• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH STYROFOAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH STYROFOAM"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

3R Kelompok Padat 1 Page 1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Styrofoam banyak dipilih digunakan di masyarakat sebagai pembungkus makanan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan.

Tetapi dari penelitian yang sudah banyak dilakukan, styrofoam mempunyai dampak terhadap lingkungan, kesahatan dan global warming. Dari dampak styrofoam tersebut, harus dipikirkan solusi untuk mengurangi styrofoam. Salah satunya adalah dengan dilakukan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).

1.2 Tujuan

 Mengetahui dampak styrofoam bagi kesehatan, lingkungan, dan global warming

(2)

3R Kelompok Padat 1 Page 2 BAB II

ISI

2.1 Styrofoam

2.1.1 Definisi Styrofoam

Styrofoam atau plastik busa masih termasuk golongan plastik. Umumnya Styrofoam

berwarna putih dan terlihat bersih. Bentuknya juga simpel dan ringan (Khomsam, 2003). Sebenarnya Styrofoam merupakan nama dagang yang telah dipatenkan oleh Perusahaan Dow Chemical untuk polystyrene foam. Oleh pembuatnya, Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan makanan. Styrofoam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara yang tidak dapat menghantar panas sehingga hal ini membuatnya menjadi insulator panas yang baik (InfoPOM, 2008). Sifat – sifat styrofoam :

 Mempunyai berat jenis yang relatif ringan.

 Mudah larut dalam pelarut hidrokarbon aromatik dan berklor, seperti benzena dan carbon tetrachlorida.

 Tahan terhadap asam, basa, dan zat korosif lainnya.

 Mempunyai titik leleh pada suhu 102-106oC.

 Mampu menahan panas.

2.1.2 Proses Pembuatan Styrofoam

Styrofoam atau foamed polysterene (FPS) yang ringan dan praktis ini masuk dalam kategori jenis plastik. Sytrofoam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin dan me-nguapkan sisa blowing agent. Bahan dasar yang digunakan adalah 90-95% polysterene dan 5-10% gas seperti n-butana atau n-pentana. Polysterene yang berciri khas ringan, kaku, tembus cahaya, rapuh dan murah. Bahan yang lebih dikenal sebagai gabus ini memang praktis, ringan, relatif tahan bocor dan bisa menjaga suhu makanan dengan baik. Inilah yang membuat bahan ini amat disukai dan banyak

(3)

3R Kelompok Padat 1 Page 3

dipakai, termasuk dalam industri makanan instan. Namun bahan ini sebenarnya tak kalah berbahaya dengan plastik.

Karena sifatnya yang rapuh maka polistiren dicampur seng dan senyawa butadien. Hal ini menyebabkan polistiren kehilangan sifat jernihnya dan berubah warna menjadi

putih susu. Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zat

plasticier seperti dioktilptalat (DOP), butil hidroksi toluene (BHT), atau n-butyl stearat.

Kandungan zat pada proses terakhir inilah menurut penelitian kimia LIPI dapat memicu timbulnya kanker dan penurunan daya pikir anak.

Kemudian proses pembuatannya ditiup dengan blowing agent yaitu gas chlorofluorocarbon (CFC), sehingga membentuk buih (foam). Plastik busa yang mudah terurai menjadi struktur sel-sel kecil merupakan hasil proses peniupan tersebut (Manurung.2008).

CFC merupakan senyawa gas yang disebut sebagai penyebab timbulnya lubang ozon diplanet Bumi. Dan sekarang telah digunakan blowing agent yang lebih ramah lingkungan, seperti HCFCs, walaupun belum 100% ramah lingkungan.

2.1.3 Bahaya Styrofoam

2.1.3.1 Dampak bagi Kesehatan

Kandungan Styrofoam dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia, khususnya pada Styrofoam yang digunakan sebagai wadah atau kemasan makanan. Karena bahan-bahan kimia yang terkadung di dalamnya dapat bermigrasi ke makanan yang dikonsumsi manusia. WHO (World Health Organization), EPA (Environmental Protection Agency) dan beberapa lembaga lainnya malah sudah mengategorikan styrofoam sebagai bahan karsinogen karena benzen yang digunakan untuk memproses butiran styrene merupakan larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem percernaan tidak bisa dikeluarkan melalui feses ataupun urine. Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terbalut lemak. Inilah yang bisa memicu munculnya penyakit kanker. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang juga mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia. Selain kanker, masalah yang paling banyak ditemui ada pada kelenjar tyroid. Sehingga

(4)

3R Kelompok Padat 1 Page 4

menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung sulit tidur, badan gemetaran, dan mudah gelisah.

