• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PAPAN FLANEL PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ABA KARANGMOJO XVII KARANGMOJO GUNUNGKIDUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PAPAN FLANEL PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ABA KARANGMOJO XVII KARANGMOJO GUNUNGKIDUL."

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PAPAN FLANEL PADA ANAK

KELOMPOK B1 DI TK ABA KARANGMOJO XVII KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Ria Anggraeni NIM 11111241023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Bismillahirahmanirrahim…

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa

yang tidak diketahuinya.

(6)

PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ibuku tercinta Suni dan Bapakku tercinta Hari Kusnadi yang senantiasa

mendoakan dan memberikan semangat

2. Almamater kebanggaanku Universitas Negeri Yogyakarta

(7)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PAPAN FLANEL PADA ANAK

KELOMPOK B1 DI TK ABA KARANGMOJO XVII KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

Oleh Ria Anggraeni NIM 11111241023

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui penggunaan media papan flanel pada anak kelompok B1 di TK ABA Karangmojo XVII, Karangmojo, Gunungkidul. Kemampuan membaca permulaan yang diteliti yaitu mengenalkan simbol-simbol huruf, membaca kata yang memiliki huruf awal yang sama, menghubungkan gambar dengan kata, dan membaca gambar yang memiliki kalimat sederhana.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart dilakukan secara kolaboratif. Subjek penelitian ini adalah 19 anak kelompok B1 di TK ABA Karangmojo XVII. Metode pengumpulan data melalui tes, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Indikator keberhasilan pada penelitian ini dikatakan berhasil apabila kemampuan membaca permulaan anak dengan kategori baik sudah mencapai persentase minimal sebesar 75%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan dapat ditingkatkan dengan menggunakan media papan flanel. Keberhasilan tersebut dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) guru mempersiapkan media papan flanel beserta item-itemnya, (2) guru memberi contoh cara mengenali huruf dan membaca kata, (3) guru memberi contoh membaca gambar bertuliskan kalimat sederhana, (4) anak diberi kesempatan untuk melihat, dan menempel ataupun melepas item-itemnya, (5) guru memberi kesempatan lebih besar pada anak yang peningkatan kemampuan membaca permulaannya masih sulit, (6) guru mendampingi dan memotivasi anak. Hasil observasi dapat dilihat dari meningkatnya kemampuan membaca permulaan untuk kriteria baik pada setiap siklusnya, pada saat pra tindakan menunjukan hasil 26,32%, kemudian mulai meningkat pada siklus I yaitu 52,63% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 84,21%.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum, wr. wb.

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah

melimpahkan hidayah dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu tugas akhir untuk mendapatkan gelar

sarjana pendidikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

menyelesaikan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Ketua Program Studi PG-PAUD yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam penyempurnaan skripsi.

4. Bapak Sungkono, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Nelva

Rolina, M. Si. selaku Dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan tulus, serta meluangkan waktu selama proses

hingga penyelesaian skripsi.

5. Ibu Eni Hidayati, S. Pd. selaku Kepala Sekolah TK ABA Karangmojo XVII, Karangmojo, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul yang telah

(9)
(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ……….... i

HALAMAN PERSETUJAN ………... ii

HALAMAN PERNYATAAN ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iv

HALAMAN MOTTO ……….………. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. vi

ABSTRAK ……… vii

KATA PENGANTAR ……….. viii

DAFTAR ISI ………. x

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR GAMBAR ……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 5

C. Batasan Masalah ……… 6

D. Rumusan Masalah ………. 6

E. Tujuan Penelitian ………... 6

F. Manfaat Penelitian ………. 6

G. Definisi Operasional ………. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini 1. Pengertian Bahasa ……….. 9

2. Perkembangan Bahasa Anak Usia 5-6 Tahun ………. 10

(11)

B.Kemampuan Membaca Permulaan

1. Pengertian Kemampuan Membaca Permulaan ……….. 15

2. Tahap Perkembangan Membaca ……… 18

3. Tujuan Membaca Permulaan ………. 21

4. Manfaat Membaca Permulaan………...…. 22

C.Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran ………... 23

2. Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran ……… 25

3. Jenis Media Pembelajaran ………..…….………... 27

4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran .………... 29

D.Media Papan Flanel 1. Pengertian Media Papan Flanel ……..……… 31

2. Kegunaan Media Papan Flanel ………... 33

3. Keunggulan dan Kekurangan Media Papan Flanel ………..……... 34

4. Penggunaan Media Papan Flanel dalam Pembelajaran ……….. 35

E. Tinjauan Tentang Anak Usia Dini 1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini ……….. 38

2. Karakteristik Anak Taman Kanak-kanak …….……….………. 40

F. Kerangka Pikir ..……… 43

G.Hipotesis Penelitian ………... 44

(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 57

2. Pelaksanaan Pra Tindakan ……… 58

3. Pelaksanaan Penelitian Siklus I ……… 61

4. Pelaksanaan Penelitian Siklus II ………... 75

B. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 87

C. Keterbatasan Penelitian ………... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. 91

B. Saran ………... 92

DAFTAR PUSTAKA ………... 93

(13)

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Membaca Permulaan ……….. 52 Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan ………….. 53 Tabel 3. Kriteria Keterampilan Membaca Anak TK ………. 56 Tabel 4. Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Permulaan pada Pra

Tindakan ……….. 60 Tabel 5. Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Permulaan pada

Siklus I ………... 70

Tabel 6. Perbandingan Data Kemampuan Membaca Permulaan Antara Pra Tindakan dan Siklus I ……… 71 Tabel 7. Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Permulaan pada

Siklus II ……… 83 Tabel 8. Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Permulaan pada Pra

Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ………. 85 Tabel 9. Lembar Pengamatan I Kegiatan Pembelajaran Di Kelompok B1

Sebelum Pelaksanaan Penelitian ………. 98 Tabel 10. Lembar Pengamatan II Kegiatan Pembelajaran Di Kelompok

(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Skema Kerangka Pikir …………..…..………... 44 Gambar 2. Model Penelitian Kemmis dan Mc Taggart ………... 47 Gambar 3. Grafik Persentase Kemampuan Membaca Permulaan pada

Pra Tindakan ……….. 60

Gambar 4. Grafik Persentase Kemampuan Membaca Permulaan pada

Siklus I ………... 71

Gambar 5. Grafik Persentase Kemampuan Membaca Permulaan Antara Pra Tindakan dan Siklus I ………... 72 Gambar 6. Grafik Persentase Kemampuan Membaca Permulaan pada

Siklus II ………. 83 Gambar 7. Grafik Persentase Kemampuan Membaca Permulaan pada

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Lembar Pengamatan dan Pedoman Wawancara ………... 97

Lampiran 2. Rubrik Penilaian .………... 100

Lampiran 3. Rencana Kegiatan Harian ………... 102

Lampiran 4. Lembar Observasi Hasil Penelitian ………... 127

Lampiran 5. Foto Kegiatan Anak ………... 149

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia dini merupakan anak-anak pada rentang usia 0-6 tahun yang membutuhkan banyak stimulasi untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani maupun rohaninya (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003). Usia ini disebut juga dengan masa emas (golden age) karena pada usia ini pertumbuhan dan perkembangan anak sangat cepat disetiap aspek

perkembangannya. Sofia Hartati (2005: 7) mengatakan bahwa meskipun pada umumnya anak memiliki pola perkembangan yang sama, tetapi ritme

perkembangannya berbeda satu sama lain karena pada dasarnya anak bersifat individual. Adapun aspek perkembangan itu meliputi perkembangan nilai-nilai agama dan moral, sosial emosional, kognitif, bahasa, dan fisik/motorik.

