• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPJPD Kab. BULUKUMBA2005 2025

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RPJPD Kab. BULUKUMBA2005 2025"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

BAB I

PENDAHULUAN ... 1

I.1 Pengantar ... 1

I.2 Pengertian ... 2

I.3 Maksud dan Tujuan ... 2

I.4 Landasan Hukum ... 3

I.5 Hubungan RPJPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya ... 4

I.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH . ... 6

BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS ... 18

BAB IV VISI, MISI, KEBIJAKAN, DAN ARAH PEMBANGUNAN

JANGKA PANJANG KABUPATEN BULUKUMBA 2005-2010 .... 36

BAB V TAHAPAN DAN SKALA PRIORITAS SERTA KAIDAH

JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025... 48

(2)

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA

TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

NOMOR : 07 TAHUN 2010 TANGGAL : 31 DESEMBER 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar

Dalam 20 tahun ke depan, pemerintah daerah akan menghadapi persaingan dan ketidakpastian global yang semakin meningkat seiring peningkatan jumah penduduk dan dinamika masyarakat yang beraneka ragam. Perubahan pada arah kebijakan dengan berkurangnya peran pemerintah pusat dan meningkatnya peran pemerintah daerah dalam perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan pembangunan. Perubahan tersebut tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Dengan berlakunya undang-undang tersebut, daerah memiliki kewenangan dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki dengan tetap memperhatikan skala pembangunan nasional dan pembangunan regional Sulawesi Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam perencanaan pembangunan yaitu melalui perencanaan partisipatif (partisipatif planning) dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat. Dengan demikian wujud perencanaan pembangunan di daerah merupakan perpaduan antara perencanaan yang bersifat top-down dan bottom-up.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) merupakan instrumen yang diharapkan mampu mensinergikan kegiatan pembangunan nasional yang dilakukan seluruh tingkatan pemerintahan. Penyatuan upaya pembangunan dari pusat hingga daerah diharapkan mendorong kegiatan pembangunan oleh dunia usaha dan masyarakat.

(3)

diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia diperlukan program dan kegiatan bagi daerah yang secara terus menerus dan terstruktur.

Pembangunan jangka panjang daerah 2005-2025 Kabupaten Bulukumba diharapkan dapat lebih menjabarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional dan RPJP Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, sehingga arah pembangunan nasional dapat dicapai sesuai amanat perundangan dimaksud secara berjenjang dan berkelanjutan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah selanjutnya akan dituangkan dalam empat tahapan, setiap tahapannya terdiri atas lima tahunan yang disebut dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah. Pada tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dijabarkan dalam Rencana Strategis (Renstra). Berdasarkan RPJM Daerah tersebut, pemerintah daerah setiap tahun menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), dalam tingkatan Satuan Kerja Perangkat Daerah disebut dengan Rencana Kerja (Renja) Tahunan SKPD.

1.2 Pengertian

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bulukumba adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi dan disesuaikan dengan potensi, kondisi, dan aspirasi masyarakat Kabupaten Bulukumba.

RPJP Daerah Kabupaten Bulukumba merupakan dokumen induk yang memuat visi, misi, nilai, strategi, dan arah kebijakan pembangunan daerah dengan memperhatikan para pelaku pembangunan dan dituangkan dalam bentuk peraturan daerah.

1.3 Maksud dan Tujuan

RPJP Daerah Kabupaten Bulukumba yang ditetapkan untuk jangka waktu dua puluh tahun ke depan dengan maksud, menjadi pedoman bagi:

a. Pemerintah Daerah dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

(4)

1.4. Landasan Hukum

RPJP Daerah Kabupaten Bulukumba disusun berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai landasan idil dan konstitusional, serta didasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Sulawesi Selatan sebagai landasan operasional dan dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

(5)

1.5 Hubungan RPJPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Penyusunan RPJPD adalah merupakan kewajiban seluruh pemerintah daerah yang dasar pengaturannya mengacu kepada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dengan adanya kewajiban tersebut maka pemerintah Kabupaten Bulukumba sebagai bagian dari pemerintahan melakukan penyusunan RPJPD yang prosesnya secara singkat dimulai dari tahapan penyiapan rancangan RPJPD sampai dengan penetapan Perda RPJPD.

Arah pembangunan daerah disesuaikan dengan yang tercantum dalam RPJP Nasional yang telah ditetapkan sebagai koridor pembangunan dalam jangka waktu dua puluh tahun yaitu:

a) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila;

b) Mewujudkan bangsa yang berdayasaing;

c) Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum;

d) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu;

e) Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan;

f) Mewujudkan Indonesia asri dan lestari;

g) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasis kepentingan nasional;

h) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.

Selanjutnya dalam RPJP Daerah Provinsi Sulawesi Selatan telah menetapkan arah Pembangunan Sulawesi Selatan sebagai berikut:

a) Meningkatkan kualitas manusia Sulawesi Selatan,

b) Mewujudkan Sulawesi Selatan sebagai komunitas pembelajar,

c) Mewujudkan Sulawesi Selatan sebagai wilayah kondusif dan atraktif,

(6)

e) Meningkatnya kualitas peran Sulawesi Selatan dalam memelihara Ketahanan Nasional dan mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, dan kuat.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bulukumba disusun dan merupakan dokumen yang saling terkait dengan perencanaan lainnya. Oleh karena itu, dalam penyusunannya baik substansi dan jangka waktu, RPJPD Kabupaten Bulukumba ditetapkan yaitu tahun 2005-2025 sesuai dengan penjelasan Pasal 8 ayat 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan RPJPD Kabupaten Bulukumba Tahun 2005-2025 disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Format sistematika penulisan dalam bentuk bab yang disajikan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab II : Gambaran Umum Kondisi Daerah

Bab III : Analisis Isu-isu Strategis

Bab IV : Visi, Misi, Kebijakan, dan Arah Pembangunan Kabupaten Bulukumba

Tahun 2005-2025.

Bab V : Tahapan dan Skala Prioritas serta Kaidah Pelaksanaan Pembangunan

Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025.

(7)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Luas wilayah Kabupaten Bulukumba ±1.154,67 km2, terdiri dari 10 kecamatan dengan 126 desa/kelurahan, 28 desa daerah pantai (22,22%), 1 desa daerah lembah (0,79%), 20 desa daerah perbukitan (15,87%), 77 desa adalah dataran (61,60%). Secara kewilayahan Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi yaitu dataran tinggi pada kaki gunung Bawakaraeng-Lompo Battang, dataran rendah, pantai, dan laut lepas.

Kabupaten Bulukumba terdiri atas 10 kecamatan yaitu, Kecamatan Ujungbulu, Gantarang, Kindang, Rilau Ale, Bulukumpa, Ujung Loe, Bontobahari, Bontotiro, Kajang dan Kecamatan Herlang. Tujuh diantaranya berada di daerah pesisir dengan sentra pengembangan pariwisata dan perikanan yaitu, Kecamatan Ujungbulu, Gantarang, Ujung Loe, Bontobahari, Bontotiro, Kajang dan Kecamatan Herlang. Tiga kecamatan sebagai sentra pengembangan pertanian dan perkebunan yaitu Kecamatan Kindang, Rilau Ale dan Kecamatan Bulukumpa.

Kabupaten Bulukumba mempunyai suhu rata-rata yang berkisar dari 23,820 Celcius-27,680 Celcius pada kisaran yang cocok untuk pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Klasifikasi iklim berdasarkan analisis Smith-Perguson termasuk klasifikasi lembab atau agak basah dengan curah hujan bervariasi antara 800-1000 mm/tahun di Kecamatan Ujungbulu, sebagian Kecamatan Ujung Loe dan sebagian Kecamatan Bontobahari. Curah hujan antara 1000-1500 mm/tahun pada sebagian Kecamatan Gantarang, Ujung Loe dan Kecamatan Bontotiro. Curah hujan antara 1500-2000 mm/tahun pada sebagian Kecamatan Gantarang dan sebagian Kecamatan Bulukumpa, Bontotiro, Herlang, dan Kecamatan Kajang. Curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang, Rilau Ale, Bulukumpa, dan kecamatan Herlang.

