• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK

PELAKSANAAN PROSES PEKERJAAN PILE CAP, TIE BEAM, PLAT

LANTAI (SLAB), KOLOM BASEMENT PADA PROYEK GOODRICH

MANSION APARTEMENT, DI JAKARTA SELATAN

Nama

: Nilam Sari

NPM

: 26313440

Jurusan

: Teknik Arsitektur

(2)

1.1 Latar Belakang

Metode pekerjaan struktur bawah gedung ini metode bottom-up (konvensional) dan metode top-down. Pada proyek ini menggunakan metode bottom-up (konvensional).

Sistem bottom-up (konvensional), umumnya dimulai dari pembuatan pondasi atau penggalian tanah (dengan kedalaman yang direncanakan) untuk kebutuhan pembuatan lantai basement untuk gedung bertingkat atau apartement untuk proyek ini. Tahapan dilanjutkan dengan pekerjaan pondasi, seperti pemancangan pondasi tiang (bisa memakai tiang pancang atau bored pile) yang di teruskan dengan pekerjaan substuruktur (pile cap, tie beam, plat basement). Kemudian pekerjan tipikal untuk kolom, balok, dan pelat akan menerus ke atas hingga pelat atap. Inilah yang disebut dengan istilah bottom-up, yaitu mulai dari bagian paling bawah (basement), lalu naik hingga atap.

Penulis kali ini memilih pelaksanaan pekerjaan substruktur lantai basement pada gedung apartement, untuk dijadikan objek pengamatan dan pembahasan penulisan kali ini.

1.2 Batasan Masalah

Dalam penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan ini penulis membatasi masalah hanya meliputi tahapan pekerjaan substruktur pada lantai basement apartemen.

Penulisan ini dibatasi hanya pada :

• Untuk pekerjaan galian tanah pada lantai basement dan pekerjaan tiang pancang dilakukan oleh kontraktor yang berbeda, yaitu PT. Jacking Pile Pratama. Oleh sebab itu, penulis tidak menjelaskan secara detail mengenai pelaksanaan pekerjaan tersebut.

• Tidak mencakup perhitungan struktur yang mendetail

(3)

1.3 Rumusan Masalah

• Bagaimana pelaksanaan pekerjaan pile cap? • Bagaimana pelaksanaan pekerjaan tie beam?

• Bagaimana pelaksanaan pekerjaan plat lantai (slab)?

• Bagaimana pelaksanaan pekerjaan kolom pada basement?

1.4 Tujuan

Tujuan dari diadakannya kerja praktek ini secara umum dan keseluruhan diharapkan dapat menambah wawasan para mahasiswa dalam memahamai pelaksanaan pekerjaan dilapangan secara langsung. Secara khusus, tujuan kerja praktek kali ini meliputi :

• Sebagai syarat untuk memenuhi ujian kelulusan D3 sebagai mahasiswa arsitektur di Universitas Gunadarma

• Memperluas pengetahuan pembaca laporan ini

• Mengetahui secara langsung proses pekerjaan substruktur

1.5 Sistematika Penulisan

• Bab pertama, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, sistematika penulisan, dan metode penulisan.

• Bab kedua, berisi kajian pustaka

• Bab ketiga, berisi tinjauan umum proyek dan tinjauan khusus proyek • Bab keempat, merupakan pembahasan proyek

• Bab kelima, merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran

(4)

1.6 Metode Penulisan

Metode penulisan yang dilakukan adalah sebagai berikut : • Studi Pustaka

Studi pustaka dengan mengumpulkan informasi dan data-data yang berhubungan dengan penulisan dalam bentuk shop drawing dari pelaksana dan manager konstruksi terkait berupa file gambar kerja, dokumen konstruksi), dan laporan mingguan. Serta studi literatur mengenai pelaksanaan pekerjaan substruktur.

• Studi Lapangan

Studi lapangan dengan melakukan pengecekan, pengamatan serta pengontrolan ke proyek yang dilakukan secara berkala pada hari tertentu.

(5)

2.1 Pengertian Apartemen

2.1.1 Definisi Apartemen

Apartemen, flat atau rumah pangsa merupakan sebuah model tempat tinggal yang hanya mengambil sebagian kecil ruang dari suatu bangunan. Suatu gedung apartemen dapat memiliki puluhan bahkan ratusan unit apartemen. Istilah apartemen digunakan secara luas di Amerika Utara, sementara istilah flat digunakan di Britania Raya dan negara-negara persemakmuran.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

(google.com)

2.1.2 Dasar Hukum Apartemen

Dasar hukum dari apartemen ini hampir sama dengan dasar hukum dari rumah susun, yaitu tertera di dalam UU No.16 tahun 1985, ini di dasarkan pada fungsi/kegunaan apartemen yang memang seperti rumah susun, namun membuat berbeda adalah Penghuninya lokasi/letak bangunan dan kondisi fisiknya.

(6)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.3 Jenis – Jenis Apartemen

Jenis-jenis Apartemen Berdasarkan Kepemilikan: a. Apartemen Sewa

Apartemen yang menawarkan unit-unit-nya untuk disewa. Umumnya jangka waktu sewa cukup panjang, minimum 6 bulan sampai 1 tahun. Unit apartemen yang ditawarkan sudah termasuk segala perabotan (fully furnished).

b. Apartemen Beli (Condominium)

Istilah Condominium biasa digunakan untuk jenis apartemen ini. Pembeli memperoleh sertifikat unit (strata); karenanya sering disebut juga apartemen strata.

c. Condotel

Condotel (mungkin merupakan singkatan dari Condominium – Hotel) adalah konsep baru dalam penjualan unit apartemen. Pembeli membeli unit apartemen kemudian dikelola oleh pengelola untuk disewakan seperti hotel.

(7)

Jenis-jenis Apartemen Berdasarkan Ketinggian:

a. Bertingkat Rendah (Low Rise )

Bangunan dengan ketinggian sampai 4 (empat) lantai termasuk row house, maisonette dan walk up apartemen. Pencapain kearah pertikal menggunakan tangga.

b. Bertingkat Sedang (Medium Rise)

Bangunan dengan ketinggian 5 (lima) sampai 8 (delapan) lantai. Pencapaiannya kearah vertikal menggunakan tangga normal sekalian dijadikan tangga kebakaran dan lift.

c. Bertingkat Banyak (High Rise)

Bangunan dengan ketinggian di atas 9 (sembilan) lantai. Pencapaian utamanya menggunakan lift dan dilengkapi tangga normal dan tangga kebakaran.

(wordpress.com)

(8)

2.2 Metode Konstruksi

2.2.1 Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem Bottom-Up

Pada sistem ini, struktur basement dilakukan setelah seluruh pekerjaan galian telah mencapai galian elevasi rencana (sistem konvensional).

Secara keseluruhan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan konstruksi basement dengan metode bottom-up adalah sebagai berikut:

• Mobilisasi peralatan,

• Pelaksaanaan pondasi tiang,

• Pelaksanaan dinding penahan tanah, • Penggalian dan pembuangan tanah, • Dewatering,

• Poer pondasi, • Waterproofing,

• Tie beam dan pondasi rakit,

• Dinding basement dan struktur bertahap keatas, • Lantai basement bertahap keatas,

(academia.edu)

(9)

2.2.2 Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem Top-Down

Pada prinsipnya metode top-down dapat disebut sebagai cara membangun terbalik, yaitu membangun dari atas ke bawah. Secara teknis, metode ini sudah bukan menjadi masalah lagi di Indonesia, tetapi mengingat bahwa metode top-down merupakan metode yang baru digunakan akhir-akhir ini, maka permasalahan yang timbul adalah kapan digunakan metode ini serta bagaimana teknik manajemennya agar tercapai tujuan utama proyek tersebut (Asiyanto, 2008; Howe, 1993).

