• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemfigus Vulgaris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemfigus Vulgaris"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 BAB 1

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1.

1.1. LataLatar Belakanr Belakangg Tu

Tubuh buh manmanusiusia a terterdirdiri i dardari i bebbeberaperapa a orgorgan an yanyang g memmembenbentuk tuk sissistemtem kerjanya masing-masing. Ada beberapa sistem

kerjanya masing-masing. Ada beberapa sistem kekebalan tubuh manusia yangkekebalan tubuh manusia yang sangat penting peranannya antara lain sistem perkemihan, sistem integumen / sangat penting peranannya antara lain sistem perkemihan, sistem integumen / kulit, sistem pernapasan, sistem pencernaan, dan sistem lainnya.

kulit, sistem pernapasan, sistem pencernaan, dan sistem lainnya.

Pemphigus berasal dari bahasa yunani yaitu kata pemphix yang artinya Pemphigus berasal dari bahasa yunani yaitu kata pemphix yang artinya gelembung atau bula, pemhigus vulgaris adalah penyakit autoimune berupa gelembung atau bula, pemhigus vulgaris adalah penyakit autoimune berupa  bula

 bula yang yang bersifat bersifat kronik, kronik, dapat dapat mengenai mengenai membran membran mukosa mukosa maupun maupun kulitkulit dan ditemukannya antibodi IgG yang bersirkulasi dan terikat pada permukaan dan ditemukannya antibodi IgG yang bersirkulasi dan terikat pada permukaan sel

sel karkaratiatimosmosit, it, menmenyebyebabkabkan an tintingbugbulnylnya a suasuatu tu reakreaksi si pempemisahisahan an selsel-sel-sel epidermis diakibatkan karena tidak adanya kohesi antara sel-sel epidermis, epidermis diakibatkan karena tidak adanya kohesi antara sel-sel epidermis,  proses ini disebut akantolisis dan akhirnya terbentuknya bula di sup

 proses ini disebut akantolisis dan akhirnya terbentuknya bula di suprabasal.rabasal. Pemphigus vulgaris merupakan kelainan kulit berlepuh yang diawali Pemphigus vulgaris merupakan kelainan kulit berlepuh yang diawali dengan adanya vesikel dengan dasar yang eritematus. Pemphigus vulgaris dengan adanya vesikel dengan dasar yang eritematus. Pemphigus vulgaris sa

sangngat at jajararanng g (1(1/1/100000000000) 0) mmereruupapakakan n pepennyayakkit it lelepupuh h auautotoimimunun in

intrtraeaepipidedermrmalal. . PePenynyakakit it inini i memenynyereranang g kukulilit t dadan n selselapaput ut lelendndir, ir, sersertata  berpotensi

 berpotensi mengancam mengancam kehidupan. kehidupan. Pemphigus Pemphigus vulgaris vulgaris ditemukan ditemukan terutamaterutama dalam masyarakat keturunan Yahudi Ashkenazi dan umumnya timbul usia 60 dalam masyarakat keturunan Yahudi Ashkenazi dan umumnya timbul usia 60 tahun

tahun

Pemphigus vulgaris tersebar di seluruh dunia, dapat mengenai semua Pemphigus vulgaris tersebar di seluruh dunia, dapat mengenai semua ras

ras, , frefrekukuenensi si hahampmpir ir samsama a papada da lalakiki-la-laki ki dadan n peperemrempupuanan. . PePempmphihiguguss vulgaris merupakan bentuk yang seringdijumpai kira-kira 70% dari semua vulgaris merupakan bentuk yang seringdijumpai kira-kira 70% dari semua kasu

kasus s pempemphiphigusgus, , biabiasansanya ya padpada a usiusia a 50-50-60 60 tahtahun un dan dan jarjarang ang padpada a anaanak- k-anak. Insiden pemphigus vulgaris bervariasi antara 0,5-3,2 kasus per 100.000 anak. Insiden pemphigus vulgaris bervariasi antara 0,5-3,2 kasus per 100.000 da

dan n papada da keketutururunanan n yayahuhudi di khkhususususnynya a AsAshkhkenenazazi i jewjewish ish ininsidsidenennynyaa meningkat

meningkat

1.2.

1.2. Rumusan Rumusan MasalahMasalah 1.

(2)

2.

