• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kawasan Tanpa Asap Rokok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Kawasan Tanpa Asap Rokok"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Latar Belakang

Rokok adalah salah satu zat adiktif yang berbahaya. Berdasarkan penelitian dalam sebatang rokok mengandung 2.500 komponen bahan kimia, apabila digunakan sekitar 1.100 komponennya diturunkan langsung menjadi asap dan 1.400 komponen lainnya mengalami dekomposisi atau terpecah, bereaksi dengan komponen lain maupun membentuk komponen baru. Di dalam asap rokok itu sendiri teridentifikasi 4.800 komponen kimia, seperti nikotin, tar, gas CO, NO dan lainnya.

Komponen kimia asap rokok terbukti mengganggu kesehatan karena dapat berikatan dua kali lebih cepat dengan Haemoglobin di dalam darah. Tidak hanya perokok (aktif) namun lingkungan dan orang disekeliling perokok (pasif) juga terkena dampak dari asap pembakaran rokoknya. Ditinjau dari segi ekonomi, adanya rokok bukan berarti membawa keuntungan bagi negara ini, menurut fakta yang didapat, negara malah merugi, terbilang dua ratus lima puluh triliyun rupiah kerugian yang diderita oleh negara ini.

Terkait dengan dampak yang di akibatkan karena penggunaan rokok, di berlakukanlah kawasan tanpa rokok dengan maksud tidak membuat dampak

negatif tersebut semakin meningkat. Kawasan Tanpa Rokok, yang selanjutnya disingkat KTR, adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan mempromosikan produk tembakau.

Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Dalam Negeri Nomor 188/Menkes/PB/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan KTR, bahwa KTR meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum, dan tempat lainnya yang ditetapkan. Pertanyaannya, bagaimana dengan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas?

Berdasarkan peraturan tersebut Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, selanjutnya disingkat FK UNAND, mencakup sebagai fasilitas pelayanan kesehatan, tempat belajar mengajar dan tempat kerja. Seharusnya FK UNAND memiliki peraturan atau Surat Keputusan Dekan mengenai KTR ini. Sejauh ini, tidak ada peraturan tegas yang melarang civitas akademika FK UNAND merokok di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, sehingga belum mampu mengatasi dampak dari

(2)

penggunaan rokok di kalangan mahasiswa dan civitas akademika lainnya secara keseluruhan (staf dekanat, staf akademik, cleaning service, dan masyarakat luar yang berada di lingkungan kampus).

Berdasarkan pemaparan diatas, idealnya harus ada peraturan yang mengikat dari pihak dekanat demi tercepainya pelaksanaan KTR yang sempurna.

Identifikasi Masalah

1. Kenapa FK UNAND harus menjadi KTR?

2. Bagaimana dampak apabila FK UNAND tidak menjadi KTR ?

3. Bagaimana manfaat FK UNAND menjadi KTR ?

Pembahasan

1. Landasan FK UNAND Harus Menjadi KTR

Saat ini, tidak ada daerah yang luput dari asap rokok, baik di dalam ruangan maupun di ruangan terbuka. Bahkan, tempat-tempat pendidikan yang seharusnya menjadi lingkungan yang bersih dari asap rokok agar dapat menciptakan para pemuda yang sehat, tidak tercemar dengan asap rokok. Hal ini tentunya akan mengancam generasi penerus bangsa dimasa mendatang. Padahal, dalam UU No. 36 tahun 2009

pasal 6, telah jelas disebutkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