Aspek-aspek perkembangan tersebut tidak berkembang secara sendiri-sendiri, melainkan saling terjalin satu sama lain.

Aspek perkembangan bahasa sangatlah perlu dikembangkan karena dengan

berbahasa anak dapat memahami kata dan kalimat serta memahami hubungan antara bahasa lisan dan tulisan. Menurut Suhartono (2005: 8), bahasa anak adalah

bahasa yang dipakai oleh anak untuk menyampaikan keinginan, pikiran, harapan, permintaan, dan lain-lain untuk kepentingan pribadinya. Perkembangan bahasa anak usia dini mengandung empat aspek keterampilan yaitu mendengar, berbicara,

(17)

permulaan dapat diketahui pada aktivitas visual melibatkan pemahaman simbol atau tulisan yang diucapkan dan menitikberatkan pada aspek ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan intonasi yang baik, kelancaran dan kejelasan suara

sebagai bentuk pemerolehan makna maupun informasi. Kemampuan yang diperlukan dalam membaca diperoleh dari mengenal bentuk, mengenal perbedaan

huruf, mengenal rangkaian (pola), dan mengenal perbedaan intonasi. Oleh karena itu untuk mengembangkan kemampuan anak dalam membaca permulaan sangat diperlukan peranan guru yang dapat memfasilitasi dan mendukung keberhasilan

anak.

Pengembangan kemampuan membaca anak tidak lepas dari esensi belajar

anak usia dini yaitu belajar melalui bermain. Permainan yang diberikan memiliki nilai edukatif yang dapat mengembangkan aspek kemampuan membaca anak secara efektif dan optimal. Menurut Moeslichatoen (2004: 32-33), melalui

kegiatan bermain anak dapat melatih kemampuan bahasanya dengan cara mendengarkan beraneka bunyi, mengucapkan suku kata atau kata, memperluas kosa kata, berbicara sesuai dengan tata bahasa indonesia, dan sebagainya. Anak

mengekspresikan permainan tersebut sebagai cara anak menemukan pengetahuannya yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

menggunakan permainan diharapkan mampu meningkatkan kemampuan membaca permulaan.

Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 1. Tabel 9) di kelompok B1 TK

(18)

anak kelompok B1 dengan cara memberi kalimat kompleks yang tidak disertai benda kongkrit maupun gambar yang mendukung. Dalam membaca anak belum jelas menyuarakan huruf, hal ini disebabkan karena dalam memahami perbedaan

huruf masih terdapat kekeliruan. Anak masih mengalami kebingungan membedakan huruf misalnya antara huruf “b” dan “d”, lalu “w” dan “m” hal ini

dikarenakan huruf-huruf tersebut hampir sama bentuknya namun berbeda bunyinya.

Berdasarkan informasi dari guru kelas dan dokumentasi dari laporan

semester I diketahui bahwa empat aspek keterampilan bahasa yaitu (1) mendengar, terdapat 17 anak dari 19 anak keterampilan mendengarnya sudah

Berkembang Sangat Baik (BSB), (2) berbicara, terdapat 15 anak keterampilan berbicaranya sudah Berkembang Sangat Baik (BSB), dan 4 anak Mulai Berkembang (MB), (3) membaca, untuk keterampilan membaca terdapat 4 anak

yang Berkembang Sangat Baik (BSB), 4 anak Mulai Berkembang (MB), dan 11 anak yang Belum Berkembang (BB). (4) menulis, terdapat 10 anak keterampilan menulisnya sudah Berkembang Sangat Baik (BSB), dan 9 anak Mulai

Berkembang (MB). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca masih kurang baik dibandingkan keterampilan yang lain

(Lampiran 1. Tabel 11).

Terdapat banyak anak yang memiliki kesulitan membaca kata sederhana sehingga membutuhkan bantuan dari guru untuk membaca kata tersebut. Menurut

(19)

perhatian tersebut sebagai konsekuensi dari kurang optimalnya penggunaan media oleh guru dalam pembelajaran. Media yang digunakan guru kurang bervariasi sehingga anak merasa bosan dan jenuh dalam belajar. Guru melatih anak untuk

membaca langsung kalimat yang ada di papan tulis dan tidak menggunakan gambar yang berhubungan dengan kalimat yang ditulis.

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu adanya usaha untuk memberikan media yang menarik dan mendukung dalam pembelajaran membaca permulaan kepada anak kelompok B1 di TK ABA Karangmojo XVII. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan media papan flanel. Papan flanel adalah media grafis yang efektif untuk menyajikan pesan-pesan tertentu. Item papan flanel yang akan

disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah sehingga dapat dipakai berkali-kali. Dalam pembelajaran membaca permulaan di sekolah Taman Kanak-kanak (TK), papan flanel dapat digunakan untuk menempelkan gambar, huruf,

kata, dan kalimat sederhana. Media papan flanel dipilih karena item yang digunakan memiliki warna yang menarik, dapat dilihat, disentuh, dipindah-pindahkan, serta mudah ditempel dan dilepas. Penggunaan papan flanel dapat

membuat sajian lebih efisien dan menarik perhatian anak sehingga anak dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran membaca permulaan. Melalui

penggunaan media papan flanel maka anak akan memperoleh informasi tentang simbol-simbol huruf, kata, dan gambar yang memiliki kalimat sederhana secara kongkrit. Anak akan lebih memahami bentuk-bentuk dan bunyi huruf karena anak

(20)

teman yang sudah mempunyai kemampuan mengenal huruf dan kata serta memahami maksud bacaan dari gambar yang memiliki kalimat sederhana. Bentuk huruf-huruf tersebut akan tersimpan dalam memori otak anak yang sudah

merekam bentuk-bentuk huruf beserta pelafalannya. Ketika suatu saat hasil rekaman tersebut dibutuhkan maka anak dapat membukanya kembali, misalnya

ketika guru mengajarkan huruf pada anak maka anak sudah mengetahui gambaran bentuk huruf tersebut. Hal ini akan memudahkan anak untuk merangkai huruf menjadi sebuah kata atau kalimat sederhana sehingga kemampuan membaca

permulaan anak dapat meningkat. Berdasarkan permasalahan di atas, maka

peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan

Membaca Permulaan Melalui Penggunaan Media Papan Flanel Pada Anak Kelompok B1 Di TK ABA Karangmojo XVII, Karangmojo, Gunungkidul”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat didefinisikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Kemampuan membaca permulaan pada anak kelompok B1 di TK ABA

Karangmojo XVII kurang lancer.

2. Anak belum jelas dalam menyuarakan huruf alfabet.

3. Guru kurang optimal dalam menggunakan media pembelajaran membaca permulaan.

4. Media papan flanel belum digunakan untuk pembelajaran khususnya dalam

(21)

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan pertama yaitu kemampuan membaca permulaan pada anak

kelompok B1 di TK ABA Karangmojo XVII kurang lancar dan permasalahan keempat yaitu media papan flanel belum digunakan untuk pembelajaran

khususnya dalam membaca permulaan. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah ditentukan oleh peneliti dapat

dirumuskan masalah yaitu, bagaimana meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui penggunaan media papan flanel pada anak kelompok B1 di TK

ABA Karangmojo XVII, Karangmojo, Gunungkidul?. E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca

permulaan melalui penggunaan media papan flanel pada anak kelompok B1 di TK ABA Karangmojo XVII, Karangmojo, Gunungkidul.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini, antara lain: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu tentang keterampilan membaca, khususnya mengenai teori-teori yang berhubungan dengan kemampuan membaca permulaan.

