PROPOSAL
PENELITIAN LABORATORIUM
DANA ITS 2020
STUDI INTEGRASI GROUND PENETRATING RADAR (GPR) DAN GEOLISTRIK
UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN SITUS ARKEOLOGI
JOMBANG
Tim Peneliti:
Ketua : Dr. Ir. Amien Widodo, M.Si (Teknik Geofisika/FTSPK/ITS) Anggota 1 : Dr. Dwa Desa Warnana, S.Si, M.Si (Teknik Geofisika/FTSPK/ITS) Anggota 2 : Juan Pandu Gya Nur Rochman, S.Si, M.Si (Teknik Geofisika/FTSPK/ITS)
DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2020
DAFTAR ISI
BAB I RINGKASAN ... 3
BAB II PENDAHULUAN ... 4
2.1 Latar Belakang ... 4
2.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah ... 4
2.3 Tujuan ... 5
2.4 Relevansi ... 5
2.5 Target Luaran ... 6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... 7
3.1 Teori Penunjang ... 7
3.1.1 Geologi Daerah Penelitian ... 7
3.1.2 Metode Geolistrik ... 8
3.1.2.1 Prinsip Dasar ... 8
3.1.2.2 Konfigurasi Wenner-Alpha ... 10
3.1.2.3 Sifat Kelistrikan Material ... 11
3.1.3 Metode Groung Penetrating Radar (GPR)... 11
3.1.3.1 Prinsip Dasar GPR ... 12
3.1.3.2 Sifat-Sifat Material... 13
2.2 Penelitian Terdahulu ... 14
BAB IV METODE PENELITIAN ... 17
BAB V JADWAL DAN RANCANGAN ANGGARAN BIAYA ... 20
5.1 Organisasi Tim Peneliti... 20
5.2 Jadwal Penelitian ... 20
5.3 Anggaran Biaya ... 21
DAFTAR PUSTAKA ... 23
BAB I RINGKASAN
Kabupaten Jombang-Trowulan merupakan daerah yang banyak ditemukan peninggalan zaman klasik, mulai dari candi, prasasti, hingga mata air. Hal ini karena kawasan Jombang-Trowulan merupakan pusat pemerintahan kerajaan-kerajaan zaman klasik, salah satunya yaitu Kerajaan Majapahit. Baru-baru ini telah ditemukan dua situs arkeologi di bagian selatan Kabupaten Jombang, yaitu Situs Petirtaan Sumberbeji dan Situs Candi Kedaton Diwek. Kedua situs ini hanya berjarak 3 km, dimana situs petirtaan berada di Kecamatan Ngoro sementara situs kedaton berlokasi di Kecamatan Diwek. Kedua situs ditemukan oleh masyarakat setempat secara tidak sengaja pada pertengahan tahun 2019 dalam kondisi sebagian besar bagiannya tertimbun oleh lapisan endapan lahar.
Investigasi struktur bawah permukaan kedua situs akan dilakukan dengan metode Ground
Penetrating Radar (GPR) dan Geolistrik (Resistivitas). Pengukuran GPR akan dilakukan dengan 21
lintasan berbentuk grid (NW-SE, NE-SW) berluasan 0.5 km2 di situs kedaton. Pengukuran Geolistrik Resistivitas akan dilakukan menggunakan 6 lintasan berarah S-N dan W-E dengan konfigurasi lintasan
Wenner-Alpha di situs petirtaan.
Keluaran yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah: (1) Model geometri 3D struktur bawah permukaan situs arkeologi Jombang dan (2) Sebaran luasan struktur arkeologi Jombang
BAB II PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Jawa Timur merupakan salah satu daerah di Pulau Jawa yang banyak berkembang kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha. Salah satunya berlokasi di Kabupaten Jombang, yang dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan seperti Candi Tampingan. Pada pertengahan tahun 2019 lalu kembali ditemukan situs candi kedaton di Kecamatan Diwek dan situs petirtaan di Kecamatan Ngoro. Kedua situs tersebut diduga merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit karena memiliki kesamaan dengan peninggalan-peninggalan Majapahit, salah satunya yaitu Candi Tikus. Situs kedaton ini ditemukan di area persawahan Desa Bulurejo dalam kondisi terkubur di bawah lapisan endapan vulkanik dengan kedalaman 2 m. Sementara situs petirtaan telah diketahui dan dimanfaatkan masyarakat setempat sejak lama, namun struktur candi dari petirtaan tersebut masih tertimbun di bawah lapisan endapan vulkanik. Kondisi kedua situs tersebut menjadi sebab perlunya diadakan studi kelayakan dengan beberapa pendekatan teknis untuk membantu perencanaan ekskavasi. Salah satu pendeketannya yaitu menggunakan metode geofisika yang mampu memberikan informasi bawah permukaan dan bersifat non-destruktif. Metode yang akan digunakan yaitu metode Geolistrik Resistivitas dan metode Ground
Penetrating Radar (GPR).
Metode Resistivitas yang memanfaatkan perbedaan nilai potensial dari injeksi kuat arus mampu memberikan gambaran yang baik terkait bawah permukaan melalui penampang sebaran nilai resistivitas yang dihasilkan (Lida Maulida, 2013). Adapun pengukuran dengan metode tersebut merupakan metode aktif yang memiliki kelebihan dalam mengontrol kedalaman sesuai dengan kebutuhan. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan konfigurasi Wenner-Alpha karena memiliki resolusi yang baik secara vertical maupun horizontal (Loke, 2004). Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa konfigurasi Wenner-Alpha memiliki kemampuan untuk memetakan kondisi bawah permukaan khususnya aliran rembesan (Nugraha et al., n.d.). Metode resistivitas juga sering digunakan untuk investigasi arkeologi, sehingga metode ini cocok digunakan untuk memetakan struktur situs petirtaan.
Metode Ground Penetrating Radar (GPR) adalah metode dengan sistem radar kecil yang dipasang pada satu perangkat (Bevan dan Kenyon, 1975). Pada dasarnya metode ini menggunakan prinsip pemancaran gelombang elektromagnetik berfrekuensi 10 MHz - 10 GHz melalui antena pemancar ke dalam tanah untuk menggambarkan kondisi bawah permukaan dan mendeteksi objek yang terpendam dalam tanah. Gelombang yang dipancarkan kemudian akan dipantulkan oleh objek maupun lapisan di bawah permukaan dan diterima oleh antena penerima sehingga menghasilkan visualisasi bawah permukaan dalam bentuk radargram (Goodman dan Piro, 2013). Metode GPR telah banyak diterapkan dalam penelitian arkeologi sejak pertama kali diperkenalkan oleh Bevan dan Kenyon (1975) pada investigasi situs Stenton Mansion di Philadelphia. pemanfaatan metode GPR dalam bidang arkeologi juga didasari oleh resolusi hasil yang baik (bergantung pada sifat lapisan dan frekuensi antena) dan perekonstruksian posisi dan bentuk objek yang cukup detil, meskipun penetrasi kedalamannya relatif rendah (~10 m). Oleh karena itu, survei menggunakan metode GPR sangat cocok untuk investigasi arkeologi di situs kedaton.
2.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
Permasalahan yang dirumuskan pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk struktur dan kedalaman Situs Kedaton Diwek, Jombang berdasarkan visualisasi data GPR?
2. Bagaimana kondisi bawah permukaan dan model resistivitas 3D di daerah Situs Petirtaan Sumberbeji?
Penelitian ini dibatasi oleh:
1. Area cakupan penelitian berada di singkapan bata kuno Situs Kedaton Diwek dan Situs Petirtaan Sumberbeji ke arah barat laut-barat daya sejauh 50 meter.
