• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

No. 90/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013

H

ASIL

S

ENSUS

P

ERTANIAN

2013

(A

NGKA

T

ETAP

)

RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 163,06 RIBU RUMAH TANGGA,

TURUN 16,55 PERSEN DARI TAHUN 2003

1. PENDAHULUAN

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan mengacu pada sejumlah rekomendasi dari Food and Agriculture Organization (FAO) yang menetapkan “The World Programme for the 2010 Around Agricultural Censuses Covering Periode 2006-2015”. Pelaksanaan ST2013 dilakukan secara bertahap, yaitu pencacahan lengkap usaha pertanian pada Mei 2013, dilanjutkan dengan pendataan rinci melalui Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian pada November 2013 dan Survei Struktur Ongkos Komoditas Pertanian Strategis dalam setiap subsektor pertanian pada

Mei-BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK

 Jumlah rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 sebanyak 191.211 rumah tangga, subsektor

tanaman pangan 137.896 rumah tangga, hortikultura 128.299 rumah tangga, perkebunan 103.210 rumah tangga, peternakan 120.228 rumah tangga, perikanan 17.758 rumah tangga, kehutanan 98.350 rumah tangga, dan jasa pertanian 3.298 rumah tangga.

 Jumlah rumah tangga petani gurem di Kabupaten Magelang tahun 2013 sebanyak 163.059 rumah

tangga atau sebesar 99,95 persen dari rumah tangga pertanian pengguna lahan, mengalami penurunan sebanyak 32.338 rumah tangga atau turun 16,55 persen dibandingkan tahun 2003.

 Jumlah petani yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 227.831 orang, terbanyak di subsektor

tanaman pangan sebesar 152.612 orang dan terkecil di subsektor perikanan kegiatan penangkapan ikan sebesar 204 orang.

 Petani utama Kabupaten Magelang sebesar 28,81 persen berada di kelompok umur 45 - 54 tahun.  Rata-rata luas lahan yang dikuasai per rumah tangga usaha pertanian seluas 2.881,14 m2, terjadi

peningkatan sebesar 34,12 persen dibandingkan tahun 2003 yang hanya sebesar 2.148,19 m2.

 Jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 sebanyak 68.339 ekor, terdiri dari 61.574 ekor sapi potong,

1.732 ekor sapi perah dan 5.033 ekor kerbau.

(2)

Dalam Berita Resmi Statistik (BRS) ini, data jumlah rumah tangga usaha pertanian 2003 dihitung dari data mentah ST2003 dengan menggunakan konsep ST2013 yang tidak menggunakan Batas Minimal Usaha dan master wilayah ST2013 untuk rumah tangga usaha pertanian.

2.

USAHA PERTANIAN

Berdasarkan hasil pencacahan lengkap ST2013 diketahui bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 sebesar 191.211rumah tangga. Subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, dan subsektor peternakan merupakan tiga subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak yaitu masing-masing 137.896 rumah tangga, 128.299 rumah tangga, dan 120.228 rumah tangga. Sementara itu, subsektor jasa pertanian merupakan subsektor yang paling sedikit memiliki rumah tangga usaha pertanian, yaitu sebanyak 3.298 rumah tangga.

Gambar 1.

Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor, Tahun 2003 dan 2013

Rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 mengalami penurunan sebanyak 39.304 rumah tangga dari 230.515 rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 191.211 rumah tangga, yang berarti terjadi rata-rata penurunan sebesar 1,70 persen per tahun. Secara absolut penurunan terbesar terjadi di subsektor peternakan dan penurunan terendah di subsektor jasa pertanian, yaitu masing-masing turun sebanyak 53.127 rumah tangga dan 4.154 rumah tangga. Kondisi yang sama juga terjadi pada penurunan secara persentase di mana subsektor jasa pertanian merupakan subsektor yang mengalami penurunan paling besar selama 10 tahun terakhir yaitu sebesar 55,74 persen, sedangkan subsektor tanaman pangan menjadi subsektor dengan tingkat penurunan terendah yaitu sebesar 8,51 persen .

