• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kasus Nefrolitiasis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kasus Nefrolitiasis"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi

Nefrolitiasis adalah kondisi medis yang ditandai dengan massa kecil dari kristal di dalam ginjal yang terbentuk dari mineral atau garam asam.

Gambar. Batu Ginjal 1.2 Epidemiologi

Abad ke-16 hingga abad ke-18 tercatat insiden tertinggi penderita batu saluran kemih yang ditemukan diberbagai negara di Eropa. Berbeda dengan eropa, di negara-negara berkembang penyakit batu ini masih ditemukan hingga saat ini, misalnya Indonesia, Thailand, India, Kamboja, dan Mesir.

(2)

1.3 Etiologi

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.

Faktor intrinsik antara lain :

1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya. 2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :

Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt.

1. Iklim dan temperatur

2. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi.

3. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.

4. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.

1.4 Patofisiologi

Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang

(3)

berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat. Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori :

1.Teori supersaturasi : Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.

2.Teori matriks : Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.

3.Teori kurang inhibitor : Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.

4.Teori epistaxi : Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama, salauh satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam urayt yanga berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.

5.Teori kombinasi : Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.

1.5 Gejala Klinis

Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada penderita batu ginjal antara lain :

1.Nyeri dan pegal di daerah pinggang : Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costoverteral. (Barbara. 1996:324)

2.Hematuria : Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik (Ilmu kesehatan anak, 2002:840)

(4)

asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang progresif. 4.Kencing panas dan nyeri

5.Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal

6. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing

1.7 Diagnosa

Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis, penyakit batu ginjal perlu didukung dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal.

A. Anamnesis

Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu sebelumnya sering mempunyai tipe nyeri yang sama.

B. Pemeriksaan Fisik

 Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi, berkeringat, dan nausea.

 Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat atau dengan hidronefrosis.

 Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal dan retensi urin.

 Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien dengan urosepsis.

(5)

C. Pemeriksaan penunjang

Radiologi. Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni.

Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perludilakukan pielografi retrograd.

Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil . Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu.

Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan penyebab batu.

1.8 Tatalaksana

1. Terapi medis dan simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik.

2. Litotripsi

Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.

(6)

3. Tindakan bedah

Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, alat gelombang kejut, atau bila cara non-bedah tidak berhasil.

(7)

BAB II

ILUSTRASI KASUS IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn B Umur : 62 tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Sungai Geringging Suku Bangsa : Minang

No. MR : 845977

ANAMNESIS

Seorang pasien laki-laki berumur 62 tahun dirawat di Bangsal Bedah RSUP DR.M Djamil Padang sejak tanggal 11 November 2013, dengan :

Keluhan Utama :

Nyeri pada pinggang kiri sejak 15 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Nyeri pada pinggang kiri sejak 15 hari yang lalu - Nyeri dirasakan hilang timbul

- Nyeri berkurang dengan pergerakan - Riwayat keluar batu saat BAK (-) - Riwayat kencing berpasir (+) - Nyeri saat BAK (-)

- Keluar darah saat BAK (-) - Demam (-)

- Riwayat makan jengkol sebelum masuk RS disangkal

- Pasien pernah menderita gejala yang sama pada tahun 2011 dan gejala menghilang dengan pengobatan, pasien tidak ingat obat apa yang diberikan

(8)

Riwayat penyakit dahulu :

♦ Pasien pernah menderita gejala yang sama pada tahun 2011 ♦ Riwayat penyakit gula tidak ada

Riwayat penyakit keluarga :

♦ Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala dan penyakit yang sama

PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Composmentis kooperatif Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuensi nadi : 88 x/menit Frekuensi nafas : 20 x/menit

Suhu : Afebri

Pemeriksaan Sistemik

Kepala : tidak ada kelainan

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Thorax : paru dan jantung dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal Extremitas : akral hangat, perfusi baik

Status Lokalis Regio Flank :

Inspeksi : Kiri Kanan

- Ramping pinggang + +

Palpasi :

- Nyeri tekan + +

(9)

Pemeriksaan Laboratorium Hemoglobin : 14,2 gr/dl Hematokrit : 38.9% Leukosit : 5000/mm3 Trombosit : 479.000/mm3 PT : 11,7 APTT : 39,6 Urinalisa Protein : - Glukosa : - Leukosit : 2-3 Eritrosit : 1-2 Silinder : - Kristal : - Epitel : Gepeng Bilirubin : - Urobilinogen : + Diagnosis Kerja Suspect nefrolitiasis Rencana Pemeriksaan : - BNO Tatalaksana: - Pembedahan Prognosis:

Quo ad Sanam : Bonam Quo ad Vitam : Bonam

(10)

DISKUSI

Pada kasus di atas, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan utama Nyeri pada pinggang kiri sejak 15 hari yang lalu. Nyeri dirasakan pasien hilang timbul dan berkurang dengan pergerakan. Pasien juga pernah menderita gejala yang sama pada tahun 2011, namun gejala menghilang dengan pengobatan.

Dari pemeriksaan fisik di bagian regio flank pada inspeksi tidak ditemukan kelainan, pada palpasi ditemukan adanya nyeri tekan dan ketok pada pinggang kiri. Berdasarkan pemeriksaan diatas ditegakkan diagnosis kerja suspek nefrolitiasis. Untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan BNO untuk menentukan lokasi batu ginjal. Pemeriksaan darah lengkap perlu dilakukan untuk persiapan pre operatif karena tatalaksana yang dilakukan pada pasien ini merupakan tindakan pembedahan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium darah menunjukkan bahwa hemoglobin pasien rendah akibat defisiensi eritropoetin yang berhubungan dengan gagal ginjal kronik,

Diagnosis kasus intoksikasi Gramoxone terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. DIAGNOSIS (KASUS)

Berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan sampel feses dan hematologi, kambing PE didiagnosis mengalami

Selain pemeriksaan fisik pada penderita batu ginjal juga perlu pemeriksaan lainnya seperti USG dan rontgen. Pemeriksaan urin dan darah di laboratorium tidak

Selain pemeriksaan fisik pada penderita batu ginjal juga perlu pemeriksaan lainnya seperti USG dan rontgen. Pemeriksaan urin dan darah di laboratorium tidak

Diagnosis: Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien dapat didiagnosis menderita Sindrom Koroner Akut (STEMI), sinus bradikardi,

a) Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan diagnosis utama dan diagnosis banding. b) Memberikan tindakan stabilisasi sesuai

 Identitas pasien  Tanggal dan waktu  Anamnesis sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit  Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis  Diagnosis  Rencana penatalaksanaan