• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KERJA PRAKTEK ANGGIE SUKMA DEWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN KERJA PRAKTEK ANGGIE SUKMA DEWI"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR UPT

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

DI BENGKULU

(Tinjauan Pelaksanaan Struktur dan Manjemen Konstruksi)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (S-1) pada Program Studi Teknik Sipil

Universitas Bengkulu

Disusun Oleh :

ANGGIE SUKMA DEWI

G1B013001

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR UPT

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

DI BENGKULU

(Tinjauan Pelaksanaan Struktur dan Manjemen Konstruksi) Disusun Oleh :

ANGGIE SUKMA DEWI G1B013001

Laporan kerja praktek ini telah diperiksa dan dinyatakan memenuhi persyaratan

Tanggal : April 2017

Disetujui Koordinator Lapangan

Yuliantoro

Site Manager

Dosen Pembimbing

Agustin Gunawan , S.T.,M. Eng . NIP . 197708052005011003

Diketahui

Ketua Program Studi Teknik Sipil

(3)

MOTTO

“Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian serta

orang-orang yang menuntut ilmu beberapa derajat” (Surat Al Mujadaah ayat 11)

“Bertakwalah pada Allah, maka Allah akan mengajarimu. Sesungguhnya

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (surat Al-Baqarah ayat 282)

“Allah mencintai orang yang giat dalam bekerja dan selalu memperbaiki prestasinya dalam bekerja”

(H.R. Tabrani )

“Barang siapa menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat Maka haruslah memiliki banyak ilmu”

(HR. Ibnu Asakir)

“Dunia ini terlalu luas untuk hidup yang singkat ini, jangan habiskan

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkanatas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT Badan Kepegawaian Negara di Bengkuluguna melengkapi syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bengkulu.

Penulisan laporan kerja praktek ini melibatkan banyak pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Drs. Boko Susilo, M.Kom., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bengkulu

2. Bapak Besperi,S.T.,M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Universitas Bengkulu sekaligus dosen penguji seminar kerja praktek.

3. Bapak Agustin Gunawan,S.T.,M.Eng. selaku dosen pembimbing kerja praktek yang telah memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan dalam penyusunan laporan kerja praktek Pembangunan Gedung Kantor UPT Badan Kepegawaian Negara di Bengkulu.

4. Ibu Ade Sri Wahyuni,S.T.,M.Eng.,Ph.D. selaku desen pembimbing akademik.

5. Ibu Anggi Nidya Sari,S.T.,M.eng.selaku dosen penguji seminar kerja praktek yang telah memberikan banyak saran dalam penyusunan laporan kerja praktek.

6. Ayah, ibu, dan adik tercinta, yang telah membantu baik doa, moral, dan materi dalam menjalani kuliah di Program Studi Teknik Sipil ini.

7. Bapak Yuliantoroselaku pembimbing lapangan kerja praktek Pembangunan Gedung Kantor UPT Badan Kepegawaian Negara di Bengkuluyang telah memberikan arahan dan banyak informasi kepada penulis selama pelaksanaan kerja praktek.

(5)

9. Para pekerja yang telah bersedia menjadi temandan membantu penulis dalam proses kerja praktek.

10. Mbak Yovika Sari dan Mbak Nani Suhastra, S.Pd selaku staf Program Studi Teknik Sipil Universitas Bengkulu yang banyak membantu dalam administrasi kerja praktek.

11. Ahmad Yani danImaduddin Azharyang telah bersama-sama menjalani kerja praktek bersama penulis.

12. Teman- teman Program Studi Teknik Sipil Universitas Bengkulu yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan laporan kerja praktek ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bengkulu, April 2017

(6)

DAFTAR ISI 1.3 Tempat dan Waktu Kerja Praktek 2 1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktek 2 1.5 Metode Pengumpulan Data 2

2.5.2 Hubungan masing-masing pihak secara organisasi 11 2.6 Waktu Kerja, Upah Kerja, Tenaga Kerja, Material, dan Peralatan

(7)

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA...25 3.1 Perencanaan Bangunan 25

3.2 Bagian Perencanaan 25

3.2.1 Perencanaan struktur bawah 25 3.2.2 Perencanaan struktur atas 26

3.3 Bagian-Bagian Bangunan (Struktur Bawah / Sub Structure) 26 3.3.1Tie beam 26

3.3.2 Pile cap 26

3.4 Bagian-Bagian Bangunan (Struktur Atas / Upper Structure) 27 3.4.1 Kolom 27

3.4.2 Balok 29 3.4.3 Plat lantai 29 3.4.4Ring balok 30

3.5 Tahapan Perencanaan Konstruksi 30

3.5.1 Pekerjaan bekisting (formwork) 30 3.5.2 Pekerjaan scaffolding 31

3.5.3 Pekerjaan pembesian 32 3.5.4 Pekerjaan beton 32 3.5.5 Perawatan (curing) 36 3.6 Manajemen Konstruksi 36

3.6.1 Tujuan manajemen konstruksi 37 3.6.2 Fungsi dan proses manajemen 37 3.7 Ruang Lingkup Manajemen Konstruksi 38 3.8 Sarana Manajemen 38

(8)

3.11 Kurva S (Schedule Curve) 42

3.12 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 43 3.12.1 Kecelakaan kerja 43

3.12.2 Peralatan standar K3 di proyek 44

BAB IVPELAKSANAAN PROYEK DAN PEMBAHASAN...47 4.1 Umum 47

4.2 Pekerjaan Konstruksi Struktur Kantor UPT BKN Bengkulu 47 4.2.1 Pekerjaan pile cap 47

4.2.2 Pekerjaan tie beam 53 4.2.3 Pekerjaan kolom 58

4.2.4Pekerjaan balok dan plat lantai 62 4.3 Sarana Manajemen 68

4.3.1 Material (Materials)69

4.3.2 Sumber daya manusia 69 4.3.3 Metode 70

4.3.4 Mesin 70 4.3.5 Uang71

4.3.6Waktu 72

4.4Pengawasan dan pengendalian kualitas material 72 4.5 Pengawasan dan Pengendalian Kuantitas 74

4.6Pengawasan dan pengendalian biaya 74 4.7 Analisis Time Schedule 75

4.8 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 75

BAB VPENUTUP...77 5.1 Kesimpulan 77

5.2 Saran 78

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lokasi Proyek pada Peta Kota Bengkulu...4

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Pemilik Proyek (Owner)...7

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Konsultan Perencana...8

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Konsultan Pengawas...9

Gambar 2.5 Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana...10

Gambar 2.6 Hubungan Organisasi Proyek...11

Gambar 2.19 Scaffolding (Alat Perancah)...19

Gambar 2.20 Bekisting Kayu...20

Gambar 2.21 Meteran...20

Gambar 2.22Teodolit Total Station (TS)...21

Gambar 2.23 Beton Decking...21

(10)

Gambar 2.30 Excavator...24

Gambar 3.1 Jenis Kolom Berdasarkan Bentuk dan Susunan Tulangan...28

Gambar 3.2 Siklus Manajemen Proyek...38

Gambar 3.3 Bagan Pola Penggunaan Sarana Manajemen...39

Gambar 3.4Personal Protective Equipment (PPE)...46

. Gambar 4.1 Pekerjaan PenulanganPile Cap...48

Gambar 4.2Hasil PengecoranPile Cap...48

Gambar 4.3 Penggalian Lubang Lokasi Pile Cap...49

Gambar 4.4 Penghancuran Tiang Pancang yang Tersisa...49

Gambar 4.5 Lantai Kerja Pile Cap...50

Gambar 4.6Proses Pembesian Pile Cap...51

Gambar 4.7 Hasil Bekisting Pile Cap...51

Gambar 4.8 Proses Pengecoran Pile Cap...52

Gambar 4.9 Hasil Pengecoran Pile Cap...52

Gambar 4.10 Alur Tie Beam...53

Gambar 4.11Lantai Kerja Tie Beam Sudah Siap...54

Gambar 4.12Proses Penulangan Tie Beam...55

Gambar 4.13 Hasil Penulangan Tie Beam...55

Gambar 4.14Bekisting Tie Beam Menggunakan Multiplek...56

Gambar 4.15 Penuangan Beton Ready Mix Menggunakan Talang...56

Gambar 4.16 Penuangan Beton Ready Mix Menggunakan Truk Pemompa...57

Gambar 4.17 Proses Pengecoran Tie Beam dan Pile Cap...57

Gambar 4.18 Penulangan Kolom...59

Gambar 4.19 Pabrikasi Penulangan Kolom...59

Gambar 4.20Bekisting Multiplek Kolom...60

Gambar 4.21Pengecoran Kolom Menggunakan Ember...61

Gambar 4.22 Pengecoran Kolom Menggunakan Concrete Pump...61

Gambar 4.23 Hasil Pengecoran Kolom...61

Gambar 4.24 Detail Penulangan Plat Lantai...63

Gambar 4.25 Pemasangan Scaffolding...64

(11)

