• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Teori Leukoma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dasar Teori Leukoma"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KELAINAN KORNEA 1. Erosi : Lepasnya epitel tanpa / belum ada infeksi 2. Infiltrat : Sebukan sel radang

a. Superfisial : Disertai kerusakan epitel à tes Flouresin (+) tes positif

b. Profunda : Didaerah stroma à tes Fl (-) Warna putih abu-abu, bentuk bervariasi, batas tidak tegas, disertai tanda radang

3. Edem : Kornea tampak suram Penyebab : - Radang / Infeksi - Kerusakan Endotel

- Tekanan bola mata tinggi.

4. Sikatriks : Jaringan parut Putih, batas tegas, radang (-). Fluoresin tes (-) Ketebalan: Nebula, makula, leukoma (paling tebal).

KERATITIS Definisi

Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrat sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh, biasanya diklasifikasikan dalam lapisan yang terkena seperti keratitis superficial, intertitisial dan profunda.

Faktor Resiko Keratitis

• Perawatan lensa kontak yang buruk; penggunaan lensa kontak yang berlebihan • Herpes genital atau infeksi virus lain

• Imunodefisiensi • Higienis buruk

• Nutrisi kurang baik (kekurangan vitamin A) • Defisiensi air mata

• Trikiasis • Infeksi Klasifikasi

(2)

1. Keratitis Superficial, dapat dibagi menjadi: A. Keratitis epitelial, tes fluoresin (+), misalnya:

i. Keratitis pungtata superfisial pada moluskum kontagiosum, konjungtivitis kataral, morbili, verucca vulgaris

Keratitis Pungtata Superfisialis adalah suatu keadaan dimana sel-sel pada permukaan kornea mati. Mata biasanya terasa nyeri, berair, merah, peka terhadap cahaya (fotofobia) dan penglihatan menjadi sedikit kabur. Keratitis ini dapat bersifat ulseratif atau non ulseratif.

ii. Keratitis herpetika a. Herpes simpleks

Dibedakan menjadi infeksi primer dan infeksi kekambuhan.

Infeksi primer: yaitu infeksi pada seseorang yang tidak mempunyai antibodi terhadap herpes simplek. Terdapat pada usia 6 bulan sampai 6 tahun. Dapat terjadi tanpa gejala klinik atau dengan gejala klinik yang ringan. Dapat pula berupa erupsi kulit atau anogenital, kelainan di kedua mata. Kelainan primer di mata dapat berupa:

• Vesikel di kelopak mata atau matgo palpebra • Konjungtivitis folikularis

• Keratitis pungtata superfisialis yang dapat berkembang menjadi liniaris, fasikularis dan dendritikus.

• Terdapat pembesaran dari kelenjar preaurikuler. Infeksi Kekambuhan

Merupakan infeksi pada seseorang yang telah mempunyai antibodi terhadap herpes simpleks dan dicetuskan oleh berbagai trigger. Kelainannya di mata berupa kelainan epitel dan stroma. Di samping kelainan lain seperti pada

(3)

keratitis pada umumnya, sensibilitas kornea pada keratitis herpes simpleks juga menurun. Yang paling karakteristik adalah bentuk dendrit. Dapat terjadi pada wanita maupun pria. Dari usapan ulkus, virus herpes simpleks dapat dibiak dalam membran khorioalantoin dari embrio ayam yang sedang tumbuh. Yang termasuk dalam keratitis superfisial ulseratif adalah keratitis pungtata superfisial, liniaris, filamentosa, dendritika, dan geografika.

b. Herpes zoster

Bila telah terdapat vesikel di ujung hidung, berarti N. Nasosiliaris terkena, maka biasanya timbul kelainan di kornea, di mana sensibilitasnya menurun tetapi penderita menderita sakit. Keadaan ini disebut anestesia dolorosa. Pada kornea tampak infiltrat yang bulat, letak subepitel, disertai injeksi perikornea. Infiltrat ini dapat mengalami ulserasi yang sukar sembuh. Kadang-kadang infiltrat ini dapat bersatu membentuk keratitis disiformis. Kadang juga tampak edema kornea disertai lipatan-lipatan dari membran Descement.

