PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN
KINERJA FASILITATOR SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DI KOPERASI BAYTUL IKHTIAR BOGOR JAWA BARAT
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Program Studi Ekonomi Syariah
Oleh:
Faridatuz Zakiyah
NIM. F14214154
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ii
PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN
KINERJA FASILITATOR SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DI KOPERASI BAYTUL IKHTIAR BOGOR JAWA BARAT
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Program Studi Ekonomi Syariah
Oleh:
Faridatuz Zakiyah
NIM. F14214154
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Salah satu pengentasan kemiskinan adalah dengan memberikan peran, kesempatan, dan wadah bagi perempuan. Hal itu karena jumlah perempuan di Indonesia setara dengan laki-laki, sehingga ketika peran dan keberadaannya diabaikan, akan menjadi beban dan menjadi penghambat pembangunan Indonesia. Program Ikhtiar atau pemberdayaan perempuan yang ditawarkan oleh Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) yang berpusat di Bogor, mengadopsi sistem grameen bank dari Muhammad Yunus Bangladesh. Teori Yunus tersebut terbukti mampu mengatasi kemiskinan diantara perempuan Bangladesh.
Penelitian ini ingin menguji efektivitas dari program pemberdayaan Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) yang mengadopsi sistem grameen bank. Penelitian ini dilakukan di Bogor Barat, Kecamatan Tamansari. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah seluruh nasabah di Cabang Tamansari yang berjumlah 114 orang namun kuesioner yang dapat digunakan hanya 62 kuesioner. Sampel tersebut sudah lebih dari cukup karena metode analisis yang menggunakan PLS dengan software smartPLS 2.0 ini tidak memerlukan sampel banyak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap perencanaan tidak berpengaruh terhadap efektivitas dan begitu juga tidak berpengaruh terhadap kinerja fasilitator, tahap pelaksanaan berpengaruh terhadap efektivitas secara langsung namun tidak berpengaruh secara tidak langsung melalui variabel kinerja fasilitator, tahap evaluasi tidak berpengaruh secara langsung terhadap efektivitas tetapi tahap evaluasi ini berpengaruh secara tidak langsung melalui variabel intervening yaitu kinerja fasilitator, dan kinerja fasilitator berpengaruh terhadap efektivitas. Pengaruh kinerja fasilitator terhadap efektivitas memiliki nilai t-statistik terkuat diantara yang lain, hal itu menunjukkan bahwa pegawai Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) memiliki pengaruh yang kuat terhadap hasil akhir dari tujuan program pemberdayaan yang mereka berikan.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
LEMBAR PENGESAHAN ... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi
MOTTO ... vii
ABSTRAK ... viii
UCAPAN TERIMA KASIH ... ix
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Kegunaan Penelitian... 12
E. Kajian Pustaka ... 13
F. Sistematika Bahasan... 17
BAB II LANDASAN TEORITIK ... 20
A. Partisipasi ... 20
1. Tahap Perencanaan ... 22
2. Tahap Pelaksanaan ... 24
3. Tahap Evaluasi ... 25
B. Kinerja Fasilitator ... 27
C. Efektivitas ... 29
D. Pemberdayaan Wanita ... 32
1. Political Will ... 32
2. Power Per Orang dalam Organisasi ... 34
3. Peranan Wanita dalam Pembangunan ... 38
4. Hak Sejahtera Bagi Wanita ... 39
5. Wanita dalam Pemberdayaan Ekonomi ... 40
E. Koperasi ... 42
1. Konsep Koperasi ... 42
2. Definisi Koperasi ... 42
3. Tujuan Koperasi ... 43
4. Prinsip Koperasi ... 43
H. Hipotesis Penelitian ... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51
A. Jenis Penelitian ... 51
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51
C. Populasi dan Sampel ... 52
D. Teknik Pengumpulan Data ... 54
E. Instrumen Penelitian... 55
F. Definisi Operasional... 55
G. Analisis Data ... 58
BAB IV RUANG LINGKUP PERUSAHAAN, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 62
A. Ruang Lingkup Perusahaan ... 61
B. Karakteristik Responden ... 68
C. Hasil Persentase Jawaban Responden ... 73
D. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 92
BAB V PEMBAHASAN ... 106
A. Pengaruh Tahap Perencanaan terhadap Kinerja Fasilitator ... 106
B. Pengaruh Tahap Perencanaan terhadap Efektivitas ... 107
C. Pengaruh Tahap Pelaksanaan terhadap Kinerja Fasilitator ... 109
D. Pengaruh Tahap Pelaksanaan terhadap Efektivitas ... 110
E. Pengaruh Tahap Evaluasi terhadap Kinerja Fasilitator ... 112
F. Pengaruh Tahap Evaluasi terhadap Efektivitas ... 114
G. Pengaruh Kinerja Fasilitator terhadap Efektivitas ... 116
BAB VI PENUTUP ... 122
A. Kesimpulan ... 122
B. Saran ... 124
BIBLIOGRAFI ... 126
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia yang merupakan negara berpenduduk terpadat nomor
empat di dunia, yaitu sebanyak 255.461.700 jiwa (3,5% dari total
penduduk di dunia),2 memiliki potensi ekonomi tinggi. Potensi tersebut
mulai diperhatikan dunia internasional karena ekonominya menunjukkan
tanda-tanda perkembangan yang pesat. Hal itu terlihat dari nama Indonesia
termasuk dalam kelompok baru yang dikenal dengan akronim CIVETS
(Colombia, Indonesia, Vietnam, Mesir, Turki dan Afrika Selatan) dan
angka total Produk Domestik Bruto (PDB) anggota-anggota CIVETS ini
1 Badan Pusat Statistik, Kemiskinan, dalam http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/23#subjek ViewTab3|accordion-daftar-subjek1 (diakses pada 29 Desember 2015), pukul 14:47
[image:9.595.114.514.259.584.2]2 Wikipedia, Daftar Negara Menurut Jumlah Penduduk, dalam https://id.wikipedia.org/ wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_penduduk (diakses pada 29 Desember 2015), pukul 13:48
Tabel 1.1
Persentase Penduduk Miskin
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Kemiskinan
Relatif (% dari populasi)
17.8 16.6 15.4 14.2 13.3 12.5 11.7 11.5 11
Kemiskinan Absolut
(dalam ribuan) 39 37 35 33 31 30 29 29 28
2
diperkirakan senilai separuh PDB global pada tahun 2020.3 Namun
demikian berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik per September 2014,
kemiskinan masih menjadi keseharian bagi 27.727,78 jiwa atau 10,96 %
dari total penduduk Indonesia.4
Dalam beberapa tahun belakangan ini angka kemiskinan di
Indonesia memperlihatkan penurunan yang signifikan. Hal itu terlihat dari
laporan Badan Pusat Statistik yang tertera dalam tabel 1.1, bahwa
persentase penduduk miskin selalu menurun dari tahun ke tahun. Jika
memungkinkan, penurunan itu harus dipercepat dengan cara yang tepat.
Jika menilik dari sebuah wacana sebagaimana yang dikutip oleh
Sofiani dan Hernanik, “wajah kemiskinan adalah wajah perempuan,”
mereka berpendapat bahwa hal itu adalah sebuah realitas dan bukan tanpa
sebab. Alasan yang diusung mereka karena merupakan “simbol” dari
kegelisahan yang lahir dari realitas dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat, contohnya realitas antrian minyak tanah, bantuan langsung
tunai, antrian di puskesmas dan realitas jumlah penduduk miskin yang
didominasi oleh perempuan. Bahkan, mereka mengatakan perempuan
lebih miskin dari laki-laki yang paling miskin sekalipun.5
3Ekonomi Indonesia, http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/ekonomi/item177 (diakses
pada 29 Desember 2015), pukul 14:31
4 Badan Pusat Statistik, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, September 2014, dalam http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1488 (diakses pada 29 Desember 2015), pukul 14:10
5 Triana Sofiani dan Endang Hernanik, “Kemiskinan Perempuan dalam Bingkai Pembangunan”
3
Hal itu tentu menjadi suatu hal yang harus diatasi, karena dari total
penduduk Indonesia, persentase penduduk yang berjenis kelamin
perempuan di Indonesia seimbang dengan persentase laki-laki, yaitu
49,75% adalah perempuan sedangkan laki-laki sebanyak 50,25%. Bahkan
pada beberapa provinsi, perempuan lebih banyak dibanding laki-laki,
seperti di Jawa Timur, persentase penduduk berjenis kelamin perempuan
sebanyak 50,67% sedangkan persentase laki-laki lebih rendah yaitu
49,33%.6
Salah satu solusi yang paling tepat untuk mengurangi kemiskinan
khususnya bagi kaum perempuan adalah dengan memberdayakan mereka.
