750
PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN ANAK BERBAHASA LISAN DI KELOMPOK B1
TK TUNAS BANGSA DESA SIDERA KABUPATEN SIGI
Nurpaiza1
ABSTRAK
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan anak dalam berbahasa lisan, bagaimanakah penggunaan metode bercerita, dan apakah ada peranan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan anak berbahasa lisan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan anak berbahasa lisan di Kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun subyek penelitian ini adalah seluruh anak Kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi yang berjumlah 15 anak. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara.
Metode Bercerita adalah suatu metode penyampaian pesan atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak TK. Bahasa lisan adalah suatu bentuk komunikasi yang unik dijumpai pada manusia khususnya pada anak yang menggunakan kata-kata yang diturunkan dari kosa kata-kata bersama-sama dengan berbagai macam nama yang diucapkan. Berdasarkan analisis data, maka dapat diketahui ada peranan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan anak berbahasa lisan di Kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi. Dapat dilihat dari rekapitulasi pengamatan minggu pertama terdapat 2 anak (13,33%) yang menunjukan kategori BSB, 3 anak (20%) kategori BSH, 4 anak (26,67%) kategori MB, dan 6 anak (40%) kategori BB. Selanjutnyan pada rekapitulasi minggu keenam terjadi peningkatan yang signifikan terdapat 13 anak (86,66%) yang menunjukan kategori BSB, 1 anak (6,67%) kategori BSH, 1 anak (6,67%) kategori MB, dan 0 anak (0%) kategori BB. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa lisan anak meningkat setelah penggunaan metode bercerita.
Kata Kunci : Metode Bercerita, Berbahasa Lisan
PENDAHULUAN
Perkembangan adalah suatu proses perubahan, di mana anak belajar menguasai
tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam
perkembangan adalah aspek perkembangan bahasa. untuk mencapai perkembangan bahasa
1 Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
751
diperlukan metode yang tepat. Metode bercerita merupakan metode yang banyak digunakan
di TK. Menurut Winda Gunarti (2008:53) bahwa :Bercerita adalah suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dngeng
belaka, yang biasa dilakukan secara lisan atau tertulis”.
Menurut Zainal Fanani (2007:34) “Bercerita atau mendongeng adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa manusia”. Metode bercerita digunakan untuk tujuan-tujuan pengajaran yang spesifik, yaitu dengan cara memilih cerita
atau dongeng yang menarik yang akan mendukung pada saat pembelajaran. Dengan cara
memadukan cerita tersebut dengan pembelajaran, sebab keefektifan pemakaian metode
bercerita dalam proses pembelajaran harus memerlukan keterpaduan. Pemakaian metode
bercerita bertujuan untuk dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbahasa lisan,
serta dapat mengevauasi kemajuan kelas.
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang
lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan,
informasi atau hanya sebuah dongeng yang didengarkan dengan rasa menyenangkan oleh
karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan dengan menarik, menikmati
sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak, mereka mengerti akan peristiwa yang
terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya merekam beberaapa kabar berita pada usia 4-6
tahun.
Bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada
usia TK. Badudu (1989) menyatakan bahwa “Bahasa adalah alat penghubung atau
komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan
pikiran, perasaan, dan keinginanya. Sedangkan Bromley (1992) mendefinisikan bahasa
sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang
terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal.
Kemampuan berbahasa merupakan salah satu dari bidang pengembangan kemampuan
dasar yang telah dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas
anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengembangan kemampuan berbahasa
bertujuan agar mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu
berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia.
Bahasa merupakan tanda atau simbol-simbol dari benda-benda, serta menunjuk pada
maksud-maksud tertentu. Kata-kata, kalimat, dan bahasa selalu menampilkan arti-arti
752
menghayati pengertian-pengertian dan peristiwa-peristiwa dimasa lampau, masa kini dan
masa mendatang. Oleh karena itu bahasa sangat besar artinya bagi anak sebagai alat bantu.
