• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN KINERJA FASILITATOR SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DI KOPERASI BAYTUL IKHTIAR BOGOR JAWA BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN KINERJA FASILITATOR SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DI KOPERASI BAYTUL IKHTIAR BOGOR JAWA BARAT."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN

KINERJA FASILITATOR SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DI KOPERASI BAYTUL IKHTIAR BOGOR JAWA BARAT

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Program Studi Ekonomi Syariah

Oleh:

Faridatuz Zakiyah

NIM. F14214154

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)

ii

PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN

KINERJA FASILITATOR SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DI KOPERASI BAYTUL IKHTIAR BOGOR JAWA BARAT

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Program Studi Ekonomi Syariah

Oleh:

Faridatuz Zakiyah

NIM. F14214154

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Salah satu pengentasan kemiskinan adalah dengan memberikan peran, kesempatan, dan wadah bagi perempuan. Hal itu karena jumlah perempuan di Indonesia setara dengan laki-laki, sehingga ketika peran dan keberadaannya diabaikan, akan menjadi beban dan menjadi penghambat pembangunan Indonesia. Program Ikhtiar atau pemberdayaan perempuan yang ditawarkan oleh Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) yang berpusat di Bogor, mengadopsi sistem grameen bank dari Muhammad Yunus Bangladesh. Teori Yunus tersebut terbukti mampu mengatasi kemiskinan diantara perempuan Bangladesh.

Penelitian ini ingin menguji efektivitas dari program pemberdayaan Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) yang mengadopsi sistem grameen bank. Penelitian ini dilakukan di Bogor Barat, Kecamatan Tamansari. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah seluruh nasabah di Cabang Tamansari yang berjumlah 114 orang namun kuesioner yang dapat digunakan hanya 62 kuesioner. Sampel tersebut sudah lebih dari cukup karena metode analisis yang menggunakan PLS dengan software smartPLS 2.0 ini tidak memerlukan sampel banyak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap perencanaan tidak berpengaruh terhadap efektivitas dan begitu juga tidak berpengaruh terhadap kinerja fasilitator, tahap pelaksanaan berpengaruh terhadap efektivitas secara langsung namun tidak berpengaruh secara tidak langsung melalui variabel kinerja fasilitator, tahap evaluasi tidak berpengaruh secara langsung terhadap efektivitas tetapi tahap evaluasi ini berpengaruh secara tidak langsung melalui variabel intervening yaitu kinerja fasilitator, dan kinerja fasilitator berpengaruh terhadap efektivitas. Pengaruh kinerja fasilitator terhadap efektivitas memiliki nilai t-statistik terkuat diantara yang lain, hal itu menunjukkan bahwa pegawai Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) memiliki pengaruh yang kuat terhadap hasil akhir dari tujuan program pemberdayaan yang mereka berikan.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi

MOTTO ... vii

ABSTRAK ... viii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ix

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian... 12

E. Kajian Pustaka ... 13

F. Sistematika Bahasan... 17

BAB II LANDASAN TEORITIK ... 20

A. Partisipasi ... 20

1. Tahap Perencanaan ... 22

2. Tahap Pelaksanaan ... 24

3. Tahap Evaluasi ... 25

B. Kinerja Fasilitator ... 27

C. Efektivitas ... 29

D. Pemberdayaan Wanita ... 32

1. Political Will ... 32

2. Power Per Orang dalam Organisasi ... 34

3. Peranan Wanita dalam Pembangunan ... 38

4. Hak Sejahtera Bagi Wanita ... 39

5. Wanita dalam Pemberdayaan Ekonomi ... 40

E. Koperasi ... 42

1. Konsep Koperasi ... 42

2. Definisi Koperasi ... 42

3. Tujuan Koperasi ... 43

4. Prinsip Koperasi ... 43

(8)

H. Hipotesis Penelitian ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51

A. Jenis Penelitian ... 51

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51

C. Populasi dan Sampel ... 52

D. Teknik Pengumpulan Data ... 54

E. Instrumen Penelitian... 55

F. Definisi Operasional... 55

G. Analisis Data ... 58

BAB IV RUANG LINGKUP PERUSAHAAN, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 62

A. Ruang Lingkup Perusahaan ... 61

B. Karakteristik Responden ... 68

C. Hasil Persentase Jawaban Responden ... 73

D. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 92

BAB V PEMBAHASAN ... 106

A. Pengaruh Tahap Perencanaan terhadap Kinerja Fasilitator ... 106

B. Pengaruh Tahap Perencanaan terhadap Efektivitas ... 107

C. Pengaruh Tahap Pelaksanaan terhadap Kinerja Fasilitator ... 109

D. Pengaruh Tahap Pelaksanaan terhadap Efektivitas ... 110

E. Pengaruh Tahap Evaluasi terhadap Kinerja Fasilitator ... 112

F. Pengaruh Tahap Evaluasi terhadap Efektivitas ... 114

G. Pengaruh Kinerja Fasilitator terhadap Efektivitas ... 116

BAB VI PENUTUP ... 122

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 124

BIBLIOGRAFI ... 126

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia yang merupakan negara berpenduduk terpadat nomor

empat di dunia, yaitu sebanyak 255.461.700 jiwa (3,5% dari total

penduduk di dunia),2 memiliki potensi ekonomi tinggi. Potensi tersebut

mulai diperhatikan dunia internasional karena ekonominya menunjukkan

tanda-tanda perkembangan yang pesat. Hal itu terlihat dari nama Indonesia

termasuk dalam kelompok baru yang dikenal dengan akronim CIVETS

(Colombia, Indonesia, Vietnam, Mesir, Turki dan Afrika Selatan) dan

angka total Produk Domestik Bruto (PDB) anggota-anggota CIVETS ini

1 Badan Pusat Statistik, Kemiskinan, dalam http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/23#subjek ViewTab3|accordion-daftar-subjek1 (diakses pada 29 Desember 2015), pukul 14:47

[image:9.595.114.514.259.584.2]

2 Wikipedia, Daftar Negara Menurut Jumlah Penduduk, dalam https://id.wikipedia.org/ wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_penduduk (diakses pada 29 Desember 2015), pukul 13:48

Tabel 1.1

Persentase Penduduk Miskin

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Kemiskinan

Relatif (% dari populasi)

17.8 16.6 15.4 14.2 13.3 12.5 11.7 11.5 11

Kemiskinan Absolut

(dalam ribuan) 39 37 35 33 31 30 29 29 28

(10)

2

diperkirakan senilai separuh PDB global pada tahun 2020.3 Namun

demikian berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik per September 2014,

kemiskinan masih menjadi keseharian bagi 27.727,78 jiwa atau 10,96 %

dari total penduduk Indonesia.4

Dalam beberapa tahun belakangan ini angka kemiskinan di

Indonesia memperlihatkan penurunan yang signifikan. Hal itu terlihat dari

laporan Badan Pusat Statistik yang tertera dalam tabel 1.1, bahwa

persentase penduduk miskin selalu menurun dari tahun ke tahun. Jika

memungkinkan, penurunan itu harus dipercepat dengan cara yang tepat.

Jika menilik dari sebuah wacana sebagaimana yang dikutip oleh

Sofiani dan Hernanik, “wajah kemiskinan adalah wajah perempuan,”

mereka berpendapat bahwa hal itu adalah sebuah realitas dan bukan tanpa

sebab. Alasan yang diusung mereka karena merupakan “simbol” dari

kegelisahan yang lahir dari realitas dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat, contohnya realitas antrian minyak tanah, bantuan langsung

tunai, antrian di puskesmas dan realitas jumlah penduduk miskin yang

didominasi oleh perempuan. Bahkan, mereka mengatakan perempuan

lebih miskin dari laki-laki yang paling miskin sekalipun.5

3Ekonomi Indonesia, http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/ekonomi/item177 (diakses

pada 29 Desember 2015), pukul 14:31

4 Badan Pusat Statistik, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks

Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, September 2014, dalam http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1488 (diakses pada 29 Desember 2015), pukul 14:10

5 Triana Sofiani dan Endang Hernanik, “Kemiskinan Perempuan dalam Bingkai Pembangunan”

(11)

3

Hal itu tentu menjadi suatu hal yang harus diatasi, karena dari total

penduduk Indonesia, persentase penduduk yang berjenis kelamin

perempuan di Indonesia seimbang dengan persentase laki-laki, yaitu

49,75% adalah perempuan sedangkan laki-laki sebanyak 50,25%. Bahkan

pada beberapa provinsi, perempuan lebih banyak dibanding laki-laki,

seperti di Jawa Timur, persentase penduduk berjenis kelamin perempuan

sebanyak 50,67% sedangkan persentase laki-laki lebih rendah yaitu

49,33%.6

Salah satu solusi yang paling tepat untuk mengurangi kemiskinan

khususnya bagi kaum perempuan adalah dengan memberdayakan mereka.

