• Tidak ada hasil yang ditemukan

CAKAR AYAM MODIFIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CAKAR AYAM MODIFIKASI"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PERSYARATAN TEKNIS

PEKERJAAN PERKERASAN KONSTRUKSI

CAKAR AYAM MODIFIKASI

(2)

DAFTAR ISI

Hal

PENDAHULUAN ………. 3

STANDAR ………. 7

BAB I PEKERJAAN TANAH ………. 8

Pekerjaan Persiapan ……… 8

Pekerjaan Pematangan Tanah dan Pembongkaran ... 9

Penyimpangan dan hal-hal lain ……… 14

Pengukuran dan Pembayaran ……… 15

BAB II PEKERJAAN PERKERASAN CAKAR AYAM MODIFIKASI.…….. 16

Persyaratan Teknis Bahan-bahan beton .……… 16

Persyaratan Peralatan ……….……….…… 31

Persyaratan Pekerjaan ……… 36

Pengendalian Mutu (Quality Control) ……… 54

Metoda Perhitungan dan Pembayaran ……… 61

(3)

PENDAHULUAN

Untuk dapat memahami lebih jauh Pekerjaan Sistem Cakar Ayam Modifikasi perlu diketahui terlebih dahulu latar belakang, sebagai berikut :

1. Sistem “Cakar Ayam” temuan Prof. Dr. Ir. RM Sedyatmo Hadmohoedojo (1961) - Sejarah Singkat :

• Ditemukan tahun 1961, sebagai fondasi tower transmisi tegangan tinggi di atas tanah lunak/rawa-rawa.

• Tanah lunak : daya dukung ± 1,5 – 3,0 t/m2

. • Perkembangan selanjutnya diaplikasikan untuk :

Fondasi gedung bertingkat, fondasi menara air, fondasi pilar/abutment jembatan, sistem perkerasan jalan raya, lapangan terbang, yang kesemuanya berada di atas tanah lunak sedang.

• 1989 diaplikasikan di jalan Sitiawan dan Malaka, Malaysia pada medan tanah lunak/rawa-rawa.

- Metode perancangan sistem Cakar Ayam menurut Prof. Dr. Ir. Sedyatmo

Pada gambar diperlihatkan gaya-gaya dan momen yang bekerja di bawah pelat beton yang diakibatkan oleh beban Q di pinggir. Beban Q dapat digantikan oleh beban terpusat Q1 di tengah pelat dengan ditambahkan momen M = Q2 x 0,5 L

(L = lebar pelat beton dan Q = Q1 = Q2). Akibat Q1 akan terjadi tekanan terbagi

rata sebesar q = Q1/L dan akibat momen (M) akan ditahan oleh momen-momen

lawan yang bekerja pada pipa-pipa Cakar Ayam ( m = 2/3 x P x h, dengan P = tekanan tanah pasif total yang bekerja pada setiap pipa dan h = tinggi Cakar Ayam).

- Konsep Dasar

• Pipa-pipa Cakar Ayam berfungsi sebagai stiffener (pengaku) sehingga slab tipis (15 cm) dapat berperilaku seperti slab “tebal” (± 45 cm) namun dengan berat sendiri slab yang jauh lebih kecil.

(4)

• Karena “kakunya” slab, beban terpusat mampu disebarkan ke luasan efektif yang relatif besar, sehingga meskipun tanahnya lunak namun bearing capacitynya jadi besar.

• Lendutan akibat beban terpusat relatif jauh lebih kecil. • Defferential settlement yang terjadi relatif jauh lebih kecil.

• Yang menahan rotasi pipa bukan tekanan tanah pasif (Kp) namun reaksi

subgrade horizontal (Kn).

• Tidak dapat mengatasi masalah consolidation settlement terutama bila dibangun di atas timbunan.

- Studi yang telah dilakukan : • A. Antono & Daruslan

1996 : Laboratory model test di Teknik Sipil UGM (bearing capacity meningkat 100% dan defleksi menurun 50%).

1979 : Full scale loading test di apron Juanda – Surabaya. 1981 : Full scale loading test di runway Polonia – Medan. • Aeroport de Paris Consulting Engineers – France

1982 : Full scale loading test runway Soekarno-Hatta Jakarta

• Analisis hitungan secara analitis pernah diajukan oleh Sudarsono (1982), Suraatmadja (1982), Sosrowinarso (1982) dan Chen & Lima Sale (1982). • Fukuoka dari University of Tokyo tahun 1988, melakukan penelitian

eksperimental di laboratorium dan pendekatan secara numeric dengan metoda finite difference.

- Studi yang pernah dilakukan : • Soehendro (1992)

♦ Menganalisis sistem Cakar Ayam dengan model numeric, yaitu dengan menggunakan metode elemen hingga baik idialisasi 2 dimensi maupun 3 dimensi.

♦ Validasi telah diuji dengan menggunakan hasil pengamatan model skala penuh sistem Cakar Ayam pada Apron Bandara Surabaya (1980), Runway Ekstension Polonia Airport Medan (1981) dan Runway Bandara Soekarno-Hatta Jakarta (1992). Dihasilkan berbagai charts untuk membantu analisis perancangan.

(5)

• Hardiyatmo (2000)

Melakukan pengujian eksperimental di laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik UGM menyimpulkan “

♦ Jarak penyebaran lendutan dari pusat beban akibat beban titik terjadi pada radius kira-kira 4-5 kali diameter cakar.

♦ Tekanan tanah lateral yang melawan rotasi Cakar Ayam bukanlah tekanan tanah pasiif (Ph = Hy Kp), tetapi tekanan tanah dengan koefisien Kn (modulus

reaksi subgrade horisontal). Sehingga tekanan tanah lateral (Ph) di

sembarang kedalaman cakar dinyatakan oleh : Ph = Hy Kn.

2. Sistem Cakar Ayam Modifikasi

Sistem Cakar Ayam Modifikasi merupakan pengembangan dari sistem Cakar Ayam temuan Prof. Dr. Ir. Sedyatmo setelah mengkahi studi-studi yang telah/pernah dilakukan serta memperhatikan pengalaman-pengalaman di lapangan.

- Modifikasi 1

Pipa beton diganti dengan pipa baja tahan karat/galvanis, sehingga : 1. Mudah dilaksanakan

2. Ringan (tebal minimum = 1,4 mm) 3. Tidak perlu alat berat

4. Tidak perlu perkerasan sementara (lapis sirtu dan lean concrete yang tebal) untuk dilewati alat berat pada saat konstruksi.

(ide Ir. Maryadi Darmokumoro – PT. Jagat Baja Prima Utama, 2005)

- Modifikasi 2

Slab langsung berada pada elevasi tanah asli setelah distripping seperlunya (tidak di atas timbunan). Sistem Cakar Ayam berfungsi sebagai sub-base atau fondasi. Dalam keadaan dimana permukaan jalan harus berada di atas permukaan tanah asli, maka diperlukan timbunan. Semua bahan yang memenuhi syarat timbunan bisa dipakai dengan CBR terendam minimum 2% dan tinggi timbunan maksimal 80 cm. Dalam hal ini sistem CAM berfungsi sebagai base.

- Modifikasi 3

• Dikembangkan “bahan timbunan ringan” (berat volume bisa dibuat < 1) bahan tersebut ditimbun di atas slab Cakar Ayam, sesuai keperluan untuk mencapai elevasi jalan, untuk timbunan > 2 m (Suhendro).

(6)

• Dikembangkan “precast hollow box” sebagai pengganti timbunan, yang beratnya dapat mencapai 0,5 kali berat timbunan konvensional, untuk timbunan ± 1,5 m (Suhendro – Hardiyatmo).

• Masalah consolidation settlement lebih teratasi.

• Waktu pelaksanaan jauh lebih cepat karena bisa dibuat di luar lokasi pekerjaan (pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan penanaman Cakar Ayam dan konstruksi slab) dan dipindahkan/dibawa ke lokasi pekerjaan pada waktunya. Modifikasi ini telah diterapkan dalam bentuk pengujian eksperimental skala penuh oleh Prof. Dr. Ir. Bambang Suhendro, M.Sc. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, pada lokasi daerah tambak di Surabaya dimana pipa beton diganti dengan pipa baja tahan karat/galvanis dan slab beton langsung menapak pada tanah asli (dasar tambak) dengan lantai kerja 5 cm.

- Hasil loading test

• Slab Cakar Ayam mampu mendukung beban terpusat sampai dengan 24 tf (4 x 6 tf) tanpa mengalami retak dengan besarnya lendutan maksimum adalah hanya 6 mm.

• Pipa-pipa baja beserta sistem sambungannya bekerja baik sesuai aslinya yang terbuat dari pipa beton.

(7)

STANDAR

Bila tidak ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis ini, maka diharuskan mengikuti ketentuan-ketentuan serta petunjuk-petunjuk yang dimuat dalam buku-buku standar sebagai berikut :

• NI – 2 (PBI-1971), Peraturan Beton Bertulang Indonesia.

• PUBI – 1982, Peraturan Umum untuk Bahan Bangunan Indonesia. • ASTM, American Society of Testing Material

• ACI – 1976, American Concrete Institute

• AASHTO – 1978 atau sesudahnya, American Association of State Highway and Transportation Officials.

BINA MARGA

• No. 01/ST/BM/1972 : Spesifikasi Pelaksanaan Pembangunan Jalan Raya. • SII/SNI : Standard Industri Indonesia/Standard Nasional Indonesia.

(8)

BAB I

PEKERJAAN TANAH

1. PEKERJAAN PERSIAPAN/PEMELIHARAAN

1.1. Pematokan

Pemborong harus mengerjakan pematokan untuk menentukan sumbu (as) dan elevasi (peil), garis dan kemiringan daerah sekitarnya sesuai dengan gambar rencana. Pekerjaan ini harus seluruhnya telah disetujui oleh Ahli sebelum mulai pekerjaan selanjutnya. Yang disebut Ahli disini yaitu Engineer dari Konsultan yang dianggap oleh Bouwheer (principal) mampu dan bisa diberi wewenang (Bekwam dan Bevoegd) dan kemudian ditunjuk oleh Bouwheer untuk melaksanakan tugas pengawasan pada proyek ini.

