• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROCEEDING SEMINAR NASIONAL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL

“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”

EFEKTIVITAS PELATIHAN IDENTIFIKASI DINI KETERLAMBATAN BICARA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI

PEDAGOGIK GURU PAUD

Susiana Wijaya

Magister Psikologi Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya Email: susiana.wijaya@gmail.com

Abstrak. Permasalahan keterlambatan bicara pada usia pra merupakan keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada guru pra sekolah. Setiap tahunnya, 5% hingga 10% anak pra sekolah dipastikan mengalami gangguan keterlambatan bicara. Dalam menyikapi hal ini selain orang tua, tentunya pemahaman guru PAUD akan perkembangan anak didiknya memiliki peranan penting. Namun sangat disayangkan ketika di masyarakat ditemukan bahwa pemahaman guru terhadap karakteristik perkembangan anak didiknya masih tergolong rendah, termasuk pemahaman akan keterlambatan bicara pada anak. Padahal pemahaman tersebut tercakup dalam kompetensi yang harus dikuasai oleh guru yaitu kompetensi pedagogik. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan sebuah pelatihan identifikasi dini keterlambatan bicara pada anak yang diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental one group pre test post test design. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 24 orang guru Taman Kanak-Kanak Buah Hati dengan berbagai macam latar belakang pendidikan dan masa kerja. Alat pengumpulan data menggunakan tes prestasi yang digunakan sebelum dan sesudah pelatihan diberikan. Teknik analisis data diperoleh secara kuantitatif melalui tes prestasi dan kualitatif melalui wawancara dan observasi. Kata Kunci: Pelatihan, Identifikasi Dini, Terlambat Bicara, Kompetensi Pedagogik Guru PAUD

1.1 Latar Belakang Masalah

Gangguan perkembangan yang sering dijumpai pada anak-anak usia pra sekolah adalah keterlambatan bicara atau lebih dikenal dengan istilah speech delay. Keterlambatan bicara merupakan keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada guru-guru pra sekolah. Masalah tentang keterlambatan bicara pada anak usia pra sekolah semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Hal ini didukung dengan beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara berkisar 5% hingga 10% pada anak pra sekolah (Dworkin & Cullata, 1985). Selanjutnya beberapa peneliti (Felsenfeld, dkk., 1995; Lewis, dkk., 2000a) telah membuktikan bahwa anak yang mengalami keterlambatan berbicara akan menghadapi

beberapa masalah dalam proses belajarnya di sekolah, diantaranya kesulitan belajar, kesulitan membaca dan menulis, dan beberapa masalah akademik lainnya secara menyeluruh. Hal ini dapat berlanjut hingga mereka telah beranjak dewasa. Pencapaian akademik yang rendah akibat keterlambatan berbicara akan mengalami masalah perilaku dan penyesuaian psikososial (Owens,

2001). Anak yang mengalami

keterlambatan bicara dipastikan juga nantinya anak tersebut akan menghadapi kesulitan dalam belajarnya atau lebih dikenal dengan istilah learning disabilities (Tiel, 2011).

Merujuk pada uraian di atas maka guru PAUD sangat diharapkan memiliki pemahaman terhadap perkembangan setiap siswanya. Terlebih bagi mereka yang

(2)

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL

“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”

mengalami gangguan perkembangan dalam hal berbicara dan berbahasa mengingat jenis gangguan ini rentan dialami anak usia pra sekolah dan semakin meningkat jumlahnya dari hari ke hari (Dworkin & Cullata, 1985). Pemahaman akan perkembangan dan karakteristik pada anak usia dini bahkan menjadi salah satu indikator kompetensi guru PAUD yang harus dikuasai. Dalam UU nomor 14 tahun 2005 disebutkan pada pasal 1 ayat 10 tentang kompetensi seorang guru yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menurut Barlow (dalam Syah, 1999:229) bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi yang dimiliki guru akan sangat bermanfaat bagi mereka dalam memahami karakteristik individu anak didik. Dengan pemahaman tersebut, maka guru juga diharapkan mampu mengenali setiap jenis kebutuhan yang diperlukan oleh masing-masing anak. Namun sangat disayangkan ketika saat ini ternyata kompetensi guru dalam masyarakat kita ditemukan semakin hari semakin menurun (Afifah, 2012).

