• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya Ilmiah Profitabilitas terhadap Kebijakan Div

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karya Ilmiah Profitabilitas terhadap Kebijakan Div"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA ILMIAH

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS

TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

O

L

E

H

HALOMOAN SIHOMBING, S.E., M.SI.

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih, dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Penulis telah berupaya besar untuk menyeesaikan karya ilmiah ini, namun demikian penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati dan menyambut baik adanya kritik dari saran dari pembaca untuk membangun dan menyempurnakan karya ilmiah ini.

Mulai dari rencana penulisan sampai dengan hasil akhir penulisan karya ilmiah ini, penulis memperoleh dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor dan Wakil Rektor Universitas HKBP Nommensen.

2. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen. 3. Ketua dan Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

HKBP Nommensen.

4. Rekan-rekan dosen di lingkungan Universitas HKBP Nommensen.

5. Kepala Perpustakaan dan pegawai perpustakaan Universitas HKBP Nommensen.

(3)

Akhir kata, kiranya tulisan sederhana ini memberi manfaat yang sangat berharga untuk menambah kepustakaan yang membahas topik profitabilitas dan kebijakan dividen sebagai bahan pelajaran untuk menambah ilmu pengetahuan yang dapat bernilai ilmiah.

Medan, Januari 2014 Penulis,

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Luas dan Tujuan Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Dividen ... 7

2.1.1. Pengertian Dividen ... 7

2.1.2. Jenis Dividen ... 7

2.2. Kebijakan Dividen ... 11

2.3.1. Pengertian Kebijakan Dividen ... 11

2.3.2. Teori tentang Kebijakan Dividen ... 15

2.3.3. Jenis Kebijakan Dividen ... 26

2.3.4. Rasio Kebijakan Dividen ... 27

2.3. Profitabilitas ... 29

2.3.1. Pengertian Profitabilitas ... 29

2.3.2. Rasio Profitabilitas ... 30

(5)

BAB III ANALISA DAN EVALUASI ... 37

BAB IV KESIMPULAN ... 40

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan yang menyangkut pembelanjaan internal perusahaan sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap nilai perusahaan atau harga saham perusahaan di pasar modal. Manajer perusahaan harus memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan khususnya mengenai kegiatan operasional dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan kekayaan perusahaan dan nilai perusahaan, manajer akan mengambil keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

(7)

juga menentukan tentang keputusan, apakah laba seluruhnya dibagikan kepada para pemegang saham atau ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk pembelanjaan investasi di masa yang akan datang (reinvestasi).

Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu sumber dana yang paling penting bagi perusahaan dan dividen merupakan keuntungan yang diharapkan para pemegang saham. Oleh karena itu, manajer perusahaan harus dapat menetapkan dengan seksama kebijakan dividen yang akan diterapkan oleh perusahaan agar dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Kebijakan dividen itu sangat penting bagi perusahaan karena kebijakan dividen tersebut dapat menentukan berapa banyak keuntungan yang akan diperoleh para pemegang saham dan berapa banyak pula keuntungan yang akan diperoleh perusahaan sebagai laba ditahan.

Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam menentukan penggunaan laba yang diperoleh perusahaan yaitu apakah laba akan dibagikan kepada para memegang saham atau dijadikan sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan kembali pada masa mendatang. Kebijakan dividen harus mengakomodasikan kepentingan pendanaan perusahaan berupa laba ditahan dan kepentingan investor berupa dividen yang merupakan bagian dari laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham atas dasar persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) baik dalam bentuk dividen tunai (cash dividend) maupun dalam bentuk dividen saham (stock dividend)

(8)

Masalah yang terdapat dalam kebijakan dividen mempunyai dampak yang sangat penting bagi para pemegang saham maupun bagi perusahaan yang akan membayarkan dividen kepada investor. Pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan

return dalam bentuk dividen maupun capital gain. Di pihak lain perusahaan juga mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan operasional perusahaan sekaligus harus memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya.

Tetapi kedua hal tersebut saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Jika bagian laba perusahaan yang akan dibagikan sebagai dividen lebih tinggi daripada bagian laba yang ditahan, maka ketergantungan perusahaan terhadap sumber dana eksternal akan semakin besar. Jika perusahaan ingin menahan sebahagian besar dari pendapatannya sebagai laba ditahan, maka bagian pendapatan yang tersedia untuk dibagikan sebagai dividen semakin kecil sehingga hal ini akan mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan yang bersangkutan akibatnya akan mengurangi atau menurunkan harga saham perusahaan tersebut di pasar modal dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

(9)

yang besar. Semakin besar dividen yang dibagikan kepada investor, maka perusahaan dinilai memiliki kinerja yang baik karena perusahaan dapat memberikan keuntungan kepada investor sehingga penilaian investor terhadap perusahaan tersebut akan semakin baik.