Pekerjaan pematokan yang telah selesai diukur oleh Pemborong untuk kemudian disetujui Ahli. Hanya hasil pengukuran yang telah disetujui oleh Ahli dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan yang dapat digunakan sebagai dasar pembayaran. Pemborong wajib, seperti yang disebutkan dalam Surat Perjanjian Pemborong, untuk menyediakan alat-alat ukur dan perlengkapannya, juru-juru ukur yang mampu untuk melaksanakan pekerjaan ini dan pekerja-pekerja serta melaksanakan pengujian hasil pematokan dan hasil pekerjaan lain yang sehubungan dengan pekerjaan pematokan.

Semua tanda-tanda di lapangan yang diberikan oleh Ahli atau dipasang sendiri oleh Pemborong harus tetap dipelihara dan dijaga dengan baik. Apabila ada tanda-tanda yang rusak atau hilang harus segera diganti dengan yang baru dan disetujui pemasangannya kembali oleh Ahli. Pada keadaan dimana ada penyimpangan dari gambar pelaksanaan, Pemborong harus mengajukan 3 (tiga) gambar penampang dari daerah yang dipatok itu. Ahli akan membubuhkan tanda tangan persetujuan atau pendapat/revisi pada suatu lembar gambar tersebut dan mengembalikannya kepada Pemborong. Setelah diperbaiki Pemborong harus mengajukan kembali gambar yang oleh Ahli diminta untuk direvisi. Gambar tersebut harus digambar kembali dikertas kalkir untuk memungkinkan direproduksi.

Setelah disetujui, maka Pemborong akan menyerahkan kepada Ahli gambar kalkir asli dan 3 (tiga) lembar hasil reproduksinya.

(9)

1.2. Jumlah Pekerjaan

Jumlah pekerjaan dari bermacam-macam galian dan timbunan yang akan diperhitungkan pembiayaannya dalam suatu perjanjian Pemborong, terbatas pada ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar pelaksanaan, gambar-gambar standar, gambar-gambar profil melintang dan memanjang yang disyahkan oleh Ahli. Galian/timbunan yang dikerjakan di luar dari pembatasan-pembatasan itu tidak akan diberikan pembayaran.

Ahli akan menentukan kemiringan dan landai pada timbunan dan atau galian dalam pelaksanaan sesudah diketahui secara lebih pasti tentang sifat-sifat tanah yang bersangkutan. Hal ini akan diukur dan dicatat oleh Pemborong. Pemborong akan memeriksa kembali catatan ini dan apabila sesuai akan membubuhkan tanda tangan persetujuan dan akan dipakai sebagai dasar pembayaran nanti. Galian dan timbunan di luar yang ditentukan tidak akan dibayar. Kelebihan penggalian harus ditimbun kembali sesuai dengan petunjuk Ahli. Sisa timbunan diratakan atau dikembalikan kesemuanya sesuai putusan Ahli. Setelah dikonsultasikan pada Direksi Pekerjaan.

1.3. Selokan-selokan

Pemborong harus membangun/membuat selokan-selokan tepi jalan kerja, simpangan-simpangan, seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan, atau yang ditunjuk oleh Ahli, agar air tidak mengganggu konstruksi timbunan, atau galian selama pekerjaan berlangsung.

Pemborong juga harus mengusahakan sistem pengaliran air yang cukup baik, dan dengan pentahapan yang seksama agar sistem drainage itu sudah dapat berjalan sebagaimana mestinya sebelum pekerjaan dimulai. Pemborong harus selalu membersihkan selokan-selokan tersebut sehingga aliran selalu lancar. Kerusakan pekerjaan akibat tidak cukup baiknya aliran air akan menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya. Pembayaran untuk galian selokan samping (side ditches) dan simpangan yang bersifat tetap harus tercakup dalam harga penawaran.

2. PEKERJAAN PEMATANGAN TANAH DAN PEMBONGKARAN 2.1. Umum

Pekerjaan tanah dan pembongkaran-pembongkaran mencakup pekerjaan-pekerjaan yang meliputi penggalian, penimbunan dan pembuangan tanah/batu-batu dan material-material lain dari atau ke tempat proyek. Apabila ternyata pada tempat-tempat dimana akan diadakan pekerjaan penggalian tanah, maka galian tanah itu harus diklasifikasikan

(10)

menjadi 4 (empat) macam, yaitu galian tanah biasa, galian batu, galian konstruksi dan galian tambahan.

Semua macam pekerjaan ini harus dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi ini untuk keempat galian di atas, syarat-syarat kerja untuk bidang lain ketentuan-ketentuan letak peil, dimensi, dan lain-lain seperti yang tercantum pada gambar pelaksanaan atau petunjuk Ahli. Untuk itu Pemborong harus melihat dan menentukan sendiri keadaan tanah di tempat pekerjaan untuk menyusun harga penawaran. Keterangan tentang sifat-sifat tanah diperlihatkan pada gambar pelaksanaan atau hasil penyelidikan tanah hendaknya tidak dianggap sebagai hal yang pasti untuk dasar penyusunan harga penawaran. Setelah kontrak dibuat, tidak dibenarkan adanya claim yang diakibatkan karena kesalahtafsiran dalam jarak angkut, kubikasi, dan macam tanah. Selama pekerjaan tanah penanganan terhadap debu harus benar-benar diperlihatkan sehingga tidak mengganggu lingkungan, terutama bagi pesawat, bilamana perlu tanah harus selalu disiram air.

2.2. Pembersihan

Kecuali dinyatakan lain pada syarat-syarat khusus atau yang tertera pada gambar-gambar pelaksanaan, maka seluruh daerah pembangunan harus dibersihkan dari semak-semak dan akar-akar pohon. Dalam hal ini tidak dibenarkan melakukan pembakaran sampah/tumbuhan hasil penebangan dari jenis apapun, dan juga tidak menggunakan bahan kimia untuk membersihkan tanaman-tanaman/tumbuhan.

Atas pembersihan dan pengupasan di luar batas-batas ini tidak akan diberikan pembayaran kepada Pemborong, kecuali pekerjaan semacam itu diperintahkan oleh Ahli secara tertulis yang menjelaskan bahwa pekerjaan tersebut diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah dan telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Seluruh kerusakan termasuk pagar, yang terjadi saat pembersihan, harus diperbaiki oleh Pemborong atas tanggungannya sendiri.

Pemborong harus bertindak hati-hati sesuai dengan peraturan yang berlaku di dalam area pekerjaan. Pada pelaksanaan pembersihan, Pemborong harus berhati-hati untuk tidak mengganggu setiap patok-patok pengukuran, pipa-pipa atau tanda-tanda lainya.

Pekerjaan pembersihan dan pengupasan terdiri dari pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, semak-semak, tanaman lainnya, sampah-sampah dan bahan-bahan yang lain yang mengganggu dan termasuk pencabutan akar-akar, sisa-sisa konstruksi, seperti

(11)

pondasi bekas bangunan, pekerjaan jalan raya dan lain sebagainya dan sisa-sisa material dari pekerjaan pembersihan satu dan lain halnya sehubungan dengan persiapan pelaksanaan pekerjaan berikutnya, kecuali bila Ahli menentukan lain.

Yang dimaksud dengan semak-semak adalah tanaman-tanaman atau tumbuhan-tumbuhan berupa rumput-rumputan, alang-alang, segala jenis tanaman kecil yang tingginya tidak melebihi 1,50 meter dari permukaan tanah dimana tanaman itu tumbuh dalam lingkup daerah yang tidak luas.

2.3. Pembuangan Lapisan Tanah Atas (Stripping)

Pada daerah dimana nanti akan digali dan diurug, Pemborong harus mengerjakan pekerjaan pembuangan lapisan tanah atas, setebal 0,25 m ke tempat-tempat di sekitar proyek itu yang akan ditentukan oleh Ahli. Pada tempat-tempat khusus dimana setelah dilaksanakan pembersihan ternyata tanah dasarnya lembek sekali, maka Pemborong diharuskan mengadakan pembersihan lagi pada kedalaman 0,40 m demikian seterusnya sampai kedalaman 0,90 m, atau sampai batas yang telah disetujui oleh Ahli. Hanya pekerjaan pembersihan permukaan tanah sedalam 0,25 m saja yang harga satuannya tercantum dalam kontrak. Pembersihan permukaan yang lebih dari 0,25 m hanya bisa dibayarkan bilamana sudah ada persetujuan tertulis dari Direksi/Ahli.

2.4. Galian dan Urugan 2.4.1. Galian Tanah Biasa

Galian tanah biasa harus mencakup galian yang bukan berupa galian batu, galian untuk konstruksi atau galian material/bahan baku. Bila Ahli menghendaki, Pemborong harus membongkar/membuang material-material yang tidak diinginkan dalam pekerjaan timbunan ke tempat lain.

Bila material-material yang tidak diinginkan itu memang harus dibuang, tanah yang digunakan untu menutup lobang sebagai gantinya harus dipadatkan lapis per lapis setebal 20 cm, dan dengan kepadatan 90% dari maksimum kepadatan normal standard yang diselidiki menurut test ASTM D 1557.

Penggalian untuk dasar suatu konstruksi perkerasan harus menurut evaluasi dari garis atau titik duga (peil) yang tercantum dalam gambar rencana yang dilampirkan pada kontrak. Untuk pekerjaan tersebut Pemborong harus melaksanakannya dengan hati-hati dan penuh tanggung jawab terhadap pembentukan muka tanah serta kepadatannya

(12)

sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi terlampir pada kontrak. Semua material hasil galian yang tidak baik serta ditolak oleh Ahli sebagai bahan urugan, tidak boleh dipergunakan sebagai bahan urugan dan harus dibuang keluar daerah pembangunan atau tempat lain yang telah ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.

2.4.2. Urugan

Pekerjaan urugan terdiri dari pekerjaan pengurug tanah guna keperluan pekerjaan sesuai dengan syarat-syarat, sehubungan dengan ini dan ketentuan-ketentuan yang tercantum pada gambar pelaksanaan, kedudukan, kemiringan bagian-bagian dan dimensi-dimensi atau yang ditunjuk oleh Ahli.

