• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memadukan kesejahteraan sosial, lingkungan, dan ekonomi. Desember Versi 2.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Memadukan kesejahteraan sosial, lingkungan, dan ekonomi. Desember Versi 2.1"

Copied!
230
0
0

Teks penuh

(1)

Memadukan kesejahteraan sosial, lingkungan, dan ekonomi

Desember 2012

Versi 2.1

(2)

© 2012 Wali Amanat Columbia University di Kota New York dan Pusat

Kajian Lingkungan, Ekonomi, dan Masyarakat Columbia University

Hak cipta atas semua data, informasi, tabel, grafik, logo, desain, kesimpulan, alur pendapat,

anggapan, dasar pemikiran, dan isi lain yang termuat dalam dokumen ini, termasuk lampiran, jadwal, dan peragaan, dengan ini dimiliki oleh Wali Amanat Columbia University di Kota New York dan Pusat Kajian Lingkungan, Ekonomi, dan Masyarakat Columbia University dan dilarang diperbanyak, diunduh, disebarluaskan, diterbitkan, atau dialihkan dalam bentuk apa pun atau dengan cara apa pun, kecuali atas izin tertulis sebelumnya dari Wali Amanat Columbia University di Kota New York dan Pusat Kajian Lingkungan, Ekonomi, dan Masyarakat Columbia University.

(3)

The Rainforest Standard™

THE RAINFOREST STANDARD™

Memadukan Kesejahteraan Sosial, Lingkungan, dan Ekonomi

RINGKASAN EKSEKUTIF1

The Rainforest Standard™ (The RFS™/RFS) adalah standar kredit karbon hutan yang sepenuhnya terpadu pertama di dunia, yang disusun dari hasil penelaahan, oleh Pusat Kajian Lingkungan, Ekonomi, dan Masyarakat ‐ Columbia University, Yayasan Dana Lingkungan PUMA ‐ Bolivia, Dana untuk Keanekaragaman Hayati – Brasil, Dana Aksi Lingkungan – Kolombia, Dana Lingkungan Nasional – Ekuador, Dana Perwalian untuk Taman Nasional dan Kawasan Konservasi – Peru, untuk menampung keadaan ekologi dan kenyataan masyarakat di Kawasan Amazon dan permintaan pasar karbon yang muncul. Standar ini merupakan standar tunggal yang memadukan semua persyaratan dan protokol penghitungan karbon, dampak sosial budaya/sosial ekonomi, dan hasil keanekaragaman hayati. Demi alasan ruang dan kepraktisan, kami meringkas di sini hal‐hal penting pada The RFS™ sebagaimana di bawah ini.

Secara umum

• The RFS™ didasarkan pada pemahaman dasar bahwa lingkungan, ekonomi, dan masyarakat “bergantung satu sama lain;” yang satu tidak dapat berkembang apabila yang lainnya tidak berkembang.

• The RFS™ bertujuan untuk melakukan konservasi hutan alam, keanekaragaman hayati di dalamnya, dan penghidupan berkelanjutan yang disediakan oleh hutan dengan cara pengurangan emisi CO2e secara nyata, berupa nilai tambah (additional), dan permanen dari konservasi hutan untuk menghasilkan arus pendapatan jangka panjang dari penjualan kredit karbon hutan.

• The RFS™ mensyaratkan bahwa pengurangan emisi harus permanen untuk menjadi dasar pembenaran pendapatan kredit, dan pengurangan tidak akan permanen kecuali jika manfaat ekonomi diperoleh semua pengguna dan pemilik hutan setempat secara merata, yang apabila terjadi sebaliknya, tidak berkontribusi terhadap Pengurangan Emisi Permanen (Permanence)‐ nya.

Komponen sosial budaya/sosial ekonomi

Terpadu dalam The RFS™, dengan kredit tergantung pada pemenuhan syarat. • Pemantauan secara intensif selama umur proyek.

• Dijalankan dengan menggunakan indikator kinerja yang dapat dilaksanakan, terukur, dan dapat diulang.

• Yang berwenang untuk menebang pohon adalah pihak‐pihak yang dibutuhkan untuk menjamin Pengurangan Emisi Permanen.

• Partisipasi kelompok masyarakat asli atau masyarakat adat, masyarakat lokal, masyarakat rimba, pengguna hutan (ditetapkan sebagai Pemegang Hak De Facto apabila tidak dapat disebut sebagai pemilik sah), itu benar‐benar sukarela.

• Arus pendapatan atau manfaat akan dibagikan sesuai dengan rencana yang disusun oleh Pemegang Hak De Facto dan dapat diberlakukan terhadap Pemrakarsa Proyek.

• Persyaratan ketat untuk konsultasi partisipatif (bermusyawarah). • Rencana bagi‐hasil yang transparan dan dapat diberlakukan.

1

(4)

The Rainforest Standard™

• Protokol persetujuan tertulis terperinci yang dipahami sebelumnya.

Komponen keanekaragaman hayati

Terpadu dalam The RFS™, dengan kredit yang tergantung pada pemenuhan syarat. • Pemantauan secara intensif selama umur proyek.

• Dipantau dalam hal taraf ekosistem dan spesies berdasarkan kriteria acuan. • Kriteria pemantauan didasarkan pada sains penilaian sejawat (peer‐reviewed).

Nilai tambah (Additionality) – 3 uji sederhana

Uji Nilai Tambah Resmi (: penebangan tidak dilarang menurut undang‐undang, peraturan ataupun kontrak.

Uji Insentif Ekonomi: penebangan memberi manfaat ekonomi kepada pihak yang menebang menurut hukum ataupun melanggar hukum (misalnya pembalak liar).

Uji Insentif yang Ada: proyek belum menerima kredit atau imbalan untuk tidak menebang biomassa pohon atau kayu mati dalam skema lain.

• Tidak ada uji “hambatan lain” atau “praktik yang lazim.”

Nilai tambah tidak harus diciptakan kembali selama Masa Proyek.

Data Dasar Prakiraan Penebangan/ (Keadaan seperti Sekarang – Business-as-Usual/BAU) – 3 jenis data dasar diizinkan.

Data Dasar Penebangan dari Pemerintah (: data dasar yang diterbitkan oleh instansi pemerintah yang berwenang.

Dokumen Rencana Penebangan (: Data dasar yang mendokumentasikan maksud, kemampuan, dan kewenangan untuk menebang Biomassa Pohon – termasuk rencana prasarana umum atau swasta atau rencana bangunan/gedung, rencana pengelolaan pemanenan berkelanjutan, hak pengusahaan hutan, Rencana Pengembangan Jangka Panjang (Life Plan), atau rencana masyarakat yang menyertakan tindakan penebangan pohon.

Data Dasar Penebangan Absah (: Walaupun pada waktu ini tidak tersedia algoritme multivarian atau model penaksiran BAU berlandaskan pendorong deforestasi yang absah (tervalidasi), The RFS™ memungkinkan untuk menerima model absah pada masa mendatang berdasarkan algoritme yang menggabungkan laju penebangan awal dan prakiraan penebangan dari Pendorong Deforestasi.

Kawasan Konservasi: Laju penebangan awal mutakhir di dalam kawasan konservasi diterima sebagai data dasar BAU.

Masa Proyek: Laju BAU tidak diturunkan, sekalipun laju berkurang di daerah sekitarnya dari waktu ke waktu.

Penghitungan Karbon

Biomassa Pohon Atas Permukaan diukur; dengan ditambahkan 20% untuk Biomassa Pohon Bawah Permukaan dan 10% untuk Biomassa Kayu Mati. Tambahan biomassa baku ini adalah nilai dugaan yang dapat dibantah apabila tersedia data empiris dari Pemrakarsa Proyek.

Peta Tolok Ukur untuk penaksiran cadangan karbon – pemetaan beresolusi tinggi dibutuhkan untuk menggambarkan sebagian besar penebangan pohon (yaitu degradasi); hanya hutan alam dianggap bagian dari Tolok Ukur.

• Perkebunan, penghutanan dan penghutanan kembali, dan peningkatan karbon lain tidak diperhitungkan.

(5)

The Rainforest Standard™

Kebocoran (Leakage)

Kebocoran akibat Berpindahnya Kegiatan (diperhitungkan sebagai pengurang baku. Pengurang baku adalah nilai dugaan yang dapat dibantah apabila tersedia data empiris dari Pemrakarsa Proyek.

Kebocoran Pasar () diperhitungkan sebagai pengurang baku yang didasarkan pada tabel acuan yang mencerminkan kepustakaan penilaian sejawat, yang diperbarui secara berkala. Nilai dugaan dapat dibantah apabila tersedia data empiris dari Pemrakarsa Proyek.

Pengurangan Emisi Permanen (

Pemrakarsa Proyek memilih dari berbagai pilihan cara Pengurangan Emisi Permanen.

Pilihan cara Pengurangan Emisi Permanen memberi kepastian bahwa setiap Perubahan yang Merugikan (Reversal) selama Masa Proyek akan dijamin dengan kredit atau dana yang tersedia dan dapat diidentifikasi.

Pilihan cara Pengurangan Emisi Permanen mencakup: • Pertanggung‐gugatan Pembeli;

• Sistem penyangga yang transparan dan diatur dan pemodelan risiko absah dan aset penyangga yang memadai (Sistem Penyangga yang Layak/);

• Jaminan memadai (dari negara atau swasta);

• Model ton‐tahun berdasarkan kesetaraannya selama 100 tahun; • Dana Perwalian Pengurangan Emisi Permanen (; atau

Pilihan lain yang diusulkan oleh Pemrakarsa Proyek dan diperiksa oleh pakar RFS.

Administrasi

• Model baru yang ramping untuk pengajuan, pengesahan, dan verifikasi dokumen: • The RFS™ menetapkan persyaratan minimum bagi pakar yang terlibat.

Pemrakarsa Proyek mempekerjakan pakar berdasarkan pilihannya, memberi jaminan atas kesimpulan Pakar.

Pendokumentasian didukung oleh Keterwakilan Pribadi.

• Tidak ada hambatan dari Badan Pelaksana yang Ditunjuk– banyak pakar tersedia untuk Pemrakarsa Proyek.