Pada umumnya perusahaan yang dapat melakukan pembayaran dividen kepada para investornya merupakan perusahaan yang memiliki laba dan struktur keuangan yang baik. Apabila perusahaan dapat meningkatkan pembayaran dividen, maka hal ini merupakan bukti semakin membaiknya kinerja perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat dibaca melalui laporan keuangan dengan menganalisis rasio keuangan dari laporan keuangan tersebut. (Wild, et.al., 2005:36). Dari hasil analisis rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen, antara lain: profitabilitas, likuiditas, pendanaan, pembayaran pinjaman, tingkat pengembalian investasi, tingkat pengembalian aset, dan stabilitas keuntungan.

(10)

Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka pembayaran dividen kepada pemegang saham atau alokasi untuk laba ditahan akan semakin besar pula.

Pada praktiknya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara teratur. Kebijakan ini kemungkinan besar disebabkan oleh asumsi bahwa investor melihat kenaikan dividen sebagai suatu tanda baik bahwa perusahaan memiliki prospek cerah, demikian sebaliknya. Hal ini membuat perusahaan lebih senang mengambil jalan aman yaitu tidak menurunkan pembayaran dividen. Selain itu, investor cenderung lebih menyukai dividen yang tidak berfluktuasi (dividen yang stabil).

Pada umumnya perusahaan akan menaikkan dividen hingga suatu tingkatan dimana mereka yakin dapat mempertahankan dividen masa mendatang. Artinya jika terjadi kondisi yang terburuk sekalipun, perusahaan masih dapat mempertahankan pembayaran dividennya.

Mengingat begitu pentingnya penentuan kebijakan dividen yang harus diputuskan perusahaan melalui pemberian dividen kepada para pemegang saham karena pembagian dividen tersebut akan menambah minat para investor terhadap pembelian saham perusahaan, maka penulis tertarik untuk membuat tulisan ilmiah dengan judul ”Analisis Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen”.

1.2. Rumusan Masalah

(11)

1.3. Luas dan Tujuan Penulisan

Suatu masalah sangat erat hubungannya dengan masalah lain dan masalah tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, maka luasnya penelitian hanya dibatasi pada analisis pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen.

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dividen

2.1.1. Pengertian Dividen

Seorang investor yang menanamkan modalnya pada suatu perusahaan tentu saja mengharapkan return atau keuntungan yang akan diperoleh dari investasi yang telah dilakukannya. Keuntungan yang dapat diterima oleh investor atau pemegang saham dari penanaman modal melalui pembelian saham suatu perusahaan terdiri dari dua macam, yaitu: dividen dan capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari penjualan aktiva tetap atau selisih antara harga jual dengan harga beli surat berharga.

Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi pemegang saham

biasa (earning available for common stockholders) yang dibagikan kepada para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai (Warsono, 2003: 271). Hanafi (2004:361)

menyatakan bahwa “Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang

saham, disamping capital gain.

Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai

keuntungan atau laba dari perusahaan. Dividen ditentukan dalam rapat umum anggota

pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan”.

2.1.2. Jenis Dividen

Biasanya dividen dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi

(13)

Dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham mempunyai

beberapa bentuk sebagai berikut:

1. Dividen Tunai (Cash Dividend)

Dividen tunai merupakan dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham dalam bentuk uang tunai (cash). Dividen Tunai paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Besar kecilnya pembagian dividen tergantung pada pembatasan-pembatasan, undang-undang, kontrak-kontrak, dan jumlah uang yang dimiliki atau tersedia dalam perusahaan. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) disepakati adanya sejumlah tertentu bagian dari laba perusahaan akan dibagi dalam bentuk cash dividend (Munandar, 1983 : 312). Perusahaan hanya berkewajiban membayar dividen setelah perusahaan tersebut mengumumkan akan membayar dividen. Dividen dibayarkan kepada pemegang saham yang tercatat dalam daftar pemegang saham. Pembayaran dividen dapat dilakukan oleh perusahaan sendiri atau melalui pihak lain seperti bank.

Cara yang kedua biasa yang dipilih perusahaan karena bank mempunyai banyak cabang sehingga memudahkan pemegang saham yang mungkin sekali tersebar luas di seluruh Indonesia (Suaidi, 1994 : 230). Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman ada dividen kas adalah apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut.

(14)

Dividen dalam bentuk skrip maksudnya perusahaan tidak membayar pada saat itu tetapi memilih membayar pada masa yang akan datang karena saldo kas yang ada di tangan tidak mencukupi. Dividen ini dibagikan dengan tujuan agar perusahaan tetap dapat mempertahankan citra dan nama baik perusahaan.

Sertifikat dividen merupakan suatu surat tanda kesediaan membayar sejumlah uang tertentu yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham sebagai dividen. Surat ini berbunga sampai dengan dibayarkan uang tersebut kepada yang berhak. Script dividend seperti ini biasa dibuat apabila pada waktu para pemegang saham mengambil keputusan tentang pembagian laba dimana perusahaan belum (tidak) mempunyai persediaan uang kas yang cukup untuk membayar dividend cash (Suaidi, 1994 : 231).

3. Dividen Harta (Property Dividend)

Dividen harta merupakan dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk barang-barang (bukan berupa uang tunai ataupun modal saham perusahaan). Contoh Dividen Harta adalah dividen berupa persediaan atau saham yang merupakan investasi perusahaan pada perusahaan lain.