Putri Nabi Muhammad SAW. pun melakukan pekerjaan yang seharusnya
dilakukan oleh laki-laki (yaitu membantu pekerjaan rumah tangga,
menggiling gandum). Artinya, kaum perempuan memang tidak seharusnya
hanya berdiam diri dan tidak bekerja lantas hanya menunggu nafkah dari
para suami. Bagi perempuan yang mau bekerja dan membantu
menyejahterakan keluarganya, Allah akan memberi pahala dan
menghapuskan keburukan (dosa) nya. Hal itu telah terurai jelas dalam
wasiat-wasiat Nabi SAW., berikut ini:7
6 Badan Pusat Statistik, Persentase Penduduk menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, dalam http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1601 (diakses pada 7 Desember 2015), pukul 6:04
7 Syekh Muhammad Bin Umar An-Nawawi, Menggapai Keharmonisan Suami Istri judul asli
4
ﻃ ﯿ ﻠ ﻃ ﷲﻃ ﲆ ﺻﻃ ﱯﻨاﻃ لﺎ
ﻃﺎ ﺮاﻃ
ﻃ
ﻨ ﺤ ﻃﺔ
ﺎ ﻃ ﷲﻃ ءﺎ ﻮ "ﻃ: ﺔ
ﺎ ﻃ
ﻃ ﲅ وﻃ
ﻃ
ﻃ ﺮ وﻃ،
ﯿ اﻃ
ﻃ ﺮ ﻜ وﻃ، ﺎ ﻨ
ﳊاﻃ
وﻃ،ﺎ ﺪ و
ﻃ
ﻜ ﻃ ن ﻃ ﱃﺎ ﻌ ﻃ ﷲﻃدا ر ﻃ ﻦ ﻜ
. ﺎ ر ا
ﻃ
ﻃ ﺮ اﻃﺎ ﯾ ﻃ، ﺔ
ﺎ ﻃ
ﻃ
ﻃ ﻦ ﻃ ﺔ ﻃ ﲁ ﻃﺎ ﻃ ﷲﻃ
ﺘ ﻛﻃ ٕاﻃﺎ د و وﻃﺎ
و ﺰ ﻃ
ﻨ ﺤ
ﺎ ﯾ ﻃ، ﺔ
ﺎ ﻃ ﻃ. ﺔ ردﻃﺎ ﻃ
ر وﻃ، ﺔ
ﻃﺎ ﳯ ﻃﺎ
وﻃ، ﺔ ﻨ
ﻃ
ا
ﻃ
ﻃ ﺮ ا
ﻃ
ﻃ ﺪﻨ ﻃ
ﺮ
ﺎ ﳯ ﻃ ﷲﻃ ﻌ ﺟﻃ ٕاﻃﺎ
و ﺰ ﻃﺎ ﳯ ﯿ ﺤ
ﻃ
ﻃ ق دﺎ ﺧﻃ ﺒ ﻃ رﺎ ﻨاﻃ ﲔ و
.
ﻃ
1. “Wahai Fatimah, andaikata Allah menghendaki, maka gilingan itu
pasti menggiling sendiri, tetapi Allah menetapkan amal
kebaikanmu, melebur kejelekanmu, dan meninggikan derajatmu.”
2. “Wahai Fatimah, setiap biji gandum yang ditumbuk seorang wanita
untuk suami dan anak-anaknya, pasti akan dicatat Allah sebagai
kebaikan, dilebur dosa-dosanya, dan derajat wanita itu dinaikkan.”
3. “Wahai Fatimah, wanita yang berkeringat ketika menumbuk
tepung untuk suaminya, niscaya Allah menjadikan antara dirinya
dan neraka tujuh parit sebagai tabir atau penghalang.”
Pemberdayaan perempuan juga dapat diartikan sebagai
penyejahteraan masyarakat, karena para perempuan dapat menambah
pendapatan dalam keluarga, disamping suami sebagai yang utama mencari
nafkah. Hak sejahtera bagi semua kalangan itu dipopulerkan oleh
5
berhak sejahtera. Misanam berpendapat bahwa kesejahteraan harus
diciptakan dan tidak harus menunggu menjadi kaya.8
Perempuan juga menjadi sasaran bagi program yang dipelopori
oleh Muhammad Yunus dengan Grameen Bank-nya di Bangladesh. Ia
mendapat hadiah nobel karena memberikan pelajaran akan pentingnya
institusi keuangan mikro bagi kaum miskin, khususnya kalangan
perempuan. Perempuan merupakan pemegang peran penting dalam
mentransfer kredit mikro ke keluarga dan lebih lanjut mengentaskan
keluarga dari kemiskinan.9
Perempuan dinilai mampu mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
masyarakat yang tidak terpikirkan oleh laki-laki seperti misalnya
kebutuhan di bidang kesehatan, pendidikan, simpan pinjam, air bersih atau
jembatan penghubung ke desa lain dan lain sebagainya. Selain itu,
perempuan dinilai dapat bersikap lebih obyektif dalam menentukan
prioritas kebutuhan.10
Elizabeth Littlefield, Jonathan Murduch, and Syed Hashemi
mengungkapkan bahwa:11
8 Dede Nurohman, Memahami Dasar-dasar Ekonomi Islam (Yogyakarta: Teras, 2011), 141 9 Sulikah Asmorowati, Dampak Pemberian Kredit Mikro untuk Perempuan: Analisis
Pengadopsian Model Grameen Bank di Indonesia, (Paper---Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Airlangga, Surabaya)
10 Partisipasi Perempuan Dalam Pembangunan di Perdesaan Meningkat, dalam http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDO NESIAINBAHASAEXTN/0,,contentMDK:22430465~pagePK:1497618~piPK:217854~theSitePK :447244,00.html, (diakses pada hari Senin, 7 Desember 2015), pukul 05:40
11 Elizabeth Littlefield, Jonathan Murduch, and Syed Hashemi, “Is Microfinance an Effective
6
Microfinance programs from different regions report increasing decision-making roles of women clients. The Women's Empowerment Program in Nepal found that 68 percent of its members were making decisions on buying and selling property, sending their daughters to school, negotiating their children's marriages, and planning their family.
(maksudnya adalah program keuangan mikro dari berbagai daerah
melaporkan peningkatan peran pengambilan keputusan anggota
perempuan. Program Pemberdayaan Perempuan di Nepal menemukan
bahwa 68 % dari anggotanya sedang membuat keputusan membeli dan
menjual properti, menyekolahkan anak perempuan mereka, menikahkan
anak-anak mereka, dan merencanakan keluarga mereka.