1. Sumber dan penggunaan material

a. Tanah atau material galian yang bisa digunakan untuk bahan urugan ialah tanah liat yang mengandung pasir, tanah liat atau tanah liat koloidal yang mempunyai CBR > 3%.

b. Pemborong harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan kandungan air seperti dimaksud pada ayat 3 di belakang.

c. Sebelum pengurugan dimulai, tanah asli yang akan diurug harus dibersihkan lebih dahulu dari tumbuh-tumbuhan, sampah-sampah atau benda-benda atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki. Kemudian permukaannya diratakan dan bilamana perlu permukaannya yang keras dan licin digaruk terlebih dahulu (stripping) sedalam 0,25 m agar didapat permukaan yang kasar sehingga ikatan antara tanah asli dan tanah urugan menjadi baik.

d. Bila kecepatan menggali tanah urugan lebih cepat dari pada kecepatan pekerjaan urugan, maka Pemborong akan diijinkan untuk membuat timbunan (stock pile) sementara, dengan catatan tidak boleh menimbulkan gangguan lingkungan (polusi) serta ketinggian maksimum yang diijinkan adalah 2,0 m dan dimana perlu mengadakan usaha-usaha agar kandungan air dalam tanah tumpukan tersebut tetap sesuai dengan persyaratan pada ayat 3. Bila tanah galian ini tidak bisa diterima untuk tanah urugan maka tanah ini harus diangkut ke tempat pembuangan yang telah ditentukan atas biaya Pemborong.

e. Pekerjaan pengurugan tidak boleh dimulai sebelum mendapat persetujuan dari Ahli.

f. Khusus untuk daerah-daerah rawa atau lubang-lubang yang selalu ada air, maka pengurugan harus dilaksanakan dengan mempergunakan pasir atau bahan urugan berbutir lepas lainnya (loose material) sampai kira-kira mencapai 30 cm di

(13)

atas air dan selanjutnya bisa dipergunakan tanah biasa untuk memenuhi persyaratan.

2. Penghamparan dan perataan

a. Sebelum material urugan dihampar, maka Pemborong harus mengetahui dengan pasti bahwa kandungan air dalam material urugan tersebut sudah sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam ayat 3 di belakang dan bilamana perlu harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai persyaratan tersebut di atas, misalnya dengan cara pengadukan, penggarukan, penarikan/pendorongan dan sebagainya.

b. Kecuali ditentukan lain oleh Ahli, maka permukaan tanah yang akan diurug harus diaduk-aduk/digaruk terlebih dahulu sebelum pekerjaan penghamparan dimulai, dengan mempergunakan peralatan yang telah disetujui oleh Ahli.

c. Hamparan harus dilaksanakan selapis demi selapis dengan lapisan kira-kira horizontal. Bilamana perlu setiap lapisan diaduk-aduk lebih dahulu dengan maksud agar gumpalan tanah menjadi hancur, dan kandungan air menjadi merata (homogen), kemudian baru dipadatkan.

d. Tebal setiap lapis akan ditentukan sesuai dengan alat pemadat yang akan dipergunakan oleh Pemborong. Bilamana tidak ditentukan lain, maka tebal padat setiap lapisan harus diambil tidak lebih dari 20 cm. Jumlah lintasan (ulangan) pemadatan ditentukan berdasarkan percobaan pemadatan (compaction test) di lapangan sampai persyaratan pada ayat 3 terpenuhi dan setelah Ahli menyetujuinya.

e. Permukaan setiap lapisan harus mempunyai kemiringan antara 2% sampai 4% dengan maksud agar air hujan mudah mengalir. Pada setiap akhir atau pemberhentian pekerjaan permukaan lapisan harus dipadatkan rata, dengan maksud untuk memperlancar pengaliran air bila hujan turun.

f. Penghamparan tidak boleh dilaksanakan pada keadaan hujan.

g. Setiap lapis harus dihampar dan dipadatkan dengan tambahan lebar (overlaping) selebar kira-kira 1,5 kali tebal lapisan. Kemudian kemiringan permukaan menjadi rusak, maka Pemborong harus segera memperbaiki atas biaya Pemborong.

3. Kandungan air dalam material urugan

(14)

b. Kandungan air dalam material urugan yang akan dipadatkan harus sesuai dengan kandungan air optimun yang telah ditentukan berdasarkan proctor test dengan batas-batas toleransi + 5% dan -2% dan setelah disetujui Ahli.

4. Pengamatan Mutu (Quality Checking) pada pekerjaan urugan

a. Ahli mempunyai hak untuk mengadakan pengujian terhadap pekerjaan Pemborong bila dipandang perlu pada setiap saat. Dalam hal ini Pemborong harus membantu dan memberikan fasilitas untuk memperlancar pekerjaan tersebut dan tidak boleh mengajukan tuntutan atas hal-hal yang timbul sebagai pekerjaan pengujian tersebut termasuk penghentian sementara dari pekerjaannya.

b. Pekerjaan pengamatan (checking) ini meliputi : - Penggalian dan mutu material yang diangkut. - Pengangkutan dan penghamparan.

- Kandungan dan material urugan pada waktu pemadatan.

- Tingkat kepadatan dari setiap lapis yang dipadatkan yang harus diuji dengan Rubber Ballion Densimeter (ASTM D 2167), Nuclear Densimeter (ASTM D 2922), Sand Cone (ASTM D 1556), atau dengan cara lain yang telah mendapatkan persetujuan Ahli.

c. Pada prinsipnya banyaknya jumlah pengujian (frekuensi uji) adalah sebagai berikut :

- Kandungan air : 4 – 5 kali sehari

- Tingkat kepadatan : setiap 500 sampai 1000 m2 tiap-tiap lapisan

d. Pemborong harus mengajukan type dari alat pemadat beserta metode penggunaan, efektifitasnya, karakteristik/ciri-ciri yang harus dilaksanakan sesuai dengan tebal lapisannya, setelah diadakan percobaan pemadatan meliputi areal 2000 m2 dan sampai memenuhi persyaratan kepadatan yang telah ditentukan. Tingkat kepadatan sampai akhir pengujian tidak boleh kurang dari 90% dari kepadatan optimum menurut uji standard proctor density test yang diambil rata-rata dari 20 pengujian yang dipilih secara acak (randomly) oleh Ahli.

3. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN DAN HAL-HAL LAIN 3.1. Penyimpangan-penyimpangan

a. Kecuali ditentukan lain oleh Ahli, Pemborong dalam melaksanakannya harus mengikuti spesifikasi ini.

b. Penyimpangan-penyimpangan hanya boleh dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Ahli.

(15)

3.2. Hal-hal Lain

Bila ada hal-hal yang menyangkut langsung pelaksanaan pekerjaan dan yang belum termasuk dalam spesifikasi ini, maka hanya boleh dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Ahli.

4. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

Pembayaran yang dapat dibayarkan pada pekerjaan ini adalah sesuai dengan Bill of Quantity pekerjaan dan hasil opname perhitungan volume yang dituangkan dalam suatu Berita Acara.

(16)

BAB II

PEKERJAAN PERKERASAN CAKAR AYAM (MODIFIKASI)

1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan konstruksi perkerasan jalan sistem Cakar Ayam yang mempunyai persyaratan dan ketentuan-ketentuan seperti tercantum dalam spesifikasi ini serta mempunyai ukuran-ukuran dan kemiringan seperti dalam gambar rencana, yaitu : - pekerjaan Sub-Base (untuk pipa Cakar Ayam dari Baja tidak diperlukan),

- pembuatan dan penanaman pipa Cakar Ayam, - pekerjaan lantai kerja (lean concrete),

- pekerjaan landasan plat beton (slab concrete).

2. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK BAHAN-BAHAN BETON 2.1. Umum

Bila tidak ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis khusus ini, maka Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan diharuskan mengikuti ketentuan-ketentuan serta petunjuk-petunjuk yang dimuat dalam standar seperti tercantum dalam Buku Prasyarat Teknis ini.

2.1.1. Penerimaan Bahan-bahan untuk Adukan Beton

Selambat-lambatnya 60 hari sebelum pengadukan beton dimulai, Pemborong harus sudah mengajukan lokasi sumber dari bahan-bahan yang akan dipergunakan untuk pekerjaan adukan beton. Pembatasan tersebut sudah mencakup survey quarry, penelitian bahan-bahan, mix design sampai mendapatkan job-mix formula untuk adukan beton yang akan dipergunakan.

Bahan-bahan lainnya, seperti : besi tulangan, bahan perawat beton (curing compund) selambat-lambatnya 60 hari sebelum pekerjaan beton dimulai Pemborong harus sudah mengajukan usulan-usulan pemakaian bahan tersebut, dilengkapi dengan buku-buku keterangan (literatur) teknik yang dapat dipertanggungjawabkan serta contoh-contoh dari bahan yang akan dipergunakan.

(17)

2.1.2. Uji Pendahuluan untuk Mendapatkan Persetujuan

Contoh-contoh (samples) untuk uji pendahuluan harus ditunjuk/ditentukan oleh Ahli atau pihak ketiga yang ditunjuk oleh Ahli dengan disaksikan oleh pihak Pemborong. Pengujian harus dilaksanakan di laboratorium yang telah diketahui oleh Ahli.

Jumlah dan macam pengujian pada prinsipnya tidak dibatasi, tetapi yang terpenting adalah harus mengikuti spesifikasi teknis yang telah ditentukan.

Bila ternyata hasil pengujian yang telah dilaksanakan menunjukkan beberapa penyimpangan-penyimpangan atau mutu bahan yang akan dipergunakan masih diragukan, maka dapat ditentukan penyelidikan-penyelidikan lebih banyak lagi atas biaya pemborong.

2.1.3. Pengujian pada Waktu Penerimaan Bahan

Bilamana bahan-bahan yang diajukan oleh Pemborong sudah disetujui oleh Ahli untuk dapat dipergunakan, Pemborong harus melaksanakan pengujian sendiri seperti pasal-pasal tersebut di atas, atas biaya Pemborong, di laboratorium lapangan atau lain yang telah disetujui oleh Ahli. Bila ternyata salah satu atau beberapa bahan berubah sumbernya (quary) atau pabriknya, maka bahan/material baru ini terlebih dahulu harus tetap diadakan pengujian pendahuluan seperti tersebut di atas.