Adapun penelitian yang relevan dalam penelitian ini. Silvana Moa’e “Peningkatan
Kemampuan Menyimak Anak Melalui Metode Bercerita di Kelompok B TK PGRI Singura
Kabupaten Parimo” bahwa pembelajaran bahasa khususnya pembelajaran menyimak pada
anak TK PGRI masih merupakan masalah yang perlu dicarikan solusinya, dan Sundari “Peningkatan Kemampuan Berbahasa Lisan Melalui Media Gambar Pada Anak Kelompok B2 Taman Kanak-Kanak Al-Khairaat Palu Selatan” bahwa kemampuan berbahasa lisan
anak tergolong sangat rendah pada pengamatan siklus pertama dan terjadi peningkatan
pada siklus kedua melalui pembelajaran media gambar.
Kerangka pemikiran pada penelitian ini yaitu hasil observasi terdapat masalah
kemampuan anak berbahasa lisan belum berkembang dengan baik seperti penguasaan kosa
kata, kurangnya kemampuan anak dalam nenjawab pertanyaan sederhana, serta kurangnya
kemampuan anak dalam mengajukan pertanyaan. Penyebab masalah diakibatkan kurangnya
media pelengkap seperti buku cerita, gambar, boneka tangan, alat permainan dan metode
yang tidak bervariasi dan kurang tepat sehingga anak merasa bosan dan kurang
memperhatikan apa yang diajarkan. Untuk memecahkan masalah metode yang dipilih untuk
meningkatkan kemampuan anak berbahasa lisan yaitu metode bercerita karena dianggap
akan efektif bila diterapkan secara tepat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di TK Tunas Bangsa, Desa Sidera, Kabupaten Sigi,
dengan subyek penelitian seluruh anak di kelompok B1 TK Tunas Bangsa yang berjumlah
15 anak. Variabel penelitian terdiri dari metode bercerita dan berbahasa lisan. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, data
dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara. Setelah data terkumpul,
maka data akan diolah dengan menggunakan teknik persentase, hasil olahan tersebut
kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Rumus yang digunakan dari Subagio
(1998:9), untuk menganalisis data yang dikumpulkan secara persentase, sebagai berikut:
� = �
N x 100% Keterangan : P = Persentase
753 HASIL PENELITIAN
A.Hasil Rekapitulasi Pengamatan Minggu Pertama Sampai Minggu Keenam 1. Rekapitulasi Minggu Pertama Dari Tiga Aspek Yang Diamati
Tabel 1 Rekapitulasi Minggu Pertama BSH: Berkembang Sesuai Harapan BB : Belum Berkembang
Sesuai tabel 1 diatas, diketahui dari 15 anak yang menjadi subyek penelitian dari tiga
aspek yang diamati pada minggu pertama dengan rata-rata, terdapat 13,33% dalam kategori
Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 20% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan
(BSH), 26,67% dalam kategori Mulai Berkembang (MB), dan 40% dalam kategori Belum
754
Sesuai tabel 3 diatas, diketahui dari 15 anak yang menjadi subyek penelitian dari tiga
aspek yang diamati pada minggu ketiga, terdapat 40% dalam kategori Berkembang Sangat
Baik (BSB), 26,67% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), 20% dalam
kategori Mulai Berkembang (MB), dan 13,33% dalam kategori Belum Berkembang (BB).
4. Rekapitulasi Minggu Keempat
Sesuai table 4 diatas, diketahui dari 15 anak yang menjadi subyek penelitian dari tiga
aspek yang diamati pada minggu ketiga, terdapat 53,33% dalam kategori Berkembang
Sangat Baik (BSB), 26,67% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada
13,33% dalam kategori Mulai Berkembang (MB), 0% dalam kategori Belum Berkembang
755
Sesuai tabel 5 diatas, diketahui dari 15 anak yang menjadi subyek penelitian dari tiga
aspek yang diamati pada minggu ketiga, terdapat 73,33% dalam kategori Berkembang
Sangat Baik (BSB), 13,33% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), 6,67%
dalam kategori Mulai Berkembang (MB), 6,67% dalam kategori Belum Berkembang (BB).