Kebutuhan akan pelayanan pembiayaan kalangan perempuan
dijawab oleh Koperasi Baytul Ikhtiar (Koperasi BAIK) yang berlokasi di
Bogor, Jawa Barat. Sebagaimana terlihat dari misi koperasi BAIK, yaitu
memberdayakan perempuan miskin dan keluarganya melalui pelayanan
jasa keuangan mikro basis Syariah dan pendidikan yang berkelanjutan.12
Sistem yang diadopsi oleh koperasi BAIK adalah sistem Grameen Bank
dari Bangladesh, bahkan koperasi BAIK telah melakukan studi banding ke
Bangladesh.13 Hal itu sesuai dengan sejarah kelembagaan koperasi BAIK
yaitu merintis program untuk melayani masyarakat lapis bawah yang tidak
tersentuh oleh perbankan dan koperasi BMT, dengan nama Program
Ikhtiar sesuai pola Grameen Bank Syariah.14
12 “Visi dan Misi,” dalam http://www.koperasi-baik.org/index.php?option=com_content&view= article&id=3&Itemid=11 (diakses pada 29 Desember 2015), pukul 16:14
7
Penelitian ini penting karena mengingat kuantitas lembaga
keuangan Syariah yang terus berkembang, sedangkan kualitasnya harus
selalu diarahkan pada efektivitas program tersebut. Hal itu diungkapkan
oleh konsep efektivitas yang dikemukakan oleh Stoner, ia menekankan
pentingnya efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan
organisasi, karena efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu
organisasi.15 Apabila Koperasi Baytul Ikhtiar dapat melaksanakan program
dengan baik dan benar (sesuai tujuan dan sasaran serta menggunakan
sumber daya yang sudah dipersiapkan), maka efektivitas pembiayaan
dapat dicapai, sehingga akan berdampak positif bagi anggota dan koperasi
itu sendiri.
Efektivitas dalam penelitian ini merujuk pada kolaborasi teori,
pertama teori dari Stoner, Munir, Duncan, dan Fahri Bashaib bahwa
tingkat efektivitas dapat dilihat dengan membandingkan antara rencana
atau target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai. Bila hasil
yang dicapai sesuai dengan target, maka usaha atau hasil pekerjaan
tersebut itulah yang dikatakan efektif, namun jika tidak tercapai sesuai
rencana maka hal itu dikatakan tidak efektif.16 Dalam penelitian ini berarti
15 Hessel Nogi S. Tangkilisan, Manajemen Publik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
2005) 138
16 Teori ini kompilasi dari beberapa teori diantaranya H Dasril Munir, dkk, Kebijakan Dan
Manjemen Keuangan Daerah (Yogyakarta: YPAPI, 2004), 46 lihat juga Richard M. Steers,
8
membandingkan target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai.
Kegiatan koperasi BAIK antara lain; rekruitmen anggota, uji kelayakan
(UK), Latihan Wajib Kelompok (LWK), pelayanan majelis, produk
anggota, dan pendidikan anggota.
Kedua hasil penelitian Nazaruddin Abdullah dan Shah Jalal Uddin
ia menganalisis efektivitas dengan kuesioner yang meliputi; latar belakang
sosial-ekonomi responden, pendapatan-pengeluaran-tabungan, aset,
pendapat tentang jumlah pinjaman, informasi umum tentang produk
perbankan lainnya dan skema pengurangan kemiskinan serta terakhir
menanyakan pelayanan petugas.17 Ketiga teori partisipasi dari Uphoff,
Cohen, dan Goldsmith dalam Swedianti yang terdiri dari tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil dan tahap
evaluasi.18 Keempat dalam penelitian Fariz Husein variabel kinerja
fasilitator terbukti menjadi variabel intervening antara tahap perencanaan
dan tahap pelaksanaan terhadap efektivitas program pemberdayaan
masyarakat PNPM.19
Dari beberapa teori perspektif efektivitas tersebut, maka peneliti
menyimpulkan bahwa dalam penelitian ini efektivitas dipengaruhi oleh
17 Naziruddin Abdullah dan Md Shah Jalal Uddin, “The Effectiveness of Micro-Finance
Institutions in Alleviating Poverty: The Case of Bangladesh’s Grameen Bank and BRAC,” Journal of Social and Development Sciences, Vol. 4, No. 7 (July 2013), pp. 339-348
18 Karina Swedianti, Partisipasi Masyarakat Dalam Pnpm Mandiri Perkotaan (Kasus
Implementasi Program Ekonomi Bergulir Pnpm Mandiri Perkotaan Di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2011, 6-7
19 Fariz Huzein. 2013 “Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus:
9
tiga faktor dari partisipasi yang juga memerlukan variabel tengah
(intervening) kinerja fasilitator. Variabel-variabel tersebut yaitu pertama
tahap perencanaan yang terdiri dari rekruitmen anggota, uji kelayakan
(UK), dan Latihan Wajib Kelompok (LWK). Kedua tahap pelaksanaan
yang terdiri dari partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk
sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota program yang
terdiri dari pemanfaatan dana, serta pelayanan pelaksanaan majelis. Ketiga
tahap evaluasi dengan melihat manfaat program yang dirasakan anggota
semakin besar, berarti program tersebut berhasil mengenai sasaran.
Keempat fasilitator yang merupakan variabel intervening partisipasi
terhadap efektivitas. Keempat variabel tersebut diduga berpengaruh
terhadap efektivitas program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul
Ikhtiar Bogor Jawa Barat secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu peneliti ingin meneliti efektivitas program
pemberdayaan perempuan miskin Koperasi Baytul Ikhtiar, dan peneliti
mengangkat judul “PENGARUH PARTISIPASI DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN EFEKTIVITAS PROGRAM
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN KINERJA
10
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini, antara lain:
1. Apakah Tahap Perencanaan berpengaruh terhadap Kinerja
Fasilitator program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul
Ikhtiar Bogor Jawa Barat?
2. Apakah Tahap Perencanaan berpengaruh terhadap Efektivitas
program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor
Jawa Barat?
3. Apakah Tahap Pelaksanaan berpengaruh terhadap Kinerja
Fasilitator program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul
Ikhtiar Bogor Jawa Barat?
4. Apakah Tahap Pelaksanaan berpengaruh terhadap Efektivitas
program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor
Jawa Barat?
5. Apakah Tahap Evaluasi berpengaruh terhadap Kinerja Fasilitator
program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor
Jawa Barat?
6. Apakah Tahap Evaluasi berpengaruh terhadap Efektivitas program
pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa
11
7. Apakah Kinerja Fasilitator berpengaruh terhadap Efektivitas
Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor
Jawa Barat?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dapat diuraikan
tujuan penelitian ini.
1. Untuk mengetahui pengaruh Tahap Perencanaan terhadap Kinerja
Fasilitator program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul
Ikhtiar Bogor Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui pengaruh Tahap Perencanaan terhadap
Efektivitas program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul
Ikhtiar Bogor Jawa Barat.
3. Untuk mengetahui pengaruh Tahap Pelaksanaan terhadap Kinerja
Fasilitator program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul
Ikhtiar Bogor Jawa Barat.
4. Untuk mengetahui pengaruh Tahap Pelaksanaan terhadap
Efektivitas program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul
Ikhtiar Bogor Jawa Barat.
5. Untuk mengetahui pengaruh Tahap Evaluasi terhadap Kinerja
Fasilitator program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul
12
6. Untuk mengetahui pengaruh Tahap Evaluasi terhadap Efektivitas
program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor
Jawa Barat.
7. Untuk mengetahui pengaruh Kinerja Fasilitator terhadap
Efektivitas Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul
Ikhtiar Bogor Jawa Barat.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Melihat latar belakang dan tujuan penelitian, maka kegunaan
dilaksanakannya penelitian ini terbagi menjadi tiga; pertama bagi
akademisi, kedua bagi praktisi dan ketiga bagi pemerintah.
1. Bagi akademisi, agar dapat menjadi bahan rujukan penelitian
selanjutnya yang lebih kompleks. Manfaat lainnya sebagai sarana
pengembangan pengetahuan ilmiah dalam rangka meningkatkan
ilmu pengetahuan di bidang ekonomi umumnya, dan masalah
pemberdayaan perempuan (seperti grameen bank) dalam
menanggulangi kemiskinan khususnya. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan wadah bagi keterampilan kaum
perempuan yang tidak mendapat kesempatan hidup sejahtera dan
tentunya sesuai syariat Islam.