Saat benzena termakan, zat juga akan masuk ke sel-sel darah dan lama-lama akan merusak sumsum tulang belakang, bahkan efek selanjutnya akan timbul anemia, sistem imun yang berkurang.

Hasil survei di AS pada tahun 1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf.

Faktor yang mempengaruhi perpindahan zat kimia pada Styrofoam ke dalam makanan, antara lain:

1. Suhu yang tinggi

Semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan.

2. Kadar lemak tinggi

Bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan dengan lebih cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi.

3. Kadar alkohol dan asam yang tinggi

Bahan alkohol dan asam mempercepat laju perpindahan. 4. Lama kontak

Semakin lama makanan disimpan dalam wadah Styrofoam semakin besar kemungkinan jumlah zat kimia yang bermigrasi ke dalam makanan.

Styren, bahan dasar styrofoam, memang bersifat larut lemak dan alkohol. Karena itu, wadah dari jenis ini tidak cocok untuk tempat susu yang mengandung lemak tinggi. Begitu pun dengan kopi yang dicampur krim. Padahal, tidak sedikit restoran cepat saji yang menyuguhkan kopi panasnya dalam wadah ini

Masalah kesehatan yang dapat muncul setelah terpapar jangka panjang antara lain :

(5)

3R Kelompok Padat 1 Page 5

- Menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat, dengan gejala seperti sakit kepala, letih, depresi, disfungsi system syaraf pusat (waktu reaksi, memori, akurasi dan kecepatan visiomotor, fungsi intelektual), hilang pendengaran, dan neurofati periperal.

- Beberapa penelitian epidemiologik menduga bahwa terdapat hubungan antara paparan stirena dan meningkatnya risiko leukemia dan limfoma. - Berdasarkan data IARC, stirena termasuk bahan yang diduga dapat

menyebabkan kanker pada manusia.

- Monomer stirena dapat masuk ke dalam janin jika kemasan polistirena digunakan untuk mewadahi pangan beralkohol, karena alkohol bersifat dapat melintasi plasenta. Hal ini menjelaskan mengapa dalam jaringan tubuh anak-anak ditemukan monomer stirena meskipun anak-anak-anak-anak tersebut tidak pernah terpapar secara langsung. Monomer stirena juga dapat mengkontaminasi ASI, hal ini dibuktikan dalam penelitian di New Jersey yang menyebutkan bahwa 75% dari 12 sampel ASI telah terkontaminasi oleh stirena (BPOM RI.2007).

2.1.3.2 Dampak bagi Lingkungan

Bagi lingkungan, styrofoam adalah musuh besar yang paling dihindari. Karena sifatnya yang tidak bisa diuraikan oleh alam sama sekali dan sulit didaur ulang karena kurangnya fasilitas daur ulang yang sesuai.

Dimulai dari proses produksi yang menghasilkan limbah yang sangat berbahaya. Data dari EPA (Environmental Protection Agency) limbah hasil pembuatan styrofoam ditetapkan sebagai limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Bau pada proses produksinya mampu mengganggu pernapasan dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara.

Setelah digunakan untuk waktu yang sangat singkat (hanya untuk menaruh membungkus makanan untuk sementara waktu atau melapisi barang elektronik sampai barang itu dibeli) styrofoam yang sudah diproduksi dalam jumlah banyak itu dibiarkan menumpuk dan mencemari lingkungan dan merusak keseimbangan kehidupan biota laut.

(6)

3R Kelompok Padat 1 Page 6 2.1.3.3 Styrofoam dan Global Warming

Sementara itu Cloro Fluoro Carbon (CFC) sebagai bahan peniup pada pembuatan styrofoam merupakan gas yang tidak beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya, gas ini baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun. Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang karena tidak bereaksi, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berbahaya.

Gas ini akan melayang di udara mencapai lapisan ozon di atmosfer dan akan terjadi reaksi serta akan menjebol lapisan pelindung bumi serta menimbulkan efek rumah kaca.