Putri Nabi Muhammad SAW. pun melakukan pekerjaan yang seharusnya

dilakukan oleh laki-laki (yaitu membantu pekerjaan rumah tangga,

menggiling gandum). Artinya, kaum perempuan memang tidak seharusnya

hanya berdiam diri dan tidak bekerja lantas hanya menunggu nafkah dari

para suami. Bagi perempuan yang mau bekerja dan membantu

menyejahterakan keluarganya, Allah akan memberi pahala dan

menghapuskan keburukan (dosa) nya. Hal itu telah terurai jelas dalam

wasiat-wasiat Nabi SAW., berikut ini:7

6 Badan Pusat Statistik, Persentase Penduduk menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, dalam http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1601 (diakses pada 7 Desember 2015), pukul 6:04

7 Syekh Muhammad Bin Umar An-Nawawi, Menggapai Keharmonisan Suami Istri judul asli

(12)

4

ﻃ ﯿ ﻠ ﻃ ﷲﻃ ﲆ ﺻﻃ ﱯﻨاﻃ لﺎ

ﻃﺎ ﺮاﻃ

ﻨ ﺤ ﻃﺔ

ﺎ ﻃ ﷲﻃ ءﺎ ﻮ "ﻃ: ﺔ

ﺎ ﻃ

ﻃ ﲅ وﻃ

ﻃ ﺮ وﻃ،

ﯿ اﻃ

ﻃ ﺮ ﻜ وﻃ، ﺎ ﻨ

ﳊاﻃ

وﻃ،ﺎ ﺪ و

ﻜ ﻃ ن ﻃ ﱃﺎ ﻌ ﻃ ﷲﻃدا ر ﻃ ﻦ ﻜ

. ﺎ ر ا

ﻃ ﺮ اﻃﺎ ﯾ ﻃ، ﺔ

ﺎ ﻃ

ﻃ ﻦ ﻃ ﺔ ﻃ ﲁ ﻃﺎ ﻃ ﷲﻃ

ﺘ ﻛﻃ ٕاﻃﺎ د و وﻃﺎ

و ﺰ ﻃ

ﻨ ﺤ

ﺎ ﯾ ﻃ، ﺔ

ﺎ ﻃ ﻃ. ﺔ ردﻃﺎ ﻃ

ر وﻃ، ﺔ

ﻃﺎ ﳯ ﻃﺎ

وﻃ، ﺔ ﻨ

ا

ﻃ ﺮ ا

ﻃ ﺪﻨ ﻃ

ﺎ ﳯ ﻃ ﷲﻃ ﻌ ﺟﻃ ٕاﻃﺎ

و ﺰ ﻃﺎ ﳯ ﯿ ﺤ

ﻃ ق دﺎ ﺧﻃ ﺒ ﻃ رﺎ ﻨاﻃ ﲔ و

.

1. “Wahai Fatimah, andaikata Allah menghendaki, maka gilingan itu

pasti menggiling sendiri, tetapi Allah menetapkan amal

kebaikanmu, melebur kejelekanmu, dan meninggikan derajatmu.”

2. “Wahai Fatimah, setiap biji gandum yang ditumbuk seorang wanita

untuk suami dan anak-anaknya, pasti akan dicatat Allah sebagai

kebaikan, dilebur dosa-dosanya, dan derajat wanita itu dinaikkan.”

3. “Wahai Fatimah, wanita yang berkeringat ketika menumbuk

tepung untuk suaminya, niscaya Allah menjadikan antara dirinya

dan neraka tujuh parit sebagai tabir atau penghalang.”

Pemberdayaan perempuan juga dapat diartikan sebagai

penyejahteraan masyarakat, karena para perempuan dapat menambah

pendapatan dalam keluarga, disamping suami sebagai yang utama mencari

nafkah. Hak sejahtera bagi semua kalangan itu dipopulerkan oleh

(13)

5

berhak sejahtera. Misanam berpendapat bahwa kesejahteraan harus

diciptakan dan tidak harus menunggu menjadi kaya.8

Perempuan juga menjadi sasaran bagi program yang dipelopori

oleh Muhammad Yunus dengan Grameen Bank-nya di Bangladesh. Ia

mendapat hadiah nobel karena memberikan pelajaran akan pentingnya

institusi keuangan mikro bagi kaum miskin, khususnya kalangan

perempuan. Perempuan merupakan pemegang peran penting dalam

mentransfer kredit mikro ke keluarga dan lebih lanjut mengentaskan

keluarga dari kemiskinan.9

Perempuan dinilai mampu mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan

masyarakat yang tidak terpikirkan oleh laki-laki seperti misalnya

kebutuhan di bidang kesehatan, pendidikan, simpan pinjam, air bersih atau

jembatan penghubung ke desa lain dan lain sebagainya. Selain itu,

perempuan dinilai dapat bersikap lebih obyektif dalam menentukan

prioritas kebutuhan.10

Elizabeth Littlefield, Jonathan Murduch, and Syed Hashemi

mengungkapkan bahwa:11

8 Dede Nurohman, Memahami Dasar-dasar Ekonomi Islam (Yogyakarta: Teras, 2011), 141 9 Sulikah Asmorowati, Dampak Pemberian Kredit Mikro untuk Perempuan: Analisis

Pengadopsian Model Grameen Bank di Indonesia, (Paper---Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Airlangga, Surabaya)

10 Partisipasi Perempuan Dalam Pembangunan di Perdesaan Meningkat, dalam http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDO NESIAINBAHASAEXTN/0,,contentMDK:22430465~pagePK:1497618~piPK:217854~theSitePK :447244,00.html, (diakses pada hari Senin, 7 Desember 2015), pukul 05:40

11 Elizabeth Littlefield, Jonathan Murduch, and Syed Hashemi, “Is Microfinance an Effective

(14)

6

Microfinance programs from different regions report increasing decision-making roles of women clients. The Women's Empowerment Program in Nepal found that 68 percent of its members were making decisions on buying and selling property, sending their daughters to school, negotiating their children's marriages, and planning their family.

(maksudnya adalah program keuangan mikro dari berbagai daerah

melaporkan peningkatan peran pengambilan keputusan anggota

perempuan. Program Pemberdayaan Perempuan di Nepal menemukan

bahwa 68 % dari anggotanya sedang membuat keputusan membeli dan

menjual properti, menyekolahkan anak perempuan mereka, menikahkan

anak-anak mereka, dan merencanakan keluarga mereka.

Kebutuhan akan pelayanan pembiayaan kalangan perempuan

dijawab oleh Koperasi Baytul Ikhtiar (Koperasi BAIK) yang berlokasi di

Bogor, Jawa Barat. Sebagaimana terlihat dari misi koperasi BAIK, yaitu

memberdayakan perempuan miskin dan keluarganya melalui pelayanan

jasa keuangan mikro basis Syariah dan pendidikan yang berkelanjutan.12

Sistem yang diadopsi oleh koperasi BAIK adalah sistem Grameen Bank

dari Bangladesh, bahkan koperasi BAIK telah melakukan studi banding ke

Bangladesh.13 Hal itu sesuai dengan sejarah kelembagaan koperasi BAIK

yaitu merintis program untuk melayani masyarakat lapis bawah yang tidak

tersentuh oleh perbankan dan koperasi BMT, dengan nama Program

Ikhtiar sesuai pola Grameen Bank Syariah.14

12Visi dan Misi,” dalam http://www.koperasi-baik.org/index.php?option=com_content&view= article&id=3&Itemid=11 (diakses pada 29 Desember 2015), pukul 16:14

(15)

7

Penelitian ini penting karena mengingat kuantitas lembaga

keuangan Syariah yang terus berkembang, sedangkan kualitasnya harus

selalu diarahkan pada efektivitas program tersebut. Hal itu diungkapkan

oleh konsep efektivitas yang dikemukakan oleh Stoner, ia menekankan

pentingnya efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan

organisasi, karena efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu

organisasi.15 Apabila Koperasi Baytul Ikhtiar dapat melaksanakan program

dengan baik dan benar (sesuai tujuan dan sasaran serta menggunakan

sumber daya yang sudah dipersiapkan), maka efektivitas pembiayaan

dapat dicapai, sehingga akan berdampak positif bagi anggota dan koperasi

itu sendiri.