2. Frekuensi antena GPR yang digunakan adalah 500 MHz. 3. Pengolahan data GPR menggunakan perangkat lunak MatGPR
4. Pemodelan data 3D Resistivitas menggunakan data input dari output RES2DINV.
2.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui bentuk struktur dan kedalaman Situs Kedaton Diwek, Jombang.
2. Mengetahui kondisi bawah permukaan dan model resistivitas 3D Situs Petirtaan Sumberbeji.
2.4 Relevansi
Relevansi dari penelitian ini adalah sebagai penyediaan informasi dan kajian situs bersejarah di Kabupaten Jombang. Terkait inline antara Roadmap Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Kelautan-Kebumian dengan Laboratorium Geofisika Teknik dan Lingkungan Departemen Teknik Geofisika ITS ditunjukkan dalam tabel 2.1 dan tabel 2.2 berikut.
Tabel II.1 Roadmap Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Kelautan-Kebumian
Topik Penelitian
Road Map Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Kelautan-Kebumian
2020 2021 2022 2023 2024 Pemodelan Spasial Membangun Informasi Geospasial dengan teknologi Fotogrammetri dengan didukung teknologi BIM 3 Dimensi Analisa remote sensing untuk Informasi Geospasial Dasar (IGD) dan Informasi Geospasial Terapan (IGT) baik dengan remote sensing
aktif dan pasif
Integrasi GIS dan big data
untuk optimalisasi pengembangan wilayah di berbagai bidang, termasuk di dalamnya perencanaan wilayah pesisir Teknologi WebGIS berbasis point cloud untuk analisa pengembangan dan monitoring wilayah, termasuk di dalamnya perencanaan wilayah pesisir Teknologi apps untuk membangun informasi Geospasial baik di surface maupun sub surface Kajian manajemen Pertanahan, dan perencanaan wilayah pesisir dengan berbagai metode, termasuk didalamnya teknologi UAV/Drone untuk historical Aplikasi UAV/Drone LIDAR untuk mendukung akuisi data peta bidang berbasis 3D kadaster, khususnya untuk melakukan perencanaan wilayah, termasuk di Pengembangan teknik geovisualisasi data spasial berbasis kamera resolusi tinggi untuk membangun Augmented Reality, termasuk di dalamnya untuk jejak sejarah, Analisa administrasi pertanahan yang berkaitan dengan akuisi data spasial untuk marine kadaster dan land kadaster Analisa Land
value dan land property
korelasinya dengan pembangunan
building/situs berbasis 3D kadaster dalamnya perencanaan wilayah pesisir Rekonstruksi virtual reality Pantai Zaman Airlangga
Gambar II.1 Roadmap Laboratorium Geofisika Teknik dan Lingkungan Departemen Teknik Geofisika ITS
2.5 Target Luaran
Pada penelitian ini penulis memiliki target yang dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang maupun Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur dalam mengelola situs bersejarah. Adapun target luaran yang ingin dicapai adalah:
No Luaran Yang Diharapkan Tema Konten
1 Jurnal internasional (scopus) Studi Geoarkeologi
Studi integrasi Ground Penetrating
Radar (GPR) dan Geolistrik untuk
mengetahui struktur bawah permukaan situs arkeologi Jombang
a base k di jawa mur Data Geopar Ti n geofisika- s purbakala Kaji situ fisik a ur Kajian geo gunung lump
Arkeogeofisika di Jawa Timur
ent resiko empa Asse m or Assement erentana n bangunan ent n tanah uran mikrotrem PGA Assem kerentan a Pengu k ahay a Assement b gemp
Assesment Resiko bencana gempa sebagai masukan perencanaan tata ruang Kota Surabaya sesmen t a n mikrotremor ozonasi dan as resiko gemp nalisa PGA Pengukur a avity kuran MT Mik n gempa/pata h kan pengukuran logi dan satelit
Pengukuran Model sumber aktif berdasa geofisika Studi geo
Kajian Earthquake Risk Reduction dengan Metode Geofisika Untuk Pemetaan Patahan Aktif Cekungan Jawa Timur
2021 2020
2019 2018
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Teori Penunjang
3.1.1 Geologi Daerah Penelitian
Lokasi penelitian berada pada Kabupaten Jombang tepatnya di bagian selatan (selatan Sungai Brantas) yang menurut Van Bemmelen (1949) termasuk ke dalam Zona Depresi Solo yang terletak di sepanjang Pulau Jawa bagian tengah (di antara Perbukitan Kendeng dan Pegunungan Selatan Jawa Timur). Zona Solo merupakan cekungan sedimenter aktif dengan sistem fluvial yang menerima pasokan sedimen dari busur gunungapi, Zona Pegunungan Selatan, dan Zona Perbukitan Kendeng. Zona Solo merupakan daerah depresi yang tersusun oleh gunungapi-gunungapi muda, salah satunya terdapat di Jombang bagian selatan yaitu kompleks Anjasmoro-Arjuno-Kawi-Butak-Welirang-Kelud, dengan Gunung Anjasmoro sebagai bagian paling tua di zona ini. Menurut Van Bemmelen (1949), Zona Solo terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Subzona Ngawi yang membentang mulai dari Delta Brantas sampai Sragen dan Ngawi hingga Jombang, Subzona Solo yang terbentuk oleh gunungapi-gunungapi kuarter (Gunung Lawu, Gunung Wilis, Gunung Kelud, Pegunungan Tengger dan Gunung Ijen di ujung timur Pulau Jawa) dan dataran antar-gunungapi (Dataran Madiun, Dataran Ponorogo, dan Dataran Kediri), dan Subzona Blitar yang berada tepat di utara Zona Pegunungan Selatan. Lokasi Penelitian termasuk ke dalam Subzona Ngawi, Zona Solo.
Gambar III.1 Fisiografi bagian tengah dan timur pulau Jawa (Van Bemmelen, 1949)
Stratigrafi daerah penelitian menurut Santosa dan Atmawinata (1992) dalam Peta Geologi Lembar Kediri berada di perbatasan aluvium (Qa) dan endapan lahar (Qvlh) yang berlitologi kerakal-pasir gunungapi, tuf, lempung dan sisa tumbuhan atau peradaban. Berdasarkan sayatan melintang, berada tepat di bawah endapan lahar terdapat Formasi Notopuro (Qpnv) dengan litologi breksi, batupasir tufan, batulempung tufan, batugamping dan batupasir gampingan yang terbentuk selaras di atas Formasi Kabuh (Qpk) dengan litologi tidak jauh berbeda dari Notopuro, yaitu batupasir, batulempung, sisipan konglomerat dan tuf. Santosa dan Atmawinata (1992) menggolongkan lapisan alluvium dan endapan lahar berumur Holosen, dimana endapan lahar terbentuk lebih dulu. Sementara Formasi Notopuro diperkirakan berumur Plistosen akhir dan Formasi Kabuh berumur lebih tua dari Notopuro, yaitu Plistosen Awal-Tengah. Sebelah timur daerah penelitian terdapat Formasi Batuan Vulkanik Anjasmara Muda (Qpva) berumur Plistosen Tengah yang terbentuk di atas Batuan Vulkanik Anjasmara Tua (Qpat) berumur Plistosen Awal-Tengah. Sebelah barat-barat laut daerah penelitian
Panduan EGR 2015/2016 6
BAB II
FISIOGRAFI
Ekskursi Geologi Regional 2015/2016 kali ini akan melalui beberapa zona fisiografi regional yang mengacu pada publikasi Pannekoek (1949) dan Van Bemmelen (1949). Fisiografi regional yang akan dilalui adalah Zona Solo, Zona Pegunungan Kendeng, Zona Depresi Randublatung, Zona Pegunungan Rembang, dan Zona Pesisir Utara Jawa. Setiap zona memiliki karakteristik geomorfologi, stratigrafi, dan tektonik tersendiri. Penjelasan mengenai tiap-tiap zona tersebut akan diuraikan pada beberapa sub-bab di bawah ini.