Selama penyediaan atau penyerahan, Pemborong harus membuat analisa saringan (grading) untuk setiap tumpuk bahan @ 2000 ton. Hasil analisa saringan tersebut harus sesuai dengan batas-batas toleransi gradasi yang ditetapkan pada spesifikasi ini.

2.2. Butir-Butir Batuan atau Agregat

Bentuk butir-butir batuan atau agregat untuk beton harus terdiri dari batu pecah hasil dari mesin pemecah batu (stone crusher) dengan minimum terdiri dari 3 bidang pecahan. Bila batu pecah berasal dari koral atau batu bronjol yang dipecah, maka agregat yang tertahan pada saringan No. 4 (5 mm) harus memenuhi syarat, yaitu krikil bulat yang diperhitungkan adalah :

a. Kerikil bulat sepenuhnya (full rounded) dihitung 1. b. Kerikil dengan satu bidang pecah dihitung 1/2. c. Kerikil dengan dua bidang pecah dihitung 1/4.

(18)

Bahan batu yang akan dipecah harus dari batuan induk yang mempunyai sifat stabil dan tahan terhadap pengaruh air dan cuaca, serta tidak mengandung kotoran-kotoran yang tidak dikehendaki yang bisa berpengaruh terhadap sifat dan ciri-ciri beton, seperti : kekuatan (strenght), kepadatan (impermeability) dan keawetan (durability).

Bilamana diperlukan, agregat harus dicuci dan disaring dahulu agar kotoran-kotoran yang menempel atau dikandungnya hilang. Sebelumnya Pemborong sudah harus mengajukan keterangan/ dokumen, literatur teknik serta data-data dari mesih pencuci dan mesin penyaring yang akan dipergunakan serta cara pengambilan batu dari sumber (quarry) yang diusulkan. Agregat yang dihasilkan bisa ditolak apabila homogenitas dan keteraturan (regularity) dari bahan batuan yang dipergunakan diambil dari sumber tidak bisa dijamin dan berlainan. Contoh-contoh bahan batu yang diambil dari stock piles sumber paling tidak harus mewakili produksi efektif selama 1 minggu serta harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk mendapatkan hasil sebagai berikut : - Pemeriksaan petographic dari batuan induk (ASTM C-295), juga sudah harus

diperhitungkan kemungkinan-kemungkinan akan adanya berbagai macam material yang ikut membentuk agregat tersebut.

- Daya tahan terhadap abrasi dengan Los Angeles Machine Test untuk agregat kasar dengan ukuran lebih kecil dari 1 ½” (37,5 mm) adalah maksimun 35% untuk 500 putaran (ASTM C-131) dengan ukuran lebih besar dari ¾” (20 mm) maksimun 35% untuk 1000 putaran (ASTM C-535) pada kecepatan 30-33 rpm.

- Kandungan sulfat dari setiap fraksi dalam S03.

- Kandungan Chloride (C1) untuk setiap fraksi (ASTM 1411).

Dalam hal bila sebagai bahan batu yang dipergunakan adalah batuan bulat/bronjol campur pasir (sirtu), maka terlebih dahulu sebelum dipecah oleh mesin pemecah batu, harus melalui proses pencucian dan penyaringan. Apabila pasir yang dihasilkan akan langsung dimanfaatkan sebagai agregat halus untuk campuran beton, maka terlebih dahulu sebelum dipergunakan harus melalui proses pencucian 1 (satu) kali lagi atau lebih, sehingga memenuhi persyaratan sebagai berikut :

- Analisa gradasi harus masuk ke dalam kurve/batas-batas toleransi gradasi pasir alam.

- Kotoran-kotoran organik maksimun 0,2% (organic impurities test, ASTM C40).

- Kadar lempung/tanah liat dalam material gembur lainnya maksimum 3% (day lumps and friable particles ASTM C 142).

(19)

- Faktor penyerapan air maksimum 5% (ASTM C 128).

- Besarnya fineness modulus harus sesuai dengan persyaratan gradasi. - Sand equivalent minimum 75 (ASTM D 2419).

2.3. Agregat Halus (Fine Aggregate)

Agregat halus pada prinsipnya harus merupakan batu pecah sebagai hasil dari pemecahan batu yang lewat saringan No. 4 (5 mm) yang selanjutnya batu pecah ini kita sebut pasir pecah (crushed sand, screenings, abu batu).

Untuk memenuhi persyaratan gradasi agregat halus ini, bisa dicampur dengan pasir alam (natrual sand), seperti pasir sungai, pasir galian/sedotan atau disebut sebagai pasir beton berkualitas baik dan memenuhi persyaratan umum/teknis serta persyaratan gradasi. Dalam hal telah didapat pasir alam khusus yang telah memenuhi persyaratan teknis lainnya sesuai spesifikasi ini, maka pasir alam khusus ini dapat dipergunakan sebagai fine aggregate (agregat halus) seluruhnya atas sebagian (sebagai campuran pasir pecah).

2.3.1. Persyaratan Umum Agregat Halus

Pasir pecah dan pasir alam harus memenuhi persyaratan-persyaratan umum sebagai berikut :

- Pasir pecah harus berasal dari batuan induk yang sama dengan agregat, atau setidak-tidaknya mempunyai mutu yang sama.

- Pasir pecah harus bersih dari kotoran-kotoran halus, lumpur, dan bila dicuci pada saringan No. 200 material yang lewat pada saringan tersebut tidak boleh lebih dari 5% (ASTM C 117) atau sand equivalent minimum 65%.

- Pasir alam harus mempunyai butiran-butiran yang keras dan awet (durable) dan tidak boleh mengandung lumpur, tanah liat, dan material-material gembur/mudah hancur (clay lumps and friable particles) lebih dari 3% (ASTM C 142).

- Harus bebas dari arang, benda-benda dari kayu serta kotoran-kotoran lainnya yang tidak dikehendaki.

- Tidak boleh mengandung terlalu banyak butir-butir yang pipih (flat pieces) atau berbentuk panjang (enlongated pieces) serta pecahan-pecahan kulit kerang.

Baik pasir pecah maupun pasir alam harus mempunyai persyaratan-persyaratan lainnya, seperti yang telah disebutkan pada pasal 2.2. dari spesifikasi ini.

(20)

2.3.2. Persyaratan Gradasi Pasir Pecah (Abu Batu, Screenings)

Pada pemecahan batu perlu diusahakan agar pasir pecah yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan-persyaratan gradasi pasir pecah, seperti di bawah ini :

Ukuran Saringan (ASTM) % Berat Lolos Saringan

No.

Inc / No mm Minimum Maksimum

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1/2" 3/8” 1/4" No. 4 No. 8 No. 16 No. 30 No. 50 No. 100 No. 200 12,7 9,51 6,35 4,76 2,36 1,19 0,595 0,297 0,149 0,075 100 98 96 95 80 50 25 11 4 0 100 100 100 100 74 53 36 23 14 5

Bila pasir pecah tersebut akan dipergunakan sebagai agregat halus pada campuran beton, maka disyaratkan untuk dikombinasi dengan pasir alam sehingga akan memenuhi batas-batas toleransi gradasi agregat halus yang disyaratkan seperti pada pasal 2.3.4 spesifikasi ini.

2.3.3. Prasyarat Gradasi Pasir Alam (Pasir Beton)

Pasir alam yang akan dipergunakan untuk campuran beton harus mempunyai gradasi seperti berikut :

Ukuran Saringan (ASTM) % Berat Lolos Saringan

No.

Inc / No mm Minimum Maksimum

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1/2" 3/8” 1/4" No. 4 No. 8 No. 16 No. 30 No. 50 No. 100 No. 200 12,7 9,51 6,35 4,76 2,36 1,19 0,595 0,297 0,149 0,075 100 98 96 95 80 50 25 11 4 0 100 100 100 100 100 85 60 33 15 3

(21)

Dalam hal apabila 100% dalam kebutuhan agregat halus pasir alam khusus yang telah memenuhi syarat umum agregat halus seperti pada pasal 2.3.1. spesifikasi ini, maka pasir alam khusus tersebut harus memenuhi persyaratan gradasi agregat halus seperti pada pasal 2.3.4.

2.3.4. Persyaratan Gradasi Agregat Halus

Dalam membuat campuran pasir pecah dan pasir alam, untuk mendapatkan agregat halus, harus memenuhi persyaratan gradasi agregat seperti di bawah ini :

Ukuran Saringan (ASTM) % Berat Lolos Saringan

No.

Inc / No mm Minimum Maksimum

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1/2" 3/8” 1/4" No. 4 No. 8 No. 16 No. 30 No. 50 No. 100 No. 200 12,7 9,51 6,35 4,76 2,36 1,19 0,595 0,297 0,149 0,075 100 98 96 81 54 35 21 11 5 0 100 100 100 100 74 53 36 23 14 4 2.4. Agregat Kasar

Agregat kasar harus merupakan hasil pemecahan batu dengan mesin (stone crushing plant) terhadap batu bulat/bronjol atau batu belah/batu gunung yang mempunyai ukuran lebih dari 10 cm, atau batu bulat (koral) campur pasir (sirtu) yang bersih dari suatu hasil washing plant.

Agregat ini harus lolos saringan 3/4” – 1” tetapi tertinggal di atas saringan No. 4 (5 mm), serta ukuran dari agregat kasar in perlu dibagi menjadi 2 (dua) fraksi lagi, yaitu fraksi kasar atau agregat kasar (coarse aggregate) dan fraksi sedang atau agregat sedang (medium aggregate).

2.4.1. Persyaratan untuk Agregat Kasar

Agregat Kasar harus memenuhi persyaratan-persyaratan umum sebagai berikut : - Harus bebas dari benda-benda atau kotoran-kotoran lain yang tidak dikehendaki. - Clay lumps dan fariable particles harus tidak boleh lebih dari 3% (ASTM C 142).

(22)

- Daya tahan terhadap abrasi dengan Los Angeles Machine Test harus kurang dari 35% pada 500 putaran (ASTM C 131).