(8)

sumberdaya yang ada dalam mengatasi tantangan menuju terwujudnya masyarakat sejahtera dengan mewujudkan pemerintahan yang mandiri, berwibawa, dalam upaya pencapaian tujuan nasional sebagaimana diamanatkan pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Potensi pembangunan yang mendukung antara lain meliputi:

a. Semangat otonomi daerah sesuai yang tertuang dalam UU Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang memberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurusi rumah tangganya sendiri berdasarkan kemampuan dan potensi serta karakteristik daerah.

b. Letak geografis Kabupaten Bulukumba yang merupakan wilayah administrasi yang menghubungkan antarwilayah Sulawesi Selatan dengan Kepulauan Selayar, Sinjai, Bone pada jalur Selatan dengan potensi perikanan, pertanian, dan perkebunan.

c. Budaya gotong royong yang masih terpelihara dapat dimanfaatkan untuk membangun Kabupaten Bulukumba dengan falsafah “Mali siparappe, Tallang sipahua“ yang dalam ungkapan suku Bugis Makassar merupakan sikap batin masyarakat Bulukumba untuk mengembangkan amanat persatuan dalam mewujudkan keselamatan bersama demi terciptanya tujuan pembangunan lahir dan batin, material dan spiritual, dunia dan akhirat.

d. Potensi sumberdaya alam yang melimpah tersebar di tiga kecamatan sebagai sentra perkebunan dan tujuh kecamatan sebagai sentra perikanan.

e. Tersedia sumberdaya manusia yang cukup potensial dalam mendukung pembangunan Bulukumba dan berkesinambungan.

f. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam mendukung perkembangan daerah Kabupaten Bulukumba.

A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

(9)

masyarakat akan tercermin pada aspek kualitas dan struktur umur penduduk, kualitas penduduk itu sendiri tercermin dari aspek kualitas pendidikan, kesehatan, dan lingkungan.

Kabupaten Bulukumba lahir dari suatu proses perjuangan yang panjang dengan mengorbankan harta dan martabat. Salah satu wujud perjuangan menjelang proklamasi yakni dengan terbentuknya ”Barisan Merah Putih” dan “Laskar Brigade Pemberontakan Bulukumba Angkatan Rakyat”.

Dari sisi budaya, Kabupaten Bulukumba telah tampil menjadi sebuah legenda modern dalam kancah percaturan kebudayaan nasional. Melalui industri perahu dengan jenis pinisi, padewakkang, lambo, pajala, maupun lepa-lepa telah berhasil mengangkat nama Kabupaten Bulukumba di dunia internasional. Kata layar memiliki pemahaman terhadap aspek yang bernama perahu sebagai refleksi kreativitas masyarakat Kabupaten Bulukumba.

Kehidupan keagamaan, masyarakat Kabupaten Bulukumba telah bersentuhan dengan agama Islam sejak awal abad ke-17 Masehi yang diperkirakan tahun 1605 M. Ajaran agama Islam yang berintikan tasauf ini menumbuhkan kesadaran religius bagi penganutnya dan menggerakkan sikap keyakinan untuk berlaku zuhud, suci, lahir, dan bathin.

(10)

B. Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB atas dasar harga konstan. Penggunaan angka dasar harga konstan untuk menghindari pengaruh perubahan harga. Pertumbuhan ekonomi nasional, regional, provinsi, dan kabupaten/kota dihitung dengan harga konstan tahun 2000. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bulukumba antara tahun 2003-2007 mencapai 4,91 persen. Rendahnya pertumbuhan tersebut sebagian masih disebabkan dampak krisis ekonomi yang melanda tanah air. Bila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang mencapai 5,51 persen untuk periode yang sama, nampak bahwa kinerja perekonomian Kabupaten Bulukumba menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat.

Struktur ekonomi Kabupaten Bulukumba sektor pertanian memberikan kontribusi 59 persen tahun 2003, dan turun menjadi 53 persen tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Bulukumba perekonomiannya masih mengandalkan sektor pertanian.

Sektor lain yang mempunyai kontribusi cukup besar yaitu, sektor jasa dengan kontribusi 14,09 persen tahun 2003, kemudian pada tahun 2007 memberikan kontribusi 17,68 persen terhadap total PDRB Kabupaten Bulukumba. Selanjutnya sektor perdagangan sebesar 11,32 persen pada tahun 2003 dan menjadi 11,67 persen pada tahun 2007. Sektor yang memberikan kontribusi terkecil di Kabupaten Bulukumba adalah sektor pertambangan dan penggalian, yaitu hanya 0,31 persen pada tahun 2003 kemudian pada tahun 2007 menjadi 0,39 persen dari total PDRB.

Semetara itu, setiap tahun PDRB per kapita Kabupaten Bulukumba cenderung mengalami peningkatan. Dalam lima tahun terakhir dari Rp 3.863.914,00 pada tahun 2003 menjadi Rp 5.669.441,00 pada tahun 2007. Hal ini berarti bahwa dalam kurun waktu lima tahun PDPB perkapita mengalami peningkatan yang cukup pesat.

C. Ilmu pengetahuan dan Teknologi

(11)

Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam peningkatan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yakni pemanfaatan teknologi itu sendiri dalam proses produksi, optimalisasi pemanfaatan lahan, dan kesesuaian teknologi untuk masing-masing sektor yang terkait. Pengaruh teknologi terhadap perubahan budaya dan lingkungan akan menjadi perhatian pemerintah.

D. Sarana dan Prasarana

Pembangunan infrastruktur merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Infrastruktur merupakan penggerak utama perekonomian dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sektor transportasi merupakan tulang punggung perekonomian terutama dalam mendistribusikan arus barang dan penumpang. Ketersediaan sarana perumahan dan pemukiman, antara lain air minum dan sanitasi, secara luas dan merata, serta pengelolaan sumberdaya air yang berkelanjutan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Infrastruktur seperti kelistrikan, telekomunikasi, sarana air bersih, perumahan serta sanitasi merupakan aspek penting dalam rangka peningkatan produksi.

Jaringan transportasi mempunyai peran penting dalam memperkokoh kesatuan dan kesatuan bangsa, pemicu pembangunan suatu kawasan. Dapat dikatakan bahwa disparitas kesejahteraan antarkawasan juga dapat diidentifikasi dari kesenjangan infrastruktur yang terjadi diantaranya. Dalam konteks ini, ke depan pendekatan pembangunan infrastruktur berbasis wilayah semakin penting untuk diperhatikan. Pengalaman menunjukkan bahwa infrastruktur transportasi berperan besar untuk membuka isolasi wilayah, serta ketersediaan pengairan merupakan persyaratan kesuksesan pembangunan pertanian dan sektor lainnya.

Sarana Pendidikan

(12)

Kejuruan pada tahun 2007 sebanyak 6 unit meningkat dari 2 unit pada tahun 2003, atau naik sebesar 83,33 persen. Sekolah Tinggi sebanyak 3 unit pada tahun 2007. Sarana pendidikan diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan formal dan informal terkait upaya peningkatan kualitas masyarakat Kabupaten Bulukumba.

Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan dalam rangka mendukung layanan kesehatan tahun 2007 yang terdiri dari rumah sakit, Puskesmas, Posyandu, dan Polindes seluruhnya berjumlah 612 dengan rincian rumah sakit 1 unit, Puskesmas 16 unit, Puskesmas Pembantu (Pustu) 65 unit, Posyandu 475 unit, dan Polindes 56 unit. Sarana untuk rumah sakit dan Puskesmas jika dibandingkan dengan tahun 2003 tidak mengalami penambahan. Unit yang mengalami perubahan dengan penambahan yaitu, Pustu tahun 2003 sebanyak 53 unit menjadi 65 unit pada tahun 2007, atau meningkat 19,04 persen, Posyandu tahun 2003 sebanyak 457 unit meningkat menjadi 475 unit tahun 2007, atau naik sebesar 3,94 persen. Polindes tahun 2003 sebanyak 52 unit meningkat menjadi 56 unit, atau naik 7,69 persen. Sarana kesehatan yang ada dalam perencanaan jangka panjang diharapkan mengalami peningkatan baik volume maupun kualitas sarana pelayanannya.

Sarana Jalan

Panjang jalan pada tahun 2003 sepanjang 1.343,49 km tidak mengalami penambahan sampai dengan tahun 2007. Meskipun panjang jalan tidak mengalami penambahan, namun dilakukan peningkatan kualitas jalan yaitu permukaan jalan yang diaspal pada tahun 2007 mencapai sepanjang 736,73 km, sedangkan sejak tahun 2003 sepanjang 515,45 km. Peningkatan kualitas jalan dalam jangka panjang diharapkan dapat memperlancar arus lalu lintas barang dan kemudahan angkutan produksi pertanian, perkebunan dan perikanan antar wilayah kabupaten dan akses terhadap wilayah kebupaten terdekat.

E. Politik

(13)

Perwakilan Rakyat Daerah pada periode tahun 2005 sebanyak 35 orang dengan komposisi Ketua, Wakil Ketua dan Komisi dan ke 35 anggota legislatif tersebut mewakili 12 partai dari 24 partai politik yang ikut dalam pemilihan tahun 2004.

Pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah memberikan manfaat positif bagi pemerintah daerah utamanya dari segi penerimaan penyelenggaraan pemerintahan sejak perencanaan daerah sampai dengan pengukuran keberhasilan pembangunan. Alokasi anggaran dari pemerintah pusat kepada daerah disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan daerah.

Peyelenggaraan pembangunan sesuai perencanaan, pemerintah daerah mendapatkan pengawasan dari masyarakat melalui DPRD, LSM dan Ormas lainnya.

Perbaikan dari proses perkembangan kehidupan berpolitik di Kabupaten Bulukumba akan semakin berkembang menjadi lebih demokratis. Perkembangan ini, tidak terlepas dari adanya perubahan kehidupan politik di tanah air secara umum. Sistem demokrasi dengan pemberlakuan sistem demokrasi langsung akan mendukung pertumbuhan kekuatan masyarakat sipil di Kabupaten Bulukumba.

Seluruh komponen berperan strategis dalam rangka memobilisasi dan menyatukan kepentingan, perhatian, dan kebutuhan masyarakat atau bagian bagiannya dan untuk menyampaikan kepada pemegang kekuasaan atau wakil partai politik.

F. Keamanan dan Ketertiban

Meski keamanan dan ketertiban menjadi tugas pokok dan tanggung jawab oleh pihak TNI dan Polri, namun di sisi lain dalam konteks NKRI keamanan dan ketertiban bukan saja menjadi tanggungjawab TNI dan Polri tetapi sesungguhnya merupkan tanggung jawab bersama sebagai warga Negara Indonesia yang mencintai bangsa dan negaranya.

(14)

Nomor:VII/MPR/2000 tentang peran TNI dan Polri. Selanjutnya Ketetapan MPR tersebut diperkuat lagi dengan diundangkannya UU Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, UU Nomor 2 tahun 2003 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan UU Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI. Namun demikian reposisi tersebut berdampak pada adanya ketidakterkaitan penanganan masalah pertahanan dan masalah keamanan dalam negeri yang seharusnya bersama-sama dengan keamanan sosial merupakan satu kesatuan dalam keamanan nasional.

Dengan demikian, reformasi di bidang pertahanan dan keamanan tidak hanya menyangkut pemisahan TNI dan Polri tetapi juga mengenai penataan lebih lanjut hubungan keduanya secara kelembagaan dalam melaksanaan tugas dan kewenangan masing-masing.

Reposisi antara TNI dan Polri dikaitkan dengan kondisi pertahanan keamanan di Kabupaten Bulukumba saat ini pengaruhnya tidak terlalu signifikan. Atas koordinasi dan kerjasama yang terjalin dengan baik antara unsur muspida di Kabupaten Bulukumba menjadikan keamanan dan ketertiban berjalan dengan baik. Walaupun demikian, masih ditemui adanya tindak kekerasan dan masalah kriminal lainnya dalam masyarakat, hal ini disebabkan beberapa faktor pemicu dalam masyarakat antara lain; kondisi sosial masyarakat, faktor ekonomi serta pengaruh penyalahgunaan teknologi.

Salah satu akses lebih lanjut dari supremasi pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan dan subordinasi pembangunan sosial budaya yakni kurang berkembangnnya kesadaran sosial dan budaya hukum. Adanya indikasi kerawanan sosial yang muncul dalam bentuk konflik horizontal, meningkatnya gangguan keamanan, menurunnya ketertiban umum dan meningkatnya kriminalitas menunjukkan adanya penurunan kesadaran sosial dan belum berkembangnnya budaya hukum.

G. Hukum dan Aparatur

(15)

menikmati dan meyakini tegaknya supremasi hukum. Kesadaran hukum masih perlu terus ditingkatkan untuk menciptakan masyarakat yang taat hukum.

Sejak diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah membawa serangkaian perubahan dalam sistem, organisasi, dan tata laksana pemerintahan daerah. Otonomi daerah juga membawa akibat desentralisasi fiskal telah membuka kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah yang dimulai proses perencanaan, penyusunan APBD, pelaksanaan, dan pengawasan hasil pembangunan itu sendiri.

Otonomi telah memberikan manfaat positif seperti perluasan kapasitas PAD, dan kewenangan anggaran dan pengalokasiannya. Globalisasi menciptakan revolusi teknologi dan sistem informasi yang secara langsung akan mempengaruhi dan menuntut peningkatan kinerja aparat negara dan sistem informasi pelayanan sektor publik. Salah satu tuntutan globalisasi yakni penguasaan atas informasi dan teknologi (iptek) yang didukung sumberdaya yang berkualitas.

H. Wilayah dan Tataruang

Sesuai dengan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, penataan kawasan didasarkan pada fungsi kawasan dan kegiatan, fungsi kawasan didasarkan pada pengamatan dominasi kegiatan atau penentuan suatu kawasan. Strategi dan pola ruang Kabupaten Bulukumba dijabarkan dalam indikasi lokasi kawasan lindung dan budidaya serta prasarana penunjangnya. Pola pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bulukumba menggambarkan indikasi sebaran kegiatan pelestarian alam, cagar budaya, kegiatan produksi, serta sebaran pemukiman. Pemanfaatan pengembangan wilayah secara khusus meliputi; pola kawasan lindung, pola pengembangan budidaya, pola pengembangan sistem permukiman kawasan andalan, kawasan tertentu, dan kawasan cepat tumbuh.

(16)

dalam rangka mencegah timbulnya permasalahan sosial yang mengemuka saat ini dan berpotensi untuk berkembang pada masa yang akan datang, pemerintah Kabupaten Bulukumba telah menyediakan fasilitas dan peningkatan yang terjangkau bagi masyarakat.

Pembangunan yang dilakukan pada suatu wilayah saat ini masih sering dilakukan tanpa mempertimbangkan keberlanjutannya. Keinginan untuk memperoleh keuntungan ekonomi jangka pendek seringkali menimbulkan keinginan untuk mengeksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan sehingga menurunkan kualitas (degradasi) dan kuantitas (deflesi) sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Selain itu, serigkali pula terjadi konflik pemanfaatan ruang antar sektor, contohnya, dengan terjadinya konflik antar kehutanan dan pertambangan, salah satu penyebab terjadinya permasalahan tersebut yakni karena pembangunan yang dilakukan dalam wilayah tersebut belum menggunakan rencana tataruang sebagai acuan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan antarsektor dan antarwilayah.

Pengelolaan pertanahan secara transparan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari penataan ruang. Pada saat ini masih terdapat berbagai masalah dalam pengelolaan pertanahan, antara lain; pengelolaan dan tata ruang kawasan yang belum efektif, tata ruang yang belum efisien, belum terwujudnya kelembagaan pertanahan yang efisien dalam memberikan pelayanan pertanahan kepada masyarakat, masih rendahnya kompetensi pengelola pertanahan, masih lemahnya penegakan hukum terhadap hak atas tanah yang menerapkan prinsip prinsip keadilanl, transparan, dan demokratis.

I. Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Luas wilayah Kabupaten Bulukumba yaitu sekitar ± 1.154,67 km2, terdiri dari 10 kecamatan dengan 126 desa/kelurahan, 28 desa daerah pantai (22,22%), 1 desa daerah lembah (0,79%), 20 desa daerah perbukitan (15,87%), 77 desa adalah dataran (61,60%).

(17)

laki-laki dan 202.502 perempuan. Hasil sensus penduduk selama kurun waktu 1980-1990 menunjukkan pertumbuhan penduduk mencapai 1,11 persen pertahun kemudian pada periode tahun 1990-2000 turun menjadi sebesar 0,50 persen per tahun dan tahun 2000-2007 tumbuh 1,2 persen per tahun. Dengan demikian rata-rata pertumbuhan penduduk pertahun yakni 1,2 persen.

Sungai di Kabupaten Bulukumba panjangnya bervariasi, terdapat 32 aliran sungai yang terdiri dari sungai besar dan kecil. Jumlah panjang sungai seluruhnya mencapai panjang 603,50 km. Sungai- sungai tersebut sebagian besar dimanfaatkan untuk sumber air bersih dan pengairan sawah dengan luas wilayah yang dilayani 23.365 ha. Debit air dari 32 sungai tersebut yang terbesar yaitu sungai Bialo 14,154 M3/detik, sungai Balantieng 13,336 M3/detik, sungai Bijawang 7,527 M3/detik dan sungai Sangkala 5,011 m3/detik dan selebihnya memiliki debit dibawah 1 M3/detik.

