Ilmu
Ilmu Kesehat
Kesehatan
an
Anak
Anak
CATATAN TUTORIAL OPTIMA
CATATAN TUTORIAL OPTIMA
Anak
Anak
Ikterus Neonatorum Ikterus Neonatorum Kejang Demam Kejang DemamPenyakit Jantung Bawaan Penyakit Jantung Bawaan Eksantema Akut
Eksantema Akut
Pemantauan Pertumbuhan Pemantauan Pertumbuhan
Sindrom Distress Nafas Neonatus Sindrom Distress Nafas Neonatus Diare Anak Diare Anak Pneumonia, Bronkiolitis Pneumonia, Bronkiolitis Paralisis Bahu Paralisis Bahu Newborn Baby Newborn Baby Imunisasi Imunisasi Resusitasi Neonatus Resusitasi Neonatus
Ikterus Neonatorum
Ikterus Neonatorum
•• Ikterus (jaundice) adalah diskoloIkterus (jaundice) adalah diskolorasi kuning pada rasi kuning pada kulit, membran mukosa, dan sklera akibatkulit, membran mukosa, dan sklera akibat
peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Orang dewasa tampak kuning bila kadar bilirubin peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Orang dewasa tampak kuning bila kadar bilirubin serum >2 mg/dL, sedangkan pada neonatus bila kadar bilirubin >5 mg/dL.
serum >2 mg/dL, sedangkan pada neonatus bila kadar bilirubin >5 mg/dL.
•
• Kramer membagi derajat ikterus menjadi 5 skala, yaituKramer membagi derajat ikterus menjadi 5 skala, yaitu –
– 1 Kadar bilirubin serum 1 Kadar bilirubin serum 4-8 mg4-8 mg/dL : kulit kepala dan leher/dL : kulit kepala dan leher,, –
– 2 Kadar bilirubin serum 5-12 mg2 Kadar bilirubin serum 5-12 mg/dL : kulit tubuh diatas pusar/dL : kulit tubuh diatas pusar –
– 3 Kadar bilirubin serum 8-16 mg3 Kadar bilirubin serum 8-16 mg/dL : kulit tubuh di bawah pusat dan paha/dL : kulit tubuh di bawah pusat dan paha –
– 4 Kadar bilirubin serum 11-18 mg4 Kadar bilirubin serum 11-18 mg/dL pada ikterus lengan dan tungk/dL pada ikterus lengan dan tungkaiai –
Ikterus Neonatorum
Ikterus Neonatorum
•• Ikterus (jaundice) adalah diskoloIkterus (jaundice) adalah diskolorasi kuning pada rasi kuning pada kulit, membran mukosa, dan sklera akibatkulit, membran mukosa, dan sklera akibat
peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Orang dewasa tampak kuning bila kadar bilirubin peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Orang dewasa tampak kuning bila kadar bilirubin serum >2 mg/dL, sedangkan pada neonatus bila kadar bilirubin >5 mg/dL.
serum >2 mg/dL, sedangkan pada neonatus bila kadar bilirubin >5 mg/dL.
•
• Kramer membagi derajat ikterus menjadi 5 skala, yaituKramer membagi derajat ikterus menjadi 5 skala, yaitu –
– 1 Kadar bilirubin serum 1 Kadar bilirubin serum 4-8 mg4-8 mg/dL : kulit kepala dan leher/dL : kulit kepala dan leher,, –
– 2 Kadar bilirubin serum 5-12 mg2 Kadar bilirubin serum 5-12 mg/dL : kulit tubuh diatas pusar/dL : kulit tubuh diatas pusar –
– 3 Kadar bilirubin serum 8-16 mg3 Kadar bilirubin serum 8-16 mg/dL : kulit tubuh di bawah pusat dan paha/dL : kulit tubuh di bawah pusat dan paha –
– 4 Kadar bilirubin serum 11-18 mg4 Kadar bilirubin serum 11-18 mg/dL pada ikterus lengan dan tungk/dL pada ikterus lengan dan tungkaiai –
•
•
Ikterus fisiologis:
Ikterus fisiologis:
–– Awitan terjadi setelah 24 jamAwitan terjadi setelah 24 jam –
– Memuncak dalam 3-5 hari, menurun dalam 7 hari (pada NCB)Memuncak dalam 3-5 hari, menurun dalam 7 hari (pada NCB) –
– Ikterus fisiologis berlebihanIkterus fisiologis berlebihan ketika bilirubin serum puncak adalah 7-15 ketika bilirubin serum puncak adalah 7-15
mg/dl pada NCB mg/dl pada NCB
•
•
Ikterus non fisiologis:
Ikterus non fisiologis:
–– Awitan terjadi sebeluAwitan terjadi sebelum usia 24 m usia 24 jamjam
•
• Penyakit hemolitik pada BBL: Inkompatibilitas Rh,ABOPenyakit hemolitik pada BBL: Inkompatibilitas Rh,ABO •
• Infeksi ; TORCH, malaria, bakteriInfeksi ; TORCH, malaria, bakteri •
• Defisiensi enzim G6PDDefisiensi enzim G6PD
–
– Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jamTingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam –
– TingkatTingkat cutoff cutoff > 15 mg/dl pada NCB> 15 mg/dl pada NCB –
– Ikterus bertahan> 8 hari pada NCB, > 14 hari pada NKBIkterus bertahan> 8 hari pada NCB, > 14 hari pada NKB
•
• Sepsis, Hematoma sefal, Hepatitis neonatalSepsis, Hematoma sefal, Hepatitis neonatal •
• Atresia biliarisAtresia biliaris •
• Breastmilk jaundiceBreastmilk jaundice •
• Kelainan metabolikKelainan metabolik
–
– Tanda penyakit lainTanda penyakit lain •
•
Gangguan obstruktif menye
Gangguan obstruktif
menyebabkan hiperbilirubinemia direk. Ditandai
babkan hiperbilirubinemia direk. Ditandai
bilirubin direk >
bilirubin direk > 2 mg
2 mg/dl. Peny
/dl. Penyabab: kolestasis, atresia bilier
abab: kolestasis, atresia bilier, kista
, kista duktus
duktus
koledokus.