Berikut ini tahapan dalam pelaksanaan metode konstruksi top-down: • Penggalian dan pengecoran diaphragm wall,

• Pengecoran bored pile dan pemasangan king post,

• Lantai basement satu, dicor di atas tanah dengan lantai kerja,

• Galian basement satu, dilaksanakan setelah lantai basement satu cukup strength-nya menggunakan excavator kecil. Disediakan lubang lantai dan ramp sementara untuk pembuangan tanah galian,

• Lantai basement dua, dicor diatas tanah dengan lantai kerja,

• Galian basement dua, dilaksanakan seperti galian basement satu, begitu seterusnya, • Terakhir mengecor raft foundation,

• King post dicor, sebagai kolom struktur.

• Bila diperlukan, pelaksanaan basement, dapat dimulai struktur atas, sesuai dengan kemampuan dariking post yang ada (sistem up & down).

(academia.edu)

(10)

2.2.3 Kekurangan dan Kelebihan Metode Pelaksanaan Konstruksi Sistem Bottom-Up dan Sistem Top-Down

2.2.3.1 Metode Konstruksi Bottom-Up

Kekurangan metode konstruksi bottom-up ini diantaranya adalah (Asiyanto, 2008):

• Transportasi vertikal membutuhkan lahan yang luasnya sebanding dengan kedalamannya, • Pelaksanaan dewatering perlu lebih intensif,

• Penggunaan konstruksi sementara sangat banyak, • Hampir dapat dipastikan diperlukan ground anchor, • Waste material tiang pancang pada saat penggalian,

• Tidak memungkinkan pelaksanaan dengan super struktural secara efisien.

Sedangkan kelebihan metode konstruksi bottom-up ini diantaranya sebagai berikut (Asiyanto, 2008): • Sumber daya manusia yang terlatih sudah banyak memadai,

• Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang umum digunakan misalnya: backhoe, shovel loader dan lainnya, tidak diperlukan peralatan khusus,

• Tidak memerlukan teknologi yang tinggi,

• Teknik pengendalian pelaksanaan konstruksi sudah dikuasai karena sudah banyak proyek bangunan basement yang sudah dikerjakan sehingga pengalaman dan contoh cukup mendukung (project documentation).

(academia.edu)

(11)

2.2.3.2 Metode Konstruksi Top-Down

Kekurangan metode konstruksi top-down ini diantaranya adalah (Asiyanto, 2008): • Diperlukan peralatan berat yang khusus,

• Diperlukan ketelitian dan ketepatan lebih, • Sumber daya manusia terbatas,

• Diperlukan pengetahuan spesifik untuk mengendalikan proyek.

Sedangkan kelebihan metode konstruksi top-down ini diantaranya sebagai berikut (Asiyanto, 2008): • Relatif tidak mengganggu lingkungan,

• Jadwal pelaksanaan dapat dipercepat, • Memungkinkan pekerjaan simultan, • Area lahan proyek lebih luas,

• Resiko teknis lebih kecil,

• Mutu dinding penahan tanah dapat lebih dikontrol. (academia.edu)

(12)

2.3 Pekerjaan Substruktur

Pekerjaan substruktur diawali dengan pekerjaan pile cap, tie beam, retaining wall dan plat lantai. Seringkali karena ketinggian gedung dan kedalaman basement, pada lantai basament paling bawah terdapat struktur raft fondation yang dianggap sebagai mass concrete. Pekerjaan tersebut membutuhkan metode khusus dalam pekerjaannya. Sedangkan area lain dapat dikerjakan dengan metode yang sudah umum dilakukan.

Pekerjaan pile cap, tie beam dan plat lantai dikerjakan secara bertahap berdasarkan zoning area kerja karena area luas dan volume kerja yang besar. Urutan dimulainya pekerjaan memegang peranan yang cukup penting dalam mendapatkan siklus pekerjaan yang paling efisien dan cepat. Untuk itu perlu diperhatikan dalam perencanaan area zona awal yang harus dimulai, serta arahnya dengan memperhatikan jalur kritis dan pekerjaan gedung. Pertimbangan lainnya adalah kemudahan pekerjaan.

Setelah pekerjaan pile cap, tie beam dan plat lantai selesai. Dilanjutkan dengan pekerjaan kolom dan dinding basement. Pekerjaan kolom dan dinding ini mengikuti pergerakan urutan zona lantai basement yang sudah tercor. Lalu pekerjaan berikutnya adalah pekerjaan balok dan plat lantai di atasnya. Pekerjaan ini juga dilakukan berdasarkan zoning yang telah ditentukan, serta arah pekerjaan yang telah direncanakan.

(ilmusipil.com)

(13)

2.3.1 Pile Cap dan Tie Beam

Pile cap terbuat dari beton bertulang dengan ukuran dan jumlah besi tulangan menyesuaikan hasil perhitungan. Pilecap digunakan sebagai pondasi untuk mengikat tiang pancang yang sudah terpasang dengan struktur diatasnya yaitu tie beam.

Tie beam adalah balok yang terletak atau bertumpu pada permukaan tanah. Tie beam biasanya digunakan untuk menghubungkan antara pile cap yang satu dengan pile cap yang lainnya. Tie beam juga berfungsi untuk menopang plat lantai yang berhubungan langsung dengan permukaan tanah. (ilmusipil.com)

Setelah proses pemancangan selesai dilanjutkan dengan pemotongan tiang pancang dan dilanjutkan dengan pekerjaan pile cap dan tie beam. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal dari stuktur atas (upperstructure) setelah pekerjaan struktur bawah (substructure) selesai dilaksanakan. Semua bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Adapun pekerjaan pile cap dan tie beam ini meliputi :

1. Penulangan pile cap dan tie beam 2. Bekisting pile cap dan tie beam 3. Pengecoran pile cap dan tie beam

4. Pembongkaran bekisting pile cap dan tie beam

(wordpress.com)

(14)

Penulangan Pile Cap dan Tie Beam • Langkah-langkah pembesian pile cap :

1. Menentukan daftar lengkungan bengkok besi, dimana digunakan besi D 22 mm, dengan jarak antar tulangan 150 mm sama untuk semua pile cap tetapi berbeda untuk jumlah tulangan dan tinggi pile cap sesuai dengan gambar rencana.

2. Semua besi yang telah disediakan kemudian dibengkokkan sesuai dengan daftar diatas kemudian dirakit diluar lokasi sesuai dengan gambar rencana. Digunakan kawat bendrat sebagai lekatan antar tulangan.

3. Tulangan pile cap yang telah jadi kemudian diangkat dan dipasang pada lokasi pile cap yang telah ditentukan.

4. Tulangan pile cap dilekatkan dengan tulangan luar pondasi tiang pancang yang telah dihancurkan betonnya dengan menggunakan kawat bendrat sehingga tulangan pile cap tampak benar-benar kuat dan kokoh

.

(wordpress.com)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

(15)

• Langkah-langkah pembesian tie beam:

1. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai dengan yang tertera didalam gambar rencana, yaitu besi D 16 mm dengan jarak sengkang 150 mm.

2. Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan pokok untuk mempermudah pekerjaan. 3. Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm sama untuk keseluruhan tulangan.

4. Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah. 5. Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan pokok harus dilakukan selang-seling

dan penempatan sambungan di tempat-tempat dengan tegangan maksimum sedapat mungkin dihindari.

6. Sambungan lewatan harus ada overlapping / tidak sejajar antara tulangan atas dengan tulangan bawah. Dipasang beton decking pada tulangan sloof tersebut yang berfungsi untuk membuat selimut pada beton sehingga tidak ada tulangan yang tampak karena dapat menyebabkan tulangan berkarat. Tebal beton decking yang dipasang harus disesuaikan dengan tebal selimut beton yang direncanakan.

(wordpress.com)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

(16)

Bekisting Pile Cap dan Tie Beam

• Langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk pile cap adalah sebagai berikut :

1. Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking posisi bekisting yang akan dipasang dimana untuk tiap-tiap pile cap berlainan ukurannya tergantung berapa titik pondasi yang menahannya.

2. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran pile cap masing-masing, dimana digunakan kayu multipleks.

3. Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar tidak terjadi kesulitan-kesulitan pada waktu. pembongkaran bekisting.

4. Bekisting dipasang tegak lurus pada lokasi pile cap yang sudah diberi tanda kemudian bekisting yang, sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya agar kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak mengalami goyangan pada waktu. pengecoran dilaksanakan.

(wordpress.com)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

(17)

• Langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk tie beam adalah sebagai berikut :

1. Mengadakan marking posisi bekisting yang akan dipasang.

2. Pemotongan papan kayu dan perakitan bagian-bagian bekisting yang akan dibuat disesuaikan dengan ukuran tie beam tersebut.

3. Sebelum bekisting dipasang, terlebih dahulu bekisting dibagian dalam diolesi dengan menggunakan mud oil, hal ini berfungsi agar pada waktu pembongkaran bekisting tidak mengalami kesulitan.

4. Pemasangan bekisting tegak lurus pada lokasi tie beam yang telah ditentukan kemudian dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya sebagai penahan goyangan.

(wordpress.com)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

(18)

Pengecoran Pile Cap dan Tie Beam

Langkah-langkah pengecoran antara pile cap dan tie beam pada umumnya sama sehingga diringkas dijadikan satu.

Langkah-langkah tersebut antara lain:

1. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran dan air yang menggenang dengan menggunakan pompa air.

2. Membuat tanda/ marking pada bekisting yang menunjukan batas berhentinya pengecoran baik pada bekisting pile cap maupun bekisting tie beam.

3. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai dengan metode pelaksanaan.

4. Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam tulangan pile cap dan tie beam maka digunakan alat vibrator untuk meratakanya serta ditekan dengan tekanan tinggi agar beton tersebut dapat memadat.

5. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pelaksanaan pengecoran.

6. Menghentikan pengecoran dan meratakan serta menghaluskan permukaan beton dengan menggunakan alat pertukangan manual / plester

(wordpress.com)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

(19)

Pembongkaran Bekisting Pile Cap dan Tie Beam

Pembongkaran bekisting pada proyek ini dilakukan 2-3 hari setelah pengecoran, dengan syarat pile cap dan sloof tidak menerima beban di atasnya. Alasan lain dilakukannya pembongkaran itu agar bekisting dapat digunakan untuk bagian yang lain.

(wordpress.com)

2.3.2 Plat Lantai (Slab)

Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Plat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh :

• Besar lendutan yang diinginkan

• Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung • Bahan konstruksi dan plat lantai

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

(20)

Plat Lantai Beton

Plat lantai beton bertulang umumnya dicor ditempat, bersama-sama balok penumpu dan kolom pendukungnya. Dengan demikian akan diperoleh hubungan yang kuat yang menjadi satu kesatuan, hubungan ini disebut jepit-jepit. Pada plat lantai beton dipasang tulangan baja pada kedua arah, tulangan silang, untuk menahan momen tarik dan lenturan. Untuk mendapatkan hubungan jepit-jepit, tulangan plat lantai harus dikaitkan kuat pada tulangan balok penumpu.

Perencanaan dan hitungan plat lantai dari beton bertulang harus mengikuti persyaratan yang tercantum dalam buku SNI Beton 1991.

Beberapa persyaratan tersebut antara lain :

• Plat lantai harus mempunyai tebal kurangnya 12 cm, sedang untuk plat atap sekurang-kurangnya 7 cm.

• Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8 mm dari baja lunak atau baja sedang. • Pada plat lantai yang tebalnya lebih dari 25 cm harus dipasang tulangan rangkap atas bawah. • Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak lebih dari 20 cm atau dua

kali tebal plat, dipilih yang terkecil.

• Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1cm, untuk melindungi baja dari karat, korosi, atau kebakaran.

• Bahan beton untuk plat harus dibuat dari campuran 1pc : 2psr : 3kr + air, bila untuk lapis kedap air dibuat dari campuran 1pc : 1,5psr : 2,5kr + air secukupnya.

(blogspot.co.id)

(21)

Pembesian Plat lantai

Tahapan penulangan pelat lantai adalah sebagai berikut :

• Dipasang tulangan bawah lapis 1 diatas beton decking dengan ketebalan 2 cm. Tulangan ini dipasang melewati tulangan atas balok.

• Dipasang tulangan bawah lapis 2 diatas lapis 1 dengan arah tegak lurus lapis 1 kemudian persilangan tulangan diikat dengan kawat beton.

• Untuk mendapatkan jarak tertentu antara tulangan atas dan bawah dipasang tulangan kaki ayam yaitu potongan besi yang dipotong sedemikian rupa sehingga dapat menjaga jarak antara tulangan atas dengan tulangan bawah pelat.

• Tulangan atas lapis 2 dipasang. Tulangan ini juga melewati dan diletakkan dibagian atas tulangan atas balok. Tulangan atas lapis 2 dipasang tegak lurus dengan tulangan atas lapis 1. • Persilangan tulangan atas diikat dengan kawat beton.

(blogspot.co.id)

(22)

2.3.3 Pengertian Kolom

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.

(dokumen.tips)

(23)

Pekerjaan kolom melibatkan beberapa kegiatan antara lain: • Penentuan as kolom

Titik-titik as kolom ditentukan dan diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur Theodolit. Titik as kolom harus ditentukan secara akurat karena sangat menentukan hasil pekerjaan selanjutnya.

• Penulangan kolom

Tulangan kolom dikerjakan pada workshop pembesian (tulangan kolom pre-cast) lalu untuk diangkat dengan mengunakan tower crane dan kemudian dipasang

• Pemasangan bekisting kolom

Bekisting kolom adalah alat bantu sementara yang berfungsi untuk membentuk beton pada saat pengecoran kolom dilaksanakan, sehingga diperoleh bentuk beton sesuai dengan perencanaan.

• Pengecoran kolom

Pengecoran kolom dilakukan apabila pekerjaan tulangan kolom dan bekisting kolom telah selesai dikerjakan dan telah mendapat persetujuan melalui surat izin pengecoran dari konsultan pengawas • Pembongkaran bekisting kolom

Pembongkaran bekisting kolom dilakukan sehari setelah pengecoran. Kondisi paling ekstrim adalah 6 jam setelah pengecoran.

• Perawatan beton kolom

Perawatan beton (curring) berfungsi untuk melindungi beton selama berlangsungnya proses pengerasan beton.

