• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN SAGU LOKAL SEBAGAI BAHAN BAKU EDIBLE COATING DAN PENGARUHNYA TERHADAP MASA SIMPAN TOMAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN SAGU LOKAL SEBAGAI BAHAN BAKU EDIBLE COATING DAN PENGARUHNYA TERHADAP MASA SIMPAN TOMAT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Agricola, Vol 6 (2), September 2016, 111-116

p-ISSN: 2088 - 1673., e-ISSN 2354-7731

PEMANFAATAN SAGU LOKAL SEBAGAI BAHAN BAKU EDIBLE COATING DAN PENGARUHNYA TERHADAP MASA SIMPAN TOMAT

Novita Condro1) dan Joice L. Tumiwang2)

1)Surel: novita.condro@gmail.com

1)Program Studi Agroteknologi Universitas Ottow Geissler Jayapura 2)Program Studi Agribisnis Universitas Ottow Geissler Jayapura

ABSTRACT

Edible coating has much developed and used in wide variety of fruits and vegetables to extend shelf life by retard the ripening, prevent enzymatic browning reactions or retention the freshness of flavor and aroma. Edible coating is one way to extend the shelf life of the product due to different permeability of CO2, O2, water evaporation fruit and vegetables coating so as to reduce the rate of metablism and loss of water. The aim of this study was to investigate the use of edible coating from local raw materials namely sago in order to extend the shelf life of tomatoes. Also is a local product that researchers consider it necessary to conduct research on the use edible coating made from sago starch locally for industrial of postharvest and locally farmers. From the results of this study showed that use of edible coating in tomatoes affect the shel life tomatoes, where tomatoes coated have a shelf life much longer that 10 days compared to non coating which reached 8 days at the same temperature 28 0C and all treatment are likely to experience changes in the quality of physicochemical during storage and affect the shelf life of tomatoes.

Keywords: edible coating, shelf life, tomatoes, sago

PENDAHULUAN

Permasalahan pada penanganan dan pemasaran tomat adalah ketidakseragaman kematangan dan penampilan serta harga yang sangat rendah pada saat panen raya. Selain itu, permasalahan pada penanganan pasca panen tomat adalah sifat tomat yang perishable (mudah rusak/busuk). Sifat tomat yang mudah rusak ini disebabkan karena tingginya kandungan air pada buah (Masithoh dan Ratyan, 2014).

Tomat juga merupakan salah satu komiditi yang mempunyai pangsa pasar tersendiri di masyarakat baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri. Komiditi tomat yang ada di kota Jayapura dipasok dari petani lokal di desa Koya Distrik Muara Tami Kota Jayapura. Data dari Dinas Pertanian Kota Jayapura menunjukan bahwa rata- rata produksi komiditi tomat di desa Koya Distrik Muara Tami dari tahun 2009 hingga 2011 sebesar 368 ton dengan luas lahan panen 92 ha.

Untuk menghindari masa simpan tomat yang relatif singkat maka perlu dilakukan penanganan pasca panen yang tepat seperti penggunaan edible coating. Edible coating bertujuan untuk mencegah terjadinya kehilangan air dan kekokohan bahan pangan dengan mengontrol tingkat kematangan, perkembangan dan respirasi. Edible coating juga mencegah

(2)

112

terjadinya reaksi oksidatif pencoklatan dan mampu menekan pertumbuhan mikroorganisme pada buah dan sayur seperti pada tomat, ketimun dan ceri (Raghav et al, 2016).

Edible coating juga berfungsi sebagai barrier agar tidak kehilangan kelembaban,

bersifat permeable terhadap gas-gas tertentu serta mampu mengontrol migrasi komponen- komponen larut air yang dapat menyebabkan perubahan pigmen dan komposisi nutrisi (Krochta

et al., 2002). Menurut Reis et al. (2015) perlakuan tomat yang di coating dengan komposisi

pati 7,5% dan gliserol 30% mampu memperpanjang kesegaran dengan memperlambat kematangan buah tomat ceri hingga hari ke 18 pada suhu penyimpanan 25 0C. Menurut Caleb

et al., (2012) Suhu mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap tingkat respirasi pada

buah utuh maupun potongan buah. Pengaruh interaksi antara waktu dan suhu juga berpengaruh terhadap tingkat respirasi buah.