2. Bagi praktisi, penelitian ini dapat menjadi acuan bagi Koperasi
13
keuangan Syariah untuk mempertimbangkan, mengevaluasi serta
merumuskan kebijakan-kebijakan setiap tahap pemberdayaan agar
lebih baik lagi. Baik dari tahap rekruitmen anggota, sosialisasi,
ketepatan sasaran nasabah, jumlah dana yang direalisasikan,
pendampingan pengelolaan dana nasabah, pelatihan nasabah,
pengawasan penggunaan dana serta dampaknya setelah
mendapatkan dana pembiayaan. Hal itu karena mengevaluasi
program yang dijalankan atau dengan melihat efektivitas program
yang dijalankan menjadi kunci keberhasilan organisasi yang senada
dengan teori Drucker.
3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai
sumbangan pemikiran bagi pemerintah untuk melakukan program
pemberdayaan masyarakat miskin, khususnya perempuan, seperti
sistem Grameen Bank yang dianut oleh Koperasi BAIK. Karena
sistem Grameen Bank sudah terbukti dapat mengatasi kemiskinan
di Bangladesh.
E. KAJIAN PUSTAKA
Dewasa ini, kehidupan masyarakat Indonesia semakin membaik,
hal itu terbukti dari kemiskinan di Indonesia yang menurun setiap tahun.20
Berbagai upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan oleh
14
pemerintah, lembaga keuangan maupun komunitas-komunitas. Namun,
masih saja ada beberapa kalangan masyarakat yang berkutat dengan
kemiskinan, setidaknya ada 10,96 % dari total masyarakat di Indonesia
yang tergolong miskin.
Upaya penanggulangan kemiskinan paling banyak digunakan
adalah penerapan pemberdayaan. Upaya penanggulangan kemiskinan
secara konseptual dapat dilakukan oleh empat jalur strategis, yaitu
peluasan kesempatan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas,
dan perlindungan sosial.21
Kemiskinan harus dihapuskan, bahkan teori Yunus yang ingin
menciptakan dunia tanpa kemiskinan harus diwujudkan (Grameen Bank).
Yunus memiliki teori yang ampuh mengatasi kemiskinan di Bangladesh,
yaitu Grameen Bank. Teori tersebut merupakan penanggulangan
kemiskinan dengan memberdayakan perempuan miskin di Bangladesh.
Pemberdayaan khusus perempuan miskin yang dilakukan Yunus terbukti
telah memberantas kemiskinan yang membelenggu masyarakat India. Hal
itu karena perempuan mampu membantu menyejahterakan keluarga,
disamping menjadi ibu rumah tangga. Menggalakkan sistem Grameen
Bank di seluruh pelosok dunia adalah salah satu usaha yang bisa dilakukan
untuk mengentaskan kemiskinan.
21 Randy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho, Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan
15
Di Indonesia, sistem Grameen Bank sudah di adopsi oleh beberapa
lembaga keuangan, salah satunya adalah Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor.
Bank Grameen atau Grameen Bank merupakan organisasi kredit mikro,
disebut kredit karena organisasi tersebut memberikan pembiayaan kepada
kalangan miskin, yang berarti tidak berdaya sama sekali dalam hal modal
dan tanpa syarat apapun termasuk jaminan. Pelopornya adalah Muhammad
Yunus, yang telah membantu memberdayakan jutaan perempuan miskin di
Bangladesh.22
Organisasi atau lembaga keuangan yang telah memiliki sistem
Grameen Bank harus selalu diarahkan pada efisiensi dan efektivitas
sehingga tujuan utama pun dapat terwujud. Efektivitas organisasi
merupakan suatu konsep menyeluruh yang menyertakan sejumlah konsep
komponen.23 Hal itu dapat dijelaskan pada uraian mengenai konsep
efektivitas yang dikutip dari teori John M. Ivancevich, Robert Konopaske
dan Michael T. Matteson bahwa pertama, kriteria efektivitas harus
merefleksikan keseluruhan siklus input-proses-output, bukan hanya output,
dan kedua, kriteria efektivitas harus merefleksikan hubungan antara
organisasi dan lingkungan luarnya.
John M. Ivancevich, Robert Konopaske dan Michael T. Matteson
mengatakan bahwa banyak penelitian tambahan yang diperlukan untuk
22 Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan Alih Bahasa Rani R. Moediarta
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), ix
23 John M. Ivancevich, Robert Konopaske dan Michael T. Matteson, Perilaku dan Manajemen
16
mengembangkan pengetahuan mengenai komponen-komponen efektivitas.
Sedangkan pemberdayaan perempuan adalah upaya memperluas pilihan
perempuan dengan pendayagunaaan potensi, pemanfaatan sebaik-baiknya,
dan memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pilihan-pilihan.
Sedangkan metode Grameen Bank menitik beratkan pada kelompok
sebagai wadah pemberdayaan itu sendiri.24
John M. Ivancevich, Robert Konopaske dan Michael T. Matteson
berpendapat bahwa selalu ada penambahan untuk membuat konsep
efektivitas sebuah organisasi dan juga teori Fachmi Basyaib yang
mengatakan bahwa tidak ada ukuran teori efektivitas yang sama dalam
sebuah organisasi, maka peneliti mengambil teori mengenai efektivitas
program pemberdayaan perempuan miskin sistem Grameen Bank di
Baytul Ikhtiar Bogor ini pun dari kolaborasi beberapa teori.25
Pertama dari partisipasi teori yang dipelopori Uphoff, Cohen, dan
Goldsmith yang dikutip dari Swedianti bahwa ia berperan aktif dalam
program pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan, yaitu PNPM.
Dalam penelitiannya, ia membuktikan bahwa tahap perencanaan, tahap
24 Lihat Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, Cetakan 1 (Jakarta: CED,
2005), 53, lihat M. Abdul Azis, Ibnu Supanta, Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pokusma & BMT (Jakarta: Pinbuk Press, 2004), 12-13, dan lihat juga Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro, Program Pengembangan Kecamatan (Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro), Kredit Mikro Sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin (T. Tp.,t.t.,: 2002), 15
25 Lihat di John M. Ivancevich, Robert Konopaske dan Michael T. Matteson, Perilaku dan
17
pelaksanaan, tahap evaluasi yang tepat dan sesuai akan memberikan hasil
yang baik.26
Kedua, salah satu teori Dasril Munir mengenai efektivitas adalah
proses pelaksanaan menggunakan cara, alat dan sumberdaya yang ada
untuk mencapai tujuan tersebut.27 Proses pelaksanaan program
pemberdayaan ini tidak mungkin berjalan tanpa adanya sumberdaya yang
ada, sumber daya itu berasal dari fasilitator atau petugas yang berwenang
dan juga nasabah. Hal itu berarti nasabah dan petugas sebagai fasilitator
saling bergantung satu sama lainnya. Teori itu juga senada dengan
penelitian Fariz bahwa salah satu variabel yang menjadi intervening antara
program dengan efektivitas adalah fasilitator atau petugas dari pelaksana
tersebut.28
F. SISTEMATIKA BAHASAN
Sistematika diperlukan agar pembahasan terfokus pada apa yang
menjadi kajian dalam penelitian lapangan. Sistematika tersebut akan
terangkum sebagai berikut:
26 Karina Swedianti, Partisipasi Masyarakat Dalam Pnpm Mandiri Perkotaan (Kasus
Implementasi Program Ekonomi Bergulir Pnpm Mandiri Perkotaan Di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2011, 6-7
27 H Dasril Munir, dkk, Kebijakan Dan Manjemen Keuangan Daerah (Yogyakarta: YPAPI, 2004),
46
28 Fariz Huzein, “Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus: Persepsi
18
Bab I berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab ini
tentunya menjadi pedoman dalam pembahasan yang akan menjadi kajian
dalam penelitian kedepannya.
Bab II ini terdapat tiga bagian yaitu pertama, kerangka teoritik
yang menguraikan teori-teori yang digunakan sebagai kerangka
pembahasan, yang berisi uraian telaah pustaka, referensi, jurnal, artikel,
dan lain-lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Kedua, penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian
ini. Ketiga, menjelaskan kerangka pemikiran yang berisi kesimpulan dari
telaah pustaka yang digunakan untuk menyusun hipotesis yang selanjutnya
akan diuji.