B. Keratitis subepitelial, tes fluoresin (-), misalnya: i. Keratitis numularis dari Dimmer

Keratitis ini diduga oleh virus. Klinis tanda-tanda radang tidak jelas, di kornea terdapat infiltrat bulat-bulat subepitelial, dimana di tengahnya lebih jernih, disebut halo. Keratitis ini bila sembuh akan meninggalkan sikatrik yang ringan.

ii. Keratitis disiformis dari Westhoff

Keratitis ini awalnya banyak ditemukan pada petani di pulau Jawa. Penyebabnya adalah virus yang berasal dari sayuran dan binatang. Di kornea tampak infiltrat bulat-bulat, yang ditengahnya lebih padat daripada di pinggir. Umumnya menyerang usia 15-30 tahun.

C. Keratitis stromal, tes fluresin (+), misalnya: i. Keratitis neuroparalitik

ii. Keratitis et lagoftalmus

Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada ektropion palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma dimana mata tidak terdapat reflek mengedip. Umumnya bagian yang terkena adalah kornea bagian bawah.

(4)

2. Keratitis profunda, tes fluoresin (-), misalnya: A. Keratitis interstisial B. Keratitis sklerotikans C. Keratitis disiformis Klasifikasi lain: • Keratokonjungtivis Flikten

Terutama didapatkan pada anak-anak dengan kebersihan yang buruk. Biasanya didapatkan pembesaran kelenjar leher dan tonsil. Di kornea, flikten merupakan benjolan dengan diameter 1-3 mm berwarna abu-abu dan menonjol di atas permukaan kornea. • Keratokonjungtivis Sika

Terjadi akibat kekeringan pada bagian permukaan kornea dan konjungtiva. Kekeringan ini dapat disebabkan kurangnya komponen lemak, kurangnya air mata, kurangnya komponen musin, penguapan berlebihan dll. Penderita akan mengeluh mata gatal, fotofobia, berpasir, dll.

• Keratitis Rosasea

Keratitis yang didapat pada orang yang menderita acne rosasea, yaitu penyakit dengan kemerahan di kulit, disertai akne di atasnya.

• Keratitis filamentosa

Keratitis yang disertai adanya filamen mukoid dan deskuamasi sel epitel pada permukaan kornea. Penyebabnya tidak diketahui. Dapat disertai penyakit lain seperti keratokonjungtivitis sika, sarkoidosis, trakoma, pemfigoid okular, pemakaian lensa kontak, edema kornea, keratokonjungtivitis limbik superior (SLK), diabetes melitus, trauma dasar otak, keratitis neutrofik, dan pemakaian antihistamin.

Kelainan ini ditemukan pada gejala sindrom mata kering (dry eye syndrome), diabetes melitus, pascabedah katarak, dan keracunan kornea oleh obat tertentu.

Filamen terdiri atas sel dan sisa mukoid, dengan dasar bentuk segitiga yang menarik epitel. Epitel yang terdapat pada filamen terdapat defek epitel disertai kekeruhan epitel berwarna abu-abu. Gejalanya berupa rasa kelilipan, sakit, silau, blefarospasme, dan epifora. Dapat berjalan akut maupun menahun. Mata merah dan terdapat defek epitel kornea.

(5)

Pengobatan dilakukan dengan larutan hipertonik NaCl 5%, air mata hipertonik. Mengangkat filamen dan bila mungkin memasang lensa kontak lembek.

PATOFISIOLOGI

Kornea disarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus dan saraf nasosiliar. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga terjadi dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Karena kornea avaskular, maka pertahanan sewaktu peradangan tak dapat segera datang. Maka badan kornea, sel-sel yang terdapat di dalam stroma segera bekerja sebagai makrofag baru kemudian disusul oleh pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikorneal. Sesudahnya baru terjadi infiltrat, yang tampak sebagi bercak berwarna kelabu, keruh, dan permukaan yang licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbul ulkus kornea yang dapat menyebar ke permukaan dalam stroma.