Dari kondisi geografis, Kabupaten Bulukumba yang terdiri dari 22,22 persen daratan memberi gambaran potensi alam yang cukup potensial. Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu wilayah di Sulsel dengan potensi subsektor pertanian tanaman pangan dengan produksi padi pada tahun 2004 mencapai 173.302 ton dan naik menjadi 220.810 ton pada tahun 2007. Potensi subsektor perkebunan khususnya kelapa dalam dan kelapa hibrida dengan produksi tahun 2007 sebanyak 5.487 ton dan 5.520 ton. Dengan potensi yang ada tersebut maka ke depan pengembangan sektor pertanian dan perkebunan menjadi prioritas yang akan dipertimbangkan .

(18)

Selain potensi tersebut, perikanan dan kelautan merupakan potensi yang cukup besar dan tersebar pada sepuluh kecamatan. Tujuh kecamatan memiliki potensi kelautan dan potensi perikanan darat di sepuluh kecamatan. Jumlah nelayan pengusaha pada tahun 2007 sebanyak 1.073 kk, sedangkan pada tahun 2003 sebanyak 979 kk, jumlah buruh/nelayan perikanan laut pada tahun 2007 sebanyak 5.590 kk, sedangkan pada tahun 2003 sebanyak 4.201 kk, dan perikanan darat tahun 2007 sebanyak 1.632 kk dari 1.383 kk pada tahun 2003.

(19)

BAB III

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

Tantangan dibidang Pembangunan sosial budaya dan agama dalam 20 tahun kedepan adalah adanya peningkatan jumlah penduduk dengan jumlah pertumbuhan yang mencapai 1,2 persen per tahun dengan asumsi pertumbuhan berlangsung secara normal. Jumlah penduduk Kabupaten Bulukumba tahun 2006 sebanyak ± 383.870 jiwa dan meningkat menjadi sekitar ± 386.239 jiwa pada tahun 2007. Tingkat pertumbuhan penduduk kurun waktu 1980-1990 mencapai 1,11 persen dan tahun 1990-2000 turun sebesar 0,50 persen. Dengan demikian rata-rata pertumbuhan mencapai 1,2 persen. Dengan pertumbuhan rata-rata 1,2 persen. Pertumbuhan penduduk yang cukup besar dapat menyebabkan perubahan komposisi penduduk dari yang produktif lebih besar dari jumlah yang non produktif selain aspek kualitas dan struktur umur penduduk, kualitas penduduk itu sendiri tercermin dari aspek kualitas pendidikan, kesehatan dan lingkungan.

Pertumbuhan penduduk yang positif pada akhirnya akan memperluas lahan hunian dan mengurangi lahan usaha bagi penduduk itu sendiri. Indikator yang dapat ditunjukkan dari kepadatan penduduk Kabupaten Bulukumba adalah kepadatan penduduk yaitu dari 329 orang/km menjadi 332 orang/km. Peningkatan kepadatan dapat menyulitkan pemerintah dalam menyiapkan berbagai fasilitas perumahan, air bersih dan fasilitas pendukung lainnya. Dari segi usia produktif (15-64 tahun) sebanyak ± 245.249 orang pada tahun 2006, dan usia tidak produktif 0-14 tahun sebanyak ± 120.398 orang, usia lanjut diatas 65 tahun sebanyak 18.223 orang. Berdasar hipotesis bahwa setiap 100 penduduk produktif tahun 2006 menanggung beban ekonomi sekitar 56 orang usia tidak produktif. Angka tersebut meningkat pada tahun 2007 dibanding tahun sebelumnya yaitu menjadi 56,49 orang.

(20)

Indeks pendidikan merupakan gabungan dari dua indikator pendidikan yaitu angka melek huruf penduduk 15 tahun keatas dan rata-rata lama sekolah. Indeks pendidikan Kabupaten Bulukumba pada tahun 2004 adalah 70,0 dan menjadi 70,8 pada tahun 2006. Hal ini disebabkan komponen angka melek huruf juga mengalami peningkatan yaitu dari 84,7 persen pada tahun 2006 menjadi 85,20 persen tahun 2007. Rata-rata lama sekolah mengalami kenaikan dari 6,1 tahun pada tahun 2004 menjadi 6,3 tahun pada tahun 2006.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan indikator untuk menilai tingkat kinerja pembangunan manusia. Semakin tinggi nilai IPM suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat kinerja pembangunan manusia yang dicapai pada wilayah tersebut. IPM Kabupaten Bulukumba pada tahun 2004 sekitar 67,6 dan meningkat menjadi 68,9 pada tahun 2006 dengan peringkat 11 dari 26 kabupaten se-Sulawesi Selatan. Tantangan ke depan yakni upaya menaikkan peringkat kinerja pembangunan manusia yang lebih baik minimal peringkat lima terdepan di Sulawesi selatan.

Penyediaan lapangan kerja yang ada di Kabupaten Bulukumba untuk sektor pertanian dan perikanan secara umum jangka panjang diharapkan mampu menampung tenaga kerja dibandingkan dengan tenaga kerja yang tersedia. Dengan semakin proporsionalnya lapangan kerja dan tenaga kerja yang homogen merupakan tantangan sekaligus merupakan potensi dalam memberikan kontribusi menekan angka kriminalitas dan menaikkan kualitas ekonomi masyarakat Bulukumba.

(21)

tempat peribadatan selain peningkatan kualitas keagamaan untuk menekan kemungkinan munculnya penyimpangan perilaku yang bertentangan dengan nilai keagamaan.

B. Ekonomi

Tantangan dua puluh tahun ke depan dengan pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 4,91 persen atau lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, yaitu rendahnya daya dukung ekonomi regional dan mendukung ekonomi nasional. Oleh karena itu, ke depan pertumbuhan ekonomi masih merupakan prioritas pembangunan untuk memperkecil kesenjangan ekonomi dan dalam rangka meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat Kabupaten Bulukumba.

Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,91 persen dan PDRB per kapita sebesar Rp 5.148.225,00 struktur ekonomi diupayakan mengalami pertumbuhan untuk mengimbangi tingkat pertumbuhan secara nasional. Dari data yang ada diketahui bahwa dalam kurun waktu lima tahun sektor utama tidak mengalami pergeseran. Peranan sektor pertanian memberikan kontribusi antara 60 persen tahun 2002 dan turun menjadi 55 persen pada tahun 2006. Meskipun mengalami penurunan 5 persen namun jangka panjang ke depan sektor pertanian masih dapat diandalkan untuk mendukung perekonomian secara keseluruhan melalui upaya peningkatan kualitas produksi melalui pemanfaatan teknologi bidang pertanian.

Sektor jasa dengan kontribusi sebesar 14,35 persen pada tahun 2002, kemudian pada tahun 2006 memberikan kontribusi sebesar 16,93 persen terhadap total PDRB Kabupaten Bulukumba. Sektor jasa dengan peningkatan 2,58 persen kedepannya akan ditingkatkan kontribusinya. Sektor perdagangan sebesar 11,34 persen pada tahun 2002 dan menjadi 11,23 persen pada tahun 2006 atau mengalami penurunan 0,11 persen. Dengan adanya penurunan kontribusi tersebut maka upaya-upaya menaikkan peran sektor perdagangan menjadi perhatian antara lain dengan mendorong peningkatan volume perdagangan dengan wilayah terdekat secara regional maupun nasional. Sektor pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar 0,30 persen pada tahun 2002 kemudian pada tahun 2006 menjadi sebesar 0,36 persen atau hanya naik 0,06 persen dari total PDRB tetap menjadi perhatian pemerintah.

(22)

tantangan jangka panjang yakni mempertajam penigkatan seiring pertumbuhan penduduk yang cukup pesat dengan rata-rata pertumbuhan 1,2 persen yang berarti memperkecil luasan lahan usaha.

C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Tantangan dalam dua puluh tahun ke depan dengan pertumbuhan penduduk yang mencapai 24 persen dari tahun 2005, dan dalam rangka menghadapi tantangan perkembangan ekonomi global maka peran ilmu pengetahuan dan teknologi akan semakin berkembang. Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Kabupaten Bulukumba dalam menghadapi tantangan tersebut melalui peningkatan sarana pendukung teknologi menuju ekonomi yang berbasis pengetahuan (knowledge based economy).

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bulukumba maka hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam peningkatan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yakni melalui upaya penelitian dan pemanfaatan teknologi itu sendiri dalam proses produksi, optimalisasi pemanfaatan lahan, dan kesesuaian teknologi untuk masing-masing sektor yang terkait. Pengaruh teknologi terhadap perubahan budaya dan lingkungan akan menjadi perhatian pemerintah daerah Kabupaten Bulukumba.