6. Rekapitulasi Minggu Keenam
Tabel 6 Rekapitulasi Minggu Keenam
NO Kategori
Aspek Yang Diamati Rata-
rata (%) Penguasaan Kosa Kata Menjawab Pertanyaan
Sederahan
Mengajukan Pertanyaan
F % F % F %
1 BSB 13 86,66 13 86,66 13 86,66 86,66 2 BSH 1 6,67 1 6,67 1 6,67 6,67 3 MB 1 6,67 1 6,67 1 6,67 6,67 4 BB 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 15 100 15 100 15 100 100
Sesuai tabel 6 diatas, diketahui dari 15 anak yang menjadi subyek penelitian dari tiga
aspek yang diamati pada minggu ketiga, terdapat 86,66% dalam kategori Berkembang
Sangat Baik (BSB), ada 6,67% dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), 6,67%
dalam kategori Mulai Berkembang (MB), dan 0% dalam kategori Belum Berkembang (BB).
B.Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara guru kelas B1 ibu Zubaeda, pada tanggal 3 Oktober
2013 menyatakan bahwa:
1. Kemampuan anak berbahasa lisan di kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera
Kabupaten Sigi, biasanya dilakukan melalui pembiasaan, dan metode bermain yang pada
dasarnya sudah cukup baik, namun masih sangat rendah setelah dilaksanakan metode
bercerita terjadi peningkatan terhadap kemampuan anak berbahasa lisan.
2. Penggunaan metode bercerita pada anak di kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera
Kabupaten Sigi, berdasarkan kemampuan yang diharapkan mencapai beberapa
pengembangan seperti bahasa, moral, sosial emosional dan dapat memberikan
pengetahuan atau informasi baru bagi anak setelah anak mendengarkan cerita. Dalam
membawakan cerita harus sesuai dengan tahap perkembangan anak, baik dari bahasa,
media dan langkah-langkah pelaksanaannya, agar lebih efektif, komunikatif, dan
menyenangkan bagi anak. Metode bercerita di TK Tunas Bangsa biasanya dilakukan
756
3. Kendala- kendala yang dihadapi dalam kemampuan anak dalam berbahasa lisan melalui
metode bercerita pada anak di kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera Kabupaten
Sigi, yaitu:
a. Seharusnya ada beberapa orang guru, minimal dua orang guru Kurangnya tenaga
guru. Dalam melaksanakan metode bercerita apalagi dilihat banyaknya anak yang ada,
yaitu sebanyak 15 orang. Apabila guru yang satu sedang bercerita teman guru yang
lain mendampingi dan mengawasi atau mengatur anak. Agar metode bercerita dapat
terlaksana dengan baik. selain itu dibutuhkan keterampilan guru dalam menceritakan
isi cerita baik dari segi teknik vokal, suara yang jelas, mimik atau ekspresi muka, dan
keterampilan gerak tubuh yang menyenangkan maupun media yang digunakan agar
anak tertarik mendengarkan cerita.
b. Anak usia TK masih dalam tahap berpikir abstrak yang penuh dengan imajinasi
sehingga dalam membawakan cerita harus dilengkapi dengan buku cerita bergambar
dan media yang nyata atau benda tiruannya. seperti tanaman, gambar, boneka tangan
yang menyerupai dari tokoh yang ada dalam cerita.
c. Isi cerita harus menarik dan sesuai untuk perkembangan anak TK, karena cerita yang
monoton dapat membuat anak menjadi bosan untuk mendengarkan cerita.
d. Kurangnya alat peraga sehingga guru harus menguasai teknik dan lebih ekstra, serta
detail dalam menjelaskan cerita tersebut dan cerita bisa dimengerti oleh anak.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada anak di Kelompok B1 TK Tunas
Bangsa, berikut ini gambaran dari masing-masing variabel dan aspek-aspek yang diamati.