Pada peradangan yang hebat, toksin dari kornea dapat menyebar ke iris dan badan siliar dengan melalui membran descement dan endotel kornea. Dengan demikian iris dan badan siliar meradang dan timbulah kekeruhan di cairan COA, disusul dnegan terbentuknya hipopion. Bila peradangan terus mendalam, tetapi tidak mengenai membran descement dapat timbul tonjolan membran descement yang disebut mata lalat atau descementocele.

Pada peradangan yang terdapat di permukaan penyembuhan dapat berlangsung tanpa pembentukan jaringan parut. Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut yang dapat berupa nebula, makula, atau leukoma. Bila ulkusnya lebih mendalam lagi dapat timbul perforasi yang dapat mengakibatkan endophtalmitis, panophtalmitis, dan berakhir dengan ptisis bulbi.

Gejala Dan Tanda

Manifestasi yang menyertai pada penderita keratitis adalah : • Inflamasi bola mata yang jelas

• Terasa ada benda asing di mata

• Cairan mukopurulen dengan kelopak mata saling melekat satu sama lain

• Rasa silau di mata dikarenakan pembuluh darah iris dilatasi, kontraksi iris yang meradang –> menutupi pandangan sehingga berpendar jika kena cahaya

• Blefarospasme –> Karena rasa sakit yg diperhebat oleh gesekan palpebra superior • Epifora –> rangsang nyeri sehingga reflek air mata meningkat.

(6)

• Kabur : karena kornea berfungsi sebagai jendela mata bila infiltrat di sentral

ULKUS KORNEADefinisi

Hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.

Ulkus kornea dibedakan dalam bentuk : 1. Ulkus kornea sentral

2. Ulkus kornea perifer

Etiologi

Faktor-faktor pencetus terjadinya ulkus kornea:

1. Adanya kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan adanya insufisiensi sistem lakrimal, sumbatan saluran lakrimal.

2. Faktor eksternal; luka pada kornea (erosio kornea) karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka.

3. Kelainan-kelainan kornea yang di sebabkan oleh: edema kornea kronik, exposure keratitis (lagoftalmus, anastesi umum, koma, dan kelainan palpebra seperti koloboma).4

4. Kelainan-kelainan sistemik: malnutrisi, alkoholisme, sindroma Steven Johnson, sindroma defisiensi imun.

5. Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun misalnya kortikosteroid IDU (Idoryuridine), anastetik lokal dan golongan imunosupresif lainnya.

(7)

1. Bakteri. Bakteri yang sering mengakibatkan ulkus kornea adalah streptokokkus α-hemolitik, stafilokokkus aureus, moraxella likuefasiens, pseudomonas aeruginosa, nocardia asteroids, alcaligenes sp., streptokokkus anaerobic, streptokokkus β-hemolitik, enterobakter hafnia, proteus sp., stafilokokkus epidermidis, dan moraxella sp. 2. Virus 3. Jamur 4. Reaksi hipersensitivitas. Gejala Klinis Gejala subjektif : a.Rasa sakit pada mata b.Mata merah

c.Sensasi benda asing d.Silau

e.Air mata banyak keluar f.Penglihatan menurun

Gejala objektif :

a. Opasitas kornea berwarna putih b. Hipopion bisa ada atau tidak c. Konjunctiva merah

Klasifikasi berdasarkan letak

(8)

1. Ulkus kornea sentral

a. Ulkus kornea bakterialis b. Ulkus kornea fungi c. Ulkus kornea virus

d. Ulkus kornea acanthamoeba 2. Ulkus kornea perifer

a. Ulkus marginal

b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden) c. Ulkus cincin (ring ulcer)

Klasifikasi berdasarkan derajat

Perjalanan Penyakit

Ulkus kornea dapat meluas ke dua arah, yaitu melebar dan mendalam. Ulkus kecil dan superfisial lebih cepat sembuh dan konea dapat menjadi jernih kembali.Tetapi bila ulkus turut menghancurkan membran yang baru sehingga menimbulkan sikatrik. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan hipopion. Hipopion adalah pus yang terkumpul dalam

(9)

kamera okuli anterior. Hipopion dapat terjadi pada ulkus yang mengalami perforasi maupun yang tidak mengalami perforasi.