Efektivitas dalam penelitian ini merujuk pada kolaborasi teori,

pertama teori dari Stoner, Munir, Duncan, dan Fahri Bashaib bahwa

tingkat efektivitas dapat dilihat dengan membandingkan antara rencana

atau target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai. Bila hasil

yang dicapai sesuai dengan target, maka usaha atau hasil pekerjaan

tersebut itulah yang dikatakan efektif, namun jika tidak tercapai sesuai

rencana maka hal itu dikatakan tidak efektif.16 Dalam penelitian ini berarti

15 Hessel Nogi S. Tangkilisan, Manajemen Publik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,

2005) 138

16 Teori ini kompilasi dari beberapa teori diantaranya H Dasril Munir, dkk, Kebijakan Dan

Manjemen Keuangan Daerah (Yogyakarta: YPAPI, 2004), 46 lihat juga Richard M. Steers,

(16)

8

membandingkan target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai.

Kegiatan koperasi BAIK antara lain; rekruitmen anggota, uji kelayakan

(UK), Latihan Wajib Kelompok (LWK), pelayanan majelis, produk

anggota, dan pendidikan anggota.

Kedua hasil penelitian Nazaruddin Abdullah dan Shah Jalal Uddin

ia menganalisis efektivitas dengan kuesioner yang meliputi; latar belakang

sosial-ekonomi responden, pendapatan-pengeluaran-tabungan, aset,

pendapat tentang jumlah pinjaman, informasi umum tentang produk

perbankan lainnya dan skema pengurangan kemiskinan serta terakhir

menanyakan pelayanan petugas.17 Ketiga teori partisipasi dari Uphoff,

Cohen, dan Goldsmith dalam Swedianti yang terdiri dari tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil dan tahap

evaluasi.18 Keempat dalam penelitian Fariz Husein variabel kinerja

fasilitator terbukti menjadi variabel intervening antara tahap perencanaan

dan tahap pelaksanaan terhadap efektivitas program pemberdayaan

masyarakat PNPM.19

Dari beberapa teori perspektif efektivitas tersebut, maka peneliti

menyimpulkan bahwa dalam penelitian ini efektivitas dipengaruhi oleh

17 Naziruddin Abdullah dan Md Shah Jalal Uddin, “The Effectiveness of Micro-Finance

Institutions in Alleviating Poverty: The Case of Bangladesh’s Grameen Bank and BRAC,” Journal of Social and Development Sciences, Vol. 4, No. 7 (July 2013), pp. 339-348

18 Karina Swedianti, Partisipasi Masyarakat Dalam Pnpm Mandiri Perkotaan (Kasus

Implementasi Program Ekonomi Bergulir Pnpm Mandiri Perkotaan Di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2011, 6-7

19 Fariz Huzein. 2013 “Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus:

(17)

9

tiga faktor dari partisipasi yang juga memerlukan variabel tengah

(intervening) kinerja fasilitator. Variabel-variabel tersebut yaitu pertama

tahap perencanaan yang terdiri dari rekruitmen anggota, uji kelayakan

(UK), dan Latihan Wajib Kelompok (LWK). Kedua tahap pelaksanaan

yang terdiri dari partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk

sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota program yang

terdiri dari pemanfaatan dana, serta pelayanan pelaksanaan majelis. Ketiga

tahap evaluasi dengan melihat manfaat program yang dirasakan anggota

semakin besar, berarti program tersebut berhasil mengenai sasaran.

Keempat fasilitator yang merupakan variabel intervening partisipasi

terhadap efektivitas. Keempat variabel tersebut diduga berpengaruh

terhadap efektivitas program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul

Ikhtiar Bogor Jawa Barat secara langsung maupun tidak langsung.

Oleh karena itu peneliti ingin meneliti efektivitas program

pemberdayaan perempuan miskin Koperasi Baytul Ikhtiar, dan peneliti

mengangkat judul “PENGARUH PARTISIPASI DALAM

PENGAMBILAN KEPUTUSAN EFEKTIVITAS PROGRAM

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN KINERJA

(18)

10

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang

akan dibahas dalam penelitian ini, antara lain:

1. Apakah Tahap Perencanaan berpengaruh terhadap Kinerja

Fasilitator program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul

Ikhtiar Bogor Jawa Barat?

2. Apakah Tahap Perencanaan berpengaruh terhadap Efektivitas

program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor

Jawa Barat?

3. Apakah Tahap Pelaksanaan berpengaruh terhadap Kinerja

Fasilitator program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul

Ikhtiar Bogor Jawa Barat?

4. Apakah Tahap Pelaksanaan berpengaruh terhadap Efektivitas

program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor

Jawa Barat?

5. Apakah Tahap Evaluasi berpengaruh terhadap Kinerja Fasilitator

program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor

Jawa Barat?

6. Apakah Tahap Evaluasi berpengaruh terhadap Efektivitas program

pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa

(19)

11

7. Apakah Kinerja Fasilitator berpengaruh terhadap Efektivitas

Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor

Jawa Barat?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dapat diuraikan

tujuan penelitian ini.

1. Untuk mengetahui pengaruh Tahap Perencanaan terhadap Kinerja

Fasilitator program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul

Ikhtiar Bogor Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui pengaruh Tahap Perencanaan terhadap

Efektivitas program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul

Ikhtiar Bogor Jawa Barat.

3. Untuk mengetahui pengaruh Tahap Pelaksanaan terhadap Kinerja

Fasilitator program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul

Ikhtiar Bogor Jawa Barat.

4. Untuk mengetahui pengaruh Tahap Pelaksanaan terhadap

Efektivitas program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul

Ikhtiar Bogor Jawa Barat.

5. Untuk mengetahui pengaruh Tahap Evaluasi terhadap Kinerja

Fasilitator program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul

(20)

12

6. Untuk mengetahui pengaruh Tahap Evaluasi terhadap Efektivitas

program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor

Jawa Barat.

7. Untuk mengetahui pengaruh Kinerja Fasilitator terhadap

Efektivitas Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul

Ikhtiar Bogor Jawa Barat.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Melihat latar belakang dan tujuan penelitian, maka kegunaan

dilaksanakannya penelitian ini terbagi menjadi tiga; pertama bagi

akademisi, kedua bagi praktisi dan ketiga bagi pemerintah.

1. Bagi akademisi, agar dapat menjadi bahan rujukan penelitian

selanjutnya yang lebih kompleks. Manfaat lainnya sebagai sarana

pengembangan pengetahuan ilmiah dalam rangka meningkatkan

ilmu pengetahuan di bidang ekonomi umumnya, dan masalah

pemberdayaan perempuan (seperti grameen bank) dalam

menanggulangi kemiskinan khususnya. Penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan wadah bagi keterampilan kaum

perempuan yang tidak mendapat kesempatan hidup sejahtera dan

tentunya sesuai syariat Islam.

2. Bagi praktisi, penelitian ini dapat menjadi acuan bagi Koperasi

(21)

13

keuangan Syariah untuk mempertimbangkan, mengevaluasi serta

merumuskan kebijakan-kebijakan setiap tahap pemberdayaan agar

lebih baik lagi. Baik dari tahap rekruitmen anggota, sosialisasi,

ketepatan sasaran nasabah, jumlah dana yang direalisasikan,

pendampingan pengelolaan dana nasabah, pelatihan nasabah,

pengawasan penggunaan dana serta dampaknya setelah

mendapatkan dana pembiayaan. Hal itu karena mengevaluasi

program yang dijalankan atau dengan melihat efektivitas program

yang dijalankan menjadi kunci keberhasilan organisasi yang senada

dengan teori Drucker.