1. Metode Bercerita
Menurut Winda Gunarti (2008:53) bahwa :Bercerita adalah suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dngeng
belaka, yang bias dilakukan secara lisan atau tertulis”. Menurut Zainal Fanani (2007:34) “Bercerita atau mendongeng adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa manusia”. Metode bercerita digunakan untuk tujuan-tujuan pengajaran yang spesifik, yaitu dengan cara memilih cerita atau dongeng yang menarik
yang akan mendukung pada saat pembelajaran. Dengan cara memadukan cerita tersebut
dengan pembelajaran, sebab keefektifan pemakaian metode bercerita dalam proses
757
bercerita di Kelompok B1 TK Tunas Bangsa bertujuan untuk dapat meningkatkan
kemampuan anak dalam berbahasa lisan, serta dapat mengevauasi kemajuan kelas.
2. Kemampuan Berbahasa Lisan
Bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada usia TK. Badudu (1989) menyatakan bahwa “Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang
menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginanya. Sedangkan Bromley (1992)
mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai
ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal.
Kemampuan berbahasa merupakan salah satu dari bidang pengembangan
kemampuan dasar yang telah dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan
dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengembangan kemampuan
berbahasa bertujuan agar mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara
tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat
berbahasa Indonesia.
3. Peranan Metode Bercerita dalam Meningkatkan Kemampuan Anak Berbahasa Lisan Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak
TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru
harus menarik, serta mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan
bagi anak TK. Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehidupan anak TK, maka
mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh
perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita. Menurut Sarumpaet (1976:11)
bahwa “Dalam hal ini, metode bercerita adalah suatu cara pembelajaran yang dilakukan
guru atau orang tua untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng
kepada anak, yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis. Cerita anak-anak mempunyai
sifat dan ciri-ciri khas yang berbeda dengan bacaan orang dewasa”.
Metode bercerita digunakan untuk tujuan-tujuan pengajaran yang spesifik, yaitu
dengan cara memilih cerita atau dongeng yang menarik yang akan mendukung pada saat
pembelajaran. Dengan cara memadukan cerita tersebut dengan pembelajaran, sebab
keefektivan pemakaian metode bercerita dalam proses pembelajaran harus memerlukan
keterpaduan. Pemakaian metode bercerita diatas bertujuan untuk dapat meningkatkan
758
Untuk mengetahui adanya peranan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan
anak berbahasa lisan di Kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi,
maka telah diperoleh hasil pengamatan. Ada tiga aspek yang diamati dalam
meningkatkan kemampuan anak berbahasa lisan melalui metode bercerita, sebagai
berikut:
1. Penguasaan Kosa Kata
Penguasaan kosa kata merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai
penguasaan bahasa, semakin banyak kosa kata yang dimiliki seseorang maka semakin
banyak pula ide dan gagasan yang dikuasai seseorang. Purwo dalam Aris Yunisa
(2007:11), mengemukakan bahwa penguasaan kosa kata merupakan ukuran
pemahaman seseorang terhadap kosa kata suatu bahasa dan kemampuannya
menggunakan kosa kata tersebut baik secara lisan maupun tertulis. Penguasaan kosa
kata merupakan bagian dari penguasaan bahasa sebab jika seseorang menguasai
bahasa berarti orang tersebut menguasai kosa kata.
Penguasaan kosa kata yang ada pada diri seseorang dimulai sejak masih bayi
dan ketika mampu merespon kata yang diucapkan orang lain. Tadkiroatun Musfiroh
(2008:48), berpendapat bahwa pada saat anak berusia 5 tahun telah mampu
menghimpun kurang lebih 3000 kata. Seperti pencapaian pada suatu indikator anak
sudah mampu menguasai 10 kosa kata misalnya kosa kata mengenai anggota tubuh
seperti : kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, pipi, bibir, kaki, dan tangan.