D. Sarana dan Prasarana

(23)

telekomunikasi, sarana air bersih, perumahan, serta sanitasi merupakan aspek penting dalam rangka peningkatan produksi dan kesejahteraan masyarakat.

Kejahteraan antarkawasan akan diidentifikasi dan kesenjangan infrastruktur yang terjadi akan diperkecil. Pembangunan infrastruktur berbasis wilayah semakin penting untuk diperhatikan malalui perencanaan yang lebih terarah dengan memperhatikan tingkat pertumbuhan ekonomi yang ada. Pembangunan infrastruktur utamanya sektor transportasi diarahkan menjadi sarana untuk membuka isolasi wilayah antardesa, kecamatan, dan ibukota kabupaten. Sektor lain yang menjadi perhatian yakni ketersediaan pengairan untuk mendukung pembangunan sektor pertanian dengan kontribusi 55 persen dari total PDRB Kabupaten Bulukumba.

Sarana Pendidikan

Tantangan ke depan di bidang penyediaan sarana pendidikan diarahkan kepada upaya menekan angka buta huruf atau menaikkan prosentase angka melek dari 82,96 persen menjadi 96 persen akhir tahun perencanaan jangka panjang. Upaya tersebut melalui penyediaan sarana pendidikan secara berjenjang untuk tingkatan pendidikan.

Penyediaan sarana pendidikan untuk seluruh tingkatan mulai dari TK, SD, SLTP, dan SLTA dan sederajat diupayakan dapat memenuhi proporsi kebutuhan sesuai standar penyediaan sarana layanan pendidikan. Kecenderungan peningkatan sarana yaitu, TK dari 153 unit pada tahun 2003 menjadi 295 unit pada tahun 2007, atau mengalami peningkatan 92,81 persen, menunjukkan tingkat kebutuhan yang cukup pesat. Tingkat SD dari 385 unit pada tahun 2003 turun menjadi 381 unit tahun 2007 disebabkan penggabungan unit sekolah namun dari segi daya tampung menunjukkan peningkatan.

(24)

Sarana Kesehatan

Peningkatan sarana kesehatan dalam rangka mendukung layanan kesehatan pada tahun-tahun yang akan datang selain mempertahankan kondisi sarana kesehatan yang sudah ada, juga diharapkan adanya penambahan jumlah sarana kesehatan utamanya yang terkait dengan sarana layanan rawat inap.

Pemerintah mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan derajat kesehatan penduduk karena kesehatan merupakan investasi untuk meningkatkan SDM. Kesehatan penduduk selain ketersediaan sarana juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat itu sendiri, lingkungan hidup, pelayanan kesehatan, dan faktor lainnya. Untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan dapat dilihat dari derajat kesehatan dan gizi penduduk. Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan pada 10 kecamatan dengan 16 unit puskesmas tahun 2004, rasio layanan per puskesmas yakni 23.390 orang per puskesmas, dan naik menjadi 23.992 orang per puskesmas pada tahun 2006. Angka tersebut tidak banyak berpengaruh pada tahun 2007 akibat tidak adanya penambahan puskesmas pada tahun 2007. Untuk menjangkau layanan pada daerah yang letak geografisnya sulit dijangkau maka pemerintah menyiapkan unit layanan lain setingkat puskesmas pembantu (pustu). Dari 63 pustu yang ada pada tahun 2006, diharapkan pada tahun 2025, pustu diharapkan berkembang menjadi 83 unit dengan asumsi selain penambahan puskesmas juga terdapat penambahan pustu 1 unit pertahun perencanaan.

Penyediaan tenaga medis, seiring penambahan sarana kesehatan diupayakan meningkat setiap tahun. Indikasi ketersediaan tenaga kesehatan utamanya tenaga dokter pada tahun 2004 dari 12.072 penduduk terdapat seorang dokter dan turun menjadi 7.997 orang per dokter. Tenaga perawat lainnya tahun 2004 sebanyak 235 orang menjadi 367 pada tahun 2006.

Sarana Jalan

(25)

juga kemudahan angkutan barang dan jasa antarwilayah kabupaten dan akses terhadap wilayah kabupaten terdekat.

Peningkatan sarana jalan akan dapat mendukung peningkatan volume perdagangan antarwilayah. Upaya perbaikan kualitas permukaan yang baru mencapai 736,73 masih merupakan tantangan dibidang penyediaan sarana jalan. Selain itu, pemeliharaan jalan secara berkelanjutan menjadi bagian dari upaya mendukung stabilitas dan fungsi mempertahankan arus lalu lintas barang dan jasa berkelanjutan.

E. Politik

Di bidang politik, kecenderungan yang sama juga terjadi. Lembaga-lembaga politik dalam bentuk partai politik berkembang sangat pesat dilihat dari sisi jumlah. Hampir semua partai politik memiliki perwakilan mayoritas di kabupaten. Walaupun, ada kecenderungan bahwa partai-partai tersebut belum mampu menghimpun dan menyalurkan aspirasi masyarakat secara optimal, terlihat dari hasil Pilkada yang tidak selalu sejalan dengan hasil Pemilu Legislatif. Organisasi sosial politik belum mampu memberikan suasana yang kondusif dan cenderung memecah-belah kekerabatan yang ada dimasyarakat. Fenomena ini merupakan suatu proses pendewasaan berpolitik masyarakat.

Pembangunan di bidang sosial politik diarahkan untuk mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum, yang ditandai oleh kelembagaan demokrasi yang semakin kokoh dan mantap, kuatnya peran masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan politik yang bermuara pada semakin mantapnya pelembagaan nilai-nilai demokrasi yang menitikberatkan pada prinsip-prinsip toleransi, non-diskriminasi, kemitraan, dan terwujudnya konsolidasi demokrasi pada berbagai aspek kehidupan politik, serta semakin tingginya kualitas desentralisasi dan otonomi daerah. Kondisi ini diharapkan akan mendorong tercapainya penguatan kepemimpinan dan kontribusi Kabupaten Bulukumba dalam berbagai kerjasama antardaerah, interdaerah dalam rangka mewujudkan tatanan nasional yang lebih adil dan damai dalam berbagai aspek kehidupan.

Untuk maksud tersebut, pengembangan kelembagaan masyarakat di bidang sosial politik diarahkan agar mampu:

(26)

menyampaikan aspirasi atau bahkan ikut terlibat dalam proses perumusan kebijakan dan peraturan yang menyangkut hidup mereka.

b. Membangun dan menjamin terselenggaranya kehidupan sosial politik (iklim dan budaya politik) yang demokratis yang berbasis pada penghormatan nilai-nilai HAM, prinsip persamaan, kesetaraan, kebebasan dan keterbukaan, toleransi dan anti kekerasan, dengan tetap mengedepankan nilai-nilai budaya seperti musyawarah untuk mufakat serta nilai-nilai budaya lainnya yang relevan,

yang dilakukan melalui pendidikan politik dan dengan mengembangkan komunikasi politik yang sehat.

c. Membangun kemandirian masyarakat sebagai syarat utama bagi mewujudnya masyarakat sipil yang kuat dalam mengelola berbagai potensi konflik sosial yang dapat merusak serta memberdayakan berbagai potensi positif yang bermanfaat untuk pembangunan dengan terus memperhatikan berbagai pengaruh paham-paham dalam kehidupan sosial politik nasional agar tidak terjadi ekses-ekses negatif dan kesenjangan sosial yang merugikan kehidupan masyarakat.

d. Menyempurnakan struktur politik yang dititikberatkan pada proses pelembagaan demokrasi dilakukan dengan menata hubungan antara kelembagaan politik;

memantapkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah serta mencegah disintegrasi wilayah dan perpecahan bangsa; dan terus melakukan pelembagaan demokrasi secara berkesinambungan untuk mendukung berlangsungnya konsolidasi demokrasi secara berkelanjutan.

e. Meningkatkan dan memantapkan pemahaman dan kesadaran segenap lapisan masyarakat mengenai wawasan kebangsaan dan jati diri bangsa sebagai acuan

utama dalam mengelola kehidupan sosial politik yang akan bermuara pada semakin kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa serta utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(27)

menyatukan kepentingan, perhatian, dan kebutuhan masyarakat atau bagian-bagiannya dan untuk menyampaikan kepada pemegang kekuasaan atau wakil partai politik.

Sistem politik seperti ini, menempatkan masyarakat Kabupaten Bulukumba semakin berdaulat didaerahnya sendiri untuk menentukan kepala daerah yang berkualitas seperti telah dilaksanakan mulai tahun 2005 dengan pemilihan langsung kepala daerah dan wakil kepala daerah.