2. ApApa pena penyebyebab dab dari Pari Pemfemfiguigus Vus Vulgalgaris ?ris ? 3.

3. ApApa tana tanda gda gejalejala Pea Pemfimfigus gus VulVulgargaris ?is ? 4.

4. BagaiBagaimana mana pencegpencegahan ahan penypenyakit akit PemfigPemfigus Vus Vulgariulgaris ?s ? 5.

5. BagaiBagaimana mana PenataPenatalaksanlaksanaan paan penyakenyakit Pit Pemfigemfigus Vus Vulgariulgaris ?s ? 6.

6. BagBagaimaimana Asuana Asuhan kehan keperperawatawatan Peman Pemfigfigus Vulus Vulgargaris ?is ?

1.3.

1.3. TujTujuanuan 1.

1. MenMengetgetahuahui pengi pengertiertian dari Pean dari Pemfimfigus Vugus Vulgalgarisris 2.

2. MenMengetgetahuahui penyi penyebaebab dari Peb dari Pemfimfigus Vugus Vulgalgarisris 3.

3. MenMengetgetahuahui tandi tanda gejaa gejala Pemla Pemfigfigus Vuus Vulgalgarisris 4.

4. MengeMengetahui tahui pencepencegahan gahan penyapenyakit kit PemfigPemfigus us VulgaVulgarisris 5.

5. MengeMengetahui tahui PenatPenatalaksanalaksanaan paan penyakenyakit Pit Pemfigemfigus Vus Vulgarulgarisis 6.

(3)

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Fisiologi Kulit

Gambar 1. Anatomi kulit 

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar  menutupi dan melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga – rongga, lubang – lubang masuk. Pada  permukaan kulit bermuara kelenjar keringant dan kelenjar mukosa. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan subkutan (Syaifudin, 2006).

a. Epidermis

Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel yaitu : (1) Stratum koneum

Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati, dan mengandung zat keratin.

(2) Stratum lusidum

Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah se – sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir – butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperi

(4)

(3) Sratum granulosum

Stratum ini terdiri dari sel – sel pipih seperti kumparan. Sel – sel tersebut terdapat hanya 2 – 3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir – butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir – butir stratum granulosum.

(4) Sratum spinosum/stratum akantosum

Lapisan sratum spinosum/stratum akantosum merupakan laisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5 – 8 lapisan. Sel – selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di  bawah mikroskop sel – selnya terdiri dari sel yang bentuknya  poligonal (banyal sudut) dan mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel – selnya berduri. Ternyata spina dan tanduk  tersebut adalah hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelular bridges atau jembatan interseluler.

(5) Stratum basal/geminatifum

Stratum basal/geminatifum disebut basal karena sel – selnya terletak di bagian basal. Stratum germatifum menggantikan sel –  sel yang diatasnya dan merupakan sel – sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat  butir – butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut seperti pagar (palidase) di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang disebut membran basalis. Sel – sel basalis dengan membran basalis merupakan batas bawah dari epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit), dan epidermis menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebut rete ridges atau rete pegg (prosessus interpapilaris).

(5)

 b. Dermis

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai  patokan adalah mulainya terdapat sel lemak.

Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas , pars papilaris (stratum papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars papilaris dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan longgar yang tersusun dari serabut – serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus.

Serabut ini saling beranyaman dan masing – masing mempunyai tugas yang berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan pada kulit, serabut elastis, memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alai tersebut.

c. Subkutan

Subkutis terdiri dari kumpulan – kumpulan sel – sel lemak dan di antara gerombolan ini berjalan serabut – serabut jaringan ikat dermis. Sel  – sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak di pinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap – tiap tempat dan juga  pembagian antara laki – laki dan perempuan tidak sama (berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk  kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.

2.2. Definisi Pemfigus Vulgaris

Pemfigus vulgaris merupakan penyakit serius pada kulit yang ditandai dengan timbulnya bulla (lepuh) dengn berbagai ukuran (misalnya 1-10 cm)

(6)

 pada kulit yang tampak normal dan membrane ukosa (misalnya mulut dan vagina) (Brunner, 2002)

Pemfigus adalah kumpulan penyakit kulit autoimun terbuka kronik, menyerang kulit dan membran mukosa yang secara histologik ditandai dengan  bula intra spidermal akibat proses ukontolisis (pemisahan sel-sel intra sel) dan

secara imunopatologi ditemukan antibody terhadap komponen dermosom  pada permukaan keratinosis jenis Ig I, baik terikat mupun beredar dalam

sirkulasi darah ( Djuanda:2001, hal :186)

Pemfigus adalah penyakit kulit yang ditandai dengan timbulnya sebaran gelembung secara berturut-turut yang mengering dengan meninggalkan  bercak-bercak berwarna gelap, dapat diiringi dengan rasa gatal atau tidak dan umumnya mempengaruhi keadaan umum si penderita. (Laksman: 1999, hal:261).