Semua dokumen Proyek tersedia bagi masyarakat melalui situs web The RFS™.

Pendapat Masyarakat mengenai semua dokumen proyek yang diminta: ketidaksepakatan yang ada ditengahi oleh pakar RFS.

• Standar pemeriksaan jelas dan tidak memihak, dengan sedikit kewenangan pemeriksa dan jangka waktu pemeriksaan tertentu.

(6)

THE RAINFOREST STANDARD™

Memadukan Kesejahteraan Sosial, Lingkungan, dan Ekonomi

PIHAK YANG TERLIBAT

Pengarang Utama

James J. Warfield1, Natalia Arango2, Humberto Cabrera3, dan Don J. Melnick1,4 1

Pusat Kajian Lingkungan, Ekonomi, dan Masyarakat (CEES), Columbia University, Amerika Serikat

2

Fondo para la Acción Ambiental y la Niñez (Fondo Acción), Kolombia 3

Fondo de Promoción de las Áreas Naturales Protegidas del Perú (PROFONANPE), Peru 4

Departemen Ekologi, Evolusi, dan Biologi Lingkungan, Columbia University, Amerika Serikat

Diterjemahkan Oleh Wiyanto Suroso

Komite Pelaksana

Don Melnick – Direktur, Pusat Kajian Lingkungan, Ekonomi, dan Masyarakat (CEES), Columbia University, Amerika Serikat

José Luis Gómez ‐ Direktur Pelaksana, Fondo para la Acción Ambiental y la Niñez (Fondo Acción), Kolombia

Pedro Wilson Leitão ‐ Direktur Pelaksana (1995 – 2010), Fundo Brasileiro para Biodiversidade, (FUNBIO), Brasil

Rosa Lemos de Sá – Direktur Pelaksana (2010 – sekarang), Fundo Brasileiro para Biodiversidade, (FUNBIO), Brasil

Alberto Paniagua ‐ Direktur Pelaksana, Fondo de Promoción de las Áreas Naturales Protegidas del Perú (PROFONANPE), Peru

Samuel Sangueza ‐ Direktur Pelaksana (2001 – 2011), Fondo Ambiental Nacional (FAN), Ekuador

Diego Burneo ‐ Direktur Pelaksana (2011 –sekarang), Fondo Ambiental Nacional (FAN), Ekuador

Juan Carlos Chávez ‐ Direktur Pelaksana, PUMA Fondo Ambiental, Bolivia

James J. Warfield – Direktur Pelaksana, Pusat Kajian Lingkungan, Ekonomi, dan Masyarakat (CEES), Columbia University, Amerika Serikat

Administrasi Proyek

Pusat Kajian Lingkungan, Ekonomi, dan Masyarakat (CEES), Columbia University, Amerika Serikat: Tatiana Alves, Faith Wamalwa, Edward Kere, Judith Bosire, Veronicah Mwaniki, James J. Warfield, Don Melnick

Fondo para la Acción Ambiental y la Niñez, Kolombia: Natalia Arango, German Botero, José Luis Gómez.

(7)

Tim Penasihat Keanekaragaman Hayati

Don Melnick (Ketua) – Columbia University, Amerika Serikat Natalia Arango – Fondo Acción, Kolombia

Angelo dos Santos – FUNBIO, Brasil

Tim Penasihat Ekonomi dan Keuangan

Brian Murray (Ketua) – Duke University, Amerika Serikat Mónica Castro – Bolivia

José Andrés Díaz – Kolombia Jorge Elgegreen – Peru Roberto Salazar – Ekuador

James J. Warfield – Columbia University, Amerika Serikat Carlos Eduardo Young – Brasil

Tim Penasihat Hukum dan Peraturan

Rubén Kraiem (Ketua) – Covington & Burling, LLP, Amerika SerikatJose Luis Capella ‐ Peru

Ludovino Lopez – Brasil Inés Manzano – Ekuador

María del Pilar Pardo – Kolombia Beatriz Parodi – Peru

Silvia Urrutia – Bolivia

James J. Warfield – Columbia University, Amerika Serikat

Tim Penasihat Sains dan Teknologi

Ruth de Fries (Ketua Bersama) ‐ Columbia University, Amerika Serikat Holly Gibbs (Ketua Bersama) – Stanford University, Amerika Serikat Natalia Arango – Fondo Acción, Kolombia

Eduardo Calvo ‐ Peru

Gilvan Meira – Brasil Mauricio Meira – Brasil

Don Melnick – Columbia University, Amerika Serikat

Rodrigo Sierra – Ekuador, dan University of Texas, Amerika Serikat Zulma Villegas – Bolivia

Tim Penasihat Sosial Ekonomi/Sosial Budaya

Christine Padoch (Ketua Bersama) – Kebun Raya New York, Amerika Serikat Miguel Pinedo‐Vasquez (Ketua Bersama) – Columbia University, Amerika Serikat

Mónica Castro – Bolivia

Claudia Maria Correa ‐ Kolombia Vladimir Gil – Peru

Leonardo Hasenclever – Brasil Xavier Izko Gaston ‐ Ekuador Hernán Salamanca – Kolombia

(8)

Pemeriksa Independen

Frédéric Achard, Pusat Penelitian Gabungan, Komisi Eropa Biofílica ‐ Brasil Eduardo S. Brondizio, Indiana University, Amerika Serikat

Toby Gardner, University of Cambridge, Inggris

Susanna Hecht, University of California Los Angeles, Amerika Serikat William Laurence, James Cook University, Australia

William E. Magnusson, Lembaga Penelitian Amazon Nasional (INPA), Brasil markit

Jacob Olander, EcoDecisión, Ekuador

Penerjemah ke dalam bahasa Indonesia

Wiyanto Suroso, anggota Himpunan Penerjemah Indonesia No. HPI‐01‐09‐ 0189, sertifikat dikeluarkan oleh Universitas Indonesia dan Himpunan Penerjemah Indonesia

Ucapan terima kasih

Karya pakar dan penyusunan The RFS™ ini dapat terlaksana atas dukungan keuangan yang murah hati dari Cargill International, SA dan ucapan terima kasih secara khusus disampaikan kepada Michael Dwyer.

(9)

THE RAINFOREST STANDARD™

Memadukan Kesejahteraan Sosial, Lingkungan, dan Ekonomi

Daftar Isi

RINGKASAN EKSEKUTIF ... i

PIHAK YANG TERLIBAT ... iv

TUJUAN UMUM ... ix

SISTEMATIKA: PERSYARATAN DAN PROTOKOL ... x

Kotak 1: EMPAT LANDASAN THE RAINFOREST STANDARD™ ... xi

Kepercayaan – Kepraktisan – Kelaikan Pasar ‐ Kecocokan ... xi

SEJARAH RINGKAS ... xii

Kotak 2: PRINSIP‐PRINSIP DASAR ... xiv

IC1: KEADAAN AWAL DI DAERAH PROYEK ... 1

IC2: PESERTA PROYEK ... 7

IC3: LANDASAN HUKUM ... 11

S1: MENGIDENTIFIKASI DAN MENGHORMATI PEMEGANG HAK DE FACTO ... 17

S2: TRANSPARANSI ... 21

S3: MANFAAT KUALITAS HIDUP BERKELANJUTAN ... 35

B1: KEANEKARAGAMAN HAYATI 42 ER1: NILAI TAMBAH PROYEK (PROJECT ADDITIONALITY) ... 63

ER2: DATA DASAR EMISI PROYEK ( dan NILAI TAMBAH PENGURANGAN EMISI ( ... 74

ER3: PERHITUNGAN PENGURANGAN EMISI CO2e... 82

ER4: KEBOCORAN ( ... 93

ER5:PENGURANGAN EMISI PERMANEN (PERMANENCE) ... 99

Kotak 3: Masalah Perubahan yang Merugikan (Reversal) ... 101

A1: SITUS WEB THE RAINFOREST STANDARD™ DAN LAMAN WEB PROYEK ... 126

A2: PEMENUHAN TERHADAP PERSYARATAN ... 130

Kotak 4: Jangka Waktu mengenai Ketidaksepakatan atas Pendapat ... 140

A3: PROTOKOL PENGESAHAN PROYEK ... 141

A4: PEMANTAUAN, PELAPORAN, DAN VERIFIKASI (MRV) ... 144

A5: MASA PEMBERIAN KREDIT, MASA PROYEK, MASA PENGURANGAN EMISI PERMANEN ... 148

A6: PENDAFTARAN, PENGALIHAN, DAN PENGHENTIAN KREDIT ... 151

A7: KELALAIAN DAN TINDAKAN PERBAIKAN ... 154

A8: RETRIBUSI ... 157

A9: LAIN‐LAIN ... 159

DAFTAR ISTILAH ... 160

TAMBAHAN ... 177

TAMBAHAN A: DAFTAR DOKUMEN PENGAJUAN PROYEK ... 178

TAMBAHAN B: KETERWAKILAN ... 180

TAMBAHAN C: PENDAPAT HUKUM ... 182

TAMBAHAN D: DAFTAR TUGAS PAKAR DAN PENENGAH ... 183

TAMBAHAN E: PERSYARATAN PAKAR DAN PENENGAH ... 185

TAMBAHAN F: DAFTAR PERIKSA PENGAJUAN PROYEK ... 190

TAMBAHAN IC1‐1_A: ASOSIASI STANDAR SURVEI YANG DISETUJUI ... 191

(10)

TAMBAHAN IC1‐4_B: KEADAAN HUTAN ... 193

TAMBAHAN S2‐7: PERSYARATAN KEUANGAN ... 194

TAMBAHAN S3‐1_A: DAFTAR FORMULIR YANG DISETUJUI: KAJIAN PERDESAAN PARTISIPATIF ( DAN PERNYATAAN DAMPAK KEBERLANJUTAN PERDESAAN... 195

TAMBAHAN ER1‐1_A: PEMBERIAN KREDIT ATAU IMBALAN UNTUK MENGURANGI PENEBANGAN BIOMASSA POHON ( ... 196

TAMBAHAN ER1‐1_B: KONTRAK YANG TERKAIT DENGAN PENEBANGAN ... 197

TAMBAHAN ER5‐5_A: DAFTAR TEMPAT PENYIMPANAN ( ... 198

TAMBAHAN ER5‐5_B: LANGKAH‐LANGKAH PEMBAGIAN KREDIT RFS SEKARANG . 199 FORMULIR (... 200

Formulir S2‐4: Unsur‐unsur Rencana Manfaat Pemegang Hak ( ... 201

Formulir S2‐9B: Persyaratan Persetujuan atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (F 202 Formulir: Keterwakilan ( ... 203

Formulir ER5: Formulir Pilihan Pengurangan Emisi Permanen (Permanence Option) ... 204

Formulir ER5‐2: Jaminan Penjual ... 205

Formulir ER5‐3: Jaminan Pihak Ketiga ... 206

Formulir ER5‐4: Permintaan Kredit Ton‐Tahun ... 207

Formulir ER5‐5_A: Pernyataan Tempat Penyimpanan ... 208

Formulir ER5‐5_B: Permohonan Pembagian Dana Perwalian Pengurangan Emisi Permanen (Permanence Trust Fund) ... 209

Formulir A2‐5: Kesepakatan Imbalan Pakar ... 210

Formulir A6 2: Laporan Pengalihan Kredit ... 211

(11)

THE RAINFOREST STANDARD™

Memadukan Kesejahteraan Sosial, Lingkungan, dan Ekonomi

TUJUAN UMUM

The Rainforest Standard™ adalah standar kredit karbon pertama di dunia yang memadukan

sepenuhnya persyaratan dan protokol penghitungan karbon, dampak sosial budaya/sosial ekonomi, dan hasil keanekaragaman hayati. Standar ini merupakan hasil kerjasama selama empat tahun di antara lima buah dana perwalian lingkungan terkemuka negara‐negara di Kawasan Amazon dan Pusat Kajian Lingkungan, Ekonomi, dan Masyarakat, Columbia University.

Tujuan menyeluruh The Rainforest Standard™ adalah untuk melestarikan hutan alam, keanekaragaman hayati di dalamnya, dan penghidupan berkelanjutan yang disediakan oleh hutan dengan melakukan pengurangan emisi CO2e secara nyata, berupa nilai tambah, dan permanen dari konservasi hutan untuk menghasilkan arus pendapatan jangka panjang dari penjualan kredit karbon hutan.

Asas yang mendasari The Rainforest Standard™ adalah bahwa pengurangan emisi harus permanen untuk menjadi dasar pembenaran pendapatan kredit, dan pengurangan tidak akan permanen, kecuali jika manfaat ekonomi diperoleh semua pengguna dan pemilik hutan setempat secara merata, yang apabila terjadi sebaliknya, tidak berkontribusi terhadap

Pengurangan Emisi Permanen‐nya.

Komitmen The Rainforest Standard™ terhadap standar terpadu didasarkan pada pemahaman dasar bahwa lingkungan, ekonomi, dan masyarakat “bergantung satu sama lain;” yang satu tidak dapat berkembang apabila yang lainnya tidak berkembang.

(12)

THE RAINFOREST STANDARD™

Memadukan Kesejahteraan Sosial, Lingkungan, dan Ekonomi

SISTEMATIKA: PERSYARATAN DAN PROTOKOL [Metodologi]

The Rainforest Standard™ terdiri atas Persyaratan dan protokol yang disusun dalam lima Bagianpokok pembahasan:Keadaan Awal (IC1‐3) yang merupakan uraian tentang keadaan alam, masyarakat, dan status hukum Daerah Proyek pada permulaan; Persyaratan sosial budaya dan sosial ekonomi (S1‐3); pertimbangan keanekaragaman hayati (B1‐7); pertimbangan pengurangan emisi (ER1‐5); dan kegiatan administratif (A1‐8). Daftar istilah menyusul setelah lima Bagian pokok pembahasan tersebut. Tambahan (Annex), Formulir (Template), dan sebuah Lampiran/Appendix (tautan Alat Bantu Pengurangan Emisi Permanen Interaktif RFS) menyusul setelah Daftar Istilah.

Keadaan Awal Sosial Budaya/Sosial Ekonomi Keanekara‐ gaman Hayati Pengurangan Emisi Administrasi Daftar Istilah A1: Laman Web

Proyek dan Situs

Web RFS Tambahan IC1: Keadaan Awal Daerah Proyek S1: Mengidentifikasi dan menghargai pemegang hak de facto B1‐1 to B1‐3: Tolok Ukur ER1: Nilai Tambah Proyek

A2: Para Pakar,

Organisasi Yang Mewakili, Pemberi Tanggapan, Penengah Formulir A3: Pengesahan Proyek IC2: Peserta Proyek S2: Transparansi B1‐4 to B1‐6: Pemantauan, Pelaporan, Verifikasi ER: Nilai Tambah Pengurangan Emisi dan Data

Dasar

Lampiran

A4: Memantau, Melaporkan, Memverifikasi A5: Masa Pemberian

Kredit, Masa Pengurangan Emisi Permanen

B1‐7: Data A6: Pendaftaran, Pengalihan, dan Penghentian Kredit IC3: Landasan Hukum S3: Manfaat Kualitas Hidup Berkelanjutan ER3: Perhitung‐ an Pengurangan Emisi CO2e

ER4: Kebocoran A7: Kelalaian dan Tindakan Perbaikan ER5: Pengu‐ rangan Emisi Permanen A8: Retribusi A9: Lain‐lain

(13)

Kotak 1: EMPAT LANDASAN THE RAINFOREST STANDARD™ Kepercayaan – Kepraktisan – Kelaikan Pasar ‐ Kecocokan

The Rainforest Standard™ mengakui bahwa untuk menarik investasi dalam jumlah besar, standar membutuhkan semua hal berikut ini, yaitu: Kepercayaan di dunia secara umum; Kepraktisan bagi Pemrakarsa dan Pengembang Proyek; Kelaikan Pasar bagi pembeli dan penjual; dan Kecocokan dengan aturan dari instansi pemerintah yang berwenang dan pasar yang memenuhi syarat. Untuk

tujuan itu, The Rainforest Standard™ memaksimalkan Kepercayaan, Kepraktisan, Kelaikan Pasar,

dan Kecocokan.

Kepercayaan berkenaan dengan apakah sebuah komponen standar yang ditetapkan tersebut merupakan ukuran yang absah, yaitu benar‐benar mengukur apa yang ingin diukur. Beberapa jenis komponen dapat dikenai uji ini. Sebagai contoh, pada tingkat tertinggi, tujuan dari standar tersebut dapat diuji dalam hal kepercayaan: dapatkah “bertambah” atau “berkurang”‐nya cadangan karbon benar‐benar diukur? Kepercayaan juga berlaku bagi metode atau protokol untuk memantau, mengukur atau memverifikasi apakah tujuan dapat dicapai, misalnya apakah ukuran dalam hal Persetujuan atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (Padiatapa) tergolong tidak memihak dan tetap tepercaya?

Kepraktisan berkenaan dengan apakah standar tersebut memberikan kepada peserta hal‐hal yang dapat diprakirakan, efisiensi, dan kendali biaya dalam seluruh proses pemeriksaan. Protokol Pengesahan dan Pemantauan, Pelaporan, dan Verifikasi dirancang sedapat‐dapatnya mulus, lugas, dan baku. The RFS™ memberi jadwal untuk memastikan bahwa peserta dapat merencanakan kegiatannya dan membuat kesepakatan sebagaimana dijadwalkan sehingga pengaturan keuangan tidak terlalu terpengaruh oleh naik turunnya harga. Untuk tujuan itu, protokol The RFS™ meminimalkan keleluasaan pemeriksa dan memaksimalkan protokol yang dinilai tanpa memihak dan dapat diulang.

Kelaikan Pasar berkenaan dengan memadainya kepastian bagi penjual dan pembeli bahwa kredit yang dihasilkan berdasarkan standar adalah nyata, permanen, berupa nilai tambah, dialihkan sesuai dengan hukum, memberi manfaat kepada semua pemegang hak yang sejalan dengan tujuannya dan sesuai dengan rencana yang disepakati oleh semua pemegang hak setelah mereka cukup memahami.

Kecocokan berkenaan dengan upaya agar memungkinkan protokol The RFS™ dan pemberian kredit sejalan dengan persyaratan, panduan, dan praktik Instansi Pemerintah yang Berwenang dan dengan skema pemberian kredit pada pasar‐pasar lain yang memenuhi syarat.

(14)

THE RAINFOREST STANDARD™

Memadukan Kesejahteraan Sosial, Lingkungan, dan Ekonomi

SEJARAH RINGKAS

Asal mula gagasan The Rainforest Standard™ (The RFS™) adalah pada pertemuan di Sao Paulo, Brasil, Oktober 2007, yang diselenggarakan oleh Dana Perwalian Lingkungan Brasil, Funbio. Ketika itu, hadir empat dari enam orang direktur lembaga yang terlibat dalam penyusunan The RFS™. Pertemuan ini dilanjutkan dengan pertemuan di Lima, Peru, antara Pusat Kajian Lingkungan, Ekonomi, dan Masyarakat (CEES), Columbia University dan Dana Perwalian Lingkungan Peru, Profonanpe, dan pertemuan di New York, AS, antara CEES dan Dana Perwalian Lingkungan Kolombia, Fondo Accíon, pada awal tahun 2008. Setelah pertemuan‐ pertemuan ini, diputuskan untuk membuat kerjasama antara CEES dan Dana Perwalian Lingkungan Bolivia (PUMA), Brasil (Funbio), Kolombia (Fondo Accíon), Ekuador (FAN), dan Peru (Profonanpe) yang mengupayakan penyusunan sebuah standar baru yang sepenuhnya terpadu guna mengurangi emisi karbon hutan di Amazon.

Lembaga‐lembaga ini, para Anggota Pendiri The Rainforest Standard™, bertemu bersama‐sama sebagai sebuah kelompok untuk pertama kalinya pada bulan Juni 2008 di Sao Paolo, Brasil, yang bertujuan untuk memberi sumbangsih penting dalam mengurangi emisi karbon hutan di Amazon dengan mengurangi konversi hutan. Keenam lembaga tersebut yakin bahwa proyek‐ proyek “yang menghindari deforestasi” dapat dibuat menarik bagi pasar karbon, memudahkan konservasi hutan tropis dalam jangka panjang, dan memberi manfaat kepada masyarakat yang tinggal di tempat itu dan sekitarnya. Mereka bersama‐sama menganalisis kebutuhan akan sebuah standar baru yang sesuai dengan keadaan ekologi dan kenyataan masyarakat di Kawasan Amazon dan permintaan pasar yang sedang tumbuh.

Para Anggota Pendiri bertemu secara rutin sepanjang tahun 2011 (rangkaian pertemuan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini) untuk mengerjakan persoalan‐persoalan pokok yang telah diketahui pada tahun 2009. Dengan dukungan para pakar dari Amerika Serikat dan lima negara yang berada di Amazon, mereka menggabungkan unsur‐unsur pembangun The RFS™. Saling berhubungan melalui tatap‐muka selama lokakarya‐lokakarya, saling berhubungan melalui konferensi jarak jauh dengan semua negara sekaligus, dan pembahasan secara luas atas rancangan dokumen‐dokumen memungkinkan kelompok tersebut memadukan kenyataan di Kawasan Amazon dan merancang pilihan‐pilihan inovatif atas persoalan‐persoalan yang menonjol di seputar proyek‐proyek “yang menghindari deforestasi ” 2 dalam pasar karbon. Proses selama empat tahun yang menghasilkan The RFS™ tersebut melibatkan puluhan pakar dari seluruh Amerika Selatan, Amerika Serikat, dan Eropa. Para pakar ini merupakan akademisi terkemuka dalam bidang ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial, ilmu ekonomi, dan ilmu hukum di seluruh Amazon, dan pakar yang berasal dari swasta dan masyarakat madani (LSM) yang berpengalaman dalam bidang kehutanan dan pasar karbon. Kegiatan dimulai dengan tinjauan saksama atas standar‐standar yang ada dan keadaan biologi dan masyarakat sekarang di Kawasan Amazon di lima negara, yaitu: Kolombia, Ekuador, Peru, Bolivia, dan Brasil. Tinjauan ini

2

(15)

mengidentifikasi lima bidang tematik yang perlu diperhatikan secara tepat untuk mengatasi keberatan dan keprihatinan yang dinyatakan oleh pengguna hutan setempat, pemerintah nasional, pemerintah daerah, LSM, dan masyarakat keuangan internasional yang memperlambat pelaksanaan berskala besar proyek‐proyek “untuk mengurangi deforestasi” di Amazon.

TANGGAL TEMPAT POKOK PEMBAHASAN

Oktober 2007 Sao Paolo, Brasil Pembahasan awal antara CEES dan beberapa Dana Perwalian Lingkungan

2007 ‐ 2008 Lima, Peru; New York, AS Pertemuan antara CEES dan dua Dana Perwalian Lingkungan Juni 2008 Sao Paolo, Brasil Pertemuan perdana para Anggota Pendiri

Maret 2009 Lima, Peru Pertemuan para Anggota Pendiri mengenai organisasi Juli 2009 New York City, AS Analisis standar‐standar dan alat‐alat bantu yang ada Februari 2010 Bogotá, Kolombia Pengaturan Kelembagaan

Maret 2010 Palo Alto, California, AS Pertemuan tim penasihat ilmiah‐teknis April 2010 Quito, Ekuador Pertemuan tim penasihat hukum Mei 2010 Rio de Janeiro, Brasil Pertemuan tim penasihat sosial budaya Mei 2010 Rio de Janeiro, Brasil Pertemuan tim penasihat ekonomi

Agustus 2010 New York City, AS Merancang protokol untuk mengatasi persoalan November 2010 Mexico City, Meksiko Pertemuan pemaduserasian laporan

Juni 2011 New York City, AS Pertemuan para pengarang utama

Lima kelompok pakar dibentuk, yang masing‐masing dipimpin oleh pakar yang termasyhur di dunia beserta pendamping mereka dari kelima negara Amazon yang telah disebutkan sebelumnya. Setiap kelompok pakar menghasilkan sebuah laporan terperinci yang memetakan pendukung dan penentang persoalan‐persoalan tersebut, pilihan‐pilihan yang tersedia, dan rekomendasinya. Persoalan, pilihan, dan rekomendasi dibahas selama beberapa hari oleh Kelompok Penyelesaian Persoalan yang terdiri atas Komite Pelaksana, staf, dan para pakar tematik. Setelah pertemuan tersebut, rancangan pertama bab‐bab RFS yang dapat dijalankan (The Rainforest Standard™/Standar Hutan Hujan v1.0) disusun dan dikirim kepada lima kelompok pakar untuk diperiksa dan diberi tanggapan. Hal ini memungkinkan kelompok pakar tersebut untuk memeriksa dan menanggapi langsung protokol (metodologi) yang diusulkan. Setelah mengalami serangkaian pemeriksaan dan perbaikan lebih lanjut, rancangan lengkap kedua The Rainforest Standard™ v1.4 disusun oleh para Pengarang Utama dan dikirim kepada sekelompok pemeriksa independen untuk meminta tanggapan publik. Banyak di antara tanggapan dan rekomendasi mereka telah dimasukkan ke dalam versi mutakhir The Rainforest Standard™ ‐ versi 2.1.

(16)

THE RAINFOREST STANDARD™

Memadukan Kesejahteraan Sosial, Lingkungan, dan Ekonomi Kotak 2: PRINSIP‐PRINSIP DASAR

I. Proyek‐proyek RFS harus menghasilkan pengurangan emisi CO2 secara nyata, berupa nilai tambah, terukur,

dapat diverifikasi, dapat didaftarkan, transparan, dan permanen, dengan mengurangi penebangan Biomassa

Pohon di Hutan yang Laik ( sehingga memungkinkan pembeli dan penjual RFS Credits™ (Kredit RFS) memberi

sumbangsih terhadap mitigasi perubahan iklim, konservasi hutan, pembangunan berkelanjutan, pengurangan kemiskinan, peningkatan kualitas hidup masyarakat hutan, dan konservasi keanekaragaman hayati.

II. Proyek‐proyek RFS harus melibatkan kegiatan‐kegiatan di hutan yang telah ditetapkan secara geografis, yang sepenuhnya selaras dengan mitigasi perubahan iklim nasional dan/atau daerah, konservasi hutan, skema pengelolaan, dan kebijakan lingkungan nasional dan internasional.

III. Proyek‐proyek RFS harus digagas, disusun, dan dilaksanakan dengan mengikutsertakan secara aktif pemegang hak atas hutan.

IV. Proyek‐proyek RFS harus memberi sumbangsih terhadap konservasi sumberdaya alam nasional dan kebijakan penggunaannya secara berkelanjutan, antara lain konservasi keanekaragaman hayati jangka panjang yang dapat dibuktikan, jasa lingkungan, dan rencana pengelolaan hutan.

V. Proyek‐proyek RFS harus memberi sumbangsih terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan nasional, termasuk pengurangan kemiskinan dan/atau peningkatan kualitas hidup pemegang hak atas hutan.

VI. Organisasi pelaksana RFS harus transparan dalam penerbitan RFS Credits™ mereka dan harus memberi informasi yang transparan dan jelas mengenai rantai pengawasan atas semua RFS Credits™ yang diterbitkan. VII. Persyaratan RFS harus sepenuhnya tidak memihak, dapat dilaksanakan, dapat diulang, dan dapat dipasarkan. VIII. Organisasi pelaksana RFS harus transparan dalam mengelola aset mereka, termasuk yang dikelola sebagai jaminan atas Perubahan yang Merugikan dan pembagian manfaat masing‐masing.

IX. Proyek‐proyek RFS harus menghormati hak‐hak menurut Undang‐Undang Dasar, undang‐undang, dan ulayat yang terkait dengan kepemilikan lahan, penetapan resmi atas lahan yang ditempati, keterwakilan masyarakat lokal, dan pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat adat dan kepemilikan lahan kecil, termasuk tunduk sepenuhnya pada Deklarasi PBB tentang hak‐hak masyarakat adat dan Konvensi No. 169 Organisasi Buruh Internasional PBB (ILO).

X. The RFS™ berjanji untuk melakukan peninjauan secara sistematis dan terus‐menerus dan perbaikan The RFS™ untuk mengikuti perubahan‐perubahan dalam perjanjian internasional, pengaturan kerjasama, undang‐undang dan kebijakan nasional dan daerah, dan pasar.

(17)

IC1

:

KEADAAN AWAL DI DAERAH PROYEK

TUJUAN:

Memberi informasi yang cermat dan lengkap mengenai Keadaan Awal3 dalam hal wilayah, batas‐batas, penggunaan lahan, penguasaan lahan, zonasi, dan luas dan sifat dari tipe dan keadaan hutan di Daerah Proyek.

DASAR PERTIMBANGAN:

Bagian ini menguraikan batas‐batas Daerah Proyek dan keadaan di Daerah Proyek sebelum ada Proyek dalam hal penguasaan lahan, kegiatan‐kegiatan yang ada, dan

Hutan yang Laik. Uraian ini akan menjadi dasar untuk mengidentifikasi lahan

penghasil RFS Credits™ maupun pihak‐pihak yang akan ikut secara langsung dan tidak langsung dalam menghasilkan RFS Credits™ (Kredit RFS).

PERSYARATAN:

Peta‐peta dan tabel‐tabel berikut harus disediakan bersama dengan Dokumen Awal

Pengajuan Proyek:

IC1‐1 Peta Batas Proyek:

Daerah Proyek didefinisikan sebagai daerah dengan garis batas secara

geografis yang ditampilkan pada Peta Batas Proyek. Peta Batas Proyek harus menunjukkan arah dan jarak semua garis batas Daerah Proyek dengan koordinat geografisnya. Pemetaan berlandaskan GIS lebih disukai untuk menetapkan koordinat geografis.