CFC adalah salah satu Gas Rumah Kaca, yang bila berada di atmosfer menyerap sinar inframerah yang dipantulkan oleh bumi. Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global (2008).

Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca bergantung pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di atmosfer dan kemampuan penyerapan energi.

Makin panjang waktu tinggal gas di atmosfer, makin efektif pula pengaruhnya terhadap kenaikan suhu. Kemampuan Gas-gas Rumah Kaca dalam penyerapan panas (sinar inframerah) seiring dengan lamanya waktu tinggal di atmosfer dikenal sebagai GWP, Greenhouse Warming Potential. GWP adalah suatu nilai relatif dimana karbon dioksida diberi nilai 1 sebagai standar.

Zat-zat chlorofluorocarbon, mempunyai nilai GWP lebih tinggi dari 10.000. Itu berarti bahwa satu molekul zat chlorofluorocarbon mempunyai efek rumah kaca lebih tinggi dari 10.000 molekul karbon dioksida. Dengan kata lain, makin tinggi nilai GWP suatu zat tertentu, makin efektif pula pengaruhnya terhadap kenaikan suhu (----.2008).

Kalau tidak ada lapisan ozon, radiasi cahaya ultraviolet mencapai permukaan bumi dan menyebabkan kematian organisme, tumbuhan menjadi kerdil, ganggang di lautan mati, terjadi mutasi genetic, menyebabkan kanker kulit atau kanker retina mata. Menurut pengamatan melalui pesawat luar angkasa, lubang ozon di

(7)

3R Kelompok Padat 1 Page 7

atas Kutub Selatan semakin lebar. Saat ini, lubang ozon sudah meluas sampai tiga kali benua Eropa. Jika lubang ozon melebar, sinar ultraviolet yang memasuki bumi semakin tinggi intensitasnya. Ekosistem laut dan pertanian terganggu dan insiden penyakit kanker kulit meningkat. Karena itu penggunaan gas CFC harus dibatasi atau bahkan dihentikan.

Contoh penggunaan styrofoam yang membahayakan :

2.2 Prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) pada Styrofoam 2.2.1 Reduce

Reduce pada styrofoam berarti mengurangi penggunaan styrofoam dengan cara :

 Penggantian Styrofoam sebagai wadah makanan dengan menggunakan material lain yang lebih ramah lingkungan seperti daun dan kertas.

 Membawa wadah sendiri untuk bekal makanan atau minuman, Alternatif penggantian styrofoam

(8)

3R Kelompok Padat 1 Page 8

2.2.2 Reuse

Reuse adalah upaya penggunaan limbah untuk digunakan kembali tanpa mengalami proses pengolahan dan perubahan bentuk. Reuse dapat dilakukan di dalam atau di luar daerah proses produksi yang bersangkutan.

Reuse yang diterapkan pada styrofoam diantaranya adalah dengan menggunakan styrofoam dalam bentuk :

 Produk seni (styrobot)

 Pot tanaman hias

 Celengan / tempat pernik cantik

Styrobot Pot tanaman hias Celengan

2.2.3 Recycle

Recycle adalah upaya pemanfaatan limbah dengan cara proses daur ulang melalui pengolahan fisik atau kimia, baik untuk menghasilkan produk yang sama maupun produk yang berlainan. Daur ulang dapat dilakukan di dalam atau di luar proses produksi yang bersangkutan.

Recycle yang diterapkan pada styrofoam diantaranya adalah mendaur ulang styrofoam menjadi :

(9)

3R Kelompok Padat 1 Page 9

 Batako

 Benang semi sintetis

 Beton styrofoam ringan

 Pot tanaman

 Art styrofoam

 Cover CD

 Triplek ramah lingkungan

a. Daur ulang styrofoam menjadi batako

Masalah lain yang akan muncul dalam penggunaan styrofoam adalah pada limbah styrofoamnya. Seperti yang telah diketahui, Styrofoam merupakan jenis plastik polystyrene yang memiliki sifat sangat sukar untuk didaur ulang. Adapun melalui proses pembakaran, tentunya akan mengeluarkan gas-gas toksik yang tentunya akan berbahaya bagi kesehatan manusia dan juga lingkungan. Sampai saat ini pun masalah daur ulang dari styrofoam merupakan masalah serius yang belum terpecahkan solusinya. Sehingga sampai saat ini sudah banyak negara-negara yang telah melarang penggunaan styrofoam sebagai tempat makanan, seperti di Cina dan banyak negara bagian di Amerika. Adapun di ITB, pemakaian styrofoam dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, unit, ataupun kegiatan himpunan telah dilarang oleh pihak rektorat, alasannya tidak lain karena masalah pendaur-ulangan dari material styrofoam tersebut yang sangat sukar.