Pemfigus vulgaris adalah dermatitis vesikulobulosa reuren yang merupakan kelainan herediter paling sering pada aksila, lipat paha, dan leher  disertai lesi berkelompok yang mengadakan regresi sesudah beberapa minggu atau beberapa bulan (Dorland, 1998)

Pada penyakit pemfigus vulgaris timbul bulla di lapisan terluar dari epidermis klit dan membrane mukosa. Pemfigus vulgaris adalah “autoimmune disorder” yaitu system imun memproduksi antibody yang menyerang spesifik   pada protein kulit dan membrane mukosa. Antibodi ini menghasilkan reaks

yang menimbulkan pemisahan pada lapisan sel epidermis (akantolisis) satu sama lain karena kerusakan atau abnormalitas substansi intrasel. Tepatnya  perkembangan antibody menyerang jaringan tubuh (autoantibody) belum

diketahui.

Pemfigus vulgaris adalah dermatitis vesikulobulosa reuren yang merupakan kelainan herediter paling sering pada aksila, lipat paha, dan leher  disertai lesi berkelompok yang mengadakan regresi sesudah beberapa minggu atau beberapa bulan. Pemfigus vulgaris merupakan penyakit serius pada kulit yang ditandai dengan timbulnya bulla (lepuh) dengn berbagai ukuran (misalnya 1-10 cm) pada kulit yang tampak normal dan membrane mukosa (misalnya mulut dan vagina). (Muttaqin, 2011)

(7)

Pemfigus vulgaris adalah salah satu penyakit autoimun yang menyerang kulit dan membrane mukosa yag menyebabkan timbulnya bula atau lepuh  biasanya terjadi di mulut, idung, tenggorokan, dan genital . Pada penyakit  pemfigus vulgaris timbul bulla di lapisan terluar dari epidermis klit dan membrane mukosa. Pemfigus vulgaris adalah “autoimmune disorder” yaitu system imun memproduksi antibody yang menyerang spesifik pada protein kulit dan membrane mukosa. Antibodi ini menghasilkan reaksi yang menimbulkan pemisahan pada lapisan sel epidermis (akantolisis) satu sama lain karena kerusakan atau abnormalitas substansi intrasel. Tepatnya  perkembangan antibody menyerang jaringan tubuh (autoantibody) belum

diketahui.

2.3. Etiologi (Smeltzer Dan Bars, 2002, Hal:1879) 1. Genetik  

2. Obat-obatan

Kadang-kadang pemphigus vulgaris disebabkan oleh obat-obatan tertentu, meskipun hal ini jarang terjadi. Obat-obatan yang dapat menyebabkan kondisi ini meliputi:

- Obat yang disebut penicillamine, yang menghilangkan bahan-bahan tertentu dari darah (chelating agent)

- Obat tekanan darah yang disebut ACE inhibitor 

3. Disease association pemfigus (penyakit autoimun) terjadi pada pasien dengan penyakit autoimun yang lain, biasanya myasthenia gravis dan thymoma. Dimana sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang protein tertentu di permukaan kulit dan selaput lendir. Antibodi ini menimbulkan suatu reaksi yang menyebabkan pemisahan sel-sel epidermiskulit (akantolisis). Penyebab yang pasti dari pembentukan antibodi yang melawan jaringan tubuhnya sendiri, tidak diketahui.

4. Secondary disease. Sebagai penyakit penyerta seperti neoplasma

5. Pada neonatal yang mengidap pemfigus vulgaris karena terinfeksi dari antibody sang ibu.

(8)