Pelaksanaan KTR dapat dimulai dari tempat proses belajar mengajar, karena di tempat tersebut biasanya para remaja menghabiskan sebagian besar waktunya. Salah satunya yakni dalam perguruan tinggi. Perguruan tinggi adalah salah satu wilayah KTR. Hal ini tercantum dalam PP No. 19 tahun 2003 pasal 22, yang menjelaskan bahwa KTR meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan. Hal ini juga dipertegas dengan UU No. 36 tahun 2009 pasal 115 (1) yang isinya sama dengan PP tersebut. FK UNAND yang termasuk salah satu fakultas di perguruan tinggi negeri Universitas Andalas, terlebih lagi sebagai satu dari beberapa fakultas yang bergerak di bidang kesehatan. Sudah sepatutnya FK Unand menjadi perintis dari penegasankan wilayah KTR di UNAND. Selain itu, FK Unand juga berdomisili di provinsi Sumatera Barat yang telah mengeluarkan Peraturan Daerah mengenai KTR, yakni dalam Perda Sumbar No. 8 tahun 2012 pasal 4 dan 6, yang bahkan lebih

(3)

merinci bahwa tempat proses belajar mengajar meliputi sekolah, perguruan tinggi, balai pendidikan dan latihan, balai latihan kerja, bimbingan belajar, dan tempat kursus.

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar 2007 hingga awal 2013, provinsi Sumbar menempati peringkat kelima dengan jumlah perokok terbesar di Indonesia. Sementara, untuk kota Padang sendiri, sekitar 21% penduduknya menjadi perokok aktif. Maka, FK Unand, yang terletak di jantung kota Padang, sebagai lembaga pendidikan dalam bidang kesehatan perlu menjadi perintis dari KTR. Hal ini sesuai dengan PP No 19 tahun 2003 pasal 28 yakni bahwa peran masyarakat dalam menerapkan KTR dapat dilakukan perorangan, kelompok, badan hukum atau badan usaha, dan lembaga atau organisasi yang diselenggarakan masyarakat. Juga dalam Perda Sumbar No 8 tahun 2012 pasal 15 ayat 1 dan 2, yang menjelaskan bahwa masyarakat berperan serta dalam mewujudkan KTR dengan cara ikut dalam memberikan penyuluhan, mengingatkan setiap orang yang terbukti merokok di KTR dan melaporkannya.

Sebenarnya, telah banyak peraturan yang mengatur tentang KTR ini, namun penerapan di lingkungan

sangat sedikit bahkan hampir tidak ada. Hal tersebut juga terjadi di FK Unand. Tidak adanya peraturan langsung yang mengatur tentang KTR dalam tingkat fakultas maupun universitas membuat penindakan terhadap pelanggar KTR tidak dapat berjalan dengan baik. Hal ini bertolak belakang dengan beberapa universitas lain di Indonesia yang telah menerapkan kebijakan KTR serta membuat peraturannya. Diantaranya adalah Universitas Indonesia melalui

Keputusan Rektor Nomor

1805/SK/R/UI/2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok Universitas Indonesia (KTR UI), Universitas Gadjah Mada, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro (FKM Undip, juga ada Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK UNS).

Dengan demikian, perlu adanya peraturan hitam diatas putih tentang KTR di FK UNAND agar penerapan dan penindakan wilayah KTR dapat berlangsung dengan maksimal. Sehingga tercipta lingkungan yang dapat mempersiapkan para remaja menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif, baik sosial maupun ekonomi, sesuai UU No 36 tahun 2009 pasal 136 (1).

(4)

2. Dampak Apabila FK UNAND Tidak Menjadi KTR

Dekanat selaku pimpinan FK Unand sampai saat ini belum mengeluarkan peraturan resmi mengenai KTR dilingkungan kampus. Tanpa adanya peraturan resmi tersebut, mahasiswa, dosen, serta warga kampus lainnya bebas untuk merokok di wilayah kampus FK UNAND. Contohnya masih dapat ditemukan dosen yang merokok di ruang kuliah dan staf yang merokok di laboratorium maupun di gedung dekanat. Bahkan yang lebih buruk lagi, orang-orang luar yang notabenenya bukan warga kampus FK UNAND merasa leluasa untuk menebarkan bahaya dari asap rokok di wilayah kampus FK UNAND. Seperti saat diadakannya lomba-lomba di kampus yang pesertanya merupakan mahasiswa dari kampus lain karena mahasiswa FK UNAND sendiri juga memberikan contoh yang tidak baik, dengan merokok pasca perkuliahan selesai seakan-akan menegaskan tidak adanya Kawasan Tanpa Rokok.