Namun, baru-baru ini limbah styrofoam bisa menjadi batako ataupun batu bata. Dengan proses sederhana, styrofoam dapat diubah menjadi produk yang lebih bermanfaat dengan harga bersaing dengan batako biasa. Dalam pengolahannyapun akan dapat lebih menghemat bahan baku untuk membuat batako yang biasa. Pada pengolahannya, styrofoam digiling seperti jagung. Kemudian, dicampur pasir dan ditambah semen, lalu dicetak. Dengan komposisi 50% styrofoam, 40% pasir, dan 10% semen. Sehingga dalam hal ini, penggunaan styrofoam akan dapat menghemat pasir dan semen sekitar 50%.

(10)

3R Kelompok Padat 1 Page 10

Dalam hal kekuatannya pun, batako yang terbuat dari styrofoam ini cukup kuat, dan dari sifat styrofoam sendiri yang memiliki sifat hidrofob (menolak air), sehingga membuat tanah tidak lembab. Pengolahan styrofoam menjadi batako ini merupakan suatu terobosan dari masalah atas kesulitan daur ulang dari styrofoam di banyak negara. Yang tentunya akan menimbulkan banyak keuntungan dari segi ekonomi serta dari segi lingkungan hidup, serta dapat menjadi solusi alternatif atas masalah dari daur ulang limbah styrofoam.

Keuntungan menggunakan batako dari styrofoam :

 Lebih tahan guncangan

 Mampu meredam suara

 Menghemat 50 % kebutuhan pasir

 Bobotnya lebih ringan

Langkah pembuatan batako styrofoam

styrofoam yang berbentuk lem baran digiling sampai hancur menjadi butiran - butiran

kecil

butiran styrofoam dicampur dengan pasir

dan semen dan air

pencetakan dari adonan bahan baku dengan meng

gunakan mesin pencetakan penjemuran batako

styrof oam yang memer lukan waktu setengah

(11)

3R Kelompok Padat 1 Page 11 Penggilingan

Pencampuran

Pencetakan

(12)

3R Kelompok Padat 1 Page 12

b. Daur ulang styrofoam menjadi sintetik Proses daur ulang

Langkah 1

Langkah 2

Pencacahan Styrofoam

Pencampuran 0,5 gram styrofoam & 10 mili minyak kayu putih

Tunggu 5 -10 menit hingga benar -benar cair

Blender serat dari tanaman lidah mertua

Pencampuran Cairan styrofoam &

Lidah mertua

(13)

3R Kelompok Padat 1 Page 13

Langkah 3

c. Daur ulang styrofoam menjadi triplex ramah lingkungan Proses daur ulang

Cairan styrofoam tersebut kemudian ditarik sesuai ukuran

benang yang diinginkan

Untuk menghasilkan seutas benang diperlukan 7 kali

penarikan.

cairan styrofoam yg sudah berbentuk benang didiamkan diudara terbuka supaya mengeras

Untuk menghasilkan benang dalam jumlah banyak digunakan mesin

pemintal.

Pencampuran Cairan styrofoam &

Lidah mertua

Penambahan serat-serat Lidah Mertua

(14)

3R Kelompok Padat 1 Page 14

Produk daur ulang styrofoam

Batako Pot Benang sintetis

Art Styrofoam

2.3 Manfaat 3R pada Styrofoam

Dengan dilakukan prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle), styrofoam yang ada di lingkungan dapat dimanfaatkan kembali menjadi benda yang lebih bermanfaat dan lebih menguntungkan. Selain itu dengan dilakukan 3R pada styrofoam, dampak lingkungan dapat terkurangi.

