlah sampel 2 U1 : jumlah peringkat 1 U1 : jumlah peringkat 2

(28)

48

R2 : jumlah rangking pada sampel n2

2. Uji kinerja pada Daftar cek per-kelompok kelas eksperimen

Untuk pengolahan data dari daftar cek, data yang telah terjaring melalui instrumen penelitian, selanjutnya diolah dengan

memberikan skor yaitu dengan menentukan presentase pencapaian setiap indikator pada daftar cek dengan menggunakan

metode perhitungan kualitatif sehingga didapatkan presentase relatifnya (Arikunto, 1998).

Persentase perhitungan skor :

% tiap indikator = Jumlah skor yang didapat x 100% Jumlah skor maksimal yang diperoleh

J. Prosedur Penelitian

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi 3, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pasca pelaksanaan. Berikut ini merupakan penjelasan secara rinci dari ketiga tahapan tersebut:

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan penelitian terdiri atas beberapa tahapan-tahapan berikut ini:

a. Merumuskan masalah yang akan diteliti. b. Melakukan kajian pustaka.

c. Penyusunan proposal yang kemudian dipresentasikan pada seminar proposal.

d. Melaksanakan seminar proposal.

e. Perbaikan proposal setelah mendapat berbagai masukkan dari dosen.

f. Penyusunan instrumen penelitian yang kemudian melalui proses judgment oleh dosen-dosen yang berkompeten.

(29)

49

Reti Tresnawati, 2013

g. Perbaikan instrumen setelah mendapatkan berbagai masukkan dari dosen. h. Uji coba instrumentpada subjek uji coba instrumen.

i. Perbaikan instrumen penelitian berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen.

j. Melakukan survei kelas dan sekolah.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian terdiri atas beberapa tahapan-tahapan berikut ini: a. Penentuan kelas yang akan menjadi subjek penelitian.

b. Melakukan kegiatan penelitian dengan menggunakan pembelajaran berbasis hakikat sains sesuai tahapan yang telah direncanakan dalam RPP. c. Pretest dilaksanakan 3 minggu sebelum perlakukan, posttest dilaksanakan

1 minggu setelah perlakuan.

3. Tahap pasca pelaksanaan

Tahap pasca penelitian terdiri atas beberapa tahapan-tahapan berikut ini: a. Melakukan analisis terhadap data hasil penelitian.

b. Melakukan pembahasan dan menarik kesimpulan dari hasil analisis data. c. Menyusun laporan hasil penelitian (Skripsi).

(30)

50

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian

Penyusunan Kelengkapan

Penelitian dan Revisi

Kelompok Eksperimen 1. Pretest

2. Pelaksanaan pembelajaran berbasis hakikat sains 3. Posttest

Judgement

& Uji Coba

Revisi*

)

PENENTUAN MASALAH

Perizinan Penelitian

RPP, Instrumen Tes,

Kuisioner dan LKS

TAHAP PELAKSANAAN PENELITIAN PENYUSUNAN PROPOSAL

Kelompok Kontrol

1. Pretest

2. Peaksanaan pembelajaran biasa

3. Posttest

SEMINAR PROPOSAL

TAHAP ANALISIS & PEMBAHASAN

TAHAP PERUMUSAN KESIMPULAN

(31)

Reti Tresnawati, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pembelajaran berbasis hakikat sains terhadap persepsi siswa tentang hakikat sains dan kemampuan berpikir kritis siswa, maka dapat disimpulkan bahwa melalui uji hipotesis

persepsi siswa tentang hakikat sains pada konsep sistem klasifikasi makhluk hidup kelas kontrol dibandingkan kelas eksperimen hasilnya berbeda signifikan.

(32)

84

B. Saran

Penelitian yang dilakukan ini masih jauh dari sempurna dan masih memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut perlu diperbaiki demi kepentingan perkembangan penelitian selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka penulis mengajukan beberapa saran diantaranya :

1. Bagi peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian serupa pada konsep lain sehingga diperoleh keefektifan suatu pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

2. Perlu pengembangan pembuatan terhadap aspek-aspek berpikir kritis lainnya secara rinci agar pencapaian kemampuan berpikir kritis dapat terlihat secara jelas.

(33)

Reti Tresnawati, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y. H. (2008). Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas X Di Kota Bandung Berdasarkan Literasi Sains. Universitas Pendidikan Indonesia.

Agustina, T.W. (2006). Pembelajaran Bioteknologi Bermuatan Nilai Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Berpikir Kritis, Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP. Tesis Magister. Pendidikan IPA. Sps UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Akerson V. L & Hanuscin, Deborah.(2007). Teaching The Nature Of Science Through Inquiry: The Results Of A Three-Year Professional Development Program. Indiana University & University of Missouri-Columbia.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian (Suatu pendekatan Praktek). Cetakan Kedua belas. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Asikin, W. (2006). Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada Konsep Pencemaran Tanah Melalui Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Bell, Maeng, Peters. (2010). Virginia Mathematematics and Science Coalition Scientific Inquiry and the Nature of Science Task Force Report. University of Virginia and George Mason University.

Campbell, N., Recce, J. B, dan Mitchel, L.G. (2008). Biologi Edisi Kedelapan Jilid Dua.. Jakarta: Erlangga

Costa, A.L. (ed). (1988). Developing Minds : A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria, Virginia ASCD

Dahar, R, W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Dewey, J.(1909). How We Think. D.C. Health and Co.