Salah satu contoh polisakarida yang berpotensi digunakan sebagai material edible

coating adalah pati sagu. Pati sagu diperoleh dari hasil ekstraksi inti batang sagu (empulur

batang). Pati sagu mengandung 27% amilosa dan 73% amilopektin (Karim et al., 2008). Pemilihan sagu sebagai material edible coating karena sagu merupakan salah satu komiditi unggulan di Papua yang juga berperan sebagai daerah penghasil Indonesia. Pemanfaatan sagu khususnya di kota Jayapura masih terbatas oleh karena itu perlu dikembangkan pemanfaatan sagu khususnya pati sagu dalam bidang pasca panen tanaman pangan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan edible coating berbahan baku pati sagu lokal terhadap masa simpan tomat.

METODOLOGI

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian ini bertujuan mengaplikasikan edible coating dari pati sagu pada tomat. Metode coating yang digunakan adalah metode dipping (pencelupan). Sampel tomat varietas Artaloka diperoleh langsung dari petani lokal di daerah Koya; sedangkan sagu diperoleh dari Pasar Tradisional Youtefa Abepura. Larutan coating dibuat dari pati sagu yang merupakan sagu lokal ditimbang dan dilarutkan dengan air (aquades) dengan konsentrasi 2% (w/v). Larutan tersebut kemudian dipanaskan dengan suhu ± 90 0C hingga larutan mengental kemudian atur pH 5,6 dengan penambahan asam sitrat 50% (w/v). Larutan coating telah siap. Tomat yang telah digrading kemudian dicoating dengan metode dipping. Penyimpanan dilakukan dilakukan pada suhu ± 280C hingga tomat muncul tanda-tanda kerusakan seperti kisut dan atau chiling injury.

(3)

113

Parameter yang dimatai meliputi Kadar Air (metode Gravimetri), Susut Berat, Total Mikroba (TPC) dan Uji Organoleptik (metode uji hedonik).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan sampel tomat dilakukan hari pertama diberi perlakuan coating dan kontrol. Selanjutnya dilakukan pengamatan pada kedua perlakuan hingga sampel rusak. Parameter kerusakan tomat ditandai adanya kapang dan kisut. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan lama penyimpanan antar kedua perlakuan, yakni pada perlakuan tomat non coating (kontrol) lama penyimpanan hari ke 8 telah menunjukkan tanda-tanda kerusakan sedangkan pada perlakuan tomat yang dicoating lama penyimpanan tanda-tanda kerusakan didapati pada hari ke 10. Hasil pengujian masa simpan tomat meliputi parameter kadar air, susut berat dan total mikroba (TPC) disajikan pada Tabel 1 dan uji organoleptik.

Tabel 1. Hasil Perhitungan Kadar Air, Total Plate Count dan Susut Berat Buah Tomat

Perlakuan

Parameter Yang Diamati

Kadar Air (% bk) Total Plate Count (log cfu/g) Susut Berat (%)

Hari ke-1 Hari ke-8 Hari ke-10 Hari ke-1 Hari ke-8 Hari ke-10 Hari ke-8 Hari ke-10

Kontrol 91,791 87,956 Rusak 6,68 9,88 Rusak 0,234 Rusak

Coating 93,452 Belum ada tanda kerusakan 92,694 6,601 Belum ada tanda kerusakan 8,017 Belum ada tanda kerusakan 0,199 Kadar Air

Berdasarkan hasil peneltian diketahui bahwa rerata kadar air pada hari pertama perlakuan coating 93,452% dan hari ke-8

92,694% dan sedangkan perlakuan non coating pada hari pertama 91,791% dan hari ke -10 87,956%. Dari data tersebut terlihat bahwa terjadi perbedaan antara tomat yang di coating dengan non coating atau dengan kata lain perlakuan coating memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar air. Dimana tomat yang dicoating dapat bertahan hingga hari ke 10 dengan nilai penurunan kadar air sebesar 0,81% sedangkan pada non coating sebesar 4,17%.

Perubahan kadar air dalam produk merupakan Faktor yang sangat berpengaruh terhadap penurunan mutu produk pangan (Herawati, 2008). Menurunnya data kadar air tomat pada hari kedelapan menandakan bahwa kesegaran tomat sudah menurun. Nilai kadar air bahan pangan sangat penting dalam menentukan kualitas stabilitas pangan (Goula et al., 2007).

(4)

114

Susut Berat

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa susut berat selama penyimpanan menunjukkan adanya pengaruh terhadap susut berat buah tomat. Dimana diperoleh hasil susut berat untuk tomat yang di-coating 0,181% lebih kecil jika dibandingkan dengan non coating 0,234%. Perbedaan susut berat ini dapat terjadi karena faktor respirasi dan transipirasi dari tomat itu sendiri.