Berbagai upaya pun telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kompetensi guru yang semakin menurun, diantaranya adalah guru PAUD diwajibkan mengikuti sejumlah program sertifikasi guru yang di dalamnya diadakan pelatihan-pelatihan terkait dengan peningkatan kompetensi guru. Selain pelatihan, guru juga diwajibkan mengikuti uji kompetensi melalui penilaian portofolio. Pelatihan dalam program ini memang ditujukan bagi mereka yang memiliki profesi sebagai guru, namun tidak seluruh guru berkesempatan mengikuti pelatihan dan juga workshop yang diadakan. Pelatihan ini hanya berlaku

bagi mereka yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan hal tersebut maka pelatihan yang secara internal dilakukan oleh pihak sekolah sangat memiliki peranan yang penting bagi peningkatan kompetensi guru-guru karena pelatihan ini sangat mungkin dilakukan oleh pihak sekolah untuk seluruh guru tanpa persyaratan di dalamnya.

Seperti halnya pemerintah, sekolah TK Buah Hati juga berkomitmen untuk membekali guru-guru dengan pelatihan-pelatihan yang sifatnya wajib diikuti oleh semua guru yang bertujuan untuk meningkatkan pengembangan profesional para guru yang tergabung dengan sekolah ini. Pelatihan diadakan baik secara internal dan eksternal. Setidaknya sebanyak dua kali dalam satu tahun ajaran, pelatihan secara internal diadakan dengan mengundang beberapa pembicara untuk memberikan training kepada seluruh guru di tempat ini. Sedangkan pelatihan eksternal dilakukan dengan mengirim beberapa guru-guru yang terpilih untuk mengikuti pelatihan-pelatihan di luar lingkungan sekolah yang diadakan oleh pemerintah maupun swasta. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, secara keseluruhan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh pihak sekolah secara internal cukup efektif bagi peningkatan kemampuan dan pengetahuan guru dalam menguasai metode-metode mengajar. Namun sayang pelatihan tersebut ternyata tidak begitu efektif untuk meningkatkan pengetahuan mereka dalam memahami anak-anak dengan kebutuhan khusus.

Berkaitan dengan paparan diatas, ketidak efektifan pelatihan yang diadakan oleh sekolah tentang anak berkebutuhan khusus ternyata berdampak pada pengetahuan guru terkait dengan perkembangan anak baik mencakup tahapan perkembangannya ataupun gangguan atau hambatan perkembangan yang sering dijumpai di pendidikan usia dini. Hal ini didasarkan pada kenyataan

(3)

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL

“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”

yang ada di lapangan. Setelah dilakukan eksplorasi awal (preliminary) melalui observasi dan pemberian kuisioner oleh peneliti 58% guru di Buah Hati tidak memiliki pengetahuan tentang anak dengan keterlambatan bicara yang juga digolongkan sebagai anak berkebutuhan khusus terlebih lagi tentang bagaimana cara mengidentifikasinya ketika berada dalam kelas. Ketidaktahuan mereka tentunya dapat berdampak pada pemberian layanan pembelajaran di sekolah ini. Dampak lainnya didapati ketika ternyata permasalahan pada anak baru terdeteksi pada saat sudah berada di level akhir atau TK B dimana usia anak akan memasuki pendidikan sekolah dasar. Seharusnya permasalahan anak tersebut bisa diintervensi sejak dini apabila permasalahannya teridentifikasi sejak awal mereka bergabung di taman kanak-kanak.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan diatas maka penelitian ini diadakan untuk melihat keefektifan pelatihan yang diberikan terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru dalam mengidentifikasi dini keterlambatan bicara pada anak usia pra sekolah.

1.2 Tujuan Penulisan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik pada guru TK Buah Hati Surabaya melalui pelatihan pelatihan identifikasi dini keterlambatan bicara pada anak usia pra sekolah.