Gambar 4.28Pekerjaan Pemasangan Tulangan Plat Lantai...66

Gambar 4.29 Penuangan Beton Ready Mix ke Concrete Pump...67

Gambar 4.30 Proses Pengecoran Balok dan Plat Lantai...67

Gambar 4.31 Proses Meratakan Pengecoran...67

Gambar 4.32 Perawatan Beton Balok dan Plat Lantai...68

Gambar 4.33 Tempat Penyimpanan Semen...72

Gambar 4.34 Tempat Penyimpanan Plafon...73

Gambar 4.35 Tempat Penyimpanan Besi Tulangan...73

Gambar 4.36 Tempat Penyimpanan Agregat...73

Gambar 4.37 Tempat Penyimpanan Bata...74

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Periode Minimum Bekisting Sebelum Pembongkaran...31

Tabel 4.1 Detail Tulangan Tie Beam...54

Tabel 4.2 Tulangan Kolom...58

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Lembar Asistensi

LAMPIRAN 2 Surat-Surat Kerja Praktek LAMPIRAN 3 Dokumentasi

LAMPIRAN 4 Daftar Hadir Kerja Praktek LAMPIRAN 5 Time Schedule

LAMPIRAN 6 Rencana Kerja dan Syarat (RKS)

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proyek

Pemerintahterus berusaha memperbaiki kinerja kepegawaian negara melalui peningkatan fasilitas pendukung.Badan kepegawaian negara yangdisingkat BKNadalah lembaga pemerintah non kementerianyang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen kepegawaian negara.

BKNregional Palembang selama ini melayani administrasi kepegawaian untuk Provinsi Bengkulu, Riau, Jambi dan Lubuk Linggau. Rencananya untuk provinsi Bengkulu dan Jambi akan mendirikan BKN regional yang berlokasi di kota Bengkulu, sehingga kepengurusan kepegawaian negara akan lebih cepat dan efisien.

Pembangunan gedung UPT BKN di Bengkulu dilakukan untuk memisahkan antara kantor UPT BKN di Palembang dengan kantor UPT BKN di Bengkulu. Kondisi gedung yang telah ada sudah tidak efektif untuk digunakan karena daya tampung kantor yang sudah ada tidak mencukupi dan jarak tempuh yang jauh. Hal ini dikarenakan meningkatnya jumlah pegawai negeri sipil setiap tahun, sedangkan kondisi gedung yang lama relatif kecil dan jauh.

Lokasi proyek pembangunan gedung kantor UPT BKN berada di kelurahan Pematang Gubernur kecamatan Muara Bangkahulu. Perencanaan kantor UPT BKN dilaksanakan PT. Saritama Purnama, pengawas dari PT. Sewun Indo Konsultan dan pelaksana PT. Abata Hasta Persada. Pembangunan UPT BKN terdiri 3 lantai dengan luas lantai gedung 1500 m2.

1.2 Tujuan Proyek

Tujuan dari Proyek Pembangunan Gedung UPT BKN di Bengkuluadalah : a. Memisahkan antara Kantor UPT BKN di Palembang dengan kantor UPT

BKN di Bengkulu.

(15)

1.3 Tempat dan Waktu Kerja Praktek

Lokasi kegiatan kerja praktek berada di Jalan W.R. Supratman, Kelurahan Pematang Gubernur Kecamatan Muara Bangkahulu, Bengkulu.Waktu pelaksanaan kerja praktek di mulai sejak tanggal 11 Oktober 2016 sampaitanggal 11 Januari 2016.

1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktek

Ruang lingkup kerja praktek pada Proyek Pembangunan Gedung UPT BKN di Bengkulumeliputi pekerjaanpile cap, tie beam, plat lantai, kolom, balokserta meninjau manajemen konstruksi proyek.

1.5Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dibutuhkan dalam pembuatan laporan ini diperoleh dari pengamatan secara langsung di lapangan dan menyesuaikannya dengan referensi literatur yang relevan. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

1.5.1 Pengumpulan data primer

Data primer berupa data yang diperoleh secara langsung dari pengamatan selama berada dilapangan. Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan melalui observasi, wawancara, dan diskusi. Pengumpulan data pada penulisan laporan kerja praktek ini dilakukan dengan cara:

a. Melakukan pengamatan secara langsung dilapangan selama 3 bulan.

b. Mengajukan pertanyaandengan pihak yang terlibat secara langsung untuk mendapatkan informasi mengenai Proyek Pembangunan Gedung UPT BKN di Bengkulu.

c. Mengambil gambar Pembangunan Gedung UPT BKN dilapangan selama kerja praktek berlangsung.

(16)

1.5.2 Pengumpulan data sekunder

Data sekunder berupadata pendukung yang dipakai dalam pembuatan laporan kerja praktek. Pengumpulan data sekunder yaitu dengan cara :

a. Meminta data yang dibutuhkan melalui PT. Abata Hasta Persada selaku kontraktor pelaksana. Data yang dibutuhkan meliputi time schedule, spesifikasi teknis pelaksanaan proyek dan gambar rencana kerja.

b. Menggunakan referensi berupa buku yang berkaitan dengan tinjauan yang dibahas sebagai pembanding antara teori dengan praktek di lapangan.

(17)

BAB II

TINJAUAN PROYEK

Tinjauan proyek mencakup keseluruhan yang terdapatdalamProyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkulu.Tinjauan ini menjelaskan mengenai lokasi, data umum proyek, struktur organisasi proyek, tenaga kerja, waktu, material, dan alat-alat yang digunakan selama proyek berlangsung.

2.1 Lokasi dan Situasi Proyek

Lokasi Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN berlokasi di Jalan W.R.Supratman, Kelurahan Pematang Gubernur Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu. Lokasinya yang berada di dalam kota membuat akses menuju lokasi menjadi mudah, baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Lokasi lahan proyek dapat dilihat pada Gambar2.1.

Sumber: Google map, 2016

(18)

2.2 Data Umum Proyek

a. Nama proyek : PembangunanGedung Kantor UPT BKN

b. Sumber dana : APBN 2016

c. Pemberi tugas : Badan Kepegawaian Negara (BKN)

d. Kontraktor pelaksana : PT. Abata Hasta Persada

e. Konsultan perencana : PT. Saritama Purnama

f. Konsultan MK : PT. Sewun Indo Konsultan

g. Nilai kontrak : Rp 7.000.000.000,- (Tujuh milyar rupiah)

h. Sistem pelelangan : Pelelangan Umum

i. Waktu pelaksanaan : 135hari kalender

Mulai : 29Juli 2016

Selesai : 10Desember 2016( Time Schedule )

: 16Januari 2017 (Adendum)

j. Jenis pekerjaan :Konstruksi bangunan

k. Lokasi pekerjaan

Propinsi :Bengkulu

Kabupaten/Kota : Kota Bengkulu

Alamat :JalanW.R. Supratman Kota Bengkulu

l. Kuantitas pekerjaan

Deskripsi proyek :Pembangunan Gedung Kantor UPT Badan Kepegawaian Negara

Luas total seluruh lantai : 1.500 m2

Fungsi : Gedung Kantor UPTBKN di Bengkulu

m. Material struktur beton : Beton bertulang mutu K-300 atau fc’= 25MPa untuk struktur plat lantai beton, tie beam, pile cap, balok, kolom beton dan pondasi bor pile. n. Material baja : Struktur baja digunakan pada pekerjaan struktur

atap. 2.3 Manfaat Proyek

Gedung Kantor UPT Badan Kepegawaian Negaradibangun untuk mempermudah pelayanan kepengurusan kepegawaian aparatur sipilagar lebih cepat dan efisien.

2.4 Lingkup Pekerjaan Proyek

(19)

a. Pekerjaan persiapan

b. Pekerjaan struktur bawah (sub structure)

1) Pekerjaan pile cap 2) Pekerjaan tie beam

c. Pekerjaan struktur atas (upper structure) 1) Pekerjaan kolom dengan kemampuan dan keahlianya masing-masing untuk mencapai suatu tujuan sesuai yang direncanakan. Dengan adanya organisasi kerja yang baik diharapkan akan memberikan hasil efisien, tepat waktu serta dengan kualitas tinggi.

Unsur-unsur tersebut adalah pemilik proyek, konsultan perencana, kontraktor pelaksana, dan konsultan pengawas. Setiap unsur pelaksana pembangunan mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan kedudukan serta kegiatan yang dilakukan. Pelaksanaan unsur-unsur ini saling berkaitan dan berhubungan mengikuti pola hubungan kerja yang telah ditetapkan.