F. Keamanan dan Ketertiban

Meskipun keamanan dan ketertiban menjadi tugas pokok dan tanggung jawab oleh pihak TNI dan Polri, namun di sisi lain dalam konteks NKRI, keamanan dan ketertiban bukan saja menjadi tanggung jawab TNI dan Polri tetapi sesungguhnya merupakan tanggung jawab bersama sebagai warga Negara Indonesia yang mencintai bangsa dan negaranya.

Sejalan dengan bergulirnya reformasi menghendaki adanya perubahan di segala bidang penyelenggaraan negara termasuk reposisi TNI dan Polri. Penyempurnaan reposisi TNI dan Polri dikukuhkan melalui ketetapan MPR Nomor:VI/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI dan Polri dan Ketetapan MPR Nomor:VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan Polri. Selanjutnya ketetapan MPR tersebut diperkuat lagi dengan diundangkannya UU Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, UU Nomor 2 tahun 2003 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan UU Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI. Walaupun demikian reposisi tersebut berdampak pada adanya ketidakterkaitan penanganan masalah pertahanan dan masalah keamanan dalam negeri yang seharusnya bersama-sama dengan keamanan sosial merupakan satu kesatuan dalam keamanan nasional.

(28)

masyarakat, hal ini disebabkan banyaknya faktor pemicu dalam masyarakat antara lain; kondisi sosial masyarakat, faktor ekonomi, serta pengaruh teknologi yang disalahgunakan.

Tantangan dari supremasi pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan dan subordinasi pembangunan sosial budaya yaitu kurang berkembangnnya kesadaran sosial dan budaya hukum. Adanya indikasi kerawanan sosial yang muncul dalam bentuk konflik horizontal, meningkatnya gangguan keamanan, menurunnya ketertiban umum dan meningkatnya kriminalitas, menunjukkan adanya penurunan kesadaran sosial dan belum berkembangnnya budaya hukum. Berbagai gangguan dan keamanan masyarakat akan mengganggu dan mengurangi intensitas aktivitas sosial dan ekonomi dalam masyarakat sehingga akan berpengaruh negatif terhadap kinerja pembangunan secara keseluruhan.

Peningkatan intensitas tindak kekerasan dalam masyarakat secara psikologis juga akan merangsang timbulnya perilaku kekerasan yang lain. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Bulukumba akan melakukan upaya sistematis dalam menciptakan ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat. Langkah konkrit ke depan yakni dengan meningkatkan peran lembaga polisi pamong praja, penguatan keamanan di tingkat lembaga ketahanan masyarakat dan tetap mepertahankan pola koordinasi antarmuspida dan lembaga keamanan terkait.

G. Hukum dan Aparatur

Tantangan pembangunan di bidang hukum dan aparatur yakni masih rendahnya kesadaran hukum masyarakat serta rendahnya kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku. Menciptakan kondisi tertib hukum dan kepastian hukum pada umumnya merupakan harapan masyarakat agar dapat menikmati dan meyakini tegaknya supremasi hukum. Kesadaran hukum masih perlu terus ditingkatkan untuk menciptakan masyarakat yang taat hukum. Semangat pembentukan peraturan daerah harus dicermati dan harus dipertimbangkan besarnya dana yang dikeluarkan untuk penyusunan dengan manfaat yang akan diperoleh. Hak asasi manusia harus disosialisasikan secara berimbang dengan kewajiban asasi agar tidak terjadi ketimpangan.

(29)

yang dapat memicu kriminalitas yang diminimalisir, kondisi yang ada saat ini di Kabupaten Bulukumba yakni tingkat kriminalitasnya yang cenderung menurun. Hal ini antara lain disebabkan adanya perbaikan ekonomi meskipun belum signifikan yaitu dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih rendah yaitu hanya mencapai 4,61 persen. Lapangan kerja yang ada di Kabupaten Bulukumba untuk sektor pertanian dan perikanan secara umum mampu menampung tenaga kerja dibandingkan dengan tenaga kerja yang tersedia. Dengan semakin proporsionalnya lapangan kerja dan tenaga kerja yang homogen merupakan tantangan sekaligus merupakan potensi dalam memberikan kontribusi menekan angka kriminalitas.

Penciptaan peraturan daerah merupakan tantangan untuk mempertimbangkan manfaat yang akan diterima dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan selain penciptaan produk hukum daerah yang aspiratif terhadap kebutuhan masyarakat. Untuk mendukung perwujudan Indonesia aman dan damai, Pemerintah Kabupaten Bulukumba mengakomodir langkah strategis yang dicanangkan pemerintah pusat.

Pemberlakuan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah membawa serangkaian perubahan dalam sistem, organisasi, dan tata laksana pemerintahan daerah. Otonomi daerah juga membawa akibat desentralisasi fiskal telah membuka kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah sejak proses perencanaan, penyusunan APBD, pelaksanaan, dan pengawasan hasil pembangunan itu sendiri.

Otonomi telah memberikan manfaat positif seperti perluasan kapasitas dan upaya peningkatan kinerja aparatur dan peningkatan kapasitas lembaga pemerintah daerah. Globalisasi menciptakan revolusi teknologi dan sistem informasi yang secara langsung akan mempengaruhi dan menuntut peningkatan kinerja aparat negara dan sistem informasi pelayanan sektor publik. Untuk mendukung era globalisasi yakni dengan meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah dalam mempersiapkan sistem pelayanan yang profesional antara lain melalui peningkatan sistem informasi dan database yang berkaitan dengan pelayanan pubik.

(30)

pelayanan kepada masyarakatpun diperlukan peningkatan meliputi layanan pemerintahan yang konprehensif. Hak-hak masyarakat dalam pelayanan publik sebagaimana mandat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 belum dapat diberikan secara penuh. Peningkatan kualitas aparatur pemerintah Kabupaten Bulukumba dalam memberikan pelayanan publik yang profesional untuk masyarakat dan pihak swasta, mutlak diperlukan sehingga pemerintah daerah Kabupaten Bulukumba dapat mencapai pembangunan jangka panjang. Salah satu ukuran profesionalitas yakni kemampuan memberikan pelayanan publik yang cepat, tepat, akurat, dan murah.

H. Wilayah dan Tataruang

Rencana dan tataruang wilayah diarahkan untuk pengembangan wilayah perencanaan dan penataan ruang secara struktural, dengan berdasarkan pada rumusan tujuan pengembangan wilayah Kabupaten Bulukumba yang meliputi indikasi lokasi kawasan lindung dan budidaya serta prasarana penunjangnya. Pola pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bulukumba menggambarkan indikasi sebaran kegiatan pelestarian alam, cagar budaya, kegiatan produksi, serta sebaran pemukiman. Pemanfaatan pengembangan wilayah secara khusus, meliputi aspek fisik, ekonomi, budaya, serta kawasan tertentu dan kawasan cepat tumbuh.

Aspek fisik yaitu dengan mempertahankan kegiatan pertanian, pembangunan sektor perkebunan dengan pola perkebunan inti rakyat, kegiatan industri pengolahan dari bahan mentah menjadi bahan setengan jadi dan atau bahan jadi, konservasi daerah pantai untuk budidaya tambak. Fungsi hutan lindung sebagai kawasan penyangga wilayah, mempertahankan fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai sumber air permukaan untuk pertanian, industri, dan permukiman.

Aspek ekonomi meliputi peningkatan produksi pertanian, tanaman pangan, perikanan, perkebunan, industri kecil, peternakan, dan kehutanan. Pusat kegiatan perdagangan wilayah bagian selatan Sulawesi Selatan yang menampung hasil produksi dari dalam wilayah untuk wilayah yang lebih luas. Pengembangan pusat aktivitas perdagangan untuk meningkatkan ekonomi daerah dan penambahan prasarana ekonomi, peningkatan dan pemerataan kesejahteraan petani dan nelayan dan intensifikasi penerimaan perpajakan.

(31)

perencanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan, peningkatan jumlah sarana sosial, pengembangan air bersih dengan kebutuhan 60 liter/orang/hari dengan tingkat layanan 80% pada akhir periode perencanaan. Selain pemenuhan kebutuhan air bersih tersebut tataruang wilayah juga diarahkan pada keseimbangan sebaran wilayah pembangunan kawasan perumahan dan kawasan ekonomi.