Gambar 2.1. Zonasi fisiografi Pulau Jawa bagian tengah dan timur (pembagian mengikuti Pannekoek, 1949; van Bemmelen, 1949).
II.1. ZONA PEGUNUNGAN SELATAN (JAWA TIMUR)
Zona Pegunungan Selatan Jawa Timur merupakan rangkaian pegunungan yang berada di sisi selatan Pulau Jawa di bagian timur dan memanjang relatif berarah timur-tenggara - barat-baratlaut (TTg - BBL), mulai dari Parangtritis hingga Ujung Purwo dengan lebar yang tidak selalu sama. Berdasarkan pada derajat kekasaran permukaan atau tingkat keterbikuan (dissection) morfologi Pegunungan Selatan dapat dipisahkan menjadi dua tipe, yaitu relief halus dengan derajat
5o km
Zona Pegunungan Selatan Zona Solo Zona Kendeng
Zona Rembang
Zona Randublatung
Dataran Pesisir Utara
terdapat Formasi Pucangan (Qpp) berumur Plistosen Awal yang terbentuk di bawah Formasi Kabuh.
Gambar 3.III.2 Peta Geologi Regional Lembar Kediri (Santosa dan Atmawinata, 1992, dimodifikasi) 3.1.2 Metode Geolistrik
3.1.2.1 Prinsip Dasar
Tujuan dari survei geolistrik adalah untuk menentukan distribusi resistivitas bawah permukaan dengan melakukan pengukuran pada permukaan tanah. Dari pengukuran ini, true resistivity dari bawah permukaan dapat diperkirakan. Resistivitas tanah terkait dengan berbagai parameter geologi seperti kandungan mineral dan cairan, porositas, dan tingkat kejenuhan air dalam setiap batuan yang berbeda. Lapisan batuan ini diasumsikan perlapisan secara horizontal. Jenis lapisan batuan yang berbeda-beda ini juga memiliki hambatan jenis/ tahanan jenis yang berbeda pula. Tahanan jenis ρ dari bahan adalah pengukuran seberapa baik bahan menghambat aliran arus listrik (Telford, 1990).
Gambar III.3 Aliran Arus Pada Benda Silinder (Telford, 1990)
memiliki hambatan jenis (ρ), arus listrik (I), maka akan berbanding lurus dengan luas penampang (A) dan beda potensial antara ujung-ujungnya (ΔV), namun berbanding terbalik dengan panjangnya (L). Sehingga bila ditarik persamaan tahanan jenis adalah sebagai berikut:
𝜌 = 𝑣𝐴
𝐼𝐿 (1)
Pengukuran metode resistivitas dilakukan dengan menginjeksikan arus ke tanah melalui dua elektroda arus (C1 dan C2), dan mengukur perbedaan tegangan yang dihasilkan pada dua elektroda potensial (P1 dan P2).
Datum yang terukur sifat kelistrikannya pada pengukuran geolistrik disebut ekuipotensial. Titik arus permukaan terukur disebabkan ada respon beda potensial karena adanya penginjekan arus. Ekuipotensial dapat muncul dengan satu atau dua titik arus permukaan. Penggunaan jumlah elektroda ini bedasarkan keperluan pendugaan kondisi bawah permukaan bedasarkan resistivitas. Bumi diasumsikan sebagai medium yang homogen isotropis. Misalkan elektroda arus mengalirkan arus pada medium isotropis, maka akan terbentuk bidang ekuipotensial berbentuk setengah bola = 2πr2 sedangkan garis aliran arus medan listriknya pada arah radial (Telford, 1990).
Gambar III.4 (a) Aliran Arus Listrik Pada Homogen Isotropi; (b) Ekuipotensial dalam Pengukuran Tahanan Jenis (Telford dkk., 1990)
Gambar 3.4 merupakan gambaran suatu sumber listrik yang diinjeksikan ke dalam bumi yang homogen isotropis yang tegak lurus terhadap bidang ekuipotensial. Arus yang mengalir ke dalam bumi akan mengalir ke segala arah dan akan menyebabkan adanya perbedaan potensial disekitarnya. Arus yang mengalir memiliki nilai yang sama ke segala arah sehingga beda potensial yang disebabkannya pun memiliki nilai yang sama. Daerah dengan beda potensial yang sama di segala titik tersebut kemudian disebut dengan daerah ekuipotensial (Telford, 1990)
Secara matematis, nilai potensial V yang terukur akibat satu sumber arus tunggal memenuhi persamaan Laplace untuk asumsi bumi sebagai bola sebagai berikut:
∇𝑉 = 1 𝑟2 { 𝜕 𝜕𝑟(𝑟 2 𝜕 𝜕𝑟) + 1 sin 𝜃 𝜕 𝜕𝜃(sin 𝜃 𝜕𝑉 𝜕𝜃) + 1 sin2𝜃 𝜕2 𝜕𝜃2} (2)
Namun pada penerapan metode tahanan jenis, nilai potensial tersebut hanya ditinjau dari fungsi jarak atau jari-jari r saja, sehingga persamaan 2.2 menjadi berikut:
∇𝑉 = 1 𝑟2 { 𝑑 𝑑𝑟(𝑟 2 𝜕 𝜕𝑟)} (3)
Simbol 𝜕 berubah menjadi d karena persamaan menjadi parsial berdasarkan salah satu fungsi dari persamaan 2. Pada persamaan 2 terdapat fungsi jarak, fungsi azimuth dan fungsi sudut yang memberi gambaran utuh tentang nilai beda potensial pada bumi. Apabila ∇2V = 0, maka integral dari
persamaan 3 akan menjadi:
∫ 0 = ∫ 𝑑 𝑑𝑟(𝑟
2𝑑𝑉
𝑑𝑟) (4)
Dari hasil integral didapatkan hasil: 𝐴 𝑟2 = 𝑑𝑉 𝑑𝑟 A = − 𝐼𝜌 4𝜋 (5)
Persamaan 5 diatas diintegralkan kembali menjadi: V = −𝐴
𝑟 + 𝐵 (6)
Beda potensial yang dihasilkan saat arus listrik menjalar pada bumi, juga dipengaruhi dengan rapat arus J. Rapat arus pada luas permukaan bola 4πr2 dan arus I secara matematis ditulis sebagai
berikut:
J = 𝐼
4𝜋𝑟2 (7)
Menurut fungsi yang lain, rapat arus juga dipengaruhi oleh nilai tahanan jenis ρ dan jari – jari permukaan atau jarak r yang dalam matematis ditulis sebagai berikut:
J = − 1 𝜌
𝐴
𝑟2 (8)
Subtitusi persamaan 7 dan 8 dapat dituliskan sebagai berikut: A = − 𝐼𝜌
4𝜋 (9)
Dengan menggunakan menggunakan persamaan 9, maka persamaan 6 dapat ditulis: V = (𝐼𝜌
4𝜋) 1
𝑟 (10)
3.1.2.2 Konfigurasi Wenner-Alpha
Konfigurasi Wenner diambil dari nama Frank Wenner yang mempelopori penggunaannya di Amerika Serikat. Pada susunan elektroda Wenner posisi elektroda arus AB dan elektroda potensial MN yang simetri terhadap titik pusat pada kedua sisinya. Jarak antara keempat elektroda sama, yaitu 𝑎 dengan dipol potensial P1 dan P2 berada di tengah-tengah antara C1 dan C2 (Telford et al.,1990).