(3)

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor Tahun 2003 dan 2013

Sektor/Subsektor

Rumah Tangga Usaha Pertanian 2003 2013 Perubahan Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) SEKTOR PERTANIAN SUBSEKTOR : 230 515 191 211 -39 304 -17,05 1.Tanaman Pangan 150 722 137 896 -12 826 -8,51 Padi 100 221 98 246 -1 975 -1,97 Palawija 92 951 72 130 -20 821 -22,40 2.Hortikultura 155 667 128 299 -27 368 -17,58 3.Perkebunan 115 094 103 210 -11 884 -10,33 4.Peternakan 173 355 120 228 -53 127 -30,65 5.Perikanan 10 053 17 758 7 705 76,64 Budidaya Ikan 9 509 17 582 8 073 84,90 Penangkapan Ikan 597 194 -403 -67,50 6.Kehutanan 84 702 98 350 13 648 16,11 7.Jasa Pertanian 7 452 3 298 -4 154 -55,74

Keterangan : Satu rumah tangga usaha pertanian dapat mengusahakan lebih dari 1 sub subsektor usaha pertanian, sehingga jumlah rumah tangga usaha pertanian bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha pertanian dari masing-masing subsektor tanaman pangan, hortrikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.

Jumlah rumah tangga petani gurem (rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar) di Kabupaten Magelang tahun 2013 sebanyak 163.059 rumah tangga. Komposisi terbanyak berada di Kecamatan Grabag sebesar 12.536 rumah tangga, disusul Kecamatan Salaman sebesar 10.850 rumah tangga dilanjutkan Kecamatan Pakis sebesar 10.678 rumah tangga. Sementara komposisi rumah tangga petani gurem terkecil berada di Kecamatan tempuran sebesar 4.615 rumah tangga.

Gambar 2.

Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Petani Gurem Menurut Kecamatan, Tahun 2003 dan 2013

(4)

Dibandingkan dengan kondisi tahun 2003, jumlah rumah tangga petani gurem di tahun 2013 mengalami penurunan. Jika pada tahun 2003 petani gurem di Indonesia sebanyak 195.397 rumah tangga, maka pada tahun 2013 berkurang menjadi 163.059 rumah tangga atau turun sebesar 16,55 persen. Penurunan terbesar secara absolut terjadi di Kecamatan Mungkid yang mencapai 5.295 rumah tangga. Ditinjau secara persentase penurunan rumah tangga petani gurem terbesar terjadi di Kecamatan Mertoyudan sebesar 51,79 persen. Sementara peningkatan jumlah rumah tangga petani gurem secara absolut terbesar terjadi di Kecamatan Windusari dengan jumlah peningkatan mencapai 1.319 rumah tangga dan secara persentase terbesar juga terjadi di Kecamatan Windusari yang mencapai 18,27 persen. Penurunan jumlah rumah tangga petani gurem sebagian besar berasal dari penurunan 33.730 rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan kurang dari 1000 m2.

Tabel 2.

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan Menurut Kecamatan Tahun 2003 dan 2013

No. Kecamatan

Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan

2003 2013 AbsolutPerubahan % (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Salaman 14 207 12 384 -1 823 -12,83 2 Borobudur 12 438 10 304 -2 134 -17,16 3 Ngluwar 7 396 5 887 -1 509 -20,40 4 Salam 7 724 6 349 -1 375 -17,80 5 Srumbung 10 355 10 393 38 0,37 6 Dukun 10 012 9 013 -999 -9,98 7 Muntilan 11 174 5 928 -5 246 -46,95 8 Mungkid 13 304 7 989 -5 315 -39,95 9 Sawangan 12 879 12 564 -315 -2,45 10 Candimulyo 9 862 8 577 -1 285 -13,03 11 Mertoyudan 10 669 5 576 -5 093 -47,74 12 Tempuran 9 391 5 680 -3 711 -39,52 13 Kajoran 12 540 12 316 -224 -1,79 14 Kaliangkrik 11 154 11 422 268 2,40 15 Bandongan 8 748 6 957 -1 791 -20,47 16 Windusari 10 280 9 923 -357 -3,47 17 Secang 10 549 6 625 -3 924 -37,20 18 Tegalrejo 8 657 6 590 -2 067 -23,88 19 Pakis 12 303 12 358 55 0,45 20 Grabag 16 520 14 632 -1 888 -11,43 21 Ngablak 9 589 9 642 53 0,55 Kabupaten Magelang 229 751 191 109 -38 642 -16,82