Sesuai dengan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, penataan kawasan didasarkan pada fungsi kawasan dan kegiatan. Kawasan Perdagangan Terpadu yang terdiri dari kawasan industri terpadu, kawasan pelabuhan terpadu, kawasan perdagangan grosir terpadu selatan, serta kawasan rekreasi dan hiburan terpadu. Kawasan industri terpadu terdiri dari zona industri agro, zona industri hasil laut, zona industri perkayuan dan hasil hutan, zona industri farmasi, serta fasilitas penunjang kawasan industri.

Dibentuk pula zona pelabuhan yang terpadu yang terdiri dermaga kapal barang, dermaga kapal penumpang, fasilitas penunjang dermaga angkutan barang dan penumpang. Kawasan perdagangan grosir terpadu selatan terdiri dari zona grosir agro, zona alsintan, zona saprodi, dan zona pasar bibit.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, maka pemerintah daerah menyediakan lahan yang berfungsi sebagai Kawasan Siap Bangun (KASIBA) dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri (LISIBA BS).

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Selatan Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2028, Kabupaten Bulukumba ditetapkan sebagai kawasan strategis yang diprioritaskan pengembangannya pada sektor pertanian, perkebunan, agroindustri, pariwisata, perikanan, dan perdagangan.

Kawasan agropolitan meliputi sistem perkebunan terpadu dengan menetapkan Kecamatan Kindang, Rilau Ale, dan Bulukumpa sebagai pusat pengembangan holtikultura dan pelabuhan berorientasi ekspor. Rencana pembangunan sarana dan prasarana perhubungan udara berupa lapangan terbang perintis untuk memperlancar arus transportasi masyarakat.

(32)

Kecamatan Kajang, Bontobahari, Bontotiro, Ujungloe, dan Herlang merupakan kawasan strategis lokal untuk pengolahan ikan, yang didukung dengan pertanian sistem terpadu berupa jagung dan coklat.

Kecamatan Kajang diusulkan menjadi kawasan strategis nasional. Kecamatan Bontobahari dan Bontotiro merupakan kawasan strategis industri pariwisata yakni wisata Samboang, Hila-Hila, dan Limbua.

Kecamatan Bontobahari merupakan pembuatan industri perahu phinisi nusantara dan industri pengolahan kayu, dan pengembangan pelabuhan kayu.

Kecamatan Ujungloe, Gantarang merupakan kawasan agropolitan tanaman pangan dengan sistem pertanian organik termasuk perkebunan kopi, coklat, dan cengkeh.

Kecamatan Bulukumpa, Rilau Ale, dan Kindang merupakan pusat pembibitan peternakan dan perkebunan yang diarahkan pada industri holtikultura berupa buah, bunga, dan sayur mayur.

Kecamatan Ujungbulu merupakan pusat pelayanan jasa yang didukung oleh infrastruktur pendukung pelayanan yang memadai.

I. Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Tantangan terkait wilayah Kabupaten Bulukumba yang mencapai 1.154,67 km2, dengan 10 kecamatan, 126 desa/kelurahan, adalah pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang saling terkait dalam rangka mewujudkan Kabupaten Bulukumba yang bersih lingkungan dan alam yang ramah.

Potensi alam dari jenis tambang galian yang ada yang dikelola dan dimanfaatkan oleh pemerintah daerah yakni tambang non mineral dan batuan, seperti batu gamping yang tersebar pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Bontobahari, dan Kecamatan Herlang. Potensi tambang jenis tanah liat terdapat di Kecamatan Ujungbulu (Kasuara dan Sungai Bijawang). Penambangan ini umumnya dilakukan oleh masyarakat secara kecil- kecilan dengan peralatan sederhana. Meskipun penggunaannya dengan alat yang sederhana namun dalam perencanaan jangka panjang, upaya perlindungan terhadap lokasi tambang tetap dilakukan.

(33)

rakyat seluas 22.148 ha. Selain hutan terdapat juga lahan kritis seluas 6.750 ha (hutan negara) dan 16.513 ha (hutan rakyat) dengan sebaran di dalam dan di luar hutan.

Pemanfaatan hutan yang berlebihan untuk kepentingan jangka pendek dan tindak kejahatan terhadap sumberdaya kehutanan telah berakibat pada deforestasi berlebihan yang pada akhirnya secara jangka panjang akan merugikan masyarakat. Tindak kejahatan yang marak pada akhir-akhir ini yaitu perilaku tebang berlebihan (over cutting) dan penyelundupan kayu.

Terkait dengan kondisi dan tantangan atas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yakni dengan melindungi fungsi lingkungan hidup untuk mempertahankan daya dukung dan pengembangan sistem pengelolaan.

Tantangan lain dari segi pengelolaan sumberdaya alam yakni upaya mempertahankan fungsi sungai sebagai sumber penyediaan air bersih dan sumber pengairan sawah. Penurunan debit air sebagai akibat kerusakan lingkungan dalam perancanaan jangka panjang diupayakan melalui upaya percepatan rehabilitasi hutan dan lahan di daerah aliran sungai yang terdegradasi .

Upaya pengkajian lingkungan untuk setiap pelaksanaan pembangunan yang mungkin timbul akibat terjadinya perubahan lingkungan dilaksanakan berkelanjutan dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Dengan adanya upaya tersebut dalam jangka panjang peran lingkungan dan sumberdaya alam dapat mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.

J. Modal dasar

Modal dasar yang akan dimanfaatkan dalam pembangunan Kabupaten Bulukumba secara umum adalah:

a. Semangat otonomi daerah sesuai yang tertuang dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurusi rumah tangganya sendiri berdasarkan kemampuan dan potensi serta karakteristik daerah.

(34)

pertanian, perkebunan dengan jumlah penduduk Kabupaten Bulukumba tahun 2007 sekitar ± 386.239 jiwa.

c. Budaya gotong-royong yang masih terpelihara dapat dimanfaatkan untuk membangun Kabupaten Bulukumba dengan falsafah “Mali siparappe,Tallang sipahua“ yang dalam ungkapan suku Bugis Makassar merupakan sikap batin

masyarakat Bulukumba untuk mengembangkan amanat persatuan dalam mewujudkan keselamatan bersama demi terciptanya tujuan pembangunan lahir dan batin, material dan spiritual, dunia dan akhirat.

d. Potensi sumberdaya alam yang melimpah yang ada dan tersebar pada tiga kecamatan sebagai sentra perkebunan dan pada tujuh kecamatan sebagai sentra perikanan.

e. Potensi sumberdaya alam dengan dukungan sumber air dari 32 aliran yang terdiri dari sungai besar dan kecil dengan panjang mencapai 603,50 km. Sungai-sungai tersebut sebagian besar dimanfaatkan untuk sumber air bersih dan pengairan sawah dengan luas wilayah yang dilayani 23.365 ha. Debit air dari 32 sungai terebut yang terbesar yaitu sungai Bialo 14,154 M3/detik, sungai Balantieng 13,336 M3/detik, sungai Bijawang 7,527 M3/detik, dan sungai Sangkala 5,011 M3/detik dan selebihnya memiliki debit dibawah 1 M3/detik. Potensi sungai dalam perencanaan jangka panjang diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata dalam pemanfaatan termasuk mempertahankan kondisi debit air. Upaya mempertahankan debit air antara lain melalui upaya pemeliharaan hulu sungai dan mempertahankan aliran sungai dengan menghindari pengrusakan dan penyalahgunaan aliran sungai.

f. Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu wilayah di Sulawesi Selatan dengan potensi subsektor pertanian tanaman pangan dengan produksi padi pada tahun 2004 mencapai 173.302 ton dan naik menjadi 220.810 ton pada tahun 2007. Potensi subsektor perkebunan khususnya kelapa dalam dan hibrida dengan produksi pada tahun 2004 sebanyak 5.487 ton dan menjadi 5.520 ton pada tahun 2007.