1.3 Manfaat Penulisan Manfaat Teoritis

 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi satu sumber informasi sekaligus memotivasi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian dengan kajian

peningkatan kompetensi guru TK melalui pelatihan identifikasi dini keterlambatan bicara pada anak usia pra sekolah.

Manfaat Praktis

 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan dan wawasan kepada guru TK dalam mengenali permasalahan anak dalam proses perkembangan bahasa dan bicaranya.

 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan dan wawasan kepada orang tua anak-anak pra sekolah mengenai pentingnya identifikasi dini terhadap keterlambatan berbicara pada anak supaya orang tua dapat memberikan intervensi yang cepat dan tepat untuk anak tersebut sehingga anak tersebut dapat menjalankan tugas perkembangannya dengan baik.

1.4 Kajian Teori

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).

Usia dini pada anak sering juga disebut sebagai usia keemasan atau golden age. Istilah ini menggambarkan bahwa pada usia ini proses pertumbuhan dan perkembangan akan berubah dengan cepat dalam retang perkembangan hidup manusia (Berk, 1992 dalam Sujiono, 2009). Usia ini pula merupakan usia yang sangat

(4)

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL

“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”

menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Sujiono, 2009: 7). Setiap anak adalah pribadi yang unik. Antara satu anak dengan anak yang lainnya akan mengalami tahapan perkembangan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu penyelenggaraan pendidikan untuk anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui mereka serta kebutuhan yang mereka perlukan. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman juga menjadi perhatian bagi pendidikan anak usia dini. Melalui lingkungan, anak akan lebih mudah memahami sesuatu yang diajarkan melalui pengalaman-pengalaman belajar secara langsung dari lingkungannya. Terdapat beberapa lembaga pendidikan anak usia dini yang selama ini sudah dikenal oleh masyarakat luas di Indonesia, yaitu: Taman Kanak-kanak (TK), Kelompok Bermain (KB), dan Taman Penitipan Anak (TPA)

Profesi Guru Paud

Berprofesi sebagai guru PAUD bukanlah hal mudah seperti anggapan masyarakat pada umumnya selama ini. Hal ini pula ditegaskan oleh Piaget (1969, dalam Seefeldt & Barbara, 2008) bahwa semakin belia anak semakin sulit mengajarnya. Usia pra sekolah merupakan usia belia, yaitu berkisar diantara umur 1 hingga 5 tahun (Seefeldt & Barbara, 2008). Pada kisaran umur tersebut, anak-anak akan mengalami perkembangan yang signifikan. Selama masa perkembangan, setiap anak memiliki proses perkembangan yang berbeda-beda. Terdapat anak yang mengalami perkembangan yang cepat dan ada pula yang mengalami keterlambatan. Tentunya hal ini menjadi bagian dari tugas utama guru dalam memahami perbedaan perkembangan individu muncul. Melalui pemahaman tersebut guru diharapkan dapat memberikan penanganan yang tepat demi pengoptimalkan perkembangan siswanya (Hartinah, 2008).

Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Catron dan Allen (1999,

dalam Sujiono, 2009) bahwa peranan guru anak usia dini lebih sebagai mentor atau fasilitator. Dalam proses pembelajaran, pemikiran guru menjadi titik tekan. Artinya penting bagi guru untuk dapat mengerti cara berpikir anak, mengembangkan dan menghargai pengalaman anak, memahami bagaimana anak mengatasi persoalan, menyediakan dan memberikan materi sesuai dengan taraf perkembangan kognitif anak agar lebih berhasil membantu anak berpikir dan membentuk pengetahuan, menggunakan berbagai metode belajar yang bervariasi yang memungkinkan anak aktif membangun pengetahuan.

Menurut Merriam-Webster (dalam Gene, dkk., 2008) sebuah profesi didefinisikan sebagai sebuah panggilan yang membutuhkan pengetahuan khusus dan seringkali persiapan akademik yang panjang dan intensif.