6. Umur Insiden terjadinya pemfigus vulgaris ini meningkat pada usia 50-60 tahun.

2.4. Manifestasi Klinik 

Gejala klinis pemfigus vulgaris biasanya didahului dengan keluhan subyektif   berupa malaise, anoreksia, subfebris, kulit terasa panas dan sakit serta sulit menelan. Rasa gatal (pruritus) jarang didapat. Kelainan kulit ditandai dengan  bula derdinding kendor yang timbul di atas kulit normal atau pada selaput lendir. Lebih dari setengan penderita pemfigus vulgaris didapatkan lesi pada mukosa mulut yang akan diikuti beberapa bulan kemudian dengan lesi kulit. Bila bula itu pecah akan menimbulkan erosi yang akan terasa nyeri dan akan meluas ke bibir menyebabkan terjadinya fisura dengan krusta di atasnya. Bila lese mengenai faring, akan timbul kerusakan menelan karena sakitnya. Selaput lendir lain juga dapat terkena, seperti konjungtiva, hidung, vulva penis, dan mukosa rektum atau anus. Daerah predileksi biasanya mengenai muka, badan, daerah yang terkena tekanan, lipat paha dan aksila. Bula berdinding kendor  mula – mula berisi cairan jernih yang kemudian menjadi keruh (seropurulen) atau hemoragik. Dinding bula mudah pecah dan menimbulkan daerah – daerah erosi yang luas (denuded area), basah, mudah berdarah, dan tertutup krusta. Bila terjadi penyembuhan, lesi meninggalkan bercak – bercak  hiperpigmentasitanpa jaringan parut. Daerah – daerah erosi pada tubuh dan mulut menimbulkan bau yang merangsang dan tidak sedap. Tanda dariNikolsky dapat ditemukan dengan cara kulit yang terlihat normal akan terkelupas apabila ditekan dengan ujung jari secara hati – hati atau isi bula yang masih utuh melebar bila kita lakukan hal yang sama (bulla spread  phenomenon). Hal ini menunjukkan kohesi antara sel – sel epidermis telah

hilang.

Tanda dan gejala pemfigus : 1. Pemfigus Vulgaris

a. Kulit berlepuh, Ø 1-10 cm, bula kendur, mudah pecah, nyeri pada kulit yang terkelupas, erosi

(9)

c. Tanda nikolsky (vesikel dan bula) ada d. Kelamin, mukosa mulut 60%

e. Biasanya usia 30-60 tahun f. Bau specifik 

2. Pemfigus Eritematosus

a. Biasanya pada usia 60-70 tahun

 b. Lesi awal : daerah wajah, kulit kepala, punggung, seluruh tubuh  berupa bercak, eritematosa batas tegas ( seperti kupu-kupu pada wajah)

, krusta sifatnya kronis residif 

c. Dinding bula kendur, mudah pecah, erosif yang dikelilingi dasar  eritematosa, krusta dan skuama krusta basah, bau khas

d. Tanda nikolsky ada e. Mukosa mulut terkena 3. Pemfigus Bullosa

a. Biasanya usia 50-70 tahun

 b. Dinding bula tegang berisi cairan jernih/ hemoragic diatas kulit yang tampak normal atau eritema

c. Diameter bula bervariasi

d. Lesi mulut / genitalis ( 20 – 40 %) e. Tidak ada tanda nikolsky

4. Pemfigus Vegetans

a. pada usia lebih muda dibandingkan dengan pemfigus vulgaris  b. lesi awal dimukosa mulut berbulan-bulan

c. lesi kulit : lokasi inter triginose, wajah, kepala, hidung, extremitas, selluruh tubuh berupa bula kendur, mudah pecah, erosi vegetans, bau amis, hiperpigmentasi

(10)

2.5. Patofisiologi

Semua proses pemfigus sifat yang khas yaitu: P r oses akontolisis

Adanya antibody Ig G terhadap antigen diterminan yang ada pada  permukaan keratinosis yang sedang berdeferensiasi. Sebagian besar pasien,  pada mulanya ditemukan dengan testoral yang tampak sebagai erosi – erosi yang bentuknya ireguler yang terasa nyeri, mudah berdarah dan sembuh lambat. Bula pada kulit akan membesar, pecah dan meninggalkan daerah daerah erosi yang lebar serta nyeri disertai dengan pembentukan krusta dan  pembesaran cairan. Bau yang menususk dan khas akan memancar dari bula dan yang merembes keluar. Kalau dilakukan penekanan yang meminimalkan terjadinya pembentukan lepuh/ pengelupasan kulit yang normal ( tanda nikolsky ). Kulit yang erosi sembuh dengan lambah sehingga akhirnya daerah tubuh yang terkena sangat luas. Sekunder infeksi disertai dengan terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sering terjadi akibat kehilangan cairan dan protein ketika bula mengalami ruptur. Hipoalbuminemia sering dijumpai kalau proses penyakit mencakup daerah permukaan kulit tubuh dan membran mukosa yang luas. ( smeltzer dan Bars:2002, hal 1880)