2. Menjawab Pertanyaan Sederhana
Dalam aspek menjawab pertanyaan sederhana yaitu di mana guru memberi
pertanyaan sederhana kepada anak mengenai cerita/dongeng yang dibawakan oleh guru. Misalnya cerita tentang “semut dan kepompong”, guru menjelaskan didalam cerita tersebut bahwa sesama makhluk hidup harus saling tolong menolong, janganlah saling mengejek, dan menghina. Kemudian guru bertanya kepada anak “didalam cerita semut dan kepompong, hewan mana yang suka mengejek”???? kemudian guru memberikan kesempatan kepada anak agar menjawab pertanyaan tersebut.
3. Mengajukan Pertanyaan
Anak TK adalah anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang mempunyai karakteristik yang unik. Salah satu karakteristik yang
759
sesuatu yang ada di sekelilingnya. Pada usia ini anak akan selalu banyak bertanya,
memperhatikan, dan membicarakan semua hal yang didengar maupun yang
dilihatnya. Ketika akan melihat suatu yang menarik perhatiannya, maka secara
spontan anak akan langsung bertanya. Rasa ingin tahu dan antusias terhadap sesuatu
tersebut akan diungkapkan melalui kata-kata atau yang disebut berbicara. Dalam
aspek mengajukan pertanyaan yaitu guru memberikan kesempatan kepada anak untuk
bertanya/mengajukan pertanyaan mengenai cerita yang dibawakan oleh guru. Misalnya cerita tentang “semut dan kepompong”. Dalam hal ini guru mengajarkan anak agar terbiasa selalu bertanya.
Tingkat kemampuan anak dalam berbahasa lisan yang ditujukan dari tiga aspek
diatas dengan menggunakan metode bercerita di Kelompok B1 TK TunasBangsa
Desa Sidera Kabupaten Sigi sangat bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil
rekapitulasi pada minggu pertama sampai minggu keenam. Hasil rekapitulasi minggu
pertama pada tiga aspek yang diamati yaitu terdapat, 2 anak (13,33%) kategori
Berkembang Sangat Baik, 3 anak (20%) kategori Berkembang Sesai Harapan, 4 anak
(26,67%) kategori Mulai Berkembang, 6 anak (40%) kategori Belum Berkembang.
Hasil rekapitulasi Minggu kedua terdapat, 3 anak (20%) kategori Berkembang Sangat
Baik, 3 anak (20%) kategori Berkembang Sesuai Harapan, 4 anak (26,67%) kategori
Mulai Berkembang, dan 5 anak (33,33%) kategori Belum Berkembang. Hasil
rekapitulasi Minggu ketiga terdapat, 6 anak (40%) kategori Berkembang Sangat Baik,
4 anak (26,67%) kategori Berkembang Sesuai Harapan, 3 anak (20%) kategori Mulai
Berkembang, dan 2 anak (13,33%) kategori Belum Berkembang. Hasil rekapitulasi
Minggu keempat terdapat, 8 anak (53,33%) kategori Berkembang Sangat Baik, 4
anak (26,67%) kategori Berkembang Sesuai Harapan, 2 anak (13,33%) kategori Mulai
Berkembang, dan 1 ank (6,67%) kateori Belum Berkembang. Hasil rekapitulasi
Minggu kelima terdapat 11 anak (73,33%) kategori Berkembang Sangat Baik, 2 anak
(13,33%) kategori Berkembang Sesuai Harapan, 1 anak (6,67%) kategori Mulai
Berkembang, dan 1 anak (6,67%) kategori Belum Berkembang. Hasil rekapitulasi
Minggu keenam terdapat 13 anak (86,66%) kategori Berkembang Sangat Baik, 1
anak (6,67%) kategori Berkembang Sesuai Harapan, 1 anak (6,67%) kategori Mulai
Berkembang, dan 0 anak (0%) kategori Belum Berkembang.