2.5.1 Organisasi dan personil

Pihak-pihak yang memiliki peranan penting di dalam proses Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN adalah :

a. Pemilik Proyek

Pemilik proyekadalah pihak yang memiliki proyek.Pemilik Proyek ini adalah Badan Kepegawaian Negarayang juga sekaligus bertindak sebagai pemberi tugas.Struktur organisasi Pemilik proyek dapat dilihat padaGambar 2.2.Tugas dan tanggung jawab dari pemilik proyek antara lain :

1) Menyediakan sumber dana untuk biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek.

(20)

3) Memberikan semua instruksi kepada kontraktor melalui konsultan pengawas.

4) Memberhentikan sebagian atau seluruh pekerjaan apabila kontraktor melanggar ketentuan yang terdapat pada kontrak tanpa persetujuan owner.

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Ket: Hubungan Pemerintah Sumber: Badan Kepegawaian Negara, 2016

Gambar 2.2 Struktur organisasi pemilik proyek b. Konsultan Perencana

Konsultan perencana bertindak selaku perencana pekerjaan struktur, arsitektur, mekanikal, elektrikal dan interior dalam batas yang ditentukan. Pemilik Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkulu menunjuk PT. Saritama Purnama sebagai konsultan perencana. Struktur organisasi konsultan perencana dapat dilihat pada Gambar 2.3.Tugas dan tanggung jawab konsultan perencana antara lain :

1) Melakukan perencanaan struktural atas permintaan pemilik proyek secara keseluruhansesuai dengan ide, batas-batas teknis dan administrasi.

2) Bertanggung jawab atas seluruh perencanaan struktural yang dibuat, perhitungan konstruksi maupun EE (Engineering Estimate).

(21)

Ket: Hubungan Pemerintah

Sumber: PT. Saritama Purnama, 2016

Gambar 2.3 Struktur organisasi konsultan perencana c. Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas pembangunan gedung adalah orang yang dipilih oleh pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Pemilik proyek menunjuk PT. Sewun Indo Konsultan sebagai konsultas pengawas. Konsultan Pengawasbertindak sepenuhnya mewakili pemilik proyek dalam memimpin, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan.Struktur organisasi konsultan pengawas dapat dilihat pada Gambar 2.4. tugas dan tanggung jawab konsultan pengawasantara lain:

1) Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan.

2) Mengawasi pemakaian bahan, peralatan, metode pelaksanaan, ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan konstruksi.

3) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas, dan laju pencapaian volume/realisasi fisik.

4) Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawing) yang diajukan oleh kontraktor.

5) Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima pertama, mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan, dan menyusun laporan akhir pekerjaan pengawasan.

PT. SEWUN INDO KONSULTAN

8

Direktur Evi Komala Sari

Team leader

(22)

Ket: Hubungan Pemerintah Sumber : PT. Sewun Indo Konsultan, 2016

Gambar 2.4Struktur organisasi konsultan pengawas d. Kontraktor Pelaksana

Kontraktor pelaksana adalah pihak yang bertugas untuk melaksanakan pembangunan proyek yang dipilih melalui prosedur pelelangan.Kontraktor pelaksana melaksanakan semua pekerjaan yang telah diberikan kepadanya sesuai kesepakatan dengan pemilik proyek. Kontraktor pelaksana yang ditunjuk pemilik proyek pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkulu adalah PT. Abata Hasta Persada. Struktur organisasi kontraktor proyek dapat dilihat pada Gambar 2.5. Tugas dan tanggung jawab Kontraktor pelaksana antara lain:

1. Melaksanakan pekerjaan pembangunan sesuai dengan peraturan dan spesifikasi yang telah direncanakan dalam Kontrak Perjanjian Pemborongan.

2. Memberikan laporan kemajuan proyek meliputi laporan harian, mingguan, dan bulanan kepada pemilik proyek.

3. Menyediakan tenaga kerja, bahan, peralatan, dan alat-alat pendukung lainnya yang digunakan mengacu pada gambar dan spesifikasi serta memperhatikan waktu, biaya, kualitas, dan keamanaan pekerjaan.

4. Bertanggung jawab atas kegiatan pembangunan dan metode pelaksanaan pekerjaan dilapangan.

5. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal (schedule) yang telah disepakati

6. Kontraktor dapat meminta kepada pemilik proyek untuk memberikan perpanjangan waktu penyelesaian proyek dengan alasan yang sesuai dengan kenyataan yang menyebabkan perlunya tambahan waktu tersebut. 7. Mengganti semua kerusakan yang disebabkan oleh kecelakaan selama

(23)

PT. ABATA HASTA PERSADA

Ket: Hubungan Pemerintah Sumber : PT. Abata Hasta Persada, 2016

Gambar 2.5Struktur organisasi kontraktor pelaksana 2.5.2 Hubungan masing-masing pihak secara organisasi

(24)

Ket: : Hubungan teknis

: Hubungan koordinasi dan administrasi Sumber: Badan Kepegawaian Negara, 2016

Gambar 2.6Hubungan organisasi proyek

2.6 Waktu Kerja, Upah Kerja, Tenaga Kerja, Material, dan Peralatan 2.6.1 Waktu kerja

Waktu kerja adalah waktu yang telah ditetapkan untuk memulai atau mengakhiri suatu pekerjaan dalam satu hari kerja. Pembagian waktu kerja pada PembangunanGedung Kantor UPT BKN adalah :

a. Senin – Kamis : 08.00-17.00 WIB (12.00-13.00 istirahat) b. Jum’at : 08.00-17.00 WIB (11.30-13.30 istirahat) c. Sabtu – Minggu : 08.00-17.00 WIB (12.00-13.00 istirahat)

Waktu kerja 1 hari dihitung selama 8 jam kecuali pada hari jumat dan minggu yaitu selama 7,5 jam. Waktu kerja lembur dilakukan apabila pekerjaanakan segera diselesaikan atau melanjutkan pekerjaan yang tertunda untuk mencapai target. Batas waktu kerja lembur adalah jam 22.00 WIB.

2.6.2 Upah kerja

Upah kerja adalah imbalan berbentuk uang kepada seorang pekerja atas pekerjaan yang telah dilakukan. Gaji pekerja pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkulu dibayar setiap satu minggu sekali dan berdasarkan hari bekerja mulai dari hari Senin sampai Minggu.

Konsultan Perencana PT. Saritama Purnama

Pemilik Proyek (Owner) Badan Kepegawaian Negara

Konsultan Pengawas

(25)

2.6.3 Tenaga kerja

Tenaga kerja pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkulu berasal dariPulau Jawa. Proyek ini memperkerjakan lebih kurang 24 orang. Jumlah pekerja akan semakin banyak jika volume pekerjaan yang akan diselesaikan lebih besar dari pada sebelumnya. Tempat tinggal untuk tenaga kerja terletak di belakang lokasi proyek yang telah disediakan oleh kontraktor. Tenaga kerjaterdiri dari mandor,kepala tukang, tukang, dan pekerja.

Mandor bertugas memimpin dan mengatur kegiatan pekerja pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Mandor juga mengawasi kelancaran pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan target fisik, waktu dan mutu seperti yang telah direncanakan.

Tugas kepala tukang adalah memimpin tukang agar bisa memahami dan bekerja sesuai dengan arahan kontraktor pelaksana dan pengawas lapangan.Kepala tukang dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf tertentu.

2.6.4 Material

Material yangdigunakan harus sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan, baik yang menyangkut mutu bahan atau standar yang telah ditentukan karena dapat mempengaruhi kualitas dari suatu bangunan. Material yang digunakan dalam Proyek Pembangunan Gedung Kantor UPT BKNadalah sebagai berikut: a. Besi tulangan

Tulangan yang digunakan terdiri dari 2 macam, yaitu besi polos untuk pembesian sengkang dan besi ulir untuk tulangan utama pada struktur. Tulangan (Gambar 2.7) besi polos dan besi ulir digunakan sesuai dengan jenis pekerjaannya, antara lain :

1) Kolom menggunakan tulangan utama D16mm dan tulangan sengkang D10– 100mm untuk daerah tumpuan dan sengkang D10 - 150mm untuk daerah lapangan.

2) Balok menggunakan tulangan utama D19mm, sengkang D10–75 mmuntuk daerah tumpuan dan sengkang D10 - 100 mm untuk daerah lapangan. dan tulangan peminggang D13mm.

(26)

4) Plat lantai dengan tebal 120 mm menggunakan D10–150mm.

5) Pile cap untuk tulangan pokok bawah menggunakan D19–100mm dan tulangan pokok atas menggunakan D19–75mm.