- Soundness Test bila mempergunakan Magnesium Sulfate maksimum 18% dan bila menggunakan Sodium Sulfate maksimum 12% (ASTM C 88).

- Material Finner than sieve No. 200 by washing harus kurang dari 1% (ASTM C 117). - Absorption water of coarse aggregate harus kurang dari 5% (ASTM C127).

2.4.2. Persyaratan Gradasi Agregat Kasar dan Agregat Sedang a. Batas-batas ukuran butir

Untuk berbagai jenis konstruksi beton pada pekerjaan ini, maka batas-batas ukuran agregat kasar dan agregat sedang supaya diambil sebagai berikut :

No Jenis Fraksi Lolos Saringan

(Crushing Plant) Tahan Saringan (Crushing Plant) 1 2 Agregat Kasar Agregat Halus 3/4" 1/2" 1/2" 5 mm atau No. 4

b. Persyaratan toleransi gradasi

Baik agregat kasar maupun agregat sedang, kedua-duanya harus memenuhi persyaratan gradasi sebagai berikut :

- berat tertahan di atas saringan 1,25 D = 0 - berat tertahan di atas saringan D > 15%

- berat tertahan di atas saringan (d + D)/2 harus antara 33% dan 67% setidak-tidaknya 30% dan 70%.

- berat lolos saringan d < 15% - berat lolos saringan 0,65 d < 5%

Catatan D dan d adalah besarnya ukuran maksimum dan minimum butiran agregat kasar menurut saringan ASTM di laboratorium (periksa grafik spesifikasi gradasi dari masing-masing fraksi).

(23)

2.5. Persyaratan Gradasi Agregat Campuran

Persyaratan gradasi agregat campuran untuk pekerjaan ini adalah sebagai berikut : A. Persyaratan gradasi untuk slab beton type : K 350

Ukuran Saringan % Berat Lolos Saringan

No.

ASTM mm Minimum Maksimum 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1” 3/4" 5/8” 1/2" 3/8” 1/4" No. 4 No. 7 No. 8 No. 16 No. 30 No. 50 No. 100 No. 200 25,60 19,00 16,00 12,5 9,52 6,35 4,76 3,00 2,38 1,19 0,597 0,297 0,149 0,075 93 84 75 65 52 45 35 32 21 14 8 4 0 100 - - - - - - - - - - - - - 100 94 86 77 66 58 46 43 31 21 13 7 2

B. Persyaratan gradasi untuk beton pipa Cakar Ayam, type : K 225

Ukuran Saringan % Berat Lolos Saringan

No.

ASTM mm Minimum Maksimum 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 5/8” 1/2" 3/8” 1/4" No. 4 No. 7 No. 8 No. 16 No. 30 No. 50 No. 100 No. 200 16,00 12,5 9,52 6,35 4,76 3,00 2,38 1,19 0,597 0,297 0,149 0,075 93 82 62 53 39 36 24 15 9 4 0 100 - - - - - - - - - - - 100 90 76 67 54 50 36 25 16 8 2,4

(24)

C. Persyaratan gradasi untuk lean concrete, type K 90

Ukuran Saringan % Berat Lolos Saringan

No.

ASTM mm Minimum Maksimum 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1” 3/4" 5/8” 1/2" 3/8” 1/4" No. 4 No. 7 No. 8 No. 16 No. 30 No. 50 No. 100 No. 200 25,60 19,00 16,00 12,5 9,52 6,35 4,76 3,00 2,38 1,19 0,597 0,297 0,149 0,075 93 82 72 61 49 42 31 29 19 12 7 3 0 100 - - - - - - - - - - - - - 100 94 86 77 66 58 46 43 31 21 13 7 2 2.6. Penumpukan Agregat

Agregat yang akan dipergunakan untuk pekerjaan beton ini harus ditumpuk di lapangan dengan jumlah yang cukup seperti yang telah disetujui oleh Ahli agar pengecoran secara khusus terus menerus (kontinu) untuk suatu konstruksi dapat dilaksanakan dengan lancar atau setidak-tidaknya sebanyak 50% dari kebutuhan agregat untuk seluruh pekerjaan pembetonan sudah tersedia di lapangan.

Semua agregat harus ditumpuk dulu sebelum dipergunakan dan harus dijaga agar tidak terjadi segregasi selama penumpukan. Hanya agregat yang hasil pengujiannya telah memenuhi persyaratan teknis umum dan persyaratan gradasi pada spesifikasi ini yang boleh ditumpuk/ditimbun sesuai petunjuk Ahli, serta harus dijaga agar jangan sampai tercampur dengan agregat/bahan yang lainnya.

Pemborong harus mengambil langkah-langkah pencegahan dan bila lokasi penumpukan agregat tidak memungkinkan karena keterbatasan area, maka Pemborong harus melengkapinya dengan bangunan pencegah atau dinding penyekat agar fraksi-fraksi agregat satu sama lain tidak tercampur, baik ditempat penumpukan maupun di tempat penimbangan.

(25)

Tempat penumpukan, penimbunan atau/dan pencampuran harus dilengkapi dengan jalan kerja yang diperkeras serta sistem drainase yang baik, sehingga roda-roda dari alat-alat kerja seperti loader truck dan sebagainya tidak mengotori agregat yang ada pada stock/tumpukan.

Penggunaan peralatan atau cara penanganan yang tidak sesuai sama sekali dilarang, seperti penggunaan buldozer atau loader dengan roda dari rantai besi (metal tracks) adalah sama sekali dilarang untuk penumpukan agregat. Semua peralatan yang akan dipergunakan harus disetujui terlebih dahulu oleh Ahli.

2.7. Semen P.C.

2.7.1. Persyaratan Umum Semen P.C.

Pemborong harus mendapatkan hasil uji laboratorium dari pabriknya selama waktu 3 (tiga) bulan yang terakhir, baik untuk semen secara zak-zak maupun semen secara curah (silo). Setiap laporan bulanan harus jelas mencantumkan deviasi rata-rata dan deviasi standar untuk semua hasil penujian seperti yang telah ditetapkan dalam ASTM C150 mengenai spesifikasi untuk semen P.C. type I dan V dan ASTM C 595 untuk semen P.C. type IP (Portlant Pozzolan Cement) termasuk analisa kimiawi dan fisik. Ahli atau yang mewakili bilamana perlu mengambil contoh semen P.C. yang masih segar untuk diuji apakah hasilnya sama dengan hasil dari pabriknya.

Semen P.C. yang akan dipergunakan harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam ASTM C 150 untuk semen type I (slab) dan semen type V (pipa Cakar Ayam) dan ASTM C 595 untuk semen type IP. Dalam hal ini Pemborong harus mendapatkan laporan bulanan mengenai hasil uji kimiawi dan fisik dari pabrik yang memproduksinya. Di samping itu tiap minggu Pemborong harus melaksanakan pengujian terhadap semen P.C. yang akan dipergunakan di laboratorium lapangan dengan jenis pengujian sebagai berikut :

- Specific Grafity dari semen PC (ASTM C 180).

- Kehalusan dari semen PC dengan mempergunakan air permeability apparatus (ASTM 204).

- Lamanya waktu pengikatan dari semen PC dengan vicat needle (ASTM C 191). - Compressive strength dari mortar semen PC

(26)

Dalam hal dipergunakan semen curah dalam silo, maka pada saat akan dipergunakan dalam adukan beton, temperatur semen tersebut tidak boleh lebih dari 700C. Pemborong harus betul-betul memperhatikan temperatur semen yang dikirim dari pabriknya. Untuk ini Pemborong diminta melengkapi dengan metal thermometer pada silo-silo penyimpanan semen PC.

2.7.2. Penempatan Semen P.C.

Semen yang ditimbun atau yang ditumpuk di lapangan harus dilindungi terhadap ancaman-ancaman kerusakan yang disebabkan oleh keadaan cuaca. Cara penimbunan atau penumpukan harus disetujui oleh Ahli. Bila semen ditempatkan dalam kantong-kantong, maka setiap pengapalan harus ditumpuk secara terpisah untuk bisa mengetahui tanggal penyerahan, merk, type semen, serta asal atau nama pabriknya. Semen yang dipesan dalam keadaan curah (bulk) harus disimpan dalam silo-silo yang ditutup rapat.

2.8. Air untuk Adukan

Semua sumber air yang akan dipergunakan untuk adukan beton harus mendapatkan persetujuan dahulu dari Ahli. Air yang akan dipergunakan untuk campuran adukan beton sampai batas tertentu harus bebas dari minyak, zat-zat asam, alkali, garam, benda-benda organik atau benda-benda/zat-zat lainnya yang bisa merusak mutu dan kekuatan beton. Air untuk adukan beton khusus pada pengadukan beton slab dan beton pipa Cakar Ayam harus didinginkan dengan suatu plant khusus, yaitu water chiling plant atau air untuk adukan tersebut diberi balok-balok es sedemikian rupa kuantitasnya sehingga akan didapat temperatur adukan beton pada saat dicor tidak boleh melebihi 350C. Bila pendinginan air adukan menggunakan balok-balok es, maka pada saat beton akan dicor tidak boleh mengandung gumpalan-gumpalan atau serpihan-serpihan es.

Besarnya kandungan sulfat dan chloride dalam air tersebut tidak boleh melebihi batas-batas yang telah ditentukan sesuai dengan spesifikasi AASHTO T 26. Air adukan beton tidak boleh mengandung butir-butir zat padat lebih dari 0,20% dan tidak boleh mengandung larutan garam lebih dari 1,5%.

Apabila Pemborong memerlukan pengolahan khusus untuk air ini, agar dapat memenuhi persyaratan yang diminta (PBI ’71, NI-2 dan ACI Standard 318-71) sesuai dengan mutu betonnya, maka biaya pengolahan air ini harus sudah termasuk dalam harga satuan pengadaan betonnya. Dalam hal air tersebut akan digunakan untuk adukan beton, maka benda uji mortar semen dari air adukan tersebut bila dibandingkan dengan benda uji

(27)

mortar semen yang mempergunakan air bersih (air suling) setelah diuji pada umur 28 (dua puluh delapan) hari tidak boleh menunjukkan perubahan-perubahan waktu pengerasan (setting time), tanda-tanda ketidaksempurnaan, atau terjadinya cacat-cacat, dan tidak boleh terjadi penurunan kekuatan lebih dari 10%.

