• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Retardasi Mental

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Retardasi Mental"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 1..11 LLAATTAAR R BBEELLAAKKAANNGG

Retardasi adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata yang muncul bersamaan dengan defisit Retardasi adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata yang muncul bersamaan dengan defisit  perilaku

 perilaku adaptif adaptif dan dan bermanibermanifestasfestasi i dalam dalam periode periode perkembperkembangan angan sertserta a berakibberakibat at buruk buruk  ter

terhadahadap p kemkemampampuan uan belabelajarjar. . KetKeterberbatasatasan an funfungsi gsi akan akan terterlihalihat t sebsebelum elum usiusia a 18 18 tahutahun.n. Ket

Keterbaerbatastasan an ini ini berberkaitkaitan an dengdengan an dua dua ataatau u leblebih ih arearea a ketketeraerampilmpilan an sepesepertirti: : komkomunikunikasiasi,, merawat diri, keterampilan sosial, kemampuan bermasyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan merawat diri, keterampilan sosial, kemampuan bermasyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keam

keamanananan, , akadakademiemik k fungfungsiosional, nal, ististirairahat, hat, dan dan bekebekerja. rja. FungFungsi si inteintelektlektual ual dapadapat t dikediketahutahuii dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ. dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ.

Epid

Epidemiemioloologi gi retretardaardasi si mentmental al belbelum um dikediketahutahui i secsecara ara jeljelas as namnamun un penpenilitilitian ian secsecaraara konsisten menunjukkan bahwa retardasi mental paling sering terjadi di antara anak-anak usia konsisten menunjukkan bahwa retardasi mental paling sering terjadi di antara anak-anak usia se

sekolkolah, ah, dedengangan n angangka ka yayang ng lelebih bih rerendandah h padpada a perperioiode de prpra a sesekolkolah ah atatau au pospost t sesekolkolah.ah.11

Berdasa

Berdasarkan rkan statisstatistik tik (menur(menurutut  Ameri American can PsychiaPsychiatric tric AssocAssociationiation) ) 2,2,5 5 % % dadari ri popopupullasasii mend

menderierita ta retretardaardasi si mentmental al dan dan 85% 85% diadiantarntaranya anya mermerupakaupakan n retretardardasi asi menmental tal rinringan. gan. DiDi Am

Amererika ika seseririkat kat TaTahun hun 2002001-21-200002 2 lelebih bih kurkurang ang 592592.0.000 00 atatau au 1,1,2 2 % % anaanak k ususia ia sesekolkolahah mendapat pelayanan retardasi mental.

mendapat pelayanan retardasi mental.22

Retardasi mental terbagi atas retardasi mentl ringan dan berat. Retardasi mental ringan Retardasi mental terbagi atas retardasi mentl ringan dan berat. Retardasi mental ringan lebi

lebih h dihudihubungbungkan kan dengdengan an pengpengaruaruh h linglingkungkungan an dan dan adaadanya nya riwriwayat ayat kelkeluarguarga a sedsedangkangkanan retardasi mental berat lebih dihubungkan dengan penyebab biologis seperti sindrom genetik  retardasi mental berat lebih dihubungkan dengan penyebab biologis seperti sindrom genetik  dan

dan krkromomososomom, , ababnornormamalilitatas s perperkekembambangangan n ototak, ak, gaganggngguan uan memetatabolbolismisme e sesejajak k lalahihir,r, gangguan

gangguan neurodegenerativeneurodegenerative, malnutr, malnutrisi beratisi berat, , paparapaparan radiasi, infen radiasi, infeksi, kelaiksi, kelainan pada masanan pada masa  perinata

 perinatal, sertl, serta kelainan paa kelainan pada masda masa postnata postnatal.al.22

Perkembangan adalah proses multidimensional yang mempengaruhi performa di semua Perkembangan adalah proses multidimensional yang mempengaruhi performa di semua  bidang

 bidang kehidupakehidupan, n, gangguagangguan n perkemperkembangan bangan dapat dapat mengemengenai nai satu satu atau atau beberapa beberapa bidangbidang kemampua

kemampuan, dan n, dan dapat memiliki dampak pada fungsi intelektual maupun adaptif di sepanjangdapat memiliki dampak pada fungsi intelektual maupun adaptif di sepanjang kehidupan.

(2)

 bersifa

 bersifat t multidimultidimensi mensi dan dan sangat sangat individindividual. ual. Tetapi Tetapi perlu perlu diingat diingat bahwa bahwa tidak tidak setiap setiap anak anak  membutuhkan penanganan multidisiplin sebagai jalan yang terbaik.

membutuhkan penanganan multidisiplin sebagai jalan yang terbaik.2, 32, 3

Ret

Retardardasi asi menmental tal yang yang dikediketahutahui i penypenyakiakit t dasadasarnyarnya, , biasbiasanyanya a progprognosnosisnyisnya a leblebih ih baibaik.k. Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.

mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.33

1.2 Batasan Masalah 1.2 Batasan Masalah Refe

Referat rat ini ini memmembahabahas s tenttentang ang defdefinisinisi, i, epiepidemdemioloiologi, gi, etietiologologi, i, patopatogenegenesissis, , diadiagnosgnosis,is, tatalaksana, prognosis, dan komplikasi retardasi mental pada anak.

tatalaksana, prognosis, dan komplikasi retardasi mental pada anak.