(22)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan dalam meningkatkan kemampuan

membaca permulaan.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,

wawasan dan pengalaman untuk menjadikan media papan flanel sebagai salah satu media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran terutama pada membaca permulaan.

c. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan menciptakan output

anak yang lebih berkualitas. G. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya kekeliruan

dalam memahami istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun definisi operasional pada penelitian ini, yaitu:

1. Membaca Permulaan

Kemampuan membaca permulaan adalah kemampuan anak dalam mengidentifikasi berbagai bunyi huruf, memahami dan menyuarakan kata serta

kalimat sederhana. Dalam penelitian ini kemampuan mengidentifikasi berbagai bunyi huruf terdiri dari indikator menyebutkan simbol-simbol huruf. Kemampuan memahami dan menyuarakan kata serta kalimat sederhana terdiri dari indikator

(23)

gambar dengan kata, dan membaca gambar yang memiliki kata atau kalimat sederhana.

2. Media Papan Flanel

Media papan flanel merupakan suatu media pembelajaran dengan papan sebagai bahan baku utamanya yang dapat dirancang secara memanjang maupun

secara melebar dan alat yang digunakan dalam media papan ini adalah berupa kain flanel. Dalam penelitian ini papan flanel berfungsi untuk melekatkan gambar, huruf, kata, dan kalimat sederhana dengan warna yang menarik yang sudah

dilapisi potongan kertas ampelas sehingga dapat dengan mudah menempel. 3. Anak Taman Kanak-kanak (TK) kelompok B

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini 1. Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan sarana komunikasi yang tidak lepas dari berbagai aspek

kehidupan. Melalui bahasa masyarakat dapat menjalin komunikasi dengan masyarakat lainnya dalam suatu lingkungan. Bahasa menurut Jinni dalam Syakir Abdul Azhim (2002: 3) adalah suara-suara yang digunakan oleh setiap bangsa

untuk mengungkapkan maksudnya. Dalam pengertian tersebut bahasa adalah suara untuk mengungkapkan maksud tertentu agar dimengerti orang lain.

Kemudian menurut Badudu dalam Nurbiana Dhieni, dkk (2008: 1.11), bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya.

Sejalan dengan itu,menurut Welton & Mallon dalam Moeslichatoen (2004: 18), bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang

sedang tumbuh kembang mengkomunikasikan kebutuhannya, pikirannya, dan perasaannya melalui bahasa dengan kata-kata yang mempunyai makna unik.

Kemudian menurut Nurbiana Dhieni, dkk (2008: 1.12), bahasa adalah suatu modifikasi komunikasi yang meliputi sistem simbol khusus yang dipahami dan digunakan sekelompok individu untuk mengkomunikasikan berbagai ide dan

(25)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginanya agar dapat dimengerti oleh orang

lain. Anak yang sedang mengalami tumbuh kembang, untuk mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran, dan perasaan melalui bahasa dengan kata-kata yang

mempunyai makna unik. Perkembangan bahasa sebagai salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki anak sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangannya.

2. Perkembangan Bahasa Anak 5-6 Tahun

Bahasa telah memberikan sumbangan yang besar dalam perkembangan

anak. Dengan menggunakan bahasa, anak akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang dapat bergaul ditengah-tengah masyarakat. Keberagaman bahasa dipengaruhi faktor kemampuan anak dan lingkungan yang digunakan

dalam keseharian. Bromley dalam Nurbiana Dhieni, dkk (2008: 1.19) menyebutkan bahwa terdapat empat macam bentuk bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan membaca merupakan

keterampilan bahasa reseptif karena dalam makna bahasa yang diperoleh dan diproses melalui simbol visual dan verbal. Anak belajar membaca ketika mereka

mendapat kesempatan dalam memperoleh pemahaman mereka dengan cara mampu menerima informasi terhadap pesan yang terdapat pada interpretasi di lingkungan sekitar anak.

(26)

ujaran, dan tulisan. Pemahaman kata-kata yang dikomunikasi melalui ujaran berupa aktivitas mendengarkan dan berbicara, sedangkan mengkomunikasikan kata-kata melalui kegiatan berbentuk membaca dan menulis. Tadkiroatun

Musfiroh (2005: 8) mengatakan bahwa bahasa anak meliputi perkembangan

fonologis (yakni mengenal dan memproduksi suara), perkembangan kosa kata, perkembangan semantik atau makna kata, perkembangan sintaksis atau penyusunan kalimat, dan perkembangan pragmatik atau penggunaan bahasa untuk keperluan komunikasi (sesuai dengan norma konvensi).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa anak adalah pemahaman dan komunikasi melalui kata, ujaran, dan tulisan.

Pemahaman kata-kata yang dikomunikasi melalui ujaran berupa aktivitas mendengarkan dan berbicara, sedangkan mengkomunikasikan kata-kata melalui kegiatan berbentuk membaca dan menulis. Dalam penelitian ini perkemabangan

bahasa anak dapat dilakukan dengan kegiatan membaca melalui penggunaan media pembelajaran.

3. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak Usia 5-6 Tahun

Perkembangan bahasa anak merupakan kemampuan yang sangat penting untuk berkomunikasi terutama bagi mereka yang sudah masuk ke lingkungan

pendidikan Taman Kanak-kanak (TK). Melalui bahasa anak dapat mengenal lingkungan dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Secara umum setiap anak memiliki karakteristik kemampuan bahasa sesuai dengan tahap

(27)

rentang usia 5-6 tahun. Menurut Jamaris dalam Ahmad Susanto (2011: 78) karakteristik perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun antara lain:

a. Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosa kata.

b. Lingkup kosa kata yang dapat diucapkan anak manyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, dan permukaan (kasar-halus).

c. Anak usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang baik.

d. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut. e. Percakapan yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut

berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya. Anak pada usia 5-6 tahun ini sudah dapat melakukan ekspresi diri, menulis, membaca, dan bahkan berpuisi.

Bahasa merupakan alat bagi anak untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan baru yang didapatnya dari orang lain. Menurut Rosmala Dewi (2005: 17), karakteristik perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun, yaitu:

a. Menirukan kembali 2 sampai 4 urutan angka dan kata. b. Mengikuti 2 sampai 3 perintah sekaligus.

c. Menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana, dsb.

d. Bicara lancar dengan kalimat sederhana.

e. Bercerita tentang kejadian disekitarnya secara sederhana.

f. Menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan oleh guru. g. Memberikan keterangan atau informasi sesuai hal.

h. Memberikan batasan berapa kata/benda, misalnya apakah rumah itu?

i. Menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, tanaman, yang mempunyai warna, bentuk, atau ciri-ciri tertentu.

j. Menceritakan gambar yang telah disediakan.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun yaitu anak sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosa kata, anak sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar

(28)

mengapa, dimana, berapa, bagaimana, dan sebagainya. Berbicara lancar dengan kalimat sederhana, bercerita tentang kejadian disekitarnya secara sederhana, menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan oleh guru.

Dalam hal ini, pendidik anak usia dini baik guru maupun orang tua harus memperhatikan berbagai karakteristik perkembangan bahasa yang dimiliki anak

agar dalam memberikan stimulasi dapat disesuaikan dengan tahapan usia dan kebutuhan dari masing-masing individu.