Gambar 2.7Besi tulangan b. Air

Air yang digunakan untuk pembuatan adukan semen pada pekerjaan pemasangan dinding dan perawatan beton sitemixadalah air yang bersih, tidak menganduk minyak, bebas dari bahan organik, asam alkali, garam, dan kotoran lain dalam jumlah yang cukup besar yang dapat merusak beton dan besi tulangan.

c. Agregat halus

Agregat halus digunakan pada pembuatanadukan antara semen, pasir, dan air untuk pekerjaan pasangan dinding. Agregat halus(Gambar 2.8) juga digunakan untuklantai kerja padapile cap dan tie beam.Agregat halus yang digunakan berupa pasir yang berasal dari Kabupaten Rejang Lebong.

(27)

Agregat kasaryang digunakan adalah agregat yang keras, bersih, tidak berpori, tidak mengandung lumpur yang berlebih dan bahan lain yang merusak beton. Proyek ini menggunakan beton ready mix yang agregat kasarnya berasal dari Kota Argamakmur. Agregat kasar yang digunakan berupa split 10-20 dan

split 20-30. Pembuatan beton untuk kolom praktis menggunakan agregat kasar (Gambar 2.9) dari kabupaten Rejang Lebong dengan ukuran split 10-20.

Gambar 2.9 Agregat kasar e. Sirtu (Pasir bercampur batu)

Sirtu adalah campuran dari pasir dan batu. Sirtu berasal dari dua bagian yakni yang berukuran besar yang merupakan material dari batuan beku, metamorf dan sedimen, sedangkan yang berukuran halus terdiri dari pasir dan lempung. Sirtu (Gambar 2.10)digunakan sebagai bahan campuran untuk memadatkan komposisi tanah urugan pada area lantai dasar bangunan dan perkerasan jalan kerja.

(28)

Semen yang digunakan merupakan semen portlandkomposit (PCC). Pembuatan beton site mix menggunakan semen dengan merek Tiga Roda. Beton ready mix menggunakan semen portland komposit dengan merek Semen Padang. Semen (Gambar 2.11) disimpan dalamgudang agar terhindar dari basah dan tidak tercampur dengan bahan lain. Penimbunan semen maksimum 2 meter atau kurang lebih 10 tumpuk agar tidak terjadi pecah kantong semen bagian bawah.

Gambar 2.11Semen g. Styrobond

Styrobondmerupakan bahan tambahan untuk menambah gaya rekat beton dan plesteran. Styrobond(Gambar 2.12) digunakan pada sambungan pengecoran antara beton lama dan beton baru. Cara penggunaannya adalah mencampurkan styrobond, dan air dengan perbandingan 1:3 yang kemudian dituang ke permukaan beton lama yang sudah dalam keadaan lembab.

(29)

2.6.5 Peralatan

Pembangunan Gedung Kantor UPT Badan Kepegawaian Negara menggunakan beberapa peralatan yang sering digunakan pada pembangunan bangunan, sehingga pekerjaan bisa lebih baik dan efisien.

a. Truck mixer

Proses pengadukan bahan campuran beton ready mix menggunakan truck mixer. Beton ready mix berasal dari lokasi batching plantyang dipercayakan kepada Perusahaan Jaya Beton Persada. Kapasitas truck mixer(Gambar 2.13)yang digunakan sebesar 6 m3. Kecepatan putaran drum mixer selama pengangkutan adalah 8-12 putaran per menit. Drum mixer terus berputar selama pengangkutan agar beton tetap homogen dan beton tidak mengeras. Arah putaran drum mixer saat perjalanan menuju lokasi pengecoran berputar searah putaran jarum jam. Pada saat penuangan adukan beton ke cetakannya maka arah putaran drum mixerberlawanan arah jarum jam.

Gambar 2.13Truck mixer

b. Truck

Truck merupakan kendaraan yang berfungsi untuk mengangkut material bangunan ke lokasi proyek. Material bangunan yang diangkut menggunakan

truckseperti tanah, pasir, semen, kerikil, kayu, dan lain sebagainya dari

(30)

Gambar 2.14Truck

c. Concrete pump

Concrete pump adalah mesin yang digunakan untuk menyalurkan adukan beton segardari truk mixer ke lokasi pengecoran yang letaknya sulit dijangkau oleh truck mixer. Concrete pumpdilengkapi dengan pompa dan lengan untuk memompa campuran beton ready mix ke lokasi pengecoran. Pipa dan lengan ini dapat dipasang kombinasi secara vertikal dan horisontal. Pengecoran lantai yang lebih tinggi dari panjang lengan concrete pump, dapat dilakukan dengan menyambung pipa sehingga mencapai ketinggian dan posisi yang diinginkan.Concrete pump (Gambar 2.15) mempunyai kapasitas 10 s/d 100m3 per jam.

Gambar 2.15Concrete pump

d. Bar bender

(31)

Gambar 2.16Bar bender

e. Bar cutter

Bar cutter(Gambar 2.17)adalah alat yang digunakan untukmemotong besi tulangan. Pekerjaan akan mengalami kesulitan jika memotong tulangan secara manual, maka digunakan mesin pemotong agar proses pemotongan tulangan dapat dilakukan dengan cepat.

Gambar 2.17Bar cutter

f. Betonvibrator

Beton vibrator (Gambar 2.18) berfungsi untuk memadatkan beton pada saat pengecoran. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan kandungan udara yang terjebak dalam air campuran beton. Getaran yang dihasilkan oleh

(32)

Gambar 2.18Beton vibrator

g. Scaffolding (alat perancah)

Scaffolding (Gambar 2.19) adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk menyangga beban yang ada diatasnya, seperti manusia, balok dan plat lantai. Perancah yang digunakanpada proyek ini adalah perancah

frame.Fungsinya adalah untuk menyediakan tatakan elevasi yang mampu menahan suatu beban tertentu.

Gambar 2.19 Scaffolding(alat perancah) h. Bekisting

(33)

Gambar 2.20 Bekisting kayu i. Rol meteran

Rol meteran digunakan untuk mengukur dan mengecek ukuran dilapangan yang disesuaikan dengan gambar rencana. Meteran (Gambar 2.21) digunakan untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi suatu pekerjaan.

Gambar 2.21Meteran j. Teodolit Total Station (TS)

Teodolit total station merupakan alat yang digunakan untuk menentukan sudut mendatar dan sudut tegak.Teodolit sering digunakan dalam pengukuran

(34)

Gambar 2.22Teodolit Total Station (TS) k. Beton decking

Beton decking(Gambar 2.23) adalah beton yang terbuat dari campuran semen, pasir, dan air. Beton deckingbefungsiuntuk menjaga tebal selimut beton. Tebal beton deckinguntuk pile cap adalah 5 cm. Tebalbeton decking untuk balok dan kolom adalah 5 cm, sedangkan plat lantai memiliki ketebalan beton

decking sebesar 2,5 cm.

Gambar 2.23Beton decking

l. Besi S

(35)

Gambar 2.24Besi S m. Sendok semen dan ruskam

Sendok semen(Gambar 2.25) berfungsi untuk mengambil mortar dan meratakan permukaanbeton yang telah dikerjakan.Ruskam(Gambar 2.26) berfungsi untuk menghaluskan permukaan beton secara merata.

Gambar 2.25Sendok semen

Gambar 2.26 Ruskam

(36)

Gerobak dorong berfungsi untuk membantu mengangkut material, sehingga pekerjaan bisa lebih ringan. Pengangkutan pasir, batu dan adukan beton juga menggunakan gerobak dorong(Gambar 2.27) sebagai alat angkutnya.

Gambar 2.27Gerobak dorong o. Unting-unting

Unting-untingmerupakan alat yang digunakan untuk meluruskan pasangan bekisting kolom antara bagian atas dan bawah bekisting kolom. Unting-unting digunakan agar kolom yang dibuat tidak miring dan sesuai dengan yang direncanakan. Unting-unting(Gambar 2.28)dipasang pada setiap sisi-sisi kolom, sehingga setiap sisinya bisa tegak lurus dan sesuai dengan ukuran kolom.

Gambar 2.28Unting-unting p. Kawat bendrat

(37)

pada tulangan kolom, balok, plat lantai, tie beam dan pile cap sehingga membentuk suatu rangkaian elemen struktur yang siap dicor.

Gambar 2.29Kawat bendrat q. Excavator

Excavator adalah salah satu alat berat yang digunakan dalam pembangunan Gedung Kantor UPT BKN di Bengkulu. Fungsiexcavator(Gambar 2.30)adalah menggali tanah, memindahkan volume

tanah untuk membuat urugan lantai dasar serta untuk membuat jalur mobilitas di dalam lokasi proyek.

(38)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Perencanaan Bangunan

Secara umum definisi perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen proyek yang mencoba meletakan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala program teknis dan administrastif agar dapat diimplementasikan (Husen, 2010).

Tujuan perencanaan struktur adalah melakukan usaha untuk memenuhi persyaratan spesifikasiproyek yang ditentukan dalam batasan biaya, mutu dan waktu ditambah dengan terjaminnya faktor keselamatan (Husen, 2010). Suatu struktur disebut stabil bila tidak mudah terguling, miring, atau tergeser, selama umur bangunan yang direncanakan ( SNI 03-1729-2002 ).