(11)

Penyakit autoimun Obat-obatan genetik  PEMFIGUS Menimbulkan bula  pada kulit Meninggalkan erosi dan bau busuk 

Lesi kulit Mengalami

 penekanan

Kehilangan cairan dan protein Penampakan kulit

yang tidak baik 

Mengenai reseptor  nyeri

Kulit mengelupas Hilangnya cairan  jaringan Gangguan body image Gangguan rasa nyaman nyeri Takut  beraktifitas Sembuh lambat Kerusakan / gangguan integritas kulit Resiko tinggi infeksi Barier proteksi kulit dan membran mukosa hilang meluas Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Intoleransi aktifitas Terjadi kekakuan sendi Bedrest lama Decubitus

(12)

2.6. Komplikasi

1. Malignansi dari penggunaan imunosupresif biasanya ditemukan pada  pasien yang mendapat terapi immunosupresif.

2. Growth retardation, ditemukan pada anak yang menggunakan immunosupresan dan kortikosteroid.

3. Supresi sumsum tulang Dilaporkan pada pasien yang menerima imunosupresant. Insiden leukemia dan lymphoma meningkat pada  penggunaan imunosupresif jangka lama.

4. Osteoporosis. Terjadi dengan penggunaan kortikosteroid sistemik 

5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Erosi kulit yang luas, kehilangan cairan serta protein ketika bulla mengalami rupture akan menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Kehilangan cairan dan natrium klorida ini merupakan penyebab terbanyak gejala sistemik yang berkaitan dengan penyakit dan harus diatasi dengan  pemberian infuse larutan salin. Hipoalbuminemia lazim dijumpai kalau  proses mencapai kulit tubuh dan membrane mukosa yang luas.

2.7. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan visula oleh dermatologis.

 b. Biopsi lesi, dengan cara memecahkan bula dab membuan apusan untuk  diperiksa di bawah mikroskop atau pemeriksanaan immunofluoresent.

c. Tzank test, apusan dari dasar bula yang menunjukkan akantolisis.

 b. Nikolsky’s sign positif bila dilakukan penekanan minimal akan terjadi  pembentukan lepuh dan pengelupasan kulit.

2.8. Penatalaksanaan 1. Pemfigus vulgaris

a. Umum

- Perbaiki keadaan umum

- Atasi keseimbangan cairan ( input atau output ), elektrolit, tanda-tanda vital

(13)

 b. Sistemik 

- Kortikosteroid : Prednison 60-150 mg/hr   ( tergantung berat ringannya penyakit

- Tapering off disesuaikan dengan kondisi klinis dan kadar IgG dalam darah sampai dosis pemeliharaan

- Dapat dikombinasikan kortikosteroid dan sitostatika (Azotlapin 1-3 mg/kg BB ) untuk sparing efek.

- Antibiotika bila ada infeksi sekunder  

- KCL 3x500 mg/ hari

- Anabolik ( Anabolene 1x1 tablet/ hari ) c. Topikal

- Eksudatif : kompres

- Darah erosif : - Silver sulfadiazine - Krim antibiotik bila ada infeksi

- Kortikosteroid lemah untuk lesi yang tidah eksudatif 

2. Pemfigus Eritematosus a. umum

- Pengawasan keadaan umum, tanda vital, input atau output cairan dan elektrolit

- Diet lunak, TKTP, rendah garam  b. Sistemik 

- Kortikosteroid : prednison 60-100 mg/hr ( tergantung berat ringannya penyakit)

- Kombinasi kortikosteroid dan azatioprin (1-2 mg/kg BB) - Antibiotik : bila terdapat infeksi sekunder 

- Anbolik ( anabolene 1x1 tb/ hari) c. Topikal

- Untuk lesi basah : kompres - Untuk lesi erosif : mupirocin

(14)

- Untuk lesi berskuama : kompres hidrokortison 2,5 %, lanalcin 10 %, vaselin albumin 100

3. Pemfigus bulosa a. umum

- Pengawasan keadaan umum, tanda vital - Diet TKTP

- Hindari infeksi sekunder (K/P) infus untuk mengantisipasi gangguan cairan dan elektrolit

 b. Sistemik 

- Prednison 40-80 mg/hr, bila tampak perbaikan tapering off  - DDS 200-300 mg/hari