Aktivitas respirasi yang sangat tinggi menjadi pemacu biosintesis etilen yang berperan dalam pemasakan buah. Etilen diperlukan untuk koordinasi dan penyempurnaan pemasakan buah (Munirotun dkk, 2012). Kehilangan berat pada buah yang tidak dicoating meningkat karena selama penyimpanan terjadi pemecahan ikatan yang berhubungan dengan tingkat respirasi buah dibandingkan dengan yang buah yang dicoating (Gohlani and Bisen, 2012). Lapisan coating pada tomat mampu menghambat laju pengeluaran air sehingga susut bobot pada perlakuan coating lebih kecil dibanding non coating.

Total Mikroba (Total Plate Count/ TPC)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa selama penyimpanan perlakuan coating memberikan pengaruh terhadap total mikroba tomat. Hal ini ditunjukkan dengan berbedanya lama hari penyimpanan. Untuk tomat yang non coating ciri-ciri kerusakan telah muncul pada hari ke 8 sedangkan tomat yang di coating kerusakan muncul pada hari ke 10. Hasil total mikroba berdasar TPC untuk tomat yang di-coating pada hari ke 1 sebesar 6,801 cfu log/g dan hari ke 10 sebesar 8,017 cfu log/g sedangkan untuk tomat non coating diperoleh hasil hari ke 1 sebesar 6,68 cfu log/g dan hari ke 8 sebesar 9,88 cfu log/g. Perbedaan total mikroba pada masing-masing perlakuan ini dapat terjadi karena faktor respirasi tomat itu sendiri.

Uji organoleptik

Selain uji kimia dan mikrobiologis, peneliti juga melakukan pengujian mutu secara organoleptik dengan menggunakan metode uji hedonik (kesukaan) untuk mengetahui tingkat kesukaan dan penerimaan panelis terhadap tomat yang diberi perlakuan coating dan non

coating.

Tingkat Kesukaan Warna: hasil uji organoleptik warna tomat selama penyimpanan

diketahui bahwa pada hari pertama tomat yang dicoating memiliki rata-rata skor 7 (sangat suka) sedangkan tomat non coating (kontrol) rata-rata skor 6,4 (suka). Sedangkan pada hari penyimpanan ke 8 dimana tomat sudah memiliki tanda-tanda kerusakan, diperoleh hasil

(5)

115

pertama tomat yang dicoating memiliki rata-rata skor 5,2 (agak suka) sedangkan tomat non

coating rata-rata skor 3,07 (agak tidak suka).

Tingkat Kesukaan Aroma: hasil uji organoleptik aroma tomat selama penyimpanan

dengan metode hedonik disajikan pada Gambar 5 dan 6. Dari hasil tersebut diketahui bahwa pada hari pertama tomat yang dicoating memiliki rata-rata skor 6,53 (suka) sedangkan tomat

non coating rata-rata skor 6,73 (suka). Sedangkan pada hari penyimpanan ke 8 dimana tomat

sudah memiliki tanda-tanda kerusakan, diperoleh hasil pertama tomat yang dicoating memiliki rata-rata skor 3,6 (agak tidak suka) sedangkan tomat non coating rata-rata skor 2,4 (tidak suka).

Tingkat Kesukaan Tekstur: hasil uji organoleptik tekstur tomat selama penyimpanan

diketahui bahwa pada hari pertama tomat yang dicoating memiliki rata-rata skor 7 (sangat suka) sedangkan tomat non coating rata-rata skor 6,87 (suka). Sedangkan pada hari penyimpanan ke 8 dimana tomat sudah memiliki tanda-tanda kerusakan, diperoleh hasil pertama tomat yang dicoating memiliki rata-rata skor 3,67 (agak tidak suka) sedangkan tomat non coating rata-rata skor 2,53 (tidak suka).

Tingkat Kesukaan Keseluruhan: hasil uji organoleptik keseluruhan tomat selama

penyimpanan dengan metode hedonik disajikan pada Gambar 5 dan 6. Dari hasil tersebut diketahui bahwa pada hari pertama tomat yang dicoating memiliki rata-rata skor 7 (sangat suka) sedangkan tomat non coating rata-rata skor 6,87 (suka). Sedangkan pada hari penyimpanan ke 8 dimana tomat sudah memiliki tanda-tanda kerusakan, diperoleh hasil pertama tomat yang dicoating memiliki rata-rata skor 3,8 (agak tidak suka) sedangkan tomat non coating rata-rata skor 2 (tidak suka).

KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut Penggunaan edible coating pada tomat mempengaruhi masa simpan tomat, dimana tomat yang dicoating memiliki masa simpan lebih lama yakni hingga 10 hari dibanding non coating yang mencapai 8 hari pada suhu yang sama 28 0C; Semua perlakuan cenderung mengalami perubahan mutu fisikokimia selama penyimpanan dan berpengaruh terhadap daya simpan tomat.

Saran dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : Pemberian edible coaating dengan bahan baku sagu lokal yang mudah diperoleh, mampu memperpanjang masa simpan tomat; Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai uji mutu tomat coating untuk aspek pemasarannya.

(6)

116

DAFTAR PUSTAKA

Baldwin, E. A. 2004. Surface Treatments and Edible Coatings in Food Preservation. Handbook

of Food Preservation 2nd edition . CRC Press, pp. 495

Caleb, O. J, Pramod V. M., Umezuruike L. O. and Corli R. W. 2012. Modelling the Respiration Rates Of Pomegranate Fruit And Arils. Postharvest Biology and Technology 64: 49– 54

Gohlani, S. and B.P. Bisen. 2012. Effect Of Different Coating Material On The Storage Behavior Of Custard Apple (Annona squamosa L.). The Bioscan Journal 7(4): 637-640

Herawati, H. 2008. Penentuan Umur Simpan Pada Produk Pangan. Jurnal Litbang Pertanian, 27(4):124-130

Goula, A. M., Thodoris D. K. et al. 2008. Water Sorption Isotherms and Glass Transition Temperature of Spray Dried Tomato Pulp. Journal of Food Engineering 85: 73–83 Kader, A. A. 1992. Postharvest Technology of Horticultural Crops. University of California,

Division of Agricultural and Natural Resources Publishing pp. 296

Karim, A., A. Pei-Lang Tie, D.M.A. Manan et al. 2008. Starch from the Sago (Metroxylon sagu) Palm Tree—Properties, Prospects, and Challenges as a New Industrial Source

for Food and Other Uses. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety.

Vol 7(3): 215-228

Krochta, J. M., E. A. Baldwin and M. Nisperos- Carriedo. 2002. Edible Coatings and Films to

Improve Food Quality. CRC Press LLC, pp. 379

Masithoh, R. E. dan Ratyan F. 2014. Karakteristik Parameter Kualitas Bubuk Tomat Selama

Penyimpanan Pada Berbagai Suhu Dan Jenis Kemasan. Jurnal Teknologi Pertanian

Vol. 15 No. 3: 185-190

Moldao- Martins, M., S. M. Beirao- da- costa and M. L. Beirao- da- costa. 2003. The Effects of

Edible Coatings on Postharvest Quality of The Bravo de Esmolfe Apple. Europe Food

Res. Technology, Vol. 217: 325- 328

Pantastico R. B. 1993. Fisiologi Pascapanen : Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan

dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan Kamariyani. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Raghav, P. K., N. Agarwal and M. Saini. 2016. Edible Coating Of Fruits And Vegetables: A Review. International Journal of Scientific Research and Modern Education (IJSRME) Volume I (1)

Reis, R. C., Ivano A. D., Pauolo C. C et al. 2015. Postharvest Conservation of Cherry Tomato

Referensi

Dokumen terkait

Kombinasi yang baik untuk mempertahankan kualitas otak-otak selama masa simpan yaitu edible coating pati garut dengan penambahan bawang putih sebesar 15 %.. Edible coating

Parameter yang akan diuji pada edible coating yang terbentuk diantaranya yaitu pH dan viskositas kemudian formula edible coating terbaik pada penelitian ini akan

 Edible coating dari gel Aloe vera pada buah tomat untuk aktivitas antioksidan kurang dapat memberikan pengaruh yang signifikan, sehingga perlu penelitian lebih

Keripik nenas dengan edible coating memiliki kadar lemak lebih rendah dibandingkan dengan keripik nenas tanpa edible coating(13,7%).Hal ini menunjukkan bahwa pati sebagai

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan akhir bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak daun cincau hijau sebagai edible coating yang terbaik dijumpai pada konsentrasi

Kemudian pengawetan dengan perlakuan kitosan sebagai edible coating pada tahu dengan konsentrasi 4% pada suhu 4℃ yang disimpan selama 2 hari memiliki organoleptik berupa penampakan

Oleh karena itu, aplikasi edible coating dari pati sagu dengan penambahan minyak sereh sebagai antimikroba diharapkan mampu untuk meningkatkan masa simpan

Dari penelitian yang dilakukan dan setelah dilakukan pengamatan didapatkan bahwa viskositas formula edible coating selama 5 hari penyimpanan untuk formula edible