B. Peta Batas Proyek harus dibuat sesuai dengan standar survei yang

3

(18)

diterima oleh Instansi Pemerintah yang Berwenang pada tingkat nasional, provinsi atau kabupaten/kota atau apabila standar semacam itu tidak ada, didasarkan pada standar dari Asosiasi yang Disetujui sebagaimana ditetapkan pada Tambahan IC1‐1_A.

C. Peta Batas Proyek harus menampilkan:

1. Semua peruntukan yang ditetapkan oleh pemerintah (misalnya data peta pajak; peruntukan oleh negara, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, ulayat); dan

2. Luas keseluruhan Daerah Proyek.

IC1‐2 Peta dan Tabel Penguasaan Lahan (Proyek:

Peta Penguasaan Lahan Proyek harus menunjukkan daerah‐daerah di dalam Daerah Proyek yang dimiliki, disewakan, ditempati, digunakan atau diatur

oleh setiap Peserta Proyek sebagaimana ditetapkan pada Bagian IC2‐1, termasuk tetapi tidak terbatas untuk:

1. Daerah‐daerah yang dimiliki, secara langsung atau tidak langsung, oleh negara, dan

a. telah ditetapkan oleh negara sebagai Kawasan Konservasi, taman nasional, hutan nasional atau peruntukan lain semacamnya yang dapat berkaitan dengan penggunaan untuk umum dan swasta;

b. yang penggunaannya menurut undang‐undang diperuntukkan Masyarakat Adat atau masyarakat lain; atau c. terikat pada hak pengusahaan, apakah untuk penggunaan tertentu atau umum, kepada perorangan pribadi atau badan (pemegang hak pengusahaan) pencari laba (misalnya perusahaan atau kemitraan) atau nirlaba (misalnya yayasan, organisasi nonpemerintah/LSM);

2. Daerah‐daerah yang dimiliki, ditempati atau digunakan oleh perorangan pribadi atau badan (termasuk Masyarakat Adat,

(19)

masyarakat lokal, Masyarakat Rimba dan Pengguna Hutan dengan sertifikat yang sah);

3. Daerah‐daerah yang dimiliki, ditempati atau digunakan oleh perorangan pribadi atau badan (termasuk Masyarakat Adat, masyarakat lokal, Masyarakat Rimba dan Pengguna Hutan yang bersertifikat) yang memiliki kewajiban hukum untuk melestarikan atau melindungi hutan yang ada (misalnya karena merupakan kawasan konservasi berdasarkan putusan hukum, kewajiban konservasi pada lahan umum atau swasta, atau yang setara dengan itu dengan landasan hukum di daerah yang berlaku, atau selainnya); 4. Daerah‐daerah yang menjadi tempat tinggal keluarga atau masyarakat secara ulayat (Masyarakat Rimba) atau yang mereka gunakan walaupun tinggalnya di tempat lain (Pengguna Hutan).

B. Tabel Penguasaan Lahan harus disertakan dengan Peta Penguasaan

Lahan Proyek dan harus berisi informasi berikut:

1. Nama dan/atau identitas semua Peserta Proyek;

2. Luas di daerah‐daerah yang diminati oleh setiap Peserta Proyek; 3. Status hak atas lahan yang dipegang oleh setiap Peserta Proyek (misalnya bersertifikat sah, sewa, hak pengusahaan, kewajiban konservasi (easement), tradisional atau ulayat, lainnya); dan

4. Peruntukan hak atas lahan yang dipegang oleh setiap Peserta

Proyek (misalnya hak untuk menggunakan, menguasai, dan/atau

mengalihkan dalam hal penggunaan lahan, pembangunan, sumberdaya alam, kegiatan‐kegiatan pengurangan emisi karbon, dan sebagainya).

IC1‐3 Peta Kegiatan Proyek.

Peta Kegiatan Proyek harus menunjukkan berikut ini di dalam Daerah Proyek:

A. Penetapan peta zonasi resmi mutakhir yang diterbitkan oleh pemerintah; dan

(20)

B. Zonasi oleh Pemerintah Daerah yang mendaftar semua Sumberdaya

Hutan dan menunjukkan Penggunaan Sumberdaya dan Wilayah Penggunaan Sumberdaya di Daerah Proyek.

IC1‐4 Peta Hutan yang Laik sebagai Tolok Ukur (.

Peta Hutan yang Laik sebagai Tolok Ukur harus memiliki resolusi sedikit‐dikitnya 1m

sebagaimana tersedia sekarang ini dari citra satelit atau foto udara, dan harus menampilkan berikut ini di dalam Daerah Proyek:

A. Penandaan batas yang diacu dalam tata ruang terhadap semua daerah yang tergolong Hutan yang Laik ()dan Hutan yang tidak Laik () dengan Satuan

Pemetaan Minimum 0,09 ha, dengan piksel dalam susunan bujur sangkar

(misalnya 30x30 dengan resolusi 1 m);

B. Perhitungan luas Hutan yang Laik;

C. Perhitungan luas Hutan yang tidak Laik;

D. Tipe Hutan pada Hutan yang Laik (yaitu tipe hutan di sepanjang sungai, hutan lembap, hutan kering, dan lainnya sebagaimana ditetapkan pada Tambahan IC1‐4_A);

E. Keadaan Hutan pada Hutan yang Laik (yaitu tipe hutan yang telah ditebang, dewasa, permudaan, dan lainnya sebagaimana ditetapkan pada Tambahan IC1‐4_B); dan

F. Matriks Stratifikasi menurut Tipe dan Keadaan Hutan4 menunjukkan persentase Hutan yang Laik di setiap kotak. Contoh berikut sekadar gambaran untuk memperjelas:

(21)

CONTOH Matriks Tipe dan Keadaan Hutan – Persentase Tipe Hutan menurut Keadaan Hutan. TIPE HUTAN Hutan lembap Hutan kering Hutan di sepanjang sungai KEADAAN HUTAN Telah ditebang 2% 15% 5% Dewasa 23% 5% 10% Permudaan 10% 15% 15%

IC1‐5 Keadaan Umum:

A. Semua Peta harus:

1. dalam bentuk digital; 2. serasi dengan GIS;

3. menggunakan Peta Batas Proyek sebagai pola;

4. membubuhkan nama Pemrakarsa Proyek, nama Proyek, dan judul uraian peta;

5. disertai dengan Keterwakilan Pribadi (lihat Formulir: Keterwakilan) oleh pejabat tertinggi dari Pemrakarsa Proyek dan Pengembang Proyek (misalnya CEO, Mitra Pemimpin, Direktur Pelaksana) dalam kedudukannya sebagai pribadi, maupun Keterwakilan oleh badan

Pemrakarsa Proyek dan Pengembang Proyek bahwa informasi pada

peta yang menyertainya cermat dan lengkap dalam semua hal sejauh yang mampu diketahui dan diyakininya setelah meneliti secara utuh dan dengan niat baik;

6. disertai dengan Keterwakilan Pakar Pemetaan Hutan dari pihak

Pemrakarsa bahwa informasi pada peta yang menyertainya cermat dan

lengkap dalam semua hal sejauh yang mampu diketahui dan diyakininya setelah meneliti secara utuh dan dengan niat baik; dan 7. selaras dengan peta‐peta resmi pemerintah yang cermat.

(22)

B. Semua jadwal atau matriks yang menyertainya harus:

1. membubuhkan nama Pemrakarsa Proyek, nama Proyek, dan judul uraian peta;

2. disertai dengan Keterwakilan Pribadi (lihat Formulir: Keterwakilan) oleh pejabat tertinggi dari Pemrakarsa Proyek dan Pengembang Proyek (misalnya CEO, Mitra Pemimpin, Direktur Pelaksana) dalam kedudukannya sebagai pribadi, maupun Keterwakilan oleh badan

Pemrakarsa Proyek dan Pengembang Proyek bahwa informasi pada

jadwal atau matriks yang menyertainya cermat dan lengkap dalam semua hal sejauh yang mampu diketahui dan diyakininya setelah meneliti secara utuh dan dengan niat baik;

3. disertai dengan Keterwakilan Pakar Pemetaan Hutan dari pihak

Pemrakarsa Proyek bahwa informasi pada jadwal atau matriks yang

menyertainya cermat dan lengkap dalam semua hal sejauh yang mampu diketahui dan diyakininya setelah meneliti secara utuh dan dengan niat baik; dan

4. selaras dengan informasi resmi pemerintah; dan

5. selaras satu sama lain (misalnya luas Hutan yang Laik ditambah

(23)

IC2

:

PESERTA PROYEK

TUJUAN:

Menyediakan daftar Peserta Proyek secara cermat dan lengkap, termasuk semua

Pemegang Hak dan Instansi Pemerintah yang Berwenang mengenai kegiatan‐kegiatan di Daerah Proyek.

DASAR PERTIMBANGAN:

Asas Penyertaan: Setiap orang yang berwenang di lapangan untuk menebang Biomassa Pohon dari Hutan yang Laik di Daerah Proyek (atau mengesahkan penebangan tersebut, atau

tidak mencegah penebangan tersebut) perlu didorong untuk menghindari penebangan tersebut. Tanpa partisipasi menyeluruh seperti itu, Pengurangan Emisi Permanen Proyek akan selalu terancam dan Perubahan yang Merugikan secara nyata sulit dicegah.

Konsultasi Partisipatif: Sejalan dengan Asas Penyertaan (, The RFS™ bermufakat dengan

setiap pihak yang berwenang atas penebangan di dalam Daerah Proyek sebagai Peserta

Proyek, dan pihak yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan Proyek selama umur Proyek. Persyaratan untuk Konsultasi Partisipatif diperincikan pada Bagian S1. Asas Penyertaan menghasilkan definisi yang luas mengenai Pemegang Hak, terutama Pemegang Hak De Facto.

PERSYARATAN:

Pemrakarsa Proyek harus menyertakan Dokumen Penetapan Peserta Proyek bersama Dokumen Awal Pengajuan Proyek. Bagian IC2‐1 mendefinisikan jenis perorangan, kelompok,

badan, dan organisasi yang dianggap sebagai Peserta Proyek. Bagian IC2‐2 menjelaskan informasi yang harus disediakan bagi setiap Peserta Proyek. Bagian IC2‐3 menyediakan jenis bukti yang dibutuhkan untuk menunjukkan kepatuhan terhadap Bagian IC2‐1 dan IC2‐2.