(15)

3R Kelompok Padat 1 Page 15 2.4 Aspek Keuangan

 Perhitungan Kebutuhan Modal Modal Investasi

1 Tanah dan Bangunan 15.000.000

2 Peralatan Produksi Mesin Penggiling 1.000.000 Mesin Pengaduk 1.000.000 Mesin Pencetak 1.000.000 Ayakan 50.000 Sekop (@5 x 50.000) 250.000 Modal Kerja 1 Semen (10 kg x 30 hari x 10.000) 3.000.000 2 Pasir (40 kg x 78,03 x 30 hari) 93630 3 Air 100.000 4 Listrik 100.000 5 Gaji karyawan (@3 x 550.000) 1.650.000

6 Biaya tidak terduga (10% x 4.943.630) 494.363

Jumlah 23.737993

 Perhitungan Biaya Produksi Per-Tahun Biaya Tetap (Fixed Cost)

1 Gaji karyawan (12 bln x 1.650.000) 19800.000

2 Penyusutan gedung (5% x 15.000.000) 750.000

3 Penyusutan peralatan (10% x 3.300.000) 330.000

4 Supervisi mutu dan produk (12 bln x 50.000) 600.000

5 Bunga modal tetap (18% x 18.300.000) 3.294.000

6 Bunga modal kerja (18% x 5.437.993) 978.839

Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost)

1 Semen (12 bln x 3.000.000) 36.000.000

2 Pasir (12 bln x 93.630) 1.123.560

(16)

3R Kelompok Padat 1 Page 16

4 Listrik (12 bln x 100.000) 1.200.000

Jumlah 65.276.399

 Penerimaan

1 Penerimaan penjualan / bulan

Batako kecil 3.000 buah x 2.000 6.000.000

Batako besar 1.500 buah x 5.000 7.500.000

Jumlah 13.500.000

2 Penerimaan penjualan / tahun (12 bln x 13.500.000) 162.000.000

 Perhitungan Rugi-Laba Penerimaan Bersih Penjualan

1 Penerimaan penjualan 162.000.000

2 Biaya produksi 65.276.399

3 Pajak penjualan (10% x 162.000.000) 16.200.000

Penerimaan kotor 80.523.601

4 Pajak penghasilan (15% x 80.523.601)

Penghasilan penjualan bersih per tahun 12.078.540

Penerimaan Bersih Per Tahun

1 Penerimaan bersih penjualan 12.078.540

2 Penyusutan gedung 750.000

3 Penyusutan peralatan 330.000

Total penerimaan bersih per tahun 10.998.540

 Analisis Finansial

Pengembalian modal = (jumlah modal tetap/jumlah penerimaan pertahun) x 1 tahun

= (18.300.000/10.998.540) x 1 tahun

(17)

3R Kelompok Padat 1 Page 17 BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Styrofoam merupakan limbah yang tidak bisa diolah, mempunyai dampak terhadap kesehatan dan global warming

 Prinsip 3R yang diterapkan pada styrofoam dapat menghasilkan produk yang bernilai guna dari sebelumnya dan menguntungkan, seperti batako, benag sintetis, triplex ramah lingkungan dll.

3.2 Saran

 Untuk mengurangi konsumsi styrofoam, sebaiknya konsumen menggunakan kemasan makanan yang aman atau wadah yang dibawa dari rumah

 Produksi styrofoam untuk kemasan makanan sebaiknya dikurangi

 Sebaiknya pemerintah mendukung usaha yang dilakukan masyarakat dalam mengolah styrofoam

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Penelitian Skripsi dengan judul Sistem Informasi Pendataan Inpasing Guru Pegawai Negeri Sipil Dan Guru Non Pegawai Negeri Sipil Berbasis On-Line

Di Kota Bandung belum tumbuh perasaan kewargaan yang kuat yang mengikat, baik orang Sunda maupun bukan-Sunda sebagai warga kota, meskipun ada juga potensinya

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR PADA PEMBELAJARAN IPS.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat suku bunga, pendapatan dan uang muka terhadap minat masyarakat dalam pemanfaatan kredit pemilikan rumah di

Dalam tulisan ini digambarkan organisasi, desain, proses, pola, dan metode praktik perencanaan strategis TI yang telah terbukti dan secara konstan berkembang melalui

Entered Variables Removed Method 1 INFLASI, GOLD,. KURS,

Bagian ini berisi analisa serta perancangan yang dibutuhkan untuk membuat sebuah Game Edukasi Menyusun Kata dalam Bahasa Inggris dengan Melawan Zombie..

Maka dapat ditarik kesimpulan yaitu tidak ada perbedaan hasil belajar kognitif siswa menggunakan media pembelajaran berbasis Adobe Flash buatan mahasiswa pendidikan