Perencanaan merupakan suatu tindakan pengambilan keputusan data, informasi, asumsi atau fakta kegiatan yang dipilih dan akan dilakukan pada masa mendatang. Bentuk tindakan tersebut antara lain:

a. Menetapkan tujuan dan sasaran usaha

b. Menyusun rencana induk jagka panjang dan pendek c. Menyumbang strategi dan prosedur operasi

d. Menyiapkan pendanaan serta standar kualitas yang diharapkan.

Manfaat dari fungsi perencanaan di atas adalah sebagai alat pengawas maupun pengendalian kegiatan atau pedoman pelaksanaan kegiatan, serta sarana untuk memilih dan menetapkan kegiatan yang diperlukan (Widiasanti, 2013).

Bagian dari struktur yang direncanakan dan memerlukan penanganan meliputi dimensi, jumlah, dan jenis material struktur yang akan dibangun. Perencanaan struktur bangunan terdiri dari dua bagian utama yaitu struktur bawah (sub structure) dan struktur atas (upper structure).

3.2 Bagian Perencanaan

3.2.1 Perencanaan struktur bawah(Sub structure)

(39)

optimal, sehingga beban seluruh struktur dapat ditahan oleh lapisan tanah yang kuat agar tidak terjadi penurunan diatas batas ketentuan, yang dapat menyebabkan kehancuran atau kegagalan struktur (Kirun, 2013).

Menurut Puspantoro (1996) struktur bawah adalah bagian bangunan yang berada dibawah permukaan tanah, khususnya pondasi. Pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban bangunan ke tanah atau batuan yang berada dibawahnya (Hardiyatmo, 1996).

3.2.2 Perencanaan struktur atas(Upper structure)

Struktur atas adalah bagian struktur yang berkaitan langsung dengan fungsi bangunan dan berhubungan langsung dengan ruang aktivitas pengguna (Budiutomo, 2013).Struktur bangunan atas harus mewujudkan perancangan arsitektur sekaligus menjamin segi keamanan dan kenyamanan. Bahan-bahan yang digunakan dalam bangunan ini mempunyai kriteria perancangan, antara lain(Budiutomo, 2013):

a. Kuat. b. Tahan api.

c. Awet untuk pemakaian jangka waktu yang lama. d. Mudah didapat dan dibentuk.

e. Ekonomis (mudah pemeliharaannya).

3.3 Bagian-Bagian Bangunan (Struktur Bawah / Sub Structure)

3.3.1Tie beam

Tie beam adalah balok yang terletak atau bertumpu pada pemukaan tanah.Tie beam sebagai balok pengikat biasanya digunakan untuk menghubungkan antara pile cap satu dengan pile cap yang lainnya. Tie beam juga berfungsi untuk menopang slab atau plat lantai yang berhubungan langsung dengan permukaan tanah (Ahadi, 2009).

3.3.2 Pile cap

(40)

Fungsi dari pile cap adalah untuk menerima beban dari kolom yang kemudian akan terus disebarkan ke tiang pancang dimana masing-masing pile menerima 1/N dari beban oleh kolom dan harus ≤ daya dukung yang diijinkan (Y ton) (N= jumlah kelompok pile). Jadi beban maksimum yang bisa diterima oleh pile cap dari suatu kolom adalah sebesar N x (Y ton).

Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom, pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan bentuk segitiga dan persegi panjang. Jumlah kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas beban yang akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang mengikat 2 dan 4 buah pondasi yang diikat menjadi satu (Kirun, 2013).

3.4 Bagian-Bagian Bangunan (Struktur Atas / Upper Structure)

3.4.1 Kolom

Kolom adalah komponen struktur yang bertugas menyangga beban aksial vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil (SNI-03-2847-2002). Sebuah kolom adalah suatu komponen struktur yang diberi beban tekan sentris atau beban tekan eksentris (Gideon, 1993).Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang memikul beban dari balok.Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ketanah melalui fondasi (Nawy, 1998).

Kolom dapat dikategorikan berdasarkan panjangnya.Kolom pendek adalah kolom yang kegagalannya berupa kegagalan material.Kolom panjang adalah kolom yang kegagalannya ditentukan oleh tekuk (buckling) (Schodek, 1991).

Kolom dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan susunan tulangannya, posisi beban pada penampangnya dan panjang kolom dalam hubungannya dengan dimensi lateralnya (Nawy, 1998).

(41)

a. Kolom segi empat atau bujur sangkar dengan tulangan memanjang dan sengkang. (Gambar 3.1 (a)).

b. Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang atau spiral. (Gambar 3.1 (b)).

c. Kolom komposit terdiri atas beton dan profil baja struktural didalamnya. Profil baja biasanya diletakkan didalam selubung tulangan biasa. (Gambar 3.1 (c)).

Sumber: Nawy, 1998

Gambar 3.1Jenis Kolom Berdasarkan Bentuk dan Susunan Tulangan (a) KolomBersengkang; (b) Kolom Berspiral; (c) Kolom Komposit.

Persyaratandetail penulangan kolom pengikat sengkang lateral menurutSK SNI T-15-1991-03 yaitu sebagai berikut:

a. Penulangan pokok memanjang kolom berpengikat sengkang berbentuk segi empat atau lingkaran terdiri dari 4 batang (pasal 3.3.9).

b. Jarak bersih antarabatang tulangan pokok memanjang kolom pengikat sengkang atau spiral tidak boleh kurang dari 1,5 db atau 40 mm (pasal 3.16.6). c. Tebal minimum selimut beton pelindung tulangan pokok memanjang untuk

beton berpengikat sengkang tidak boleh kurang dari 40 mm (pasal 3.16.7). d. Semua batang tulangan non pratekan harus dilingkupi dengan sengkang dan

kait ikat lateral paling sedikit ukuran D-10 (pasal 3.16.7). 3.4.2 Balok

(42)

pengekang dari struktur kolom. Balok dalam perencanaannya dapat mempunyai bermacam-macam ukuran atau dimensi sesuai dengan jenis beban yang akan dipikul oleh balok tersebut.

Balok didefinisikan sebagai elemen struktural untuk menerima gaya-gaya yang bekerja dalam arah transversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadinya momen lentur dan gaya geser sepanjang bentangnya. Balok merupakan elemen struktural yang menyalurkan beban-beban dari plat lantai ke kolom penyangga vertikal. Dua hal utama yang dialami oleh balok ialah tekan dan tarik, yang antara lain karena adanya pengaruh lentur ataupun gaya lateral (Dipohusodo, 1999).

3.4.3 Plat lantai

Plat lantai adalah elemen tipis yang didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Plat lantai direncanakan mampu menahan beban mati dan beban hidup pada waktu pelaksanaan konstruksi gedung dioperasikan (Schodek, 1991). Plat lantai yang direncanakan harus kaku, rata, lurus, dan mempunyai ketinggian yang sama.Fungsi plat lantai yaitu (Murdock dkk., 1999):

a. Memisahkan ruang bawah dan atas. b. Menahan beban yang bekerja padanya. c. Menyalurkan beban ke balok di bawahnya.

d. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah. e. Meredam suara dari ruang atas atau dari ruang bawah.

Plat yang berdefleksi secara dominan dalam satu arah disebut plat satu arah (dy/dx>2), sedangkan plat yang berdefleksi dalam dua arah yang dipikul oleh kolom yang disusun berbaris disebut plat dua arah (dy/dx≤2) (McCormac, 2000).

Plat satu arah adalah suatu lantai beton bertulang struktural yang angka perbandingannya antara bentang yang panjang dengan bentang yang pendek sama atau lebih besar dari 2,0. Jika perbandingan ini kurang dari 2,0 plat ini menjadi plat dua arah (Nawy, 1998).

(43)

Ring balok adalah bagian dari struktur bangunan seperti balok yang terletak diatas dinding bata, yang berfungsi sebagai pengikat pasangan bata dan juga untuk meratakan beban dari struktur yang berada diatasnya, seperti beban yang diterima oleh kuda-kuda (Denawi, 2008). Menurut Denawi (2008) ring balok adalah suatu struktur bangunan berbentuk balok yang berfungsi untuk menahan dan menopang beban atap (langit-langit dan kuda-kuda) dan memindahkan ke struktur bawahnya.