1.3 Tujuan penulisan 1.3 Tujuan penulisan Penu

Penulislisan an makmakalaalah h ini ini bertbertujuaujuan n untuuntuk k memenambnambah ah pengpengetaetahuan huan pempembaca baca tenttentang ang defidefinisinisi,, epidemiologi, etiologi, patogenesis, diagnosis, tatalaksana, prognosis, dan komplikasi retardasi epidemiologi, etiologi, patogenesis, diagnosis, tatalaksana, prognosis, dan komplikasi retardasi mental pada anak.

mental pada anak.

1.4 Metode Penulisan 1.4 Metode Penulisan

Referat ini disusun berdasarkan studi kepustakaan dengan merujuk ke berbagai literatur. Referat ini disusun berdasarkan studi kepustakaan dengan merujuk ke berbagai literatur.

1.5 Manfaat Penulisan 1.5 Manfaat Penulisan Referat ini

Referat ini diharapkadiharapkan n dapat memberikan informasdapat memberikan informasi i dan dan pengetapengetahuan tentang huan tentang retardretardasi asi mentalmental  pada anak.

 pada anak.

BAB 2 BAB 2

(3)

 bersifa

 bersifat t multidimultidimensi mensi dan dan sangat sangat individindividual. ual. Tetapi Tetapi perlu perlu diingat diingat bahwa bahwa tidak tidak setiap setiap anak anak  membutuhkan penanganan multidisiplin sebagai jalan yang terbaik.

membutuhkan penanganan multidisiplin sebagai jalan yang terbaik.2, 32, 3

Ret

Retardardasi asi menmental tal yang yang dikediketahutahui i penypenyakiakit t dasadasarnyarnya, , biasbiasanyanya a progprognosnosisnyisnya a leblebih ih baibaik.k. Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.

mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.33

1.2 Batasan Masalah 1.2 Batasan Masalah Refe

Referat rat ini ini memmembahabahas s tenttentang ang defdefinisinisi, i, epiepidemdemioloiologi, gi, etietiologologi, i, patopatogenegenesissis, , diadiagnosgnosis,is, tatalaksana, prognosis, dan komplikasi retardasi mental pada anak.

tatalaksana, prognosis, dan komplikasi retardasi mental pada anak.

1.3 Tujuan penulisan 1.3 Tujuan penulisan Penu

Penulislisan an makmakalaalah h ini ini bertbertujuaujuan n untuuntuk k memenambnambah ah pengpengetaetahuan huan pempembaca baca tenttentang ang defidefinisinisi,, epidemiologi, etiologi, patogenesis, diagnosis, tatalaksana, prognosis, dan komplikasi retardasi epidemiologi, etiologi, patogenesis, diagnosis, tatalaksana, prognosis, dan komplikasi retardasi mental pada anak.

mental pada anak.

1.4 Metode Penulisan 1.4 Metode Penulisan

Referat ini disusun berdasarkan studi kepustakaan dengan merujuk ke berbagai literatur. Referat ini disusun berdasarkan studi kepustakaan dengan merujuk ke berbagai literatur.

1.5 Manfaat Penulisan 1.5 Manfaat Penulisan Referat ini

Referat ini diharapkadiharapkan n dapat memberikan informasdapat memberikan informasi i dan dan pengetapengetahuan tentang huan tentang retardretardasi asi mentalmental  pada anak.

(4)

TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Retardasi Mental 2.1 Definisi Retardasi Mental

Men

Menurut urut WHWHO, O, retretardardasi asi mentmental al adaladalah ah kemkemampampuan uan mentmental al yang yang tidatidak k mencmencukupukupi.i.33

Retar

Retardasi dasi mental menurutmental menurut The Individuals with Disabilities Education Act The Individuals with Disabilities Education Act  (IDEA) adalah fungsi(IDEA) adalah fungsi int

inteleelektuaktual l di di bawabawah h ratrata-raa-rata ta yang yang muncmuncul ul berbersamsamaan aan dengdengan an defdefisiisit t perperilailaku ku adaptadaptif if dandan  berman

 bermanifestaifestasi dalam si dalam periode peperiode perkembarkembangan sertngan serta berakiba berakibat buruk tat buruk terhadap erhadap kemampukemampuan belajaan belajar.r.22 The American Association on Intellectual and Developmental Disabilities