(15)

cukup banyak akan menyebabkan harga jual investasi ataupun persediaan turun sehingga merugikan perusahaan dan pemegang saham sendiri (Suaidi, 1994 : 233).

4. Dividen Likuiditas (Liquidating Dividend)

Dividen Likuiditas merupakan dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham di mana sebagian dari jumlah tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran dividen tunai sedangkan sebagian lagi dimaksudkan sebagai pengembalian modal yang ditanamkan (diinvestasikan) oleh para pemegang saham ke dalam perusahaan tersebut (Munandar, 1983 : 314). Dividen Likuiditas ini dicatat dengan mendebet rekening pengembalian modal dan dalam neraca dilaporkan sebagai pengurangan modal saham. 5. Dividen Saham (Stock Dividend)

(16)

2.2. Kebijakan Dividen

2.2.1. Pengertian Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi pada masa yang akan datang (Sartono, 2001 : 281). Dalam kebijakan dividen, terdapat pilihan yang tidak mudah dalam membagikan laba sebagai dividen atau menahan untuk diinvestasikan kembali. Apabila perusahaan memilih membagikan laba sebagai dividen maka tingkat pertumbuhan akan berkurang dan akan berdampak negatif terhadap harga saham. Di sisi lain, apabila perusahaan tidak membagikan dividen maka pasar akan melihat sebagai sinyal negatif atas prospek perusahaan. Peningkatan dividen memberikan sinyal perubahan yang menguntungkan pada harapan manajer dan penurunan dividen menunjukkan pandangan pesimis prospek perusahaan di masa yang akan datang.

(17)

Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan

(earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam kegiatan operasional perusahaan yang berarti laba tersebut harus ditahan di dalam perusahaan (Riyanto, 2001:265). Kebijakan dividen menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan akan tetapi dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen pada saat ini. Jadi aspek utama dalam kebijakan dividen perusahaan adalah menetukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba ditahan perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2005 : 270).

Gitman (2003:570), mengatakan bahwa “kebijakan dividen menunjukkan kebijakan yang menentukan besarnya persentase setiap dolar yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik dalam bentuk kas, dihitung dengan membagi dividen kas perusahaan per share dengan penghasilan per saham. Keown (2005:607), mengatakan bahwa kebijakan dividen adalah kebijakan yang menentukan jumlah dividen relatif terhadap laba bersih perusahaan atau penghasilan per saham.

(18)

Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:387), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain:

1. Faktur hukum yang menyangkut peraturan mengenai penggunaan laba bersih untuk membayar deviden tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan. Faktor hukum juga akan melindungi para kreditur yang melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal dan bukan dari laba usahanya. Faktor hukum juga memperbolehkan perusahaan untuk tidak membayar dividen jika jumlah utang perusahaan lebih besar dari jumlah hartanya.

2. Posisi Likuiditas. Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham.

3. Pembayaran pinjaman jangka panjang yang mengharuskan perusahaan untuk menahan laba sehingga perusahaan tidak akan membagikan dividen kepada para pemegang saham.

(19)

5. Pengembangan aktiva perusahaan yang membutuhkan dana yang cukup besar sehingga mengakibatkan semakin banyak laba yang harus ditahan dan menunda pembayaran dividen.

6. Tingkat pengembalian asset yang menentukan pembagian laba dalam bentuk deviden yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun di tempat lain.

7. Stabilitas keuntungan yang baik mengakibatkan perusahaan akan membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen dengan persentase yang lebih besar sebab perusahaan memiliki tingkat kepastian perolehan laba yang tinggi pada masa mendatang.

8. Pasar modal dapat membantu perusahaan besar yang memiliki profitabilitas yang tinggi dan keuntungan teratur untuk dapat masuk ke pasar modal dan memperoleh macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya sehingga perusahaan dapat memenuhi pembayaran dividen kepada investor.

9. Pengendalian terhadap perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dengan tidak menjual saham baru dan tidak membagikan laba mengakibatkan pembagian dividen dalam bentuk kas menjadi rendah. 10. Keputusan kebijakan dividen dengan mempertahankan dividen per lembar

(20)

Menurut Riyanto (2001:281), faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain:

1. Posisi likuiditas yang baik akan memungkinkan pembayaran dividen yang baik. Semakin kuat posisi kas suatu perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana pada masa mendatang mengakibatkan semakin tingginya jumlah dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham.

2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang yang dibayarkan melalui bagian dari pendapatan yang ditahan mengakibatkan semakin rendahnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham.

3. Tingkat perluasan perusahaan yang mengakibatkan semakin besar dana yang dibutuhkan karena semakin besar bagian dari pendapatan perusahaan yang ditahan sehingga jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham akan semakin rendah.

4. Pengawasan terhadap perusahaan yang mempercayakan pada pembelanjaan internal dalam rangka usaha mempertahankan pengendalian terhadap perusahaan mengakibatkan pembayaran dividen semakin rendah karena semakin banyak dana yang dibutuhkan yang bersumber dari laba ditahan.