- Dapat diberikan gabungan prednison dengan imunosupresan lain - MTX 20-30 mg/ minggu interval 12 jam diberikan saat prednison

dosis 400 mg

- Azatioprin 50-150 mg/hr setelah 3-4 minggu kemudian dilakukan alternate day

- Anbolik bila ada infeksi sekunder  - CTM 3x1 tablet sehari ( bila gatal) c. Topikal

- Untuk lesi basah : kompres rivanol

- Untuk lesi erosi kering : kortikosteroid topikal - Antibiotik topikal

- Bula besar : aspirasi

4. Pemfigus vegetans a. Umum

- Pengawasan keadaan umum, tanda vital, input output cairan dan elektrolit

- Diet lunak, TKTP, rendah garam  b. Sistemik 

(15)

- Prednison 60-150 mg/hr, tapering off sesuai dengan kondisi klinis sampai dosis pemeliharaan

- Antibiotik bila ada infeksi sekunder  - Alternate dapseon 100-200 mg/hari - KCL 2x500 mg (k/p)

- Anabolik (anabolene 1x1 tablet sehari) c. Topikal

- Betadine gargle untuk kumur  - Bibir kenalog in arabase

- Garamicin krim atau fucidine krim 2xsehari untuk daerah erosif  - Untuk krusta : kompres salep antibiotik 

- Mandi PK / 10.000

2.9. Pencegahan

Pencegahan penyakit ini masih belum diketahui. Namun pencegahan ditujukan kepada pola hidup sehat dan tidak mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan, karena dari beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa golongan obat yang menjadi faktor pencetus pemfigus vulgaris.

2.10. Prognosis a. Jika tidak diobati

Sebelum pengobatan dengan steroid menjadi tersedia, hingga 8 dari 10 orang dengan PV meninggal dalam satu tahun atau lebih dari penyakit awal. Penyebab kematian adalah infeksiserius yang sering dikombinasikan dengan dehidrasi, yang dengan mudah terjadi jika Anda memiliki area luas baku kulit. (Setelah PV tidak diobati adalah sedikit seperti memiliki lukabakar pada kulit yang meluas, dengan risiko akibat infeksi dan dehidrasi.)

 b. Dengan pengobatan

Dengan pengobatan, lepuh biasanya sembuh dan berhenti membentuk, dan risiko kematian jauhberkurang. Banyak pasien dengan PV dapat memiliki  periode panjang remisi (penyakit tidak aktif). Namun, pengobatan tidak selalu  bekerja dengan baik dan efek samping dari pengobatankadang-kadang bisa

(16)

serius. Hari-hari ini, sekitar 1 dari 10 orang dengan PV meninggal karenakondisi mereka atau sebagai akibat dari efek samping yang berat dari  pengobatan

2.11. Asuhan Keperawatan I. Pengkajian fokus

1. Biodata

Umur : biasanya pada usia pertengahan sampai dewasa muda 2. Riwayat kesehatan

Keluhan utama : nyeri karena adanya pembentukan bula dan erosi

Riwayat penyakit dahulu : Riwayat alergi obat, riwayat penyakit keganasan ( neoplasma ), riwayat penyakit lain, Riwayat hipertensi

3. pola kesehatan fungsional Gordon yang terkait a. Pola Nutrisi dan Metabolik  

Kehilangan cairan dan elektrolit akibat kehilangan cairan dan protein ketika bula mengalami ruptur 

 b. Pola persepsi sensori dan kognitif   Nyri akibat pembentukan bula dan erosi c. Pola hubungan dengan orang lain

Terjadinya perubahan dalam berhubungan dengan orang lain karena adanya bula atau bekas pecahan bula yang meninggalkan erosi yang lebar 

d. Pola persepsi dan konsep diri

Terjadinya gangguan body image karena adanya bula/ bula pecah meninggalkan erosi yang lebar serta bau yang menusuk 

4. Pemeriksaan Fisik  Keadaan Umum : Baik 

Tingkat kesadaran : Composmentis Tanda – tanda vital :

TD : Dapat meningkat/ menurun  N : Dapat meningkat/ menurun

(17)

RR : Dapat meningkat/ menurun S : Dapat meningkat/ menurun Kepala : Kadang ditemukan bula Dada : Kadang ditemukan bula

Punggung : Kadang ditemukan bula dan luka dekubitus Ekstremitas : Kadang ditemukan bula dan luka dekubitus