Di samping itu, FK UNAND selaku sarana pendidikan dalam bidang kesehatan seharusnya menjadi contoh yang baik untuk fakultas lain di UNAND khususnya dan juga masyarakat sekitar pada umumnya. Sangat disayangkan, civitas akademika

FK UNAND yang seharusnya dapat mengajak setiap orang untuk selalu menjaga kesehatan sebaliknya melakukan hal yang justru dapat sangat membahayakan kesehatan, yaitu merokok. Bahkan dengan terus berlangsungnya perbuatan tersebut, munculah anggapan yang keliru bahwa merokok merupakan hal yang “wajar” atau normal, sehingga orang tersebut tidak merasa terancam apabila ada yang merokok disekitarnya. Hal tersebut membuat generasi muda sekarang khususnya mahasiswa FK UNAND menjadi kurang peduli dengan bahaya merokok (aktif maupun pasif), padahal mahasiswa FK UNAND ini merupakan ujung tombak kesehatan Indonesia di masa depan.

Masa remaja merupakan saat dimana seseorang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan sering mencoba-coba ketika melihat orang-orang di sekitar melakukan sesuatu, apalagi orang tersebut adalah seorang panutan bagi mereka. Contohnya, mahasiswa yang melihat dosennya merokok ataupun masyarakat yang melihat dokter sebagai ‘public figure’ merokok. Oleh karena itu, mahasiswa kedokteran yang termasuk golongan remaja juga akan mulai penasaran dan tergoda untuk merokok sejak usia muda. Inilah yang mesti dihindari,

(5)

karena jika generasi sekarang saja telah merokok sejak usia muda, bagaimana dengan generasi mendatang? Selain itu, mahasiswa dan warga kampus juga terlatih untuk menjadi egois dan kurang bisa menghargai hak orang lain, yaitu hak hidup bebas tanpa asap rokok.

Lingkungan kampus yang menjadi tidak sehat dan nyaman akibat asap rokok selain dapat mengganggu aktivitas pembelajaran di kampus, juga dapat memupuk sikap kurang peduli (apatis) mahasiswa dan warga kampus terhadap lingkungan itu sendiri. Asap rokok dapat mencemari bahkan meracuni udara yang pada dasarnya berguna dalam sistem respirasi makhluk hidup dan puntung rokok pun dapat mengotori lingkungan kampus, padahal lingkungan merupakan aspek yang sangat penting penting dalam keberlangsungan hidup semua makhluk hidup di muka bumi termasuk manusia. Keterkaitan tersebut membuat rokok menjadi sangat mungkin untuk menurunkan kualitas hidup bahkan menimbulkan risiko lebih besar seperti terserang penyakit mematikan kepada seluruh civitas akademika, termasuk mahasiswa FK UNAND. Jika hal itu terjadi, maka berkuranglah sumber daya manusia yang dapat turut serta membangun bangsa, seperti yang telah diketahui mahasiswa kedokteran

merupakan ‘agent of health’ yang nantinya sangat berperan penting dalam membangun kesehatan di Indonesia.

Hal yang ditakutkan adalah mahasiswa FK UNAND terbiasa hanya mengetahui teori tanpa dapat menerapkan serta memperjuangkannya. Mahasiswa kedokteran mengetahui bahwa merokok itu dapat mengancam nyawa seseorang dan mereka mempelajarinya namun mereka tidak terdidik untuk dapat menerapkan hal tersebut walau itu hanya untuk diri mereka sendiri. Oleh karena itu, semua ini akan sangat berpengaruh terhadap pengaplikasian ilmu kesehatan yang lain saat mahasiswa kedokteran tersebut terjun ke masyarakat nantinya.