3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai

sumbangan pemikiran bagi pemerintah untuk melakukan program

pemberdayaan masyarakat miskin, khususnya perempuan, seperti

sistem Grameen Bank yang dianut oleh Koperasi BAIK. Karena

sistem Grameen Bank sudah terbukti dapat mengatasi kemiskinan

di Bangladesh.

E. KAJIAN PUSTAKA

Dewasa ini, kehidupan masyarakat Indonesia semakin membaik,

hal itu terbukti dari kemiskinan di Indonesia yang menurun setiap tahun.20

Berbagai upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan oleh

(22)

14

pemerintah, lembaga keuangan maupun komunitas-komunitas. Namun,

masih saja ada beberapa kalangan masyarakat yang berkutat dengan

kemiskinan, setidaknya ada 10,96 % dari total masyarakat di Indonesia

yang tergolong miskin.

Upaya penanggulangan kemiskinan paling banyak digunakan

adalah penerapan pemberdayaan. Upaya penanggulangan kemiskinan

secara konseptual dapat dilakukan oleh empat jalur strategis, yaitu

peluasan kesempatan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas,

dan perlindungan sosial.21

Kemiskinan harus dihapuskan, bahkan teori Yunus yang ingin

menciptakan dunia tanpa kemiskinan harus diwujudkan (Grameen Bank).

Yunus memiliki teori yang ampuh mengatasi kemiskinan di Bangladesh,

yaitu Grameen Bank. Teori tersebut merupakan penanggulangan

kemiskinan dengan memberdayakan perempuan miskin di Bangladesh.

Pemberdayaan khusus perempuan miskin yang dilakukan Yunus terbukti

telah memberantas kemiskinan yang membelenggu masyarakat India. Hal

itu karena perempuan mampu membantu menyejahterakan keluarga,

disamping menjadi ibu rumah tangga. Menggalakkan sistem Grameen

Bank di seluruh pelosok dunia adalah salah satu usaha yang bisa dilakukan

untuk mengentaskan kemiskinan.

21 Randy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho, Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan

(23)

15

Di Indonesia, sistem Grameen Bank sudah di adopsi oleh beberapa

lembaga keuangan, salah satunya adalah Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor.

Bank Grameen atau Grameen Bank merupakan organisasi kredit mikro,

disebut kredit karena organisasi tersebut memberikan pembiayaan kepada

kalangan miskin, yang berarti tidak berdaya sama sekali dalam hal modal

dan tanpa syarat apapun termasuk jaminan. Pelopornya adalah Muhammad

Yunus, yang telah membantu memberdayakan jutaan perempuan miskin di

Bangladesh.22

Organisasi atau lembaga keuangan yang telah memiliki sistem

Grameen Bank harus selalu diarahkan pada efisiensi dan efektivitas

sehingga tujuan utama pun dapat terwujud. Efektivitas organisasi

merupakan suatu konsep menyeluruh yang menyertakan sejumlah konsep

komponen.23 Hal itu dapat dijelaskan pada uraian mengenai konsep

efektivitas yang dikutip dari teori John M. Ivancevich, Robert Konopaske

dan Michael T. Matteson bahwa pertama, kriteria efektivitas harus

merefleksikan keseluruhan siklus input-proses-output, bukan hanya output,

dan kedua, kriteria efektivitas harus merefleksikan hubungan antara

organisasi dan lingkungan luarnya.

John M. Ivancevich, Robert Konopaske dan Michael T. Matteson

mengatakan bahwa banyak penelitian tambahan yang diperlukan untuk

22 Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan Alih Bahasa Rani R. Moediarta

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), ix

23 John M. Ivancevich, Robert Konopaske dan Michael T. Matteson, Perilaku dan Manajemen

(24)

16

mengembangkan pengetahuan mengenai komponen-komponen efektivitas.

Sedangkan pemberdayaan perempuan adalah upaya memperluas pilihan

perempuan dengan pendayagunaaan potensi, pemanfaatan sebaik-baiknya,

dan memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pilihan-pilihan.

Sedangkan metode Grameen Bank menitik beratkan pada kelompok

sebagai wadah pemberdayaan itu sendiri.24

John M. Ivancevich, Robert Konopaske dan Michael T. Matteson

berpendapat bahwa selalu ada penambahan untuk membuat konsep

efektivitas sebuah organisasi dan juga teori Fachmi Basyaib yang

mengatakan bahwa tidak ada ukuran teori efektivitas yang sama dalam

sebuah organisasi, maka peneliti mengambil teori mengenai efektivitas

program pemberdayaan perempuan miskin sistem Grameen Bank di

Baytul Ikhtiar Bogor ini pun dari kolaborasi beberapa teori.25

Pertama dari partisipasi teori yang dipelopori Uphoff, Cohen, dan

Goldsmith yang dikutip dari Swedianti bahwa ia berperan aktif dalam

program pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan, yaitu PNPM.

Dalam penelitiannya, ia membuktikan bahwa tahap perencanaan, tahap

24 Lihat Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, Cetakan 1 (Jakarta: CED,

2005), 53, lihat M. Abdul Azis, Ibnu Supanta, Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pokusma & BMT (Jakarta: Pinbuk Press, 2004), 12-13, dan lihat juga Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro, Program Pengembangan Kecamatan (Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro), Kredit Mikro Sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin (T. Tp.,t.t.,: 2002), 15

25 Lihat di John M. Ivancevich, Robert Konopaske dan Michael T. Matteson, Perilaku dan

(25)

17

pelaksanaan, tahap evaluasi yang tepat dan sesuai akan memberikan hasil

yang baik.26

Kedua, salah satu teori Dasril Munir mengenai efektivitas adalah

proses pelaksanaan menggunakan cara, alat dan sumberdaya yang ada

untuk mencapai tujuan tersebut.27 Proses pelaksanaan program

pemberdayaan ini tidak mungkin berjalan tanpa adanya sumberdaya yang

ada, sumber daya itu berasal dari fasilitator atau petugas yang berwenang

dan juga nasabah. Hal itu berarti nasabah dan petugas sebagai fasilitator

saling bergantung satu sama lainnya. Teori itu juga senada dengan

penelitian Fariz bahwa salah satu variabel yang menjadi intervening antara

program dengan efektivitas adalah fasilitator atau petugas dari pelaksana

tersebut.28

F. SISTEMATIKA BAHASAN

Sistematika diperlukan agar pembahasan terfokus pada apa yang

menjadi kajian dalam penelitian lapangan. Sistematika tersebut akan

terangkum sebagai berikut:

26 Karina Swedianti, Partisipasi Masyarakat Dalam Pnpm Mandiri Perkotaan (Kasus

Implementasi Program Ekonomi Bergulir Pnpm Mandiri Perkotaan Di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2011, 6-7

27 H Dasril Munir, dkk, Kebijakan Dan Manjemen Keuangan Daerah (Yogyakarta: YPAPI, 2004),

46

28 Fariz Huzein, “Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus: Persepsi

(26)

18

Bab I berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab ini

tentunya menjadi pedoman dalam pembahasan yang akan menjadi kajian

dalam penelitian kedepannya.

Bab II ini terdapat tiga bagian yaitu pertama, kerangka teoritik

yang menguraikan teori-teori yang digunakan sebagai kerangka

pembahasan, yang berisi uraian telaah pustaka, referensi, jurnal, artikel,

dan lain-lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Kedua, penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian

ini. Ketiga, menjelaskan kerangka pemikiran yang berisi kesimpulan dari

telaah pustaka yang digunakan untuk menyusun hipotesis yang selanjutnya

akan diuji.

Bab III membahas tentang metode yang digunakan dalam

penelitian, yang berisi antara lain populasi dan sampel, objek penelitian,

waktu penelitian, skala pengukuran, definisi operasional variabel, dan

teknik analisis data.

Bab IV membahas lingkup perusahaan dan hasil analisis data.

Ruang lingkup perusahaan hanya digambarkan secara garis besar dan

penyajian hasil olahan data dari smartPLS 2.0.

Bab V ini merupakan pembahasan atau inti dari penelitian, yaitu

membahas tentang interpretasi terhadap hasil pengolahan data dengan

(27)

19

faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemberdayaan perempuan

Koperasi Baytul Ikhtiar, Bogor, Jawa Barat.