Dari seluruh rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013, sebesar 99.95 persen merupakan rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan (191.109 rumah tangga). Sedangkan rumah tangga usaha pertanian bukan pengguna lahan hanya sebesar 0,05 persen, atau sebanyak 102 rumah tangga. Selama kurun waktu sepuluh tahun, rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan mengalami penurunan sebesar 38.642 rumah tangga atau sebesar 16,82 persen. Penurunan jumlah rumah tangga terbesar secara absolut terjadi di Kecamatan Mungkid yang mencapai 5.315 rumah tangga.

Sementara itu penurunan jumlah rumah tangga pengguna lahan terbesar secara persentase terjadi di Kecamatan Mertoyudan yang mencapai 47,74 persen. Peningkatan jumlah rumah tangga pengguna lahan secara absolut terjadi di Kecamatan Kaliangkrik. Pada tahun 2003, jumlah rumah tangga pertanian pengguna lahan di Kecamatan Kaliangkrik mencapai 11.154 rumah tangga selanjutnya pada tahun 2013 menjadi 11.422 rumah tangga atau meningkat 2,40 persen.

(5)

Rata-rata Luas Lahan yang Dikuasai per Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kecamatan dan Jenis Lahan Tahun 2013

(M2)

No. Kecamatan Lahan Bukan Pertanian

Lahan Pertanian Lahan yang Dikuasai Lahan Sawah Lahan Bukan Sawah Jumlah

2003 2013 2003 2013 2003 2013 2003 2013 2003 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Salaman 327,36 165,54 753,83 1 024,04 1 326,81 1 426,64 2 080,63 2 450,68 2 407,99 2 616,22 2 Borobudur 341,14 218,44 513,88 739,52 1 269,81 1 392,44 1 783,69 2 131,96 2 124,82 2 350,40 3 Ngluwar 445,80 221,03 1 344,43 1 724,97 48,34 326,90 1 392,77 2 051,87 1 838,56 2 272,90 4 Salam 367,45 165,90 1 083,72 1 794,41 248,96 567,31 1 332,68 2 361,72 1 700,14 2 527,62 5 Srumbung 346,21 188,63 1 130,14 877,94 1 137,23 1 758,89 2 267,37 2 636,82 2 613,59 2 825,46 6 Dukun 223,96 186,12 1 582,12 1 872,84 495,54 750,02 2 077,67 2 622,85 2 301,62 2 808,97 7 Muntilan 217,29 222,47 752,99 2 271,36 60,95 164,68 813,94 2 436,04 1 031,23 2 658,51 8 Mungkid 220,67 184,35 878,15 2 256,03 120,79 279,04 998,94 2 535,07 1 219,61 2 719,42 9 Sawangan 211,09 140,46 789,06 889,12 1 540,11 2 004,93 2 329,17 2 894,05 2 540,26 3 034,50 10 Candimulyo 276,72 177,71 877,63 819,77 1 326,92 1 340,87 2 204,56 2 160,64 2 481,28 2 338,34 11 Mertoyudan 259,87 233,32 374,29 1 757,20 293,03 1 048,21 667,32 2 805,42 927,19 3 038,74 12 Tempuran 320,73 253,03 1 083,42 1 457,81 1 249,78 1 568,01 2 333,19 3 025,81 2 653,92 3 278,84 13 Kajoran 154,41 140,74 1 078,54 1 197,00 2 036,00 2 467,20 3 114,53 3 664,20 3 268,94 3 804,94 14 Kaliangkrik 140,96 109,90 923,66 813,60 1 768,45 1 997,37 2 692,11 2 810,97 2 833,06 2 920,86 15 Bandongan 179,33 140,34 1 325,18 2 530,23 522,75 784,15 1 847,92 3 314,38 2 027,25 3 454,73 16 Windusari 170,40 129,56 1 394,50 1 268,79 2 168,40 1 482,51 3 562,90 2 751,30 3 733,30 2 880,86 17 Secang 223,86 176,90 1 225,34 3 061,81 382,92 785,85 1 608,26 3 847,67 1 832,12 4 024,56 18 Tegalrejo 231,28 204,56 1 003,44 1 513,44 594,16 816,82 1 597,60 2 330,26 1 828,88 2 534,82 19 Pakis 267,90 173,99 244,38 171,20 2 394,97 2 571,20 2 639,34 2 742,40 2 907,24 2 916,39 20 Grabag 253,02 175,59 983,83 1 138,10 1 345,61 1 634,19 2 329,44 2 772,29 2 582,47 2 947,88 21 Ngablak 194,47 156,74 140,17 117,93 2 072,73 2 137,63 2212,90 2 255,56 2 407,37 2 412,30 Kabupaten Magelang 251,00 173,27 891,54 1 256,07 1 005,66 1 451,80 1 897,19 2 707,87 2 148,19 2 881,14

Hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan lahan yang dimiliki rumah tangga pertanian pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jika pada tahun 2003 rata-rata lahan yang dikuasai sebesar 2.148,19 m2, maka pada tahun 2013 rata-rata lahan yang dikuasai meningkat menjadi 2.881,14 m2 untuk setiap rumah tangga pertanian. Peningkatan rata-rata lahan yang dikuasai terutama berasal dari peningkatan penguasaan lahan pertanian dari 1.897,19 m2 pada tahun 2003 menjadi 2.707,87 m2 pada tahun 2013. Sebaliknya pada penguasaan lahan bukan pertanian terjadi penurunan penguasaan lahan yang dimiliki oleh rumah tangga pertanian dari 251,00 m2pada tahun 2003 menjadi hanya 173,27 m2pada tahun 2013.

Rata-rata penguasaan lahan per rumah tangga pertanian terbesar tahun 2013 terdapat di Kecamatan Secang seluas 4.024,56 m2, sedangkan rata-rata penguasaan lahan per rumah tangga terkecil terdapat di Kecamatan Ngluwar seluas 2.272,90 m2. Kecamatan dengan rata-rata penguasaan lahan pertanian per rumah tangga terbesar adalah Kecamatan Secang seluas 3.847,67 m2dan kecamatan dengan rata-rata penguasaan lahan pertanian per rumah tangga terkecil adalah Kecamatan Ngluwar seluas 2.051,87 m2. Sementara itu, pengusaan lahan sawah terbesar terdapat di Kecamatan Secang sebesar 3.061,81 m2dan terkecil terdapat di Kecamatan Ngablak sebesar 117,93 m2per rumah tangga pertanian. Sedangkan untuk penguasaan lahan pertanian bukan sawah terbesar berada di Kecamatan Pakis yaitu sebesar 2.571,20 m2 dan terkecil berada di Kecamatan Muntilan sebesar 164,68 m2 per rumah tangga pertanian.

(6)

Berdasarkan kondisi demografi petani menurut jenis kelamin, hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah petani sebanyak 227.831 orang yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2013 didominasi oleh petani laki-laki sebesar 180.671 orang (79,30 %). Sedangkan jumlah petani perempuan yang bekerja di sektor ini hanya berjumlah 47.160 orang atau sebesar 20,70 persen. Kondisi ini berlaku umum untuk komposisi petani di masing-masing subsektor pertanian baik di tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Persentase jumlah petani laki-laki terbesar berada di subsektor penangkapan ikan yang mencapai 97,06 persen sementara persentase petani laki-laki paling sedikit berada di subsektor peternakan yang mencapai 80,21 persen.

Tabel 4.

Jumlah Petani Menurut Sektor/Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013

Sektor/Subsektor

Laki-Laki Perempuan Jumlah Absolut % Absolut % Absolut %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) SEKTOR PERTANIAN 180 671 79,30 47 160 20,70 227 831 100,00 SUBSEKTOR : 1. Tanaman Pangan 127 960 83,85 24 652 16,15 152 612 100,00 2. Hortikultura 118 328 81,57 26 729 18,43 145 057 100,00 3. Perkebunan 96 206 87,68 13 523 12,32 109 729 100,00 4. Peternakan 107 113 80,21 26 426 19,79 133 539 100,00 5. Perikanan 18 592 Budidaya Ikan 16 589 90,22 1 799 9,78 18 388 100,00 Penangkapan Ikan 198 97,06 6 2,94 204 100,00 6. Kehutanan 91 461 88,72 11 633 11,28 103 094 100,00