3. Manfaat FK UNAND Menjadi KTR

Dikeluarkan dan

dilaksanakannya Surat Keputusan Dekan mengenai KTR di FK UNAND, diharapkan ada banyak manfaat yang diperoleh. Diantaranya terciptanya lingkungan kampus yang sehat, aman dan nyaman karena tidak terganggu lagi oleh asap rokok. Tidak ada lagi civitas akademika dan pengunjung yang merokok sehingga tidak ada lagi yang terpapar asap rokok. Lingkungan kampus akan steril dan bebas dari polusi asap rokok.

(6)

Berdasarkan hasil penelitian The Institute for Health Metrics and Evaluation (IMHE) dan diterbitkan dalam Jurnal Kesehatan Amerika, Rabu, 8 Januari 2014. Jumlah perokok pria di Indonesia dalam 30 tahun terakhir meningkat 57 persen. Tentu saja ini bukan sesuatu yang diinginkan. Agar jumlah ini tidak bertambah dan bisa diturunkan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan KTR di FK UNAND. Dengan begitu dapat mengurangi jumlah perokok terutama dari kalangan mahasiswa.

Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Adanya larangan merokok akan mengurangi jumlah perokok. Mengurangi jumlah perokok akan mengurangi jumlah angka kematian akibat merokok.

Terwujudnya FK UNAND sebagai KTR berarti FK UNAND telah ikut serta melaksanakan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Dalam Negeri Nomor 188/Menkes/PB/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011 mengenai pedoman pelaksanaan KTR.

Selain itu citra positif akan dimiliki oleh kampus karena dapat memberikan kenyamanan kepada warga kampus dan kesan yang baik pada orang lain yang berkunjung ke kampus.

Pengunjung tidak akan mau merokok di lingkungan yang benar-benar meterapkan aturan tentang larangan merokok. Penerapan kawasan tanpa rokok di fakultas kedokteran unand di landasi karena banyaknya manfaat yang akan di dapat jika fakultas kedokteran unand menerapkan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus

4. Penerapan KTR di Universitas Lain Perjuangan untuk menjadikan lingkungan kampusnya menjadi KTR telah dilakukan terlebih dahulu oleh fakultas maupun universitas lain yang berada di Indonesia. Untuk mengurangi kesalahan maupun cacat dalam

pelaksanaan KTR setelah

dikeluarkannya Surat Keputusan Dekan mengenai KTR nantinya, berikut rujukan perumusan dan pelaksaan dari KTR fakultas/universitas lain :

A. Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Indonesia (UI)

Awalnya KTR tingkat perguruan tinggi dirintis oleh Fakulatas Kesehatan Masyarakat (FKM) yang ada di UI. Pada tahun 2010, gerakan anti rokok sudah menjadi ciri khas FKM UI dikancah nasional, hal ini didasari oleh kepedulian untuk melindungi sesama dari bahaya rokok dan kainginan untuk mengaplikasian ilmu dari mahasiswa FKM UI itu sendiri. Sedangkan ditingat universitas

(7)

sendiri pada saat itu belum memiliki peraturan KTR.

Akhirnya, muncullah inisiatif dari mahasiswa FKM untuk mengobrol dengan Ibu Rita Damayanti (Dosen PKIP FKM UI, sekarang sebagai ketua KTR UI), beliau sepakat untuk membuat KTR ditingkat UI, bukan hanya FKM saja. KTR di tingkat universitas ini diperjuangkan oleh mahasiswa hingga Dekan. Sehingga, pada tahun 2011 terbitlah KTR UI dengan pelaksanaan yang diatur dalam Surat Keputusan Dekan masing-masing fakultas sebagai turunan dari Surat Keputusan Rektor.

Banyak manfaat yang dirasakan oleh warga UI setelah diberlakukannya KTR, diantaranya : 1) UI bebas dari intervensi

perusahaan rokok

2) Mengurangi jumlah perokok di

kampus (seminimal

minimalnya).