Bab VI adalah penutup dari penelitian yang telah dilakukan, yang

(28)

103

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengaruh Tahap Perencanaan (X1) terhadap Kinerja Fasilitator (Y1) program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat

Hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa untuk variabel tahap

perencanaan ini diperoleh nilai 0,5537 < 1,96. Artinya bahwa variabel tahap

perencanaan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja fasilitator. Hal itu

berarti ada penolakan hipotesis yang diajukan.

Tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan anggota dalam

kegiatan-kegiatan yang merencanakan program pembangunan yang akan

dilaksanakan, serta menyusun rencana kerjanya.1 Dalam penelitian ini,

rekruitmen anggota dilakukan pada tahap pertama, hal itu dilakukan oleh

petugas koperasi BAIK dan juga memerlukan keterlibatan calon anggota.

Rekruitmen anggota melalui beberapa tahap, antara lain: 2 Observasi

Blok-blok Pemukiman (Assesmen Wilayah), Uji Kelayakan Calon Anggota (UK),

dan Latihan Wajib Kelompok (LWK).

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Swedianti yang

membuktikan bahwa salah satu partisipasi masyarakat dalam program PNPM

1 Karina Swedianti, Partisipasi Masyarakat Dalam Pnpm Mandiri Perkotaan (Kasus Implementasi

Program Ekonomi Bergulir Pnpm Mandiri Perkotaan Di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2011, 6-7.

(29)

104

yaitu tahap perencanaan berpengaruh terhadap efektivitas tanpa variabel

lainnya, sedangkan dalam penelitian ini terdapat variabel intervening yaitu

fasilitator. Adanya variabel intervening yang peneliti ambil dari teori Fariz

tersebut bahwa tahap perencanaan bisa berjalan dengan adanya fasilitator atau

petugas koperasi, bertolak belakang dengan teori Fariz bahwa tahap

perencanaan berpengaruh terhadap kinerja fasilitator.

B. Pengaruh Tahap Perencanaan (X1) terhadap Efektivitas (Y2) program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat

Hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa untuk variabel tahap

perencanaan ini memperoleh nilai 0,074 < 1,96. Artinya variabel tahap

perencanaan tidak memiliki pengaruh terhadap efektivitas. Hal itu berarti ada

penolakan hipotesis yang diajukan.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Swedianti

yang membuktikan bahwa salah satu partisipasi masyarakat dalam program

PNPM yaitu tahap perencanaan berpengaruh terhadap efektivitas tanpa

variabel lainnya. Hal itu berarti menunjukkan bahwa antara tahap

perencanaan dengan efektivitas tidak berpengaruh walaupun ada variabel

intervening atau tidak.

Banyak dari mekanisme kerja grameen bank justru berkebalikan

dengan bank konvensional. Pada grameen bank, yang ditekankan bukanlah

(30)

105

peminjam adalah kelompok. Berikut ini gambaran grameen bank menurut

Richo A. Wibowo yang mereview bukunya Yunus.3

Pertama-tama setiap pemohon bergabung dalam sekelompok orang

orang yang mempunyai pemikiran sama dan hidup dalam kondisi sosial

ekonomi serupa. Kelompok ini dibentuk oleh calon nasabah itu sendiri, tanpa

mendapatkan campur tangan dari grameen bank. Selanjutnya apabila telah

berjumlah lima orang, maka mereka harus datang secara bersama-sama ke

grameen bank, setelah disetujui mereka mendapatkan training selama

seminggu. Mereka akan mendapatkan penjelasan tentang kebijakan-kebijakan

di grameen bank. Selanjutnya akan diuji secara lisan perorangan untuk

mengetahui apakah mereka sudah memahami kebijakan yang dijelaskan

ataukah belum. Apabila ada satu saja dari anggota kelompok yang gagal,

maka hal tersebut dianggap sebagai kegagalan kelompok, sehingga proses

pemberian kredit akan ditunda hingga semua anggota kelompok lulus ujian.

Hal yang sama berlaku pula pada mekanisme pembayaran cicilan

hutang kredit. Apabila ada satu anggota kelompok gagal bayar, maka

kelompok tersebut tidak akan mendapatkan kredit hingga keseluruh anggota

kelompok tersebut berhasil membayar. Mekanisme ini memang sengaja

didesain untuk menciptakan tekanan secara halus dari sisi internal

masing-masing anggota kelompok; sehingga masing-masing-masing-masing anggota saling

mengawasi anggota yang lainnya agar tetap berada dalam tujuan kelompok.

(31)

106

Tampaknya mekanisme ini adalah cara grameen bank untuk mengikat

tanggung jawab si peminjam; dari loyalitas peminjam ke grameen bank

menjadi peminjam ke kelompoknya. Loyalitas tanggung jawab peminjam

kepada grameen bank memang tidak bisa diharapkan kuat mengingat

grameen bank memang tidak meminta jaminan agunan dari si peminjam

tersebut.

Sisi lain yang berbeda dengan Bank konvensional lainnya adalah

jumlah cicilan yang harus dibayar/tempo pembayaranya. grameen bank

membuat cicilan sedemikian kecil sehingga si peminjam hampir tidak

merasakan kehilangan uangnya. Misalnya hutang si peminjam adalah 365

taka yang harus dilunasi dalam jangka waktu setahun, maka yang dilakukan

oleh grameen bank bukanlah meminta pelunasan pembayaran diujung tenggat

waktu pelunasan, namun meminta si peminjam untuk membayar sehari

sebesar 1 taka. Perbedaan yang mencolok lainnya adalah tingkat suku bunga

di grameen bank yang sangat bersahabat bagi orang kecil; 20 persen (per

tahun).

C. Pengaruh Tahap Pelaksanaan (X2) terhadap Kinerja Fasilitator (Y1) program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat

Hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa untuk variabel tahap

(32)

107

pelaksanaan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja fasilitator. Hal itu

berarti ada penolakan hipotesis yang diajukan.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian Swedianti yang membuktikan

bahwa salah satu partisipasi masyarakat dalam program PNPM yaitu tahap

pelaksanaan berpengaruh terhadap efektivitas tanpa variabel lainnya.

Perbedaan itu dari adanya variabel intervening yang peneliti ambil dari teori

Fariz bahwa tahap pelaksanaan bisa berjalan dengan adanya fasilitator atau

petugas koperasi. Penelitian ini bertolak belakang juga dengan teori Fariz

bahwa tahap pelaksanaan berpengaruh terhadap kinerja fasilitator.

D. Pengaruh Tahap Pelaksanaan (X2) terhadap Efektivitas (Y2) program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat

Hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa untuk variabel tahap

pelaksanaan ini memperoleh nilai 2,4538 > 1,96. Artinya variabel tahap

pelaksanaan memiliki pengaruh terhadap efektivitas. Hal itu berarti hipotesis

yang diajukan diterima.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Swedianti yang

membuktikan bahwa salah satu partisipasi masyarakat dalam program PNPM

yaitu tahap pelaksanaan berpengaruh terhadap efektivitas. Senada juga

dengan penelitian Fariz bahwa tahap pelaksanaan berpengaruh terhadap

(33)

108

Teori Uphoff, Cohen, dan Goldsmith dalam Swedianti membagi

partisipasi ke dalam beberapa jenis tahapan, salah satunya adalah tahap

pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab

inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada

tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk

sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan

sebagai anggota program.4

Pelaksanaan dalam penelitian ini diistilahkan dengan Pelayanan

Majelis yang dilaksanakan sekali setiap pekan. Lokasinya ditentukan oleh

kelompok berdasarkan hasil musyawarah. Pelayanan hanya dilakukan pada

anggota kelompok yang telah melewati proses UK dan LWK sebagai syarat

sah menjadi anggota Koperasi BAIK sebagaimana ada di tahap perencanaan.

Aktivitas Pelayanan baru akan dilakukan setelah pertemuan resmi di buka.

dengan membaca doa dan ikrar.5 Dalam penelitian ini tahap pelaksanaan

terbukti berpengaruh terhadap efektivitas meskipun tidak melalui perantara

kinerja fasilitator.