Kompetensi Guru Paud

Memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya serta kompetensi professional yang terdidik dan terlatih merupakan bagian dari pendidik yang ideal. Terdidik dan terlatih dapat menggambarkan kemampuan seseorang dalam kompetensinya. Artinya pendidik tersebut menguasai strategi atau teknik mendidik, memiliki pengetahuan tentang cara-cara mendidik, maupun membuat rancangan kegiatan yang biasanya digunakan dalam satu tahun, mingguan, dan harian serta mampu mengorganisasikan kelas. Tidak cukup hanya sampai kemampuan mengorganisasikan kelas, tetapi juga lebih kepada kemampuan seorang pendidik dalam memahami perbedaan setiap anak didiknya, yang meliputi tumbuh kembang mereka, kemampuan, kelemahan, dan bahkan kekuatan setiap anak didiknya. Penyelenggaraan pendidikan di tingkat pra sekolah sangatlah berbeda dengan pendidikan di tingkatan lainnya. Segala bentuk penilaian di pendidikan usia pra sekolah ditekankan pada kemampuan

(5)

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL

“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal”

pendidik untuk dalam mengamati kemajuan anak didiknya. Oleh karena itu pendidik dalam tingkatan pra sekolah hendaknya menguasai ciri-ciri setiap tahapan perkembangan dan keterbakatan anak (Anggani, 2000). Untuk mampu melakukan itu semua, guru harus memiliki kompetensi untuk menjadi guru yang professional. Hal serupa juga termuat dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005: Standar Nasional Pendidikan Bab VI bahwa dalam melaksanakan kewajibannya, maka guru PAUD harus memiliki sejumlah kompetensi. Kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial. Berdasarkan pengertian yang disampaikan oleh Sagala (2009) bahwa kompetensi merupakan gabungan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Kompetensi itu sendiri merupakan seperangkat pengetahuan keterampilan dan perilaku tugas yang harus dimiliki. Setelah dimiliki, tentu harus dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan di dalam kelas yang disebut sebagai pengajaran.

Kompetensi Pedagogik

Salah satu kompetensi guru PAUD

yang dapat menggambarkan

kemampuannya dalam memahami siswa adalah adalah kompetensi pedagogik. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogi guru pendidikan anak usia dini dapat dilihat dari kemampuan mereka dalam memahami filosofi dan prinsip PAUD, kemampuan memahami perkembangan dan karakteristik anak usia dini, kemampuan memahami program transisi PAUD kependidikan dasar, kemampuan memahami peran bermain, memahami perkembangan kurikulum terpadu, memahami lingkungan belajar

yang kondusif, pengelolaan kelas, dan evaluasi belajar. Secara khusus aspek kedua dari kompetensi ini menekankan bahwa kemampuan guru dalam memahami karakteristik perkembangan anak didiknya merupakan penilaian kompetensi guru PAUD yang sangat penting.

Keterlambatan Bicara

Kemampuan berbicara erat kaitannya dengan kemampuan berbahasa anak. Namun kedua hal tersebut adalah berbeda. Hurlock (1978) menjelaskan bahwa banyak orang yang menukar penggunaan istilah bicara dengan bahasa, meskipun kedua istilah tersebut sebenarnya tidak sama. Pada perkembangan awal bahasa seorang anak, terdapat sebuah istilah infant yang berasal dari kata Latin. Istilah ini mengandung sebuah arti tanpa bicara atau without speeching. Dalam konteks istilah tersebut, seorang anak dianggap sebagai makhluk primitif yang artinya mereka belum mampu mengungkapkan kata-kata, kalimat, ataupun ungkapan yang mengandung sebuah arti, bermakna atau dapat dipahami oleh orang lain Dariyo (2007).

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali didapati ketidakjelasan antara permasalahan pada perkembangan bahasa dan bicara pada anak. Meskipun berbeda namun keduanya saling berkaitan dalam hal tertentu. misalnya tahapan dalam perkembangan bahasa dapat dijadikan sebuah parameter untuk melihat kemampuan bicara pada anak. Kemampuan bicara pada anak adalah hal yang sangat penting untuk mendeteksi keterlambatan bicara atau speech delay.