4. Fungsi Perkembangan Bahasa

Bahasa sangatlah memiliki peranan penting dalam proses perkembangan anak, karena tanpa bahasa anak tidak mampu untuk menyatakan pikiran, perasaan,

dan keinginanya kepada orang lain. Terdapat 5 fungsi perkembangan bahasa menurut Bromley dalam Nurbiana Dhieni, dkk (2008: 1.21), antara lain:

a. Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu. Anak usia dini belajar

kata-kata yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginanya mereka. Misalnya anak yang merasa lapar akan mengatakan “mam-mam”, hal ini anak akan lebih cepat mendapatkan makanan dari pada anak yang lapar dan

menginginkan makanan dengan cara menangis.

b. Bahasa dapat merubah dan mengontrol perilaku. Anak-anak belajar bahwa

mereka dapat mempengaruhi lingkungan dan mengarahkan perilaku orang dewasa dengan menggunakan bahasa.

c. Bahasa membantu perkembangan kognitif. Bahasa memudahkan kita untuk

(29)

yang baru diperoleh. Bahasa juga berperan dalam membuat suatu kesimpulan tentang masa lalu, saat ini, dan masa yang akan datang.

d. Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain. Kemudian bahasa

berperan dalam memelihara hubungan antara individu dengan individu lain. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi dalam kelompok dan berpartisipasi

dalam masyarakat.

e. Bahasa mengekspresikan keunikan individu. Individu dalam mengemukakan pendapat dan perasaan akan memiliki cara yang berbeda dengan individu lain.

Dapat terlihat dari cara anak usia dini yang sering kali mengkomunikasikan pengetahuan, pemahaman, dan pendapatnya dengan cara mereka yang khas

yang merupakan refleksi perkembangan kepribadian mereka.

Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dengan bahasa. Ia harus

menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Menurut Muh. Nur Mustakim (2005: 123), fungsi perkembangan bahasa bagi anak usia dini antara lain:

a. Sebagai alat komunikasi.

b. Mencari informasi dan juga menyatukan ikatan bagi orang yang ingin

bersatu.

c. Menyampaikan informasi kepada orang lain, dari yang mulanya tidak tahu menjadi tahu.

(30)

didalam lingkungan sekitar anak, sebagai alat untuk menjelaskan keinginan dan kebutuhan yang diperlukan anak, sebagai alat untuk membantu mempererat interaksi dengan orang lain, dan sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah

pikiran kepada orang lain.

B. Kemampuan Membaca Permulaan

5. Pengertian Kemampuan Membaca Permulaan

Kemampuan merupakan proses pembelajaran yang mendukung perkembangan anak. Menurut Mohammad Zain dalam Milman Yusdi (2010: 10),

kemampuan merupakan kesanggupan, kecakapan, kekuatan, untuk berusaha dengan diri sendiri. Sehingga kemampuan yaitu kecakapan individu dalam

menguasai tugas yang diberikan. Menurut Nurbiana Dhieni, dkk (2005: 5.5), membaca permulaan adalah suatu kesatuan kegiatan yang terpadu mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya

dengan bunyi, maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Herusantosa dalam Saleh Abas (2006: 103) menyatakan bahwa tujuan dari membaca permulaan yaitu anak mampu memahami dan menyuarakan kata serta

kalimat sederhana yang tertulis dengan intonasi wajar, lancar dan tepat dalam waktu yang relatif singkat. Mengacu dari pendapat tersebut untuk anak TK kata

atau kalimat sederhana yang dibaca dapat disertai gambar supaya anak merasa terbantu ketika membaca. Jadi jika anak belum dapat membaca kata atau kalimat sederhana tersebut, maka anak dapat membaca gambar.

(31)

bunyi huruf konsonan tidak semua konsonan bahasa Indonesia dapat diperkenalkan kepada anak usia dini. Menurut Suhartono (2005: 176) terdapat beberapa bunyi huruf konsonan yang belum boleh diperkenalkan kepada anak, hal

ini dikarenakan konsonan tersebut berasal dari bahasa asing dan kata-kata yang digunakan juga tidak tepat bila diberikan kepada anak usia dini, huruf tersebut

yaitu f, q, v, x, dan z. Bunyi huruf konsonan yang sudah boleh diperkenalkan anak usia dini di Indonesia adalah konsonan bilabial (p, b, dan m), dental (n, t, d, l, s, dan r), palatal (c, j, dan y), velar (k dan g), dan glotal (h).

Kemampuan membaca permulaan menurut Carol Seefeldt & Barbara A. Wasik (2008: 337), antara lain:

a. Menikmati yang sedang dibacakan dan menuturkan kembali cerita-cerita naratif sederhana atau teks informasi.

b. Menggunakan bahasa deskriptif untuk menjelaskan dan menyelidiki suatu bacaan.

c. Mengenali huruf dan bunyi huruf-huruf.

d. Memperlihatkan keakraban dengan bunyi-bunyi berirama dan bunyi awal suatu kata.

Menurut Steinberg dalam Ahmad Susanto (2011: 83), membaca permulaan adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah.

Program ini merupakan perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak-anak dan bahan-bahan yang diberikan melalui permainan dan

kegiatan yang menarik sebagai perantaran pembelajaran. Maksud dari pendapat tersebut, anak TK memang sudah dapat diajarkan membaca namun harus sesuai dengan perkembangan anak atau tanpa paksaan dan dengan cara yang

(32)

mempelajarinya sehingga anak akan menganggap kegiatan belajar mereka seperti bermain.

Menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan

Anak Usia Dini, tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun pada lingkup perkembangan keaksaraan yaitu sebagi berikut:

a. Menyebutkan dari simbol-simbol huruf yang dikenal.

b. Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitarnya. c. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang

sama.

d. Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf. e. Membaca nama sendiri.

f. Menuliskan nama sendiri.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat ditegaskan bahwa kemampuan

membaca permulaan yaitu meliputi kemampuan anak dalam mengenali huruf, menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal, mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di sekitarnya, menyebutkan kelompok gambar yang

memiliki bunyi atau huruf awal yang sama, memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf, serta mampu membaca nama sendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa

kemampuan membaca permulaan adalah kemampuan anak dalam mengidentifikasi berbagai bunyi huruf, memahami dan menyuarakan kata serta

kalimat sederhana. Dalam penelitian ini kemampuan mengidentifikasi berbagai bunyi huruf terdiri dari indikator menyebutkan simbol-simbol huruf. Kemudian kemampuan memahami dan menyuarakan kata serta kalimat sederhana terdiri dari

(33)

atau kalimat sederhana. Kesimpulan dari beberapa ahli tersebut yang akan dijadikan sebagai acuan indikator kemampuan membaca permulaan.

6. Tahap Perkembangan Membaca

Pembelajaran bahasa untuk anak usia dini diarahkan pada kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis (simbolis). Untuk memahami

bahasa simbolis, anak perlu belajar membaca dan menulis. Dalam mengajarkan membaca perlunya mengetahui tahap-tahap perkembangan anak. Secara umum tahap-tahap perkembangan anak dapat dibagi dalam beberapa rentang usia, yang

masing-masing menunjukkan ciri-ciri tersendiri. Menurut Steinberg dalam Ahmad Susanto (2011: 90) mengatakan bahwa, kemampuan membaca anak usia

dini dapat dibagi atas empat tahap perkembangan sebagai berikut; a) tahap timbulnya kesadaran; b) tahap membaca gambar; c) tahap pengenalan bacaan; d) tahap membaca lancar.