(35)

Gambaran produksi pada tahun 2007 sebanyak 6.118 ton dan pada tahun 2003 sebanyak 5.473 ton atau mengalami peningkatan produksi 645 ton atau sebesar 11,78 persen. Jumlah petani yang terlibat dalam pengelolaan karet pada tahun 2007 sebanyak 1.923 kk, sedangkan pada tahun 2003 sebanyak 1.101 kk atau naik 822 kk atau sebesar 42,74 persen. Luas areal yang digarap pada tahun 2007 seluas 5.832 Ha, sedangkan pada tahun 2002 seluas 5.606 Ha atau naik sebanyak 43 Ha atau 0,76 persen. Peningkatan keterlibatan petani dalam pengelolaan tanaman karet yang terletak pada dua kecamatan harus menjadi perhatian dalam pembinaan dan peningkatan kesejahteraan petani.

h. Jumlah nelayan pengusaha pada tahun 2007 sebanyak 1.073 kk, sedangkan pada tahun 2003 sebanyak 979 kk, jumlah buruh/nelayan perikanan laut pada tahun 2007 sebanyak 5.590 kk, sedangkan pada tahun 2003 sebanyak 4.201 kk, dan perikanan darat pada tahun 2007 sebanyak 1.632 kk, sedangkan pada tahun 2003 sebanyak 1.383 kk.

i. Potensi wisata andalan menopang perkonomian di Kabupaten Bulukumba terdiri dari; lokasi wisata kerajinan, lokasi wisata pantai dan pulau, lokasi wisata sejarah dan situs, lokasi wisata adat, lokasi wisata tirta, lokasi wisata alam, dan lokasi wisata agro. Potensi-potensi wisata tersebut secara spesfik wisata kerajinan/pembuatan perahu pinisi merupakan potensi andalan yang ditopang oleh kemampuan masyarakat yang turun temurun. Wisata adat pada daerah Adat Amma Toa Kajang merupakan peninggalan megalitik yang telah dipertahankan secara turun temurun sejak ratusan bahkan ribuan tahun. Potensi-potensi wisata ini dalam perencanaan pembangunan jangka panjang diharapkan dapat dipertahankan atau ditingkatkan pengelolaannya dalam rangka peningkatan perekonomian daerah.

(36)

k. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam mendukung perkembangan daerah Kabupaten Bulukumba. Perkembangan dan kemajuan teknologi utamanya dalam pengembangan bibit unggul, mekanisasi pertanian, dan perikanan dimanfaatkan dalam peningkatan produksi.

(37)

BAB IV

VISI, MISI, KEBIJAKAN, DAN ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2005–2025

1. Visi

Kabupaten Bulukumba sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki visi yang selaras dengan visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 yaitu “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur” sebagai bentuk harapan kondisi yang ingin dicapai pada akhir tahun 2025. Berdasarkan kondisi Kabupaten Bulukumba pada saat ini, tantangan yang akan dihadapi dalam 20 tahun mendatang dengan mempertimbangkan modal dasar yang dimiliki, maka visi pembangunan daerah Kabupaten Bulukumba yakni:

“KABUPATEN BULUKUMBA YANG SEJAHTERA DAN MANDIRI”

Pengertian pokok yang terkandung dalam visi pembangunan yaitu:

a. Sejahtera, mengandung pengertian: kondisi yang dimiliki, dirasakan, dan dinikmati oleh masyarakat/penduduk terhadap kebutuhan hak dasar hidupnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat sudah tercukupi atau melebihi. Kebutuhan dasar tersebut antara lain; kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam, lingkungan hidup, rasa aman, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki;

b. Mandiri, mengandung pengertian: pembangunan di Kabupaten Bulukumba diarahkan untuk mewujudkan kemandirian daerah dan masyarakat yang didukung oleh sumberdaya alam, sumberdaya manusia yang berkualitas, infrastruktur yang maju, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, berwawasan lingkungan, dan didukung oleh keterlibatan segenap komponen masyarakat;

(38)

keimanan dan ketakwaan; peningkatan ekonomi melalui optimalisasi pengelolaan sumberdaya pembangunan baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam, penerapan prinsip-prinsip Good Governance dalam penyelenggaraan pemerintahan; dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Misi

Dalam mewujudkan visi Pembangunan Daerah Kabupaten Bulukumba tersebut, maka ditetapkan misi Pembangunan Daerah Kabupaten Bulukumba Tahun 2005-2025 sebagai berikut:

A. Mewujudkan masyarakat Bulukumba yang sejahtera dan mandiri melalui pengembangan agroindustri yaitu pembangunan diarahkan pada peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat dengan mengembangkan industri berbasis pertanian menuju masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Selain itu, diarahkan pula pada peningkatan daya saing produk lokal melalui peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu usaha mikro, kecil, dan menengah, penciptaan penguasaan dan penerapan teknologi yang berbasis agribisnis dan agroindustri khususnya yang mendukung ketahanan pangan dan industri rakyat;

B. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang diarahkan menjadi sumberdaya manusia yang sehat, cerdas, produktif, dan berakhlak mulia, melalui peningkatan aksesibilitas dan peningkatan mutu terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan keluarga berencana, peningkatan kualitas dan dayasaing tenaga kerja, dan peningkatan kualitas kehidupan dan kerukunan kehidupan umat beragama. C. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan amanah serta menjunjung tinggi

supremasi hukum yaitu penyelenggaraan pemerintahan diarahkan pada pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, luas, dan bertanggungjawab dengan menerapkan prinsip-prinsip Good Governancesehingga pemerintah daerah mampu memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat dan disertai dengan penegakan supremasi hukum.

(39)

diarahkan pada mitigasi bencana alam akan bahaya tanah longsor, banjir, dan gelombang pasang.

E. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah dengan meningkatkan kerjasama antarpulau yang berbasis regional dan nasional yakni pembangunan diarahkan kepada peningkatan kerjasama di segala bidang terutama perdagangan, pengembangan teknologi pertanian, kerjasama pembangunan antarkawasan dengan kabupaten terdekat, dan antarwilayah provinsi .

3 . Arah Kebijakan

Peran masyarakat dalam pembangunan merupakan kunci keberhasilan pembangunan pada masa kini dan akan datang. Pemerintah daerah akan mendorong dan menciptakan peluang sehingga fungsi regulasi, fasilitator dalam pembangunan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Peran serta masyarakat dapat ditingkatkan melalui perbaikan dan peningkatan kelembagaan masyarakat secara optimal sehingga mampu berfungsi sebagai motor penggerak pembangunan di wilayah masing-masing. Strategi dasar yang perlu selain penguatan kelembagaan, penciptaan iklim keamanan yang kondusif dan secara aktif mendorong pengembangan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan yang berkelanjutan.

Tujuan pembangunan jangka panjang Kabupaten Bulukumba yaitu mewujudkan Kabupaten Bulukumba yang sejahtera dan mandiri. Sebagai salah satu ukuran tercapainya Kabupaten Bulukumba yang sejahtera dan mandiri sampai dengan tahun 2025, dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan urusan yang dimiliki oleh Kabupaten Bulukumba sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok sebagai berikut:

A. Mewujudkan Masyarakat Bulukumba yang Sejahtera dan Mandiri melalui Pengembangan Agroindustri ditandai dengan:

(40)

2. Meningkatnya penyuluhan kepada para petani dalam peningkatan kapasitas petani dan kelembagaannya, meningkatkan kreativitas petani, serta peningkatan adopsi teknologi bidang pertanian.;

3. Meningkatnya diversifikasi dan integrasi usaha secara berkelanjutan melalui sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perkebunan, perikanan, dan kehutanan;

4. Meningkatnya nilai guna lahan melalui peningkatan pola usaha tani.

B. Meningkatnya Kualitas Sumberdaya Manusia ditandai oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Meningkatnya kemandirian masyarakat Kabupaten Bulukumba dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, dan berpendidikan, serta menguasai ilmu pengertahuan dan teknologi;

2. Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual yang seimbang serta berdaya saing dengan tanpa meninggalkan jati dirinya sebagai masyarakat Kabupaten Bulukumba yang memegang prinsip mali siparappe tallang sipahua. Secara umum, peningkatan kualitas sumberdaya manusia ditandai dengan meningkatnya IPM;

3. Meningkatnya kualitas kehidupan dan peran perempuan dalam pembangunan sehingga terdapat kesetaraan dengan kaum laki-laki sesuai kaidah pengarus utamaan gender.

C. Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih dan Amanah serta Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum ditandai oleh:

1. Meningkatnya kinerja aparatur pemerintah yang bersih, berakhlak mulia, jujur dan adil, sejahtera, profesional, dan akomodatif terhadap aspirasi masyarakat dengan berorientasi pada kepuasan masyarakat yang dilayani;

2. Meningkatnya kapasitas kelembagaan legislatif, pemerintah daerah, dan masyarakat yang dinamis, mengikuti tuntutan kebutuhan dan perubahan internal maupun eksternal;

3. Meningkatnya kesadaran hukum dan budaya tertib masyarakat sebagai upaya pencegahan pelanggaran hukum;

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan RKPD Kota Surakarta tahun 2016 berpedoman pada Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Peraturan

Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan

Dasar hukum penyusunan perencanaan pembangunan dimaksud yaitu sebagaimana ketentuan P1asal 19 ayat (3) Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Proses dan tahapan penyusunan RKPD Kabupaten Tegal tahun 2022 mengacu pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN),

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pasal 150

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pemerintah daerah menyiapkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah

Dalam rangka menjaga kesinambungan dan keselarasan pembangunan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015