4 Karina Swedianti, Partisipasi Masyarakat Dalam Pnpm Mandiri Perkotaan (Kasus Implementasi

Program Ekonomi Bergulir Pnpm Mandiri Perkotaan Di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2011, 6-7

5 Lihat Koperasi Baytul Ikhtiar, dalam www.koperasi-baik.org dan lihat juga Koperasi Baytul

(34)

109

E. Pengaruh Tahap Evaluasi (X3) terhadap Kinerja Fasilitator (Y1) program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat

Hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa untuk variabel tahap evaluasi

ini diperoleh nilai 2,8548 > 1,96. Artinya bahwa variabel tahap evaluasi

memiliki pengaruh terhadap kinerja fasilitator. Hal itu berarti hipotesis yang

diajukan diterima.

Hasil penelitian ini tidak senada dengan teori Upoff dalam penelitian

Swedianti yang membuktikan bahwa salah satu partisipasi masyarakat yaitu

tahap Evaluasi berpengaruh terhadap efektivitas tanpa variabel lainnya,

namun peneliti mengambil variabel dari Fariz bahwa dari beberapa tahap

yang ada dalam partisipasi membutuhkan fasilitator untuk sampai ke tahap

efektivitas.

Evaluasi kinerja yang sudah dilakukan sangat penting, hal itu karena

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan program telah dilakukan.

Jika mengevaluasi kinerja karyawan, maka fokusnya tidak hanya pada

penilaian kinerja pekerjaan tetapi pada perilaku karyawan yang relevan.6

Namun ketika mengevaluasi kinerja program maka yang harus utama dinilai

adalah program yang dijalankan dan dampak dari yang diberikan program

yaitu anggota.

6 M. Ivancevich, John, Robert Konopaske, dan Michael T. Matteson, Perilaku dan Manajemen

(35)

110

Untuk sampai ke tahap efektivitas, tahap perencanaan dipengaruhi

oleh kinerja fasilitator seperti nasabah tidak terbiasa dengan bagi hasil dan

masih terbiasa dengan sistem bunga, juga nasabah tidak mau melaporkan

laporan keuangannya secara jujur atau disebut dengan moral hazard. Hal-hal

seperti itu dapat menghambat pencapaian tujuan dari program pemberdayaan

itu sendiri.

Dalam hal program ini, pihak lembaga keuangan, koperasi BAIK,

mengharuskan para nasabah memiliki ikrar dalam diri mereka sendiri untuk

diri mereka sendiri juga tentunya. Peneliti melibatkan ikrar tersebut menjadi

indikator faktor internal nasabah. Hal itu peneliti lakukan karena dalam

program pemberdayaan ini sistemnya menggunakan adopsi grameen bank,

yakni sistem berkelompok, menolong teman kelompok ketika kesulitan

membayar (tanggung-renteng), memiliki kemauan dan kewajiban

menyekolahkan anak, dan bertanggungjawab menambah pendapatan

keluarga.

Anggota dalam hal ini nasabah koperasi, harus bertanggungjawab

untuk menggunakan pinjaman/ pembiayaan yang didapat untuk

meningkatkan pendapatan keluarga, sesuai akad yang dilakukan di awal

kontrak. Contohnya jika anggota memiliki usaha ternak kambing, maka ia

(36)

111

Anggota juga wajib membantu anggota lain dalam satu kelompok

ketika dalam kesulitan. Kesulitan macam-macam, terkadang ada anggota

keluarga yang sakit, kecelakaan, paceklik, atau lainnya. Maka ikrar yang

mereka ucapkan dan harus lakukan adalah wajib membantu anggota lainnya.

Hal itu yang membuat kredit macet di koperasi BAIK selalu menurun setiap

kurun waktu, bahkan terakhir tahun 2015 NPF di koperasi BAIK sebesar

0,2% dibawah standar minimal dari BI yaitu 0,5%.7

F. Pengaruh Tahap Evaluasi (X3) terhadap Efektivitas (Y2) program pemberdayaan perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat

Hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa untuk variabel tahap evaluasi

ini memperoleh nilai 0,5921 < 1,96. Artinya variabel tahap evaluasi tidak

memiliki pengaruh terhadap efektivitas. Hal itu berarti ada penolakan

hipotesis yang diajukan.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan teori Upoff dalam

penelitian Swedianti yang membuktikan bahwa salah satu partisipasi

masyarakat yaitu tahap Evaluasi berpengaruh terhadap efektivitas. Penolakan

tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya responden banyak yang

memilih ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan kepuasan. Seperti halnya

mereka menjawab ragu ketika ada pernyataan bahwa anggota mudah

melakukan transaksi dengan koperasi, yakni sebanyak 11,3%.

(37)

112

Meskipun evaluasi tidak berpengaruh terhadap efektivitas, tetapi perlu

ditekankan bahwa mengevaluasi setiap aktifitas organisasi (dalam hal ini

koperasi BAIK) sangat penting. Hal itu karena evaluasi adalah meninjau

kembali apa yang dirasakan oleh anggota sehingga dapat menjadi masukan

bagi koperasi kedepannya.

Dalam penelitian ini, tahap evaluasi berpengaruh tidak langsung

terhadap efektivitas karena harus melalui variabel intervening, sehingga

pengaruhnya tidak berpengaruh langsung. Hal itu juga membuktikan bahwa

dalam tahap evaluasi membutuhkan para fasilitator di dalamnya atau petugas

koperasi untuk sampai tahap efektivitas. Pencapaian yang diraih oleh anggota

dan koperasi sendiri bisa diukur melalui tahap evaluasi ini, dan bisa melalui

angket dan wawancara kepada nasabah.

Koperasi BAIK memiliki pengawasan yang cukup ketat, hal itu juga

disampaikan oleh beberapa anggota yang mengatakan bahwa dalam proses

pelaksanaan program selalu ada petugas yang mengawasi mereka.

Pengawasan yang dilakukan oleh petugas dilakukan ketika proses majlis dan

(38)

113

G. Pengaruh Kinerja Fasilitator (Y1) berpengaruh terhadap Efektivitas (Y2) Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat

Hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa untuk variabel kinerja

fasilitator ini memperoleh nilai 13,4834 > 1,96. Artinya variabel tahap

perencanaan memiliki pengaruh terhadap efektivitas. Hal itu berarti ada

penerimaan hipotesis yang diajukan.

Kinerja fasilitator memiliki pengaruh yang cukup kuat diantara

variabel lainnya terhadap efektivitas. Meskipun begitu, pembelajaran terus

menerus harus selalu dilakukan agar hari ini lebih baik dari kemarin dan esok

lebih baik dari hari ini. Learning Curve itu jika dilakukan sungguh sangat

baik hasilnya. 8

Islam mengajarkan untuk belajar sepanjang waktu secara efisiensi.

Meskipun tenaga kerja sudah memenuhi standar minimum dalam

melaksanakan produksi, namun ia harus selalu belajar terus untuk

meningkatkan kemampuannya dalam hal-hal yang terkait dengan produksi.

Pembelajaran ini merupakan amanat sepanjang hidup (long life learning) dari

ajaran Islam, artinya bahwa setiap agen muslim perlu terus menerus belajar.

Hal itu juga telah menjadi pedoman umat Islam, karena Nabi telah bersabda

8 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers,

(39)

114

bahwa menuntut ilmu itu dari buaian sampai meninggal (dalam kubur),

haditsnya sebagai berikut.9

ﻃﻠاﻃ ﱃ اﻃ ﺪ اﻃ ﻦ ﻃ ﲅ ﻌ اﻃاﻮ ﺒ ﻠ

ﻃﺪ

Rasulullah SAW bersabda: “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang

lahat.”

Hadits tersebut menjadi dasar dari ungkapan “Long life education

atau pendidikan seumur hidup. Kehidupan di dunia ini rupanya tidak sepi dari

kegiatan belajar, sejak mulai lahir sampai hidup ini berakhir. Benar hadist

Rasulullah Muhammad s.a.w bahwa menuntut ilmu wajib sejak buaian

sampai liang lahat.

Adapun media untuk belajar bisa berupa apa saja, misalnya tempat

bekerja (working place). Dari tempat bekerja ini berangsur-angsur tenaga

kerja akan bisa memperoleh keahlian dalam berproduksi sehingga

kemampuan kerjanya semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya

kemampuan, maka jumlah barang/jasa yang bisa dihasilkan juga semakin

besar, sebab ia bekerja semakin efisien. Selain itu frekuensi kesalahan dalam

melaksanakan kegiatan produksi juga semakin menurun. Akibatnya jumlah

barang yang gagal (cacat) menjadi semakin kecil yang berarti penggunaan

input per unit output juga semakin menurun. Hal ini semua yang disebut

sebagai efek learning curve yang bisa ditunjukkan dalam gambar berikut ini.