(blogspot.co.id)

(24)

3.1 Tinjauan Umum Proyek

3.1.1 Sejarah Kontraktor

PT. Bangun Bumi Megatama Mandiri (BBMM) adalah salah satu kontraktor pelaksanaan yang bergerak pada jasa pembangunan rumah mewah. Pada Juli 2015, PT BBMM untuk pertama kalinya melaksanakan proyek pembangunan yang berbeda dari proyek-proyek sebelumnya.

Divisi tim lapangan untuk proyek ini baru pertama kali dibentuk dan di uji coba. Proyek ini berjenis proyek High Rise Building. Dari sebelumnya kontraktor yang hanya bergerak dibidang jasa pembangunan rumah mewah. Masing-masing personil terdiri dari beragam disiplin ilmu yang direkrut dilapangan, bukan dari pusat. Melainkan direkrut dari hubungan rekan kerja satu orang dengan orang-orang lainnya.

3.1.2 Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT. Bangun Bumi Megatama Mandiri

Alamat Perusahaan : Rukan Exclusive Blok E No. 36, Bukit Golf Mediterania, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara No-Telepon : 021 5596 5901/70

Fax : 021 5596 5913

BAB III. TINJAUAN UMUM PROYEK DAN

TINJAUAN KHUSUS PROYEK

(25)

Proyek yang Telah Dikerjakan : Proyek yang telah dikerjakan PT. BBMM, yaitu rumah tinggal elit perorangan di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Salah satunya adalah rumah dari pendiri produk Gulaku.

3.1.3 Manajemen Kantor

Menerapkan manajemen sistem pengawasan lapangan. Memastikan proyek berjalan dengan baik sesuai dengan jadwal dan permintaan owner supaya menghasilkan kualitas yang terbaik.

Struktur Organisasi :

BAB III. TINJAUAN UMUM PROYEK DAN

TINJAUAN KHUSUS PROYEK

(26)

3.2 Tinjauan Khusus Proyek

3.2.1 Uraian Umum Proyek

Proyek Goodrich Mansion Apartement merupakan proyek High Rise Building pertama yang dibangun oleh kontraktor PT. BBMM. Dengan luas lahan 2600 m² dan luas bangunan 10400 m²

.

3.2.2 Identitas Proyek

Nama Proyek : Proyek Goodrich Mansion Apartement

Alamat Proyek : Jl. Antasari No. 60. Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Pemilik : Bp. Andri selaku pemilik dari PT. Goodrich Indonesia

BAB III. TINJAUAN UMUM PROYEK DAN

TINJAUAN KHUSUS PROYEK

(27)

Tim Konsultan : Konsultan Stuktur : PT. Cipta Sukses Konsultan Arsitek : Pitergan

Konsultan Mechanical & Electrical : PT. Mulia Mitra Abadi Kontraktor : Kontraktor Tiang Pancang : PT. Jacking Pile Pratama

Kontraktor Struktur : PT. Bangun Bumi Megatama Mandiri Kontraktor Mechanical & Electrical : PT. Guo Wijoyo Mulyo Sumber dana : Didanai oleh Owner

3.2.3 Tapak Proyek

BAB III. TINJAUAN UMUM PROYEK DAN

TINJAUAN KHUSUS PROYEK

(28)

Batas – Batas Site:

Utara : Kantor Majalah Kartini

Selatan : : Kantor PT. Goodrich Indonesia Timur : Pemukiman Penduduk

Barat : Jalan Antasari

3.2.4 Dimensi Umum Proyek

Luas Lahan Keseluruhan : 2600 m² Luas Bangunan : 10400 m²

Data Bangunan : 1 Gedung Apartemen ( Showroom, Function Hall, Penthouse ) + 1 Lantai Basement

BAB III. TINJAUAN UMUM PROYEK DAN

TINJAUAN KHUSUS PROYEK

(29)

3.2.5 Struktur Organisasi Proyek

Pengertian

Struktur organisasi adalah salah satu yang dibutuhkan dalam menentukan garis komando dan prosedur kerja dalam pelaksanaan proyek. Dimana dalam pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing bagian lebih jelas, sehingga proses pelaksanaan bisa berjalan dengan lancar.

Struktur Organisasi

Proses mengorganisasi suatu proyek mengikuti aturan sebagai berikut : • Melakukan identifikasi dan klarifikasi pekerjaan.

• Mengelompokan pekerjaan.

• Menyiapkan pihak yang akan menangani pekerjaan.

• Mengetahui wewenang dan tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan. • Menyusun mekanisme kordinasi

Dari kelima hal tersebut, maka diharapkan proyek bisa berjalan dengan baik sesuai dengan sasaran proyek.

Proyek dapat dikendalikan oleh unsur-unsur proyek dibawah ini :

Pemilik Proyek : Bp. Andri selaku pemilik dari PT. Goodrich Indonesia

BAB III. TINJAUAN UMUM PROYEK DAN

TINJAUAN KHUSUS PROYEK

(30)

Konsultan Stuktur : PT. Cipta Sukses

Kontraktor Utama : PT. Bangun Bumi Megatama Mandiri

Berikut adalah gambar struktur organisasi proyek Goodrich Mansion Apartement:

BAB III. TINJAUAN UMUM PROYEK DAN

TINJAUAN KHUSUS PROYEK

(31)

4.1 Uraian Umum

Kerja Praktek pada Proyek Goodrich Mansion Apartement, Di Jakarta Selatan telah dilaksanakan kurang lebih selama 3 (Tiga) bulan, sesuai dengan standar durasi Kerja Praktek yang disarankan kampus. Adapun kegiatan – kegiatan yang diikuti selama kerja praktek, yaitu sebagai berikut :

• Mengerjakan tugas yang diberikan

• Mengamati proses pelaksanaan pekerjaan

Proyek Goodrich Mansion Apartement termasuk dalam jenis apartemen sewa dalam hal kepemilikannya, yakni apartemen yang menawarkan unit-unit-nya untuk disewa. Sedangkan menurut ketinggiannya proyek ini termasuk bangunan bertingkat banyak (high rise), yakni bangunan dengan ketinggian di atas 9 (sembilan) lantai.

Pada kerja praktek kali ini, pada pengerjaan proyek Goodrich Mansion Apartement, di Jakarta Selatan, sedang dalam proses tahapan pengerjaan substruktur pada bangunan. Terkait dalam hal pengerjaan substruktur ialah meliputi:

• Pekerjaan Pile Cap • Pekerjaan Tie Beam

• Pekerjaan Plat Lantai (Slab) • Pekerjaan Kolom Basement

(32)

Dalam pengerjaan substruktur pada proyek ini dibagi menjadi beberapa zona. Berikut adalah zona pada pekerjaan substruktur pada proyek ini :

BAB IV. PEMBAHASAN

Zonasi Lantai Basement

Untuk pengamatan proses pekerjaan pile cap, tie beam, plat lantai (slab), dan kolom basement lebih menekankan pada zona 8.