Sikartik yang terjadi setelah ulkus kornea sembuh dapat tipis atau tebal. Sikatrik yang tipis sekali yang hanya dapat dilihat dengan slit lamp disebut nebula. Sedangkan sikatrik yang agak tebal dan dapat kita lihat menggunakan senter disebut makula. Sikatrik yang tebal sekali disebut leukoma. Nebula yang difuse, yang terdapat pada daerah pupil lebih mengganggu daripada leukoma yang kecil yang tidak menutupi daerah pupil. Hal ini disebabkan karena leukoma menghambat semua cahaya yang masuk, sedangkan nebula membias secara ireguler, sehingga cahaya yang jatuh di retina juga terpencar dan gambaran akan menjadi kabur sekali.

Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus. Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :

• Ketajaman penglihatan • Tes refraksi

• Tes air mata

• Pemeriksaan slit-lamp

• Keratometri (pengukuran kornea) • Respon reflek pupil

(10)

• Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi. • Goresan ulkus untuk analisa atau kultur Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah

1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya 2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang

3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih

4. Berikan analgetik jika nyeri b. Penatalaksanaan medis

1. Pengobatan konstitusi

Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5°C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.

2. Pengobatan lokal

Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.

Infeksi pada mata harus diberikan :

• Sulfas atropine sebagai salap atau larutan, • Skopolamin sebagai midriatika.

(11)

• Analgetik.

Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain tetapi jangan sering-sering.

• Antibiotik

Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.

• Anti jamur • Anti Viral

Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan : 1. Kauterisasi

a) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni trikloralasetat

b) Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore. Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan.

2. Pengerokan epitel yang sakit

Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali.

Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.

(12)

Gambar 7.Ulkus kornea perforasi, jaringan iris keluar dan menonjol, infiltrat pada kornea ditepi perforasi.

3. Keratoplasti

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :

1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita 2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

Gambar 14. Keratoplasti KOMPLIKASI 7

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

 Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat

 Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis  Prolaps iris

 Sikatrik kornea  Katarak

 Glaukoma sekunder PROGNOSIS

(13)

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.

Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.

SIKATRIK KORNEA

Sikatriks, jaringan parut pada kornea yang mengakibatkan permukaan kornea irreguler sehingga memberikan uji plasido positif, dan mungkin terdapat dalam beberapa bentuk, yaitu:

a. Nebula, kabut halus pada kornea yang sukar terlihat b. Makula, kekeruhan kornea yang berbatas tegas c. Leukoma, kekeruhan berwarna putih padat

d. Leukoma adherens, kekeruhan atau sikatriks kornea dengan menempelnya iris di dataran belakang

e. Keratik presipitat, endapan sel radang didataran belakang atau endotel kornea

Sikatrik kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan mulai dari kabur sampai dengan kebutaan. Sikatrik kornea dapat bentuk ringan (nebula), sedang (makula) dan berat (leukoma). Gangguan kornea merupakan penyebab kebutaan kedua didunia setelah katarak. Sikatrik kornea lebih sering disebabkan oleh komplikasi dari infeksi seperti keratitis ataupun

(14)

ulkus kornea yang tidak tertangani dengan baik. Belum ada data yang akurat mengenai prevalensi sikatrik kornea di Indonesia

LEUKOMA KORNEA

jaringan parut dengan munculnya vaskularisasi kornea, timbul sebagai akhir dari keratitis dan ulkus kornea. Tergantung dari lokasi dan dalamnya perkembangan stroma, menyebabkan timbulnya leukoma kornea yang secara jelas terlihat signifikan memerlukan bedah kornea untuk rehabilitasi visual,

Pada kasus perforasi kornea dengan prolaps iris bisa terjadi koplikasi berupa sinekia anterior jika tidak segera mendapatkan tindakan, yang lama kelamaan jaringan yang

mengalami perforasi akan menjadi sikatriks biasa disebut leukoma adherens dan jika penempelan iris ke kornea tidak merata maka akan terjadi kelainan bentuk pupil.