3.5Tahapan Perencanaan Konstruksi

3.5.1 Pekerjaan bekisting (formwork)

Bekisting diperlukan agar dapat menghasilkan beton dengan ukuran dan kualitas permukaan yang dikehendaki.Bekisting berfungsi mendukung beban dari campuran beton sampai beban bisa didukung oleh struktur beton itu sendiri (McComac, 2000).Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bekisting yaitu (Antoni, 2007):

a. Bekisting harus kaku

Kekakuan bekisting diperlukan karena bekisting harus menahan beban yang besar berupa tekanan dan getaran pada saat pengecoran.

b. Bekisting harus kuat

Bekisting harus mampu menahan beban para pekerja, berat sendiri, berat alat, dan beban beton sebelum mencapai umur rencana,

c. Bekisting harus kedap air

Bekisting harus kedap terhadap air. Bekisting yang tidak kedap air akan menyebabkan adanya penyerapan air yang akan mengurangi faktor air semen. d. Bekisting harus bersih

Bekisting harus dibersihkan dari kotoran-kotoran. Kotoran-kotoran yang menempel dapat mengurangi mutu beton apabila tidak dibersihkan.

e. Bekisting harus mudah dibongkar

Bekisting harus mudah dibongkar setelah beton mencapai umur, sehingga tidak merusak mutu beton yang pada saat pembongkaran bekisting.

Bekisting dapatdibongkar apabila beton sudah mengeras dan mampun unuk menahan beban diatasnya. Syarat-syarat dapat dilakukan pembongkaran bekisting, yaitu (Antoni, 2007):

(44)

Persyaratan konstruksi yaitu pada saat pembongkaran bekisting, momen yang terjadi harus sama dengan momen yang direncanakan, pada plat lantai pembongkaran scaffolding dimulai dari tengah.

b. Persyaratan waktu

Persyaratan waktu yang telah ditetapkan untuk pembongkaran bekisting, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1Periode minimum bekisting sebelum p

embongkaran

Jenis Bekisting Periode minimum sebelumbekisting di bongkar Bekisting vertikal untuk kolom, dinding,

dan balok-balok besar 24 jam

Dasar pada bekisting plat dengan

penumpu ditinggalkan 3 hari

Dasar pada bekisting untuk balok dengan

penumpu ditinggalkan 3 hari

Penumpu pada plat 10 hari

Penumpu pada balok 14 hari

Penumpu pada balok dan plat kantilever 17 hari Sumber : Antoni, 2007

3.5.2 Pekerjaan scaffolding

Scaffolding merupakan alat penyanggah yang berupa rangka batang (frame) yang berbentuk pipa baja bulat, penggunaan alat ini sangat efesien dan dapat menghemat ruang yang banyak bila dibandingkan dengan perancah dari kayu (Antoni, 2007). Scaffolding dalam pemasangan maupun pembongkarannya lebih cepat, mudah, dan alat ini dapat dipakai berulang kali.Antoni (2007) menyatakan bahwa, prinsip dasarScaffolding yaitu:

a. Kuat

b. Awet

c. Mudah dibongkar pasang (praktis)

d. Pemasangan joint pen antar main frame rata

e. Mudah dikontrol

f. Jika terlalu tinggi harus cross brace g. Hindari terjadi melendut/melengkung

h. Rapi dan teratur

(45)

beban sendiri. Scaffolding mempunyai batas kekuatan tertentu, sehingga perlu dilakukan perhitungan terhadap jumlah alat yang dipakai (Nawy, 1998).

3.5.3 Pekerjaan pembesian

Beton kuat terhadap tekan, tetapi lemah terhadap tarik. Oleh karena itu, perlu tulangan untuk menahan gaya tarik untuk memikul beban yang bekerja pada beton (Nawy, 1998).

Pekerjaan pembesian adalah pembuatan rangka baja tulangan pada suatu konstruksi beton bertulang.Perhitungan pekerjaan ini dilakukan dengan cermat dan teliti serta diusahakan pemakaian bahan yang seefisien mungkin. Mengenai jumlah, panjang dan diameter tulangan harus benar-benar diperhatikan karena bila terjadi kesalahan akan sulit memperbaikinya (Nawy,1998).

Pekerjaan pembesian harus disesuaikan dengan spesifikasi yang telah ditentukan baik jenis, mutu maupun dimensi tulangannya. Pekerjaan pembesian diatur sedemikian rupa sehingga tebal selimut yang diperlukan serta jarak bersih antar tulangan dalam beton sesuai dengan perencanaan. Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan pembesian yaitu (Nawy,1998) :

a. Alat pemotong tulangan (Bar cutter), b. Alat pembengkok tulangan (Bar bender), c. Alat pendukung lain.

3.5.4 Pekerjaan beton

Kekuatan beton berpengaruh dalam menahan gaya tekan, sehingga perencanaan campuran beton yang harus dilakukan dengan matang. Antoni (2007) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah material penyusun beton, cara pembuatan, cara perawatan, dan kondisi tes.

a. Syarat-Syarat Komposisi Campuran Beton

Menurut SNI 03-2847-2002, proporsi material untuk campuran beton harus ditentukan untuk menghasilkan sifat-sifat:

(46)

2) Tahanterhadap pengaruh lingkungan, seperti pengaruh kondisi lingkungan yang mengandung sulfat, air, dan klorida yang mengandung garam.

3) Untuk setiap campuran beton yang berbeda, baik dari spek material yang digunakan atau proporsi campurannya, harus dilakukan pengujian.

4) Proporsi beton, rasio air semen di tetapkan sesuai ketentuan 3 tahap dasar: yaitu:

a. Penetapan deviasi standar.

b. Penetapan kuat rata-rata yang disyaratkan.

c. Pemilihan proporsi campuran disyaratkan untuk menghasilkan kuat rata-rata tersebut, baik dengan prosedur campuran coba-coba konvensional atau dengan catatan pengalaman sesuai. terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan. Cara penyimpanan semen dapat dilakukan sebagai berikut:

a) Semen harus disimpan pada tempat yang kering, tidak langsung di atas tanah yang lembab dan berada di ruangan yang beratap baik, agar terlindung dari air hujan.

b) Saat penyimpanan, semen harus ditumpuk sebaiknya tidak lebih dari2 m (maksimal 10 zak). Hal ini untuk menghindari rusaknya semen yang berada pada tumpukan yang paling bawah akibat beban berat dalam waktu yang cukup lama sebelum digunakan sebagai bahan bangunan. c) Penimbunan semen dalam waktu yang lama juga akan mempengaruhi

mutu semen, maka diperlukan adanya pengaturan penggunaan semen secara teliti.

2) Agregat Halus

(47)

pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5 mm.Menurut SNI 02-6820-2002 , agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,75 mm.

3) Agregat Kasar

Agregat kasar menurut SK SNI T 15-1991-03adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm sampai dengan 40 mm.Menurut Gideon (1993),batu pecah (kricak) adalah agregat kasar yang diperoleh dari batu alam yang dipecah, berukuran 5-70 mm. Panggilingan/pemecahan biasanya dilakukan dengan mesin pemecah batu (Jaw breaker/ crusher).Menurut ukurannya, krikil/kricak dapat dibedakan atas :

a. Ukuran butir : 5 - 10 mm disebut krikil/kricak halus, b. Ukuran butir : 10-20 mm disebut krikil/kricak sedang, c. Ukuran butir : 20-40 mm disebut krikil/kricak kasar, d. Ukuran butir : 40-70 mm disebut krikil/kricak kasar sekali.

e. Ukuran butir >70 mm digunakan untuk konstruksi beton siklop (cyclopen concreten).

4) Air

Air yang akan digunakan untuk membuat suatu adukan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Syarat-syarat air yang boleh digunakan sebagai campuran beton menurut SNI 03-2847-2002 adalah sebagai berikut: 1. Air yang digunakan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak

yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.

2. Air pecampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di dalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.

c. Pengadukan

Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai cara penuangan beton agar tidak terjadi segregasi adalah (Nawy,1998):

(48)

2) Pengecoran kolom dan dinding penuangan dilakukan melalui pipa penghantar (tremie) sampai di bawah kolom. Bila penuangan dilakukan dari atas dengan ketinggian penuangan mencapai 3–4 m, beton yang dituang akan menumbuk tulangan dan bagian dasar, sehingga terjadi segregasi (pemisahan agregat dari beton sehingga terjadi penumpukan agregat di bagian bawah kolom).

3) Pengecoran yang tidak menggunakan tremie, pengecoran dilakukan melalui bukaan di dinding bekisting bagian bawah untuk mengurangi tinggi jatuh penuangan.

4) Pekerjaan saat pengecoran pelat lantai dan balok,penuangan sebaiknya dilakukan berlawanan terhadap arah pengecoran atau menghadap beton yang telah dituang.

5) Beton yang dituang harus menyebar, tidak boleh ditimbun pada suatu tempat tertentu dan dibiarkan mengalir ke dalam bekisting.