Berdasarkan hasil rekapitulasi dari minggu pertama sampai minggu keenam
kemampuan anak dalam berbahasa lisan dari tiga aspek yang diamati dapat lihat dari
760
dalam kategori belum berkembang, di mana kemampuan anak dalam menerima cerita
yang dibawakan oleh guru masih sangat kurang. Akan tetapi peningkatan terjadi pada
minggu-minggu berikut. Seperti peningkatan dilihat pada minggu keenam, di mana
anak sudah dapat mengungkapkan bahasanya melalui cerita yang dibawakan oleh
guru.
Adapun kendala yang dihadapi kurangnya tenaga guru, kurangnya alat peraga
sehingga guru harus menguasai teknik dan lebih ekstra, serta detail dalam
menjelaskan cerita tersebut cerita bisa dimengerti oleh anak, Isi cerita harus menarik
dan sesuai untuk perkembangan anak TK, karena cerita yang monoton dapat membuat
anak menjadi bosan untuk mendengarkan cerita. dan Anak usia TK yang masih dalam
tahap berpikir simbolik sehingga dalam membawakan cerita harus dilengkapi dengan
buku cerita bergambar dan media yang nyata atau benda tiruannya. seperti tanaman,
gambar, boneka tangan yang menyerupai dari tokoh yang ada dalam cerita.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian tentang peranan metode
bercerita dalam meningkatkan kemampuan anak berbahasa lisan, maka dapat disimpulkan,
sebagai berikut :
1. Kemampuan anak dalam berbahasa lisan di kelompok B1 TK Tunas Bangsa sebelum
diterapkan metode bercerita sudah cukup baik, tetapi pada saat sesudah dilakukan
metode bercerita terjadi peningkatan terhadap kemampuan berbahasa lisan anak di
Kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi.
2. Penggunaan metode bercerita pada anak di Kelompok B1 TK Tunas bangsa Desa Sidera
Kabupaten Sigi, berdasarkan kemampuan yang diharapkan mencapai beberapa
pengembangan, seperti pengembangan bahasa, moral, sosial emosional dan dapat
memberikan pengetahuan atau informasi baru bagi anak setelah anak mendengarkan
cerita. Saat membawakan cerita harus sesuai dengan tahap perkembangan anak, baik dari
bahasa, media dan langkah-langkah pelaksanaannya, agar lebih efektif, komunikatif, dan
menyenangkan bagi anak.
3. Dilihat dari hasil penelitian tentang kemampuan anak dalam berbahasa lisan yang
dilakukan melalui metode bercerita secara periodik dari mnggu ke minggu mengalami
peningkatan dengan kenaikan hasil persentase, seperti terlihat peningkatan pada minggu
keenam terdapat 86,66% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) 6,67% dalam
761
(MB) dan 0% dalam kategori Belum Berkembang (BB). Sangatlah jelas bahwa ada
peranan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan anak dalam berbahasa lisan
di Kelompok B1 TK Tunas Bangsa Desa Sidera Kabupaten Sigi.
Adapun beberapa saran dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagi anak, meningkatkan motivasi anak untuk belajar berbahasa lisan dengan baik dan
jelas melalui metode yang digunakan oleh guru yaitu metode bercerita serta dapat
meningkatkan hasil belajar anak.
2. Bagi guru, hendaknya selalu menggunakan metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan anak dalam berbahasa lisan seperti memakai metode
bercerita. Mengingat metode bercerita dapat mendorong anak untuk lebih aktif dalam
pembelajaran, menumbuhkan minat untuk belajar sehingga hasil belajar anak menjadi
meningkat.
3. Bagi kepala TK, hendaknya pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita agar
dapat menyediakan saran dan prasarana yang mendukung dalam peningkatan hasil
belajar anak dalam berbagai bidang pengembangan kemampuan anak.
4. Bagi peneliti lain, seharusnya dapat mengambil hasil peneitian ini sebagai acuan untuk
melaksanakan penelitian selanjutnya dengan rumusan masalah yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu. (2005). Metode Kemampuan Berbahasa. Jakarta: Depdiknas.
Bromley. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
Daulai. (2005). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
Gunarti, Winda, dkk. (2008). Metode Pengembangan Perilaku Dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Fanani, Zainal. (2007). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.