Nebula kornea

Tanda : Kekeruhan tipis pada kornea Batas kabur

(15)

Leukoma kornea Tanda :

Kekeruhan dengan - Batas tegas

- Mata tenang

Pemeriksaan yang dilakukan pada kornea • Uji flouresin

• Uji fistel

• Uji sensibilitas kornea (untuk fungsi trigeminus kornea) • Papan plasido (untuk melihat kelengkungan kornea)

KATARAK 1. Definisi

Katarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh.Katarak berasal dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Asalkata ini mungkin sekali karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutupoleh air terjun di depan matanya akibat. Seorang dengan katarak akan melihat benda seperti ditutupi kabut. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada

(16)

lensa yang terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau keduanya.

2. Klasifikasi Katarak

Berdasarkan waktu perkembangannya katarak diklasifikasikan menjadi katarak kongenital, katarak juvenil dan katarak senilis.

1. Katarak kongenital dapat berkembang dari genetik, trauma atau infeksi prenatal dimana kelainan utama terjadi di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa

2. Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir.Kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa.Biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract. Katarak juvenil biasanya merupakan bagian dari satu sediaan penyakit keturunan lain.

3. Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Telah diketahui bahwa katarak senilis berhubungan dengan bertambahnya usia dan berkaitan dengan proses penuaan lensa.

Berdasarkan stadiumnya, katarak dibagi menjadi stadium insipien, stadium imatur,stadium matur, dan stadium hipermatur.

1. Stadium insipien. Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda),terutama mengenai korteks anterior, sedangkan aksis relatif masih jernih. Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang nyata bila pupil dilebarkan.

2. Stadium imatur. Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan terutama terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka inar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,akibat bayangan iris pada lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+)

(17)

3. Stadium matur . Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua sinar yangmelalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak ada bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow test membedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat harus diperiksa lebih lanjut dengan midriatika,oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan pupil, akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja. Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur, dengankoreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi1/300 atau satu per tak hingga, hanya ada persepsi cahaya, walaupun lensanya belumkeruh seluruhnya. Keadaan ini disebut vera matur. 4. Stadium hipermatur. Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah

mencair, sehingga nukleus lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui pupil, pada daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian bawah, dengan warna yang lain daripada bagian yang diatasnya, yaitu kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadikerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat nukleus lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni.

Selain itu terdapat jenis katarak lain : Katarak rubella :

• Ditularkan melalui Rubella pada ibu hamil Katarak Brunesen

• Katarak yang berwarna coklat sampai hitam, terutama pada nucleus lensa • Dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi.

Katarak Komplikata :

• Katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi.

• Mempunyai tanda khusus yaitu selamanya dimulai di korteks atau dibawah kapsul menuju ke korteks atau dibawah kapsul menuju sentral

• Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular ayng sewaktu-waktu menjadi katarak lamelar.

(18)

• Akibat adanya penyakit Diabetes Mellitus. • Meningkatkan insidens maturasi katarak >>

• Pada lensa terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan pengobatan.

Katarak Sekunder

• Adanya cincin Soemmering (akibat kapsul pesterior yang pecah) dan • Mutiara Elsching (epitel subkapsular yang berproliferasi)

Katarak Traumatika

Dapat terjadi akibat trauma mekanik, agen-agen fisik (radiasi, aruslistrik, panas dan dingin)

(Ilyas, 2009) 3.PATOFISIOLOGI

Lensa mengandung tiga komponen anatomis yaitu : • Nukleus à zone sentral

• Korteks à perifer

• Kapsul anterior dan posterior

Sebagian besar katarak terjadi karena suatu perubahan fisik dan perubahan kimia pada protein lensa mata yang mengakibatkan lensa mata menjadi keruh.Perubahan fisik (perubahan pada serabut halus multiple (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar lensa) menyebabkan hilangnya transparansi lensa.

Perubahan kimia pada protein inti lensa mengakibatkan pigmentasi progresif sehingga nukleus menjadi kuning atau kecokelatan juga terjadi penurunan konsentrasi glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium serta peningkatan hidrasi lensa. Perubahan ini dapat terjadi karena meningkatnya usia sehingga terjadi penurunan enzim yang menyebabkan proses degenerasi pada lensa.