Tahap timbulnya kesadaran adalah tahap dimana anak mulai belajar

menggunakan buku, menyadari bahwa buku penting bagi dirinya, melihat dan

membolak-balikkan buku, kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya

kemana-mana. Tahap membaca gambar yaitu tahap dimana anak mulai melibatkan

diri dalam kegiatan membaca, berpura-pura membaca buku, memberi makna pada

gambar, menggunakan bahasa buku walaupun tidak sesuai dengan tulisan yang tertera

di buku. Anak sudah menyadari bahwa buku terdiri dari bagian depan, tengah, dan

bagian akhir. Tahap pengenalan bacaan yaitu tahap dimana anak usia prasekolah

dapat menggunakan tiga sistem bahasa, seperti fonem (bunyi huruf), sematik (arti

(34)

lancar yaitu anak sudah dapat membaca berbagai bacaan seperti koran, majalah, buku

cerita, komik, tabloid dan sebagainya.

Kemampuan membaca anak berlangsung pada beberapa tahap. Menurut Brewer dalam Nurbiana Dhieni, dkk (2008: 5.12), perkembangan kemampuan

dasar membaca anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam lima tahap, yakni: (a) tahap fantasi, (b) tahap pembentukan konsep diri, (c) tahap gemar membaca, (d) pengenalan bacaan, dan (e) tahap membaca lancar. Melengkapi pendapat di atas,

menurut Tadkiroatun Musfiroh (2009: 8-9) berdasarkan penelitian yang dilakukan dibarat, perkembangan membaca anak dapat dikatagorikan ke dalam lima tahap,

yaitu sebagai berikut: a. Tahap Magic

Pada tahap ini belajar tentang guna buku, mulai berpikir bahwa buku adalah

sesuatu yang penting. Anak melihat-lihat buku, membawa-bawa buku, dan sering memiliki buku favorit.

b. Tahap Konsep Diri

Anak melihat diri sendiri sebagai pembaca, mulai terlihat dalam kegiatan

“pura-pura membaca”, mengambil makna dari gambar, membahasakan buku

walaupun tidak cocok dengan teks yang ada di dalamnya. c. Tahap Membaca Antara

(35)

menjadi frustasi ketika mencoba mencocokkan bunyi dan tulisan. Pada tahap ini, anak mulai mengenali alfabet.

d. Tahap Lepas Landas

Pada tahap ini anak-anak mulai menggunakan tiga sistem tanda/ciri yakni grafofonik, semantik, dan sintaksis. Mereka mulai bergairah membaca, mulai

mengenal huruf dari konteks, memperhatikan lingkungan huruf cetak dan membaca apa pun di sekitarnya, seperti tulisan pada kemasan, tanda-tanda. Resiko bahasa dari tiap tahap ini adalah jika anak diberikan terlalu banyak perhatian pada

setiap huruf.

e. Tahap Independen

Anak dapat membaca buku yang tidak dikenal secara mandiri, mengkonstruksikan makna dari huruf dan dari pengalaman sebelumnya dan isyarat penulis. Anak-anak dapat membuat perkiraan tentang materi bacaan.

Materi berhubungan langsung dengan pengalaman yang paling mudah untuk dibaca, tetapi anak-anak dapat memahami struktur dan genre yang dikenal, serta materi ekpositoris yang umum.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas tentang tahap membaca sebenarnya hampir sama sehingga dapat disimpulkan bahwa ada beberapa tahap membaca

pada anak usia dini ditandai dengan anak mulai tertarik pada buku, senang membaca gambar, mengenal tulisan, mengenal kata-kata melalui penglihatan dalam keseharian dan mampu membaca lancar. Selain itu tahap-tahap membaca

(36)

penelitian ini, tahapan membaca dapat ditandai dengan anak senang membaca gambar, mengenal tulisan, mengenal kata-kata melalui penglihatan dalam keseharian dan mampu membaca lancar.

7. Tujuan Membaca Permulaan

Membaca hendaknya mempunyai tujuan terhadap pengetahuan yang akan

dipahaminya dalam menemukan fenomena lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Adapun

tujuan dari membaca menurut Farida Rahim (2008: 11), antara lain: a. Memperbarui pengetahuan tentang suatu topik.

b. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui. c. Memperoleh informasi yang menunjang bagi pengembangan diri. d. Mengkonfirmasi fakta yang ada dilingkungan sekitar.

Membaca sangat efektif apabila diberikan sejak dini, hal ini dikarenakan mempunyai banyak tujuan. Dalam Nurbiana Dhieni, dkk (2008: 5.6) terdapat tujuan membaca, yaitu:

a. Mendapatkan informasi tentang data dan kejadian sehari-hari dalam menemukan fakta untuk mengembangkan diri.

b. Meningkatkan citra diri yaitu memperoleh nilai positif dari pesan yang disampaikan.

c. Memberikan penyaluran positif dalam membuka wawasan terhadap situasi

(37)

Dari penjelasan tujuan membaca oleh kedua ahli di atas bahwa melalui membaca dapat memperoleh informasi yang ada dilingkungan sekitar yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain sebagai dasar melakukan tindakan

maupun memberikan respon terhadap lingkungan. Informasi yang diperoleh mengandung nilai-nilai yang dapat diambil manfaatnya, sehingga sesuatu yang

diperoleh dari membaca dapat memperkaya pengetahuan dalam dirinya. 8. Manfaat Membaca Permulaan

Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca.

Masyarakat yang gemar membaca akan memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih

mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa yang akan datang. Steinberg dalam Nurbiana Dhieni, dkk (2008: 5.3) mengemukakan bahwa terdapat empat manfaat anak membaca pada usia dini dari segi proses belajar mengajar, antara

lain:

a. Memenuhi rasa ingin tahu anak.

b. Situasi yang memberikan suasana membaca dapat menjadi lingkungan kondusif untuk belajar anak.

c. Dapat mempelajari sesuatu dengan mudah dan cepat. d. Memberikan rasa terkesan dari yang diperolehnya.

Pendapat di atas didukung oleh Leonhardt dalam Nurbiana Dhieni, dkk

(2008: 5.4) bahwa membaca sangat penting diberikan pada anak karena dapat mempengaruhi kebahasaan yang lebih tinggi. Mereka akan berbicara dan belajar memahami gagasan secara lebih baik. Pengembangan membaca pada anak TK

(38)

Akhadiah dalam Darmiayati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 49) menjelaskan bahwa manfaat membaca sebagai berikut:

a. Memungkinkan pembaca mampu mempertinggi daya pikirnya b. Mempertajam pandangan dan wawasan

c. Memiliki wacana-wacana dalam menanamkan nilai-nilai moral d. Meningkatkan kemampuan bernalar

e. Meningkatkan kreativitas anak didik

Dari penjelasan manfaat membaca di atas maka dapat diketahui bahwa manfaat membaca yaitu untuk meningkatkan daya berfikir anak dan memperoleh pengetahuan yang dapat mendukung kebahasaan anak dalam meningkatkan

wawasan yang diperoleh anak guna mengambil keputusan yang dipilihnya. Selain itu juga dapat memenuhi rasa ingin tahu anak, situasi yang memberikan suasana

membaca dapat menjadikan lingkungan kondusif untuk belajar anak dan dapat mempelajari sesuatu dengan mudah dan cepat.