6) Arah penuangan adukan pada permukaan yang miring harus dilakukan dari bawah ke atas, sehingga kepadatan bertambah sejalan dengan bertambahnya berat adukan beton yang baru ditambahkan.

d. Pemadatan

Pemadatan beton pada pelaksanaan merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam menentukan kekuatan dan ketahanan beton. Pemadatan beton harus dilakukan segera setelah beton dituang, dan sebelum terjadi waktu

setting awal dari beton segar (Antoni, 2007). Pengerjaan beton dengan kapasitas kecil, alat pemadat dapat berupa potongan kayu atau besi tulangan.Pengecoran dengan kapasitas lebih besar dari 10 m3, digunakan alat pemadat yang dikenal vibrator.

Tujuan pemadatan beton segar adalah untuk menghilangkan rongga-rongga udara sehingga dapat mencapai kepadatanmaksimal.Hal-hal yang perlu diperhatikan saat dilakukan pemadatan adalah (Antoni, 2007):

1) Pemadatan dilakukan sebelum waktu setting, biasanya antara 1 sampai 4 jam bergantung apakah ada pemakaian admixture.

2) Alat pemadat tidak boleh bergetar mengenai pembesian, karena akan menghilangkan atau melepaskan kuat lekat antara besi dengan beton yang baru dicor.

(49)

agregat di bagian bawah. Hal ini dapat menimbulkan permukaan kasar (honey comb) di bagian bawah, dan beton yang lemah di dekat permukaan karena hanya terdiri dari pasta semen.

4) Pengecoran yang mempunyai bagian sangat tebal atau pengecoran massal, penuangan dan pemadatan dilakukan berlapis-lapis. Tebal setiap lapisan tidak boleh lebih dari 500 mm.

3.5.5 Perawatan (curing)

Perawatan beton ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan agar proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan menjadi keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal 7 (tujuh) hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat (Mulyono, 2004).

3.6Manajemen Konstruksi

Manajemen konstruksi adalah ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasiyang terdiri dari atas kegiatan perencanaan,pengorganisasian, pelaksanan dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien (Husen, 2010).

(50)

Pencapaian ini harus dilakukan dengan pelaksanaan pengawasan mutu (quality control), pengawasan waktu pelaksanaan (time control), dan pengawasan penggunaan biaya (cost control).Ketiga kegiatan pengawasan ini harus dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan.Penyimpangan yang terjadi dari salah satu hasil kegiatan pengawasan dapat berakibat hasil pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan (Djojowirono, 2001).

3.6.2 Fungsi dan proses manajemen

Widiasanti dan Lenggogeni (2013) menyatakan bahwa manajemen memiliki fungsi-fungsi sebagai fungsi beikut:

a. Perencanaan yaitu tindakan pengambilan keputusan yang mengandung data informasi, asumsi maupun fakta kegiatan yang akan dipilih dan akan dilakukan pada masa mendatang.

b. Pengorganisasian yaitu tindakan guna mempersatukan kumpulan kegiatan manusia, yang mempunyai pekerjaan masing-masing, saling berhubungan satu sama lain dengan tata cara tertentu.

c. Pelaksanaan adalah menggerakkan orang yang tergabung dalam organisasi agar melakukan kegiatan yang telah ditetapkan di dalam planning.

d. Pengendalian adalah usaha yang tersistematis dari perusahaan untuk mencapai tujuannya dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan membuat tindakan yang tepat untuk mengoreksi perbedaan yang penting.

3.7Ruang Lingkup Manajemen Konstruksi

Manajemen pada dasarnya mencakup suatu metode/teknik atau proses untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara sistematik dan efektif. Caranya melalui tindakan-tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengendalian (controlling) dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara efisien (Widiasanti dan Lenggogeni, 2013).

Perencanaan

(51)

Sumber : Djojowirono, 2001

Gambar 3.2Siklus Manajemen Proyek 3.8 Sarana Manajemen

Sarana manajemen merupakan alat yang digunakan untuk menjalankan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan.Sumber yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam manajemen berupa unsur dasar atau sarana/alat yang meliputi manusia, bahan, mesin, metode, uang, dan waktu (Djojowirono, 2001).Sumber tersebut dikenal dengan singkatan 5 M + T.Pola menggunakan sarana manajemen dalam pencapaian tujuan/sasaran, dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Sumber : Djojowirono, 2001

Gambar 3.3Bagan Pola Penggunaan Sarana Manajemen 3.8.1 Sumber daya manusia

Sumber daya manusia yang ada pada suatu proyek dapat dikategorikan sebagai tenaga kerja tetap dan tenaga tidak tetap.Tenaga kerja/karyawan yang berstatus tetap biasanya dikelola perusahaan dengan pembayaran gaji tetap setiap

(52)

bulannya dan diberi beberapa fasilitas lain dalam rangka memelihara produktivitas kerja karyawan serta rasa kebersamaan dan rasa memiliki perusahaan. Adanya tenaga kerja tidak tetap dimaksudkan agar perusahaan tidak terbebani oleh pembayaran gaji tiap bulan bila proyek tidak ada atau jumlah kebutuhan tenaga kerja pada saat tertentu dalam suatu proyek dapat disesuaikan dengan jumlah yang seharusnya (Husen, 2010).

3.8.2 Material (Materials)

Untuk proyek manufaktur, ketepatan waktu ataupun kesesuaian jumlah yang diinginkan sangat mempengaruhi jadwal lainnya.Tanpa material tidak akan tercapai hasil yang diinginkan dan dikehendaki. Ketepatan waktu atau dikenal pula istilah Juts in Time adalah dimana pemesanan, pengiriman serta ketersediaan material saat dilokasi sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Istilah ini mungkin lebih tepat digunakan pada pekerjaan beton dimana pengiriman material dari batchingplant ke proyek sering menemui kendala waktu.Kebutuhan material biasanya disediakan oleh pemasok yang hubungan kontraknya berlangsung dengan kontraktor pelaksana dan telah disetujui oleh pemilik proyek melalui wakilnya (Husen, 2010).

3.8.3 Mesin(Machine)

Dalam penentuan alokasi sumber daya peralatan yang akan digunakan dalam suatu proyek, kondisi kerja serta kondisi peralatan perlu diidentifikasikan dahulu. Tujuannya agar tingkat kebutuhan pemakaian dapat direncanakan secara efektif dan efisien. Beberapa hal yang perlu diidentifikasikan adalah (Husen, 2010):

a. Medan kerja, identifikasi ini untuk menentukan kondisi medan kerja dari tingkat mudah, sedang, atau berat.

b. Cuaca, identifikasi ini perlu dilakukan khususnya pada proyek dengan keadaan lahan terbuka.

c. Mobilisasi peralatan ke lokasi proyek perlu direncanakan dengan detail, khususnya untuk peralatan-peralatan berat.

(53)

e. Fungsi peralatan harus sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan untuk menghindari tingkat pemakaian yang tidak efektif dan efisien.

f. Kondisi peralatan harus layak pakai agar pekerjaan tidak tertunda karena peralatan rusak.

3.8.4 Metode(Methods)

Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan. Metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipunmetode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan.Peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.

3.8.5 Uang(Money)

Keuangan proyek perlu dikelola dengan hati-hati agar pada akhir proyek, proyeksi keuntungan yang telah direncanakan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa bentuk laporan keuangan proyek yang dapat menjadi informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan selanjutnya (Husen, 2010) :

a. Laporan berkala harian, mingguan, dan tahunan dalam bentuk rinci, memuat pemasukan dan pengeluaran proyek oleh devisi/unit.

b. Laporan akhir proyek yang memuat pemasukan dan pengeluaran total proyek dibuat secara global dan bersifat informatif.

c. Penggunaan keuangan selama berlangsungnya proyek dalam bentuk subjadwal induk.

d. Jadwal induk penggunaan keuangan selama pelaksanaan. 3.8.6 Waktu(Time)

(54)

3.9Time Schedule

Time Scheduleadalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masing-masing item pekerjaan proyek yang secara keseluruhan adalah rentang waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan sebuah proyek (Ahadi, 2011).

3.10 Manfaat Time Schedule

Djojowirono (2001) menyatakan bahwatime schedule dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, antara lain :

a. Alat koordinasi bagi pemimpin

Pimpinan pelaksanaan pekerjaan dapat melaksanakan pekerjaan koordinasi semua kegiatan yang ada dilapangan mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian dari bagian-bagian pekerjaandengan menggunakan rencana kerja.

b. Pedoman kerja para pelaksana

Para pelaksana di lapangan dapat menggunakan rencana kerja sebagai pedoman kerja, terutama dalam kaitannya dengan batas-batas yang telah ditetapkan dari rencana kerja untuk tiap masing-masing bagian pekerjaan. c. Penilaian kemajuan pekerjaan

Kemajuan pelaksanaan pekerjaan untuk setiap bagian pekerjaan dapat dinilai dengan perantaraan rencana kerja dalam hubungannya ketepatan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.

d. Evaluasi hasil pekerjaan

Hasil pekerjaan dari masing-masing bagian pekerjaan perlu diadakan evaluasi berdasarkan rencana kerja. Hasil evaluasi dapat dipergunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan yang sejenis.