(24)

IC2‐1 Dokumen Penetapan Peserta Proyek harus menetapkan semua Peserta Proyek, termasuk:

A. Pemrakarsa Proyek: Pihak yang memiliki hak untuk memperdagangkan pengurangan emisi yang berasal dari pengurangan penebangan Biomassa Pohon dari

Hutan yang Laik, yaitu pihak yang mengusulkan Proyek.

B. Pengembang Proyek: Orang atau badan hukum yang ditetapkan oleh Pemrakarsa

Proyek memiliki kewenangan yang mengikat secara hukum untuk menyusun dan

menyerahkan dokumen‐dokumen yang dibutuhkan menurut The RFS™, untuk bertindak selaku kepanjangan tangan Pemrakarsa Proyek selama proses pengesahan, untuk memperbaiki permohonan‐permohonannya, untuk melakukan Keterwakilan sebagaimana diatur pada The RFS™, dan untuk setidaknya bertindak atas nama

Pemrakarsa Proyek.

C. Pemegang Hak (istilah yang mencakup sekaligus Pemegang Hak De Jure dan

Pemegang Hak De Facto):

1. Pemegang Hak De Jure: Pemegang sertifikat atas lahan atau hak apa pun

(misalnya hak pengusahaan, kewajiban konservasi, menempati) di dalam

Daerah Proyek.

2. Pemegang Hak De Facto: Pengguna Hutan atau Masyarakat Rimba,

termasuk tetapi tidak terbatas untuk Masyarakat Adat, masyarakat lokal yang memiliki hak tradisional atau ulayat untuk menggunakan, menguasai atau mengalihkan hak atau apa pun yang ada di atas lahan di dalam Daerah Proyek.

The RFS™ mengakui Masyarakat Rimba dan Pengguna Hutan sebagai Pemegang Hak De Facto, yang walaupun tidak memiliki hak secara jelas atau

hak pakai secara formal, dapat saja memiliki hak untuk menggunakan atau menguasai lahan yang telah diakui oleh masyarakat lokal tanpa melanggar hak atas lahan umum, undang‐undang atau kebiasaan. Tetapi, diakui bahwa sebagian Pengguna Hutan boleh jadi bertindak dengan melanggar hukum (misalnya pembalak liar komersial dan pelanggar tatanan hukum yang berlaku),

(25)

dan The RFS™ tidak berhubungan dengan hak hukum mereka yang bertindak dengan melanggar hukum: Semua pelaku liar tersebut dianggap bukan

Pemegang Hak De Facto. Istilah “Pemegang Hak De Facto” tidak menunjuk

pada anggota perorangan dari kelompok yang lebih besar (misalnya

Masyarakat Adat, masyarakat lokal, Masyarakat Rimba dan Pengguna Hutan,

atau kelompok lain yang memiliki hak tradisional atau ulayat untuk menggunakan, menguasai, dan mengalihkan hak). Hak‐hak perorangan dianggap berasal dari pertalian mereka dengan kelompok tersebut, yang didefinisikan di sini sebagai Pemegang Hak De Facto, yang dalam hal ini mereka sebagai anggota kelompok. Dengan demikian, sebuah kelompok bukan perorangan dapat dianggap sebagai Pemegang Hak De Facto menurut The

RFS™. Keluarga petani harus dianggap sebagai Pemegang Hak De Facto jika dan

hanya jika, sertifikat dari pemerintah menyatakan secara jelas kepemilikan lahan keluarga petani tersebut di Daerah Proyek (misalnya Sertifikat Hak Milik dari Pemerintah Kabupaten/Kota). Semua Pemegang Hak De Facto juga harus terdaftar pada Daftar Pemegang Hak De Facto sebagaimana disebutkan pada Bagian IC2‐3C dan S1‐1.

D. Instansi Pemerintah yang Berwenang dengan kewenangan mengatur lahan atau kegiatan di dalam Daerah Proyek.

IC2‐2 Dokumen Penetapan Peserta Proyek harus mencakup:

A. Nama diri dan sebutan badan, perorangan, organisasi, masyarakat, kelompok,

Instansi Pemerintah yang Berwenang, dan nama‐nama pengenal lain;

B. Informasi tentang narahubung sejauh tersedia, termasuk alamat, nomor telepon, alamat email atau informasi yang dapat dihubungi lewat Internet;

C. Nama pejabat, eksekutif atau pemimpin badan; dan

(26)

IC2‐3 Hal‐hal berikut dibutuhkan untuk menunjukkan kepatuhan terhadap Bagian IC2‐1 dan IC2‐2:

A. Keterwakilan Pribadi oleh pejabat tertinggi dari Pemrakarsa Proyek dan

Pengembang Proyek (misalnya CEO, Mitra Pemimpin, Direktur Pelaksana) dalam

kedudukannya sebagai pribadi maupun Keterwakilan oleh badan Pemrakarsa Proyek dan Pengembang Proyek bahwa informasi pada Dokumen Penetapan Peserta Proyek cermat dan lengkap dalam semua hal sejauh yang mampu diketahui dan diyakininya setelah meneliti secara utuh dan dengan niat baik; dan

B. Apabila informasi dalam Dokumen Penetapan Peserta Proyek diharuskan diajukan kepada Instansi Pemerintah yang Berwenang, pengesahan oleh instansi tersebut dibuktikan dengan dokumen resmi; dan

(27)

IC3: LANDASAN HUKUM

TUJUAN:

Mengidentifikasi hak formal, tradisional atau ulayat dari semua Peserta Proyek untuk menggunakan, menguasai atau mengalihkan hak mana pun atau apa pun yang ada di atas lahan di dalam Daerah Proyek.

Menunjukkan bahwa semua kesepakatan yang diperlukan telah diperoleh dari semua

Peserta Proyek, yang menegaskan hak formal Pemrakarsa Proyek untuk mengalihkan,

menilai dengan uang, dan menukar berkurangnya emisi karbon dari berkurangnya penebangan Biomassa Pohon melalui diterimanya dan dialihkannya RFS Credits™ sebagaimana dijelaskan pada Bagian A6 (Pendaftaran, Pengalihan, dan Penghentian Kredit).

Menunjukkan bahwa kegiatan atau Proyek yang diusulkan tidak bertentangan dengan program atau kegiatan REDD nasional atau daerah atau yang serupa di wilayah hukum yang bersangkutan.

Menunjukkan bahwa pemberian The RFS Credit™ sendiri bukan merupakan pelanggaran terhadap undang‐undang yang berlaku, dan manfaat ekonomi dari perdagangan selanjutnya menurut undang‐undang yang berlaku tidak diperuntukkan pihak ketiga yang persetujuan atau penunjukannya belum diperoleh.

DASAR PERTIMBANGAN:

The RFS™ berupaya untuk memastikan bahwa pembeli The RFS Credit™ yang penjualnya

memiliki hak untuk mengalihkan pengurangan emisi karbon menjadi bernilai uang menurut undang‐undang di tempat Daerah Proyek berada. Ini membutuhkan lebih dari sekadar menunjukkan sertifikat atas lahan di Daerah Proyek. Pemrakarsa Proyek harus menunjukkan haknya untuk menilai dengan uang dan memperdagangkan pengurangan karbon untuk

(28)

menggantikan atau bermitra dengan: Instansi Pemerintah yang Berwenang; pihak lain dalam kontrak (misalnya Pengembang Proyek, pihak yang ditunjuk, pemegang hak pengusahaan); atau Pemegang Hak De Facto.

PERSYARATAN:

Bagian IC3‐1 mensyaratkan dukungan dalam bentuk dokumen mengenai informasi yang disediakan pada Peta Penguasaan Lahan Proyek dan Tabel Penguasaan Lahan disamping Bagian IC1‐5 Keterwakilan. Bagian IC3‐2 menguraikan Persyaratan yang harus ditunjukkan oleh

Pemrakarsa Proyek bahwa telah dipenuhi dalam mendukung haknya untuk menjual kredit yang

akan diterbitkan sebagai RFS Credits™. Bagian IC3‐ 3 menetapkan bukti dokumen yang disyaratkan untuk membenarkan klaim pada Bagian IC3‐2.

IC3‐1 Disamping Persyaratan pada Bagian IC1‐5, dalam mendukung informasi pada Peta

Penguasaan Lahan Proyek dan Tabel Penguasaan Lahan sebagaimana diatur pada Bagian IC1‐2,

yang merupakan bagian dari Dokumen Awal Pengajuan Proyek, Pemrakarsa Proyek harus menyediakan bukti dokumen berikut ini:

A. Dalam hal Pemegang Hak De Jure, sertifikat terdaftar yang disahkan oleh Instansi

Pemerintah yang Berwenang sesuai dengan undang‐undang yang dibuktikan dengan

dokumen resmi (misalnya akta bermeterai; surat pernyataan di bawah sumpah), dan dalam hal hak yang dipersengketakan, ketetapan pengadilan yang bersifat tetap dan tidak lagi dimungkinkan melakukan banding; dan

B. Pendapat Hukum dari seorang penasihat hukum berkompeten dan diakui yang berpraktik hukum di wilayah hukum tempat Proyek berada bahwa informasi pada Peta

Penguasaan Lahan Proyek dan Tabel Penguasaan Lahan cermat dan lengkap dalam

semua hal sejauh yang mampu diketahui dan diyakininya setelah meneliti secara utuh dan dengan niat baik.