(6)

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL

“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal” Tabel 1. Daftar Perkembangan Bahasa dari Lahir Sampai Usia 3 Tahun Menurut Papalia,

Olds dan Feldman

Usia (Bulan) Karakteristik Perkembangan

Lahir Bayi dapat menerima pembicaraan orang tua. Ia menangis untuk membuat respon terhadap suara yang gaduh

1,5-3 bulan Bayi mengoceh, tertawa, dan berteriak

3 bulan Bayi bermain dengan suara-suara untuk memperoleh rasa senang

5-6 bulan Bayi mampu membuat suara konsonan dan mencoba untuk merespon terhadap suara-suara yang didengarnya

6-10 bulan Bayi mampu mengoceh dengan memadukan suara konsonan dan vokal 9 bulan Mennggunakan gerak-gerik (gestur) untuk berkomunikasi dan bermain dengan

gesture

10-12 bulan Bayi mulai mamahami kata-kata (seperti kata tidak dan nama sendiri), serta mampu meniru kata-kata

10-14 bulan Anak mampu mengatakan kata-kata pertama dan meniru suara orang lain 10-18 bulan Anak dapat mengatakan kata-kata tunggal

16-24 bulan Anak mampu membuat kalimat dua kata, misalnya: saya bica, caya bica, taya bita (maksudnya: saya bisa)

20 bulan Anak mampu mempelajari kata-kata dan memperluas perbendaharaan kata secara cepat dari 50 kata menjadi 400 kata. Anak mampu menggunakan kata-kata benda dan kata sifat

30 bulan Anak mampu menggunakan kalimat 2 kata sebagai frase dan ingin berbicara kepada orang lain.

36 bulan Anak belajar kata-kata baru hampir setiap hari. Ia berbicara dengan 3 atau lebih kata. Ia mampu memahami bahasa atau kata-kata dengan baik, mampu membuat kalimat dengan aturan tata bahasa tetapi sering salah. Anak mampu berkata-kata dengan 1000 kata, dan 80 persen dapat dimengerti (intelligle), tetapi salah dalam membuat sintaksis (kalimat).

(7)

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL

“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal” Berdasarkan pengertian yang

dipaparkan oleh Tiel (2007), gangguan bicara dan bahasa yang sering dijumpai di anak-anak sendiri bukanlah diagnosis namun merupakan suatu gejala yang ditampilkan dari suatu diagnosis tertentu. Terdapat dua sifat di dalam gangguan bicara dan bahasa, yaitu primer dan sekunder. Primer memiliki arti bahwa gangguan bicara dan bahasa itu disebabkan oleh masalah perkembangannya sendiri, yaitu murni karena gangguan perkembangan bicara dan bahasa. Sedangkan sekunder memiliki arti bahwa gangguan bicara dan bahasa disebabkan oleh masalah-masalah lain yang menyebabkan fungsi bicara dan berbahasanya menjadi terganggu. Misalnya gangguan pendengaran, dyspraxia yaitu gangguan motorik sekitar mulut dan pernapasan yang pada akhirnya menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.

Keterlambatan bicara sendiri termasuk dalam gangguan bicara yang bersifat primer. Keterlambatan bicara bukan disebabkan karena masalah-masalah lain yang menyebabkan fungsi berbicara dan berbahasa seorang anak menjadi terganggu. Tetapi lebih kepada seberapa besar tingkat kematangan sistem neurobiologisnya yang mengatur perkembangan bicaranya. Terlambat bicara juga diartikan sebagai suatu gejala dari berbagai macam sebab dan setiap gangguan yang menyebabkan keterlambatan bicara, akan diikuti gejala lain-lainnya (Tiel, 2007).

Pelatihan Atau Training

Penggunaan istilah pelatihan (training) telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Hamalik (2007) pelatihan merupakan bentuk pemberian bantuan. Bantuan yang diberikan dapat berupa pengarahan, bimbingan, fasilitas, penyampaian informasi, latihan keterampilan, pengorganisasian suatu lingkungan belajar, yang pada dasarnya peserta telah memiliki potensi dan pengalaman, serta motivasi untuk melaksanakan sendiri kegiatan latihan dan

memperbaiki dirinya sendiri. Wexley dan Yulk (dalam Mangkunegara, 2009) menjelaskan bahwa pelatihan adalah sesuatu yang mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana yang dilaksanakan untuk mencapai penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan sikap karyawan atau anggota organisasi.

Pelatihan yang diberikan dalam hal ini adalah pelatihan untuk program pendidikan anak usia dini. Para guru dewasa ini dituntut memiliki banyak pengetahuan dan pengertian, tidak hanya tentang anak-anak dan cara mereka tumbuh dan belajar, tetapi juga cara menggarap kemampuan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Terlebih lagi para guru usia anak pra sekolah memerlukan lebih banyak pelatihan atau training dari pada guru-guru untuk anak-anak sekolah dasar dan sekolah menengah. Bahkan Barnet, dkk. (dalam Seefeldt dan Wasik (2008) menegaskan bahwa sebagian besar negara menuntut guru mengikuti training secara terus menerus mengenai masa kanak-kanak usia dini.

1.5 Analisis Kritis

Merujuk pada uraian di atas maka guru PAUD sangat diharapkan memiliki pemahaman terhadap perkembangan setiap siswanya. Terlebih bagi mereka yang mengalami gangguan perkembangan dalam hal berbicara dan berbahasa mengingat jenis gangguan ini rentan dialami anak usia pra sekolah dan semakin meningkat jumlahnya dari hari ke hari (Dworkin & Cullata, 1985). Pemahaman akan perkembangan dan karakteristik pada anak usia dini bahkan menjadi salah satu indikator kompetensi guru PAUD yang harus dikuasai. Dalam UU nomor 14 tahun 2005 disebutkan pada pasal 1 ayat 10 tentang kompetensi seorang guru yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Guru

(8)

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL

“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal” wajib memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menurut Barlow (dalam Syah, 1999:229) bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi yang dimiliki guru akan sangat bermanfaat bagi mereka dalam memahami karakteristik individu anak didik. Dengan pemahaman tersebut, maka guru juga diharapkan mampu mengenali setiap jenis kebutuhan yang diperlukan oleh masing-masing anak. Namun sangat disayangkan ketika saat ini ternyata kompetensi guru dalam masyarakat kita ditemukan semakin menurun (Afifah, 2012).

Berdasarkan data dari Direktorat PPTK PAUDNI tahun 2011 diantara 245.696 guru PAUD yang tersebar di seluruh Indonesia, hanya 15% atau setara dengan 38.524 orang yang telah memiliki kualifikasi pendidikan minimum Strata 1 (S1) dari berbagai bidang dan sisanya sebanyak 85% atau 207.172 guru masih memiliki kualifikasi pendidikan di bawahnya. Guru dengan kualifikasi pendidikan di bawah S1 diantaranya dari pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) keguruan sebanyak 48% atau 120.079 guru. Selanjutnya disusul oleh 8% atau 20.46 guru dari D1, 26% atau 65.657 guru dari D2, dan 3% atau 6.489 guru dari D3. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa secara kualitas ketika dilihat dari kualifikasi pendidikan, sebagian besar guru PAUD di Indonesia belum memenuhi kualifikasi akademik sesuai dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang mensyaratkan pendidik memiliki kualifikasi akademik S-1/D4. Gambaran tentang rendahnya kompetensi guru di Indonesia juga diperoleh dari hasil uji kompetensi yang dilakukan oleh Kementerian Kependidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada tahun 2012. Hasil rata-rata uji kompetensi guru secara nasional mencapai

nilai 42,25 dengan nilai tertinggi 97,0 dan terendah 1,0.