Menurut Haryanto sebagaimana dikutip oleh Putro (2016:22) beranggapan bahwa pengukuran
resistivity dapat dilakukan dengan tujuan berbeda yaitu pengukuran untuk mapping dan sounding.
Tujuan mapping adalah untuk mengetahui informasi variasi resistivitas secara lateral sehingga teknik mapping dilakukan dengan menggunakan konfigurasi elektroda tertentu dengan jarak antar elektroda tetap, seluruh susunan elektroda dipindah mengikuti lintasan. Konfigurasi elektroda yang biasa digunakan adalah Wenner dan Dipole. Sedangkan tujuan sounding adalah untuk memperkirakan variasi resistivitas sebagai fungsi dari kedalaman pada suatu titik pengukuran. Mengingat jarak antar elektroda menentukan kedalaman titik pengukuran, maka pengukuran dilakukan dengan jarak antar elektroda bervariasi. Konfigurasi elektroda yang biasa digunakan adalah Wenner dan Schlumberger. Sehingga keuntungan dari konfigurasi wenner yaitu selain dapat digunakan untuk pengukuran mapping juga dapat
melakukan pengukuran sounding (Putro, n.d. ,2016).
3.1.2.3 Sifat Kelistrikan Material
Sifat listrik batuan adalah karakteristik dari batuan jika dialirkan arus listrik ke dalamnya. Arus listrik timbul secara alami akibat terjadinya ketidaksetimbangan elektron maupun adanya arus listrik yang sengaja dialirkan ke dalamnya. Aliran (konduksi) arus listrik di dalam batuan dan mineral berdasarkan Arif dan Hendrajaya dalam penelitian Karisma (Karisma, 2013)digolongkan menjadi tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik dan konduksi secara dielektrik.
Salah satu sifat atau karakteristik kelistrikan batuan tersebut adalah tahanan jenis (resistivitas), yang menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Tahanan jenis memiliki pengertian yang berbeda dengan resistansi (hambatan). Resistansi tidak hanya bergantung pada bahan tetapi juga bergantung pada faktor geometri atau bentuk bahan tersebut. Dengan kata lain, bahwa tahanan jenis merupakan resistansi yang dinormalisasi terhadap geometri.
Adapun beberapa acuan nilai resistivitas batuan dan material yang seperti pada tabel berikut: Tabel III.1Tabel Resistivitas Batuan (Pryambodo and Troa, 2016)
Material Resistivity
(Ohm-meter)
Material Resistivity
(Ohm-meter)
Pyrite 0,001 – 100 Shale 20 – 20.000
Quartz 500 - 800.000 Sand 1 – 1.000
Calcite 1 x 1012 – 1 x 1013 Clay 1 - 100
Rock Salt 30 – 1 x 1013 Ground Water 0,5 – 300
Granite 200 – 100.000 Sea Water 0,2
Andesite 1,7 x 102 – 45 x 104 Magnetite 0,01 – 1.000
Basalt 200 – 100.000 Dry Gravel 600 – 10.000
Limestones 500 – 10.000 Alluvium 10 – 800
Sandstones 200 – 8.000 Gravel 100 – 600
3.1.3 Metode Groung Penetrating Radar (GPR)
Ground Penetrating Radar (GPR) atau Georadar adalah metode dengan prinsip elektromagnetik (EM) dan menggunakan gelombang radio yang diaplikasikan untuk eksplorasi very
near surface (dekat permukaan), umumnya dalam skala kecil. Penetrasi kedalaman metode GPR dapat
mencapai kurang lebih 10 meter. Prinsip kerja alat GPR yaitu mentransmisikan pulsa radar dari antena pemancar ke tanah dan merekam gelombang yang dipantulkan dari bawah permukaan oleh antena penerima (Conyers, 2016).
Metode yang sering disebut sebagai echo-sounding ini sangat baik digunakan untuk survei dekat permukaan karena metode ini memberikan gambar dengan resolusi yang lebih tinggi dari metode seperti Frequency Domain Electro-Magnetic (FDEM), Time Domain Electro-Magnetic (TDEM) dan magnetotelurik (MT). Metode GPR telah berhasil digunakan dalam investigasi struktur beton dan jalan, pemetaan struktur lapisan (urutan sedimen), penentuan kedalaman air tanah, dan penentuan infrastruktur yang tertimbun seperti pipa, terowongan dan kabel listrik (Jol, 2009).
Gambar III.5 Prinsip kerja GPR. Umumnya pengukuran GPR untuk mendeteksi energi yang dipantulkan atau yang terpencar dan menyelidiki struktur dari variasi transmisi melalui material
(Annan, 2003).
3.1.3.1 Prinsip Dasar GPR
Metode GPR mewakili bagian dari medan elektromagnetik penuh. Sinyal GPR merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat dijelaskan dengan Persamaan Maxwell, dimana persamaan ini menggambarkan fisika elektromagnetik secara matematis dan hubungan konstitutif yang mengukur properti sebuah objek atau materi (Annan, 2003). Dalam istilah matematika, bidang elektromagnetik dan sifat-sifat terkait dinyatakan sebagai:
∇ ̅ × 𝐸̅ = −𝜕𝐵̅ 𝜕𝑡 (11) ∇ ̅ × 𝐻̅ = 𝐽̅ −𝜕𝐷̅ 𝜕𝑡 (12) ∇ ̅ ⋅ 𝐷̅ = 𝑞 (13) ∇ ̅ ⋅ 𝐵̅ = 0 (14)
dimana Ē adalah vektor kekuatan medan listrik, B̄ adalah vektor flux densitas magnetik, D̄ adalah vektor perpindahan listrik, H̄ adalah intensitas medan magnet, q adalah muatan listrik dan J̄ adalah vektor densitas arus listrik.
Persamaan 11 merangkum pengamatan Faraday bahwa medan magnet yang memiliki variasi waktu menyebabkan muatan listrik bergerak sehingga menghasilkan medan listrik loop tertutup. Persamaan 12 merupakan pondasi dari pengamatan Ampere mengenai arus listrik yang menghasilkan medan magnet. Objek bersifat magnetik akan berperilaku sama ketika terdapat magnet atau arus listrik. Persamaan 13 menunjukkan bahwa muatan listrik adalah sumber dari medan listrik, sebagaimana medan listrik berasal dari muatan listrik. Medan listrik yang memiliki waktu bervariasi akan berbentuk loop tertutup ketika induksi terjadi (pengamatan Faraday). Medan listrik akan memancar keluar (atau masuk) ketika muatan bebas adalah sumber medan. Pada umumnya karakter dari medan listrik maupun medan magnet akan hadir dan ditumpangkan untuk sinyal yang bervariasi waktu (Annan, 2003). Muatan magnetik gratis tidak pernah diamati di alam; sebagai hasilnya, medan magnet harus membentuk loop tertutup yang menjelaskan Persamaan 14 dan membedakan perilaku fluks magnetik dari karakter medan listrik.