Bab III membahas tentang metode yang digunakan dalam
penelitian, yang berisi antara lain populasi dan sampel, objek penelitian,
waktu penelitian, skala pengukuran, definisi operasional variabel, dan
teknik analisis data.
Bab IV membahas lingkup perusahaan dan hasil analisis data.
Ruang lingkup perusahaan hanya digambarkan secara garis besar dan
penyajian hasil olahan data dari smartPLS 2.0.
Bab V ini merupakan pembahasan atau inti dari penelitian, yaitu
membahas tentang interpretasi terhadap hasil pengolahan data dengan
19
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemberdayaan perempuan
Koperasi Baytul Ikhtiar, Bogor, Jawa Barat.
Bab VI adalah penutup dari penelitian yang telah dilakukan, yang
103
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengaruh Tahap Perencanaan (X1) terhadap Kinerja Fasilitator (Y1) program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat
Hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa untuk variabel tahap
perencanaan ini diperoleh nilai 0,5537 < 1,96. Artinya bahwa variabel tahap
perencanaan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja fasilitator. Hal itu
berarti ada penolakan hipotesis yang diajukan.
Tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan anggota dalam
kegiatan-kegiatan yang merencanakan program pembangunan yang akan
dilaksanakan, serta menyusun rencana kerjanya.1 Dalam penelitian ini,
rekruitmen anggota dilakukan pada tahap pertama, hal itu dilakukan oleh
petugas koperasi BAIK dan juga memerlukan keterlibatan calon anggota.
Rekruitmen anggota melalui beberapa tahap, antara lain: 2 Observasi
Blok-blok Pemukiman (Assesmen Wilayah), Uji Kelayakan Calon Anggota (UK),
dan Latihan Wajib Kelompok (LWK).
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Swedianti yang
membuktikan bahwa salah satu partisipasi masyarakat dalam program PNPM
1 Karina Swedianti, Partisipasi Masyarakat Dalam Pnpm Mandiri Perkotaan (Kasus Implementasi
Program Ekonomi Bergulir Pnpm Mandiri Perkotaan Di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2011, 6-7.
104
yaitu tahap perencanaan berpengaruh terhadap efektivitas tanpa variabel
lainnya, sedangkan dalam penelitian ini terdapat variabel intervening yaitu
fasilitator. Adanya variabel intervening yang peneliti ambil dari teori Fariz
tersebut bahwa tahap perencanaan bisa berjalan dengan adanya fasilitator atau
petugas koperasi, bertolak belakang dengan teori Fariz bahwa tahap
perencanaan berpengaruh terhadap kinerja fasilitator.
B. Pengaruh Tahap Perencanaan (X1) terhadap Efektivitas (Y2) program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat
Hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa untuk variabel tahap
perencanaan ini memperoleh nilai 0,074 < 1,96. Artinya variabel tahap
perencanaan tidak memiliki pengaruh terhadap efektivitas. Hal itu berarti ada
penolakan hipotesis yang diajukan.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Swedianti
yang membuktikan bahwa salah satu partisipasi masyarakat dalam program
PNPM yaitu tahap perencanaan berpengaruh terhadap efektivitas tanpa
variabel lainnya. Hal itu berarti menunjukkan bahwa antara tahap
perencanaan dengan efektivitas tidak berpengaruh walaupun ada variabel
intervening atau tidak.
Banyak dari mekanisme kerja grameen bank justru berkebalikan
dengan bank konvensional. Pada grameen bank, yang ditekankan bukanlah
105
peminjam adalah kelompok. Berikut ini gambaran grameen bank menurut
Richo A. Wibowo yang mereview bukunya Yunus.3
Pertama-tama setiap pemohon bergabung dalam sekelompok orang
orang yang mempunyai pemikiran sama dan hidup dalam kondisi sosial
ekonomi serupa. Kelompok ini dibentuk oleh calon nasabah itu sendiri, tanpa
mendapatkan campur tangan dari grameen bank. Selanjutnya apabila telah
berjumlah lima orang, maka mereka harus datang secara bersama-sama ke
grameen bank, setelah disetujui mereka mendapatkan training selama
seminggu. Mereka akan mendapatkan penjelasan tentang kebijakan-kebijakan
di grameen bank. Selanjutnya akan diuji secara lisan perorangan untuk
mengetahui apakah mereka sudah memahami kebijakan yang dijelaskan
ataukah belum. Apabila ada satu saja dari anggota kelompok yang gagal,
maka hal tersebut dianggap sebagai kegagalan kelompok, sehingga proses
pemberian kredit akan ditunda hingga semua anggota kelompok lulus ujian.
Hal yang sama berlaku pula pada mekanisme pembayaran cicilan
hutang kredit. Apabila ada satu anggota kelompok gagal bayar, maka
kelompok tersebut tidak akan mendapatkan kredit hingga keseluruh anggota
kelompok tersebut berhasil membayar. Mekanisme ini memang sengaja
didesain untuk menciptakan tekanan secara halus dari sisi internal
masing-masing anggota kelompok; sehingga masing-masing-masing-masing anggota saling
mengawasi anggota yang lainnya agar tetap berada dalam tujuan kelompok.
106
Tampaknya mekanisme ini adalah cara grameen bank untuk mengikat
tanggung jawab si peminjam; dari loyalitas peminjam ke grameen bank
menjadi peminjam ke kelompoknya. Loyalitas tanggung jawab peminjam
kepada grameen bank memang tidak bisa diharapkan kuat mengingat
grameen bank memang tidak meminta jaminan agunan dari si peminjam
tersebut.
Sisi lain yang berbeda dengan Bank konvensional lainnya adalah
jumlah cicilan yang harus dibayar/tempo pembayaranya. grameen bank
membuat cicilan sedemikian kecil sehingga si peminjam hampir tidak
merasakan kehilangan uangnya. Misalnya hutang si peminjam adalah 365
taka yang harus dilunasi dalam jangka waktu setahun, maka yang dilakukan
oleh grameen bank bukanlah meminta pelunasan pembayaran diujung tenggat
waktu pelunasan, namun meminta si peminjam untuk membayar sehari
sebesar 1 taka. Perbedaan yang mencolok lainnya adalah tingkat suku bunga
di grameen bank yang sangat bersahabat bagi orang kecil; 20 persen (per
tahun).
C. Pengaruh Tahap Pelaksanaan (X2) terhadap Kinerja Fasilitator (Y1) program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat
Hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa untuk variabel tahap
107
pelaksanaan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja fasilitator. Hal itu
berarti ada penolakan hipotesis yang diajukan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian Swedianti yang membuktikan
bahwa salah satu partisipasi masyarakat dalam program PNPM yaitu tahap
pelaksanaan berpengaruh terhadap efektivitas tanpa variabel lainnya.
Perbedaan itu dari adanya variabel intervening yang peneliti ambil dari teori
Fariz bahwa tahap pelaksanaan bisa berjalan dengan adanya fasilitator atau
petugas koperasi. Penelitian ini bertolak belakang juga dengan teori Fariz
bahwa tahap pelaksanaan berpengaruh terhadap kinerja fasilitator.
D. Pengaruh Tahap Pelaksanaan (X2) terhadap Efektivitas (Y2) program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat
Hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa untuk variabel tahap
pelaksanaan ini memperoleh nilai 2,4538 > 1,96. Artinya variabel tahap
pelaksanaan memiliki pengaruh terhadap efektivitas. Hal itu berarti hipotesis
yang diajukan diterima.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Swedianti yang
membuktikan bahwa salah satu partisipasi masyarakat dalam program PNPM
yaitu tahap pelaksanaan berpengaruh terhadap efektivitas. Senada juga
dengan penelitian Fariz bahwa tahap pelaksanaan berpengaruh terhadap
108
Teori Uphoff, Cohen, dan Goldsmith dalam Swedianti membagi
partisipasi ke dalam beberapa jenis tahapan, salah satunya adalah tahap
pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab
inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada
tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk
sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan
sebagai anggota program.4
Pelaksanaan dalam penelitian ini diistilahkan dengan Pelayanan
Majelis yang dilaksanakan sekali setiap pekan. Lokasinya ditentukan oleh
kelompok berdasarkan hasil musyawarah. Pelayanan hanya dilakukan pada
anggota kelompok yang telah melewati proses UK dan LWK sebagai syarat
sah menjadi anggota Koperasi BAIK sebagaimana ada di tahap perencanaan.