2.9. Admixture (Zat Penambah)

Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan awal dan pengerasan ataupun untuk maksud-maksud lain, sejauh tidak bertentangan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, dapat dipakai bahan-bahan/zat penambah (admixture). Bila untuk maksud tersebut akan dipergunakan admixture pada pengadukan beton slab, maka admixture ini harus sesuai dengan spesifikasi dalam ASTM C494, yaitu liquid admixture yang tergolong typre D, ialah mengurangi penggunaan air dalam adukan pada tingkat kemudahan pelaksanaan atau slump yang telah ditentukan dan sedikit memperlambat proses pengerasan sehingga waktu ikatan awal (initial setting) dari mortar beton minimum 2 jam serta maksimum 6 jam. Dalam hal akan menggunakan admixture type lain atau untuk maksud lain, maka hanya diperbolehkan setelah mendapat izin dari Ahli.

Pemborong sebelumnya harus mendapatkan buku keterangan/literatur teknik yang lengkap serta contoh dari admixture yang akan dipergunakan. Bilamana dalam buku keterangan teknis tersebut tidak menunjuk kepada standard ASTM, maka dalam surat pengusulannya Pemborong harus melampirkan salinan/copy dari standard ASTM yang bersangkutan. Sebelum dipergunakan pada campuran beton yang sesungguhnya, maka Pemborong harus membuat percobaan-percobaan admixture tersebut guna membuktikan manfaatnya di suatu laboratorium yang ditunjuk atau telah disetujui oleh Ahli.

Apabila masih belum yakin, atau terdapat hal-hal yang meragukan maka Pemborong bisa diminta untuk mengadakan pengujian-pengujian tambahan mengenai admixture tersebut atas biaya Pemborong.

Pemasok/Supplier admixture harus bisa menjamin bahwa admixture yang dilever atau diserahkan kepada Pemborong selalu mempunyai komposisi yang sama dengan contoh yang telah disetujui oleh Ahli sesuai dengan spesifikasi dalam ASTM C 494, yaitu liquid admixture type D.

(28)

2.10. Concrete Curing Compound

Concrete curing compound merupakan suatu cairan untuk melapisi permukaan slab beton sehabis dicor, agar memperlambat penguapan selama proses pengerasan awal dari beton, serta mengurangi kenaikkan temperatur pada beton akibat panas matahari.

Curing compound yang akan dipergunakan harus sesuai dengan spesifikasi ASTM C 309. Sebelum dipergunakan, maka Pemborong harus mendapatkan buku keterangan tekniknya yang lengkap serta contoh dari barangnya. Bilamana dalam buku keterangan tekniknya tersebut tidak menunjuk kepada standar ASTM, maka dalam surat pengusulannya Pemborong harus melampirkan salinan/copy dari standar ASTM yang dimaksud.

Bilamana perlu Ahli bisa memerintahkan kepada Pemborong untuk mengadakan pengujian lebih dahulu sebagai syarat untuk bisa diterima, yaitu untuk mengetahui apakah komposisinya telah sesuai dengan yang tercantum dalam buku keterangan teknik.

Penjual concrete curing compound harus bisa menjamin bahwa barang yang dilevernya kepada Pemborong selalu mempunyai komposisi yang sama dengan contoh yang telah disetujui.

2.11. Besi Tulangan

Semua besi tulangan yang akan dipergunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan teknik dalam PBI ’71 NI-2. Untuk tulangan pada slab harus dipergunakan besi anyaman dilas/welded steel wire mesh, dengan menggunakan besi jenis U 50 atau setidak-tidaknya U 48. Kekuatan las pada persilangan (kekuatan geser las), minimum harus sebesar 50% dari kekuatan tarik besinya (gaya minimum untuk melepaskan kekuatan geser las sebesar 50% dari gaya yang diperlukan untuk memutuskan batang besi tulangan). Untuk tulangan pada pipa-pipa Cakar Ayam selain dipergunakan besi anyaman dilas, bisa juga digunakan besi anyaman dengan U39/mild steel dengan syarat kekuatan harus equivalent dengan penulangan pipa Cakar Ayam yang ditentukan dalam gambar rencana (dalam hal pipa Cakar Ayam dari baja mempunyai persyaratan tersendiri).

Semua jenis tulangan (anyaman atau batangan) yang akan dipergunakan harus bersih dari kotoran-kotoran yang bisa merusak, kerak besi, karatan yang berat, cat, lemak, atau

(29)

sejenisnya, serta tidak boleh ada cacat pada waktu pembuatannya, seperti berkeping atau retak-retak (fins and tears).

Untuk karatan ringan sekedar warna besi berubah, Pemborong tidak dituntut untuk membersihkannya, tetapi kerak-kerak besi yang lepas dari karatan yang berat sehingga menjadi kerak, maka Pemborong harus membersihkannya lebih dahulu sebelum dipergunakan.

Dalam hal tulangan akibat dari pembersihan kerak-kerak besi yang lepas dari karatan berat, maka sejauh masih dapat dipergunakan oleh Pemborong harus disetujui Ahli dan bilamana karatan terlalu berat sehingga kekuatannya sudah meragukan, maka Ahli bisa memerintahkan kepada Pemborong untuk mengadakan uji ulang ke suatu laboratorium yang telah disetujui oleh Ahli. Bilamana jumlah pesanan cukup banyak untuk dikapalkan, maka inspeksi pengamatan mutu (pengambilan contoh dan pengujian-pengujian besi tulangan) bisa dilaksanakan di sumber dari Penjual.

Besi Tulangan yang belum diinspeksi sebelum dikapalkan, harus diinspeksi setelah barang tersebut sampai di tempat pekerjaan. Meskipun demikian, Ahli masih mempunyai hak untuk pengambilan contoh lagi (resampling) secara random dan mengadakan inspeksi semua besi beton yang berada di tempat pekerjaan, untuk meyakinkan apakah telah sesuai dengan dengan spesifikasi standard.

Khusus jenis tulangan anyaman (welded steel wire mesh) :

1. Lembaran tulangan yang diletakkan pada suatu bidang yang rata harus juga merupakan lembaran yang rata dan tidak bergelombang.

2. Pada umumnya tulangan yang lepas pada persilangan harus disingkirkan dari lokasi. Pada bagian tengah lembaran tulangan yang lepas persilangan diperbolehkan lepas sebanyak 5% saja, sedangkan dua batang di tepi sekelilingnya tidak diperbolehkan sama sekali terlepas lasnya.

3. Untuk mencegah karat pada tulangan pipa setelah ditanam, harus dihindarkan terhadap urugan tanah pada tulangan tersebut.

2.11.1. Surat Sertifikat

Pada setiap pesanan besi tulangan yang akan dipergunakan untuk pekerjaan ini, Pemborong harus menyerahkan kepada Direksi, yakni copy atau salinan hasil uji dari setiap macam besi tulangan tersebut yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh orang yang berwenang dari pabrik pembuatnya, Surat keterangan atau sertikat tersebut harus memberikan penjelasan sebagai berikut :

(30)

- Proses pengerolan (rolling process) terhadap besi tulangan yang dilaksanakan oleh pabriknya.

- Ciri-ciri atau identifikasi dari proses pemanasan tungku beserta bahan pembantu yang dipergunakan, (seperti : jenis oksigen, dsb.), dari besi tulangan yang dirol. - Sifat-sifat chemis dan fisis dari proses pemanasan dari besi tulangan yang akan dirol.

2.11.2. Identifikasi

Pabrik pembuatnya harus memasang label identifikasi yang jelas pada setiap ikatan tulangan sebelum diadakan inspeksi. Label identifikasi tersebut harus menunjukkan nomor pengujian dari pabrik pembuatnya beserta jumlah atau tanda-tanda pengenal lain yang bisa menunjukkan jenis bahan seperti tercantum dalam surat sertifikat, pada setiap ikatan tulangan.

2.11.3. Penimbunan Besi Tulangan

Besi tulangan beton setiap saat harus dilindungi terhadap bahaya kerusakan. Besi tulangan ini harus ditumpuk di atas suatu ganjal berbentuk datar, jajaran batangan papan balok, mudah diadakan inspeksi/pengamatan.

2.12. Joint Filler (hanya apabila diminta)

Joint sealent merupakan bahan untuk mengisi sambungan semu (dummy joint) maupun sambungan pengecoran (Construction Joint) pada slab beton.

Joint filler yang akan digunakan pada pekerjaan ini yaitu jenis self expanding cork joint filler (contohnya : spandex). Self expanding cork joint filler ini harus memenuhi standard spesifikasi ASTM D-1752 dan ASTM D-545.

Sebelum dipergunakan Pemborong harus mengajukan buku keterangan tekniknya yang lengkap, laporan hasilnya serta contoh barangnya. Joint filler yang akan dipergunakan untuk mengisi joint harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam spesifikasi ini.

Bila dalam buku keterangan teknik tersebut tidak menunjuk kepada standar ASTM, maka dalam surat pengusulannya Pemborong harus melampirkan salinan/copy dari standar ASTM yang dimaksud, bilamana perlu Pemborong harus melaksanakan pengujian-pengujian yang diminta oleh ahli terhadap bahan-bahan yang akan dibeli.

(31)

Pengujian-pengujian harus dilaksanakan pada laboratorium yang telah ditetapkan/disetujui oleh Ahli, atas biaya sepenuhnya dari Pemborong.

3. PERSYARATAN PERALATAN

Peralatan dan alat-alat lainnya yang akan dipergunakan untuk menangani bahan-bahan dan melakukan semua bagian dari pekerjaan, terlebih dahulu harus disetujui oleh Ahli, seperti : design, kapasitas, dan keadaan mekaniknya. Peralatan harus ada di tempat pekerjaan cukup waktunya sebelum dimulainya operasi konstruksi. Hal ini diperlukan untuk pemeriksaan dan persetujuan.