5. Pemeriksaan penunjang

 b. Klinis anamnesis dan pemeriksaan kulit : ditemukan bula c. Laborat darah : hipoalbumin

d. Biopsi kulit : mengetahui kemungkinan maligna

e. Test imunofluorssen : didapat penurunan imunoglobulin

II. Diagnosa Keperawatan

1. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan dan protein

2. gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan lesi pada kulit,  pecahnya bula

3. resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier proteksi kulit dan membran mukosa

4. gangguan atau kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rupture bula dan daerah kulit yang terbuka

5. intoleransi aktfitas berhubungan dengan kelemahan fisik, kekakuan sendi 6. ganguan body image berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak 

 baik 

III. Intervensi

1. Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit Berhubungan Dengan Kehilangan Cairan Dan Protein

 Tujuan

Pemenuhan volume cairan yang optimal dan elektrolit seimbang

(18)

a. Pantau TTV, haluaran cairan urine dan waspada terhadap tanda-tanda hipovolemia

R: hipovolemia merupakan resiko utama yang harus segera ditangani

 b. Pantau haluaran urine setiap 1 jam sekali dan menimbang BB setiap hari

R: dapat memberikan informasi tentang status cairan

c. Pertahankan pemberian cainan infus dan atur tetesan sesuai dengan program

R: pemberian cairan yang adekuat guna mempertahankan keseimbangan cairan

d. Naikkan kepala dan tinggikan ekstremitas

R: peninggian akan meningkatkan aliran darah vena e. Hitung balance cairan

R: dapat memberikan informasi tentang input-output cairan.

2. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Berhubungan Dengan Lesi Pada Kulit, Pecahnya Bula

 Tujuan

 Nyeri berkurang atau hilang

 Intervensi

a. Periksa daerah yang terkena dan terlibat

R: pemahaman tentang luasnya dan karakteristik kulit untuk  memudahkan menyusun intervensi

 b. Kendalikan faktor-faktor iritan ( kelembaban, suhu, sabun ringan,  batasi pakaian, cuci linen)

R: rasa nyeri diperburuk ileh panas, bahan kimia dan fisik  c. Kaji skala nyeri

R: mengetahui perkembangan penyakit

d. Berikan tindakan kenyamanan dasar, seperti pijatan daerah atau area yang tidak sakit dan perubahan posisi sesering mungkin

(19)

R: meningkatkan relaksasi, menurunkan ketegangan otot dan kelelahan umum

e. Ajarkan manajemen stres seperti relaksasi nafas dalam dan distraksi

R: meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa kontrol yang menurunkan ketergantungan pada obat

f. Kolaburasi pemberian analgetik  R: untuk mengurangi nyeri

3. Resiko Tinggi Infeksi Berhubungan Dengan Hilangnya Barier Proteksi Kulit Dan Membran Mukosa

 Tujuan

Tidak terjadi infeksi

 Intervensi

a. Implementasi teknik isolasi yang tepat sesuai indikasi

R: menurunkan resiko terkontaminasi silang atau terpajan pada flora bakteri multiple

 b. Tekankan pentingnya teknik mencuci tangan yang baik  untuk semua individu yang kontak dengan pasien

R: mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi

c. Awasi atau batasi pengunjung bila perlu dan j elaskan  prosedur isolasi terhadap pengunjung bila perlu

R: mencegah kontamiasi silang dari pengunjung

d. Periksa luka setiap hari, perhatikan atau catat perubahan  penampakan bau atau kuntitas

R: mengidentifikasi adanya penyembuhan dan memberikan deteksi dini adanya infeksi.

e. Rawat luka dengan teknik aseptik   R: menurunkan resiko infeksi

(20)

4. Gangguan Atau Kerusakan Integritas Kulit Berhubungan Dengan Rupture Bula Dan Daerah Kulit Yang Terbuka

 Tujuan

Pemeliharaan integritas kulit

 Intervensi

a. Kompres yang basah dan sejuk atau therapi rendaman R : dapat mengurangi rasa nyeri

 b. Setelah dimandikan kulit segera dikeringkan dengan hati-hati dan taburi dengan bedah yang tidak mengiritasi

R : jumlah bedak yang cukup banyak mungkin diperlukan untuk  menjaga agar kulit pasien tidak lengket dengan sprei

c. Jangan menggunakan plester 

R: dapat menimbulkan pecahnya bula sehingga perlu diberikan  perban.