Aktivitas Pelayanan baru akan dilakukan setelah pertemuan resmi di buka.
dengan membaca doa dan ikrar.5 Dalam penelitian ini tahap pelaksanaan
terbukti berpengaruh terhadap efektivitas meskipun tidak melalui perantara
kinerja fasilitator.
4 Karina Swedianti, Partisipasi Masyarakat Dalam Pnpm Mandiri Perkotaan (Kasus Implementasi
Program Ekonomi Bergulir Pnpm Mandiri Perkotaan Di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2011, 6-7
5 Lihat Koperasi Baytul Ikhtiar, dalam www.koperasi-baik.org dan lihat juga Koperasi Baytul
109
E. Pengaruh Tahap Evaluasi (X3) terhadap Kinerja Fasilitator (Y1) program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat
Hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa untuk variabel tahap evaluasi
ini diperoleh nilai 2,8548 > 1,96. Artinya bahwa variabel tahap evaluasi
memiliki pengaruh terhadap kinerja fasilitator. Hal itu berarti hipotesis yang
diajukan diterima.
Hasil penelitian ini tidak senada dengan teori Upoff dalam penelitian
Swedianti yang membuktikan bahwa salah satu partisipasi masyarakat yaitu
tahap Evaluasi berpengaruh terhadap efektivitas tanpa variabel lainnya,
namun peneliti mengambil variabel dari Fariz bahwa dari beberapa tahap
yang ada dalam partisipasi membutuhkan fasilitator untuk sampai ke tahap
efektivitas.
Evaluasi kinerja yang sudah dilakukan sangat penting, hal itu karena
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan program telah dilakukan.
Jika mengevaluasi kinerja karyawan, maka fokusnya tidak hanya pada
penilaian kinerja pekerjaan tetapi pada perilaku karyawan yang relevan.6
Namun ketika mengevaluasi kinerja program maka yang harus utama dinilai
adalah program yang dijalankan dan dampak dari yang diberikan program
yaitu anggota.
6 M. Ivancevich, John, Robert Konopaske, dan Michael T. Matteson, Perilaku dan Manajemen
110
Untuk sampai ke tahap efektivitas, tahap perencanaan dipengaruhi
oleh kinerja fasilitator seperti nasabah tidak terbiasa dengan bagi hasil dan
masih terbiasa dengan sistem bunga, juga nasabah tidak mau melaporkan
laporan keuangannya secara jujur atau disebut dengan moral hazard. Hal-hal
seperti itu dapat menghambat pencapaian tujuan dari program pemberdayaan
itu sendiri.
Dalam hal program ini, pihak lembaga keuangan, koperasi BAIK,
mengharuskan para nasabah memiliki ikrar dalam diri mereka sendiri untuk
diri mereka sendiri juga tentunya. Peneliti melibatkan ikrar tersebut menjadi
indikator faktor internal nasabah. Hal itu peneliti lakukan karena dalam
program pemberdayaan ini sistemnya menggunakan adopsi grameen bank,
yakni sistem berkelompok, menolong teman kelompok ketika kesulitan
membayar (tanggung-renteng), memiliki kemauan dan kewajiban
menyekolahkan anak, dan bertanggungjawab menambah pendapatan
keluarga.
Anggota dalam hal ini nasabah koperasi, harus bertanggungjawab
untuk menggunakan pinjaman/ pembiayaan yang didapat untuk
meningkatkan pendapatan keluarga, sesuai akad yang dilakukan di awal
kontrak. Contohnya jika anggota memiliki usaha ternak kambing, maka ia
111
Anggota juga wajib membantu anggota lain dalam satu kelompok
ketika dalam kesulitan. Kesulitan macam-macam, terkadang ada anggota
keluarga yang sakit, kecelakaan, paceklik, atau lainnya. Maka ikrar yang
mereka ucapkan dan harus lakukan adalah wajib membantu anggota lainnya.
Hal itu yang membuat kredit macet di koperasi BAIK selalu menurun setiap
kurun waktu, bahkan terakhir tahun 2015 NPF di koperasi BAIK sebesar
0,2% dibawah standar minimal dari BI yaitu 0,5%.7
F. Pengaruh Tahap Evaluasi (X3) terhadap Efektivitas (Y2) program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat
Hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa untuk variabel tahap evaluasi
ini memperoleh nilai 0,5921 < 1,96. Artinya variabel tahap evaluasi tidak
memiliki pengaruh terhadap efektivitas. Hal itu berarti ada penolakan
hipotesis yang diajukan.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan teori Upoff dalam
penelitian Swedianti yang membuktikan bahwa salah satu partisipasi
masyarakat yaitu tahap Evaluasi berpengaruh terhadap efektivitas. Penolakan
tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya responden banyak yang
memilih ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan kepuasan. Seperti halnya
mereka menjawab ragu ketika ada pernyataan bahwa anggota mudah
melakukan transaksi dengan koperasi, yakni sebanyak 11,3%.
112
Meskipun evaluasi tidak berpengaruh terhadap efektivitas, tetapi perlu
ditekankan bahwa mengevaluasi setiap aktifitas organisasi (dalam hal ini
koperasi BAIK) sangat penting. Hal itu karena evaluasi adalah meninjau
kembali apa yang dirasakan oleh anggota sehingga dapat menjadi masukan
bagi koperasi kedepannya.
Dalam penelitian ini, tahap evaluasi berpengaruh tidak langsung
terhadap efektivitas karena harus melalui variabel intervening, sehingga
pengaruhnya tidak berpengaruh langsung. Hal itu juga membuktikan bahwa
dalam tahap evaluasi membutuhkan para fasilitator di dalamnya atau petugas
koperasi untuk sampai tahap efektivitas. Pencapaian yang diraih oleh anggota
dan koperasi sendiri bisa diukur melalui tahap evaluasi ini, dan bisa melalui
angket dan wawancara kepada nasabah.
Koperasi BAIK memiliki pengawasan yang cukup ketat, hal itu juga
disampaikan oleh beberapa anggota yang mengatakan bahwa dalam proses
pelaksanaan program selalu ada petugas yang mengawasi mereka.
Pengawasan yang dilakukan oleh petugas dilakukan ketika proses majlis dan
113
G. Pengaruh Kinerja Fasilitator (Y1) berpengaruh terhadap Efektivitas (Y2) Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat
Hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa untuk variabel kinerja
fasilitator ini memperoleh nilai 13,4834 > 1,96. Artinya variabel tahap
perencanaan memiliki pengaruh terhadap efektivitas. Hal itu berarti ada
penerimaan hipotesis yang diajukan.
Kinerja fasilitator memiliki pengaruh yang cukup kuat diantara
variabel lainnya terhadap efektivitas. Meskipun begitu, pembelajaran terus
menerus harus selalu dilakukan agar hari ini lebih baik dari kemarin dan esok
lebih baik dari hari ini. Learning Curve itu jika dilakukan sungguh sangat
baik hasilnya. 8
Islam mengajarkan untuk belajar sepanjang waktu secara efisiensi.
Meskipun tenaga kerja sudah memenuhi standar minimum dalam
melaksanakan produksi, namun ia harus selalu belajar terus untuk
meningkatkan kemampuannya dalam hal-hal yang terkait dengan produksi.
Pembelajaran ini merupakan amanat sepanjang hidup (long life learning) dari
ajaran Islam, artinya bahwa setiap agen muslim perlu terus menerus belajar.
Hal itu juga telah menjadi pedoman umat Islam, karena Nabi telah bersabda
8 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers,
114
bahwa menuntut ilmu itu dari buaian sampai meninggal (dalam kubur),
haditsnya sebagai berikut.9
ﻃ
ﻃﻠاﻃ ﱃ اﻃ ﺪ اﻃ ﻦ ﻃ ﲅ ﻌ اﻃاﻮ ﺒ ﻠ
ﻃﺪ
ﻃ
Rasulullah SAW bersabda: “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang
lahat.”