The American Association on Intellectual and Developmental Disabilities (AAIDD,2002)(AAIDD,2002) men

mendefidefinisnisikan ikan retretardardasi asi mentmental al sebsebagaagai i ketketerbaerbatasatasan n daldalam am fungfungsi si intinteleelektuaktual l dan dan periperilaklakuu adaptif.

adaptif.44

Menurut Association American of Mental Retardation (AAMR), retardasi mental mengacu Menurut Association American of Mental Retardation (AAMR), retardasi mental mengacu  pada fungs

 pada fungsi inteli intelektual yang sektual yang secara sigecara signifikan bernifikan berada di bawaada di bawah rata-rah rata-rata, didefita, didefinisikanisikan sebagai niln sebagai nilaiai  Intelege

 Intelegence Quotience Quotient nt (IQ) (IQ) <70-75, terdapat bersamaan <70-75, terdapat bersamaan dengan keterbatasan yang berdengan keterbatasan yang berkaitan dengankaitan dengan dua

dua ataatau u leblebih ih arearea a keteketeramprampilan ilan adapadaptif tif yang yang dapadapat t ditditeraerapkanpkan: : komkomunikunikasiasi, , mermerawaawat t dirdiri,i, ket

keteramerampilapilan n sossosialial, , kemkemampuampuan an berbermasmasyaryarakatakat, , pengpengaraarahan han dirdiri, i, keskesehatehatan an dan dan keakeamanamanan,n, akademik fungsional, istirahat, dan bekerja.

akademik fungsional, istirahat, dan bekerja.11

Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ yang merupakan persentase yang didapatkan dari umur  sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ yang merupakan persentase yang didapatkan dari umur  me

mentantal l beberbrbandanding ing umumur ur krokronolnologogisis. . ApApababilila a IQ IQ di di bawbawah ah 7070, , anaanak k titidadak k dapdapat at memengingikutkutii  pendidika

 pendidikan n sekolah biasa, karena sekolah biasa, karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana, daya cara berpikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan tangkap dan dayadaya ingatnya lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah. ingatnya lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah.33

Perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan Perilaku adaptif sosial adalah kemampuan seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada  penderi

 penderita ta retarretardasi dasi mentalmental, , gangguagangguan n perilaperilaku ku adaptif adaptif yang yang paling paling menonjol menonjol adalah adalah kesulikesulitantan menyes

menyesuaikan diri uaikan diri dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakalakunya kekanak-kanakann tidak sesuai dengan umurnya.

(5)

2.2 Epidemiologi

Berdasarkan statistik (menurut American Psychiatric Association) 2,5 % dari populasi menderita retardasi mental dan 85% diantaranya merupakan retardasi mental ringan. Di Amerika serikat tahun 2001-2002 lebih kurang 592.000 atau 1,2 % anak usia sekolah mendapat pelayanan retardasi mental.2

Perkiraan prevalensi berdasarkan pada tes psikometrik standar menunjukkan bahwa hanya di bawah 3% populasi umum memiliki “ fungsi intelektual yang secara signifikan berada di bawah rata-rata “ (memiliki nilai tes yang berada lebih dari dua standar deviasi di bawah rata-rata). Prevalensi retardasi mental ringan paling tinggi diantara anak-anak dari keluarga miskin, sementara individu yang mengalami kecacatan yang lebih berat diwakilkan secara sama pada semua kelompok masyarakat. Kira-kira 5% populasi mengalami retardasi mental berat atau sangat  berat.

Anak-anak dengan retardasi mental dapat didiagnosis juga dengan gangguan lain seperti autisme dan cerebral palsy. Secara keseluruhan, prevalensi retardasi mental dapat terjadi lebih tinggi pada laki-laki di banding perempuan yaitu 2:1 pada retardasi mental ringan dan 1,5 : 1 pada retardasi mental berat.2

2.3 Etiologi

Terdapat 2 populasi gangguan retardasi

1. Retardasi mental ringan (IQ > 50), lebih dihubungkan dengan pengaruh lingkungan.

Retardasi mental ringan ini 4 kali lebih banyak terjadi pada anak yang ibunya tidak tamat SMA. Hal ini kemungkinan akibat dari gabungan faktor genetik (anak yang mewarisi gangguan intelektual) dan faktor sosio-ekonomi (kemiskinan dan Undernutrition). Penyebab spesifik gangguan retardasi mental ringan hanya teridentifikasi pada <50%  penderita. Penyebab biologis paling sering adalah sindrom genetik dengan kelainan

(6)

kongenital, prematuritas, penyalahgunaan obat yang menyebabkan gangguan intrauterin, dan abnomalitas kromosom seks. Sering ditemukan adanya riwayat keluarga.2, 5

2. Retardasi mental berat (IQ>50), lebih dihubungkan dengan penyebab biologis. Penyebab

 biologis dapat diidentifikasi pada 75% kasus. Penyebab penyakit tersebut antara lain : sindrom  genetic (sindrom  Fragile X,  Prader willi Syndrome) dan kromosom (Down sindrom, klinefelter syndrome), Abnormalitas perkembangan otak (ensefalopati, Lissencephaly), gangguan metabolisme sejak lahir [Fenilketonuria(PKU), Tay-sach], gangguan neurodegenerative (mukopolisakaridosis), malnutrisi berat, paparan radiasi, infeksi [Human Imunodefisiensi Virus (HIV), toksoplasma, rubella, Sitomegalovirus(CMV), Syphilis, Herpes Simpleks], kelainan pada masa perinatal, meningitis, intoksikasi alkohol pada masa fetal, kelainan pada masa postnatal (trauma, meningitis, Hipotiroid)2, 5

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk mengetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun terdapat beberapa faktor yang  potensial berperan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT dan

Shonkoff JP di bawah ini. Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental:3

1. Non organik 

• Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis

• Faktor sosiokultural

• Interaksi anak denga pengasuh yang tidak baik 

• Penelantaran anak 

2. Organik 

(7)

- Abnormalitas  single gen (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurokutaneus, dll)

- Kelainan kromosom (x-linked, translokasi, fragile-x)

• Faktor pranatal

- Gangguan pertumbuhan otak trimester I

 Kelainan kromososm (trisomi, mozaik, dll)

 Infeksi intrauterin, TIRCH, HIV

 Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi)

 Disfungsi plasenta

 Kelainan kongenital dari otak (idiopatik) - Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III

 Infeksi intrauterin

 Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat)

 Ibu : diabetes melitus, fenilketonuria (PKU)

 Toksemia gravidarum  Disfungsi plasenta  Ibu malnutrisi • Faktor perinatal - Sangat prematur  - Asfiksia neonatorum

(8)

- Meningitis

- Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia

• Faktor postnatal

- Trauma berat pada kepala atau susunan saraf pusat - Neurotoksin

- CVA (Cerebrovascular Accident) - Anoksia, misalnya teggelam - Metabolik  

 Gizi buruk 

 Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid

 Aminoasiduria, misalnya PKU

 Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll

 Polisakaridosis, misalnya sindrom hurler 

 Serebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali - Infeksi

 Meningitis, ensefalitis

 Subakut, sklerosing panensefalitis

2.4 Patogenesis

Perlu dipahami bahwa otak bayi dan anak bukanlah miniatur otak dewasa. Otak bayi dan anak  merupakan organ tubuh yang masih tumbuh dan berkembang. Otak bayi dan anak akan tumbuh

(9)

menjadi besar, lebih besar, dan masih berkembang dari otak yang semula imatur menjadi otak  matur. Masa selama 2 minggu setelah pembuahan atau disebut masa praembrio terjadi pembelahan sel telur yang telah dibuahi. Sedangkan pada usia kehamilan 2-8 minggu disebut sebagai masa embrio.6

Awal pembentukan susunan saraf pusat atau otak dimulai setelah kehamilan 8 minggu. Pertumbuhan dan perkembangan otak dimulai dengan pembentukan lempeng saraf (neural plate)  pada masa embrio, yakni sekitar hari ke-16. Kemudian menggulung membentuk tabung saraf 

(neural tube) pada hari le-22.Pada minggu ke-5 mulailah terlihat cikal bakal otak besar di ujung tabung saraf. Selajutnya terbentuklah batang otak, serebelum (otak kecil), dan bagian-bagian lainnya.Perkembangan otak sangat kompleks dan memerlukan beberapa seri proses perkembangan, yang terjadi atas penambahan (poliferasi) sel, perpindahan (migrasi sel), perubahan (diferensiasi) sel, pembentukan jalinan saraf satu dengan yang lainnya (sinaps), dan pembentukan selubung saraf  (mielinasi).8

Sel saraf (neuron) pada permulaan bentuknya masih sederhana, mengalami pembelahan menjadi banyak, dan proses ini disebut proliferasi. Proses proliferasi ini berlangsung selama kehamilan 4-24 minggu, dan selesai pada waktu bayi lahir.Setelah proses proliferasi, sel saraf akan migrasi ke tempat yang semestinya. Proses migrasi berlangsung sejak kehamilan kira-kira 16 minggu sampai akhir bulan ke-6 masa gestasi. Proses migrasi ini terjadi secara bergelombang, yaitu sel saraf yang bermigrasi awal akan menempati lapisan dalam dan yang bermigrasi kemudian menempati lapisan dalam dan yang bermigrasi kemudian menempati lapisan luar korteks serebri.8

Pada akhir bulan ke-6, lempeng korteks ini sudah memiliki komponen sel neuron yang lengkap dan sudah tampak adanya diferensiasi menjadi 6 lapis seperti orang dewasa. Di tempat yang semestinya, sel saraf mengalami proses diferensiasi (perubahan bentuk, komposisi, dan fungsi). Sel saraf berubah menjadi sel neuron dengan cabang-cabangnya dan terbentuk pula sel  penunjang (sel Glia). Fungsi sel inilah yang mengatur kehidupan kita sehari-hari.8