Berbagai upaya pun telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kompetensi guru yang semakin menurun, diantaranya adalah guru PAUD diwajibkan mengikuti sejumlah program sertifikasi guru yang di dalamnya diadakan pelatihan, diklat, seminar, forum ilmiah, dan magang terkait dengan peningkatan kompetensi guru. Seperti halnya pemerintah, sekolah TK Buah Hati juga berkomitmen untuk membekali guru-guru dengan pelatihan-pelatihan yang sifatnya wajib diikuti oleh semua guru yang bertujuan untuk meningkatkan pengembangan profesional para guru yang tergabung dengan sekolah ini. Pelatihan diadakan baik secara internal dan eksternal. Setidaknya sebanyak dua kali dalam satu tahun ajaran, pelatihan secara internal diadakan dengan mengundang beberapa pembicara untuk memberikan training kepada seluruh guru di tempat ini. Sedangkan pelatihan eksternal dilakukan dengan mengirim beberapa guru-guru yang terpilih untuk mengikuti pelatihan-pelatihan di luar lingkungan sekolah yang diadakan oleh pemerintah maupun swasta. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, secara keseluruhan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh pihak sekolah secara internal cukup efektif bagi peningkatan kemampuan dan pengetahuan guru dalam menguasai metode-metode mengajar. Namun sayang pelatihan tersebut ternyata tidak begitu efektif untuk meningkatkan pengetahuan mereka dalam memahami anak-anak dengan kebutuhan khusus. Di satu sisi yang lain, para guru dewasa ini dituntut memiliki banyak pengetahuan dan pengertian mengenai masa kanak-kanak usia dini untuk dapat mengajar di program pendidikan anak usia dini. Bahkan di sebagian besar negara bagian di dunia menuntut guru-guru mengikuti training secara terus-menerus mengenai masa kanak-kanak usia dini (Barnet, Robin, Hustedt, & Schulman, 2003). Dengan kenyataan tersebut, melalui pelatihan ini diharapkan dapat

(9)

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL

“Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal” menambah daftar pelatihan tentang

pemahaman terhadap karakteristik perkembangan siswa yang dapat diberikan tidak hanya kepada guru-guru tertentu namun kepada seluruh guru di Buah Hati untuk meningkatkan kompetensi mereka.

1.6 Kesimpulan

Pelatihan identifikasi dini keterlambatan bicara pada anak usia para sekolah diharapkan dapat menjadi salah satu upaya

yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kompetensi pedagogi guru PAUD. Selayaknya pemerintah, sekolah juga memegang peranan penting dalam meningkatkan kompetensi guru-gurunya. Kompetensi yang dimaksudkan bukan hanya tentang pengetahuan tetapi juga pemahaman tentang anak didik mereka. Pemahaman tersebut sangatlah penting untuk mengetahui kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap anak didik untuk membantu mereka mencapai tugas perkembangannya dengan baik.

Gambar

Tabel 1. Daftar Perkembangan Bahasa dari Lahir Sampai Usia 3 Tahun Menurut Papalia,  Olds dan Feldman

Referensi

Dokumen terkait

Astaxanthin, tepung wortel dan spirulina merupakan sumber beta karoten alami yang dapat meningkatkan kualitas dan kecerahan warna pada ikan hias.. Sejauh ini belum

Kemudian karena kedua lembaga berdiri dibawah naungan pondok pesantren, maka proses pembelajaran antara di sekolah/madrasah dan di pondok harus berjalan

Seperti halnya Holsti, definisi yang luas mengenai politik luar negeri juga diberikan oleh Christoper Hill yang mengatakan politik luar negeri sebagai jumlah hubungan luar resmi

Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian mengenai rancangan Sistem Laporan Pengaduan Tindak Pidana (SILATIP) menggunakan metode Extreme Programming yang bertujuan

Memberikan tugas kepada siswa untuk membaca buku sumber pelajaran yang lain yang membahas topik yang sesuai dengan kompetensi yang diharapkan kepada

KODE URAIAN ANGGARAN ( Rp ) SUMBERDANA 1 2 3 4 REKENING 5 PENDAPATAN

Semester : Genap Tahun Akademik : 2012/2013 Tugas Akhir ini untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik, jenjang pendidikan Strata 1

- Jumlah sinar monokromatik yang diserap oleh suatu bahan dalam larutan berbanding lurus dengan kadarnya... Photometer DTN 410 merupakan salah satu jenis flame photometer double