3) Mempunyai standar untuk membuat perjuangan lebih massif lagi di tingkat daerah, dan sebagainnya

Untuk warga kampus yang melanggar, berdasarkan Surat Keputusan Rektor diberikan sanksi sebagai berikut :

(1) Sanksi atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 dan Pasal 17 adalah

sanksi sebagaimana diatur dalam peraturan tata-tertib yang berlaku di lingkungan Universitas Indonesia.

(2) Sanksi atau pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa teguran lisan tercatat oleh Petugas. (3) Teguran lisan tercatat yang tidak

diindahkan oleh warga Universitas Indonesia di lingkungan Universitas Indonesia yang melanggar KTR UI sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut maka akan dikenakan sanksi yang berlaku di lingkungan Universitas Indonesia.

Selain, sanksi diatas setiap warga kampus yang melanggar KTR juga didenda sebanyak RP 100.000/pelanggaran. Sanksi tersebut dapat mengurangi jumlah perokok di UI.

B. Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Sebelas Maret (UNS)

KTR di UNS dicanangkan oleh warga FK UNS semenjak tahun 2008 dalam bentuk nota, tetapi belum sepenuhnya efektif penerapannya karena cacat secara hukum. Oleh karena itu pada tahun 2013, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FK UNS meminta peninjauan kembali Surat Keputusan

(8)

(SK) Dekan tahun 2008 tersebut. Dan akhirnya pada Desember 2013, keluarlah SK yang kuat dan mengikat.

Untuk menerapkan KTR di lingkungan kampus FK UNS, diperjuangkan oleh pihak BEM dengan motivasi dari universitas lain di wilayah 3 (pihak eksternal) dan Team Green Campus UNS (pihak internal).

Dengan adanya peraturan baru di wilayah kampus FK UNS, tentu saja ada pro (96%) dan kontra (4%). Bagi pihak yang pro dengan penerapan KTR ini, dalam hal ini mereka merasa diuntungkan demi kesehatan di lingkungan kampus. Sebaliknya pihak yang kontra dengan hal ini, masih mencoba untuk mencuri-curi kesempatan untuk bisa merokok di wilayah kampus. Untuk hal ini, pihak BEM FK UNS dan HIMA masing-masing prodi akan melakukan pengawasan dan budaya teloransi untuk aplikasi dari KTR ini. Selanjutnya perjuangan KTR ini diteruskan ke tingkat universitas oleh FK UNS.

Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dengan ini kami dari SEKOLAH KASTRAT BEM KM FK UNAND merekomendasikan :

1. Diberlakukannya Kawasan Tanpa Rokok dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Dekan mengenai Kawasan Tanpa Rokok.

2. Adanya sanksi yang tegas bagi civitas akademika maupun pengunjung yang merokok dilingkungan kampus FK UNAND (Jati, Limau Manih dan Pondok).

Penutup

Demikian paparan yang kami sampaikan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi dekanat.

(9)
(10)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pemberian berbagai jenis madu, yaitu madu kelengkeng, madu leci dan madu randu dengan rasio pengenceran berbeda setelah

Dari fraksi 15 hasil kolom dari ekstrak etanc 50% terdeteksi 10 puncak (Tabel 3), area terbesa: dengan waktu retensi 5-6 menit yang diduga adalah metanol (metil alkohol) dan etanol

yang sama, dari 5 kali pengujian untuk setiap data set, metode decoder memiliki rata-rata standar deviasi sebesar 12,7875, sedangkan metode penalty memiliki rata-rata standar

Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah: Diduga bahwa pemberian kredit mempunyai pengaruh yang signifikan dan hubungan positif terhadap tingkat pendapatan

Pada variabel kualitas kepuasan pengguna yang memiliki jawaban terendah adalah KP4 yang merupakan kualitas penilaian anda terhadap kemampuan sistem informasi

Bila ekosistem petak tambak budidaya dan saluran air tambak dianalogikan sebagai kawasan estuary, maka hasil penelitian ini memiliki pola yang sama dengan penelitian sebelumnya

2 Apakah Bapak/Ibu memahami syarat-syarat yang diperlukan dalam mensertipikatkan tanah?. 17 42