Ada yang mengatakan penambahan jumlah sel saraf telah selesai pada saat kelahiran. Setelah lahir hanya terjadi pematangan fungsi sel saraf, tetapi selubung saraf atau myelin yang disebut mielinisasi masih berkembang. Tetapi, setelah lahir terjadi penambahan volume dan berat

(10)

otak, bayi tampak lebih pintar. Hal ini karena adanya pertumbuhan serabut saraf, adanya  peningkatan jumlah sel glia yang luar biasa dan proses mieliniasi akibat proses stimulasi yang

didapat saat lahir.8

Proses perkembangan otak ini memegang peranan penting dalam perkembangan mental anak, hanya saja keterbatasan pengetahuan tentang neuropatologi terhadap hal yang menyebabkan kemunduran intelektual, sebagaimana telah dibuktikan dengan adanya 10-20% otak manusia dengan retardasi mental berat, tetapi terlihat normal secara kesuluruhan. Sebagian besar otak  manusia menunjukkan perubahan yang ringan dan non-spesifik yang tidak mempunyai hubungan yang kuat dengan derajat kemunduran intelektual. Perubahan-perubahan tersebut meliputi mikrosefal, heterotopi substansia grisea pada substansial alba bagian subkortikal, korteks dengan susunan regular yang tidak biasa dan neuron yang terikat lebih kuat dari biasanya. Hanya sebagian kecil dari otak yang menunjukkan perubahan spesifik pada susunan dendrit dan sinap, dengan adanya disgenesis dari dendrit di spinal atau di neuron kortikal atau adanya gangguan pertumbuhan dendrit. Pengaturan sistem saraf pusat yang mencakup proses induksi; maturasi sistim saraf pusat dipengaruhi oleh genetik, molekuler, autokrin, parakrin, dan endokrin. Reseptor-reseptor yang merangsang molekul dan gen sangatlah penting dalam perkembangan otak, Pemeliharaan fenotip neuron pada orang dewasa mencakup transkrip genetik yang sama, yang berperan penting selama  perkembangan fetus melalui aktivasi mekanisme transduksi intrasel.6

2.5 Diagnosis

Anamnesis yang sangat diperlukan yaitu mengetahui penyebab retardasi mentalnya, baik  organik atau non organik, apakah kelainannya dapat diobati/tidak, dan apakah ada faktor  genetik/tidak. Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunakan DDST ( Denver Developmental Screening Test ), maka diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tua, pengasuh atau gurunya, akan sangat membantu dalam

(11)

menegakkan diagnosis. Setelah anak berumur 6 tahun dapat dilakukan tes IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat diambil kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila tidak  ada kelainan pada sistem susunan saraf pusat, perlu anamnesis yang teliti untuk mengetahui apakah ada keluarga yang cacat, dan mencari masalah lingkungan/faktor non organik lainnya yang diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak.3, 7

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik  yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindroma penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :3

1. Kelainan pada mata: 1.1 Katarak 

- Sindrom Cockayne - Sindrom Down - Sindrom Lowe - Kretin

- Galactosemia - Rubela Pranatal, dll 1.2 Bintik cherry – merah pada daerah makula

- Mukolipidosis - Penyakit Tay - Sachs - Penyakit Niemann –Pick 

1.3 Korioretinitis

- Lues Kongenital - Sindrom Hurler   - Sindroma Hunter - Sindrom Lowe 2. Kejang

2.1 Kejang umum tonik klonik 

- Defisiensi glikogen sinthetase - Hiperlisinemia

(12)

- Phenyl ketonuria

- Sindrom malabsobrbsi methionin, dll ` 2.2 Kejang pada masa neonatal

- Arginosuccinic asiduria - Hiperaminonemia I dan II - Laktik Asidosis,dll 3. Kelainan Kulit Bintik cafe –au-lait  - Ataksia – telengiektasia - Sindrom Bloom - Neurofibromatosis - Tuherous sclerosis 4. Kelainan Rambut 4.1 Rambut rontok 

- Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopati 4.2 Rambut cepat memutih

- Atrofi progresif serebral hemisfer  - Ataksia telangiektasia

- Sindrom malabsorpsi methionin 4.3 Rambut halus

- Hipotiroid - Malnutrisi 5. Kepala

(13)

- Mikrosefali - Makrosefali o Hidrosefalus o Mucopolisakaridase o Efusi subdural 6. Perawakan pendek  - Kretin - Sindrom Prader-Willi 7. Distonia - Sindrom Hallervorden-Spaz

Gejala retardasi mental berdasarkan tipenya: 1. Retardasi mental ringan

Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka kurang mampu menghadapi stress, sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.

2. Retardasi mental sedang

Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu misalnya pertukangan,  pertanian, dll. Dan apabila bekerja nanti mereka ,memerlukan pengawasan. Mereka juga

(14)

 perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang mampu mengahadapi dan kurang dapat mandiri, sehingga memerlukan bimbingan dan pengawasan. 3. Retardasi mental berat

Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini , karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan  perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih higiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana , tidak dapat dilatih keterampilan kerja dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.

4. Retardasi mental sangat berat

Kelompok ini sekitar 1 % dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang disekitarnya.3

Kriteria diagnostik retardasi mental menurut  Diagnostic and Statistical Manual of Mental   Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) :2, 8

1. Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau dibawahnya. 2. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2, misalnya komunikasi, perawatan diri, kemampuan melakukan tugas-tugas rumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan. 3. Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.

Pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada anak dengan retardasi mental antara lain neuroimaging, tes metabolik, genetik, kromosom darah, dan elektro ensefalografi (EEG). Tes-tes tersebut sebaiknya tidak digunakan untuk anak dengan keterbelakangan intelektual. Jenis tes yang dilakukan sebaiknya didasarkan pada riwayat keluarga/kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan oleh bidang keilmuan yang lain, dan keinginan keluarga.2

(15)

Tes Karyotype terutama ditujukan untuk melihat jumlah kromosom, duplikasi, delesi, atau translokasi kromosom. Tes molekuler genetik untuk sindrom Fragile X tepat digunakan untuk laki-laki dengan retardasi mental sedang, perawakan fisik yang tidak normal, dan/atau memiliki riwayat retardasi mental pada keluarga; atau perempuan dengan defisit kognitif ringan dengan sikap  pemalu yang berlebihan dan memiliki riwayat keluarga. Anak dengan gangguan neurologis yang  progresif atau perubahan perilaku tiba-tiba membutuhkan investigasi metabolik (asam organik 

urin, asam amino plasma, laktat darah, enzim lisosom dalam limfosit), anak dengan episode mirip kejang harus mendapatkan pemeriksaan EEG. Anak dengan pertumbuhan kepala abnormal atau asimetris dan temuan neurologis fokal harus menjalankan prosedur neuroimaging.

Lebih kurang 6 % retardasi mental tanpa sebab yang jelas kemungkinan disebabkan oleh abnormalitas kromosom “mikro” yang dapat diidentifikasi dengan penyatuan kromosom resolusi tinggi,  fluorescent insitu hybridization (FISH) atau penggambaran kromosom untuk pengaturan  subtelomeric. MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi sejumlah marker disgenesis serebral  pada anak dengan keterbelakangan intelektual.

Diagnosis retardasi mental membutuhkan pula tes intelijensia individual dan tes kemampuan fungsi adaptif. The Bayley Scales of Infant Development (BSID-II) merupakan skala  penilaian intelejensi yang paling umum dipakai, skala ini menilai kemampuan bahasa, kemampuan  pemecahan masalah, perilaku, kemampuam motorik halus, dan kemampuan motorik kasar pada anak usia 1 bulan – 3 tahun, dari skala tersebut akan diperoleh hasil berupamental developmental  index (MDI) dan skor  psikomotor developmental index (PDI, sebuah pengukuran kompetensi motorik).2, 9 Tes ini dapat membedakan anak dengan retardasi mental berat dan anak normal,

namun tes ini tidak terlalu bermanfaat untuk membedakan anak normal dengan anak yang mengalami retardasi mental ringan. Tes psikologis yang paling umum digunakan untuk anak > 3 tahun adalah Wechsler scales. The Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-revised  (WPPSI-III) digunakan untuk anak usia mental 2,5 – 7,3 tahun. The Wechlser Intelligence Scale  for Children-4th edition (WISC-IV) digunakan untuk anak dengan usia mental diatas 6 tahun.

Kedua skala tersebut terdiri dari beberapa subtest dalam area verbal dan keterampilan. Meskipun anak dengan retardasi mental memiliki skor dibawah rata-rata pada seluruh subscale scores, namun kadang mereka memiliki skor rata-rata pada satu atau lebih area keterampilan.2

(16)

Tes perilaku adaptif yang paling umum digunakan adalah Vineland Adaptive Behavior  Scale yang melibatkan wawancara dengan orangtua atau guru dan menilai perilaku adaptif dalam 4 domain utama: komunikasi, keterampilan hidup sehari-hari, sosialisasi dan kemampuan motorik. Bisanya terdapat hubungan antara skor intelijensia dan skor adaptif. Kemampuan adaptif dasar  (makan, berpakaian, hygiene) lebih mudah diperbaiki dibandingkan dengan skor IQ.2