Melalui keempat persamaan tersebut, semua teori klasik EM (induksi, gelombang radio, resistivitas, teori rangkaian, dll.) dapat diturunkan untuk mengkarakterisasi sifat-sifat material. Sifat-sifat yang menentukan propagasi gelombang EM yang melalui medium yaitu konduktivitas listrik (𝜎̃), permitivitas dielektrik (𝜀̃), dan permeabilitas magnet (𝜇̃) yang dijelaskan dalam Persamaan (15), (16), dan (17) yang memberikan deskripsi makroskopis (atau perilaku rata-rata) tentang bagaimana elektron, atom, dan molekul merespons secara massal terhadap penerapan medan EM.
J̄ = 𝜎̃Ē (2.5)
D̄ = 𝜀̃Ē (2.6)
B̄ = 𝜇̃H̄ (2.7)
ketika terdapat medan listrik. Resistensi terhadap aliran muatan menyebabkan disipasi energi. Permitivitas dielektrik (𝜀̃) mencirikan perpindahan muatan yang dibatasi dalam struktur material dengan adanya medan listrik. Perpindahan muatan menghasilkan penyimpanan energi dalam material. Permeabilitas magnetik (𝜇̃) menggambarkan bagaimana momen magnetik atom dan molekul intrinsik merespons medan magnet. Untuk material sederhana, momen magnet intrinsik yang terdistorsi menyimpan energi dalam material. 𝜎̃, 𝜀̃, dan 𝜇̃ merupakan besaran tensor dan bisa juga nonlinier, namun pada metode GPR besaran ini diasumsikan sebagai besaran skalar yang independen (Annan, 2003).
Sebagian besar aplikasi GPR hanya mengutamakan nilai konduktivitas material (𝜎) dan permitivitas (𝜀). Konduktivitas suatu material atau batuan tidak harus konstan, bergantung pada waktu, temperatur, tekanan dan faktor lingkungan. Permitivitas berkaitan dengan kemampuan dari medium untuk mempolarisasikan medan listrik dan menentukan kecepatan gelombang elektromagnetik yang berjalan pada suatu medium. Pada medium yang berbeda, harga permitivitas (𝜀) akan menentukan harga kecepatan gelombang dalam medium. Permitivitas relatif (𝜀𝑟) atau konstanta dielektrik (k) umumnya didefinisikan sebagai berikut:
𝑘 = 𝜀
𝜀0 (18)
dimana 𝜀0 adalah permitivitas ruang hampa (vakum) yaitu 8.89 × 10−12 F/m. 3.1.3.2 Sifat-Sifat Material
Sifat fisis yang paling penting dalam metode GPR adalah permitivitas dielektrik. Sifat dielektrik pada tanah atau batuan dapat mempengaruhi gelombang mikro yang merambat melaluinya. Sifat dielektrik ini bertindak sebagai penghambat atau penghalang gelombang mikro dalam menembus kedalaman tanah dengan cepat, karena tanah berperan sebagai penyimpan gelombang mikro dan mengisi muatan tanah. Ketika tanah atau material tidak memiliki sifat dielektrik (atau memiliki namun lemah) maka gelombang akan menjalar lebih cepat. Gelombang mikro akan menjalar mendekati kecepatan cahaya dalam ruang hampa jika nilai dielektrik sebesar 1. Kecepatan gelombang mikro untuk material sebagai fungsi dielektrik dan konduktivitasnya dijelaskan dalam bentuk sederhana (Goodman dan Piro, 2013):
𝑣 = 𝐶
√𝜀𝑟 (19)
dimana C adalah kecepatan cahaya, yaitu 3108 m/s2. Persamaan 2.9 menunjukkan keadaan sederhana dimana dielektrik pada ruang hampa bernilai 1. Salah satu material yang paling lambat menjalarkan gelombang mikro adalah air dengan dielektrik 81. Material-material bumi umumnya memiliki nilai dielektrik antara 5 sampai 35. Nilai konduktivitas berbagai jenis material tanah juga bervariasi karena konduktivitas dipengaruhi oleh keberadaan air atau uap air di dalam tanah.
Tabel III.2 Nilai parameter fisis dari beberapa material (Annan (2003) dan Goodman dan Piro (2013)) Material K 𝜎 (mS/m) v (m/ns) a (dB/m) Udara 1 0 0,30 0 Aspal 6 1 0,123 0,08 Beton 7 0,1 0,113 0,01 Clay (basah) 12 100 0,06-0,08 1-300 Pasir (kering) 3-9 0,01-1 0,1-0,15 0,01 Pasir (basah) 20-30 0,1-1 0,06 0,03-0,3 Tanah pasiran (kering) 2,5 0,14 0,189 0,02 Tanah Pasiran (basah) 25 7 0,06 0,26 Tanah lempungan (kering) 2,4 0,3 0,194 0,04 Batupasir (basah) 6 40 0,12 3,04 Batugamping 4-8 0,5-2 0,12 0,4-1 Granit 4-6 0,01-1 0,13 0,01-1 Basalt Air laut 80 3000-4000 0,01-0,025 103 Air tawar 80 0,5 0,033 0,1 2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai geoarkeologi menggunakan metode GPR telah dilakukan oleh Husein dkk. (2010), Sugiarto dkk. (2018), Mazaya dan Supriyanto (2019), Ninje (2017), dan Puente dkk. (2018). Husein dkk. (2010) dalam penelitiannya melakukan survei GPR dengan 1 lintasan memotong pagar dalam Situs Kedulan yang merupakan candi kerajaan Mataram di Sleman, DIY dengan tujuan untuk mengidentifikasi lokasi dari pagar batu terluar. Hasil penelitiannya menunjukkan letak target berada pada kedalaman 7-8 m yang tertimbun oleh endapan vulkanik dengan ketebalan 7 m. Penelitian Sugiarto dkk. (2018) yang dilakukan di Komplek Candi Kedaton Muarojambi bertujuan untuk mencari artefak yang masih tertimbun di dalam area komplek candi. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil yang menunjukkan delineasi di bagian selatan dan bagian utara candi utama yang diinterpretasikan sebagai objek arkeologi dengan kedalaman objek 1,65 m dan 4,50 m. Mazaya dan Supriyanto (2019) melakukan penelitian pada reruntuhan Istana lama Speelwijk Banten untuk mencari struktur istana yang masih tertimbun. Pada penelitian ini survei GPR dilakukan sebanyak 10 lintasan sejajar yang dibentangkan di dalam area istana dan didapatkan keberadaan anomali objek berada pada kedalaman
0,1 – 1,1 m yang ditandai dengan respon hiperbola. Ninje (2017) dalam penelitiannya mengintegrasikan profil GPR 2D (radargram) menjadi model balok 3D untuk menginterpretasikan anomali objek arkeologi di situs Castro de UI yang merupakan bekas pangkalan militer Romawi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan anomali yang tersebar yang diperkirakan sebagai peninggalan arkeologi yang tertimbun. Ada pula yang menunjukkan anomali kontinu yang diduga sebagai dinding dari bangunan tua. Penelitian Puente dkk. (2018) mengintegrasikan GPR dan T-LiDAR untuk merekonstruksi situs Romawi “Aquis Querquennis”. Dalam penelitiannya, data GPR diolah agar menghasilkan model 3D untuk mendeteksi geometri struktur yang tertimbun sedangkan T-LiDAR digunakan untuk merekam permukaan 3D. Model 3D GPR kemudian dikombinasikan dengan orthoimage T-LiDAR untuk dilakukan interpretasi. Hasil dari integrasi data tersebut menunjukkan bentuk dan lokasi dari struktur objek yang terpendam secara teliti.