Sementara itu dari hasil Sensus Pertanian 2013 juga diketahui bahwa sebanyak 152.612 petani yang bekerja di sektor pertanian berada di subsektor tanaman pangan atau terbesar dari seluruh subsektor pertanian. Subsektor lain yang juga banyak menyerap jumlah tenaga kerja berturut-turut adalah subsektor horikultura dan subsektor peternakan dengan jumlah petani yang masing-masing sebesar 145.057 orang dan 133.539 orang.

Dari Tabel 5 diketahui bahwa sebanyak 160.069 rumah tangga usaha pertanian dengan kelompok umur petani utamanya antara 15 - 64 tahun. Sementara jumlah rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya kurang dari 15 tahun sebanyak 31 rumah tangga dan jumlah rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya di atas 65 tahun sebanyak 31.111 rumah tangga. Pada tabel ini juga menunjukkan bahwa petani utama Kabupaten Magelang terbesar berada di kelompok usia 45-54 tahun yakni sebesar 55.079 rumah tangga (28,81 %) atau dengan kata lain kelompok usia produktif mendominasi kelompok umur di bidang usaha pertanian.

(7)

Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian

Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Petani Utama Tahun 2013

Kelompok Umur Petani Utama (Tahun) Laki-Laki Perempuan Jumlah Absolut Distribusi (Persen) (1) (2) (4) (6) (7) < 15 29 2 31 100,00 15 – 24 789 54 843 100,00 25 – 34 15 032 654 15 686 100,00 35 – 44 41 838 2 385 44 223 100,00 45 – 54 50 312 4 767 55 079 100,00 55 – 64 38 615 5 623 44 238 100,00 65 + 25 674 5 437 31 111 100,00 Jumlah 172 289 18 922 191 211 Distribusi (Persen) 100,00

Rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama laki-laki juga terlihat lebih tinggi jumlahnya jika dibandingkan dengan petani utama perempuan. Kecenderungan ini terjadi hampir serupa di masing-masing kelompok umur. Jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan petani utama laki-laki tercatat sebesar 172.289 rumah tangga, jauh lebih tinggi dibandingkan petani utama perempuan yang tercatat sebesar 18.922 rumah tangga. Persentase jumlah rumah tangga pertanian dengan petani utama laki-laki terbesar berada pada kelompok umur 25-34 tahun sebesar 95,83 persen dan terendah berada pada kelompok umur di atas 65 tahun yang mencapai 82,52 persen. Sedangkan pada rumah tangga pertanian dengan petani utama perempuan secara persentase terbesar berada pada kelompok umur di atas 65 tahun (17,48 %) dan terendah berada pada kelompok umur 25 -34 tahun (4,17 %).

(8)

Gambar 3.

Jumlah Petani Utama Menurut Kelompok Umur Tahun 2013

Komposisi jumlah petani utama secara keseluruhan terbesar berada pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 28,03 persen, kemudian disusul kelompok umur 35-44 tahun (26,34 %) dan kelompok umur 55-64 tahun (20,01 %). Kelompok umur di bawah 15 tahun dan kelompok umur 15-24 tahun merupakan dua kelompok umur yang paling sedikit jumlah petani utamanya dengan nilai masing-masing sebesar 0,02 persen dan 0,88 persen

3. PERUSAHAAN PERTANIAN BERBADAN HUKUM DAN USAHA PERTANIAN LAINNYA

Ditinjau dari jumlah perusahaan pertanian yang berbadan hukum, hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa terdapat 10 perusahaan pertanian. Sebagian besar atau sebanyak 6 perusahaan pertanian yang berbadan hukum bergerak di subsektor peternakan disusul subsektor hortikultura sebanyak 3 perusahaan pertanian. Sedangkan perkebunan merupakan subsektor yang hanya memiliki 1 perusahaan pertanian.

Gambar 4.