2.6 Diagnosis Banding

Sebelum menegakkan diagnosis retardasi mental, kelainan-kelainan lain yang mempengaruhi kemampuan kognitif dan perilaku adaptif juga harus menjadi pertimbangan, diantaranya kondisi yang mirip dengan retardasi mental dan kondisi lain yang melibatkan keterbelakangan intelektual sebagai salah satu manifestasinya. Defisit sensoris (kemampuan pendengaran yang buruk dan kehilangan penglihatan), gangguan komunikasi, dan kejang tak terkontrol dapat menyerupai retardasi mental; gangguan neurologis progresif tertentu munculannnya dapat menyerupai retardasi mental sebelum terjadinya regresi. Lebih dari setengah anak-anak yang menderita serebral palsi atau autisme juga menderita retardasi mental. Serebral palsi dengan retardasi mental tampak pada kemampuan motoriknya, dimana pada serebral palsi kemampuan motorik lebih dipengaruhi dibandingkan kemampuan kognitif, dan disertai adanya refleks patologis dan perubahan tonus. Pada autisme, kemampuan adaptif sosial lebih dipengaruhi dibandingkan kemampuan non verbal, dimana pada retardasi mental biasanya terdapat lebih banyak defisit pada kemampuan sosial, motorik, adaptif dan kognitif.2

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemerikasaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental, yaitu :3

1. Kromosomal kariotip

- Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas - Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen

(17)

- Terdapat beberapa kelainan kongenital - Genitalia abnormal

2. EEG (Elektro Ensefalogram)

- Gejala kejang yang dicurigai

- Kesulitan mengerti bahasa yang berat

3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) - Pembesaran kepala yang progresif 

- Tuberous sklerosis

- Dicurigai kelainan otak yang luas - Kejang lokal

- Dicurigai adanya tumor intrakranial 4. Titer virus untuk infeksi kongenital

- Kelainan pendengaran tipe sensorineural - Neonatal hepatosplenomegali

- Petechie pada periode neonatal - Chorioretinitis

- Mikroptalmia

- Kalsifikasi intrakranial - Mikrosefali

5. Serum asam urat (uric acid serum) - Choreoatetosis

- Gout

- Sering mengamuk  6. Laktat dan piruvat darah

(18)

- Asidosis metabolik  - Kejang mioklonik 

- Kelemahan yang progresif  - Ataksia

- Degenerasi retina - Ophtalmoplegia

- Episode seperti stroke yang berulang 7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang

- Hepatomegali - Tuli

- Kejang dini dan hipotonia - Degenerasi retina

- Ophtalmoplegia - Kista pada ginjal 8. Serum Zeng (Zn)

- Acrodermatitis 9. Logam berat dalam darah

- Anamnesis adanya pika - Anemia

10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin - Gerakan yang involunter 

- Sirosis

- Cincin Kayser-Fleischer  11. Serum asam amino atau asam organik 

(19)

- Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi - Gagal tumbuh

- Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit - Warna rambut yang tidak khas

- Mikrosefali

- Asidosis yang tidak diketahui sebabnya 12. Plasma amonia

- Muntah-muntah dengan asidosis metabolik  13. Analisa enzim lisozom pada leukosit atau biopsi kulit:

- Kehilangan fungsi motorik dan kognitif  - Atrofi N. Optikus

- Degenerasi retina

- Serebelar ataksia yang berulang - Mioklonus

- Hepatosplenomegali

- Kulit yang kasar dan lepas-lepas - Kejang

- Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun 14. Urin mukopolisakarida

- Kifosis

- Anggota gerak yang pendek  - Badan yang pendek 

- Hepatosplenomegali - Kornea keruh

- Gangguan pendengaran - Kekakuan pada sendi

(20)

15. Urine reducing substance - Katarak   - Hepatosplenomegali - Kejang 16. Urin ketoacid - Kejang

- Rambut yang mudah putus 17. Urin asam vanililmandelik 

- Muntah-muntah

- Isapan bayi pada saat menyusu yang lemah - Gejala disfungsi autonomik 

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual. Tetapi  perlu diingat bahwa tidak setiap anak penanganan multidisiplin merupakan jalan yang terbaik.2, 3

Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk  mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa fisik  anak, menganalisis penyebab, dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran pekerja sosial kadang-kadang diperlukan untuk menilai situasi keluarganya.10Atas dasar 

itu maka dibuatlah strategi terapi. Sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf   bila anak juga menderita epilepsi, palsi serebral, dll. Psikiater, bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi medis, bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara, untuk memperbaiki gangguan bicara atau untuk merangsang perkembangan bicara. Serta diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental ini.3, 11

(21)

Pada orang tua perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaaan anaknya. Bila orang tua belum dapat menerima keadaan anaknya, maka perlu konsultasi pula dengan psikolog atau psikiater.3, 11 Disamping itu

diperlukan kerja sama yang baik antara guru dengan orang tua, agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam strategi penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian, agar anak tidak diejek atau dikucilkan. Disamping itu masyarakat perlu diberikan penerangan tentang retardasi mental, agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.3

2.8.1 Pendekatan Individual dan Keluarga

Retardasi mental umumnya merupakan kondisi seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan dengan  pengobatan medis. Hal-hal berikut ini penting untuk dipertimbangkan sebagai panduan dalam  penatalaksanaan:

1. Bukti Ilmiah: Penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa dengan memberikan dukungan

dan pelayanan yang tepat, adalah mungkin untuk memastikan bahwa penderita retardasi mental dapat hidup sehat dan relatif independen. Pelayanan yang dimaksud disini terdiri dari banyak bidang seperti perawatan kesehatan, intervensi dini, pendidikan, pelatihan kejuruan, dan sebagainya. Penelitian juga menunjukkan bahwa penyakit fisik maupun  perilaku pada penderita retardasi mental disebabkan oleh kurangnya perawatan yang tepat

dan oleh karenanya dapat dicegah.