(29)

menyediakan bukti dokumen secara memuaskan, sesuai dengan Bagian IC3‐3 di bawah ini, bahwa:

A. Pemrakarsa Proyek atau orang atau badan (satu atau lebih) selaku pihak‐pihak yang mengikatkan diri dalam kontrak dengan Pemrakarsa Proyek telah diberi hak menurut undang‐ undang di negara tuan rumah untuk menukar, mengalihkan, dan menilai dengan uang pengurangan emisi karbon yang diakibatkan apabila penebangan Biomassa Pohon berkurang; dan

B. Instansi Pemerintah yang Berwenang (kabupaten/kota, provinsi atau negara) belum membentuk program nasional, provinsi, daerah atau program lain yang intinya tidak sejalan dengan, atau dimaksudkan ‐menurut ketentuannya‐ menggantikan atau membatalkan:

1. Setiap tindakan dan/atau instrumen hukum yang menjadi landasan kegiatan atau

Proyek yang diusulkan; atau

2. Setiap metode yang dipilih untuk memenuhi setiap Persyaratan dalam The RFS™ (misalnya metode Pengurangan Emisi Permanen, metode data dasar atau

Persyaratan pada Bagian S, misalnya Persetujuan atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan); dan

C. Tidak ada instansi atau lembaga perantara milik pemerintah di wilayah hukum yang menjadi tempat dari bagian Proyek mana pun mengklaim hak untuk mengalihkan pengurangan emisi karbon; dan

D. Tidak ada ketentuan dalam undang‐undang yang berlaku di wilayah hukum yang menjadi tempat dari bagian Proyek mana pun bahwa setiap orang (termasuk instansi atau lembaga perantara milik pemerintah), selain Pemrakarsa Proyek dan/atau satu atau lebih pihak lain yang telah dikontrak oleh Pemrakarsa Proyek atau pihak yang ditunjuk dan diizinkannya, berhak untuk mengalihkan pengurangan emisi karbon, dan khususnya yang diakibatkan oleh berkurangnya penebangan Biomassa Pohon; dan

(30)

E. Apabila wilayah hukum tempat berada Proyek sudah siap dengan mekanisme untuk menelusuri dan/atau mendaftar kegiatan‐kegiatan atau Proyek‐proyek semacam yang diusulkan atau dilaksanakan oleh Proyek (apakah sebagai bagian dari NAMA/Aksi Mitigasi yang Tepat

secara Nasional yang dilakukan di wilayah hukumnya ataukah tidak), dan pendokumentasian

dan/atau pendaftaran diatur menurut undang‐undang yang berlaku sewaktu penyerahan

Dokumen Pengajuan Proyek Awal atau Akhir atau setiap Tanggal Verifikasi berikutnya, Pemrakarsa Proyek harus mewakili dan menyediakan bukti dokumen yang berlaku menurut

hukum bahwa:

1. Proyek atau kegiatan yang diusulkan didokumentasikan dan/atau didaftarkan sebagaimana mestinya; dan

2. pendokumentasian dan/atau pendaftaran tersebut sejalan –berdasarkan undang‐ undang yang berlaku‐ dengan persyaratan Proyek atau kegiatan untuk penerbitan kredit dalam The RFS™; dan

F. Baik penerbitan RFS Credits™ untuk Pemrakarsa Proyek ataupun untuk satu atau lebih pihak lain yang telah dikontrak oleh Pemrakarsa Proyek, ataupun setiap kemungkinan penjualan

Kredit RFS oleh Pemrakarsa Proyek atau oleh pihak lain mana pun atau pihak yang ditunjuk,

tidak akan menyebabkan pelanggaran undang‐undang yang berlaku di wilayah hukum tempat

Proyek berada; dan

G. Pemrakarsa Proyek akan melakukan semua tindakan yang diperlukan, sebagaimana ditetapkan dalam undang‐undang yang berlaku, untuk melaporkan kepada Instansi Pemerintah

yang Berwenang mengenai diterimanya atau dialihkannya Kredit RFS.

IC3‐3. Bukti pendukung informasi yang diatur pada Bagian IC3‐2A‐G.

A. Untuk memenuhi Bagian IC3‐2, bukti dokumen yang memuaskan mengenai persoalan tersebut guna ditunjukkan mensyaratkan satu atau lebih hal‐hal berikut sebagaimana dapat dilihat pada Tabel IC3‐3:

(31)

Pengembang Proyek (misalnya CEO, Mitra Pemimpin, Direktur Pelaksana)

dalam kedudukannya sebagai pribadi maupun Keterwakilan oleh badan

Pemrakarsa Proyek dan Pengembang Proyek bahwa informasi pada Bagian

IC3‐2A‐G cermat dan lengkap dalam semua hal sejauh yang mampu diketahui dan diyakininya setelah meneliti secara utuh dan dengan niat baik;

2. Pendapat Hukum dari seorang penasihat hukum berkompeten dan diakui yang berpraktik hukum di wilayah hukum tempat Proyek berada bahwa informasi yang diatur pada Bagian IC3‐2A‐G cermat dan lengkap dalam semua hal sejauh yang mampu diketahui dan diyakininya setelah meneliti secara utuh dan dengan niat baik.

3. Pernyataan tertulis resmi oleh Instansi Pemerintah yang Berwenang; atau

4. Ketetapan pengadilan yang bersifat tetap sehingga tidak lagi dimungkinkan untuk banding.

B. Tabel IC3‐3 menunjukkan alternatif bukti dokumen yang memadai sebagai

(32)

Tabel IC3‐3: Alternatif bukti dokumen yang memadai sebagai Persyaratan pada IC3‐2A‐G. Subbagian A B C D E1 E2 F G 1 + 2 1 + 2; atau 3; atau 4 1 + 2; atau 3 1 + 2; atau 3 1 + 3 1 + 2; atau 3 1 + 2; atau 3 1

C. Apabila setiap Keterwakilan terbukti tidak cermat, kredit berikutnya tidak akan diverifikasi, kecuali jika sesuai dengan prosedur perbaikan sebagaimana dapat dilihat pada Bagian A7.

(33)

S1: MENGIDENTIFIKASI DAN MENGHORMATI PEMEGANG HAK DE FACTO

TUJUAN:

Sejalan dengan Asas Penyertaan () dan Konsultasi Partisipatif (lihat Dasar Pertimbangan pada Bagian IC2), Proyek‐proyek RFS harus dirancang dengan menghormati fakta sosial ekonomi dan sosial budaya di lapangan. Untuk melakukannya, dibutuhkan pengenalan secara cermat dan lengkap semua Pemegang

Hak De Facto maupun Pemegang Hak De Jure dan Peserta Proyek lain (lihat Bagian

IC2). Identifikasi Pemegang Hak De Facto secara cermat dan lengkap ditekankan untuk menjamin agar Proyek‐proyek RFS dirancang sedemikian rupa sehingga:

Hak atas lahan dan sumberdaya yang ada, baik berdasarkan undang‐undang atau ulayat, akan diidentifikasi dan dihormati;

Pengetahuan dan praktik tradisional mengenai pengelolaan sumberdaya di kalangan Masyarakat Adat, Masyarakat Rimba dan Pengguna Hutan, dan masyarakat lokal yang sejalan dengan tujuan The RFS™ untuk mengurangi penebangan Biomassa Pohon di Hutan yang Laik akan diidentifikasi dan dihormati.

Semua undang‐undang, perjanjian dan konvensi internasional yang berlaku, maupun hukum adat, termasuk konvensi internasional yang menuntut perlindungan terhadap pengetahuan dan praktik masyarakat adat diidentifikasi dan dipatuhi; dan

Kegiatan‐kegiatan Proyek mengidentifikasi dan menjabarkan kategori‐kategori zonasi yang sesuai dengan budaya (Zonasi Setempat) (lihat Bagian IC1‐3B) yang mengakui digunakannya pengetahuan dan sejarah setempat.

Rancangan Proyek dibolehkan dan bahkan diharapkan, namun tidak diharuskan, untuk membantu memformalkan hak‐hak ulayat setempat yang diakui di kalangan masyarakat adat, nelayan, masyarakat perdesaan, transmigran, petani maupun

(34)

pemilik lahan pribadi lain, masyarakat lokal, dan keluarga‐keluarga.

DASAR PERTIMBANGAN:

Asas pokok The RFS™iadalah bahwa keterlibatan penuh Pemegang Hak De Facto itu mutlak bagi

Proyek‐proyek untuk mengurangi penebangan Biomassa Pohon dalam jangka panjang. Pusat

perhatian dalam Bagian ini adalah keterlibatan Pemegang Hak De Facto, yang didasarkan pada anggapan bahwa Pemegang Hak De Facto tidak selalu diberi perlindungan hukum yang sama dengan Pemegang Hak De Jure. Dalam hal Pemegang Hak De Jure, The RFS™ mensyaratkan bahwa mereka yang teridentifikasi sebagai Peserta Proyek dapat memperoleh perlindungan berdasarkan undang‐undang yang ada untuk memastikan hak mereka berkaitan dengan kegiatan‐kegiatan sebagaimana dijelaskan pada The RFS™.

PERSYARATAN:

S1‐1 Sebagai bagian dari Dokumen Awal Pengajuan Proyek, Pemrakarsa Proyek harus mengajukan daftar semua Pemegang Hak De Facto (Daftar Pemegang Hak De Facto) di Daerah

Proyek (termasuk Masyarakat Adat, masyarakat lokal, Masyarakat Rimba dan Pengguna Hutan).

S1‐2 Untuk memastikan bahwa Pemegang Hak De Facto yang terkena proyek memiliki cukup kesempatan untuk dimasukkan ke dalam atau dikeluarkan dari Daftar Pemegang Hak De Facto,

Pemrakarsa Proyek harus mengumumkan Daftar Pemegang Hak De Facto (Pemberitahuan kepada Pemegang Hak De Facto) dalam waktu 90 hari (Masa Pemberitahuan kepada Pemegang Hak De Facto) dengan menggunakan:

A. Saluran‐saluran komunikasi resmi dan tradisional yang diakui setempat; B. Penerbitan pada semua surat kabar setempat sedikit‐dikitnya tiga kali;

C. Siaran pengumuman sedikit‐dikitnya tiga kali melalui radio atau televisi setempat, apabila tersedia;

(35)

E. Pemberitahuan tertulis kepada Organisasi Yang Mewakili yang memiliki kepentingan di Daerah Proyek;

F. Pemberitahuan tertulis kepada Instansi Pemerintah yang Berwenang yang wilayah hukumnya mencakup Daerah Proyek;

G. Pemberitahuan tertulis atau secara tradisional kepada semua Pemegang Hak De

Facto yang dikenal.

