Editorial MQ 92,3 FM Edisi Senin, 6 Juli 2009 “ Rokok sang Pembunuh”
Sahabat MQ/ Rokok dan dan merokok/ sudah lama menjadi persoalan dilematis yang tak kunjung rampung// Betapa tidak di satu sisi/ rokok telah mendatangkan income bagi Negara/ dari perolehan cukai/ dan juga perluasan lapangan kerja// Namun tak dapat dibantah pula/ merokok pasti melahirkan kerugian bagi kesehatan/ tak hanya untuk si perokok tapi orang-orang di sekitar//
Sahabat MQ/ di Indonesia sendiri/ perkembangan rokok sepertinya sudah tak dapat terbendung lagi/ bayangkan saja/ di Indonesia lebih dari 60 juta orang membelanjakan uangnya/ untuk membeli rokok// Mereka rata-rata menghabiskan 11 batang rokok perhari// Dan celakanya/ 70 persen dari 60 juta perokok di Indonesia/ berasal dari golongan ekonomi menegah ke bawah// tidak heran jika Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia/ setelah Cina dan India// dimana sebelumnya Indonesia berada di peringkat lima dunia//
Nah Sahabat MQ/ Perkembangan masalah rokok ini/ tentu memerlukan peran yang serius dari para pemerintah/ dalam penangan serta pencegahanya// Namun seperti kita ketahui bahwa persoalan rokok merokok/ jika akan dihentikan pasti akan menimbulkan kontroversi antar kepentingan ekonomi serta kesehatan// Seperti kita tahu/ industri rokok adalah industri yang sangat menggiurkan/ di tambah lagi mampu membuka lapangan pekerjaan/ namun disisi lain/ rokok juga dihujat karena/ menimbulkan banyak penyakit yang mematikan/ sekaligus salah satu sumber dari makin akutnya permasalahan kemiskinan di negeri kita//
Sahabat MQ/ Melihat dampaknya pada kesehatan/ menjadi aneh jika para elite politik/ tidak berani tegas soal Undang-undang larangan merokok// Sungguh sayang sekali/ ketika ratusan negara di dunia/ telah menentukan sikap soal masalah ini/ Indonesia seolah bergeming// Ratifikasi konvensi PBB soal pengendalian produk tembakau pun tak dilakukan/ malah Undang-undang yang dibutuhkan/ untuk menjadi dasar langkah tersebut pun belum menunjukkan//
Di masa pemerintahan Gus Dur/ protes kalangan industriawan rokok/ disetujui dengan ditandainya keluarnya PP 38 tahun 2000// Dalam revisi ini menyatakan/ promosi dan iklan rokok dapat dilakukan media elektronik/ dengan pengaturan masa tayang pukul 21.30 sampai dengan 05.00 Waktu setempat// Selanjutnya masa penyesuaian pengaturan tentang batas waktu penyesuaian persyaratan batas maksimal tar dan nikotin lebih diperpanjang// Dalam aturan ini juga disepakati/ untuk membentuk Lembaga Pengkajian Rokok/ yang mempunyai tugas/ untuk mengkaji/ mengawasi pelaksanaan ketentuan peraturan tersebut// Namun sepertinya PP tersebut/ kembali mengalah/ demi uang//
Pada masa Megawati/ muncul PP nomer 19 tahun 2003/ aturan tentang batas nikotin justru malah dipangkas/ kemudian dig anti/ bahwa setiap produsen rokok/ hanya wajib memberikan informasi kandungan tar dan nikotin/ pada setiap batang rokok yang diproduksinya// Meski batas nikotin dan tar melebihi/ sepertiya sah-sah saja// Sementara Lembaga Pengkajain rokok/ gagal juga dibentuk pada era pemerintahan ini//
Di era pemerintahan SBY/ PP pengamanan rokok/ masih belum kuat// Fakta dilapangan menunjukan/ kepentinga ekonomi masih menjadi prioritas/ dibandingkan dengan kepentingan kesehatan// Penerimaan Negara dari cukai melebihi target APBN/ jauh lebih penting daripada sekitar 57 ribu jiwa pertahun/ yang mati sia-sia karena rokok//
Sahabat MQ/ Yayi Soeryo Prabandari dari quit Tobbaco mengungkapakan/ Rokok menyebabkan berbagi penyakit dan kematian/ 5 ratus ribu orang pertahun/ atau sekitar 1200 orang perhari/ mati sia-sia karena rokok// Dan yang paling menyedihkan/ Separuh kematian/ akibat rokok berada pada usia produktif//
Nah Sahabat MQ/ untuk itulah kita harus bersama-sama/ menyatukan tekad/ untuk menekan jumlah korban nikotin dan rokok/ yang semakin membahayakan generasi bangsa// Jadi tidak ada alas an bagi kita untuk menolak undang-undang anti rokok tersebut// Wallohu’alam bishowab///