2.2.2. Teori tentang Kebijakan Dividen

(21)

kebijakan dividen banyak ditemukan dalam literatur keuangan, tetapi keputusan investasi dan keputusan pendanaan yang baik tidak dapat digantikan oleh kebijakan dividen. Teori tentang kebijakan dividen terus berkembang dan mengalami kemajuan dan sampai saat ini ada beberapa teori kebijakan dividen yang telah dikemukakan.

1. Dividend Irrelevance Theory

Teori ini diperkenalkan oleh Miller dan Modigliani (1961:411) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh kebijakan dividen yang diputuskan atau dilaksanakan perusahaan terhadap nilai perusahaan (aset) yang dimiliki perusahaan. Investor yang memiliki saham pada perusahaan tidak akan terpengaruh terhadap nilai aset / investasi bila perusahaan melakukan atau memutuskan untuk membagi dividen. Tidak ada pengaruhnya kebijakan dividen terhadap investasi atau aset investor karena investor dapat membuat dividen sendiri (home made).

Nilai perusahaan tidak tergantung kepada kebijakan perusahaan atau dividen yang dibayarkan perusahaan kepada pemegang saham melainkan sangat tergantung kepada pilihan investasi optimal yang dilakukan oleh perusahaan. Nilai perusahaan ditentukan oleh kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan risiko investasi serta memisahkan antara dividen dan dana internal yang ditahan (laba ditahan) yang tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

(22)

bertolak dari dua pemikiran. Pertama: diasumsikan bahwa keputusan investasi dan penggunaan utang sudah dibuat dan tidak mempengaruhi besar kecilnya dividen yang dibayarkan. Kedua: pasar modal yang sempurna diasumsikan ada. Hal ini berarti (1) investor dapat menjual dan membeli saham tanpa membayar biaya transaksi karena informasi dalam pasar modal yang sempurna tersebar luas sehingga investor dapat melakukan sendiri segala sesuatu yang diinginkannya; (2) setiap perusahaan dapat menerbitkan saham tanpa adanya biaya emisi atau

flotation cost dan biaya transaksi; (3) tidak ada pajak pendapatan perseorangan maupun pajak penghasilan perusahaan; (4) informasi yang lengkap mengenai setiap perusahaan selalu tersedia sehingga investor tidak perlu melihat pengumuman khusus mengenai pembayaran dividen sebagai indikator penting dari kondisi perusahaan; serta (5) tidak terdapat konflik atau tidak ada masalah keagenan antara pihak manajemen dengan para pemilik saham.

(23)

dalam bentuk laba ditahan tidak akan mempengaruhi kemakmuran pemegang saham.

2. Bird in The Hand Theory

Gordon dan Lintner (1963:264) dengan Bird in The Hand Theory

berpendapat bahwa dividen lebih baik daripada capital gain karena dividen yang dibagi kurang berisiko. Investor lebih merasa aman memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain yang belum tentu akan diperoleh pada masa mendatang atau kedua-duanya tidak diperoleh padahal perusahaan membagikan dividen tergantung kepada prospek perusahaan pada masa yang akan datang.

Bila perusahaan melihat adanya prospek yang lebih bagus di masa mendatang dengan melakukan investasi, maka perusahaan kemungkinan besar tidak akan membagikan dividen. Sebaliknya, perusahaan akan membagikan dividen bila tidak ada pilihan investasi yang dapat meningkatkan nilai perusahaan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan pandangan investor tersebut dalam rangka membagikan dividen. Harapan pembagian dividen sangat dibutuhkan agar harga saham mengalami kenaikan dan akhirnya memperoleh capital gain.

(24)

gain. Pendapatan dividen memiliki sifat yang lebih pasti (predictable) daripada

capital gain. Pihak manajemen perusahaan dapat mengendalikan dividen, tetapi tidak dapat mengendalikan harga sahamnya di pasar modal. Ini berarti kadar risiko caiptal gain lebih besar. Oleh karena itu, rate of return yang digunakan ketika mengurangi jumlah capital gain harus lebih tinggi dari yang digunakan terhadap pendapatan dividen.

3. Tax Preference Theory

Tax Preference Theory yang dikemukakan Farrar dan Slewyn (1967:444) dan Brennan (1970:417) menjelaskan bahwa investor lebih menyukai laba ditahan

(retained earning) daripada dividen. Teori ini menyarankan agar perusahaan membayarkan dividen yang rendah jika ingin memaksimalkan harga sahamnya. Teori perbedaan pajak ini menerangkan bahwa kebijakan yang terbaik adalah tidak membayar pajak sama sekali.

(25)

tambah yang dilakukan sehingga dividen tersebut bertambah ketika sampai di tangan investor.

Adanya perlakuan pajak yang berbeda ini membuat investor selalu berpikir agar dividen yang diterimanya sudah bersih tanpa ada lagi pembayaran pajak sehingga jelas perhitungan pendapatannya yang siap dikonsumsikan. Pemikiran investor ini diperhatikan oleh agen perusahaan agar agen tersebut mengurangi dividen dalam rangka memaksimumkan nilai perusahaan sebab pajak mempengaruhi pembayaran dividen perusahaan. Pembayaran dividen yang kecil akan membuat biaya modal kecil dan harga saham mengalami kenaikan dan bila diperhatikan dengan seksama bahwa pajak dividen selalu lebih tinggi daripada

capital gain.