Perbandingan Jumlah Perusahaan Berbadan Hukum Menurut Subsektor, Tahun 2003 dan 2013

(9)

2003 jumlah perusahaan pertanian sebanyak 7 unit maka pada 10 tahun kemudian tumbuh menjadi 10 unit atau dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar 3 unit (42,86 %). Peningkatan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum tertinggi antara tahun 2003 sampai tahun 2013 secara absolut terjadi di subsektor peternakan, yang mengalami peningkatan jumlah unit usaha mencapai 3 perusahaan pertanian. Sedangkan jika ditinjau secara persentase maka subsektor hortikultura merupakan subsektor dengan jumlah peningkatan terbesar yang mencapai 200 persen. Penurunan jumlah perusahaan pertanian baik secara absolut maupun persentase terbesar terjadi di subsektor kehutanan dengan jumlah penurunan sebesar 3 perusahaan pertanian atau sebesar 100 persen .

Tabel 6.

Jumlah Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum dan Usaha Pertanian Lainnya Menurut Subsektor Tahun 2003 dan 2013

Sektor/Subsektor

Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (Perusahaan) Usaha Pertanian Lainnya 2013 (Unit) 2003 2013 Perubahan Absolut % (1) (2) (3) (4) (5) (6) SEKTOR PERTANIAN 7 10 3 42.86 55 SUBSEKTOR : 1. Tanaman Pangan - - 5 Padi - - 4 Palawija - - 1 2. Hortikultura 1 3 2 200.00 13 3. Perkebunan - 1 2 4. Peternakan 3 6 3 100.00 16 5. Perikanan - - 10 Budidaya Ikan - - 10 Penangkapan Ikan - - -6. Kehutanan 3 - -3 -100.00 4 7. Jasa Pertanian - -

-4. SAPI DAN KERBAU

Jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 sebanyak 68.339 ekor, terdiri dari 61.574 ekor sapi potong, 1.732 ekor sapi perah dan 5.033 ekor kerbau. Jumlah sapi potong betina lebih rendah bila dibandingkan dengan jumlah sapi potong jantan. Hasil Sensus Pertanian 2013 menunjukkan bahwa jumlah sapi potong betina sebanyak 24.091 ekor dan jumlah sapi potong jantan sebanyak 37.483 ekor. Sedangkan sapi perah betina sebanyak 681 ekor dan jumlah sapi perah jantan sebanyak 1.051 ekor. Sementara itu populasi kerbau betina sebanyak 3.276 ekor dan jumlah kerbau jantan sebanyak 1.757 ekor.

Gambar 5.

(10)

Kecamatan dengan jumlah sapi dan kerbau terbanyak adalah Kecamatan Sawangan, dengan jumlah sapi dan kerbau sebanyak 11.142 ekor. Sedangkan Kecamatan Tempuran adalah kecamatan dengan jumlah sapi dan kerbau paling sedikit (603 ekor). Jumlah sapi potong terbanyak terdapat di Kecamatan Sawangan, yaitu sebanyak 10.524 ekor, dan jumlah sapi perah terbanyak adalah Kecamatan Ngablak, dengan jumlah sapi perah sebanyak 946 ekor. Sedangkan jumlah ternak kerbau terbesar berada di Kecamatan Bandongan yang berjumlah 717 ekor.

Tabel 7.

Jumlah Sapi dan Kerbau pada 1 Mei 2013 Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

No. Kecamatan

Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Jumlah Sapi dan Kerbau Jantan Betina Jumlah Jantan Betina Jumlah Jantan Betina Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 1 Salaman 343 498 841 2 1 3 61 182 243 1 087 2 Borobudur 830 1 265 2 095 6 10 16 4 6 10 2 121 3 Ngluwar 354 321 675 1 4 5 41 63 104 784 4 Salam 338 397 735 4 1 5 83 126 209 949 5 Srumbung 1 829 404 2 233 0 0 0 132 76 208 2 441 6 Dukun 4 295 1 611 5 906 18 72 90 451 97 548 6 544 7 Muntilan 278 305 583 0 0 0 59 96 155 738 8 Mungkid 547 354 901 5 4 9 129 220 349 1 259 9 Sawangan 5 116 5 408 10 524 100 258 358 97 163 260 11 142 10 Candimulyo 592 3 328 3 920 6 6 12 23 76 99 4 031 11 Mertoyudan 269 696 965 15 164 179 47 160 207 1 351 12 Tempuran 145 203 348 5 2 7 51 197 248 603 13 Kajoran 306 1 506 1 812 13 15 28 95 246 341 2 181 14 Kaliangkrik 671 1 594 2 265 1 10 11 40 111 151 2 427 15 Bandongan 160 346 506 2 10 12 137 580 717 1 235 16 Windusari 552 1 056 1 608 5 2 7 90 193 283 1 898 17 Secang 310 66 376 4 6 10 111 436 547 933 18 Tegalrejo 516 1 840 2 356 1 21 22 57 106 163 2 541 19 Pakis 7 831 1 892 9 723 2 6 8 0 1 1 9 732 20 Grabag 4 558 837 5 395 4 0 4 49 140 189 5 588 21 Ngablak 7 643 164 7 807 857 89 946 0 1 1 8 754 Kabupaten Magelang 37 483 24 091 61 574 1 051 681 1 732 1 757 3 276 5 033 68 339