Penyebab Hemolisis
Penyakit Keterangan
Inkompatibilitas ABO Adanya aglutinin ibu yang bersirkulasi di darah anak
terhadap aglutinogen ABO anak. Ibu dengan golongan darah O, memproduksi antibodi IgG Anti-A/B terhadap gol. Darah anak
Inkompatibilitas Rh Adanya antibodi ibu yang bersirkulasi di darah anak terhadap antigen Rh anak. Jarang pada anak pertama. Hematoma darah
ekstravaskuler
Akibat proses persalinan.
Defisiensi G6PD Penyakit terkait kromosom X. Enzim G6PD berfungsi untuk melindungi eritrosit dari kerusakan oksidatif.
Sferositosis herediter Terdapat defek protein membran yang menyebabkan instabilitas eksoskeleton eritrosit
Polisitemia Peningkatan pembentukan eritrosit yang menyebabkan peningkatan destruksi eritrosit
•
Ikterus yang berkembang cepat pada hari ke-1
–
Kemungkinan besar:
inkompatibilitas ABO, Rh, penyakit
hemolitik, atau sferositosis. Penyebab lebih jarang: infeksi
kongenital, defisiensi G6PD
•
Ikterus yang berkembang cepat setelah usia 48 jam
–
Kemungkinan besar: infeksi, defisiensi G6PD. Penyebab lebih
jarang:
inkompatibilitas ABO, Rh, sferositosis.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7
fisiologis
Ikterus ec
hemolisis
– inkompatibilitas ABO
• Antibodi anti A dan anti B yang masuk
ke dalam sirkulasi fetus, dan bereaksi dengan antigen A atau B yang terletak pada permukaan eritrosit.
• Anti A dan anti B yang berturut-turut
terdapat pada golongan darah B dan A, secara alami terbentuk sebagai IgM yang tidak dapat melewati plasenta.
• Berbeda dengan golongan darah O
yang memiliki anti A dan anti B dalam bentuk IgG yang dapat melewati plasenta.
• Oleh karena itu inkompatibilitas ABO
terjadi pada anak dengan golongan darah A atau B, dengan ibu yang memiliki golongan darah O.
• Proses ini tidak memerlukan
sensitisasi, dan berlangsung jauh lebih ringan dibandingkan inkompatibilitas rhesus.
– inkompatibilitas rhesus
• Anak dengan rhesus positif
yang dikandung ibu dengan rhesus negatif.
• Diperlukan proses sensitisasi. • Tidak ada ketetapan besarnya
jumlah darah fetus yang
diperlukan untuk menghasilkan sensitisasi, namun 90% terjadi pada saat persalinan.
• Setelah tersensitisasi
diperlukan waktu kira-kira 1 bulan untuk antibodi rhesus yang dibentuk ibu masuk ke dalam sirkulasi fetus.
• Oleh karena itu anak pertama
tidak terpengaruh.
• Risiko dan parahnya respon
sensitisasi meningkat sesuai dengan kehamilan berikutnya bila bayi rhesus positif
Ikterus yang Berhubungan dengan ASI
Breast Feeding Jaundice (BFJ)
• Disebabkan oleh kurangnya asupanASI sehingga sirkulasi enterohepatik meningkat (pada hari ke-2 atau 3 saat ASI belum banyak)
Breast Milk Jaundice (BMJ)
• Berhubungan dengan pemberian ASIdari ibu tertentu dan bergantung pada kemampuan bayi
mengkonjugasi bilirubin indirek
Indikator BFJ BMJ
Awitan Usia 2-5 hari Usia 5-10 hari
Lama 10 hari >30 hari
Volume ASI Kurang sering diberi ASI atau ASI masih sedikit
Tidak tergantung dari volume ASI
BAB Tertunda atau jarang Normal
Kadar Bilirubin Tertinggi 15 mg/dl Bisa mencapai >20 mg/dl Pengobatan Tidak ada, Teruskan ASI disertai
monitor dan evaluasi pemberian ASI
Fototerapi, Hentikan ASI jika kadar
bilirubin > 16 mg/dl selama lebih dari 24 jam (untuk diagnostik)
•
Tatalaksana
•
Fototerapi dilakukan dengan cara meradiasi
bayi ikterik dengan lampu energi foton
sehingga merubah struktur molekul bilirubin
supaya mudah diekskresi ke empedu atau urin
tanpa membutuhkan glukoronidase hepatic
seperti biasanya. Biasanya pada bilirubin total
>15
•
Transfuse tukar merupakan metode tercepat
untuk menurunkan kadar bilirubin serum.
Biasanya pada bil total > 20
Kejang Demam
•
Definisi
•
Kejang yang terjadi akibat demam (suhu rektal di atas
38°C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat (SSP)
atau gangguan elektrolit akut, dan tidak ada riwayat
kejang tanpa demam sebelunya.
•
Kejang demam terjadi pada 2-5% anak dengan umur
berkisar antara 6 bulan sampai 5 tahun, insidens
tertinggi pada umur 18 bulan.
•
Kejang demam dibagi atas kejang demam sederhana
dan kejang demam kompleks.
–
Kompleks : kejang demam fokal, lebih dari 15 menit, atau
berulang dalam 24 jam.
–
Sederhana : kejang bersifat umum, singkat, dan hanya
Etiologi
•
Terdapat interaksi 3 faktor :
1. imaturitas otak dan termoregulator
2. Demam ----> kebutuhan O2 me –
ningkat
3. Predisposisi genetik
> 7 lokus kromosom ( poligenik,
autosomal dominan )
Lanjutan
•Penyebab demam :
ISPA 38%
Otitis media 23%
Pneumonia 15%
Gastroenteritis 7%
Pasca vaksinasi ( DT
wP, campak ) 25 per
•
Klinis
•
Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama
kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi,
interval, pasca kejang penyebab kejang diluar SSP
•
Tidak ada riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya
•
Riwayat kelahiran, perkembangan, kejang demam
dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga
(kakak-adik, orangtua)
Tatalaksana
•
Antipiretik
– Berikan asetaminofen 10-15 mg/kg/hari setiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10
mg/kg/hari tiap 4-6 jam.
•
Anti kejang
– Berikan diazepam oral 0,3 mg/kg/hari tiap 8 jam saat demam atau diazepam
rektal 0,5 mg/kg/kali setiap 12 jambila demam di atas 38°C.
•
Pengobatan jangka panjang
– Bila dijumpai salah satu keadaan di bawah ini:
• Kejang demam lebih dari 5 menit.
• Adanya defisit neurologis yang jelas baik sebelum maupun sesudah kejang (misalnya palsi
serebral, retardasi mental, atau mikrosefal).
• Kejang demam fokal
• Adanya riwayat epilepsi dalam keluarga
– Dipertimbangkan bila:
• Kejang demam pertama pada umur di bawah 12 bulan • Kejang berulang dalam 24 jam
• Obat antikonvulsan yang diberikan adalah asam valproat 15-40 mg/kg/hari atau
TATA LAKSANA
•
Penanganan secara umum
–Pakaian ketat dibuka
–
Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah
aspirasi isi lambung
–
Menjaga jalan nafas agar oksigenasi berjalan baik
–
Jangan menahan kejang dengan paksaan
–
Bila Suhu tinggi, berikan kompres dengan air biasa
–
Berikan Oksigen Sungkup bila perlu
Di Rumah
•
Dilakukan oleh orang tua yang telah terlatih menggunakan
diazepam rektal .Dosis diazepam rektal :
•
5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau 7,5 mg untuk
anak di atas usia 3 tahun, atau
•
5 mg untuk berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk
berat badan lebih dari 10 kg, atau
•
0,5 – 0,75 mg/kgBB/kali.
•
maksimum diberikan 2x berturutan dengan jarak 5 menit. Jika
masih kejang bawa ke instansi kesehatan terdekat
Di Rumah Sakit
•
Dapat diulang diazepam rektal 1 kali, Diazepam juga dapat
diberikan dengan suntikan intravena
•
0.2 – 0,5 mg/kgBB. Berikan perlahan 0,5 – 1 mg/menit
•
Bila kejang berhenti, hentikan penyuntikan. Dapat diberikan 2
kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang.
Pemberian obat saat demam
•
Antipiretik
Pemberian antipiretik dianjurkan
meskipun tidak ada bukti antipiretik dapat
mencegah terjadinya kejang demam
.
Camfiel et al,1980 ; Uhari et al, 1995Antikonvulsan
•
Diazepam oral 0,3 mg/kg, 3x sehari efektif
dapat menurunkan kejang demam. Efek
samping hampir selalu ditemukan : somnolen
dan ataxia
•
Phenobarbital, phenytoin atau carbamazepin
yang diberikan saat demam tidak efektif untuk
mencegah kejang demam
Pengobatan antikonvulsan rumat ( terus
menerus )
•
Phenobarbital 4 – 5 mg /kg BB dibagi 2 dosis,
maksimal 200 mg/hari, atau Asam Valproat
20-40 mg/kgBB/hari efektif menurunkan risiko
berulangnya kejang demam.
•
Efek samping phenobarbital berupa gangguan
perilaku/hiperaktif dan penurunan IQ sulit
diterima
•
Efek samping Asam Valproat pada usia muda
Rekomendasi Profilaksis
•
Dengan pengetahuan bahwa kejang demam
merupakan keadaan benigna dan pertimbangan efek
samping obat, profilaksis diberikan dalam jangka
pendek kecuali pada kasus yang sangat selektif dapat
diberikan profilaksis terus menerus
AAP. Cpmmittee on drugs. Behavioural & cognitive effect of anticonvulsant therapy. AAP. Practice parameter: longterm treatment of the child with simple febrile seizure.
Indikasi Pengobatan Rumat
•
Kejang lama
•
Anak mengalami kelainan neurologis yang
nyata sebelum atau sesudah kejang
Penyakit Jantung Bawaan
•
Definisi
•
Merupakan masalah jantung dimana terjadi malformasi organ
tersebut selama masa embriogenik, sehingga saat kelahiran
terdapat kelainan anatomis pada organ tersebut.
•
Terdapat 2 macam : sianotik dan asianotik
–
Sianotik –
right-to-left shunt
–
penurunan aliran darah pulmonal:
• Darah kaya CO2 masuk ke ventrikel kiri sistemik • Tetralogy of fallot (ToF)
• TGA
–
Asianotik –
left-to-right shunt
–
peningkatan aliran darah pulmonal:
• Darah ventrikel kiri masuk ke ventrikel kanan paru • Patent ductus arteriosus (PDA) continuous murmur • Atrial septal defect (ASD)
Eksantema Akut
• Morbilli• Infeksi Paramyxovirus
• Faktor resiko : Anak sekolah, Belum pernah vaksin • Inkubasi: 8-12 hari
• Infeksius: 1-2 hari sebelum prodrome hingga 4 hari setelah keluar rash • Pre-eruptive Stage
– demam
– Catarrhal – dimulai dari kavitas nasal (rhinitis) konjungtiva (konjungtivitis) orofaring
bronkus(bronkhitis)
– Respiratory Symptoms--> batuk • Eruptive Stage
– Exanthem sign – Erupsi di kulit – Maculopapular Rashes
– Dengan demam tinggi – Bercak koplik
• Stage of Convalescence
– Rashes – menghilang sama dengan urutan munculnya (muka lalu ke tubuh bag bawah) membekas
kecoklatan
– Demam akan perlahan menghilangsaat erupsi di tangan dan kaki memudar
• Komplikasi: Otitis Media, Bronchopneumonia, Encephalitis, Pericarditis, Subacute sclerosing
Rubella
Rubella
•
•
Infeksi T
Infeksi
Togavirus
ogavirus
••
Faktor resiko : remaja belum pernah vaksin
Faktor resiko : remaja belum pernah vaksin
••
Inkubasi: 14-21 hari
Inkubasi: 14-21 hari
••
Infeksius: 5-7 hari
Infek
sius: 5-7 hari sebelum rash hingga 3-5
sebelum rash hingga 3-5 hari setelah keluar rash
hari setelah keluar rash
••
Prodromal
Prodromal
–
–
Anak: ringan
Anak: ringan
––
Remaja & Dewasa: demam, malaise,
Remaja & Dewasa: demam, malaise, nyeri tnggorok, nausea, anorexia,
nyeri tnggorok, nausea, anorexia,
limfadenopati
limfadenopati
••
Enanthem
Enanthem
–
–
Forschheimer’s
Forschheimer’s spots
spots
•
•
Komplikasi:Arthralgias/arthritis, Peripheral neuritis, encephalitis,
Komplikasi:Arthralgias/arthritis, Peripheral neuritis, encephalitis,
thrombocytopenic purpura
thrombocytopenic purpura
–
–
Congenital rubella syndrome
Congenital rubella syndrome
•
Pemantauan Pertumbuhan
Pemantauan Pertumbuhan
•
•
Interpretasi Pengukuran TB/U
Interpretasi Pengukuran TB/U
••
Z Score
Z Score
–
– >2 SD: Tergolong sangat tinggi.>2 SD: Tergolong sangat tinggi.
•
• Rujuk anak Rujuk anak jika dicurigai adanyajika dicurigai adanya
gangguan endokrin (tinggi tidak gangguan endokrin (tinggi tidak sesuai perkiraan tinggi
sesuai perkiraan tinggi kedukeduaa orang
orang tua, atua, atau tau cenderung tcenderung teruserus meningkat) meningkat) – – 2 sd (-2) SD : Normal2 sd (-2) SD : Normal – – <-2 SD : Stunted<-2 SD : Stunted –
– <-3 SD : <-3 SD : Severly stuntedSeverly stunted
•
•
CDC-NCHS
CDC-NCHS
–
– 90-110% : Baik/normal90-110% : Baik/normal –
– 70-89% : Tinggi 70-89% : Tinggi kurangkurang –
– <70% : Tinggi <70% : Tinggi sangat kursangat kurangang
•
•
Interpretasi Pengukuran BB/U
Interpretasi Pengukuran BB/U
••
Z Score
Z Score
–
– > 2 SD : Memiliki masalah> 2 SD : Memiliki masalah
pertumbuhan, lebih baik dinilai pertumbuhan, lebih baik dinilai dari pengukuran berat
dari pengukuran berat
terhadap tinggi atau BMI/U terhadap tinggi atau BMI/U
–
– 2 sd (-2) SD : Normal2 sd (-2) SD : Normal –
– <-2 SD : Underweight<-2 SD : Underweight –
– <-3 SD : Severly underweight<-3 SD : Severly underweight
•
•
CDC-NCHS
CDC-NCHS
–
– >120% : Gizi lebih>120% : Gizi lebih –
– 80-120% : Gizi baik80-120% : Gizi baik –
– 60-80% : Gizi kurang, buruk60-80% : Gizi kurang, buruk
•
•
dengan edema
dengan edema
–
•
•
Status Nutrisi BB/TB
Status Nutrisi BB/TB
••
Cara penilaian status nutrisi:
Cara penilaian status nutrisi:
–
–
Z-
Z-score →
score → menggunakan kurva WHO
menggunakan kurva WHO weight-for-height
weight-for-height
•
• >3>3 – – obesitas obesitas •
• >2>2 – – overweight overweight •
• >1>1 – – possible overweight possible overweight •
• <-2<-2 – – moderate wasted moderate wasted •
• <-3<-3 – – severe wasted severe wasted
–
–
BB/IBW (Ideal Body Weight) →
BB/IBW (Ideal Body Weight) → menggunakan kurva CDC
menggunakan kurva CDC
• • ≥120% obesity≥120% obesity • • ≥110≥110 -120% overweight-120% overweight • • ≥90≥90-110% normal-110% normal •
• ≥80≥80-90% -90% mild mild malnutritionmalnutrition •
• ≥70≥70-80% -80% moderatmoderate e malnutritionmalnutrition •
Malnutrisi
• Definisi• KEP : ringan, sedang, berat • KEP severe :
– Kwashiorkor: protein deficiency – Marasmus: energy deficiency
– Marasmic/ Kwashiorkor: kombinasi energy deficiency & protein deficiency
•
Indikasi rawat
–
BB sangat rendah : BB/TB < 70%; BB/U < 60%
–
disertai salah satu :
•
edema
•
dehidrasi berat
•diare persisten
•
sangat pucat, hipotermia, syok
•tanda infeksi sistemik / lokal
•Hb , 5 g/dl
•
ikterus
•
tidak nafsu makan
•usia < 1 thn
•
nutrisi
–
fase stabilisasi
F75
–fase transisi
F100
–
fase rehabilitasi
F150
•
Defis.vit A : h-1,2 dan 14 / perburukan :
–
umur < 6 bln
: 50.000 SI
–umur 6-12 bln : 100.000 SI
–umur > 1 thn
: 200.000 SI
•
Infeksi :
–
tanpa komplikasi : kotrimoksasol
–
berat : Ampisilin IV
Amoksisilin oral + Gentamisin
–Spesifik : OAT
Sindrom Distress Nafas Neonates
•
PENYAKIT MEMBRAN HIALIN
– Aterm surfaktan cukup mencegah kolaps alveolus saat akhir ekspirasi – Prematur surfaktan kurang alveolus kolaps saat akhir ekspirasi bayi
akan mengalami sesak napas
– Makin muda usia kehamilan makin tinggi risiko PMH – Kelainan pd paru :
• Kolaps alveolus
• Cairan yang mengandung protein tinggi membran hialin • Penyempitan arteri pulmonalis
•
Semua keadaan di atas
gagal napas
•
Foto Ro: Pola retikulogranular (PRG), PRG dan bronkogram udara (BGU),
PRG + BGU + batas jantung kabur, Kolaps seluruh paru
(white lung)
•
Pencegahan
– Pencegahan persalinan prematur
– Pemberian betametason/dexamethasone pada ibu (prematur < 34 minggu) – Resusitasi adekuat
•
WET LUNG SYNDROME/TRANSIENT TACHYPNEU NEWBORN
–
Alveolus dan bronkus janin terisi cairan
Cairan dalam paru terperas
–Beberapa bayi
proses di atas tidak terjadi
sal. napas masih terisi
cairan
sesak napas
–
FR: Bedah kaisar, Hipoksia janin atau asfiksia berat, Ibu mengalami
sedasi, Polihidramnion
•Klinis:
–
Cukup bulan/kurang bulan
–
Sesak napas saat atau segera setelah lahir
–
Sesak akan membaik dalam 24 jam pertama, menghilang dalam 72
jam
–
Foto torak: usia <6 jam ~ PMH
•
Tatalaksana
–
Observasi. Tidak ada penanganan khusus
SINDROM ASPIRASI MEKONIUM (SAM)
• Hipoksia janin Mekonium keluar & janin
gaspingCairan amnion yang
terkontaminasi mekonium terhirup ke larings dan trakheaMekonium masuk saluran napas lebih kecil dan alveolus
Kerusakan paru
• Klinis
– Cukup/lebih bulan, jarang sekali kurang
bulan
– Cairan amnion terkontaminasi mekonium – Mekonium tampak/dapat dihisap dari
saluran napas atas (bantuan laringoskop)
– Kulit bayi diwarnai mekonium – Sesak napas
– Foto toraks : hiperinflasi paru disertai
banyak daerah paru yang kolaps
• Pencegahan
– Pembersihan saluran napas atas sebelum
bayi bernapas saat lahir
• Tatalaksana
– Tidak ada pengobatan spesifik – Kasus berat ventilator / ECMO
PNEUMONIA
•
Saat lahir : komplikasi
korioamnionitis
•
Setelah lahir : infeksi
nasokomial
•
Klinis
–
Pus cells
dan bakteri pada
cairan lambung
–
Foto toraks : daerah
paru-paru yang kolaps dan
konsolidasi
•
Tata laksana
–
Suportif
–Antibiotika
PNEUMOTORAKS
•
Terkumpulnya udara di dalam
rongga pleura
•
Alveolus pecah
udara keluar dari
paru-paru
menekan paru-paru
paru-paru tidak dapat
berkembang pada saat inspirasi
•
Unilateral/bilateral
•
Faktor risiko: Bayi yang menderita
sesak napas, menderita SAM,
memerlukan resusitasi saat lahir,
mendapat bantuan napas dengan
ventilator
•
Tatalaksana
– Sesak napas ringan & tidak sianosis dg
O2 sungkup pengawasan ketat
– Bayi dirawat di RS yang mempunyai
fasilitas level 2 atau 3
– Sesak napas hebat/ventilator WSD – Tindakan darurataspirasi pleura
Definisi
•
Diare adalah buang air besar yang tidak
normal dimana terjadi perubahan konstruksi
tinja dengan frekuensi yang lebih dari 3 kali
dalam 24 jam, disertai atau tanpa darah.
•
Diare akut adalah diare yang terjadi tidak lebih
•
Penyebab Diare akut :
–Infeksi
•Virus
•Bakteri
•Parasit
–Malabsorbsi
–Alergi
–Keracunan makanan
Patomekanisme Diare
1. Diare Sekretorik
–
Akibat aktifnya enzim adenilil siklase
mengubah ATP
menjadi cAMP
akumulasi cAMP intrasel
menyebabkan sekresi aktif air, ion Cl, Na, K, dan HCO3
ke dalam lumen usus
–
Adenilil siklase diaktifkan atau dirangsang oleh toksin
atau mikroorganisme
•
Vibrio
toksin yang paling kuat mengaktifkan adenilyl
siklase
•
ETEC
•Shigella
•
Clostridium
2. Diare Invasif
•
Invasi mikroorganisme ke dalam mukosa
usus sehingga menimbulkan pada mukosa
usus
•
Penyebab diare Invasif
berdarah, kecuali
Rotavirus
–
Rotavirus (tidak berdarah)
–
Bakteri : Shigella, Salmonella, Campylobacter,
EIEC, Yersinia
3. Diare osmotik
Diare osmotik adalah diare karena tingginya
tekanan osmotik di lumen usus sehingga
menarik cairan intraseluler ke dalam lumen,
sehingga menimbulkan watery diarrhea
Paling sering disebabkan malabsorbsi
karbohidrat
Anamnesis
•
Diare:
Frekuensi BAB anak
Lamanya diare (berapa hari)
Apakah terdapat darah dalam feces
Apakah ada muntah
•
Laporan setempat mengenai KLB (kolera)
•
Pengobatan antibiotika yang baru diminum anak
atau pengobatan lainnya
•
Gejala invaginasi (ta
Pemeriksaan Fisik
Cari tanda-tanda berikut :
–Rewel atau gelisah
–
Letargis/kesadaran menurun
–Mata cekung
–
Cubitan kulit perut kembalinya lambatatau sangat lambat
Darah dalam tinja
Tanda invaginasi
Tanda gizi buruk
Perut kembung
Tidak perlu dilakukan kultur tinja rutin pada anak dengan
diare
Diagnosis Didasarkan pada keadaan
Diare cair akut •Diare >3x sehari berlangsung kurang dari 14
hari
•Tidak mengandung darah
Kolera •Diare air cucian beras yang sering dan banyak
dan cepat menimbulkan dehidrasi berat atau
•Diare denga dehidrasi berat selama terjadi
KLB kolera
•Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V
cholera O1 atau O139
Disentri Diare berdarah
Diare persisten Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk Diare jenis apapun dengan gizi buruk
Diare terkait dengan antibiotik Mendapat pengobatan antibiotika oral dengan spektrum lias
Invaginasi Dominan darah dan lendir dalam tinja, massa intra abdomen, tangisa keras +pucat
Klasifikasi Tanda atau gejala Pengobatan Dehidrasi Berat Terdapat dua atau lebih tanda
berikut :
1. Letargis /tidak sadar 2. Mata cekung
3. Tidaj bisa minum atau malas minum
4. Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (>= 2 detik)
1. Berikan cairan IV segera a. Umur <12 bulan • 30 ml/kgBB dalam 1 jam • 70 ml/kgBB dalam 5 jam b. Umur >=12 bulan • 30 ml/kg BB dalam 30menit • 70 ml/kgBB dalam 2 ½ jam
Dehidrasi Ringan/ sedang
Terdapat dua atau lebih tanda :
1. rewel, gelisah 2. Mata cekung
3. Minum dengan lahap, haus
4. Cubitan kulit kembali lambat
Rencana terapi B
Setelah rehidrasi nasihati ibu untuk penanganan di rumah
Kunjungan ulang dalam jangka waktu 5 hari
Tanpa Dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan atau sedang
Rencana terapi A
Nasihati ibu kapan kembali Kunjungan ulang dalam 5 hari jika tidak membaik
Mulai
TIDAK
YA Dapatkah memberi
cairan IV ?
Beri cairan Ivm jika bisa minum beri oralit melalui mulut sementara infus disiapkan, Beri 100 ml/kgBB cairan RL (atau NaCl) : a. Umur <12 bulan • 30 ml/kgBB dalam 1 jam • 70 ml/kgBB dalam 5 jam b. Umur >=12 bulan • 30 ml/kg BB dalam 30menit • 70 ml/kgBB dalam 2 ½ jam
Ulagi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba
Periksa kembali anak tiap 15-30 menit, Jika status hidrasi belum membaik, beri tetesan IV lebih cepat
Juga beri cairan oralit (kira2 5 ml/kg/jam) atau 1-2 ham (anak) dan beri tablet Zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan
Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan dehidrasi, Kemudian pilih terapi yang sesuai.
Apakah terdapat fasilitas pemberian cairan IV terdekat (dalam 30 menit) TIDAK YA
Rujuk SEGERA untuk
pengobatan IV, Jika anak bisa minum beri ibu
larutan oralit dan tunjukan cara
menimumkan pada anak sedikit-sedikit selama dalam perjalanan
Apakah saudara terlatih menggunakan pipa
nasogastrik untuk
rehidrasi YA
TIDAK
•Mulai lakukan rehidrasi dengan oralit dengan
oralit melalui pipa nasogastrik atau mulut beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam ( total 120 ml/kg)
•Periksa kembali anak setiap 1-2 jam
•Jika anak muntah terus menerus atau perut
makin kembung, beri cairan lebih lambat
•Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak
membaik, rujuk anak untuk pengobatan IV Setelah 6 jam, periksa kembali anak,
Klasifikasikan dehidrasi kemudian tentukan rencana terapi
Apakah anak masih bisa minum? TIDAK YA IDEM tabel sebelumnya RUJUK ke RS untuk pengobatan IV CATATAN:
Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah rehidrasi untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi dengan pemberian cairan oralit per oral
Jumlah oralit yang diperlukan = 75 ml/kgBB
Rencana Terapi B
•
Beri oralit di klinik sesuai anjuran selama
periode 3 jam
–
Tentukan jumlah oralit untuk 3 Jam pertama
Umur Sampai 4 bulan
4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun Berat badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400
•
Tunjukan kepada ibu cara memberi larutan
Oralit
–
Minumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari
cangkir/mangkok/gelas
–
Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian
lanjutkan lagi dengan lebih lambat
–
Lanjutkan ASI selama anak mau
•
Setelah 3 jam
–
Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat
dehidrasinya
–
Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan
pengobatan
Jika Ibu memaksa pulang sebelum pengobatan
selesai :
–
Tunjukan cara penyiapan larutan oralit di rumah
–Tunjukan berapa banyak larutan oralit yang harus
diberikan di rumah untuk menyelesaikan 3 jam
pengobatanBri bungkusan tera[I yang cukup untuk
rehidrasi
Jelaskan 4 aturan oerawatan di rumah :
•
Beri cairan tambahan
•
Kanjutkan oemberian makan
•Beri tablet Zinc selama 10 hari
•Kpan harus kembali
Rencana Terapi A
•
Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan
di rumah : beri cairan tambahan, beri tablet zinc,
lanjutkan pemberian makan, kapan harus
kembali
1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
–
< 2 tahun 50 sampai 100 ml setiap kali BABA
–
>= 2 tahun 100 sampai 200 ml setiap BAB
2. Beri tablet Zinc
Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari
Pneumonia
•
Untuk definisi, etiologi, klasifikasi lihat bag peny dalam
•Klinis
•
Kriteria diagnosis WHO
– Nafas cepat (tachypnea)• Umur RR/menit
• < 2 bulan 60
• 2 - 12 bulan 50
• 1 - 5 tahun 40
– Retraksi (otot bantu nafas) •
Tatalaksana
•
Pneumonia berat
•Rawat inap
•
Antibiotik:
– Procain Pennicilline, Chloramphenicol – Amoxycillin + Clavulanic Acid
•
Cairan IV
•Oxygen
•
Bronkiolitis adalah Infeksi virus akut saluran pernapasan
bawah yang menyebabkan obstruksi inflamasi bronkiolus.
•
Bronkiliotis sering mengenai anak usia di bawah 2 tahun
dengan insiden tertinggi pada bayi umur 6 bulan.Pada daerah
yang penduduknya padat insiden bronkiolitis oleh karena RSV
terbanyak pada usia 2 bulan.
•
Faktor resiko terjadinya :jenis kelamin laki-laki, status sosial
ekonomi rendah, jumlah anggota keluarga yang besar,
perokok pasif, rendahnya antibodi maternal terhadap RSV,
dan bayi yang tidak mendapatkan air susu ibu (ASI).
•
RSV adalah penyebab utama bronkiolitis dan
merupakan satu-satunya penyebab yang dapat
menimbulkan epidemi.
1Virus RSV lebih virulen
daripada virus lain dan menghasilkan imunitas yang
tidak bertahan lama.
Penyebab:
•
(RSV), 45-80 %.
•
Parainfluenza Virus
(PIV) 3 25-50% kasus,
•
PIV tipe 1 dan 2, adenovirus tipe 1,2 dan 5, Rinovirus,
virus influenza, enterovirus, herpes simplex virus, dan
Mycoplasma pneumoni sedikit kasus (< 25%).
Manifestasi klinis
–
Rhinorrhea, cough,
–
lowgrade fever 1-2 days
–fast breathing
–chest retraction
–WheezingQ
–feed poorly
–irritable
•Physical examination :
–Fast breathing
–↑ pulse rate
–Fever
–Mild conjungtivitis
–Chest retraction
–Prolonged expiration
–Rales
•
Radiographic appearance :
– Non specific
•
Findings :
– Diffuse hyperinflation of the
lung
– Flatting of diaphragma
– Prominence of retrosternal
space
– Patchy / peribronchial infiltrate – Patchy atelectasis – Normal findings •
Tatalaksana
•Rawat inap
•Antibiotik
•Cairan IV
•Oxygen
Paralisis Bahu
•
Paralisis Erb
•
Erb-duchenne palsy
•
Paralisis saraf perifer C5
dan C6 (bagian dari
plexus brachialis bagian
atas/ brachial
monoparesis)
•
Manifestasi: kehilangan
mobilitas lengan atas
Posisi: lengan adduksi
dengan pronasi lengan
bawah
•
Paralisis Klumpke
•
Paralisis parsial dari
pleksus brachialis
bagian bawah C8-T1
•
Manifestasi: paralisis
lengan bawah dan
tangan
Newborn Baby
•
Neonatus Kurang Bulan (Pre-term infant) : Usia gestasi < 37
minggu
•
Neonatus Lebih Bulan (Post-term infant) : Usia gestasi > 42
minggu
•
Neonatus Cukup Bulan (Term-infant) : Usia gestasi 37 s/d 42
•Small for Gestational Age (SGA, Kecil Masa Kehamilan) :
Berat lahir dibawah 2SD / persentil 10th dari populasi usia
gestasi yang sama
•
Large for Gestational Age (LGA, Besar Masa Kehamilan) :
Berat lahir diatas persentil 90 untuk populasi usia gestasi
yang sama
•
Appropriate for Gestational Age (Sesuai Masa Kehamilan) :
Resusitasi
Neonatus
•
Pada saat bayi lahir harus dilakukan penilaian awal.