Hadits tersebut menjadi dasar dari ungkapan “Long life education”
atau pendidikan seumur hidup. Kehidupan di dunia ini rupanya tidak sepi dari
kegiatan belajar, sejak mulai lahir sampai hidup ini berakhir. Benar hadist
Rasulullah Muhammad s.a.w bahwa menuntut ilmu wajib sejak buaian
sampai liang lahat.
Adapun media untuk belajar bisa berupa apa saja, misalnya tempat
bekerja (working place). Dari tempat bekerja ini berangsur-angsur tenaga
kerja akan bisa memperoleh keahlian dalam berproduksi sehingga
kemampuan kerjanya semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya
kemampuan, maka jumlah barang/jasa yang bisa dihasilkan juga semakin
besar, sebab ia bekerja semakin efisien. Selain itu frekuensi kesalahan dalam
melaksanakan kegiatan produksi juga semakin menurun. Akibatnya jumlah
barang yang gagal (cacat) menjadi semakin kecil yang berarti penggunaan
input per unit output juga semakin menurun. Hal ini semua yang disebut
sebagai efek learning curve yang bisa ditunjukkan dalam gambar berikut ini.
115
Gambar 5.1
Learning Curve
Sumbu vertikal dalam kurva diatas menunjukkan jumlah input yang
digunakan untuk menghasilkan output, sementara sumbu horizontal
menunjukkan jumlah output. Jika input, misalnya tenaga kerja bersedia untuk
melakukan kegiatan pembelajaran terus-menerus maka produktivitasnya akan
semakin meningkat. Untuk menghasilkan lebih banyak output, maka jumlah
input yang digunakan semakin sedikit. Ajaran Islam mengharuskan umatnya
untuk melakukan long life learning sehingga meningkatkan produktivitas
sebagaimana diilustrasikan dalam kurva learning diatas.
Dampak dari kurva belajar adalah sebagai berikut:10
1. Pengalaman, sehingga dapat dijadikan pelajaran untuk masa yang
akan datang
2. Biaya menjadi lebih efisien
3. Produktivitas meningkat
10 M. Nafik HR, Materi Kuliah Ekonomi Manajerial (Sabtu, 10 Januari 2016, tidak dipublikasikan)
Jumlah input
[image:40.595.138.515.101.558.2]
116
4. Semakin cepat
5. Sumber daya manusia menjadi semakin produktif (efektif dan efisien
dalma bekerja
6. Mashlahah tercapai
Learning curve ini juga memiliki motto dan manfaat besar, yaitu
menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin. Pengalaman, pembelajaran,
dan evaluasi menjadi acuan untuk menjadi lebih baik lagi dan lagi. Allah
telah mengajarkan manusia untuk memperhatikan hari esok, memperhatikan
apa yang telah diperbuat kemarin karena kelak akan dimintai
pertanggungjawaban.11 Allah menuangkannya dalam Qur’an surat
al-Baqarah ayat 79 berikut ini.
ﻃۡﯾ ﻮ
ﻃﻃ
ﻃ
ﻃۡ ﻜ ﻃ ﻦ
ﻃ نﻮ ﺒ
ﻃﻃۡ
ﻃ ﻜ
ﻃۡﯾ ﻃ
ﻃۡ ﳞ ﺪ
ﻃ
ﻃ ﻃ نﻮ ﻮ ﯾﻃ ﰒ
ﻃۡ ﻦ ﻃا ﺬ
ﻃ
ﻃ ﺪﻨ
ﻃ
ﻃۡ
ﻃ
ﻃ ﻃ او ﱰ
ۦﻃ
ﻃٗﻨ ﺛ
ﻃﺎ
ﻃۖ ٗ ﯿ ﻠ
ﻃ
ﻃۡﯾ ﻮ
ﻃﻃ
ﻃۡ
ﺘ ﻛﻃﺎ
ﻃ
ﻃﻃۡﯾ
ﻃۡ ﳞ ﺪ
ﻃ
ﻃۡﯾ و و
ﻃﻃ
ﻃۡ ﻜ ﻃﺎ
ﻃ
ﻃ نﻮ ﺒ
ﻃﻃ
Artinya:“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al
Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah",
(dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan
perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang
ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi
mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.”
117
Dalam penelitian ini fasilitator sama dengan pelatih, atau sebagai
mediator, sebagai penggerak, dan penyambung komunikasi. Fasilitator juga
sebagai pengawas.12 Pengawas dalam hal penelitian ini yaitu petugas
mengontrol dan mengawasi penggunaan dana, mengawasi ketertiban ketika
pelayanan majlis dan lain-lain.
Pengawasan pembiayaan adalah usaha untuk mengendalikan
pelaksanaan pembiayaan, agar persyaratan dan target yang diasumsikan dapat
dipenuhi sebagai dasar persetujuan pembiayaan (term of lending).13 Allah
berfirman dalan surat al-Infithar ayat 10:
و
ا
ﱠ ن
ﻋ
ﻠ
ْ ﻴ
ﻜ
ْ ﻢ
ﻓﺎ
ﻈ
ن
14Artinya: “Padahal Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang
mengawasi (pekerjaanmu),”
Monitoring dan pengawasan ini berfungsi sebagai penutup
kekurangan/kelemahan dalam proses kegiatan pembiayaan. Monitoring dapat
diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk melakukan pemantauan
pembiayaan, agar dapat diketahui sedini mungkin (early warning system)
12 Fariz Huzein, “Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus: Persepsi
Masyarakat Miskin terhadap Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso),” Skripsi: S1 Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jember, 2013.
13 Veithzal Rivai, Islamic Financia; Management: Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis
untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 488
118
deviasi yang terjadi yang akan membawa akibat turunnya mutu
pembiayaan.15
Fasilitator juga sebagai penggerak untuk menyegerakan anggota
membayar tepat waktu. Mosher menyatakan bahwa suatu program
perkreditan dikatakan efisien apabila mudah didapatkan oleh sasaran program
dan anggota dapat mengembalikannya tepat waktu. Hal itu dikarenakan
tingkat pengembalian akan mempengaruhi program perkreditan selanjutnya.16
Hasil penelitian tim Unibraw menunjukkan bahwa penyimpangan kredit
(untuk memenuhi kebutuhan konsumsi) menjadi salah satu penyebab
lemahnya pengembalian kredit yang akhirnya akan mempengaruhi program
selanjutnya.17
15 Veithzal Rivai, Islamic Financial; Management: Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis
untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008),hlm. 488
16 AT. Mosher, Menggerakkan dan Membangun Pertanian, terjemahan Ir. Krisnandhi. Jakarta:
CV. Yasa Guna,, 1966
17 Ami Wanati Surya Dewi, Efektivitas Pembiayaan Usaha Kecil pada Baitul Maal Wat Tamwil
119
BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data dan menggunakan alat software
smartPLS 2.0 mengenai efektivitas program pemberdayaan perempuan di
Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Secara parsial tahap perencanaan tidak berpengaruh terhadap
kinerja fasilitator. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) yang
menyatakan “Tahap Perencanaan berpengaruh terhadap Kinerja
Fasilitator Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul
Ikhtiar Bogor Jawa Barat” tidak terbukti.
2. Secara parsial tahap perencanaan tidak berpengaruh terhadap
efektivitas. Dengan demikian hipotesis kedua (H2) yang
menyatakan bahwa “Tahap Perencanaan berpengaruh terhadap
Efektivitas Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul
Ikhtiar Bogor Jawa Barat” tidak terbukti.
3. Secara parsial tahap pelaksanaan tidak berpengaruh terhadap
kinerja fasilitator. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) yang
120
Kinerja Fasilitator Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi
Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat” tidak terbukti.
4. Secara parsial tahap pelaksanaan berpengaruh terhadap efektivitas.
Dengan demikian hipotesis kedua (H4) yang menyatakan bahwa
“Tahap Perencanaan berpengaruh terhadap Efektivitas Program
Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa
Barat” terbukti.