S1‐3 Kepatuhan terhadap Pemberitahuan kepada Pemegang Hak De Facto. Dokumen Awal

Pengajuan Proyek harus mencakup:

A. Pernyataan tertulis oleh Pemrakarsa Proyek bahwa Pemberitahuan kepada

Pemegang Hak De Facto telah disampaikan sesuai dengan Bagian S1‐2A‐G, yang

menguraikan metode pemenuhan syarat A‐G, tanggal‐tanggalnya, dan mengidentifikasi setiap pihak ketiga yang ikut serta dan memenuhi syarat (misalnya surat kabar, radio, LSM).

B. Keterwakilan Pribadi oleh pejabat tertinggi dari Pemrakarsa Proyek (misalnya CEO, Mitra Pemimpin, Direktur Pelaksana) dalam kedudukannya sebagai pribadi maupun

Keterwakilan oleh badan Pemrakarsa Proyek bahwa informasi pada Bagian S1‐3A

cermat dan lengkap dalam semua hal sejauh yang mampu diketahui dan diyakininya setelah meneliti secara utuh dan dengan niat baik.

S1‐4 Masa Pemberitahuan kepada Pemegang Hak De Facto dapat dimulai oleh Pemrakarsa

Proyek setiap saat berdasarkan dalam kewenangan penuhnya, setelah atau sebelum Konsultasi Pra‐Pengajuan (lihat Bagian S2‐ 1F1); tetapi, untuk memastikan bahwa Daftar Pemegang Hak De Facto tidak kedaluwarsa, Masa Pemberitahuan kepada Pemegang Hak De Facto dinyatakan

tidak berlaku apabila dimulai lebih dari 12 bulan sebelum Tanggal Awal Pengajuan Proyek.

S1‐5 Pemberitahuan kepada Pemegang Hak De Facto harus menyatakan bahwa, sejak mulainya

Masa Pemberitahuan kepada Pemegang Hak De Facto sampai dengan 90 hari setelah Masa Pemberitahuan kepada Pemegang Hak De Facto (Masa Klaim Pemegang Hak De Facto), setiap

(36)

pihak berikut dapat mengajukan klaim tertulis kepada Pemrakarsa Proyek (Klaim Pemegang

Hak De Facto) yang dia, atau setiap Pemegang Hak De Facto lain, perlu dimasukkan ke dalam

atau dikeluarkan dari Daftar Pemegang Hak De Facto beserta alasan klaimnya:

A. Setiap kelompok yang mengklaim sebagai Pemegang Hak De Facto sebagaimana ditetapkan pada IC2;

B. Organisasi Yang Mewakili

C. Instansi Pemerintah yang Berwenang

S1‐6 Dalam 30 hari setelah berakhirnya Masa Klaim Pemegang Hak De Facto, Pemrakarsa

Proyek harus mendaftar semua Klaim Pemegang Hak De Facto yang diajukan dan harus

mencakup semua klaim tersebut dalam Dokumen Awal Pengajuan Proyek‐nya bersama dengan tanggapannya apabila dia memilih tidak mendaftar atau menghapus penggugat dari daftar. Tidak mengajukan Klaim Pemegang Hak De Facto harus dianggap sebagai Kelalaian Besar menurut Bagian A7‐2 dan akan diperlakukan sesuai dengan Persyaratan pada Bagian tersebut.

(37)

S2: TRANSPARANSI

PENGUNGKAPAN INFORMASI DAN PERSETUJUAN ATAS DASAR INFORMASI

AWAL TANPA PAKSAAN (PADIATAPA)

TUJUAN:

Sejalan dengan Asas Penyertaan dan Konsultasi Partisipatif, selama proses perencanaan dan pembangunan, Pemrakarsa Proyek harus menyediakan informasi yang cermat dan lengkap mengenai semua hal berkenaan dengan Proyek kepada semua Peserta Proyek, memberi kesempatan kepada semua Peserta Proyek untuk memberi sumbangsih dalam perencanaan dan pelaksanaan Proyek dan kegiatan‐kegiatannya, diterimanya Proyek oleh semua Peserta Proyek, dan melanjutkan berkomunikasi secara terbuka dan transparan dengan semua Peserta

Proyek selama Masa Proyek.

Semua komunikasi dengan dan oleh Peserta Proyek harus dilakukan dengan cara yang dikenal, yaitu langsung dipahami oleh setiap Peserta

Proyek dan sesuai dengan budaya setempat.

Semua kesepahaman dengan dan persetujuan oleh Peserta Proyek mensyaratkan adanya Persetujuan atas Dasar Informasi Awal Tanpa

Paksaan dari mereka.

Sifat dan pola pembagian manfaat dan tanggung jawab yang berasal dari

Proyek dan kegiatan‐kegiatannya harus diperinci dalam kesepahaman

dengan dan di antara semua Peserta Proyek yang terdokumentasikan.

Risiko sosial ekonomi dan sosial budaya yang berkaitan dengan diterima tidaknya kemungkinan manfaat selama jangka waktu Proyek harus sepenuhnya diungkapkan, diakui, dan diterima oleh semua Peserta

(38)

Proyek.

DASAR PERTIMBANGAN:

Tujuan The RFS™ adalah memastikan bahwa Pemegang Hak sepenuhnya menyadari semua risiko, kewajiban, biaya, dan segala kemungkinan yang dapat mereka temui pada permulaan Proyek atau dari waktu ke waktu dengan membuat kesepakatan‐kesepakatan untuk pengalihan hak pengurangan emisi CO2e mereka kepada pihak‐pihak lain.

Sejalan dengan asas pokok dari kontrak dan keadilan, The RFS™ mensyaratkan bahwa setiap putusan ditetapkan oleh setiap Pemegang Hak berdasarkan Persetujuan atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan.

Mengingat akan asas ganda yang melandasinya, yaitu kepercayaan dan kepraktisan, The RFS™ berupaya mensyaratkan untuk sedapat‐dapatnya menunjukkan bahwa setiap putusan Pemegang Hak telah ditetapkan dan akan dilanjutkan dengan membuat Persetujuan.

Dalam menjalankan Persetujuan atas Dasar Informasi Awal Tanpa

Paksaandalam kerangka The RFS™ tersebut, dipertimbangkan dua kendala,

yaitu: (1) Bagaimana cara mengetahui apabila seseorang mengetahui sesuatu; dan (2) Apakah pembuat putusan sebenarnya memiliki waktu, kecenderungan, dan informasi untuk belajar dan memahami apa pun yang akan memungkinkan mereka membuat putusan yang “sepenuhnya dipahami”? Selama kendala‐kendala ini tidak pernah dapat sepenuhnya diatasi, The RFS™ menetapkan Persyaratan Persetujuan atas Dasar

Informasi Awal Tanpa Paksaanyang cukup diyakini bahwa Pemegang Hak

memiliki sebanyak‐banyaknya informasi untuk membuat putusan sehingga kualitas Persetujuan atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan memadai, yang biasanya dibutuhkan dalam interaksi sosial, hukum, dan perniagaan.

(39)

PERSYARATAN:

S2‐1 Pemrakarsa Proyek harus memberi pernyataan tertulis (Pernyataan

Informasi Pemrakarsa) kepada setiap Peserta Proyek (termasuk semua yang

ada pada Daftar Pemegang Hak De Facto), yang harus mengungkapkan atau menyatakan berikut:

A. Salinan yang terbaca dari semua peta dan jadwal yang diatur pada Bagian IC1;

B. Uraian lengkap mengenai Proyek dan kegiatan‐kegiatannya, dengan menekankan pada tujuannya untuk mengurangi atau meniadakan penebangan Biomassa Pohon dari Hutan yang Laik. Uraian tersebut harus mencakup pernyataan yang jelas dan digarisbawahi bahwa hutan tanaman tidak tunduk pada Persyaratan

The RFS™; bahwa setiap kegiatan di hutan tanamantersebut (seperti

pemanenan atau penanaman tambahan) tidak akan berpengaruh terhadap manfaat, tidak juga menguranginya melalui panen ataupun menambahnya melalui penanaman.

C. Persyaratan untuk Rencana Manfaat Pemegang Hak sesuai dengan Bagian S2‐4;

D. Pemrakarsa Proyek disyaratkan untuk menyediakan Rencana

Manfaat Pemegang Hak sesuai dengan Bagian S2‐8;

E. Pembaruan atas keadaan mutakhir perencanaan dan pembangunan Proyek;

F. Jadwal lokakarya atau pertemuan (atau bentuk komunikasi lain yang disetujui oleh para Pemegang Hak yang sah) diumumkan dan dapat diketahui oleh semua pihak untuk memberi tahu setiap

Gambar

Tabel Penguasaan Lahan Tabel sebagaimana tercantum pada ICI‐2B yang sering  menyertai Peta Penguasaan Lahan Proyek.

Referensi

Dokumen terkait

wilayah pesisir timur Aceh masih dijual dalam bentuk biji kakao kering (bahan baku) ke pasar di luar Aceh, sehingga nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan

Hasil pengujian reliabilitas menunjukkan bahwa nilai koefisien reliabilitas dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian lebih besar dari pada 0,6,

Ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan CSR-P pada perusahaan manufaktur dengan karakteristik size jumlah pekerja yang besar dan mempunyai resiko yang tinggi terhadap kesehatan

a) Beriman: artinya meyakini wujud dan keesaan Allah SWT, serta meyakini apa yang telah difirmankan dan yang diciptakan-Nya. Beriman merupakan sebuah pondasi dari

Oleh karena itu pendapatan yang diterima oleh Wajib Pajak berupa penghasilan bunga dan jasa giro harus dilakukan koreksi fiskal negatif karena tidak dapat dijadikan sebagai

Menghadapi dinamika perubahan yang terjadi, disadari pula diperlukan kesalaran dalam cara pandangatau paradigma dalam pengembangan sektor Sanitasi secara Konpherensif

Lampiran 1 Nama Perusahaan Sampel Lampiran 2 Variabel Profitabilitas (X1) Lampiran 3 Variabel Financial Leverage (X2) Lampiran 4 Variabel Kepemilikan Institusional (X3) Lampiran

Penulis telah mengamati beberapa skripsi atau karya ilmiah dan belum terdapat penelitian tentang novel Surga Yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia, namun penelitian yang