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses komunikasi antara guru yang bertindak sebagai komunikator, bertugas untuk menyampaikan

pesan pada anak yang bertindak sebagai penerima pesan. Agar pesan-pesan pendidikan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh anak, maka

(39)

pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Dalam proses belajar mengajar yang pada hakikatnya juga merupakan proses

komunikasi, informasi, atau pesan yang dikomunikasikan adalah isi atau bahan ajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum, sumber informasinya yaitu guru,

sedangkan penerima informasi yaitu siswa atau warga yang sedang belajar.

Kemudian Heinich, dkk dalam Azhar Arsyad (2006: 4) mengemukakan bahwa istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber

dan penerima. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media

itu disebut dengan media pembelajaran. Briggs dalam Arief Sadiman, dkk (2011: 6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Beberapa contohnya yaitu buku, film,

kaset, dan film bingkai. Menurut Schramm dalam Cucu Eliyawati (2005:105), media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan.

Dari beberapa pendapat yang telah diungkapkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran merupakan segala bentuk yang digunakan

orang atau pendidik untuk menyalurkan informasi atau pesan dari pengirim kepada penerima yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran sehingga dapat merangsang pikiran anak agar tertarik untuk belajar.

(40)

2. Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran

Media merupakan salah satu komponen dari proses pembelajaran yang memiliki peran cukup besar dalam mengefektifkan sebuah proses belajar

mengajar terutama pada pembelajaran di TK. Terdapat banyak manfaat jika menggunakan media pembelajaran. Menurut Dale dalam Azhar Arsyad (2007:

23-24), beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran didalam proses belajar mengajar, antara lain:

a. Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas. b. Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa.

c. Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat siswa dengan meningkatkan motivasi belajara siswa.

d. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa.

e. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa. f. Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan

melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar.

g. Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari.

h. Melengkapi pengalaman yang kaya, dengan pengalaman itu konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan.

i. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran non verbalistik dan membuat generalisasi yang tepat.

j. Menyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang lebih bermakna.

Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan pembelajaran, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis untuk siswa. Penggunaan media

(41)

a. Memungkinkan anak berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya. b. Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada

masing-masing anak.

c. Membangkitkan motivasi belajar anak.

d. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.

e. Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak bagi seluruh anak. f. Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.

g. Mengotrol arah dan kecepatan belajar anak.

Menurut Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (2007: 24-25) terdapat beberapa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, antara lain: a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemostrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Dari beberapa pendapat yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak manfaat menggunakan media untuk pembelajaran di TK.

Manfaat yang didapatkan dari penggunaan media yaitu dapat membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa, lalu pembelajaran akan dapat menarik

(42)

3. Jenis Media Pembelajaran

Terdapat beberapa jenis media yang dapat digunakan sebagai penunjang pembelajaran. Menurut Arief Sadiman, dkk (2009: 28), jenis media pembelajaran

antara lain:

a. Media Grafis

Media grafis termasuk media visual. Fungsi dari media grafis yaitu untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Jenis dari media grafis yaitu: gambar/foto,

sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flanel, dan papan bulletin.

b. Media Audio

Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal maupun

nonverbal. Terdapat beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan ke dalam media audio, antara lain radio, alat perekam pita magnetic, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.

c. Media Proyeksi Diam

Media proyeksi diam banyak memakai bahan-bahan grafis. Media grafis

dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada media proyeksi, pesan tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran. Jenis media proyeksi diam yaitu film bingkai, film rangkai,

(43)

Menurut Cucu Eliyawati (2005: 113), media terdiri dari beberapa jenis yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Media visual, adalah media yang dapat dilihat saja. Media visual ini terdiri

atas media yang dapat diproyeksikan misalnya overhead proyektor (OHP) dan media yang tidak dapat diproyeksikan misalnya gambar diam, media

grafis, media model, dan media realita.

b. Media audio, adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian

dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema, misalnya radio kaset.

c. Media audio visual, merupakan kombinasi dari media audio dan media

visual, misalnya televisi, video pendidikan, dan slide suara.

Dari kedua pendapat mengenai jenis-jenis media yang sudah dijelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa media terdiri dari beberapa jenis, yaitu

media audio, media visual, dan media audio visual. Media audio, merupakan media yang hanya dapat didengar dengan indera pendengaran seperti radio kaset. Media visual mencakup media yang dapat dilihat menggunakan indera

penglihatan, contohnya papan flanel. Media audio visual yaitu gabungan dari media audio dan media visual seperti televisi, video pendidikan. Dari ketiga jenis

media tersebut tentu saja memiliki fungsi yang sama yang dapat di gunakan untuk menunjang proses pembelajaran, terutama pembelajaran di TK. Dalam penelitian ini menggunakan media visual yaitu media yang dapat dilihat menggunakan

(44)

4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran memerlukan perencanaan yang baik. Pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai, kondisi, dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya media yang bersangkutan. Terdapat beberapa

kriteria dalam pemilihan media menurut Dick dan Carey dalam Arief Sadiman, dkk (2009: 86) antara lain:

a. Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak

terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.

b. Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga, dan fasilitasnya.

c. Faktor yang menyangkut keluwesan, keperaktisan, dan ketahanan media

yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Artinya media bisa digunakan dimana pun dengan peralatan yang ada disekitarnya serta mudah dipindahkan.

d. Efektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang. Ada sejenis media yang biaya produksinya mahal seperti program film bingkai. Namun bila

dilihat dari kesetabilan materi dan penggunaan yang berulang-ulang untuk jangka waktu yang panjang program film bingkai mungkin lebih murah dari pada media yang biaya produksinya murah seperti brosur namun setiap

(45)

Azhar Arsyad (2007: 69-72) berpendapat bahwa kriteria pemilihan media dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yaitu:

a. Hambatan pengembangan dan pembelajaran yang meliputi faktor-faktor

dana, fasilitas, peralatan yang tersedia, waktu yang tersedia, dan sumber-sumber yang tersedia.

b. Adanya persyarat isi, tugas, dan jenis pembelajaran. Isi pembelajaran beragam dari sisi tugas yang ingin dilakukan siswa.

c. Hambatan dari sisi siswa dengan mempertimbangkan kemampuan dan

keterampilan awal seperti membaca, mengetik, menggunakan komputer dan karakteristik siswa lainnya.

d. Pertimbangan lainnya adalah tingkat kesenangan dan keefektifan biaya. e. Pemilihan media sebaiknya mempertimbangkan kemampuan

mengakomodasi penyajian stimulus yang tepat, kemampuan

mengakomodasi respon siswa yang tepat, kemampuan mengakomodasi umpan balik, serta pemilihan media utama dan media sekunder untuk penyajian informasi atau stimulus.

f. Media sekunder harus mendapat perhatian karena pembelajaran yang berhasil menggunakan media yang beragam. Dengan peggunan media yang

beragam, siswa memiliki kesempatan untuk menghubungkan dan berinteraksi dengan media yang paling efektif sesuai dengan kebutuhan belajar mereka secara perorangan.

(46)

fasilitas, peralatan yang tersedia, waktu yang tersedia, dan sumber-sumber yang tersedia. Apabila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri. Kemudian adanya keluwesan,

kepraktisan, dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lebih lama.

D. Media Papan Flanel

1. Pengertian Media Papan Flanel

Media pembelajaran sangat dibutuhkan untuk melakukan sebuah proses

belajar mengajar di TK karena dengan menggunakan media, anak akan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran secara efektif. Media pembelajaran yang

ditawarkan banyak jenisnya, baik berupa media audio, visual, maupun audiovisual. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran di TK terutama dalam membaca permulaan yaitu menggunakan media papan flanel.