(33)

BAB IV. PEMBAHASAN

NO NAMA ALAT DAN BAHAN FUNGSI KETERANGAN

Gambar 4.2 (Data Pribadi)

Gambar 4.3 (Data Pribadi)

Gambar 4.4 (Data Pribadi) Backhoe

1

2

Cangkul

Besi

Digunakan pada pekerjaan pile cap dan tie beam

3

Berfungsi sebagai tulangan pada pekerjaan struktur

Digunakan pada pekerjaan pile cap, tie beam, plat lantai (slab),

dan kolom basement Kendaraan yang

digunakan untuk menggali tanah

Digunakan pada pekerjaan pile cap

Alat untuk penggalian tanah

(34)

BAB IV. PEMBAHASAN

Gambar 4.5 (Data Pribadi)

Gambar 4.6 (Data Pribadi)

Gambar 4.7 (Data Pribadi) 5

Kawat Bendrat

Berfungsi sebagai pengikat antara besi

tulangan untuk membentuk struktur

yang diinginkan

Digunakan pada pekerjaan pile cap, tie beam, plat lantai (slab),

dan kolom basement 4

Batako

Berfungsi sebagai bekisting

Digunakan pada pekerjaan pile cap dan tie beam

6

Truck Mixer

berfungsi untuk mengangkut beton

ready mix (siap cetak)

pada pekerjaan konstruksi

Digunakan pada pekerjaan pile cap, tie beam, plat lantai (slab),

(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)

4.3 Pekerjaan Pile Cap

4.3.1 Pekerjaan Persiapan

• Menyiapkan shop drawing.

• Pengecekan alat dan bahan yang ditempatkan pada area terbuka dekat gerbang tempat proyek dilaksanakan.

• Menyiapkan lahan kerja yang akan dipasang, bahan, alat-alat kerja.

• Pengukuran as pile cap, Pengukuran pada pekerjaan pile cap dilaksanakan setelah pekerjaan pondasi telah selesai. Pengukuran menggunakan bouwplank (papan bangunan) yang berfungsi untuk membuat titik as bangunan sesuai dengan gambar rencana yang ada.

4.3.2 Proses Pekerjaan Pile Cap

 Gambar Rencana

Berikut adalah gambar rencana pada pekerjaan pile cap pada proyek Goodrich Mansion Apartement : (Jumlah Tiang Pancang: 268)

(41)

BAB IV. PEMBAHASAN

Denah Pile Cap

 Galian Tanah Pile Cap

Setelah melakukan pengukuran as pile cap, kemudian dilakukan galian tanah untuk pile cap sesuai dengan dimensi pile cap pada gambar rencana dan diperlebar 20 cm untuk pasangan dinding batako. Penggalian dilakukan dengan menggunakan cangkul untuk pile yang tidak dekat dengan dinding penahan. Apabila dekat dengan dinding penahan menggunakan backhoe.

(42)

 Memotong Pile

Memotong pile disini yaitu pembobokan beton pada pile sampai tersisa tulangan besinya yang kemudian dijadikan sebagai stek (panjang penyaluran) pondasi sebagai pengikat untuk pile cap. Untuk membobok pile menggunakan palu bodem.

 Membuat Lantai Kerja

Ketebalan lantai kerja yaitu 50 mm dengan komposisi 1 semen : 3 pasir : 6agg. Tahap pembuatan lantai kerja :

• Buat adukan untuk lantai kerja dengan campuran adukan 1 semen : 3 pasir : 6 agg

• Membuat urugan pasir dengan ketebalan yang sesuai rencana (10 cm) dan kemudian diratakan dan dipadatkan dengan stamper untuk memadatkan pasir.

• Pasang patok dan leveling lantai kerja yang diperlukan untuk acuan menentukan ketebalan lantai kerja.

• Masukkan adukan lantai kerja ke area menggunakan talang cor atau ember.

• Adukan lantai kerja diratakan menggunakan cangkul atau sendok adukan hingga ketinggian yang telah ditentukan sebelumnya

BAB IV. PEMBAHASAN

(43)

 Pemasangan Bekisting

Pada proyek ini menggunakan bekisiting batako untuk pekerjaan pile cap. Pemasangan bekisting batako harus teliti, karena bekisting harus terpasang rapat yang nantinya akan menghasilkan mutu beton yang baik.

 Pembesian Pile Cap

Langkah-langkah pembesian : Persiapan pembesian :

• Besi tulangan dipotong dengan menggunakan alat pemotong tulangan, bar cutter yang sesuai dengan ukuran dan jumlah yang telah diperhitungkan dalam gambar rencana. Besi tulangan yang dipotong untuk tulangan atas, tulangan bawah dan tulangan peminggang.

• Setelah pemotongan tulangan, kemudian besi tulangan dibentuk sesuai rencana dengan menggunakan alat pembentuk tulangan, bar bender.

• Pembuatan beton decking dengan komposisi 1 semen : 2 pasir. Beton decking yang dibuat dapat berbentuk kotak atau biasa disebut beton tahu, atau bisa juga berbentuk silinder

BAB IV. PEMBAHASAN

(44)

Pembesian pile cap : Tahapan Pembesian :

• Menentukan daftar lengkungan bengkok besi, menggunakan besi yang sesuai dengan gambar rencana, begitupun untuk jumlah besi tulangan dan tinggi pile cap.

• Pemasangan beton decking (4 cm) pada rangkaian tulangan. Decking diikat menggunakan kawat yang berfungsi untuk menjaga tulangan agar tetap sesuai dengan posisi yang diinginkan dan sebagai selimut beton.

• Semua besi yang telah tersedia, kemudian dibengkokkan dan dirakit di lokasi pile cap. Digunakan kawat bendrat sebagai lekatan antar tulangan.

• Tulangan pile cap dilekatkan dengan tulangan luar pondasi tiang pancang yang telah dibobok betonnya. Dilekatkan dengan menggunakan kawat bendrat, sehingga tulangan pile cap kuat dan kokoh.

BAB IV. PEMBAHASAN

(45)

Untuk pengecoran pile cap menggunakan beton ready mix denga mutu f’c 40 NFA dengan slump 12. Berikut adalah tahap slump sebelum melakukan pengecoran :

• Menyiapkan wadah berbentuk kerucut. • Menuangkan beton ke wadah tersebut.

• Kemudian wadah dibalik, lalu diangkat dan wadah diletakkan di samping.

• Ukur penurunan beton tersebut terhadap wadah tersebut. Pada proyek ini menggunakan slump 12 dengan +2 atau -2 masih bisa diterima.

Pada pengecoran sendiri menggunakan truck mixer dan dengan bantuan concrete pump untuk memudahkan pelaksanaan pengecoran pada pilecap. Berikut tahapan pengecoran pile cap : Tahapan awal :

• Melihat kembali/ mengecek kembali dimensi pile cap.

• Membersihkan area yang akan dicor dari tanah, serpihan, sarung tangan, dan sebagainya • Mengecek kembali pembesian yang sudah dilakukan.

BAB IV. PEMBAHASAN

(46)

Tahapan selanjutnya :

• Memesan concrete pump beserta truck mixer yang telah membawa beton ready mix dengan mutu beton dan jumlah yang telah ditentukan.

• Kemudian lakukan pengecoran pada pile cap dengan concrete pump yang berhubungan dengan truck mixer yang membawa beton yang siap digunakan.

• Untuk memadatkan beton, maka digunakan alat fibrator.

 Proses Perawatan Beton (Curing)

Setelah proses pengecoran pile cap, kemudian dilakukan proses perawatan (curing), dengan cara mengenangi air ke permukaan beton 2 kali sehari selama minimal 4 hari.

BAB IV. PEMBAHASAN

(47)

4.4.1 Pekerjaan Persiapan

• Menyiapkan shop drawing.

• Pengecekan alat dan bahan yang ditempatkan pada area terbuka dekat gerbang tempat proyek dilaksanakan.

• Menyiapkan lahan kerja yang akan dipasang, bahan, alat-alat kerja.

• Pengukuran as tie beam, Pengukuran menggunakan bouwplank (papan bangunan) yang berfungsi untuk membuat titik as bangunan sesuai dengan gambar rencana yang ada.