Ennis, R.H. (1981). “Critical Thinking”. Pretince-Hall : University of Illinois.

(34)

86

Farhana, H. R. (2009). Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Memalui Pembelajaran Berbasis Praktikum Pada Sub. Konsep Alat Indra. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Fishwild, J, E. (2005). ”Modeling Instruction And The Nature Of Science”. The University Of Wisconsin-Whitewater.

Glaser, E. (1941). An Experiment in the Development of Critical Thingking.

Advanced School of Education at Teacher’s College, Columbia University. Harlen, W. (1992). The Teaching of Science. London : David Fulton Publisher Ltd.

Kurfiss, J. G. (1988). Critical Thinking : Theory, Research, Practice, and Possibilities. ASHE – ERIC Higher Education Report , No.2.

Lederman. (1999). Theachers’Understanding of the Nature of Science and Classroom Practice : Factors That Facilitate or Impede the Relatioship. Department of Science and Mathematics Education, Weniger Hall 237.

Lederman dan El- Khalick. (1997). The Nature of Science and Instructional Practice: Making the Unnatural Natural. Department of Science & Mathematics Education, Oregon State University, Weniger Hall 237, Corvallis, OR 97331, USA.

Lederman, N. G, abd-El-Khalick, Fouad, Bell, R. L, Schwartz, R. S. (2002). Views of Nature of Science Questionnare: Toward Valid and Meaningful Assesment of

Learners’ Conceptions of nature of Science. Journal of Research in Science Teaching. Vol. 39, No. 6, PP. 497-521.

Liliasari. (2007). Berpikir Kritis dalam pembelajaran Sains Kimia Menuju Profesionalitas Guru. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Lorsbach, A. and Tobin, K. (1992). Research Matters ....To the science teacher: Constructivism as a referent for science teaching. Narst Monograph, 5, 21-27. National Association for Research in Science Teaching.

Martini, R. (2008). Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Inkuiri Pictorial Riddle Pada Sub Konsep Pencemaran Air. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan. McComas, W.F. (1998). The principal elements of the nature of science : dispelling

the myths. University of Southern California. Los Angeles, CA 90089-0031. Muhfahroyin dan Shukor. (2009). Critical Thingking as a Core Skill, the Ability to

Think Critically is a Key Skill for Academic Succes. Northedge

(35)

87

Reti Tresnawati, 2013

National Research Council. (1999). Inquiry and the National Science Education Standards: A Guide for Theaching and Learning. Washington DC: National Academy Press.

National Research Council. (2001). Inqury and the National Science Education Standards: A Guide for Theaching and Learning. Washington, DC: National Academy Press.

Popper, K.R. (1963). Conjectures and refutations : the growth of scientific knowledge. New York : Harper and Row.

Pujianto dan Maryanto (2008). Pengembangan Model KBSB (Keterampilan Berpikir Dan Strategi Berpikir) Melalui Pembelajaran Sains Realistik Untuk Peningkatan Aktivitas Hands-On Dan Minds-On Siswa. Simposium Nasional Hasil Penelitian dan Inovasi Pendidikan 2009.

Rustaman, N, Y. (2006). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah Dalam Pendidikan Sains Dan Asesmennya. Universitas Pendidikan Indonesia.

Rustaman, N, Y. (2008). Habits Of Mind In Learning Science And Its Assessment. Universitas Pendidikan Indonesia.

Rutherford, J. F, dan Ahlgren, A. (1990). Science Fr All Americans. Oxford University Press.

Saliman (2010). Pendekatan inkuiri dalam pembelajaran. UNY.

Sudargo & S. Asiah. (2009). Pembelajaran biologi berbasis praktikum untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses siswa SMA. Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika (Edisi 5.). Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dan R&D (edisi revisi). Jakarta : Alfabeta

Suparno. (1997). Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Jakarta: Kanisius. Widiyadi, E. (2009). Penerapan Tree dalam klasifikasi dan Determinasi Makhluk

Hidup. Jurusan Teknik Informatika ITB. [Online] Tersedia : http://webmail.informatika.org/~rinaldi/Matdis/20092010/Makalah0910/Makalah Strukdis0910-084.pdf (4 Desember 2012).

Gambar

Tabel. 3.1. Desain Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Berpikir Kritis
Tabel 3.3 Kriteria Validitas
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sampah dibuang Sampah dari haemodialisis Masukkan dalam incinerator Masukkan dalam autoclaving (kantong harus dibuka). Limbah dari unit

Dapat disimpulkan bahwa pemberian intervensi yang menggunakan latihan meniup pada subjek MI memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan mengucapkan hurup H pada

BAB II LATIHAN MENIUP TERHADAP PENGUCAPAN ANAK DOWN SYNDROME A.. Pengertian Down Syndrome

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi

f) in Absatz 6, zweiter Spiegelstrich werden nach den Worten „Einführung in ausländische Rechtsordnungen (insbes. französisches, englisches, US- amerikanisches,

Yogyakarta: Pustaka marwa. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islām. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kawasan dan Wawasan Studi Islām.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT INTELEGENSI DENGAN KEMAMPUAN BELAJAR GERAK SISWA DI SMP HANDAYANI

Gastritis merupakan penyakit yang menimbulkan keluhan-keluhan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Gastritis dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal