• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Inovasi SIPPD BAPPEDA A. GAMBARAN UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Profil Inovasi SIPPD BAPPEDA A. GAMBARAN UMUM"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

A. GAMBARAN UMUM

1. Kondisi Geografis

Kota Makassar merupakan salah satu pemerintahan kota dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi, sebagaimana yang tercantum dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822. Kota Makassar menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1965, (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 94), dan kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 Daerah Tingkat II Kotapraja Makassar diubah menjadi Daerah Tingkat II Kotamadya Makassar.

Kota Makassar yang merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan terletak di Pantai Barat pulau Sulawesi berada dalam titik koordinat 119°4‟29,038” – 119°32‟35,781” Bujur Timur dan 4°58‟30,052”-5°14‟0,146” Lintang Selatan dengan luasan 17.577 hektar. Secara administratif Kota Makassar terbagi atas 15 Kecamatan dan 153 Kelurahan. Bagian utara kota terdiri atas Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Tallo, Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan Kepulauan Sangkarrang. Di bagian selatan terdiri atas Kecamatan Tamalate dan Kecamatan Rappocini. Di bagian Timur terbagi atas Kecamatan Manggala dan Kecamatan Panakkukang. Bagian barat adalah Kecamatan Wajo, Kecamatan Bontoala, Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Makassar, Kecamatan Mamajang, dan Kecamatan Mariso.

Wilayah kecamatan Tamalate berada di bagian selatan kota Makassar. Secara astronomis kecamatan ini terletak antara 50 10’30” BT dan 119024’28”LS dengan luas wilayah 20,21 km2 atau 11,50% dari luas kota Makassar. Hal ini menyebabkan Tamalate menjadi kecamatan dengan wilayah terluas keempat. Letak masing- masing kelurahan ke ibu kota kecamatan berkisar 1-10 km, dengan kelurahan Maccini Sombala sebagai kelurahan yang berada paling dekat dengan kantor Camat

(3)

Tamalate. Hal ini dikarenakan kantor Kecamatan Tamalate berada di wilayah kelurahan tersebut. Sedangkan jarak ibukota kecamatan ke ibu kota Makassar ±5 km.

Rincian luas masing-masing kecamatan, diperbandingkan dengan persentase luas wilayah Kota Makassar sebagai berikut :

Tabel 1 Luas Wilayah dan Persentase terhadap Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2016

Kode Wil Kecamatan Luas Area (km2) Persentase Terhadap Luas Kota Makassar

010 Mariso 1,82 1,04 020 Mamajang 2,25 1,28 030 Tamalate 20,21 11,50 031 Rappocini 9,23 5,25 040 Makassar 2,52 1,43 050 Ujung Pandang 2,63 1,50 060 Wajo 1,99 1,13 070 Bontoala 2,10 1,19 080 Ujung Tanah 5,94 2,51 090 Tallo 5,83 3,32 100 Panakukang 17,05 9,70 101 Manggala 24,14 13,73 110 Biringkanaya 48,22 27,43 111 Tamalanrea 31,84 18,12 112 Kepulauan Sangkarrang 15.40 0,87 7371 Kota Makassar 17.577 100,00

Sumber: Perda Nomor 4 Tahun 2015 Tentang RTRW Kota Makassar 2015-2034

Secara topografi Kota Makassar dicirikan dengan keadaan dan kondisi sebagai berikut: tanah relatif datar, bergelombang, dan berbukit serta berada pada ketinggian 0-25 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan tingkat kemiringan lereng (elevasi) 0- 15%. Sementara itu, dilihat dari klasifikasi kelerengannya, sebagian besar berada pada kemiringan 0-5%. Dari hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa untuk kondisi ruang seperti ini Kota Makassar sangat berpotensi untuk pengembangan

(4)

kegiatan permukiman, perdagangan, jasa, industri, rekreasi, pelabuhan laut dan fasilitas penunjang lainnya.

Kota Makassar terus berbenah diri menjadi sebuah Kota Dunia yang berperan tidak hanya sebagai pusat perdagangan dan jasa tetapi juga sebagai pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan, pusat kegiatan edu-entertainment, pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara.

2. Kondisi Penduduk

Kota Makassar kini berkembang tidak lagi sekedar gateway namun diposisikan sebagai ruang keluarga (living room) di Kawasan Timur Indonesia. Sebagai kota metropolitan, Makassar tumbuh dengan ditunjang berbagai potensi, yang salah satunya adalah jumlah penduduk. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. 2 Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Kota Makassar Kecamatan

Populasi Penduduk Laju Pertumbuhan

Penduduk 2014 2015 Mariso 58.327 58.815 0,93 Mamajang 60.537 60.779 0,50 Tamalate 186.921 190.694 2,12 Rappocini 160.499 162.539 1,37 Makassar 84.014 84.396 0,56 Ujung Pandang 28.053 28.278 0,90 Wajo 30.505 30.722 0,82 Bontoala 55.937 56.243 0,65 Ujung Tanah 48.531 48.882 0,83 Tallo 137.997 138.598 0,54 Panakkukang 146.121 146.968 0,68 Manggala 131.500 135.049 2,80 Biringkanaya 190.829 196.612 3,13 Tamalanrea 109.471 110.826 1,34 Jumlah 1.429.242 1.449.401 1,50

(5)

Berdasarkan data tersebut jumlah penduduk terbesar yang dirinci menurut Kecamatan terdapat di Kecamatan Biringkanaya sejumlah 196.612 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 3,13 sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Ujung Pandang sejumlah 28.278 dengan laju pertumbuhan (0,90).

Tabel 3. Persentase Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Kota Makassar

Kode Kepadatan Wilayah Kecamatan Persentasi Penduduk

10 Mariso 4,06 32.316 20 Mamajang 4,19 27.013 30 Tamalate 13,16 9.436 31 Rappocini 11,21 17.610 40 Makassar 5,82 33.490 50 Ujung Pandang 1,95 10.752 60 Wajo 2,12 15.438 70 Bontoala 3,88 26.782 80 Ujung Tanah 3,37 8.229 90 Tallo 9,56 23.773 100 Panakkukang 10,14 8.620 101 Manggala 9,32 5.594 110 Biringkanaya 13,57 4.077 111 Tamalanrea 7,65 3.481 7371 Kota Makassar 100 8.246

Sumber : Potret Kota Makassar 2016

Berdasarkan Tabel 3, persentase penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Biringkanaya yaitu sebesar 13,57% dengan tingkat kepadatan penduduk 4.077 sementara kepadatan penduduk terkecil di Kecamatan UjungPandang dengan persentase penduduk 1,95%. Hal ini memberi gambaran bahwa distribusi penduduk yang terjadi di Kota Makassar tidak merata, dimana luas wilayah tidak berbanding lurus dengan jumlah penduduk, dalam artian bahwa luas wilayah yang besar tidak harus mempunyai jumlah penduduk yang besar demikian pula sebaliknya luas wilayah yang kecil tidak harus mempunyai jumlah penduduk yang kecil.

(6)

Kemajuan pembangunan ekonomi yang dicapai dalam kurun waktu tahun 2012- 2015 Kota Makassar mendorong meningkatnya nilai PDRB yang diciptakan. Pada tahun 2012 angka PDRB Kota Makassar atas dasar Harga Berlaku mencapai Rp.78,01 Trilyun dan nilai PDRB berdasarkan Harga Konstan Rp.70,85 Trilyun. Pada tahun 2015 nilai PDRB Kota Makassar telah mencapai Rp.114,17 Trilyun atas dasar Harga Berlaku dan Rp.88,74 Trilyun atas dasar Harga Konstan. Kontribusi terbesar nilai PDRB Kota Makassar diberikan oleh sektor tersier ( Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa). Jika dikelompokkan, sektor primer kontribusinya sebesar 0,75%, sektor sekunder sebesar 37,07% dan sektor tersier sebesar 62,18%. PDRB Kota Makassar yang terbesar ditunjang oleh sektor (tersier) jasa menunjukkan bahwa Makassar sudah semakin mapan ekonominya. Namun bila dilihat pada tingkat Provinsi, pada tahun 2015 Kota Makassar memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan mengalami penurunan dari 33,41% pada tahun 2011 menjadi sebesar 33,93%. Hal ini menunjukkan adanya Kabupaten/Kota lain yang perkembangan perekonomiannya yang meningkat dan memberi kontribusi terhadap perekonomian Sulawesi Selatan.

Struktur perekonomian Kota Makassar dalam pembentukan total PDRB dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4. PDRB Kota Makassar berdasarkan harga berlaku Dan harga konstan(Juta Rupiah) Tahun 2012-2015

KETERANGAN 2012 2013 2014 2015

1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah)

78.013.037,46 88.169.949,57 100.026.504,93 114.171.731.0

2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

70.851.035,02 76.907.410,80 82.592.004,59 88.740.213.2

Sumbe: BPS Kota Makassar 2015

(7)

besar kecilnya nilai PDRB perkapita yang diciptakan. Namun angka PDRB perkapita bukanlah suatu angka riil yang dinikmati oleh penduduk wilayah tersebut. Kontribusi nilai PDRB perkapita terhadap kesejahteraan penduduk dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah kepemilikan faktor produksi serta kesenjangan pendapatan antara yang berpendapatan tinggi dan yang berpendapatan rendah.

Nilai dan kontribusi sektor terhadap PDRB Kota Makassar dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2011 s.d 2015 Atas Dasar Harga Berlaku menurut lapangan usaha di Kota Makassar

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1 Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 416.939,9 492.350,4 651.314,8 752.515,0 663.700,0 2 Pertambangan dan Penggalian 2.231,9 1.824,5 1.702,0 1.679,2 1.600,0 3 Industri Pengolahan 14.166.619,8 15.591.398,8 17.454.288,2 20.081.227,0 23.108.000,0 4 Pengadaan Listrik dan Gas 26.762,9 30.401,8 29.668,9 32.108,0 25.000,0 5 Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang 191.543,6 204.620,0 243.216,5 240.798,8 252.200,0 6 Konstruksi 9.867.012,2 12.284.139,2 14.390.272,8 16.723.496,6 19.585.300,0 7 Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 13.114.194,4 15.160.136,8 16.394.365,0 18.380.554,5 20.909.500,0 8 Transportasi dan Pergudangan 1.765.687,2 1.974.872,9 2.264.796,2 2.611.225,7 2.848.100,0 9 Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 1.575.430,4 1.866.414,2 2.092.316,9 2.384.264,8 2.671.200,0 10 Informasi dan Komunikasi 6.611.788,4 7.996.764,2 8.888.045,8 9.470.994,9 10.199.800,0 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 3.621.861,2 4.639.288,1 5.371.584,1 6.043.674,8 6.834.500,0 12 Real Estate 2.584.807,9 2.940.453,8 3.532.853,2 4.244.600,5 4.944.300,0 13 Jasa Perusahaan 779.260,6 879.299,3 1.028.865,3 1.179.152,5 1.359.900,0 14

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2.752.114,6 2.879.540,8 3.012.851,3 3.278.039,7 4.238.700,0 15 Jasa Pendidikan 6.353.009,6 7.137.818,7 8.286.793,2 9.284.585,1 10.446.200,0 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 1.779.459,7 2.042.872,4 2.333.209,0 2.737.060,3 3.092.300,0 17 Jasa lainnya 1.673.046,7 1.890.841,5 2.193.806,4 2.580.527,6 2.991.400,0 PRODUK DOMESTIK REGIONAL

BRUTO 67.281.771,0 78.013.037,5 88.169.949,6 100.026.504,9

114.171.700, 0 Sumber Data : BPS Kota Makassar, 2016

(8)

Tabel 6. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2011 s.d 2015 Atas Dasar Harga Konstan menurut lapangan usaha di Kota Makassar

No Uraian 2011 2012 21013 2014 2015

1 Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 405,103.7 413,241.8 456,807.5 515,205.5 478.100 2 Pertambangan dan Penggalian 2,064.9 1,555.0 1,319.3 1,135.0 1.000 3 Industri Pengolahan 13,403,455.2 14,551,456.4 15,759,792.0 16,985,533.3 18.009.000,0 4 Pengadaan Listrik dan Gas 27,065.8 31,942.4 33,708.5 37,271.1 34.900,0 5 Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang 170,923.1 179,517.6 193,598.8

197.200,0 196,302.5

6 Konstruksi 9,762,015.1 10,890,007.8 12,013,000.4 13,264,035.6 14.415.600,0 7 Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 12,782,730.9 13,685,157.2 14,556,071.9

16.762.300,0 15,658,926.9

8 Transportasi dan Pergudangan 1,707,547.2 1,845,408.3 1,975,867.6 2,110,899.5 2.192.300,0 9 Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 1,499,533.8 1,648,724.8 1,779,086.0 1,897,316.3 2.014.500,0 10 Informasi dan Komunikasi 6,605,878.2 7,762,897.6 8,778,279.5 9,277,399.8 10.125.600,0 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 3,424,399.8 3,972,650.0 4,312,826.3 4,547,297.9 4.882.200,0 12 Real Estate 2,381,074.7 2,597,283.8 2,834,579.8 3,100,366.0 3.347.900,0 13 Jasa Perusahaan 727,161.6 785,084.8 849,168.1 906,036.7 952.200,0 14

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2,524,971.1 2,533,541.8 2,567,846.2 2,574,598.6 2.911.000,0 15 Jasa Pendidikan 5,924,351.8 6,420,883.7 7,000,997.8 7,409,071.4 7.999.300,0 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 1,653,966.1 1,774,257.6 1,908,686.5 2,084,748.4 2.248.300,0 17 Jasa lainnya 1,619,860.6 1,757,424.3 1,885,774.6 2,025,860.0 2.168.800,0 PRODUK DOMESTIK REGIONAL

BRUTO 58,556,467.4 64,622,103.6 70,851,035.0 76,907,410.8 88.740.200,0

Sumber Data : BPS Kota Makassar, 2016

PDRB perkapita Kota Makassar dalam kurun waktu lima tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan dimana tahun 2011 sebesar 49,29 juta perkapita meningkat menjadi 78,77 juta perkapita tahun 2015. Hasil penghitungan PDRB

(9)

Tabel 7. PDRB Per-Kapita Tahun 2011 s.d 2015 Kota Makassar

Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 Nilai PDRB atas

dasar harga berlaku (Rp) 67.281.771.0 0 78.013.037. 5 88.169.949. 6 100.026.504.9 114.171.731 .0 Jumlah Penduduk (jiwa) 1.352.136 1.369.606 1.408.072 1.429.242 1.449.401 PDRB perkapita (Rp/jiwa) 49.290.000 56.240.000 62.800.000 70.240.000 78.770.000

Sumber : BPS Kota Makassar, 2016

Jumlah nilai investasi investor PMDN/PMA dihitung dengan menjumlahkan jumlah realisasi nilai proyek investasi berupa PMDN dan nilai proyek investasi PMA yang telah disetujui oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Banyaknya investasi PMDN berskala nasional dengan banyaknya investasi PMA berskala nasional dihitung dari total nilai proyek yang telah terealisasi pada suatu periode tahun pengamatan. Untuk menghitung nilai PMDN/PMA dapat disusun tabel sebagai berikut:

Tabel 8. Jumlah Investasi PMDN/PMA Tahun 2012 s.d 2015 Kota Makassar

PMDN (Juta Rupiah) PMA ( $ US ribu)

Rp. 464,166.90 $ US 19,934.57 Rp. 581,586.30 $ US 155,484.25 Rp. 546,869.60 $ US 93,344.60 Rp. 856,449.30 $ US 31,461.60

Sumber: Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal, 2015

Rasio daya serap tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah tenaga kerja bekerja pada perusahaan PMA/PMDN dengan jumlah seluruh PMA/PMDN. Jumlah tenaga kerja bekerja pada perusahaan PMA/PMDN dihitung dari banyaknya tenaga kerja yang bekerja pada investasi PMA/PMDN yang terealisasi pada suatu tahun. Jumlah seluruh PMA/PMDN dihitung dari banyaknya proyek investasi yang terealisasi di daerah pada suatu tahun berdasarkan data BKPM. Rasio daya serap tenaga kerja disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

(10)

Tabel 9. Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tahun 2011 s.d 2015 Kota Makassar

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah tenaga kerja yang

1 berkerja pada perusahaan 110.914 113.298 118.427 121.467 122.868 PMA/PMDN

2 Jumlah seluruh PMA/PMDN 5-643 5-976 6.121 325 408

3 Rasio daya serap tenaga 19.655 18.959 19.348 373,745 301,147

kerja

Sumber: Dinas Tenaga Kerja, 2013

Koperasi Aktif adalah koperasi yang dalam dua tahun terakhir mengadakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) atau koperasi yang dalam tahun terakhir melakukan kegiatan usaha. Persentasi koperasi aktif di Kota Makassar ditahun 2011 sebesar 82,02% dari 1.496 koperasi. Jumlah ini menurun menjadi 827 koperasi aktif atau sekitar 54,62% pada tahun 2015. Persentase koperasi aktif disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 10. Persentase Koperasi Aktif Tahun 2011 s.d 2015 Kota Makassar

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1 Jumlah koperasi aktif 1227 1259 1269 813 827

2 Jumlah koperasi 1496 15228 1541 1500 1514

3 Persentase koperasi

aktif 82,02 82,4 82,35 54,20 54,62

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM, 2015

Usaha kecil adalah peluang usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan

(11)

Menghitung jumlah UKM non BPR/LKM UKM disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 11. Jumlah UKM non BPR/LKM Tahun 2011 s.d 2015 Kota Makassar

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1 Jumlah seluruh UKM 10.146 10.756 11.742 13.608 16028

2 Jumlah BPR/LKM 5 5 5 5 7

3 Jumlah UKM non BPR/LKM 10.151 10.761 11.747 13.613 16.035

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM, 2015

BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.

Lembaga keuangan mikro (LKM) adalah lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan (deposits), kredit (loan), pembayaran sebagai transaksi jasa (payment service) serta money transfer yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil. LKM memiliki fungsi sebagai lembaga yang memberikan berbagai jasa keuangan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil. Jumlah Jumlah BPR/LKM disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 12. Jumlah BPR/LKM Tahun 2011 s.d 2013 Kota Makassar

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1 Jumlah BPR 12 13 14 14 14

2 Jumlah LKM - - - - -

3 Jumlah BPR dan LKM 12 13 14 14 14

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM, 2015

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak tiga ratus juta rupiah. Kriteria Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

(12)

atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling dua milyar lima ratus juta rupiah.

Perkembangan UMK kota makassar terus berkembang sebanyak 2.646 kurun waktu 5 tahun, dari 8.140 UMK menjadi 10.786 UMK dengan rasio terhadap Usaha Kecil menengah 62%. Hal ini berarti bahwa UMKM di kota makassar didominasi oleh Usaha Mikro dan Kecil. Selengkapnya data UMKM Kota Makassar disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 13. Usaha Mikro dan Kecil Tahun 2011 s.d 2015 Kota Makassar No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1 Jumlah Usaha Mikro dan 9.271 9.816 10.786 12.558 13.807

2 Jumlah seluruh UMKM 10.146 10.765 11.810 13.609 16.029

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM, 2016

4. Kondisi Sarana Dan Prasarana a. Pelayanan Persampahan

Kinerja persampahan di Kota Makassar dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini dibuktikan dengan persentase penanganan sampah selama kurun waktu lima tahun terjadi peningkatan setiap tahunnya dari 89,72% tahun 2011 menjadi 94,72% sampah yang dapat ditangani pada tahun 2015. Persentase penanganan sampah disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 14. Persentase Penanganan Sampah Tahun 2011 s.d 2015 Kota Makassar

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1. Jumlah sampah yang 3.520,07 3.642,56 3.776,23 4.063,10 3.962,63

ditangani

2. Jumlah volume produksi 3.923,52 4.057,28 4.188,26 4.494,86 4.183,41

sampah

Persentase 89,72% 89,78% 90,16% 90,39% 94,72%

(13)

b. Pelayanan Air Bersih

Sampai tahun 2015 ini cakupan masyarakat yang mempunyai akses air minum meningkat menjadi 64,19% dimana terdapat 207.794 Kepala Keluarga (KK) pengguna air bersih dari 323.705 jumlah KK di Kota Makassar pada tahun 2015. Persentase penduduk berakses air bersih disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 15. Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum dan Jumlah Penduduk Tahun 2011 -2015 Kota Makassar

NO Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1

Jumlah penduduk yang mendapatkan akses air minum

851.755 958.520 946.510 1.093.780 1.229.247

2 Jumlah penduduk 1.352.136 1.369.606 1.387.302 1.408.072 1.449.401

Persentase penduduk

berakses air bersih 62,99 70,89 70 79,86 84,81

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar, 2016

Tabel 16. Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2015 Kota Makassar

NO Kecamatan Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk yang mendapatkan

akses air minum

Persentase 1 Mariso 58.815 48.966 83.31 2 Mamajang 60.779 51.724 85.10 3 Tamalate 190.694 121.892 63.92 4 Rappocini 162.539 186.218 114.57 5 Makassar 84.396 75.631 89.61 6 Ujung Pandang 28.278 26.642 94.21 7 Wajo 30.722 26.490 86.22 8 Bontoala 56.243 46.528 82.73 9 Ujung Tanah 48.882 36.139 73.93 10 Tallo 138.598 127.823 92.23 11 Panakukang 146.968 140.587 95.66 12 Manggala 135.049 75.799 56.13 13 Biringkanaya 196.612 154.811 78.74 14 Tamalanrea 110.826 109.996 99.25 Jumlah 1.449.401 1.229.247 84.81

(14)

c. Pelayanan Jaringan Jalan

Tahun 2015, jalan dalam kondisi baik di Kota Makassar sepanjang 813,94 km sekitar 51% dari total panjang jalan 1.593,46 km. Sedangkan jalan dalam kondisi rusak dan rusak berat sebanyak 25,9% atau sepanjang 412,86 km. Proporsi panjang jaringan jalan berdasarkan kondisi disajikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 17. Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Tahun 2011 s.d 2015 Kota Makassar

No Kondisi Jalan Panjang Jalan (km)

2011 2012 2013 2014 2015

1 Kondisi Baik 727,69 627,39 722,46 764,64 813,94 2 Kondisi Sedang Rusak 264,04 423,46 356,36 364,47 366,66 3 Kondisi Rusak 283,15 304,15 335,50 314,12 293,83 4 Kondisi Rusak Berat 318,58 238,50 179,14 152,41 119,03

Jalan secara

keseluruhan 1593,46 1593.46 1.593,46 1593.46 1.593,46

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar, 2016 d. Pelayanan Rumah Tinggal Bersanitasi

Secara absolut terjadi peningkatan terhadap jumlah rumah yang berakses sanitasi dalam kurun waktu 5 tahun berturut-turut dari tahun 2011-2015, namun terjadi hal yang sebaliknya pada persentase rumah yang berakses sanitasi terhadap jumlah rumah tinggal. Hal ini disebabkan karena peningkatan penyediaan sanitasi tidak sebanding dengan pertambahan jumlah rumah tinggal misalnya yang terjadi pada tahun 2014-2015 dimana jumlah sanitasi meningkat hanya sebesar 0,04% sedangkan jumlah rumah tinggal meningkat sebesar 0,9%. Data rumah tinggal berakses sanitasi di Kota Makasar disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 18. Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Tahun 2011 s.d 2015 Kota Makassar

Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah rumah tinggal berakses

sanitasi 261.321 262.431 263.481 284.845 284.965

Jumlah rumah tinggal 308.983 313.168 317.866 320.656 323.655

Persentase 84,57% 83,79% 82,89% 88,83% 88,04%

(15)

e. Pelayanan Pemakaman Umum

Rasio Tempat Pemakaman Umum di Kota Makassar tahun 2014 sebesar 340,463 berarti bahwa dalam setiap 1.000 orang penduduk Kota Makassar yang meninggal dunia, hanya bisa tertampung sebanyak 340 orang saja di tempat pemakaman umum yang ada di Kota Makassar saat ini atau dengan kata lain tempat pemakaman umum yang ada saat ini di Kota Makassar hanya bisa menampung sebanyak 34,04% dari jumlah penduduknya. Rasio tempat pemakaman disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 19. Rasio Tempat Pemakaman Umum Per Satuan Penduduk Tahun 2010/2015 Kota Makassar

No Uraian

Tahun 2010 Tahun 2015

Daya Daya Jumlah Luas Jumlah Luas

Tampung Tampung 1. Tempat pemakaman 114 949.487 474.744 114 949.487 474.744

umum (TPU)

2. Tempat Pemakaman 1 23.402 11.701 1 23.402 11.701 bukan umum (TPBU)

3. Tempat pemakaman 1 80 160 1 80 160 khusus (TPK) 4. Lain-Lain 5. Jumlah Tempat 116 972.969 486.605 116 972.969 486.605 Pemakaman 6. Jumlah penduduk 1.369.606 972.969 486.605 1.398.804 972.969 486.605 (jiwa)

Rasio TPU persatuan 355,288 355,288

Sumber : Dinas Pertamanan dan Kebersihan, 2016 f. Pelayanan Kesehatan

Rasio Puskesmas, Balai Pengobatan dan Puskesmas Pembantu terhadap jumlah penduduk di Kota Makassar pada tahun 2015 mencapai 1 : 32 ribu, artinya setiap 1 Puskesmas/Puskesmas pembantu di Kota Makassar melayani 32 ribu masyarakat Kota Makassar. Berikut gambaran rasio Puskesmas, Balai Pengobatan dan Puskesmas Pembantu terhadap jumlah penduduk di Kota Makassar dalam kurun

(16)

Jumlah rumah sakit di Kota Makassar pada tahun 2011 sebanyak 34 unit, meningkat menjadi 46 unit di tahun 2015. Rumah sakit yang terbanyak adalah rumah sakit swasta yang mencapai 31 unit atau 67% dari keseluruhan Rumah Sakit yang ada di Kota Makassar. Rasio pelayanan rumah sakit terhadap penduduk Kota Makassar tahun 2015 mencapai 1 :31.508 jiwa. Namun demikian, realitas di lapangan rumah sakit yang ada di Kota Makassar tidak hanya memberikan layanan kesehatan kepada penduduk Kota Makassar, akan tetapi juga memberikan layanan kesehatan kepada penduduk sekitas wilayah Makassar.

5. Kondisi Sosial Dan Budaya

Selama periode tahun 2011 - 2015 berbagai program yang telah dilaksanakan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia Kota Makassar yang ditandai dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dan taraf pendidikan penduduk yang meningkat secara bertahap.

Perkembangan Angka Melek Huruf di Kota Makassar periode tahun 2011-2015 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Angka Melek Huruf pada tahun 2011 adalah sebesar 96,72% meningkat sebesar 0,9% jika dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 97,58%.

Tabel 20. Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2011 – 2015 Kota Makassar

NO URAIAN 2011 2012 Tahun2013 2014 2015

Angka Melek Huruf 96,72% 97,16% 97,34% 97,42% 97,58%

Rata- rata Lama Sekolah penduduk Kota Makassar setiap tahunnya menunjukan kenaikan. Hal ini dapat dilihat bahwa Rata-rata Lama Sekolah pada tahun 2011 sebesar 10,24 dan pada tahun 2015 turun menjadi 10,77. Artinya bahwa pada tahun 2015 rata-rata penduduk Kota Makassar baru memiliki jumlah tahun bersekolah hampir 10,77 tahun atau telah menyelesaikan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai kelas 2 SMA. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada tabel berikut.

(17)

N0 Indikator Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

1 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 10.24 10.42 10.61 10.64 10,77

Sumber : BPS Kota Makassar,2016

Pada tahun 2015, Angka Partisipasi Murni di Kota Makassar untuk SD/MI mengalami peningkatan yakni sebesar 104,56%. Hal ini tidak terlepas dari upaya pemerintah Kota Makassar untuk menuntaskan program Wajib Belajar pendidikan dasar 9 tahun dan menuju rintisan program wajib belajar 12 tahun. Namun untuk APM SMP dan SMA mengalami penurunan, shingga ini harus menjadi perhatian Dinas Pendidikan Kota Makassar agar APM Kota Makassar dapat meningkat. Gambaran mengenai APM di Kota Makassar dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 22. Angka Partisipasi Murni Jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Tahun 2011 – 2015 Kota Makassar

NO Jenjang Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015

1 SD/MI

1.1. jumlah siswa kelompok usia 7-12 144.156 tahun yang bersekolah di jenjang

pendidikan SD/MI

145.534 147.940 144.969

1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7- 145.762 12 tahun

146.919 148.820 138.650 1.3. APM SD/MI 98,90 99,06 99,41 104,56

2 SMP/MTs

2.1. jumlah siswa kelompok usia 13-15 70.918 tahun yang bersekolah di jenjang

pendidikan SMP/MTs

72.384 74.083 62.789

2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13- 74522 15 tahun

75.281 76.255 77.426 2.3. APM SMP/MTs 95,16 96,15 97,15 81,10

3 SMA/MA/SMK

3.1. jumlah siswa kelompok usia 16-18 67.404 tahun yang bersekolah di jenjang

pendidikan SMA/MA/SMK

69.316 72.091 59.505

3.2. jumlah penduduk kelompok usia 16- 84.375 18 tahun

85.479 86.582 95.833 3.3. APM SMA/MA/SMK 79,89 81,09 83,26 62,09

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Makassar, 2016

Angka kriminalitas Kota Makassar tahun 2015 sebanyak 2.784 kasus dan yang tertangani adalah sebanyak 1.056 kasus atau sekitar 35%. Kasus kriminal yang

(18)

banyak adalah pencurian kendaraan bermotor yaitu 1.401 kasus. Secara total, angka kriminalitas di Kota Makassar tahun 2015 meningkat dari tahun 2013 yaitu

(19)

B. DESKRIPSI BENTUK INOVASI DAERAH

1. Latar Belakang Inovasi Daerah

Sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 , perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Berdasarkan hal tersebut prosedur perencanaan secara normatif kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008, yang kemudian lebih operasional lagi dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 terkait Petunjuk Teknis pelaksanaannya.

Berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tersebut, sistem dan prosedur perencanaan pembangunan di daerah akhirnya memiliki alur yang sangat kompleks, membutuhkan begitu banyak sumber data dengan variabilitasnya yang relatif banyak, melibatkan berbagai pihak (multi stakeholder) termasuk partisipasi masyarakat sendiri, dalam kurun waktu yang relatif sempit. Hal-hal ini yang kemudian menjadi permasalahan mendasar, belum lagi peran daripada entitas perencanaan pembangunan ini yang memegang posisi strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah semakin menambah bobot berat bagi institusi atau SKPD yang mengemban fungsi ini dalam struktur Pemerintahan daerah.

Hal tersebut yang mendasari sehingga perlu dirancang suatu Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah, dapat menjadi solusi bagi pengambil Kebijakan, utamanya Kepala Daerah dalam konteks perumusan kebijakan pembangunan daerah yang tepat berdasarkan prioritisasi yang efektif dan efisien. Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan sistem yang akan memaduserasikan dan mensinkronkan program prioritas Pembangunan antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, konsistensi alokasi anggaran dan program prioritas,menjelaskan hubungan antara alokasi anggaran dengan output kegiatan dan outcome program, serta dapat digunakan untuk sebagai baseline dalam pengendalian dan evaluasi pembangunan dalam memastikan pencapaian sasaran

(20)

pembangunan daerah, sehingga belanja negara/daerah efektif sebagai instrumen fiskal untuk semata-mata pelayanan dan kemakmuran rakyat.

Secara kronologis, ekstraksi dari permasalahan diatas kemudian memicu BAPPEDA Kota Makassar untuk melakukan bagaimana strategi pemecahan masalah tersebut, yang akhirnya kemudian melahirkan kesimpulan serta rekomendasi bahwa solusi implementatif dari tatakelola pemerintahan dalam hal pererncanaan, maka penting untuk memiliki database tunggal (Single Database), dari awal perencanaan pembangunan sampai akhir yaitu evaluasi hasil pembangunan tersebut dengan melakukan sebuah inovasi yakni membangun sebuah Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah (SIPPD)

2. Permasalahan Adanya/dilakukan Inovasi Daerah

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia sebagaimana tersebut diatas. Dalam proses untuk menentukan urutan pilihan dan sumberdaya yang tersedia ini sangat sulit untuk menganalisis secara cermat urutan pilihan dan sumberdaya yang mana yang menjadi urutan perioritas bila dilakukan secara manual. Penyusunan perencanaan yang dilakukan secara manual ini menyebabkan sulitnya penyelarasan, penyerasian berbagai program, kegiatan bahkan anggaran dan koordinasi antar pelaku pembangunan yang pada gilirannya mengakibatkan kurang tepat dalam pengambilan keputusan. Dengan kata lain perencanaan manual ini sangat tidak efisian, tidak efektif bahkan terjadi tumpang tindih antara program yang satu dengan program yang lain. Di sisi yang lain perkembangan teknologi dan tuntutan informasi secara terbuka dalam pelayanan publik semakin membutuhkan kecepatan dan kemudahan dalam akses informasi dan pelayanan tersebut. Artinya dalam tata kelola pemerintahan membutuhan suatu inovasi dalam mengorganisir penataalaksanaan fungsi manajemen dalam hal ini

(21)

Secara rinci permasalahan yang ada sehingga BAPPEDA perlu melakuan inovasi SIPP ini adalah ;

1. Kurangnya koordinasi antar pelaku pembangunan;

2. Belum terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah; 3. Belum menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan dan pengawasan;

4. Belum optimalnya partisipasi masyarakat; dan

5. Belum tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, berkeadilan, dan berkelanjutan.

3. Landasan atau Dasar Peraturan

Landasan Hukum dalam menyusun inovasi Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (SIPPD) Kota Makassar anatara lain :

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

(22)

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan PP No. 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

5.

Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Makassar Tahun 2014-2019.

6.

Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan

dan Susunan Perangkat Daerah Kota Makassar (Lembaran Daerah Kota Makassar Tahun 2016 Nomor 8).

7.

Peraturan Walikota Makassar Nomor 108 Tahun 2016 Tentang Kedudukan,

Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja BAPPEDA.

8.

Peraturan Walikota Makassar No. 122 tahun 2016 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Makassar tahun Anggaran 2017. (lembaran berita daerah kota Makassar Tahun 2016 no.122)

Benang merah turunan visi dan misi Kota Makassar yang memiliki keterkaitan dengan Inovasi SIPPD, dijabarkan sebagai berikut:

Visi Kota Makassar 2025 adalah “Makassar sebagai Kota Maritim, Niaga,

Pendidikan, Budaya dan Jasa yang Berorientasi Global, Berwawasan Lingkungan dan Paling Bersahabat”. Visi Provinsi Sulawesi Selatan 2018 adalah “Sulawesi Selatan sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul Jejaring Akselerasi Kesejahteraan pada Tahun 2018”.

Berdasarkan pada visi tersebut, maka diturunkanlah Visi RPJMD Kota Makassar 2014-2019 adalah:

“Makassar Kota Dunia yang Nyaman Untuk Semua”

Visi Pemerintah Kota Makassar 2019 ini memiliki konsistensi dengan visi Kota Makassar 2025, khususnya dengan penekanan visi RPJPD pada “orientasi global”, yang dalam visi RPJMD dirumuskan sebagai “kota dunia”, serta penekanan

(23)

“berwawasan lingkungan” dan “paling bersahabat” pada visi RPJPD yang pada

visi RPJMD dirumuskan sebagai “yang nyaman untuk semua”.

Kota Dunia, dimaksudkan adalah Kota Makassar yang memiliki keunggulan

komparatif, kompetitif dan inklusifitas yang berdaya tarik tinggi atau memukau dalam banyak hal. Diantaranya potensi sumberdaya alam dan infrastruktur sosial ekonomi yang menjanjikan terwujudnya kesejahteraan masyarakat dengan standar dunia. Pokok visi ini dapat dikristalkan sebagai terwujudnya “masyarakat sejahtera standar dunia”.

Nyaman, dimaksudkan adalah terwujudnya proses pembangunan yang semakin

menyempitkan kesenjangan dan melahirkan kemandirian secara stabil, dalam struktur dan pola ruang kota yang menjamin kenyamanan bagi berkembangnya masyarakat yang mengedepankankan prinsip inklusifitas serta pola hubungan yang setara antara stakeholder dan stakeowner dalam pembangunan. Pokok visi ini dapat dikristalkan sebagai terwujudnya “kota nyaman kelas dunia”.

Untuk Semua, dimaksudkan adalah proses perencanaan, pelaksanaan dan

pemanfaatan pembangunan yang dapat dinikmati dan dirasakaan seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi berdasarkan jenjang umur, jenis kelamin, status sosial dan kemampuan diri (termasuk kelompok difabel). Pokok visi ini dapat diristalkan sebagai terwujudnya “pelayanan publik kelas dunia bebas korupsi”.

Adapun Misi dalam RPJMD Kota Makassar 2014-2019 adalah sebagai berikut:

(1) Merekonstruksi nasib rakyat menjadi masyarakat sejahtera standar dunia

Misi ini mencakup berbagai upaya umum dalam hal: (1) pengurangan pengangguran, (2) pemberian jaminan sosial keluarga, (3) pelayanan kesehatan gratis (4) pelayanan pendidikan gratis, (5) penukaran sampah dengan beras, (6) pelatihan keterampilan dan pemberian dana bergulir, (7) pembangunan rumah murah, dan (8) pengembangan kebun kota. Misi ini diarahkan untuk mewujudkan pokok visi “masyarakat sejahtera standar dunia”.

(24)

(2) Merestorasi tata ruang kota menjadi kota nyaman berkelas dunia

Misi ini mencakup berbagai upaya umum dalam hal: (1) penyelesaian masalah banjir, (2) pembentukan badan pengendali pembangunan kota, (3) pembangunan waterfront city, (4) penataan transportasi publik, (5) pengembangan infrastruktur kota, (6) pengembangan pinggiran kota, (7) pengembangan taman tematik, (8) penataan lorong. Misi ini diarahkan untuk mewujudkan pokok visi “kota nyaman kelas dunia”.

(3) Mereformasi tata pemerintahan menjadi pelayanan publik kelas dunia bebas korupsi

Misi ini mencakup upaya umum dalam hal: (1) peningkatan pendapatan asli daerah, (2) peningkatan etos dan kinerja aparat RT/RW, (3) peningkatan pelayanan di kelurahan, (4) pelayanan publik langsung ke rumah, (5) pengembangan pelayanan publik terpadu di kecamatan, (6) modernisasi pelayanan pajak dan distribusi, (7) pengembangan akses internet pada ruang publik, (8) penguatan badan usaha milik daerah. Misi ini diarahkan untuk mewujudkan pokok visi “pelayan publik kelas dunia bebas korupsi”.

Menjadi Kota Dunia yang Nyaman untuk Semua, dapat disusun melalui kegiatan perencanaan dan pembangunan yang terintegrasi oleh semua stakeholder sehingga pencapaian visi dan misi di Kota Makassar dapat terealisasikan.

4. Maksud dan Tujuan

Maksud dibangun dan dikembangkannya SIPPD adalah untuk mempermudah proses tahapan – tahap perencanaan,

Tujuan :

(25)

2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah; 3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan dan pengawasan;

4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan

5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, berkeadilan, dan berkelanjutan.

5. Waktu Penyelenggaraan

Inovasi ini di mulai pada 30 Oktober 2014 sampai saat ini

6. Indikator Keberhasilan

Secara makro indikator kebehasilan (dampak) dari penerapan SIPPD (indikator keberhasilan) terhadap proses perencanaan pembangun di Kota Makassar adalah :

Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan;

Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antar fungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah;

Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan;

Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan

Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, berkeadilan, dan berkelanjutan

Dalam skala mikro, untuk perencanaan dan penganggaran tahunan dampak yang dapat dirasakan adalah :

Penyusunan RKPD dan KUA-PPAS lebih terstruktur, rapi, dan efektif.

Perbaikan penyusunan RKPD dan KUA-PPAS yang diukur dengan kecepatan dan ketepatan waktu penyusunan (secara teknis, bukan secara kebijakan). Proses penyusunan RKPD dan KUA-PPAS yang lebih efisien dari segi biaya,

(26)

Pengendalian, kontrol dan pengawasan terhadap kegiatan SKPD sejak mulai penyusunan perencanaan yang lebih cepat dan lebih baik

Di sisi yang lain dalam penerapanya dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :

Stake Holder yang terlibat : BAPPEDA Kota Makassar, SKPD Kota Makassar Sumberdaya : APBD Kota Makassar, Tenaga Ahli IT (Software Engineer,

Database Engineer dan System Analyst), Ahli Manajemen Stratejik, yang kesemuanya dimobilisasi melalui diskusi dan workshop serta implementasi. Keluaran : SIM RPJMD, SIM MUSRENBANG, SIM RKPD dan SIM MONEV Kendala : Rendahnya Awareness dari aparatur SKPD dalam lingkup

Pemerintah Kota Makassar terhadap penggunaan Teknologi Informasi sebagai alat bantu utama untuk meningkatkan kinerja, Terbatasnya kapasitas hardware yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Makassar (Perangkat Komputer dan Jaringan Internet) utamanya di tingkat Kecamatan dan Kelurahan

Solusi : Pelatihan Tenaga administrator/Operator SIPPD bagi seluruh Aparatur SKPD Pemerintah Kota Makassar, Pengadaan Perangkat Komputer serta Jaringan Internet yang mumpuni bagi Seluruh SKPD sampai ke tingkat Kelurahan dalam Lingkup Pemerintah Kota Makassar.

Dalam Lingkup Internal, karena Sistem Informasi ini berbasis Web (Web- based), bukan berjalan dengan platform lokal (Desktop based) maka dipastikan dapat diakses oleh seluruh SKPD dalam lingkup Pemerintah Kota Makassar, sehingga dipastikan aspek replikasinya di tingkat internal Pemerintah Kota Makassar adalah 100%.

Secara Eksternal Sistem Informasi ini telah direkomendasikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Tahun 2106 untuk digunakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini dikarenakan SIPPD yang digunakan oleh Pemerintah Kota Makassar memiliki Database Tunggal (Single Database), yang dapat secara efektif dapat mengendalikan tahapan perencanaan mulai dari tahap perencanaan jangka Menengah sampai

(27)

C. ANALISIS KRITERIA PENILAIAN

1. Mengandung pembaharuan seluruh/sebagian unsur dari obyek inovasi

Sebelum tahun 2014, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa perencanaan pembangunan di Kota Makassar mulai tahap musrenbang tingkat kelurahan, kecamatan, forum SKPD bahkan pada musrenbang tingkat kota dilakukan secara manual. Bahan/materi musrenbang dibuat secara manual yang kemudian di serahkan ke tahap perencanaan berikutnya secara manual hingga pada tahap perencanaan akhir. Dalam penyusunan RKPD sangat sulit untuk menidentifikasi kembali usulan mana yang menjadi perioritas di kelurahan dan yang mana menjadi perioritas dikecamatan bahkan sulit untuk mensingkronkan usulan tiap tahap perencanaan tersebut. Tidak adanya singkronisasi, kertapaduan, ini mengakibatkan masyarakat juga sulit menidentifikasi usulan mana yang terakomodir dalam RKPD.

Di era reformasi ini memerlukan terbosan-teroboan dalam menyikapi kemajuan teknologi dan tuntutan peningkatan pelayanan perencanaan maka untuk menjamin kesinambungan pembangunan Kota Makassar. Salah satunya melalui intervensi teknologi informasi dan komunikasi serta pemanfaatanya secara luas telah membuka peluang pengaksesan, pengelolaan dan pendayaagunaan informasi. Penggunaan media elektonik dalam SIM (Sistem Informasi manajemen) merupakan faktor penting, disadari atau tidak dinamika yang terjadi menuntut tata kelola pemerintahan yang bersih, transparan dan mampu menjawab tuntutan pelayanan publik yang memenuhi kepentingan masyarakat luas.

Pada tangal 30 Oktober Tahun 2014 Bappeda telah mengadakan dan mengoprasionalkan Sistem Informasi Pembangunan Daerah sebagai pengejewantahan dari amanat peraturan perundangan yang di sebut pada landasan hukum. Pada saat itu telah terbangun SIM Musrenbang dengan alur yang komprehensip dimana usulan musrenbang kelurahan, kecamatan mulai di input

(28)

melalui sistem dan setiap operator kelurahan dan kecamatan yang sudah di latih harus ke BAPPEDA untuk menginput program dan kegiatannya, dapat dilihat pemanfaatan dan fungsi sistem ini belum optimal. Hal ini disebabkan kapasitas sistem yang masih rendah dan belum terbangun konektifitas pada tingkat kelurahan, serta seumberdaya manusia yang masih terbatas sehingga masih banyak kendala teknis terjadi.