4.4.2 Proses Pekerjaan Tie Beam

 Gambar Rencana

Berikut adalah denah struktural tie beam pada proyek Goodrich Mansion Apartement :

BAB IV. PEMBAHASAN

Denah Tie Beam

(48)

Berikut adalah dimensi tie beam pada zona 8 :

Keterangan dimensi tie beam (mm) :

A = 350 x 600 C = 350 x 700 E = 350 x 500 B = 300 x 500 D = 350 x 550 F = 300 x 600

 Galian Tanah Tie Beam

Setelah melakukan pengukuran as tie beam, kemudian dilakukan galian tanah untuk tie beam sesuai dengan dimensi tie beam pada gambar rencana dan diperlebar 20 cm untuk pasangan dinding batako. Penggalian dilakukan secara manual menggunakan cangkul.

BAB IV. PEMBAHASAN

Dimensi Tie Beam

(49)

 Membuat Lantai Kerja

Ketebalan lantai kerja yaitu 50 mm dengan komposisi 1 semen : 3 pasir : 6 agg. Tahap pembuatan lantai kerja :

• Buat adukan untuk lantai kerja dengan campuran adukan 1 semen : 3 pasir : 6 agg

• Membuat urugan pasir dengan ketebalan yang sesuai rencana (10 cm) dan kemudian diratakan dan dipadatkan dengan stamper untuk memadatkan pasir.

• Pasang patok dan leveling lantai kerja yang diperlukan sebagai acuan untuk menentukan ketebalan lantai kerja.

• Masukkan adukan lantai kerja ke area menggunakan talang cor atau ember.

• Adukan lantai kerja diratakan menggunakan cangkul maupun sendok adukan hingga ketinggian yang telah ditentukan.

 Pemasangan Bekisting

Pada proyek ini menggunakan bekisiting batako untuk pekerjaan tie beam. Pemasangan bekisting batako harus teliti, karena bekisting harus terpasang rapat, yang nantinya akan menghasilkan mutu beton yang baik.

BAB IV. PEMBAHASAN

(50)

 Pembesian Tie Beam

Untuk pembesian pada tie beam pada proyek ini menggunakan besi dengan diameter 10 dan jarak sengkang 100 dan 200.

BAB IV. PEMBAHASAN

Pemasangan Bekisting Tie Beam

(51)

Langkah-langkah pembesian : Persiapan pembesian :

• Besi tulangan dipotong dengan menggunakan alat pemotong tulangan, bar cutter yang sesuai dengan ukuran dan jumlah yang telah diperhitungkan sebelumnya dalam gambar rencana. Besi tulangan yang dipotong selain untuk tulangan pokok, yaitu juga untuk sengkang. Sengkang yang melilit tulangan pokok pada komponen struktur beton bertulang berfungsi sebagai unsur penahan geser yang bisa saja terjadi.

• Setelah pemotongan tulangan, kemudian besi tulangan dibentuk sesuai rencana dengan menggunakan alat pembentuk tulangan, bar bender.

• Pembuatan beton decking dengan komposisi 1 semen : 2 pasir. Beton decking yang dibuat dapat berbentuk kotak atau biasa disebut beton tahu, atau bisa juga berbentuk silinder.

Pembesian tie beam :

• Pemasangan beton decking (4 cm) pada rangkaian tulangan. Decking diikat menggunakan kawat yang berfungsi untuk menjaga tulangan agar tetap sesuai dengan posisi yang diinginkan dan sebagai selimut beton.

• Besi tulangan dipasang dilokasi dimulai dengan tulangan pokok untuk mempermudah pekerjaan.

• Sengkang dipasang dengan jarak 100 mm atau 200 mm sesuai dengan gambar rencana. • Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah. • Sambungan harus ada overlapping/ tidak sejajar antara tulangan atas dengan tulangan bawah.

(52)

 Pengecoran Tie Beam

Untuk pengecoran tie beam menggunakan beton ready mix denga mutu f’c 30 NFA slump 12. Berikut adalah tahap slump sebelum melakukan pengecoran :

• Menyiapkan wadah berbentuk kerucut. • Menuangkan beton ke wadah tersebut.

• Kemudian wadah dibalik, lalu diangkat dan wadah diletakkan di samping

• Ukur penurunan beton tersebut terhadap wadah tersebut. Pada proyek ini menggunakan slump 12 dengan +2 atau -2 masih bisa diterima.

BAB IV. PEMBAHASAN

Pembesian Tie Beam

(53)

Pada pengecoran sendiri menggunakan truck mixer dan dengan bantuan concrete pump untuk memudahkan pelaksanaan pengecoran pada tie beam. Berikut tahapan pengecoran tie beam :

Tahapan awal :

• Melihat kembali/ mengecek kembali dimensi tie beam.

• Membersihkan area yang akan dicor dari tanah, serpihan, sarung tangan, dan sebagainya. • Mengecek kembali pembesian yang sudah dilakukan.

Tahapan selanjutnya :

• Memesan concrete pump beserta truck mixer yang telah membawa beton ready mix dengan mutu beton dan jumlah yang telah ditentukan.

• Kemudian lakukan pengecoran pada tie beam dengan concrete pump yang berhubungan dengan truck mixer yang membawa beton yang siap digunakan.

• Untuk memadatkan beton, maka digunakan alat fibrator.

BAB IV. PEMBAHASAN

(54)

 Proses Perawatan Beton (Curing)

Setelah proses pengecoran tie beam, kemudian dilakukan proses perawatan (curing), dengan cara mengenangi air ke permukaan beton 2 kali sehari selama minimal 4 hari.

(55)

4.5.1 Pekerjaan Persiapan • Menyiapkan shop drawing.

• Pengecekan alat dan bahan yang ditempatkan pada area terbuka dekat gerbang tempat proyek dilaksanakan.

• Menyiapkan lahan kerja yang akan dipasang, bahan, alat-alat kerja.

4.5.2 Proses Pekerjaan Plat Lantai (Slab)  Gambar Rencana

Berikut adalah denah struktural lantai basement pada proyek Goodrich Mansion Apartement :

BAB IV. PEMBAHASAN

Denah Lantai Basement Detail Slab Basement

(56)

 Galian Tanah Plat Lantai (Slab)

Galian tanah dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul. Penggalian sesuai level di bawah urugan lantai. Kemudian tanah dipadatkan dengan menggunakan stamper (mesin untuk pemadatan tanah).

 Membuat Lantai Kerja

Ketebalan lantai kerja yaitu 50 mm dengan komposisi 1 semen : 3 pasir : 6 agg. Tahap pembuatan lantai kerja :

• Buat adukan untuk lantai kerja dengan campuran adukan 1 semen : 3 pasir : 6 agg.

• Membuat urugan pasir dengan ketebalan yang sesuai rencana (10 cm) dan kemudian diratakan dan dipadatkan dengan stamper untuk memadatkan pasir.

• Pasang patok dan leveling lantai kerja yang diperlukan sebagai acuan untuk menentukan ketebalan lantai kerja.

• Masukkan adukan lantai kerja ke area menggunakan talang cor atau ember.

• Adukan lantai kerja diratakan menggunakan cangkul maupun sendok adukan hingga ketinggian yang telah ditentukan.

BAB IV. PEMBAHASAN

(57)

 Pembesian Plat Lantai (Slab)

Untuk pembesian slab pada proyek ini menggunakan besi dengan diameter 13 dan jarak besi 150 mm.