5. Secara parsial tahap evaluasi berpengaruh terhadap kinerja
fasilitator. Dengan demikian hipotesis kelima (H5) yang
menyatakan bahwa “Tahap Evaluasi berpengaruh positif terhadap
Kinerja Fasilitator Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi
Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat” terbukti.
6. Secara parsial tahap evaluasi tidak berpengaruh terhadap
efektivitas. Dengan demikian hipotesis keenam (H6) yang
menyatakan bahwa “Tahap Evaluasi berpengaruh positif terhadap
Efektivitas Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul
Ikhtiar Bogor Jawa Barat” tidak terbukti.
7. Secara parsial kinerja fasilitator berpengaruh terhadap efektivitas.
Dengan demikian hipotesis kesepuluh (H7) yang menyatakan
bahwa “Kinerja Fasilitator berpengaruh terhadap Efektivitas
Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor
121
B. SARAN
Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menambah jumlah variabel
dengan teori yang cukup kuat, walaupun PLS tidak mengharuskan
menggunakan teori yang kuat. Dalam penelitian ini hanya enam
variabel hasil dari kolaborasi beberapa teori, dan dari 7 hipotesis
yang diajukan hanya ada 3 hipotesis yang terbukti kebenarannya.
Oleh karena itu sebaiknya pada penelitian yang akan datang dapat
menambahkan variabel lainnya, hal itu juga berdasarkan teori
Griffin mengatakan bahwa ukuran efektivitas tidak mutlaq pada
satu perspektif.1
2. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa variabel kinerja
fasilitator berpengaruh paling kuat dibanding variabel lainnya
terhadap efektivitas. Hal itu bisa dikatakan bahwa kinerja petugas
dalam menjadi fasilitator atau jembatan antara koperasi BAIK yang
menjadi wadah dan pemberi modal dengan anggota sudah
dikatakan baik. Meskipun begitu, pembelajaran terus menerus
harus selalu dilakukan agar hari ini lebih baik dari kemarin dan
esok lebih baik dari hari ini. Learning Curve itu jika dilakukan
sungguh sangat baik hasilnya.
1 Fachmi Basyaib, Teori Pembuatan keputusan (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
122
3. Meskipun variabel tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap
evaluasi tidak berpengaruh terhadap kinerja fasilitator maupun
efektivitas, namun berdasarkan hasil temuan peneli bahwa
tahap-tahap tersebut sangat menentukan hasil akhir suatu tujuan program
ikhtiar ini. Contohnya dalam perencanaan ada pelatihan, jika dalam
pelatihan gagal maka otomatis anggota sudah gagal merencanakan,
119
BIBLIOGRAFI
Abdullah, Naziruddin, dan Uddin, Md Shah Jalal, “The Effectiveness of Micro-Finance Institutions in Alleviating Poverty: The Case of Bangladesh’s Grameen Bank and BRAC,” Journal of Social and Development Sciences, Vol. 4, No. 7 (July 2013), pp. 339-348.
Aditya, Rizki Rozandy, dkk, Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Teknologi dengan Metpde Partial Least Square (STudi Kasus Pada Sentra Industri Tahu Desa Sendang, Kec.Banyakan, Kediri), Jurnal Industria, Vol 1, No 3
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006
_________________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Ascarya dan Yumanita, Diana, “Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil di Perbankan Syariah Indonesia,” Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juni 2005
Asmorowati, Sulikah, Dampak Pemberian Kredit Mikro untuk Perempuan: Analisis Pengadopsian Model Grameen Bank di Indonesia, (Paper---Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Airlangga, Surabaya) Azis, M. Abdul, Ibnu Supanta, Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pokusma &
BMT, Jakarta: Pinbuk Press, 2004
Badan Pusat Statistik, Persentase Penduduk menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, dalam http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1601 (diakses pada 7 Desember 2015), pukul 6:04
Bahri, Syamsul dan Zamzam, Fahkry, Model Penelitian Kuantitatif Berbasis SEM-AMOS, Yogyakarta: Deepublish, 2014
Bariadi, Lili, Zen, Muhammad, Hudri, M., Zakat dan Wirausaha, Cetakan 1, Jakarta: CED, 2005
120
Cahyono, Imam, “Wajah Kemiskinan, Wajah Wanita (Poperty has a women face),” Jurnal Wanita, No. 42 (Juli 2005)
Dimyati, Mohamad, 2009, Analisis SEM Dalam Uji Pengaruh Beberapa Variabel Terhadap Loyalitas, Jakarta: Mitra Wacana Media
Ekonomi Indonesia,
http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/ekonomi/item177 (diakses pada 29 Desember 2015), pukul 14:31
Ghazali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21, Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2013
____________, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS (Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005
Ghazali, Imam dan Hengky Latan, Partial Least Squares “Konsep, Metode dan Aplikasi” menggunakan Program WarpPLS 2.0 Semarang: Badan Penerbit Undip, 2012
Griffin, Ricky W., Manajemen, edisi 7, jilid 1 alih bahasa oleh Gina Gania, Jakarta, Erlangga, 2004
Haryanto, Rommu, Pemberdayaan Wanita untuk Perkembangan Ekonomi,
http://www.wrp-diet.com/pemberdayaan-wanita-untuk-perkembangan-ekonomi/ diakses pada tanggal 28 Juni 2015 pukul 21:36
Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian Dengan Statistika, cet. ke-2, Jakarta: Bumi Aksara, 2006
Hermawan, Acep Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, Jakarta: PT Grasindo, 2008
Huzein, Fariz, “Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus: Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso),” Skripsi: S1 Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jember, 2013
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang, Metodologi Penelitian Bisnis: untuk Akuntansi dan Manajemen, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2011
121
Jalal, Fasli dan Supriadi, Dedi, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta: Adicita, 2001
Konsultan Pengembangan Kredit Mikro, Tim Program Pengembangan Kecamatan (Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro), Kredit Mikro Sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin (T. Tp.,t.t.,: 2002) Koperasi Baytul Ikhtiar, dalam www.koperasi-baik.org
Kurniawan, Agung, Transformasi Pelayanan Publik, Yogyakarta: Pembaruan, 2005
Littlefield, Elizabeth, Murduch, Jonathan and Hashemi, Syed, “Is Microfinance an Effective Strategy to Reach the Millennium Development Goals?” Januari, 2003
Najmulmunir, Nandang. “Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Efektivitas Implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi (The Influence of Social Participation toward the Effectiveness of Implementation in Spatial Planning at Bekasi Regency),” J. Manusia dan Lingkungan, Vol. 20, No. 2, Juli. 2013: 213-220.
Moh. Wahyudi, Wawancara, Ngasem, Bojonegoro, 27 Desember 2015.
Mosher, AT., Menggerakkan dan Membangun Pertanian, terjemahan Ir. Krisnandhi, Jakarta: CV. Yasa Guna, 1966
Munir, H Dasril, dkk, Kebijakan Dan Manjemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: YPAPI, 2004
M. Ivancevich, John, Robert Konopaske, dan Michael T. Matteson, Perilaku dan Manajemen Organisasi, Edisi 7, Jilid 1 Alih Bahasa oleh Gina Gania, Jakarta: Erlangga, 2006
Nafik, M. HR, Materi Kuliah Ekonomi Manajerial, Sabtu, 10 Januari 2016, tidak dipublikasikan)
Nogi, Hessel S. Tangkilisan, Manajemen Publik, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005
Nurohman, Dede, Memahami Dasar-dasar Ekonomi Islam, Yogyakarta: Teras, 2011
122
Partisipasi Perempuan Dalam Pembangunan di Perdesaan Meningkat, dalam
http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASI APACIFICEXT/INDONESIAINBAHASAEXTN/0,,contentMDK:224304 65~pagePK:1497618~piPK:217854~theSitePK:447244,00.html, (diakses pada hari Senin, 7 Desember 2015), pukul 05:40
Pengkajian, Pusat dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2013
Pusat Statistik, Badan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, September 2014, dalam
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1488 (diakses pad