Pemegang saham lebih baik menjual saham mereka beberapa lembar pada suatu saat dan membayar pajak keuntungan modal yang lebih rendah. Pendapat ini terutama didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak terhadap pendapatan dividen dan capital gain. Suatu kenyataan bahwa semua investor harus membayar pajak pendapatan. Dengan demikian, bagi investor tujuan yang harus dicapai adalah maksimalisasi tingkat hasil investasi setelah dipotong pajak tanpa harus menanggung risiko yang terlalu besar. Tujuan ini direalisir melalui upaya meminimalkan tingkat pajak efektif atas pendapatan mereka dan sedapat mungkin menunda pembayaran pajak tersebut.

(26)

dibayarkan pada saat dividen itu diterima, tetapi pajak atas apresiasi harga saham

(capital gain) tertunda sampai saham tersebut benar-benar terjual. 4. Clientele Effect Theory

Teori ini dikemukakan oleh Miller dan Modigliani (1961:414) dalam mempertahankan pandangan teorinya yaitu Dividend Irrelevance Theory. Pemegang saham perusahaan bervariasi dari segi pendapatan dan karakteristik lainnya sehingga investor tersebut mempunyai preferensi tersendiri atas investasi pada saham. Kelompok berpendapatan rendah menginginkan dividen yang tinggi untuk menambah pendapatan sementara kelompok yang berpendapatan yang tinggi menginginkan dividen yang rendah dan capital gain yang tinggi sehingga terjadi kelompok peminat pada pemilik perusahaan yang disebut clientele.

Perusahaan harus memperhatikan clientele ini dalam mengambil keputusan dalam membayar dividen. Pada sisi lain, pemerintah memberlakukan pajak yang berbeda terhadap kelompok-kelompok atau berdasarkan kelembagaan tersebut sehingga lembaga tersebut mempunyai keinginan tersendiri untuk dividen.

(27)

Jika terdapat perbedaan pajak bagi individu, maka kelompok pemegang saham dikenakan pajak tinggi lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang bila perusahaan membagikan dividen yang kecil sedangkan kelompok pemegang saham yang dikenakan pajak yang rendah akan cenderung menyukai dividen yang besar.

Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari clientele ini ada namun hal tersebut tidak menunjukkan bahwa dividen besar lebih baik daripada dividen kecil dan sebaliknya dividen kecil tidak lebih baik daripada dividen besar. Efek

clientele ini hanya menyatakan bahwa bagi kelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan kelompok tersebut.

5. Signaling Hypothesis Theory

(28)

investor memandang pemberian dividen merupakan kinerja perusahaan yang baik dan adanya kelebihan dana.

Pada sisi lain, manajer perusahaan membuat keputusan bahwa pemberian dividen dikarenakan tidak ditemukannya investasi yang optimal sesuai dengan Teori Miller dan Modigliani, dimana nilai perusahaan meningkat karena pilihan investasi yang optimal, artinya perusahaan memberikan dividen kepada investor agar dana tersebut dikelola untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih baik bila tetap hanya di perusahaan.

Teori ini mengemukakan bahwa kenyataannya dividen memiliki pengaruh terhadap harga saham karena dividen digunakan investor sebagai prediktor kinerja perusahaan pada masa mendatang. Kenaikan dividen pada umumnya diikuti dengan kenaikan harga saham sedangkan penurunan dividen diikuti dengan penurunan harga saham. Hal ini membuktikan bahwa para investor lebih menyukai dividen daripada capital gain.

(29)

Para manajer perusahaan yang mengetahui lebih banyak tentang keadaan perusahaan yang sebenarnya diharapkan dapat menggunakan dividen sebagai alat untuk menyampaikan informasi yang baik dan yang belum dikenal di pasar. Para investor dapat menggunakan informasi tentang perubahan dividen ini sebagai sinyal atas kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya terutama tingkat kemampuannya menghasilkan keuntungan. Kenaikan dividen yang lebih besar diharapkan mengisyaratkan kepada investor bahwa perusahaan akan mampu meningkatkan keuntungannya sedangkan penurunan dividen yang lebih besar dari yang diperkirakan menandakan bahwa keuntungan perusahaan akan mengalami penurunan.

6. Teori Dividen Residual

(30)

Kondisi ini mendorong perusahaan untuk menahan laba karena menambah dasar ekuitas internal dan dengan demikian mengurangi kemungkinan bahwa perusahaan harus menambah ekuitas eksternal di masa mendatang untuk mendanai investasinya.

Adanya biaya penerbitan saham baru menonjolkan perbedaan antara modal internal dan eksternal. Tanpa biaya penerbitan, perusahaan tidak akan bersusah payah menentukan berapa besarnya dividen dan berapa besarnya laba ditahan, demikian pula berapa besarnya pendanaan eksternal. Dengan adanya biaya penerbitan itu, perusahaan jelas akan mengutamakan pendanaan internal.