Gambar III.6 Hasil GPR yang digabungkan dengan orthoimage T-LiDAR di situs Romawi (Puente dkk., 2018)
Pemodelan mengenai pemodelan 3D dengan menggunakan metode resistivity konfigurasi
Wenner-Alpha telah dilakukan oleh(Nugraha et al., n.d. 2016). Target dari penelitian yang dilakukan
oleh Nugraha adalah untuk menganalisis aliran rembesan (Seepage) di bending alam Wae Ela. Dalam penelitiannya terdapat 6 lintasan sepanjang 96 meter, jumlah elektroda 16, dan konfigurasi
Wenner-Alpha. Penampang resistivity yang diklasifikasikan menjadi 3 golongan zona resitivity yaitu, high resitivity, mid resitivity, dan low resitivity. Dari keenam lintasan zona dengan resistivitas yang rendah
(low resistivity zone) memiliki nilai yang berkisar antara 5 Ω𝑚 – 40 Ω𝑚 yang ditandai dengan warna biru tua hingga biru muda. Zona ini diduga merupakan zona jenuh air (saturation zone). Zona ini umumnya berada dibagian kanan bawah penampang setiap lintasan zona ini diduga merupakan zona terdapat aliran air rembesan. Pada zona ini diduga terdiri dari sedimen yang tidak terkonsolodasi yang memiliki porositas serta permeabilitas yang tinggi, sehingga mudah untuk menyimpan serta meloloskan air. Zona resistivitas menengah memiliki nilai yang berkisar antara 40 Ω𝑚 – 105 Ω𝑚 yang ditandai oleh warna hijau muda hingga cokelat tua, zona ini diduga terdiri dari batuan konglomerat. Zona yang memiliki resistivitas tinggi memiliki nilai 105 Ω𝑚 – 230 Ω𝑚 yang ditandai dengan warna cokelat hingga ungu tua. Zona ini diduga terdiri dari batuan breksi.
Berdasarkan penelitian mengenai “Analisis Aliran Rembesan (Seepage) Menggunakan Pemodelan 3D Metode Resistivitas Konfigurasi Wenner” terdapat persamaan dengan penelitian tugas akhir ini, yaitu metode yang digunakan adalah metode resistivity untuk pemodelan 3D. Dengan samanya metode yang digunakan ini, pada penelitian ini dilakukan peningkatan guna memberikan manfaat kepada pembaca. Sedangkan perbedaan dari penelitian oleh Nugraha adalah lokasi penelitian, dimana targetnya adalah rembesan bendung alam, sedangkan pada penelitian Tugas Akhir ini menargetkan kondisi bawah permukaan di sekitar lokasi penelitian.
BAB IV METODE PENELITIAN
Pada tahap pertama akan dilakukan studi awal mengenai geologi regional pada area penelitian baik melalui referensi maupun secara langsung. Kemudian akan dilakukan studi geofisika menggunakan metode Geolistrik dan metode GPR dengan tujuan mengetahui struktur situs petirtaan dan situs kedaton yang masih tertimbun. Metode Geolistrik Resistivitas akan menghasilkan penampang 2D nilai resistivitas dari area yang terukur yang kemudian akan dimodelkan secara 3D untuk memvisualisasikan struktur situs petirtaan secara 3D. Metode Geolistrik akan dilakukan dengan 6 lintasan yang dibentangkan seperti gambar 4.1 menggunakan konfigurasi lintasan Wenner-Alpha dengan rincian pada tabel 4.2.
Gambar IV.1 Desain Akuisisi Metode Resistivitas 2D Tabel IV.1 Lintasan Akuisisi Metode Resistivitas 2D
Lintasan Nomor
Elektroda Longitude Latitude
Panjang Lintasan (m) 1 1 112.256069° -7.666136° 48 48 112.256158° -7.665671° 2 1 112.255974° -7.666107° 48 48 112.256052° -7.665668° 3 1 112.255828° -7.665734° 48 48 112.255755° -7.666153° 4 1 112.255888° -7.665640° 48 48 112.256310° -7.665737° 5 1 112.256143° -7.665845° 48 48 112.255718° -7.665761° 6 1 112.255709° -7.665830° 48 48 112.256130° -7.665916°
Sedangkan metode GPR akan dilakukan dengan jumlah lintasan pengukuran sebanyak 21 lintasan yang terbagi menjadi 2 grid. Grid 1 terdiri dari 11 lintasan dimana 6 lintasan berarah NE-SW dibentangkan sepanjang 80 m dengan spasi lintasan 24 m dan 5 lintasan berarah NW-SE dibentangkan sepanjang 120 m dengan spasi lintasan 20 m. Grid 2 terdiri dari 10 lintasan dimana 7 lintasan berarah NE-SW dibentangkan sepanjang 35 m dengan spasi lintasan 20 m dan 3 lintasan berarah NW-SE dibentangkan sepanjang 120 m dengan spasi lintasan 17.5 m. Pengukuran GPR akan menghasilkan data waktu penjalaran gelombang dalam bentuk radargram yang kemudian diolah menjadi penampang 2D
Gambar IV.2 Desain Akuisisi Metode GPR
Setelah dilakukan akuisisi penelitian akan difokuskan untuk mengolah data hasil pengukuran kedua metode. Hasil pengolahan data kemudian akan dianalisis dan dimodelkan dalam penampang 2D dan 3D untuk memvisualisasikan letak dan struktur bawah permukaan kedua situs.
BAB V JADWAL DAN RANCANGAN ANGGARAN BIAYA
5.1 Organisasi Tim Peneliti
No. Nama Jabatan dalam Tim Tugas dalam TIM
1 Dr. Amien Widodo Ketua
Bertanggung jawab keseluruhan penelitian dan mengkoordinasi anggota peneliti.
2 Dr. Dwa Desa Warnana Anggota Desain akuisi, pengolahan dan intepretasi metode GPR
3 Juan Pandu GNR, S.Si, MT Angota Desain akuisisi, pengolahan dan intepretasi metode Geolistrik
No Nama Mahasiswa / NRP Mahasis wa
Judul TA / Thesis/Desertasi Status Kemajuan 1
Aisya Nur Hafiyya Kristanto 03411640000032
S1
Pemetaan Situs Candi Kedaton Diwek, Jombang Menggunakan Metode Ground Penetrating Radar
(GPR)
Penyusunan Proposal Tugas Akhir 2
Moh. Iqbal Helmi
03411640000047 S1
Pemodelan 3D Daerah Situs Petirtaan Sumberbeji Dengan Menggunakan Metode Resistivity
Konfigurasi Wenner-Alpha
Penyusunan Proposal Tugas Akhir
5.2 Jadwal Penelitian
Tabel V.1 Rencana Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan Bulan Indikator Kinerja
I II III IV V VI
1
a. Penelusuran data
sekunder:
Ketersediaan data sekunder pendukung kegiatan penelitian. b. Pengurusan
perijinan survei
Ada persetujuan dan ijin survei dari instansi terkait
2 Survey pendahuluan Rencana titik lokasi pengukuran 4 Akuisi data GPR dan
Geolistrik Data awal geolistrik dan radargram
5 Pengolahan data GPR
dan Geolistrik
Menghasilkan penampang bawah permukaan berupa penampang geolistrik 2D dan hasil konversi time to depth radargram GPR
6
Analisa dan
Intepretasi Data Geolistrik dan GPR
Sebaran dan Model 3D situs
7 Penyusunan draft
laporan akhir
Draft laporan akhir tersedia: sebagai bahan untuk laporan akhir dan bahan penulisan makalah publikasi
8
Penulisan draft makalah untuk publikasi pada jurnal internasional
Makalah untuk jurnal dapat tersusun dengan baik dan memenuhi persyaratan yang ada.