Langkah-langkah Pembesian : Persiapan pembesian :

• Besi tulangan dipotong dengan menggunakan alat pemotong tulangan, bar cutter yang sesuai dengan ukuran dan jumlah yang telah diperhitungkan sebelumnya dalam gambar rencana. Besi tulangan yang dipotong selain untuk tulangan atas dan tulangan bawah, yaitu juga untuk support (penumpu tulangan) atau yang lebih dikenal dengan istilah ceker ayam.

• Setelah pemotongan tulangan, kemudian besi tulangan dibentuk sesuai rencana dengan menggunakan alat pembentuk tulangan, bar bender.

• Pembuatan beton decking dengan komposisi 1 semen : 2 pasir. Beton decking yang dibuat dapat berbentuk kotak atau biasa disebut beton tahu.

Pembesian slab :

Untuk proyek ini terbagi dari berbagai macam jenis slab. Untuk slab basement digunakan slab jenis S4 sesuai dengan gambar rencana untuk semua lantai basement.

• Pemasangan beton decking (4 cm) pada rangkaian tulangan. Decking diikat menggunakan kawat yang berfungsi untuk menjaga tulangan agar tetap sesuai dengan posisi yang diinginkan dan sebagai selimut beton.

(58)

• Besi tulangan lapisan pertama (lapisan x dan y pertama) dipasang dilokasi dengan jarak tiap besi yaitu 150 mm sesuai dengan gambar rencana .

• Tulangan diikatkan dengan kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah.

• Pemasangan support. Pemasangan support dilakukan setelah lapisan besi pertama telah selesai. Jarak antar support yaitu 50 cm dari kolom dan seterusnya.

• Besi tulangan lapisan kedua (lapisan x dan y kedua) dipasang.

 Pengecoran Plat Lantai (Slab)

Untuk pengecoran slab menggunakan beton ready mix denga mutu f’c 30 NFA slump 12. Berikut adalah tahap slump sebelum melakukan pengecoran :

• Menyiapkan wadah berbentuk kerucut. • Menuangkan beton ke wadah tersebut.

• Kemudian wadah dibalik, lalu diangkat dan wadah diletakkan di samping.

• Ukur penurunan beton tersebut terhadap wadah tersebut. Pada proyek ini menggunakan slump 12 dengan +2 atau -2 masih bisa diterima.

BAB IV. PEMBAHASAN

(59)

Pada pengecoran sendiri menggunakan truck mixer dan dengan bantuan concrete pump untuk memudahkan pelaksanaan pengecoran pada plat lantai (slab). Berikut tahapan pengecoran plat lantai (slab) :

Tahapan awal :

• Melihat kembali/ mengecek kembali dimensi plat lantai (slab).

• Membersihkan area yang akan dicor dari tanah, serpihan, sarung tangan, dan sebagainya. • Mengecek kembali pembesian yang sudah dilakukan.

Tahapa selanjutnya :

• Memesan concrete pump beserta truck mixer yang telah membawa beton ready mix dengan mutu beton dan jumlah yang telah ditentukan.

• Kemudian lakukan pengecoran pada slab dengan concrete pump yang berhubungan dengan truck mixer yang membawa beton yang siap digunakan.

BAB IV. PEMBAHASAN

(60)

• Untuk memadatkan beton, maka digunakan alat fibrator.

• Finishing trowel, finish trowel ini dilakukan dengan tujuan untuk memperhalus permukaan lantai beton.

 Proses Perawatan Beton (Curing)

Setelah proses finishing trowel, kemudian dilakukan proses perawatan beton (curing), dengan cara menyelimuti permukaan beton dengan karung basah atau menggenangi permukaan beton dengan air.

BAB IV. PEMBAHASAN

(61)

4.6.1 Pekerjaan Persiapan • Menyiapkan shop drawing.

• Pengecekan alat dan bahan yang ditempatkan pada area terbuka dekat gerbang tempat proyek dilaksanakan.

• Menyiapkan area kerja yang akan dipasang, bahan, alat-alat kerja.

• Pengukuran as kolom, Titik as kolom didapat dari hasil pengukuran dan pematokan. Cara menentukan as kolom menggunakan theodolite. Pemasangan patok as kolom ditandain dengan garis yang berasal dari sipatan.

4.6.2 Proses Pekerjaan Kolom Basement  Gambar Rencana

Berikut adalah gambar rencana kolom pada proyek Goodrich Mansion Apartement :

BAB IV. PEMBAHASAN

Denah Kolom Basement

(62)

 Pembesian Kolom

Langkah-langkah pembesian : Persiapan pembesian :

• Besi tulangan dipotong dengan menggunakan alat pemotong tulangan, bar cutter yang sesuai dengan ukuran dan jumlah yang telah diperhitungkan sebelumnya dalam gambar rencana. Besi tulangan yang dipotong selain untuk tulangan pokok, yaitu juga untuk sengkang dan pengikat. Sengkang yang melilit tulangan pokok pada komponen struktur beton bertulang berfungsi sebagai unsur penahan geser yang bisa saja terjadi.

• Setelah pemotongan tulangan, kemudian besi tulangan dibentuk sesuai rencana dengan menggunakan alat pembentuk tulangan, bar bender.

• Pembuatan beton decking dengan komposisi 1 semen : 2 pasir. Beton decking yang dibuat dapat berbentuk kotak atau biasa disebut beton tahu, atau bisa juga berbentuk silinder.

Pembesian kolom :

• Semua besi tulangan dan sengkang yang telah tersedia, kemudian dibengkokkan dirakit diluar lokasi. Digunakan kawat bendrat sebagai lekatan antar tulangan.

• Tulangan kolom yang telah jadi, kemudian diangkat dan kaki kolom diikat pada bagian besi bawah pile cap.

(63)

Pemasangan beton decking (2 cm) pada rangkaian tulangan. Decking diikat menggunakan kawat yang berfungsi untuk menjaga tulangan agar tetap sesuai dengan posisi yang diinginkan dan sebagai selimut beton.

 Pemasangan Bekisting Kolom

Pemasangan bekisting kolom dilaksanakan setelah pembesian kolom selesai. Bekisting kolom tersebut dipabrikasi sesuai dengan ukuran yang telah didesain.

• Tahap pertama, bekisting yang telah tersedia diangkat menggunakan tower crane ke bagian kolom yang akan diberi bekisting.

• Kemudian arahkan bekisting tepat di tulangan kolom yang akan dipasangkan bekisting.

• Setelah bekisting masuk ke kerangka kolom, kemudian eratkan pengunci pada bagian sisi-sisi bekisting tersebut agar dapat menahan dengan baik. Rakitan pembesian kolom yang telah dipasang harus diikat ke bekisting supaya kuat, jarak antar ikatan kira-kira setiap 1,5 m.

• Cek vertikaliti kolom dengan menggunakan lotan.

• Kemudian pasang pipa support pada setiap sisi agar bekisting lebih kuat dan tidak bergerak.

BAB IV. PEMBAHASAN

(64)

 Pengecoran Kolom

Untuk pengecoran kolom menggunakan beton ready mix denga mutu f’c 40 NFA slump 12. Berikut adalah tahap slump sebelum melakukan pengecoran :

• Menyiapkan wadah berbentuk kerucut. • Menuangkan beton ke wadah tersebut.

• Kemudian wadah dibalik, lalu diangkat dan wadah diletakkan di samping.

• Ukur penurunan beton tersebut terhadap wadah tersebut. Pada proyek ini menggunakan slump 12 dengan +2 atau -2 masih bisa diterima.