3.1. Batching Plant (kecuali menggunakan beton ready mix)

Batching plant merupakan suatu peralatan untuk menimbang (batch) bahan-bahan untuk campuran beton. Batching plant yang akan dipergunakan harus mencakup bins, weighing hoppers, timbangan untuk agregat halus dan untuk tiap ukuran dari agregat kasar, tangki air adukan yang dilengkapi dengan kran dan katup, dispenser untuk additive bila diperlukan. Jika dipergunakan semen bulk (curah), maka harus dilengkapi dengan bin, hopper dan timbangan yang terpisah untuk semen ini. Bagian-bagian dari batching plant tersebut harus sesuai dengan spesifikasi ASTM C 94.

3.2. Mixers (kecuali menggunakan beton ready mix)

Pada prinsipnya pekerjaan pengadukan beton yang akan dilaksanakan harus diaduk di suatu central mixing plant (stationary mixer) type wet-mix yang dilengkapi alat penimbang, alat pengontrol kelembaban dan kadar air agregat serta alat pengontrol lainnya yang memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi ASTM C 94.

Sebelum dipesan/dipasang central mixing plant ini, baik merk maupun kapasitasnya harus disetujui oleh Ahli terlebih dahulu. Bilamana Pemborong akan mempergunakannya alat pengaduk jenis truck mixer atau transit mixer, baik untuk keseluruhan adukan (truck mixed concrete), maka Pemborong harus mendapatkan izin tertulis terlebih dahulu dari Ahli.

Stationary mixer oleh pabrik pembuatnya harus sudah dicantumkan/ditempelkan papan logam yang memuat informasi tentang kapasitas drum pengaduk, kecepatan rotasi drum pengaduk dan sirip-sirip pengaduk.

(32)

3.3. Agitators (Transit Mixers)

Agitators berfungsi sebagai pembawa (hauling) adukan basah dari central mixing plant (type wet-mix) sesuai pasal 3.2. di atas ke lokasi pengecoran.

Agitators bisa berupa truck mixers yang beroperasi dengan kecepatan agitating dan truck agitators sendiri, dan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi ASTM C 94. Sebelum dipesan/dipergunakan transit mixers ini baik merk, type, maupun kapasitasnya harus disetujui oleh Ahli terlebih dahulu.

Transit mixer oleh pabrik pembuatnya harus sudah dicantumkan/ditempelkan papan logam yang memuat informasi tentang kapasitas drum, kecepatan drum, atau sirip-sirip pengaduk. Volume beton basah dalam drum yang dibawa pada transit mixers atau truck mixer tidak boleh lebih dari 80% total volume drum.

3.3.1. Concrete Pump (Pompa Beton)

Yaitu mesin pompa untuk memompa adukan beton basah dari truck mixer/agitators ke titik pengecoran apabila tidak bisa dijangkau oleh truck mixer tersebut. Merk, type maupun kapasitasnya harus disetujui oleh Ahli terlebih dahulu.

3.4. Concrete Finisher dan Peralatan Lainnya

Concrete finisher merupakan 1 (satu) set peralatan untuk pengecoran plat beton yang terdiri dari concrete train/concrete dischanger (spreader), finishing machine, vibrators, concrete sprayers, protection crane serta forms dan rel.

Sebelum dipesan/dipergunakan type concrete finisher beserta peralatan lainnya harus disetujui dahulu oleh Ahli. Adapaun salah satu type bisa dipergunakan seperti tersbut di bawah ini :

3.4.1. Concrete Train/Concrete Discharge/Spreader (Mesin Pengecor/Mesin

Pembagi Beton)

Adukan beton harus dicor dengan mempergunakan mesin/kereta pengecor (concrete train/discharge/spreader) yang dipasang di atas rel yang dipasang sejajar dengan arah pengecoran slab atau lean concrete.

Mesin pengecor ini harus diperlengkapi atau dibuat sedemikian rupa sehingga mudah distel menurut lebar slab beton yang akan dicor sesuai dengan gambar rencana. Arah

(33)

dan ketinggian dari adukan beton yang akan dicor pada mesin pengecor/pembagi beton harus selalu dikontrol, agar tetap terbagi rata selebar slab yang akan dicor.

3.4.2. Finishing Machine (Mesin Perata)

Alat finishing merupakan alat perata (screw roller) permukaan slab beton sekaligus menyelesaikan (finishing) permukaan slab beton sesuai dengan ketinggian/ketebalan slab sesuai dengan gambar rencana. Mesin perata ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah distel menurut lebar slab beton yang akan diratakan sesuai dengan ketinggian dan lebar dari gambar rencana.

Screw Roller yang meninggalkan jejak atau ketidakrataan permukaan yang sulit untuk diperbaiki, atau menghasilkan permukaan yang kasar akibat pembilasan air, atau cacat-cacat pada permukaan lainnya sehingga mesin perata/screw roller tersebut dipandang tidak mampu menghasilkan permukaan slab yang memuaskan, maka mesin tersebut tidak boleh dipergunakan.

Arah dan ketinggian dari screw roller pada mesin perata harus selalu dipelihara kedudukannya oleh Pemborong. Tarikan tali harus dipasang sejajar dengan titik-titik kontrol ketinggian dari permukaan slab seperti yang direncanakan, tetapi di samping itu juga secara otomatis sebagai alat pengontrol untuk mesin perata agar tebal slab yang disyaratkan selalu terpenuhi.

3.4.3. Vibrators

Sebelum gundukan adukan beton dari mesin discharger diratakan dengan mesin perata (finisher), Pemborong diharuskan melaksanakan pemadatan pertama dengan tongkat/jarum penggetar (needle vibrator). Penggetaran dengan tongkat penggetar ini harus dilaksanakan pada seluruh lebar slab sepanjang tuangan adukan baru. Untuk ini maka jumlah tongkat-tongkat penggetar harus cukup, yaitu 1 alat untuk lebar maksimum 2 meter dengan diameter 2” untuk penggetaran bagian tengah, serta 1 1/4" untuk bagian kiri dan kanan tepi slab.

Tidak dibenarkan menggetarkan/memadatkan beton pada satu tempat selama lebih dari 15 detik. Kemudian dibelakangnya adalah alat pemadat yang kedua, berupa papan penggetar (plater vibrator) yang sekaligus memadatkan dan meratakan kembali.

(34)

Alat penggetar dapat dipasang pada spreader/hopper atau finishing machine atau dapat pula dipasang pada carriage terpisah. Alat penggetar tidak boleh berhubungan dengan joint load transver device, sub-grade atau side forms. Frekuensi dari surface vibrator (plate vibrator) harus tidak kurang dari 3500 impulses per menit untuk vibrator biasa dan minimum 7000 impulses per menit untuk speed vibrator.

3.4.4. Concrete Sawing Machine atau Cutter (apabila diminta)

Concrete sawing machine atau cutter adalah alat untuk memotong slab beton untuk keperluan pembuatan alur joint (sambungan). Pemborong harus menyediakan peralatan ini sesuai dengan spesifikasi untuk joint filler yang disyaratkan. Pembuatan alur untuk joint yang dilakukan pada saat beton masih dalam keadaan plastis harus dipilih mesin pembuat alur dengan alat pemotong beton dari pisau (cutter). Dalam hal pembuatan alur tersebut dilakukan setelah beton berumur 10 – 18 jam (final setting), maka harus dipilih mesin gergaji pembuat alur (sawing machine). Untuk keperluan ini terlebih dahulu sebelum dipesan/dipergunakan Pemborong harus mengajukan persetujuan kepada Ahli, baik merk, type maupun dimensi alat potong yang disyaratkan pada kecepatan yang disyaratkan pula. Pemborong harus menyediakan sawing equipment dalam jumlah yang cukup dari unit dan power serta sebagai cadangan paling tidak satu cadangan peralatan tersebut dalam keadaan baik.

3.4.5. Brooming Machine

Brooming machine adalah alat penyapu untuk pembentukan permukaan dan segera pada saat slat beton masih dalam keadaan plastis (sebelum mencapai final setting, ASTM C 403). Peralatan tersebut harus dipasang pada sebuah kereta jembatan yang melangkahi seluruh lebar slab beton dan harus bisa digerakkan sepanjang seluruh lebar slab, juga sampai sedikit melewati tepi slab. Bentuk serta kekasaran permukaan slab yang dihasilkan oleh alat ini harus seperti yang telah ditentukan oleh Ahli/Direksi pada contoh atas percobaan yang dibuat sebelumnya.

3.4.6. Concrete Curing Membrane Sprayer

Peralatan ini digunakan untuk menyemprot bahan perawatan beton (concrete curing compound) setelah beton selesai dicor dan masih dalam keadaan plastis.

Pemborong harus menyediakan sprayer tersebut di lapangan sebelum pengecoran dimulai dalam jumlah yang cukup dan harus mampu mengadakan penyemprotan secara

(35)

merata ke seluruh permukaan beton dengan tanpa mengalami gangguan hembusan angin.

3.4.7. Protection Crane (Rolling Shelter)

Protection crane digunakan segera pada saat beton selesai dicor agar permukaan slab beton terlindung dari gangguan panas matahari langsung, serta hal-hal yang tidak diinginkan. Crane tersebut harus dipasang melintang melangkahi slab beton dan bisa bergerak di atas rel yang terletak di kedua tepi slab. Protection crane ini bergerak sejajar dengan arah pengecoran.

Pemborong harus menyediakan protection crane dalam jumlah yang cukup yang bisa melindungi slab selama beton masih dalam keadaan plastis (tidak boleh terganggu), yaitu minimal sampai umur slab tersebut melewati masa initial setting.

3.4.8. Forms (Bekisting) dan Rel

Forms (bekisting) untuk pengecoran slab harus terbuat dari bahan besi yang bisa menjamin kerataan permukaan serta ketebalan slab sesuai dengan gambar rencana. Dalam hal bekisting/cetakan untuk pipa beton Cakar Ayam, maka cetakan tersebut harus terbuat dari bahan besi yang kokoh, rapat, tidak mudah bocor, terjamin keamanannya serta bentuknya yang tetap. Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran sesuai dengan gambar rencana.

Rel untuk pengecoran slab harus ditopang oleh peralatan yang cukup kokoh untuk mendukung bekerjanya alat-alat pengecoran, seperti concrete train, finisher, tenda pelindung, dan sebagainya. Panjang bekisting dan rel yang dimiliki Pemborong sekurang-kurangnya 3 kali panjang rencana pengecoran perharinya.