Tugas pokok dan fungsi BAPPEDA yang meliputi koordinasi, fasilitasi, evaluasi, monitoring dan pelaporan terhadap capaian target kinerja setiap urusan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah belum dapat dikur secara signifikan yang kemudian pada tahun 2015 dilakukan peningkatan kapasitas tehadap sisitem dan menyempurnakan atau menambahkan SIM RPJMD (didalamnya termuat sasaran dan indikator yang ada dalam dokumen RPJMD, Renstra dan Renja SKPD) dan SIM RKPD yang kemudian di akhir tahun 2015 di integrasikan dengan SIM EVALUASI dimana dalam SIM Evaluasi ini terdapat dua evaluasi yakni Evaluasi monitoring APBD ( untuk melihat trend relaisasi fisik dan keuangan dari APBD) dan Evaluasi Renja (untuk melihat capaian indikator, target sasaran maupun indikator dan target program). Pada tahun 2015 pula dibangun konektifitas di setiap kelurahan, kecamatan dan SKPD.

Pada tahun 2016, dalam konteks menjaga konsistensi, efisein dan efektif sistem perencanaan pembangunan daerah agar lebih terarah, terpadu, sinergitas, tepat waktu dan berkelanjutan, dan tuntutan pengadopsian mekanisme baru berdasarkan peraturan yang berlaku maka Sitem Informasi Perencanaan Pembangunan mengalami beberapa ubah suai (updating) baik dari fitur anat-muka pengguna (user interface), alur sistem, metode penginputan, format pelporan, bahkan samapi penggantian platform basis data (data base) dan beberapa data dasar perencanaan lainnya.

(29)

Dalam upaya-upaya yang sinergitas dan keberlanjutan serta koordinatif antara BAPPEDA dengan seluruh jajaran SKPD dalam mengawal keberlanjutan SIPPD dilakukan updating serta operasional di tingkat SKPD

2. Memberi manfaat bagi daerah dan/atau masyarakat

Keberadaan dan pengopersian Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan (SIPPD) memberikan manfaat bagi daerah dalam konsitensi dokumen perncanaan, dalan sinergitas implentasi serta evaluasi dampak dari program dan kegaiatan yang dilaksanakan terutama bagi SKPD menjadi lebih efektif dalam menyusun dokumen perencanaan pada SKPD masing-masing.

Bagi masyarakat usulan perencanaan lebih mudah diakses dan lebih mudah mengontrol kegiatan yang diusulkan .

3. Tidak mengakibatkan pembebanan dan/atau pembatasan pada masyarakat yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan.

Tidak terdapatnya pungutan bagi masyarakat maupun SKPD yang menggunakan atau mengakses Sistem SIPPD.

4. Merupakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah

Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan pembanguann Nasional bertujuan untuk:

Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;

Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar Daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah;

Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;

Mengoptimalkan partisipasi masyarakat;

Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

(30)

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah BAB XXII INFORMASI PEMERINTAHAN DAERAH Pasal 391 (1) Pemerintah Daerah wajib menyediakan informasi Pemerintahan Daerah, bagian (a). informasi pembangunan Daerah.

5. Dapat direplikasi

Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah dapat direplikasi dan saat ini sismtem yang dibangun di Kota Makassar sedang dipelajari oleh lembaga negara Republik Indonesia

(31)

D. PENUTUP

Inovasi ini SIPPD ini merupakan hasil penelusuran proses perencanaan yang selama ini telah dilakukan dan kemudian dibakukan dengan pendekatan sistem informasi. Modifikasi pengembangan untuk direplikasi pada wilayah lain terus terbuka, sehingga proses perencanaan di Indonesia dapat lebih transparan dan akuntabel.

(32)

E. LAMPIRAN LAMPIRAN

1. Dokumentasi Foto Inovasi

(33)
(34)
(35)

Monitor Perencanaan pada Ruang Server

2. Peraturan Daerah

Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor : (sementara penomoran) Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (Rpjmd) Kota Makassar Tahun 2014-2019

(36)

Peraturan Walikota Makassar Nomor 108 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja BAPPEDA.

(37)

4. Pembiayaan NO TAHUN KEGIATAN JUMLAH ANGGARAN SUMBER DANA 1 2014

SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN

DAERAH Rp 59,000,000 APBD

PENGADAAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DAERAH Rp 150,000,000 APBD SOSIALISASI SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DAERAH Rp 182,178,000

2 2015

BIMBINGAN TEKNIS SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DAERAH Rp 225,746,000 APBD UPDATING DATASISTEM INFORMASI PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DAERAH Rp 97,000,000 APBD

3 2016

BIMBINGAN TEKNIS SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DAERAH Rp 255,525,000 APBD UPDATING DATASISTEM INFORMASI PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DAERAH Rp 271,403,000 APBD

4 2017

BIMBINGAN TEKNIS SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DAERAH Rp 310,550,000 APBD UPDATING DATASISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Gambar

Tabel  1  Luas Wilayah dan Persentase terhadap Luas Wilayah  Menurut  Kecamatan di Kota Makassar Tahun  2016
Tabel 3. Persentase Penduduk dan Kepadatan Penduduk  menurut Kecamatan Kota Makassar
Tabel 4. PDRB Kota Makassar  berdasarkan harga berlaku  Dan harga konstan(Juta Rupiah) Tahun  2012-2015
Tabel 5. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2011 s.d 2015  Atas Dasar Harga Berlaku menurut lapangan usaha di Kota Makassar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepada semua teman-teman kelas Grup F, teman-teman Departemen Perdata BW, dan teman-teman stambuk 2013 Fakultas Hukum USU yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

assignment. Pada penelitian ini, peneliti ingin menganalisis pengaruh penerapan pendekatan CTL berbantuan media powerpoint terhadap peningkatan hasil belajar siswa

Posbindu PTM (Penyakit Tidak Menular) merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor resiko, terutama

training, they can easily achieve more success. That’s when he decided to create a system that would help in complete self-improvement of children, plus teach them essential

Sistem lama dengan terbukanya dinas sampai tiga dan enam bulan sesudah tanggal 31 Desember dihapuskan dengan adanya kasstelsel.. Menurut virement ini, maka Pemerintah diberi hak

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Struktur Komunitas Plankton di Perairan Hutan Mangrove Sungai Cikolomberan,

Program Susu Untuk Anak Sekolah di Provinsi Jawa Barat bisa segera direalisasi karena GKSI memang telah siap dengan fasilitas pabrik dan bahan baku susu dari koperasi peternak sapi

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini dengan