(40)

115

Gambar 5.1

Learning Curve

Sumbu vertikal dalam kurva diatas menunjukkan jumlah input yang

digunakan untuk menghasilkan output, sementara sumbu horizontal

menunjukkan jumlah output. Jika input, misalnya tenaga kerja bersedia untuk

melakukan kegiatan pembelajaran terus-menerus maka produktivitasnya akan

semakin meningkat. Untuk menghasilkan lebih banyak output, maka jumlah

input yang digunakan semakin sedikit. Ajaran Islam mengharuskan umatnya

untuk melakukan long life learning sehingga meningkatkan produktivitas

sebagaimana diilustrasikan dalam kurva learning diatas.

Dampak dari kurva belajar adalah sebagai berikut:10

1. Pengalaman, sehingga dapat dijadikan pelajaran untuk masa yang

akan datang

2. Biaya menjadi lebih efisien

3. Produktivitas meningkat

10 M. Nafik HR, Materi Kuliah Ekonomi Manajerial (Sabtu, 10 Januari 2016, tidak dipublikasikan)

Jumlah input

[image:40.595.138.515.101.558.2]
(41)

116

4. Semakin cepat

5. Sumber daya manusia menjadi semakin produktif (efektif dan efisien

dalma bekerja

6. Mashlahah tercapai

Learning curve ini juga memiliki motto dan manfaat besar, yaitu

menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin. Pengalaman, pembelajaran,

dan evaluasi menjadi acuan untuk menjadi lebih baik lagi dan lagi. Allah

telah mengajarkan manusia untuk memperhatikan hari esok, memperhatikan

apa yang telah diperbuat kemarin karena kelak akan dimintai

pertanggungjawaban.11 Allah menuangkannya dalam Qur’an surat

al-Baqarah ayat 79 berikut ini.

ﻃۡﯾ ﻮ

ﻃﻃ

ﻃۡ ﻜ ﻃ ﻦ

ﻃ نﻮ ﺒ

ﻃﻃۡ

ﻃ ﻜ

ﻃۡﯾ ﻃ

ﻃۡ ﳞ ﺪ

ﻃ ﻃ نﻮ ﻮ ﯾﻃ ﰒ

ﻃۡ ﻦ ﻃا ﺬ

ﻃ ﺪﻨ

ﻃۡ

ﻃ ﻃ او ﱰ

ۦﻃ

ﻃٗﻨ ﺛ

ﻃﺎ

ﻃۖ ٗ ﯿ ﻠ

ﻃۡﯾ ﻮ

ﻃﻃ

ﻃۡ

ﺘ ﻛﻃﺎ

ﻃﻃۡﯾ

ﻃۡ ﳞ ﺪ

ﻃۡﯾ و و

ﻃﻃ

ﻃۡ ﻜ ﻃﺎ

ﻃ نﻮ ﺒ

ﻃﻃ

Artinya:“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al

Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah",

(dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan

perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang

ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi

mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.”

(42)

117

Dalam penelitian ini fasilitator sama dengan pelatih, atau sebagai

mediator, sebagai penggerak, dan penyambung komunikasi. Fasilitator juga

sebagai pengawas.12 Pengawas dalam hal penelitian ini yaitu petugas

mengontrol dan mengawasi penggunaan dana, mengawasi ketertiban ketika

pelayanan majlis dan lain-lain.

Pengawasan pembiayaan adalah usaha untuk mengendalikan

pelaksanaan pembiayaan, agar persyaratan dan target yang diasumsikan dapat

dipenuhi sebagai dasar persetujuan pembiayaan (term of lending).13 Allah

berfirman dalan surat al-Infithar ayat 10:

و

ا

ﱠ ن

ْ ﻴ

ْ ﻢ

ﻓﺎ

ن

14

Artinya: “Padahal Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang

mengawasi (pekerjaanmu),”

Monitoring dan pengawasan ini berfungsi sebagai penutup

kekurangan/kelemahan dalam proses kegiatan pembiayaan. Monitoring dapat

diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk melakukan pemantauan

pembiayaan, agar dapat diketahui sedini mungkin (early warning system)

12 Fariz Huzein, “Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus: Persepsi

Masyarakat Miskin terhadap Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso),” Skripsi: S1 Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jember, 2013.

13 Veithzal Rivai, Islamic Financia; Management: Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis

untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 488

(43)

118

deviasi yang terjadi yang akan membawa akibat turunnya mutu

pembiayaan.15

Fasilitator juga sebagai penggerak untuk menyegerakan anggota

membayar tepat waktu. Mosher menyatakan bahwa suatu program

perkreditan dikatakan efisien apabila mudah didapatkan oleh sasaran program

dan anggota dapat mengembalikannya tepat waktu. Hal itu dikarenakan

tingkat pengembalian akan mempengaruhi program perkreditan selanjutnya.16

Hasil penelitian tim Unibraw menunjukkan bahwa penyimpangan kredit

(untuk memenuhi kebutuhan konsumsi) menjadi salah satu penyebab

lemahnya pengembalian kredit yang akhirnya akan mempengaruhi program

selanjutnya.17

15 Veithzal Rivai, Islamic Financial; Management: Teori, Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis

untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008),hlm. 488

16 AT. Mosher, Menggerakkan dan Membangun Pertanian, terjemahan Ir. Krisnandhi. Jakarta:

CV. Yasa Guna,, 1966

17 Ami Wanati Surya Dewi, Efektivitas Pembiayaan Usaha Kecil pada Baitul Maal Wat Tamwil

(44)

119

BAB VI PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dan menggunakan alat software

smartPLS 2.0 mengenai efektivitas program pemberdayaan perempuan di

Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Secara parsial tahap perencanaan tidak berpengaruh terhadap

kinerja fasilitator. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) yang

menyatakan “Tahap Perencanaan berpengaruh terhadap Kinerja

Fasilitator Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul

Ikhtiar Bogor Jawa Barat” tidak terbukti.

2. Secara parsial tahap perencanaan tidak berpengaruh terhadap

efektivitas. Dengan demikian hipotesis kedua (H2) yang

menyatakan bahwa “Tahap Perencanaan berpengaruh terhadap

Efektivitas Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul

Ikhtiar Bogor Jawa Barat” tidak terbukti.

3. Secara parsial tahap pelaksanaan tidak berpengaruh terhadap

kinerja fasilitator. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) yang

(45)

120

Kinerja Fasilitator Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi

Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat” tidak terbukti.

4. Secara parsial tahap pelaksanaan berpengaruh terhadap efektivitas.

Dengan demikian hipotesis kedua (H4) yang menyatakan bahwa

“Tahap Perencanaan berpengaruh terhadap Efektivitas Program

Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor Jawa

Barat” terbukti.

5. Secara parsial tahap evaluasi berpengaruh terhadap kinerja

fasilitator. Dengan demikian hipotesis kelima (H5) yang

menyatakan bahwa “Tahap Evaluasi berpengaruh positif terhadap

Kinerja Fasilitator Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi

Baytul Ikhtiar Bogor Jawa Barat” terbukti.

6. Secara parsial tahap evaluasi tidak berpengaruh terhadap

efektivitas. Dengan demikian hipotesis keenam (H6) yang

menyatakan bahwa “Tahap Evaluasi berpengaruh positif terhadap

Efektivitas Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul

Ikhtiar Bogor Jawa Barat” tidak terbukti.

7. Secara parsial kinerja fasilitator berpengaruh terhadap efektivitas.

Dengan demikian hipotesis kesepuluh (H7) yang menyatakan

bahwa “Kinerja Fasilitator berpengaruh terhadap Efektivitas

Program Pemberdayaan Perempuan Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor

(46)

121

B. SARAN

Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menambah jumlah variabel

dengan teori yang cukup kuat, walaupun PLS tidak mengharuskan

menggunakan teori yang kuat. Dalam penelitian ini hanya enam

variabel hasil dari kolaborasi beberapa teori, dan dari 7 hipotesis

yang diajukan hanya ada 3 hipotesis yang terbukti kebenarannya.