3.11Kurva S (Schedule curve)

(55)

pekerjaan dalam prosen sebagai ordinatnya.Fungsi kurva S adalah sebagai berikut (Husen, 2010):

a. Menentukan waktu penyelesaian bagian proyek. b. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek.

c. Menentukan waktu untuk mendatangkan material, alat dan pekerja yang akan dipakai untuk pekerjaan tertentu.

Perubahan pada kurva S, terjadi apabila terdapat penambahan atau pengurangan pekerjaan pada waktu pelaksanaan. Perubahan tersebut diakibatkan oleh misalnya (Husen, 2010):

a. Harga-harga material yang naik.

b. Personel dalam proyek turn over cukup tinggi. c. Jadwal aliran masuk dan keluar material tidak sesuai. d. Kesalahan dalam menghitung volume.

e. Ketidaksesuaian antara peralatan dengan pekerjaan.

Keseragaman dan kekonsistenan mutu untuk setiap produk pada proyek ini dengan manfaat utama untuk menghindari pekerjaan ulang.Bagian terpenting dalam metode pengendalian proyek adalah acuan pencapaian mutu sesuai yang ditentukan (costumer satisfaction). Ervianto (2005) menyatakan waktu pelaksanaan pekerjaan tambahan tersebut diusahakan masih tetap berada dalam rentang waktu didalam kurva S rencana, hal ini bertujuan supaya tidak terjadi kemunduran waktu rencana pelaksanaan proyek.

Biayatambahan akibat pekerjaan tambahan harus dikonfirmasikan terlebih dahulu ke tim tender dan selanjutnya kepemilik proyek. Kurva S yang ada tergantung seberapa besar tingkat pekerjaan tambahan dan biaya tambahan. Ervianto (2005) menyatakan presentase biaya tambahan itubiasanya sangat kecil, yaitu 1-3 % terhadap keseluruhan sehingga kurva S tidak perlu direvisi.Presentase biaya tambahan yang besar yaitu 3-10 %, maka kurva S perlu direvisi.

3.12 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

(56)

umumnya merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan industri konstruksi mempunyai catatan yang buruk dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja (Ervianto, 2005).

Hubungan antar pihak yang berkewajiban memperhatikan masalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah kontraktor utama dengan subkontraktor. Kewajiban kontraktor dan rekan kerjanya adalah mengasuransikan pekerjanya selama masa pembangunan berlangsung. Rentang waktu selama pelaksanaan pembangunan, kontraktor utama maupun subkontraktor sudah selayaknya tidak mengizinkan pekerjanya untuk beraktifitas bila terjadi hal-hal berikut :

a. Tidak mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja. b. Tidak menggunakan peralatan pelindung diri selama bekerja. c. Mengizinkan pekerja menggunakan peralatan yang tidak aman. 3.12.1 Kecelakaan kerja

Tenaga kerja adalah orang yang bekerja disuatu perusahaan atau ditempat kerja(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PER/M/2008).Kecelakaan kerja adalah kecelakaan dan atau penyakit yang menimpa tenaga kerja karena hubungan kerja ditempat kerja (Ervianto, 2005). Banyak kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja dalam proyek konstruksi, secara umum dapat

Usaha-usaha pencegahan timbulnya kecelakaan kerja perlu dilakukan sedini mungkin. Ervianto (2005) menyatakan tindakan yang dapat dilakukan adalah : a. Mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan yang beresiko dan mengelompokkan

sesuai tingkat resikonya.

b. Adanya pelatihan bagi para pekerja konstruksi sesuai keahliannya.

c. Melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan pekerjaan. d. Menyediakan alat perlindungan kerja selama durasi proyek.

e. Melaksanakan pengaturan di lokasi proyek konstruksi. 3.12.2 Peralatan standar K3 di proyek

(57)

terjadi dalam proses konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalam suatu lingkungan konstruksi. Selama pelaksanaan proyek berlangsung tidak banyak pekerja yang menyadari betapa pentingnya peralatan-peralatan ini digunakan (Ervianto, 2005).

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Semua perusahaan kontraktor pelaksana berkewajiban menyediakan semua keperluan peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective Equipment (PPE). Perlengkapan perlindungan diri (Gambar 3.6) disiapkan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan pekerja. Perlengkapan dan perlindungan diri untuk karyawan yang bekerja yaitu sebagai berikut (Ervianto, 2005):

a. Pakaian kerja

Tujuan pemakaian pakaian kerja ialah melindungi badan manusia terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan.

b. Sepatu kerja

Sepatu kerja merupakan perlindungan terhadap kaki agar tidak terluka oleh benda-benda tajam dilokasi proyek. Setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.

c. Kacamata kerja

Kaca mata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu kayu, batu atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin.Pekerjaan pengelasan besi harus menggunakan kacamata agar tidak terkena percikan api.

d. Penutup telinga

Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising.

e. Sarung tangan

Tujuan utama penggunaan sarung adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam selama menjalankan kegiatan.

f. Helm

Helm sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala. Penggunaan helm pada saat bekerja merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakannya dengan benar.

g. Masker

(58)

h. Jas hujan

Perlindungan terhadap cuaca terutama hujan bagi pekerja pada saat bekerja adalah dengan menggunakan jas hujan.

i. Sabuk pengaman

Pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety belt.

j. Tangga

Tangga merupakan alat yang digunakan membantu pekerja ke tempat yang lebih tinggi. Pemilihan dan penempatan tangga untuk mencapai ketinggian tertentu dalam posisi aman harus menjadi pertimbangan utama.

k. Safety simbol

Safety simbol harus ada di lokasi proyek selama proyek dilaksanakan. Safety

simbol bertujuan untuk mengingkatkan pekerja akan pentingnya kesehatan dan keselamatan pada saat bekerja.

l. P3K

Pertolongan pertama di proyek dilakukan apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat pada pekerja konstruksi. Pelaksana konstruksi wajib menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan pertama. Obat-obatan yang disediakan di dalam kotak P3K adalah betadine,

(59)

Sumber: Google image, 2016

Gambar 3.4Personal Protective Equipment (PPE)

BAB IV

PELAKSANAAN PROYEK DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum

Pelaksanaan proyek dapat dilaksanakan setelah tahap perencanaan dan perancangan selesai dilakukan. Tahapan pelaksanaan proyek meliputi pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur, dan pekerjaan arsitektur. Pekerjaan persiapan meliputi pekerjaan survei lokasi, pengukuran lokasi, dan pembersihan lokasi. Pekerjaan struktur meliputi pekerjaan sub structure (pondasi), upper structure

(struktur gedung) dan struktur atap. Pekerjaan arsitektur meliputi pekerjaan finishing.

Gambar

Gambar 2.1Lokasi proyek pada peta Kota Bengkulu
Gambar 2.3 Struktur organisasi konsultan perencana
Gambar 2.5Struktur organisasi kontraktor pelaksana
Gambar 2.6Hubungan organisasi proyek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis waktu dan produktivitas peralatan pengecoran beton pada kolom, balok dan plat lantai gedung bertingkat, khususnya pada lantai V, VI

5 Pembuatan 1m bekisting untuk plat beton pracetak 6 Pembuatan 1m 2  bekisting untuk balok beton pracetak 7 Pembuatan 1m 2  bekisting untuk kolom beton pracetak 8 Pemasangan

Pada dasarnya pemasangan scaffolding untuk ramp hampir sama dengan pemasangan bekisting plat lantai, hanya saja pada pekerjaan ramp bidang plat bibuat miring, sehingga

Selain itu, akan dibahas metode pelaksanaan pekerjaan balok-plat lantai menggunakan pengganti bekisting plat yang berupa steel deck untuk mempercepat pelaksanaan

PELAKSANAAN PROSES PEKERJAAN PILE CAP, TIE BEAM, PLAT LANTAI (SLAB), KOLOM BASEMENT PADA PROYEK GOODRICH.. MANSION APARTEMENT, DI

Sebelum melakukan pengecoran pada kolom dan balok, telebih dahulu dilakukan pemasangan tulangan pada setiap kolom dan balok rencana dengan ketentuan tulangan sebagai berikut : Gambar

Pekerjaan pengecoran LC pengecoran LC adalah pengecoran lantai kerja chamber untuk mengunci preacast yang sudah di pasang setelah mall di pasang lalu melakukan pengecoran pada lantai

Pemasangan sparing-sparing listrik yang melintas di plat, balok, kolom beton harus dipasang terlebih dahulu sebelum pengecoran, kabel diusahakan dimasukkan bersamaan dengan pemasangan