Bila dirinci menurut wilayah (Tabel 6), tiga kecamatan yang memiliki sapi potong paling banyak adalah Kecamatan Sawangan dengan jumlah populasi sebanyak 10.524 ekor, kemudian Kecamatan Pakis (9.723 ekor), dan Kecamatan Ngablak (7.807 ekor). Sementara itu, kecamatan yang memiliki sapi potong paling sedikit adalah Kecamatan Tempuran dengan jumlah populasi sebanyak 348 ekor.

Sapi perah paling banyak terdapat di Kecamatan Ngablak dengan jumlah populasi sebanyak 946 ekor, disusul Kecamatan Sawangan (358 ekor), dan Kecamatan Mertoyudan (179 ekor). Sedangkan kecamatan yang sama sekali tidak terdapat populasi sapi perah adalah Kecamatan Srumbung, dan Kecamatan Muntilan.

Kerbau paling banyak terdapat di Kecamatan Bandongan dengan jumlah populasi sebanyak 717 ekor, kemudian Kecamatan Dukun (548 ekor), dan Kecamatan Secang (547 ekor). Kecamatan Pakis dan Kecamatan Ngablak merupakan kecamatan dengan jumlah populasi kerbau paling sedikit yaitu masing-masing hanya 1 ekor.

Secara umum populasi sapi dan kerbau terbesar berada di Kecamatan Sawangan sebanyak 11.142 ekor atau sebanyak 16,30 persen disusul Kecamatan Pakis sebesar 9.732 ekor (14,24 %) dan Kecamatan

(11)

populasi sapi dan kerbau paling sedikit yaitu sebesar 603 ekor atau hanya sebesar 0,88 persen dari total populasi sapi dan kerbau di Kabupaten Magelang.

5. KONSEP DAN DEFINISI

Kegiatan pencacahan Sensus Pertanian 2003 dilakukan dengan pendekatan rumah tangga di mana setiap rumah tangga usaha pertanian dilakukan pencacahan di lokasi tempat tinggal rumah tangga tersebut berada. Kegiatan usaha pertanian yang dilakukan oleh rumah tangga tangga usaha pertanian yang berada di luar wilayah (Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi) tempat tinggal rumah tangga tetap dicatat sebagai kegiatan usaha pertanian di tempat tinggal dimana rumah tangga tersebut. Penentuan suatu rumah tangga sebagai rumah tangga usaha pertanian mengacu pada syarat Batas Minimal Usaha (BMU) dan dijualnya suatu komoditi pertanian. Penentuan syarat rumah tangga usaha pertanian ini tidak berlaku untuk kegiatan usaha di subsektor tanaman pangan.

Pada kegiatan Sensus Pertanian 2013, pencacahan rumah tangga usaha pertanian dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dan status pengelola usaha pertanian. Rumah tangga yang dicakup sebagai rumah tangga usaha pertanian dalam Sensus Pertanian 2013 adalah rumah tangga usaha pertanian yang berstatus sebagai mengelola usaha pertanian milik sendiri, mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil dan mengelola usaha pertanian dengan menerima upah. Disamping itu pada kegiatan ST 2013 ini tidak mensyaratkan Batas Minimal Usaha dari setiap komoditi pertanian yang diusahakan oleh rumah tangga, namun untuk syarat komoditi pertanian yang dijual masih tetap berlaku dalam ST 2013.