Oleh karena itu sebaiknya pada penelitian yang akan datang dapat

menambahkan variabel lainnya, hal itu juga berdasarkan teori

Griffin mengatakan bahwa ukuran efektivitas tidak mutlaq pada

satu perspektif.1

2. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa variabel kinerja

fasilitator berpengaruh paling kuat dibanding variabel lainnya

terhadap efektivitas. Hal itu bisa dikatakan bahwa kinerja petugas

dalam menjadi fasilitator atau jembatan antara koperasi BAIK yang

menjadi wadah dan pemberi modal dengan anggota sudah

dikatakan baik. Meskipun begitu, pembelajaran terus menerus

harus selalu dilakukan agar hari ini lebih baik dari kemarin dan

esok lebih baik dari hari ini. Learning Curve itu jika dilakukan

sungguh sangat baik hasilnya.

1 Fachmi Basyaib, Teori Pembuatan keputusan (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,

(47)

122

3. Meskipun variabel tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap

evaluasi tidak berpengaruh terhadap kinerja fasilitator maupun

efektivitas, namun berdasarkan hasil temuan peneli bahwa

tahap-tahap tersebut sangat menentukan hasil akhir suatu tujuan program

ikhtiar ini. Contohnya dalam perencanaan ada pelatihan, jika dalam

pelatihan gagal maka otomatis anggota sudah gagal merencanakan,

(48)

119

BIBLIOGRAFI

Abdullah, Naziruddin, dan Uddin, Md Shah Jalal, “The Effectiveness of Micro-Finance Institutions in Alleviating Poverty: The Case of Bangladesh’s Grameen Bank and BRAC,” Journal of Social and Development Sciences, Vol. 4, No. 7 (July 2013), pp. 339-348.

Aditya, Rizki Rozandy, dkk, Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Teknologi dengan Metpde Partial Least Square (STudi Kasus Pada Sentra Industri Tahu Desa Sendang, Kec.Banyakan, Kediri), Jurnal Industria, Vol 1, No 3

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006

_________________, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Ascarya dan Yumanita, Diana, “Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil di Perbankan Syariah Indonesia,” Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juni 2005

Asmorowati, Sulikah, Dampak Pemberian Kredit Mikro untuk Perempuan: Analisis Pengadopsian Model Grameen Bank di Indonesia, (Paper---Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Airlangga, Surabaya) Azis, M. Abdul, Ibnu Supanta, Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pokusma &

BMT, Jakarta: Pinbuk Press, 2004

Badan Pusat Statistik, Persentase Penduduk menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, dalam http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1601 (diakses pada 7 Desember 2015), pukul 6:04

Bahri, Syamsul dan Zamzam, Fahkry, Model Penelitian Kuantitatif Berbasis SEM-AMOS, Yogyakarta: Deepublish, 2014

Bariadi, Lili, Zen, Muhammad, Hudri, M., Zakat dan Wirausaha, Cetakan 1, Jakarta: CED, 2005

(49)

120

Cahyono, Imam, “Wajah Kemiskinan, Wajah Wanita (Poperty has a women face),” Jurnal Wanita, No. 42 (Juli 2005)

Dimyati, Mohamad, 2009, Analisis SEM Dalam Uji Pengaruh Beberapa Variabel Terhadap Loyalitas, Jakarta: Mitra Wacana Media

Ekonomi Indonesia,

http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/ekonomi/item177 (diakses pada 29 Desember 2015), pukul 14:31

Ghazali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21, Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2013

____________, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS (Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005

Ghazali, Imam dan Hengky Latan, Partial Least Squares “Konsep, Metode dan Aplikasi” menggunakan Program WarpPLS 2.0 Semarang: Badan Penerbit Undip, 2012

Griffin, Ricky W., Manajemen, edisi 7, jilid 1 alih bahasa oleh Gina Gania, Jakarta, Erlangga, 2004

Haryanto, Rommu, Pemberdayaan Wanita untuk Perkembangan Ekonomi,

http://www.wrp-diet.com/pemberdayaan-wanita-untuk-perkembangan-ekonomi/ diakses pada tanggal 28 Juni 2015 pukul 21:36

Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian Dengan Statistika, cet. ke-2, Jakarta: Bumi Aksara, 2006

Hermawan, Acep Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, Jakarta: PT Grasindo, 2008

Huzein, Fariz, “Analisis Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus: Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Pedesaan di Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso),” Skripsi: S1 Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jember, 2013

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang, Metodologi Penelitian Bisnis: untuk Akuntansi dan Manajemen, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2011

(50)

121

Jalal, Fasli dan Supriadi, Dedi, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta: Adicita, 2001

Konsultan Pengembangan Kredit Mikro, Tim Program Pengembangan Kecamatan (Tim Konsultan Pengembangan Kredit Mikro), Kredit Mikro Sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin (T. Tp.,t.t.,: 2002) Koperasi Baytul Ikhtiar, dalam www.koperasi-baik.org

Kurniawan, Agung, Transformasi Pelayanan Publik, Yogyakarta: Pembaruan, 2005

Littlefield, Elizabeth, Murduch, Jonathan and Hashemi, Syed, “Is Microfinance an Effective Strategy to Reach the Millennium Development Goals?” Januari, 2003

Najmulmunir, Nandang. “Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Efektivitas Implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi (The Influence of Social Participation toward the Effectiveness of Implementation in Spatial Planning at Bekasi Regency),” J. Manusia dan Lingkungan, Vol. 20, No. 2, Juli. 2013: 213-220.

Moh. Wahyudi, Wawancara, Ngasem, Bojonegoro, 27 Desember 2015.

Mosher, AT., Menggerakkan dan Membangun Pertanian, terjemahan Ir. Krisnandhi, Jakarta: CV. Yasa Guna, 1966

Munir, H Dasril, dkk, Kebijakan Dan Manjemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: YPAPI, 2004

M. Ivancevich, John, Robert Konopaske, dan Michael T. Matteson, Perilaku dan Manajemen Organisasi, Edisi 7, Jilid 1 Alih Bahasa oleh Gina Gania, Jakarta: Erlangga, 2006

Nafik, M. HR, Materi Kuliah Ekonomi Manajerial, Sabtu, 10 Januari 2016, tidak dipublikasikan)

Nogi, Hessel S. Tangkilisan, Manajemen Publik, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005

Nurohman, Dede, Memahami Dasar-dasar Ekonomi Islam, Yogyakarta: Teras, 2011

(51)

122

Partisipasi Perempuan Dalam Pembangunan di Perdesaan Meningkat, dalam

http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASI APACIFICEXT/INDONESIAINBAHASAEXTN/0,,contentMDK:224304 65~pagePK:1497618~piPK:217854~theSitePK:447244,00.html, (diakses pada hari Senin, 7 Desember 2015), pukul 05:40

Pengkajian, Pusat dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2013

Pusat Statistik, Badan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, September 2014, dalam

http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1488 (diakses pad

Gambar

 Tabel 1.1 Persentase Penduduk Miskin
Gambar 5.1  Learning Curve

Referensi

Dokumen terkait

Satu baris data pada tabel menyatakan sebuah record , dan setiap atribut menyatakan sebuah field.. Atribut khusus pada tabel yang mengidentifikasikan secara unik elemen relasi

Hasilnya menunjukkan bahwa: (a) Pengendalian penguasaan dan pemilikan tanah pada pulau-pulau kecil dapat dilakukan dengan strategi pengintegrasian

Pola sebaran frekuensi panjang ikan kakap merah ( Lutjanus malabaricus ) tercantum pada Gambar 2, sedangkan hasil analisis parameter populasi yang meliputi: panjang maksimum

kinerja (X), dan nilai bobot (W) merupakan nilai utama yang merepresentasikan preferensi absolut dari pengambil keputusan. Masalah MADM diakhiri dengan proses perankingan untuk

Perbandingan penampakan buah manggis yang diberi perlakuan dengan yang tidak diberi perlakuan (kontrol) selama penyimpanan 3,5 dan 7 hari pada suhu kamar dapat dilihat pada lampiran

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

Pada penelitian yang dilakukan terhadap baja karbon SS400 dengan penambahan inhibitor ektrak eceng gondok dengan variasi konsentrasi, lama perendaman dan media

Analisisdengan TG-DTA ( Thermogravimetry – Differential Thermal Analysis