Konsekuensinya, perusahaan akan melakukan pembayaran dividen setelah dana-dana kebutuhan investasi terpenuhi; dengan kata lain, hanya jika ada “pendapatan tersisa” atau pendapatan residual, maka dividen akan dibayarkan. Inilah inti dari teori dividen residual atau residual dividend theory (Elton dan Gruber, 1970:68).

(31)

Dengan demikian, konsekuensi dari apa yang telah diuraikan di atas adalah bahwa, rasio pembayaran dividen yang optimal merupakan fungsi dari empat faktor, yaitu: (1) pilihan investor atas dividen lawan keuntungan modal, (2) peluang investasi perusahaan, (3) struktur modal yang ditargetkan, dan (4) ketersediaan dan biaya dari modal eksternal. Ketiga elemen terakhir digabungkan ke dalam model dividen residual (residual dividend model).

Menurut teori ini, kebijakan dividen memiliki pengaruh yang pasif, jadi tidak bisa mempengaruhi secara langsung harga saham umum di bursa (Brigham dan Houston, 2001:115).

2.2.3. Jenis Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen menurut Riyanto (2001:289) dapat dibagi ke dalam 4 (empat) bagian berikut:

1. Kebijakan dividen yang stabil

Kebijakan dividen yang stabil merupakan jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi.

2. Kebijakan pembayaran dividen dengan penetapan jumlah minimal plus jumlah ekstra tertentu.

(32)

3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan. Kebijakan ini menjelaskan bahwa perusahaan yang menjalankan kebijakan dividend payout ratio yang konstan dan juga dividen per lembar saham yang akan dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan bersih yang diperoleh setiap tahunnya. 4. Kebijakan dividen yang fleksibel

Perusahaan menetapkan rasio pembayaran dividen yang besarnya tiap tahunnya disesuaikan dengan posisi keuangan dan kebijakan pendanaan dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang dibagikan relatif tinggi. Sebaliknya, jika tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat keuntungan.

2.1.2.4. Rasio Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen dikonfirmasikan melalui Dividend Payout Ratio dan

(33)

saham (stock dividend). Jika dividen dibayar dalam bentuk tunai, maka besarnya rasio pembayaran dividennya dapat dihitung dengan rumus:

Dividen kas per lembar saham DPR =

Laba per lembar saham

Menurut (Sundjaja dan Barlian, 2002 : 437) dividen kas per lembar saham atau dividend per share (DPS) merupakan jumlah dividen tunai yang dibagikan kepada setiap pemegang saham dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap lembar saham.

Dividen Kas per Lembar Saham / Dividend per Share (DPS) dapat dihitung dengan rumus:

Jumlah dividen tunai DPS =

Jumlah saham beredar

Menurut Baridwan (2003:448), laba bersih setelah pajak atau earning per share (EPS) merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode (biasanya satu tahun) untuk tiap saham yang beredar. Laba per Lembar Saham /

Earning per Share (EPS) dapat dihitung dengan rumus: Laba bersih

EPS = Jumlah saham beredar

(34)

(Warsono, 2003:275). Dividend Yield Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Dividen per lembar saham tahunan DYR =

Harga per lembar saham

2.3. Profitabilitas

2.3.1. Pengertian Profitabilitas

Menurut Gitman (2003:145), profitabilitas adalah hubungan antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan dengan menggunakan aset perusahaan baik lancar maupun tetap dalam aktivitas operasi. Brigham dan Houston (2001:197) menyatakan bahwa profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan.

Sartono (2001:122) berpendapat bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini. Tingkat pengembalian terhadap aset-aset (ROA) menentukan pengembalian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham, baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun di tempat lain. Semakin tinggi tingkat profitabilitas mengakibatkan semakin meningkatnya pembagian dividen kepada para pemegang saham.

(35)

dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dan akan dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen (Sudarsi, 2002:79).

Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, akan berusaha untuk menghasilkan laba atau profit. Dalam hubungannya dengan kebijakan dividen, besarnya profitabilitas akan mempengaruhi besar kecilnya pembayaran dividen. Peningkatan pembayaran dividen hanya terjadi ketika perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi, dengan asumsi bahwa profitabilitas tersebut cukup tinggi untuk meningkatkan laba, baik laba ditahan maupun pembayaran dividen secara serentak. Jika perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi, maka perusahaan akan mendapatkan laba yang tinggi pula dan pada akhirnya laba yang tersedia untuk dibagikan kepada para pemegang saham akan semakin besar pula. Semakin besar laba yang tersedia bagi pemegang saham maka pembayaran dividen kepada pemegang saham atau alokasi untuk laba ditahan akan semakin besar pula. Dengan demikian, investor sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas, misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. 2.3.2. Rasio Profitabilitas

(36)

pengembalian dari penjualan investasi serta kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan.

Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan, di mana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan.

Menurut Foster (1986:60) terdapat 7 (tujuh) cara-cara pengukuran rasio

profitabilitas, yaitu:

1. Gross Profit Margin Ratio (GPM)

Rasio ini merupakan persentase dari laba kotor dengan penjualan.