Papan flanel merupakan jenis media visual.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999: 184) mengatakan bahwa media papan adalah media pelajaran dengan papan sebagai bahan baku utamanya

yang dapat dirancang secara memanjang maupun secara melebar. Kemudian papan flanel adalah papan yang dilapisi kain flanel untuk melekatkan sesuatu

diatasnya, misalnya suatu bentuk empat persegi panjang ditempelkan pada papan tersebut. Bentuk ini bisa menempel dipapan tersebut karena biasanya dilapisi sepotong kertas ampelas. Sejalan dengan itu media papan flanel menurut Daryanto

(47)

mana padanya dilekatkan potongan gambar-gambar atau simbol-simbol yang lain. Gambar-gambar atau simbol-simbol tersebut biasanya disebut item flanel.

Andang Ismail (2006: 222) mengatakan bahwa papan flanel adalah media

grafis yang efektif sekali untuk menyajikan pesan-pesan tertentu pada sasaran tertentu pula. Papan berlapis kain flanel ini dapat dilipat sehingga praktis.

Gambar-gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah, sehingga dapat dipakai berkali-kali. Menurut Hujair AH Sanaky (2013: 70), papan flanel atau flannel board termasuk media pembelajaran visual dua dimensi yang

dibuat dari kain flanel yang ditempelkan pada sebuah papan atau triplek, kemudian membuat guntingan-guntingan kain flanel atau kertas amplas yang

dilekatkan pada bagian belakang gambar-gambar yang berhubungan dengan bahan-bahan pelajaran.

Dari beberapa pendapat yang diungkapkan oleh para ahli, dapat disimpulkan

bahwa papan flanel merupakan suatu media pelajaran dengan papan sebagai bahan baku utamanya yang dapat dirancang secara memanjang maupun secara melebar dan alat yang digunakan dalam media papan ini adalah berupa kain

flanel. Papan flanel berfungsi untuk melekatkan item-item flanel yang sudah dilapisi potongan kertas amplas sehingga dapat dengan mudah menempel. Papan

flanel juga dapat dibuat sendiri karena bahan yang digunakan dapat dengan mudah ditemukan. Dalam penelitian ini papan flanel dipakai untuk menempelkan huruf, kata, kalimat sederhana yang sudah dilapisi potongan kertas amplas sehingga

(48)

2. Kegunaan Media Papan Flanel

Dari pengertian diatas sudah jelas bahwa papan flanel adalah salah satu media yang cocok untuk memfasilitasi peserta didik sebagai media pembelajaran

khususnya membaca permulaan. Papan flanel mempunyai banyak kegunaan untuk pendidik maupun peserta didik. Menurut Daryanto (2011: 22), kegunaan tersebut,

yaitu: (a) dapat dipakai untuk jenis pembelajaran apa saja, (b) dapat menerangkan perbandingan atau persamaan secara sistematis, (c) dapat memupuk siswa untuk belajar aktif.

Selain itu juga menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999: 198-199) kegunaan papan flanel, antara lain:

a. Memvisualisasikan suatu gagasan melalui penempatan huruf-huruf, gambar-gambar, warna-warna, dan simbol-simbol lainnya.

b. Sebagai arena permainan untuk melatih keberanian dan keterampilan peserta

didik dalam memilih bahan tempel yang cocok.

c. Menyalurkan bakat dan minat peserta didik dalam menggambar, mewarnai, membuat karya tulis, dan lain-lain.

Dari kedua pendapat mengenai kegunaan papan flanel, dapat disimpulkan bahwa papan flanel memiliki banyak kegunaan yaitu dapat dipakai untuk jenis

pembelajaran apa saja, dapat memupuk siswa untuk belajar aktif, sebagai arena permainan untu melatih keberanian dan keterampilan siswa dalam memilih bahan tempel yang cocok. Kemudian untuk menyalurkan bakat dan minat peserta didik

(49)

permulaan, dapat memupuk siswa untuk belajar aktif dengan membaca dan untuk menyalurkan bakat dan minat peserta didik dalam membaca dengan kegiatan mengenal huruf, membaca gambar, kata, dan kalimat sederhana.

3. Keunggulan dan Kekurangan Media Papan Flanel:

Melihat kegunaan dari papan flanel yang telah diuraikan, maka papan flanel

sangat cocok digunakan untuk membaca permulaan pada anak usia dini, khususnya kelompok B. Hal ini dikarenakan papan flanel memiliki keefektifan dalam penggunaannya. Selain itu kain itemnya yang dilekatkan pada papan

memiliki warna-warna yang menarik sehingga membuat anak tertarik terhadap media tersebut. Terdapat beberapa keunggulan dari papan flanel menurut Mulyani

Sumantri dan Johar Permana (1998/1999: 198), antara lain: a. Memotivasi dan mengaktifkan peserta didik belajar.

b. Dapat digunakan dan dipahami pada semua tingkat sekolah mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi.

c. Mudah membuatnya dan dapat dirancang oleh guru, peserta didik, atau kerjasama antara keduanya.

d. Digunakan untuk berbagai bidang studi/mata pelajaran. e. Isi pesan mudah diganti-ganti.

Menurut Daryanto (2010: 22), keunggulan papan flanel adalah sebagai

berikut: (a) dapat dibuat sendiri, (b) item-item dapat diatur sendiri, (c) dapat dipersiapkan terlebih dahulu, (d) item-item dapat digunakan berkali-kali, (e)

memungkinkan penyesuaian dengan kebutuhan anak, dan (f) menghemat waktu dan tenaga.

Sejalan dengan pendapat Daryanto, menurut Cecep Kustandi dan Bambang

Sutjipto (2011: 47), keunggulan papan flanel, yaitu: a. Papan flanel dapat dibuat sendiri.

(50)

c. Dapat memusatkan perhatian siswa terhadap suatu masalah yang dibicarakan.

d. Dapat menghemat waktu pembelajaran, karena segala sesuatunya sudah dipersiapkan dan peserta didik dapat melihat secara langsung.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas mengenai keunggulan penggunan media papan flanel dalam pembelajaran, maka dapat disimpulkan

bahwa penggunaan media papan flanel dalam proses belajar mengajar terutama dalam membaca permulaan pada anak TK sangat efektif, sehingga kemampuan

anak dalam membaca akan lebih meningkat.

Selain memiliki beberapa keunggulan, papan flanel juga memiliki beberapa

kelemahan. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999: 199), kelemahan media papan flanel yaitu mudah rusak bila tidak dirawat secara teratur dan memerlukan keteramapilan dan ketekunan. Selain itu menurut Cecep

Kustandi dan Bambang Sutjipto (2011: 47), kelemahan papan flanel yaitu walaupun bahan flanel dapat menempel sesamanya, tetapi hal ini tidak menjamin pada benda berat karena dapat lepas bila ditempelkan, dan bila terkena angin

sedikit saja bahan yang ditempel pada papan flanel tersebut akan berhamburan jatuh. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa papan flanel juga

memiliki kelemahan, maka dari itu harus rajin dalam merawat media tersebut agar tetap awet dan terjaga.

4. Penggunaan Media Papan Flanel dalam Pembelajaran

(51)

berbahasa ini salah satunya membaca, untuk anak TK maka membaca yang dilakukan yaitu membaca permulaan. Menurut Depdiknas (2007: 1), pembelajaran membaca dapat dilaksanakan di TK selama batas-batas tertentu dan diberikan

secara terpadu dalam program keterampilan dasar. Pembelajaran di TK dirancang sedemikian rupa sehingga anak tidak merasa terbebani dan bosan, maka suasana

belajar dapat dibuat dengan menyenangkan terutama ketika belajar membaca permulaan.