Usaha Pertanian adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga). Usaha pertanian meliputi usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, termasuk jasa pertanian. Khusus tanaman pangan (padi dan palawija) meskipun tidak untuk dijual (dikonsumsi sendiri) tetap dicakup sebagai usaha.

Rumah Tangga Usaha Pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian.

Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha di sektor pertanian yang bersifat tetap, terus menerus yang didirikan dengan tujuan memperoleh laba yang pendirian perusahaan dilindungi hukum atau izin dari instansi yang berwenang minimal pada tingkat kabupaten/kota, untuk setiap tahapan kegiatan budidaya pertanian seperti penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Contoh bentuk badan hukum: PT, CV, Koperasi, Yayasan, SIP Pemda.

Usaha pertanian lainnya adalah usaha pertanian yang dikelola oleh bukan rumah tangga dan bukan oleh perusahaan pertanian berbadan hukum, seperti: pesantren, seminari, kelompok usaha bersama, tangsi militer, lembaga pemasyarakatan, lembaga pendidikan, dan lain-lain yang mengusahakan pertanian.

Rumah Tangga Petani Gurem adalah rumah tangga pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar.

Petani Utama adalah petani yang mempunyai penghasilan terbesar dari seluruh petani yang ada di rumah tangga usaha pertanian.

(12)

Lahan yang Dikuasai adalah lahan milik sendiri ditambah lahan yang berasal dari pihak lain, dikurangi lahan yang berada di pihak lain. Lahan tersebut dapat berupa lahan sawah dan/atau lahan bukan sawah (lahan pertanian) dan lahan bukan pertanian.

Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan adalah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan satu atau lebih kegiatan usaha tanaman padi, palawija, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, budidaya ikan/biota lain di kolam air tawar/tambak air payau, dan penangkaran satwa liar.

Rumah Tangga Usaha Jasa Pertanian adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak/secara borongan, seperti melayani usaha di bidang pertanian.

Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Produksi Hasil Pertanian Sendiri adalah rumah tangga yangg melakukan kegiatan mengubah bahan baku hasil pertanian sendiri menjadi barang jadi/setengah jadi atau barang yang lebih tinggi nilainya.

Jumlah Sapi dan Kerbau adalah jumlah sapi dan kerbau yang dipelihara pada tanggal 1 Mei 2013 baik untuk usaha (pengembangbiakan/penggemukan/pembibitan/pemacekan) maupun bukan untuk usaha konsumsi/hobi/angkutan/perdagangan/lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Pada Oktober 1918 Ottoman menyerah kepada Sekutu, dan Mustafa Kemal menjadi salah seorang pemimpin partai yang memilih untuk mempertahankan wilayah yang lebih kurang sama dengan

Promo tidak dapat digabungkan dengan promo yg lainnya, Syarat &amp; ketentuan berlaku. Untuk mendapatkan semua benefit, pemegang kartu dan keluarga inti harus menghubungi

(1) Penghapusan Secara Bersyarat dan Penghapusan Secara Mutlak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, hanya dapat dilakukan setelah Piutang BLUD RSUD diurus secara optimal oleh

Pembekalan pengetahuan ini akan memberikan pengetahuan kepada calon wasit tentang kondisi cedera yang terjadi pada atlet, dan wasit akan mampu memberikan

Dalam hal pengalihan Unit Penyertaan REKSA DANA BNP PARIBAS PRIMA USD dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan melalui media elektronik, maka Formulir Pengalihan Unit Penyertaan

Saat dikaji, klien mengatakan nyeri di bagian perutnya, P: nyeri bertambah ketika beraktivitas, Q: terasa seperti ditusuk-tusuk jarum, R: Nyeri yang klien rasakan

Perubahan warna yang terjadi adalah menjadi kuning, kemudian terjadi perubahan warna lagi setelah larutan NaOH dan HCl ditetesi fenoftalein dari

Masih banyak perusahaan yang kurang mengontrol atau melihat bagaimana motivasi pegawai dalam bekerja, pihak perusahaan harus bisa memotivasi pegawainya karena hal