9 Penyusunan laporan
akhir Laporan akhir
5.3 Anggaran Biaya
Tabel V.2 Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian Laboratorium yang diajukan
NO Keterangan Jumlah Prosentase
1 Honorarium 5.000.000 10%
2 Bahan habis pakai 1574000 3%
3 Peralatan 38100000 76%
4 Biaya Rapat Tim Peneliti dan publikasi hasil
penelitian
5000000 10%
5 Laporan 326000 1%
Total 50000000 100%
Tabel V.3 Uraian Honorarium
NO URAIAN JUMLAH Jumlah Jam/ Minggu Honor/bulan Jumlah (Rp) A Honorarium 1. Laboran 8 bulan 5 325.000 2.600.000 2. Surveyor 8 bulan 5 300.000 2.400.000 Sub Total A 5.000.000
Tabel V.4 Uraian Keperluan Penelitian
NO URAIAN VOLUME HARGA
SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp) JUMLAH SATUAN
B. Bahan habis pakai
1 Tinta printer black 2 buah 100000 200000
2 Tinta printer warna 1 buah 150000 150000
3 Kertas HVS A4 4 buah 35000 140000
4 Bateray GPS dan resist 14 buah 6000 84000
5 Meteran dan peralatan akuisisi 1 paket 1000000 1000000
Sub Total B 1.574.000
C. Peralatan
1 Sewa Geolistrik 2 hari 7000000 14000000
2 Sewa GPR 2 hari 7000000 14000000
3 Sewa GPS handheld 2 hari 125000 250000
4 Peta Geologi 1 buah 250000 250000
5 Sewa kamera 4 hari 100000 400000
6 Sewa Mobil 4 hari 500000 2000000
7 Sewa Penginapan 4 hari 1000000 4000000
7 BBM 4 hari 200000 800000
8 Konsumsi (8 orangx4hari) 96 paket 25000 2400000
Sub Total C 38.100.000
D Biaya Rapat dan publikasi Tim
1 Publikasi
Publikasi internasional 1 kali 5.000.000 5.000.000
Sub Total D 5.000.000
E Laporan
1 Laporan Kemajuan 2 eksemplar 75.000 150.000
2 Laporan akhir 2 eksemplar 88000 176.000
DAFTAR PUSTAKA
Annan, A.P. (2003), Ground Penetrating Radar Principles, Procedures & Applications, Mississauga, Canada.
Bemmelen, R.W.V. (1949), THE GEOLOGY OF INDONESIA, Government Printing Office, The Hague, Netherland.
Berkhout, A.J. (1984), "Principles of Seismic Inversion", dalam Developments in Solid Earth
Geophysics, Elsevier, hal. 274. http://doi.org/10.1016/B978-0-444-42431-0.50008-2.
Bevan, B. dan Kenyon, J. (1975), "Ground-penetrating radar for historical archaeology", MASCA
Newsletter, Vol.11, hal. 2–7.
Bisri, M., 1991. Aliran Air Tanah. Penerbitan Fakultas Teknik Unversitas Brawijaya.
Conyers, L.B. (2016), Ground-penetrating radar for geoarchaeology, John Wiley & Sons Inc, Hoboken, NJ.
Conyers, L.B. dan Leckebusch, J. (2010), "Geophysical Archaeology Research Agendas for the Future: Some Ground-Penetrating Radar Examples", Archaeological Prospection, hal. n/a-n/a. http://doi.org/10.1002/arp.379.
Dojack, L. (2012), Ground Penetrating Radar Theory, Data Collection, Processing, and Interpretation:
A Guide for Archaeologists.
England, P., Engdahl, R. dan Thatcher, W. (2004), "Systematic Variation in the Depths of Slabs beneath Arc Volcanoes", Geophysical Journal International, Vol.156, No.2, hal. 377–408. http://doi.org/10.1111/j.1365-246X.2003.02132.x.
Goodman, D. dan Piro, S. (2013), GPR Remote Sensing in Archaeology, Springer Berlin Heidelberg, Berlin, Heidelberg. http://doi.org/10.1007/978-3-642-31857-3.
Husein, S., Samodra, S.B., Pramumijoyo, S. dan Astuti, W. (2010), "GEORADAR INVESTIGATION AT THE KEDULAN TEMPLE EXCAVATION SITE, KALASAN, YOGYAKARTA",
Journal of Applied Geology, Vol.2, hal. 47–55. http://doi.org/https://doi.org/10.22146/jag.7234.
Jol, H.M. (2009), Ground Penetrating Radar: Theory and Applications, 2009 Ed., Elsevier, Oxford, UK.
Karisma, U., 2013. POLA DISTRIBUSI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN SITUS MEGALITIKUM DENGAN METODE GEOLISTRIK RES3D DI KECAMATAN GRUJUGAN KABUPATEN BONDOWOSO 87.
Mazaya, H.S. dan Supriyanto (2019), "Identification of Archeology Object at Speelwijk Castle Banten Lama Using GPR Method", Journal of Physics, http://doi.org/10.1088/1742-6596/1321/2/022006.
Ninje, D.J. (2017), Treatment, Processing and Interpretation of Data Acquired from the Archaeological
Site of Castro de Ul, Northern Portugal, University of Porto, Portugal.
Nugraha, G.U., Nur, A.A., Csssa, B.Y., Pranantya, P.A., Ardi, N.D., n.d. Analisis Aliran Rembesan (Seepage) Menggunakan Pemodelan 3D Metode Resistivitas Konfigurasi Wenner 6.
Persico, R. (2014), Introduction to ground penetrating radar: inverse scattering and data processing, Wiley, IEEE Press, Hoboken, New Jersey.
Pringgoprawiro, H. (1983), Biostratigraphy and Paleogeography of the North-East Java Basin, A New
Approach, Institute of Technology Bandung, Indonesia.
Pryambodo, D.G., Troa, R.A., 2016. Aplikasi Metode Geolistrik untuk Identifikasi Situs Arkeologi di Pulau Laut, Natuna. KALPATARU 25, 45. https://doi.org/10.24832/kpt.v25i1.82
Puente, I., Solla, M., Lagüela, S. dan Sanjurjo-Pinto, J. (2018), "Reconstructing the Roman Site “Aquis Querquennis” (Bande, Spain) from GPR, T-LiDAR and IRT Data Fusion", Remote Sensing, Vol.10, No.3, hal. 379. http://doi.org/10.3390/rs10030379.
Putro, A.S.P., n.d. JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 46.
Smyth, H.R., Hall, R. dan Nichols, G.J. (2008), "Cenozoic Volcanic Arc History of East Java, Indonesia: The Stratigraphic Record of Eruptions on an Active Continental Margin", dalam Special Paper
436: Formation and Applications of the Sedimentary Record in Arc Collision Zones, Geological
Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C., Bellon, H., Pringgoprawiro, H., Polve, M. dan Priadi, B. (1994), "Tertiary Magmatic Belts in Java", Journal of Southeast Asian Earth Sciences, Vol.9, No.1–2, hal. 13–27. http://doi.org/10.1016/0743-9547(94)90062-0.