Gross Profit Margin Ratio dapat dihitung dengan rumus:

Gross Profit

Gross Profit Margin = x 100 % Sales

2. Operating Profit Margin

Rasio ini menggambarkan apa yang disebut “pure profit” yang diterima atas penjualan yang dilakukan di mana jumlah tersebut merupakan

jumlah yang benar-benar diperoleh dari hasil perusahaan dengan

mengabaikan kewajiban-kewajiban finansial lainnya atau laba bersih sebelum

bunga serta pajak dibandingkan dengan penjualan. Gross Profit Margin Ratio

dapat dihitung dengan rumus:

(37)

EBIT

Operating Profit Margin = x 100 % Sales

3. Operating Ratio

Rasio ini menggambarkan biaya operasi dari setiap rupiah hasil

penjualan atau rasio yang membandingkan biaya operasi perusahaan dengan

penjualan. Operating Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Harga Pokok Penjualan + Biaya Operasional

Operating Ratio = x100% Penjualan

4. Sales Margin (Net Profit Margin)

Merupakan rasio antara laba bersih (net profit) yaitu penjualan yang sudah dikurangi seluruh biaya termasuk pajak dibandingkan dengan

penjualannya. Sales Margin dapat dihitung dengan menggunakan rumus: EAT

Sales Margin = x 100 % Sales

5. Assets Turnover Ratio

Rasio ini merupakan ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva ini

telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali

operating asset berputar dalam suatu periode teretntu, biasanya satu tahun.

Assets Turnover Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Sales

Assets Turnover Ratio = x 100 % Total Assets

(38)

Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak

pemilik modal sendiri, karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak.

Return on Equity (ROE) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

EAT

Return on Equity = x 100 % Modal sendiri

7. Return on Assets (ROA)

Rasio Return on Assets (ROA) ini umum digunakan dalam analisis profitabilitas. Rasio ini menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Return on Assets (ROA) menunjukkan laba yang dihasilkan oleh modal setelah diinvestasikan dalam total aktiva. Semakin tinggi ROA semakin besar kemungkinan pembagian dividen. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba (Sartono, 2001 : 122). Return on Assets (ROA) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Laba Bersih (EAT)

Return on Assets = x 100 % Total Assets

2.3.3. Teori tentang Profitabilitas

(39)

sebuah perusahaan dalam rangka pengembangan bisnisnya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayarkan devidennya dan hal ini berdampak pada kenaikan nilai perusahaan.

Semakin besar tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan menunjukkan semakin baik kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu untuk menghasilkan laba. Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang.

Profitabilitas digunakan sebagai indikator untuk mengetahui tingkat pengembalian yang akan diberikan kepada pemegang saham. Jika tingkat pengembalian investasi yang dimiliki sebuah perusahaan tinggi akan memberikan sinyal positif bagi investor dalam melakukan penilaian. Semakin tinggi profitabilitas semakin tinggi pemaksimalan kesejahteraan pemegang saham sehingga berdampak pada nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya.

(40)

Tingginya tingkat profitabilitas menjadi penentu nilai perusahaan. Nilai perusahaan adalah sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham dan Houston, 2001:210). Semakin tinggi harga saham semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan ditentukan oleh besarnya tingkat profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen asset.

Teori tentang nilai perusahaan dikaitkan dengan Teori Stuktur Keuangan

(Financial Structure Theory) yang dikembangkan pertama kali oleh David Duran pada tahun 1952 (Eugene dan Gapenski, 1987:151) Dalam mengembangkan pendekatan ini diasumsikan pajak perusahaan nol. Nilai perusahaan dapat dinilai dengan tiga pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan laba bersih (net income approach)

(41)

sebagai akibat penggunaan hutang yang semakin besar, nilai perusahaan akan meningkat.

2. Pendekatan laba operasi (net operating income approach)

Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama, diasumsikan bahwa biaya hutang konstan seperti halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.

3. Pendekatan tradisional (traditional approach)

(42)

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS

Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi pada masa yang akan datang (Sartono, 1990 : 281). Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu sumber dana yang paling penting bagi perusahaan dan dividen merupakan keuntungan yang diharapkan oleh pemegang saham. Oleh karena itu manajer keuangan harus dapat menetapkan secara seksama kebijakan dividen yang akan diterapkan oleh perusahaan agar dapat memaksimumkan nilai perusahaan.

Apabila perusahaan memilih membagikan laba sebagai dividen maka tingkat pertumbuhan akan berkurang dan akan berdampak negatif terhadap harga saham. Di sisi lain, apabila perusahaan tidak membagikan dividen maka pasar akan melihat sebagai sinyal negatif atas prospek perusahaan. Peningkatan dividen memberikan sinyal perubahan yang menguntungkan pada harapan manajer sedangkan penurunan dividen menunjukkan pandangan pesimis terhadap prospek perusahaan di masa yang akan datang.

(43)

Profitabilitas menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi mengakibatkan meningkatnya kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham karena semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada saat menjalankan kegiatan usahanya yang berasal dari modal yang diinvestasikannya yang dapat memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham sehingga memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Selanjutnya permintaan saham yang meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan meningkat.

Hasil tulisan ilmiah ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka pembayaran dividen kepada pemegang saham atau alokasi untuk laba ditahan akan semakin besar pula. Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dan akan dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen (Sudarsi 2002:79).