3.5. Daftar Peralatan

Sebelum Pemborong memulai pekerjaan pelaksanaan konstruksi perkerasan sistem Cakar Ayam, maka minimum harus tersedia peralatan-peralatan standar sebagai berikut, dalam jumlah yang cukup dengan pekerjaan di lapangan.

Mengenai persyaratan dari masing-masing alat seperti disebutkan dala pasal 3. di atas.

Jenis peralatan :

(36)

2. Cetakan besi untuk pipa beton Cakar Ayam (tidak berlaku bagi pipa Cakar Ayam dari baja).

3. Transit mixer truck.

4. Concrete train/concrete discharger. 5. Needle vibrator.

6. Plate Vibrator.

7. Concrete finisher (screw roller atau jenis lainnya).

8. Brooming/grooving machine (alat pembentuk permukaan).

9. Mesin Cutter yang dilengkapi dengan vibrator untuk alur-alur dummy joint pada beton slab yang masih lunak atau setidak-tidaknya mesin gergaji beton (concrete sawing machine) untuk beton slab yang telah berumur lebih dari 10 jam (final setting) dan tidak boleh lebih dari 18 jam (kecuali tidak diisyaratkan adanya dummy joint).

10. Mesin cutter untuk memotong permukaan beton yang menonjol/bergelombang atau setidak-tidaknya mesin poles yang kuat untuk pekerjaan ini.

11. Bekisting besi dan rel.

12. Protection crane (tenda pelindung panas dan hujan) kecuali dengan cara lain atas persetujuan perencana.

13. Kelengkapan peralatan untuk perawatan beton (karung goni basah, truck tangki air, alat semprot curing compound, dan lain-lain).

4. PERSYARATAN PELAKSANAAN

4.1. Persyaratan Pengadukan

Volume beton yang diaduk pada batch mixing plant tidak boleh melebihi kapasitas nominal dalam kubikasi seperti yang dinyatakan dalam buku keterangan teknik yang dikeluarkan oleh pabriknya. Sedangkan waktu pengadukan beton tidak boleh dari 90 detik dan tidak boleh melebihi dari 120 detik untuk satu kali batch. Kemudian adukan beton ini harus dituang ke dalam truck pengangkut dengan cara sedemikian rupa seperti telah ditentukan pada pasal 3.3. di atas, sehingga segregasi atau tumpahannya mortar semen ataupun agregat bisa dicegah. Adukan beton harus dibuat dengan dengan tingkat kekentalan (slump) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam buku ini pada waktu diserahkan di tempat pengecoran.

Dalam hal akan menentukan tingkat kekentalan adukan beton pada waktu dituang dari mixer, Pemborong terlebih dahulu pada saat melaksanakan trial mix, juga ditentukan pengetesan slump loss, initial setting, dan pengetesan lainnya. Pemborong harus sudah

(37)

memperhitungkan, terutama yang berhubungan dengan lamanya pengangkutan, serta kemungkinan adanya gangguan/kerusakan alat-alat cor.

Pengecoran dengan cara menambah air atau bahan lainnya di luar spesifikasi, sama sekali tidak diperbolehkan, kecuali atas izin Ahli. Adukan Beton pada waktu akan dicor mempunyai nilai slump maupun temperatur di luar batas-batas yang ditetapkan dalam spesifikasi ini sama sekali tidak boleh dipergunakan dan harus segera dibuang ke tempat yang telah ditunjuk oleh Ahli.

4.2. Penakaran Bahan-bahan Beton

Penakaran fraksi-fraksi agregat serta semen harus dengan cara penimbangan. Alat penimbangan agregat dan semen serta alat pengukur air dan admixture harus ditera/kalibrasi terlebih dahulu oleh suatu badan resmi yang ditunjuk dengan disaksikan oleh Ahli atau wakilnya yang ditunjuk. Alat-alat penakar (penimbang dan pengukur) harus mempunyai ketepatan penakaran dengan batas-batas toleransi seperti berikut :

- semen PC

Semen PC harus ditimbang dengan alat penimbang tersendiri dalam mixing plant tersebut, baik dalam pengiriman semen PC berbentuk curah (bulk) maupun dalam kantong-kantong. Alat penimbang ini harus menimbang dengan ketepatan ± 2% berat dari jumlah semen PC yang akan dipergunakan.

- Agregat

Dalam penakaran agregat, Pemborong harus mengadakan koreksi berat tiap-tiap fraksi agregat sesuai dengan besarnya kandungan air atau kelembaban dalam agregat. Kandungan air atau kelembaban dalam agregat harus diukur setiap hari, atau bilamana ada perubahan cuaca yang dipandang perlu, terutama untuk agregat halus yang mempunyai daya absorbsi lebih besar daripada agregat kasar. Kandungan air atau kelembaban yang diukur dalam agregat halus harus diperhitungkan dalam koreksi berat dari agregat yang bersangkutan serta koreksi berat air sebelum pengadukan dimulai. Ketepatan penakaran tiap-tiap fraksi agregat harus dalam batas-batas toleransi ± 3% berat total agregat dan untuk seluruh agregat (agregat campuran) harus dalam batas-batas toleransi ± 2% dari jumlah total adukan.

- Air untuk adukan

Air untuk adukan harus ditakar dengan cara ditimbang atau dengan cara volume. Banyaknya air yang dimasukkan pada waktu pengadukan harus sudah

(38)

diperhitungkan/dikoreksi dengan banyaknya air (moisture content) yang dikandung dalam agregat. Penakaran air ini harus mempunyai ketepatan ± 2% dari jumlah total yang dipergunakan dalam pengadukan.

- Zat penambah (admixture/additive)

Admixture/additive harus ditambahkan bersamaan dengan air untuk adukan dan banyaknya diukur dengan sistem pengukur otomatis (dispenser) yang bisa menjamin dosis yang tepat seperti yang direncanakan.

4.3. Komposisi Campuran Adukan (Job-mix)

Komposisi campuran adukan beton (job-mix) yang akan dipergunakan harus sudah diajukan oleh Pemborong paling lambat 30 hari sebelum pekerjaan pengadukan beton dimulai, lengkap dengan laporan analisa dan hasil pengujian, untuk mendapatkan persetujuan dari Ahli. Hasil analisa komposisi campuran ini dimaksudkan untuk menentukan banyaknya tiap komponen bahan untuk membuat 1 (satu) meter kubik adukan untuk berbagai jenis beton.

4.3.1. Analisa Komposisi Campuran

Dalam membuat analisa komposisi campuran untuk setiap jenis beton yang akan dilaksanakan, Pemborong harus memperhatikan persyaratan-persyaratan seperti yang tercantum dalam daftar berikut ini :

Jenis Beton Type K 350 Type K 225 Type K 90

Konstruksi Slab Pipa CA Lantai Kerja

- Type semen

- Ukuran maximum agregat (D) mm - Kandungan semen PC min. (Kg/m3

beton)

- Kandungan semen PC max. (Kg/m3

beton)

- Water cement ratio ssd – aggregate - Slump (cm)

- Temperatur adukan saat dicor max. 350 (humadity min : 60, kecepatan angin max. 15 km/jam)

- Kubus (kg/cm2) (15x15x15) min. - Flexural strength (kg/cm2) min. - Cara pengadukan Type I atau IP 20 350 370 0,45 – 0,50 3 – 5 350C 350 50 Hanya dengan mixing

plant kecuali dalam keadaan khusus Type V atau IP 12,50 310 330 *) 0,40 -0,45 **) 0,55 – 0,65 *) 0 **) 5 – 10 - 225 - Dengan mixing plant

atau dengan beton molen lapangan Type I atau IP 25-20 200 210 0,70 – 1,00 3 – 8 - 90 - Dengan mixing plant

atau dengan beton molen lapangan

(39)

Keterangan : *) dengan mesin cetak **) dengan tenaga manusia

Catatan :

Dalam hal keadaan terpaksa dimana semen type V dan semen type IP sulit didapat, maka campuran beton pipa Cakar Ayam dapat diganti dengan type I, dengan syarat kendungan semen yang tertera dalam daftar di atas harus ditambah, sehingga kandungan semen type I menjadi minimum 350kg/m3 beton.

4.3.2. Komposisi Campuran Beton setelah Disetujui

Bilamana komposisi campuran beton (job-mix) sesudah diuji telah disetujui oleh Ahli, maka Pemborong harus mengikuti campuran ini dalam pekerjaan pembuatan konstruksi beton.

Bilamana berhubung adanya gangguan-gangguan penyediaan atau perubahan-perubahan jenis meterial yang akan dipergunakan, maka pekerjaan harus dihentikan dahulu dan penyiapan (analisa dan pengujian-pengujian) komposisi campuran yang baru sesuai dengan persyaratan teknis ini harus diulang lagi, sehingga mendapatkan komposisi campuran yang bisa disetujui oleh Ahli.

4.4. Pengecoran Lantai Kerja (Lean Concrete)

Pengecoran Lantai Kerja bisa dilaksanakan setelah Pemborong mengajukan izin tertulis dan telah disetujui/diizinkan oleh Ahli. Izin akan diberikan setelah persiapan-persiapan untuk pengecoran lantai kerja pada lokasi dimaksud telah memenuhi syarat.

Syarat-syarat yang dimaksud antala lain :

- Peil/ketinggian permukaan sub-base sesuai dengan rencana. *)

- Permukaan sub-base beberapa saat sebelum pengecoran lantai kerja mulai dibasahi dulu sampai kelihatan cukup jenuh air dan tidak menggenang.

- Pemasangan bekisting besi kiri-kanan sesuai ketebalan dan kemiringan rencana, jumlah dari bekisting dan kesiapan alat-alat lainnya yang akan dipergunakan.

- Dalam hal pengecoran lantai kerja dilakukan dahulu sebelum menyediakan penanaman pipa Cakar Ayam, maka Pemborong harus menyediakan bekisting berbentuk bulat dari besi yang ukurannya sedemikian rupa agar lubang-lubang yang dihasilkan sama dengan diameter tepi pipa-pipa Cakar Ayam yang akan ditanam.

Referensi

Dokumen terkait