5. Intoleransi Aktfitas Berhubungan Dengan Kelemahan Fisik, Kekakuan Sendi

 Tujuan

Toleran terhadap aktifitas

 Intervensi

a. Kaji tingkat aktifitas pasien

R: untuk mengetahui tingkat ADL pasien  b. Anjurkan pasien untuk menghemat energi

R: untuk mengurangi energi c. Bantu pemenuhan ADL

R: agar tidak terjadi ADL d. Monitor TTV

R: aktifitas banyak dapat meningkatkan nadi e. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

(21)

6. Gangguan Body Image Berhubungan Dengan Penampakan Kulit Yang Tidak Baik 

 Tujuan

Pengembangan penerimaan diri

 Intervensi

a. Kaji adanya gangguan citra diri ( menghindar, kontak mata kurang)

R: gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit yang tampak  nyata

 b. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan emosi R: pasien butuh pengalaman didengarkan dan dipahami

c. Motivasi pasien untuk bersosialisasi dengan orang lain R: meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi

d. Motivasi supaya pasien memperbaiki citra tubuh R: meningkatkan kepercayaan diri

(22)

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pemfigus adalah kumpulan penyakit kulit autoimun terbuka kronik, menyerang kulit dan membran mukosa yang secara histologik ditandai dengan bula intra spidermal akibat proses ukontolisis (pemisahan sel-sel intra sel) dan secara imunopatologi ditemukan antibody terhadap komponen dermosom pada permukaan keratinosis jenis Ig I, baik terikat mupun beredar  dalam sirkulasi darah. Disebabkan oleh penyakit autoimun, genetik dan obat-obatan lain. Gejala klinis pemfigus vulgaris biasanya didahului dengan keluhan subyektif berupa malaise, anoreksia, subfebris, kulit terasa panas dan sakit serta sulit menelan. Rasa gatal (pruritus) jarang didapat. Pencegahan  penyakit ini masih belum diketahui. Namun pencegahan ditujukan kepada  pola hidup sehat dan tidak mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan, karena dari beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa golongan obat yang menjadi faktor pencetus pemfigus vulgaris. Sebelum pengobatan dengan steroid menjadi tersedia, hingga 8 dari 10 orang dengan PV meninggal dalam satu tahun atau lebih dari penyakit awal. Penyebab kematian adalah infeksiserius yang sering dikombinasikan dengan dehidrasi, yang dengan mudah terjadi jika Anda memiliki area luas baku kulit.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Kinkin S. 2008. Tampil Cantik Dengan Perawatan Sendiri. Jakarta: Gramedia pustaka utama

Brunner and suddath. 2001;  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta

Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Doengoes Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC, Jakarta

Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Mansjoer, Arif, Dkk, 1999;  Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Medikal Aesculapis

Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit   Edisi 2. Jakarta: EGC.

Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC Tan,Drs. H. T dan Drs. Kirana Rahardja. 2010. Obat-obat Sederhna Untuk 

Gangguan Sehari-hari. Jakarta: Elex media Komputindo.

Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Gambar

Gambar 1. Anatomi kulit 

Referensi

Dokumen terkait

Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis, penyakit batu ginjal perlu didukung dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan

Maksudnya kalau Syekh Muhammad Arsyad belajar ilmu ketuhanan dan tasawuf berdasarkan ayat-ayat Alquran yang telah diwahyukan kepada Nabi Saw dan tergambar dalam Shirah hidup

 Pada telapak tangan dan kaki mempunyai Pada telapak tangan dan kaki mempunyai susunan yang sangat khas yang disebut : susunan yang sangat khas yang disebut :

Dengan mengetahui potensi farmakologis dari BCAA, pentingnya albumin sebagai indikator dari fungsi hati dan juga pentignya fungsi hati sebagai faktor prognostik,

Hal ini juga relevan dengan hasil penelitian Taswan (2003), bahwa perusahaan dengan kepemilikan institutional yang besar mengindikasikan kemampuan untuk memonitor

Beberapa studi kasus optimasi pelapisan material viskoelastik pada struktur pelat elastik akan dicoba diselesaikan dengan menggunakan metode yang telah dikembangkan dalam

kepada ahli waris yang berbeda agama untuk dapat menerima harta warisan dari

Gambar 7.4 Tuberkulosis kutis verukosa. Tampak papula dengan permukaan kasar... Gambar 7'5 Tuberkulosis kutis verukosa. Makula eritematosa, permukaan kasar,