Teori kebijakan dividen yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen adalah Bird in the Hand Theory

(44)

dibandingkan dengan dividen yang tidak dibagikan. Hal ini timbul dari pandangan investor yang paling pertama selalu menyatakan bahwa nilai perusahaan (harga saham) akan meningkat seiring dengan peningkatan dividen yang diberikan karena pembagian dividen yang dapat meningkatkan nilai perusahaan akan mengakibatkan peningkatan profit (capital gain) perusahaan sehingga perusahaan memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba pada saat menjalankan kegiatan usahanya.

Dividend Irrelevance Theory menjelaskan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Dividend Irrelevance Theory

(45)

BAB IV

KESIMPULAN

1. Profitabilitas dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham karena semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada saat menjalankan kegiatan usahanya yang berasal dari modal yang diinvestasikannya.

2. Bird in the Hand Theory menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen dimana investor lebih menyukai pembagian dividen yang tinggi dibandingkan dengan dividen yang tidak dibagikan. 3. Dividend Irrelevance Theory menjelaskan bahwa profitabilitas tidak

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugene F. dan Michael Joel F. Houston, 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Penerjemah: Ali Akbar Yulianto, Buku Satu, Edisi Kesepuluh: Salemba Empat, Jakarta.

Darmadji, Tjiptono dan Henny M. Fakhruddin, 2001. Pasar Modal di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Elton, Edwin J., dan Gruber, Martin J., 1970. ”Marginal Stockholder Tax Rates dan the Clientele Effect”. Review of Economics dan Statistics, Volume 52 No. 2, p. 68 – 74.

Eugene, F. Fama dan Louis C. Gapenski, 1987. Intermediate Financial Management, Second Edition, The Dryden Press, New York.

Farrar, D. dan L. Slewyn, 1967. ”Taxes, Corporate Financial Policy dan Return to Investors”, National Tax Journal, Volume 8 No. 2, p. 444 – 454.

Gitman, Lowrence J., 2003. Principles of Managerial Finance, Eight Edition Addison, Wesley.

Gordon, William F. dan Lintner, 1963, “Optimal Investment and Financing Policy”, Journal of Finance, Volume 45 No 3, p 264 – 272.

Hanafi, M. Mamduh, 2004. Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta. Horne, James Van, 2005 dan John M. Wachowicz, 2005. Prinsip-prinsip

Manajemen Keuangan, Penerjemah: Fitriasari Dewi, Edisi Keduabelas, Salemba Empat, Jakarta.

Kallapur, Sanjay dan Mark A. Trombley, 1992. “The Association between Investment Opportunity Set Proxies and Realized Broth”, Journal of Business and Accounting, Volume 27 No 3, p 505-519.

Keown, J. Arthur, 2005. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku Kedua, Edisi Pertama, Alih Bahasa: Chaerul Djakman dan Sulistryatini, Salemba Empat, Jakarta.

(47)

Munandar, M., 2001. Budgeting, Perencanaan Kerja Pengkoodinasian Kerja Pengawasan Kerja. Edisi Pertama. BPFE Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Riyanto, Bambang, 2001.Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE UGM, Yogyakarta.

Sartono, Agus R., 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, BPFE, Yogyakarta.

Sharpe, William F., Gordon J. Alexander, Jeffrey V. Bailey, 1999. Investasi, Alih Bahasa: Henry Njoolingtik, Edisi Kedua,Prenhalindo, Jakarta.

Suaidi, Arief, 1994. Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi Kelima, Sekolah Tinggi Ilmu YKPN, Yogyakarta.

Sudarsi, Sri, 2002. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi DividenPayout Ratio pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 9, No.1 Maret, hal. 76 – 88, Jakarta.

Sundjaja, Ridwan S. dan Inge Barlian, 2002. Manajemen Keuangan Satu, Edisi Keempat, Prenhallindo, Jakarta.

Warsono, 2003. Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, Volume Satu, Bayumedia Publisihing, Malang.

(48)

Referensi

Dokumen terkait

Satu enzim yang masih ada dan terdapat sebelum pembekuan pada ikan dapat meneruskan pembentukan histamin di dalam daging ikan sel bakteri dalam keadaan injury selama

Keberadaan Kantor Diklatda Kabupaten Jembrana yang statusnya belum terakreditasi, selama ini dalam penyelenggaraan Diklat-Diklat masih bekerja sama dengan pihak-pihak

Balai Lelang Megatama (Otolink) berbasis website yang bertujuan untuk mempermudah peserta lelang dalam melakukan penawaran harga terhadap kendaraan yang

Di Jawa Barat sendiri, Pekan Olahraga Daerah (PORDA) XII- 2014 yang dilaksanakan di Kabupaten Bekasi Merupakan Momentum yang sangat berharga menyongsong PON ke

Dengan menggunakan program SPSS for window versi 16.0, maka dapat diketahui reliabilitas instrumen angket pendidikan seks.Setelah dilakukan pengujian reliabilitas

Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk memutuskan keefektifan ventilasi atau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri dari ekstrak dan fraksi teripang Holothuria edulis yang diperoleh dari teluk Manado