Pembelajaran di TK menggunakan pendekatan tematik menurut Depdiknas

(2008: 13). Pendekatan tematik ini dipilih karena tema yang digunakan sebagai sarana untuk mengenalkan berbagai konsep pada anak, menyatukan isi kurikulum

satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan kosa kata anak, menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Tema dipilih berdasarkan hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, menarik bagi anak sesuai dengan situasi

serta kondisi yang ada di lingkunganya. Jika guru mengalami kesulitan dalam menghubungkan dengan tema, maka yang diutamakan yaitu indikator yang akan dicapai tersebut.

Menurut Depdiknas (2008: 19), pembelajaran di TK pada umumnya menggunakan 3 langkah kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan

akhir. Kegiatan awal dalam pembelajaran ditunjukan memfokuskan perhatian, membangkitkan motivasi sehingga anak siap untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan inti merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

(52)

mengakhiri aktivitas pembelajaran. Bentuk kegiatan akhir berupa menyimpulkan, umpan balik, dan tindak lanjut.

Pembelajaran menggunakan media papan flanel untuk meningkatkan

kemampuan membaca permulaan akan dilaksanakan pada kegiatan inti. Adapun langkah-langkah dan cara menggunakan papan flanel di dalam proses

pembelajaran menurut Hujair AH Sanaky (2013: 72), yaitu:

a. Gambar yang telah diberikan kain flanel disiapkan terlebih dahulu sebelum mengajar.

b. Siapkan papan flanel dan gantungkan papan flanel tersebut di depan kelas atau pada bagian yang mudah dilihat oleh anak yang akan belajar.

c. Ketika pengajar akan menerangkan bahan pelajaran dengan menggunakan gambar, maka gambar dapat ditempelkan pada papan flanel yang telah dilapisi kain flanel.

Dikombinasikan dari pendapat di atas peneliti membuat langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media papan flanel dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak kelompok B1 di TK ABA

Karangmojo XVII, antara lain:

a. Mempersiapkan media yang akan digunakan untuk pembelajaran. b. Mengkondisikan anak agar siap melakukan pembelajaran.

c. Guru memperkenalkan media papan flanel dan cara menggunakannya. d. Guru mengenalkan huruf a-z dan pengucapannya. Anak diberi kesempatan

untuk menirukan serta mencari huruf kemudian menempelkannya di papan flanel.

e. Guru memberi contoh kata benda yang memiliki huruf awal yang sama

(53)

Anak diberi kesempatan untuk membaca dan merangkai huruf menjadi sebuah kata yang ditempel di papan flanel.

f. Anak diberi kesempatan untuk menghubungkan gambar dan kata serta

menyebutkan huruf-huruf yang ada di kata. Selain itu anak juga dapat menempel gambar kemudian menempelkan tulisan kata yang sesuai di

dekatnya.

g. Anak memperhatikan guru saat memberi contoh membaca gambar bertuliskan kalimat sederhana. Anak diberi kesempatan untuk memilih

gambar yang ingin dibaca dan selanjutnya anak membaca gambar yang bertuliskan kalimat sederhana.

h. Anak yang mampu membaca dan tidak mengganggu temannya diberikan reward berupa ucapan seperti “pintar”, “bagus”, “baik”, “hebat” dan berupa

stiker bintang yang ditempel di papan prestasi sehingga anak akan merasa

senang dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran khususnya membaca permulaan.

Berdasarkan langkah-langkah meningkatkan kemampuan membaca

permulaan melalui penggunaan media papan flanel di atas maka dapat dijadikan sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran dan pembuatan Rencana Kegiatan Harian

(RKH) pada anak kelompok B1 di TK ABA Karangmojo XVII. E. Tinjauan Tentang Anak Usia Dini

1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

(54)

tahun yang dirancang untuk meningkatkan perkembangan intelektual, sosial-emosional, bahasa, dan fisik anak (Masitoh, dkk 2005: 1). Kemudian menurut NAEYC (National Assosiation Education for Young Children) yang dikutip oleh

Sofia Hartati (2005: 7) anak usia dini adalah sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara 0-8 tahun.

Pendapat-pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang ditujukan untuk usia nol sampai usia delapan tahun. Pendidikan anak usia dini ini dirancang untuk meningkatkan tumbuh kembang

anak mulai dari perkembangan intelektual, sosial-emosional, bahasa, serta perkembangan fisik. Semua aspek perkembangan tersebut penting untuk

dikembangkan karena antara perkembangan yang satu dengan yang lainnya saling terkait, sehingga harus dilaksanakan secara terpadu.

Di Indonesia yang dimaksud Pendidikan Anak Usia Dini yaitu anak yang

berusia 0-6 tahun. Dapat dilihat dari Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidik untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini yang dilaksanakan di Indonesia memiliki beberapa jalur pendidikan. Salah satu jalur pendidikan anak usia dini

(55)

berusia 4-6 tahun, yang sering disebut juga sebagai masa emas karena peluang perkembangan anak yang sangat berharga. Masitoh, dkk (2005: 7) mengatakan bahwa anak usia TK sering disebut sebagai “the golden age” atau masa emas

yang berarti bahwa masa ini merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan dimana kepribadian dasar individu mulai terbentuk.

2. Karakteristik Anak Taman Kanak-kanak

Anak usia Taman Kanak-kanak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan yang sangat pesat dan sangat fundamental

bagi kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir

selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar. Menurut Kartini dan Kartono dalam Ernawulan Syaodih (2005: 13-16), mengungkapkan ciri khas anak masa kanak-kanak sebagai

berikut:

a. Bersifat egosentris naif

Seorang anak yang egosentris dan naif memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit.

b. Relasi sosial yang premitif

Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum bisa membedakan antara kondisi dirinya dengan kondisi orang lain di luar dirinya. Anak pada masa ini hanya memiliki minat terhadap benda-benda dan peristiwa yang sesuai dengan daya fantasinya.

c. Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan

Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan kesatuan yang utuh. Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan, dan jujur baik dalam mimik, maupun tingkah laku dan bahasanya.

d. Sikap hidup yang fisiognomis

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Papan Flanel
Tabel 1.Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Membaca Permulaan
Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan  Membaca Permulaan
Tabel 3. Kriteria Keterampilan Membaca Anak TK Persentase 75% - 100%
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan media papan flanel dalam pembelajaran tematik tepat rencana, sehingga meningkatkan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui bercerita dengan papan flanel dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak pada kelompok B TK Pertiwi

permainan bercerita dengan media papan flanel pada anak kelompok A TK. RA Al Hilal Tojayan, Klaten tahun

Lampiran 7 Lembar Observasi Peningkatan Kemampuan Berbahasa Melalui Metode Bercerita dengan Menggunakan Papan Flanel di TK Pertiwi Sawahan I, Juwiring, Klaten,. Siklus II

Hasil dari penelitian ini adalah melalui metode bercerita dengan menggunakan papan flanel dapat meningkatan kemampuan berbahasa anak.. Kemampuan berbahasa dapat

Yuliati (A520090017), Upaya Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Melalui Metode Bercerita Dengan Papan Flanel Pada Anak Kelompok A Di TK Tunas Harapan Bangsa Jemowo

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan rasa percaya diri anak melalui metode bercerita dengan papan flanel yakni sebelum tindakan 32,98%, siklus I mencapai

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan diatas maka penelitian ini akan diberi judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Bermain Papan Flanel pada