4.GEJALA DAN TANDA

1. Pengurangan ketajaman penglihatan secara bertahap

2. Pandangan seperti ada kabut atau air terjun

3. Silau, sehingga penglihatan di malam hari lebih nyaman dibandingkan siang hari

4. Miopia

(19)

6. Sering berganti kacamata 5.DIAGNOSIS

ANAMNESIS :

• Penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap (gejala utama katarak)

• Mata tidak merasa sakit, gatal , atau merah

• Gambaran umum gejala katarak yang lain seperti :

1. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film

2. Perubahan daya lihat warna

3. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata

4. Lampu dan matahari sangat mengganggu

5. Sering meminta resep ganti kacamata

6. Penglihatan ganda (diplopia) PEMERIKSAAN FISIK MATA

1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan

2. Melihat lensa dengan penlight dan loop

Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow).Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedangkan bayangan dekat dan kecil dengan pupil terjadi katarak matur.

3. Slit lamp

4. Pemeriksaan opthalmoskop (sebaiknya pupil dilatasi) (Wijana, 1983)

6.PENATALAKSANAAN

a. Bisa diberikan obat-obatan Medikamentosa untuk menghambat perkembangan katarak menjadi matur lebih cepat, dan pemberian vitamin

b.Operasi katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata

(20)

dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadi katarak sekunder.

Tindakan ekstraksi katarak ekstrakapsuler yang terencana dilakukan apabila: 1. Kita ragu apakah nukleus lentis sudah terbentuk atau belum.

2. Kita mengira badan kaca mencair, misalnya pada miopia tinggi, setelah menderita uveitis.

3. Telah terjadi perlengketan luas antara iris dan lensa.

4. Pada operasi mata yang lainnya, telah terjadi ablasi atau prolaps badan kaca. 5. Setelah operasi mata yang lainnya, timbul penempelan badan kaca pada

kornea yang menyebabkan distrofi kornea.

6. Terkandung maksud untuk memasang lensa intraokuler buatan. c. Operasi katarak intrakapsular atau ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)

Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.Dapat dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi da mudah diputus. Pada tindakan ini tidak akan terjadi katarak sekunder (Ilyas, 2009).

7. KOMPLIKASI

- Ruptur kapsul posterior - Glaukoma - Uveitis - Endoftalmitis - Perdarahan suprakoroidal - Prolap iris 8.PROGNOSIS

Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis, karena adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina.Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital

(21)

unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat. Prognosis penglihatan pasien dikatakan baik apabila:

• Fungsi media refrakta baik

Dilakukan dengan melihat kejernihan serta keadaan media refrakta mulai dari kornea, iris, pupil dan lensa melalui lampu sentolop maupun slit lamp. • Fungsi makula atau retina baik

Dilakukan dengan pemeriksaan retpersepsi warna, dengan cara menyorotkan cahaya merah dan hijau di depan mata yang kemudian dengan sentolop cahaya diarahkan ke mata.

• Fungsi N. Opticus (N.II) baik • Fungsi serebral baik

Gambar

Gambar 14. Keratoplasti KOMPLIKASI  7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu alat bukti yang digunakan dalam proses pembuktian menurut Pasal 184 KUHAP adalah keterangan ahli, posisi tata urutan letaknya nomor 2 (dua) setelah

Pada periode triwulan IV-2007, perekonomian di Zona Padang tumbuh lebih ekspansif daripada triwulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan PDRB Zona Padang pada

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Dengan prediksi pertumbuhan permintaan HS 0208.90 di Kanada pada tahun-tahun mendatang, maka bisa menjadi peluang yang cukup tinggi bagi produk Paha Kodok Beku

Tampilan hasil interface ini merupakan tampilan aplikasi yang ada saat aplikasi dijalankan, ada beberapa tampilan yang akan di tampilkan pada beberapa bagian berikut ini

Isofluran digunakan sebagai anestesi inhalasi pada mamalia dan burung, dapat juga untuk ikan dengan cara dicampurkan ke dalam air meskipun ada juga efek sampingnya (Harms

material yang telah dipanaskan di drayer  drayer  menuju ke elvator sedangkan abu batu  menuju ke elvator sedangkan abu batu yang ringan masuk kedalam cerobong asap pembuangan

Dalam teori pendekatan situasional, kepemimpinan yang efektif adalah bagaimana seorang pemimpin dapat mengetahui keadaan baik kemampuan ataupun sifat dari anak buah yang di