Sugiarto, B., Junursyah, G.M.L. dan Pratomo, I. (2018), "Identifikasi Objek Bawah Permukaan Menggunakan Metode Ground Penetrating Radar di Kompleks Candi Kedaton, Muarojambi, Indonesia Sub-Surface Object Identification using Ground Penetrating Radar Method in Kedaton Temple Complex, Muarojambi, Indonesia", Geo-Science, Vol.19, No.4, hal. 201–211. http://doi.org/http://dx.doi.org/10.33332/jgsm.geologi.19.4.201-211.
Telford, W. M., Geldart, L. P. and Sheriff, R. E. (1990) Applied Geophysics. 2nd edn. Cambridge: Cambridge University Press. doi: 10.1017/CBO9781139167932.
ed.Van Couvering, J. A. (1997), The Pleistocene boundary and the beginning of the Quaternary, World and regional geology series ,9, Cambridge University Press, Cambridge, U.K. ; New York, NY.
LAMPIRAN
Ketua :
a. Nama Lengkap : Dr. Ir. Amien Widodo, M.Si b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIP : 195910101988031002 d. Fungsional/Pangkat/Gol. : Lektor Kepala/IV a
e. Jabatan Struktural : Kepala Lab Geofisika Teknik Dan Lingkungan f. Bidang Keahlian : Geofisika Teknik Dan Lingkungan
g. Fakultas/Jurusan : FTSP/Teknik Geofisika h. Alamat Rumah dan No.Telp : Perumdos ITS Blok J,Surabaya
HP : 08121780246
i. Riwayat penelitian/pengabdian: Sebagai Ketua/Anggota :
1. Identifikasi Keberadaan Sungai Purba (Paleo - Channel) Di Kawasan Terung - Sidoarjo Menggunakan Analisis Penutup Dan Geolistrik. Tahun 2018 (Ketua) 2. Validasi Patahan Aktif Dan Penilaian Bencana Gempa Berdasarkan Pengukuran
Geofisika Di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur. Tahun 2019 (Ketua) j. Publikasi:
1. Widodo, A., Syaifuddin, F., Mudhofar, A., Warnana, D.D., Rochman, J.P.G.N., Ariyanti, N., Lestari, W., 2019a. Identification The Subsurface Structures of Kadipaten Terung Site Using Surface 3D Resistivity Methods. IOP Conf. Ser.: Mater. Sci. Eng. 546, 032032. https://doi.org/10.1088/1757-899X/546/3/032032
2. Widodo, A., Syaifuddin, F., Vinca, Warnana, D.D., Rochman, J.P.G.N., Ariyanti, N., Lestari, W., 2019b. Data Acquisition of 2D Geophysical Resistivity Methods with Dipole-Dipole Configuration for Identification the Subsurface Brick Stone Sites of Kadipaten Terung Sidoarjo. IOP Conf. Ser.: Mater. Sci. Eng. 546, 022034.
https://doi.org/10.1088/1757-899X/546/2/022034
k. Tugas Akhir :
1. Identifikasi Keberadaan Sungai Purba (Paleo - Channel) Di Kawasan Terung - Sidoarjo Menggunakan Analisis Penutup Dan Geolistrik
2. Validasi Patahan Aktif Dan Penilaian Bencana Gempa Berdasarkan Pengukuran Geofisika Di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur
Anggota 1
a. Nama Lengkap : Dr. Dwa Desa Warnana, SSi, MSi b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIP :197601232000031001
d. Fungsional/Pangkat/Gol : Lektor/III c
e. Jabatan Struktural : Ketua Fasilitas Umum ITS
f. Bidang Keahlian : Geofisika Teknik Dan Lingkungan g. Fakultas/Jurusan : FTSP/Teknik Geofisika
h. Alamat Rumah dan No.Telp : Perum Alam Gunung Anyar Blok F No.14-16 Surabaya East Java Indonesia i. Riwayat penelitian/pengabdian: Sebagai Ketua:
1. Studi Integrasi Pemetaan Persebaran Situs Trik Desa Kedung Bocok Kabupaten Sidoarjo Dengan Metode Geolistrik Dan Ground Penetrating Radar (GPR) Tahun 2018 Ketua
2. Validasi Patahan Aktif Dan Penilaian Bencana Gempa Berdasarkan Pengukuran Geofisika Di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur. Tahun 2019 (Anggota)
j. Publikasi :
1. Widodo, A., Syaifuddin, F., Mudhofar, A., Warnana, D.D., Rochman, J.P.G.N., Ariyanti, N., Lestari, W., 2019a. Identification The Subsurface Structures of Kadipaten Terung Site Using Surface 3D Resistivity Methods. IOP Conf. Ser.: Mater. Sci. Eng. 546, 032032. https://doi.org/10.1088/1757-899X/546/3/032032
2. Widodo, A., Syaifuddin, F., Vinca, Warnana, D.D., Rochman, J.P.G.N., Ariyanti, N., Lestari, W., 2019b. Data Acquisition of 2D Geophysical Resistivity Methods with Dipole-Dipole Configuration for Identification the Subsurface Brick Stone Sites of Kadipaten Terung Sidoarjo. IOP Conf. Ser.: Mater. Sci. Eng. 546, 022034.
https://doi.org/10.1088/1757-899X/546/2/022034
k. Tugas Akhir :
1. Studi Integrasi Pemetaan Persebaran Situs Trik Desa Kedung Bocok Kabupaten Sidoarjo Dengan Metode Geolistrik Dan Ground Penetrating Radar (GPR) Tahun 2018 Ketua
2. Validasi Patahan Aktif Dan Penilaian Bencana Gempa Berdasarkan Pengukuran Geofisika Di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur. Tahun 2019 (Anggota)
Anggota 2
a. Nama Lengkap : Juan Pandu Gya Nur Rochman, S.Si, MT b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIP : 198906122015041003 d. Fungsional/Pangkat/Gol :/IIIb
e. Jabatan Struktural : -
f. Bidang Keahlian : Geofisika Teknik Dan Lingkungan g. Fakultas/Jurusan : FTSP/Teknik Geofisika
h. Alamat Rumah dan No.Telp : Jl.Teknik Komputer II No.55 Sukolilo Surabaya HP : 081332042060
i. Riwayat penelitian/pengabdian:
1. Identifikasi Keberadaan Sungai Purba (Paleo - Channel) Di Kawasan Terung - Sidoarjo Menggunakan Analisis Penutup Dan Geolistrik. Tahun 2018 (Anggota) 2. Validasi Patahan Aktif Dan Penilaian Bencana Gempa Berdasarkan Pengukuran
Geofisika Di Wilayah Pasuruan, Jawa Timur. Tahun 2019 (Anggota) j. Publikasi :
1. Widodo, A., Syaifuddin, F., Mudhofar, A., Warnana, D.D., Rochman, J.P.G.N., Ariyanti, N., Lestari, W., 2019a. Identification The Subsurface Structures of Kadipaten Terung Site Using Surface 3D Resistivity Methods. IOP Conf. Ser.: Mater. Sci. Eng. 546, 032032. https://doi.org/10.1088/1757-899X/546/3/032032
2. Widodo, A., Syaifuddin, F., Vinca, Warnana, D.D., Rochman, J.P.G.N., Ariyanti, N., Lestari, W., 2019b. Data Acquisition of 2D Geophysical Resistivity Methods with Dipole-Dipole Configuration for Identification the Subsurface Brick Stone Sites of Kadipaten Terung Sidoarjo. IOP Conf. Ser.: Mater. Sci. Eng. 546, 022034. https://doi.org/10.1088/1757-899X/546/2/022034