BAB IV. PEMBAHASAN

Pemasangan Bekisting Kolom

(65)

Pada pengecoran sendiri dibantu dengan selang khusus untuk memudahkan pelaksanaan pengecoran pada kolom. Berikut tahapan pengecoran kolom :

Tahapan awal :

• Melihat kembali/ mengecek kembali dimensi kolom.

• Membersihkan area yang akan dicor dari tanah, serpihan, sarung tangan, dan sebagainya. • Mengecek kembali pembesian dan bekisting yang sudah dilakukan.

• Pertemuan plat lantai dengan kolom, plat lantai di ciping (dikasarin betonnya). • Kemudian diberi cairan karbon 30 menit sebelum terkena beton.

Tahapan selanjutnya :

• Memesan truck mixer yang telah membawa beton ready mix dengan mutu beton dan jumlah yang telah ditentukan.

• Kemudian beton yang siap digunakan tersebut di letakan pada bucket.

• Setelah bucket terisi, kemudian dibawa ke kolom yang akan dilakukan pengecoran.

• Kemudian lakukan pengecoran pada kolom dengan bantuan selang dalam pengecoran kolom tersebut.

• Untuk memadatkan beton, maka digunakan alat fibrator.

(66)

 Pelepasan Bekisting

Pelepasan bekisting dilakukan setelah beton dianggap sudah mengeras. Langkah-langkah pelepasan bekisting :

• Pertama, memukul bekisting dengan menggunakan palu agar lekatan beton pada bekisting dapat terlepas.

• Mengendurkan push pull (penyangga bekisting) hingga lepas.

• Mengendurkan semua baut yang ada pada bekisting, sehingga rangkaian/panel bekisting terlepas.

• Panel bekisting yang telah terlepas, segera diangkat dengan tower crane ke lokasi yang sudah ditentukan.

BAB IV. PEMBAHASAN

(67)

 Proses Perawatan Beton (Curing)

Setelah melakukan pengecoran kolom, maka untuk menjaga mutu beton tetap terjaga dilakukan perawatan beton, yaitu permukaan beton diselimuti dengan plastik agar tidak terkena matahari langsung dan melindungi dari turunnya hujan atau dengan cara menggenangi permukaan beton dengan air.

4.7 Kendala-Kendala

Kendala-kendala yang terjadi selama proses pekerjaan, yaitu :

• Cuaca, cuaca yang tidak mendukung dapat menghambat pekerjaan.

• Human error, human error yang dimaksud yaitu para pekerja yang kurang produktif. Kurang produktif para pekerja tersebut contohnya, pekerja yang cepat lelah, bermain handphone di jam kerja, dan sebagainya yang merugikan waktu yang tersedia.

• Alat berat, dalam hal ini dimaksudkan seperti tower crane yang rusak yang dapat menganggu proses pekerjaan.

BAB IV. PEMBAHASAN

(68)

5. 1 Kesimpulan

Metode pekerjaan struktur bawah gedung dibagi menjadi metode bottom-up (konvensional) dan metode top-down. Pada proyek ini metode yang digunakan adalah metode pekerjaan bottom-up (konvensional). Secara umum pekerjaan tersebut memilik sembilan tahapan, yaitu:

• Pembuatan dinding penahan tanah (retaining wall)

• Pengerjaan dewatering (manajemen pengelolaan pengurusan air tanah) • Penggalian tanah sesuai kedalaman basement yang direncanakan • Pemasangan angkur tanah (ground anchorage)

• Pemasangan tiang pondasi (tiang pancang atau bore pile) • Pemasangan pile cap, tie beam dan plat lantai (slab) basement • Pembuatan kolom dan dinding basement

• Pembuatan balok dan lantai basement di atasnya

• Pekerjaan lanjutan sesuai jadwal sampai berakhir di lantai atap

Untuk proyek yang dikejakan oleh PT. Bangun Bumi Megatama Mandiri dimulai dari pekerjaan pemasangan pile cap, tie beam, plat lantai (slab) basement, dan seterusnya hingga selesai. Selebihnya dilakukan oleh kontraktor yang berbeda.

(69)

Secara garis besar, pekerjaan pile cap, tie beam, plat lantai (slab), dan kolom basement yang menjadi objek pengamatan, terdiri dari atas :

Proses Pekerjaan pile cap : Proses Pekerjaan tie beam : 1. Galian tanah pile cap 1. Galian tanah tie beam 2. Memotong pile 2. Membuat lantai kerja 3. Membuat lantai kerja 3. Pemasangan bekisting 4. Pemasangan bekisting 4. Pembesian tie beam 5. Pembesian pile cap 5. Pengecoran tie beam

6. Pengecoran pile cap 6. Proses perawatan beton (curing) 7. Proses perawatan beton (curing)

Proses Pekerjaan plat lantai (slab) : Proses Pekerjaan kolom basement : 1. Galian tanah plat lantai (slab) 1. Pembesian kolom

2. Membuat lantai kerja 2. Pemasangan bekisting

3. Pembesian plat lantai (slab) 3. Pengecoran kolom basement 4. Pengecoran plat lantai (slab) 4. Pelepasan bekisting

5. Proses perawatan beton (curing) 5. Proses perawatan beton (curing)

(70)

5.2 Saran

Penulis menyadari banyaknya kesulitan dalam hal pengerjaan yang terjadi akibat proses yang tidak dapat penulis jabarkan secara mendalam. Penulis juga menyadari banyaknya kekurangan serta kesalahan yang sekiranya akan diperbaiki oleh penulis. Oleh sebab itu, penulis memiliki saran yang pertama, yaitu pergunakan waktu sebaik mungkin. Yang kedua, agar para pekerja menggunakan aspek-aspek keselamatan, bukan hanya safety helmet (helm proyek), melainkan safety jacket (jaket keselamatan), safety shoes (sepatu keselamatan), serta alat keselamatan lainnya. Yang ketiga, agar pekerja lebih menghargai waktu yang agar tidak terjadi keterlambatan dalam hal pengerjaan proyek.

Gambar

Tabel Struktur Organisasi

Referensi

Dokumen terkait

20 menempatkan kerangka kincir berbentuk “ H” ke tiang penyangga dengan memasukkan lubang ujung batang roller bagian bawah ke tiang penyangga; menempatkan kincir pada

Hal ini sesuai dengan kategori motif dalam penggunaan media massa yang memiliki empat indikator, diantaranya adalah informasi, identitas pribadi, integrasi dan

• Sirkuit Hamilton ialah sirkuit yang melalui tiap simpul di dalam graf tepat satu kali, kecuali. simpul di dalam graf tepat satu

HUDIN KPJ DAMANSARA SPECIALIST HOSPITAL NO 119 JALAN SS 20/10 DAMANSARA UTAMA 47400 PETALING JAYA PETALING JAYA 10 DR SHAHEEDA BT MOHD. SALLEHUDDIN POLIKLINIK JUARA MEDIC

Berbagai hasil kegiatan terkait dengan penelitian dan kajian pemanfaatan penginderaan jauh untuk mendukung wahana memantau kondisi sumberdaya alam dan lingkungan dengan

keyakinan kepada masyarakat luas dalam menggunakan produk dan jasa bank syariah. Perlindungan Hukum terhadap Nasabah bank ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 tahun

PDRB mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri kecil di Kabupaten Jember dengan asumsi bahwa dengan adanya

Pada penelitian ini akan dilakukan analisis performansi sistem manajemen bandwidth menggunakan metode HTB (Hierarchical Tocken Bucket) dengan teknik load-balancing