•
Jika pada penilaian didapatkan satu jawaban TIDAK,
maka dilakukan LANGKAH AWAL resusitasi, meliputi:
1. Berikan kehangatan dengan menempatkan bayi di
bawah pemancar panas.
2. Posisikan kepala bayi sedikit tengadah agar jalan napas
terbuka kemudian jika perlu bersihkan jalan napas
dengan melakukan pengisapan pada mulut hingga
orofaring kemudian hidung.
3. Keringkan bayi dan rangsang taktil, kemudian reposisi
kepala agar sedikit tengadah.
•
Jika ketuban tercampur mekonium lakukan
penilaian apakah bayi bugar atau tidak bugar.
•
Tidak bugar ditandai dengan depresi pernapasan
dan atau tonus otot kurang baik dan atau
frekuensi jantung < 100 kali /menit. Jika bayi
bugar, tindakan bersihkan jalan napas sama
•
seperti bayi normal, tetapi jika bayi tidak bugar
lakukan pengisapan dari mulut dan trakea
terlebih dahulu, kemudian lengkapi dengan
LANGKAH AWAL.
•
bayi kebutuhan akan resusitasi dapat diantisipasi
dengan
•
melihat faktor risiko, a.l.: bayi yang dilahirkan dari
ibu yang pernah mengalami
•
kematian janin atau neonatal, ibu dengan
penyakit kronik, kehamilan multipara,
•
kelainan letak, pre-eklampsia, persalinan lama,
prolaps tali pusat, kelahiran
•
prematur, ketuban pecah dini, cairan amnion
•
Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
•
VTP dilakukan apabila pada penilaian pasca
langkah awal didapatkan salah satu
•
keadaan berikut:
•
a. Apnu
•
b. Frekuensi jantung < 100 kali/menit
•
c. Tetap sianosis sentral walaupun telah
•
Sebelum VTP diberikan pastikan posisi kepala dalam keadaan setengah
tengadah.
•
Pilihlah ukuran sungkup. Ukuran 1 untuk bayi berat normal, ukuran 0
untuk bayi
•
berat lahir rendah (BBLR).
•
Sungkup harus menutupi hidung dan mulut, tidak menekan mata dan
tidak
•
menggantung di dagu (lihat gambar).
•
Tekan sungkup dengan jari tangan (lihat gambar). Jika terdengar udara
•keluar dari sungkup, perbaiki perlekatan sungkup. Kebocoran yang paling
umum
•
adalah antara hidung dan pipi (lihat gambar).
•
VTP menggunakan balon_sungkup diberikan selama 30 detik dengan
kecepatan
40-•
60 kali/menit ~ 20-30 kali/30 detik.
•
Pastikanlah bahwa dada bergerak naik turun tidak terlalu tinggi secara
simetris.
VTP + Kompresi dada
•
Apabila setelah tindakan VTP selama 30 detik,
•
frekuensi jantung < 60 detik maka lakukan kompresi
•dada yang terkoordinasi dengan ventilasi selama
•30 detik dengan kecepatan 3 kompresi : 1 ventilasi
•selama 2 detik. Kompresi dilakukan dengan
•
dua ibu jari atau jari tengah_telunjuk /
•
tengah_manis. Lokasi kompresi ditentukan
•dengan menggerakkan jari sepanjang tepi iga
•terbawah menyusur ke atas sampai
•
mendapatkan sifoid, letakkan ibu jari atau
•jari-jari pada tulang dada sedikit di atas
•sifoid. Berikan topangan pada bagian
•belakang bayi. Tekan sedalam
Intubasi
•
Intubasi Endotrakea dilakukan pada keadaan
berikut:
•
1. Ketuban tercampur mekonium & bayi tidak
bugar
•
2. Jika VTP dengan balon & sungkup tidak efektif
•3. Membantu koordinasi VTP & kompresi dada
•4. Pemberian epinefrin untuk stimulasi jantung
•5. Indikasi lain: sangat prematur & hernia
•
Obat-obatan
•
Obat-obatan yang harus disediakan untuk resusitasi bayi baru lahir
adalah epinefrin
•
dan cairan penambah volume plasma.
•Epinefrin
•
Indikasi : Setelah pemberian VTP selama 30 detik dan pemberian
secara
•
terkoordinasi VTP + kompresi dada selama 30 detik, frekuensi
jantung tetap
•
< 60 kali/menit.
•
Cara pemberian & dosis :
•
o Persiapan: 1 mL cairan 1:10 000 (semprit yang lebih besar
diperlukan untuk
•
pemberian melalui pipa endotrakea)
•