2. Standar Kemanusiaan: Sebagai bagian dari masyarakat, merupakan hak penderita retardasi

mental untuk menjalani kehidupan mereka dengan bermartabat. Hal ini dapat dicapai dengan adanya kesadaran sosial, tingkah laku dan kepercayaan yang “positif” dari lingkungan terkait retardasi mental itu sendiri.

3. Perspektif Keluarga: Masalah retardasi mental seringkali tidak dapat dipisahkan dari

masalah yang dihadapi keluarga. Pelayanan yang teroganisir sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk dapat beradaptasi dengan baik dan menghadapi segala masalah dengan  percaya diri.12

(22)

Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, professional dari berbagai bidang, keluarga, organisasi  pemerintah, LSM, dan masyarakat secara keseluruhan harus saling bekerjasam.3, 11, 12

Prinsip-prinsip berikut dapat membantu dalam membimbing dan mengarahkan pengembangan  pelayanan yang sesuai :

• Normalisasi. Konsep ini berasal dari negara-negara Skandinavia. Secara sederhana, normalisasi berarti memastikan bahwa kondisi lingkungan kehidupan sehari-hari yang didapatkan para penderita retardasi mental tidak berbeda dengan yang didapatkan orang normal lainnya. Hal ini juga berarti menyediakan fasilitas-fasilitas bagi mereka untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.

• Integrasi. Penderita retardasi mental haruslah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat; mereka tidak boleh diisolasi ataupun mendapat diskriminasi dalam hal apapun. Perawatan di Rumah dengan Orangtua Sebagai Mitra.

Penelitian telah menunjukkan bahwa tempat terbaik untuk tumbuh dan berkembang bagi para  penderita retardasi mental adalah keluarga mereka sendiri, di mana mereka dapat diberikan  pengasuhan dengan stimulasi yang sesuai. Oleh karena itu, pelayanan yang terorganisir harus diberikan agar keluarga mendapat dukungan, diperkuat dan diberdayakan dalam pengasuhan anggota keluarga dengan retardasi mental. Keluarga memiliki kebutuhan yang berbeda pada  berbagai tahap dalam siklus kehidupan (masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa); oleh karena itu harus diupayakan untuk memenuhi kebutuhan dari tiap siklus tersebut. Harus disadari juga bahwa keluarga tidak hanya penerima layanan tetapi juga bertindak sebagai “penyedia layanan”. Dengan kata lain, mereka adalah mitra dalam perawatan penderita retardasi mental.12

2.8.2 Pendekatan Berbasis Masyarakat

Seringkali pelayanan cenderung terkonsentrasi di daerah perkotaan. Untuk mengatasi hal ini,  pelayanan berorientasi masyarakat sangat diperlukan. Tidak ada program yang dapat sukses

terlaksana tanpa keterlibatan dan partisipasi dari masyarakat. Pelayanan untuk individu dengan retardasi mental :

(23)

Dibutuhkan fasilitas yang sesuai untuk evaluasi medis / kesehatan yang baik dan diagnosis yang akurat. Dokter harus dalam posisi untuk mengenali dan mengelola gangguan yang dapat diobati seperti hipotiroidisme. Masalah terkait seperti kejang, gangguan sensorik dan masalah perilaku, dapat diperbaiki atau dikendalikan dengan tatalaksana medis yang tepat. Diharapkan tersedia fasilitas untuk penilaian psikologis dari kekuatan dan kelemahan dalam diri anak yang dapat dijadikan dasar untuk pelatihan-pelatihan di masa depan.12 Psikoterapi dapat diberikan kepada

anak retardasi mental maupun kepada orangtua anak tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental tetapi dengan psikoterapi dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku dan adaptasi sosialnya.13

Semua anak dengan retardasi mental juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini sering juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penanganan khusus. Misalnya pada anak yang mengalami infeksi pranatal dengan cytomegalovirus akan mengalami gangguan  pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak dengan sindrom Down dapat

timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian.2, 3

Tujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan ada atau tidaknya retardasi mental dan derajat retardasi mentalnya, evaluasi mengenai sistem kekeluargaan dan  pengaruh retardasi mental pada keluarga, kemungkinan penempatan di panti khusus, konseling  pranikah dan pranatal.13

Konseling orangtua yang memadai pada tahap awal sangatlah penting. Dokter, perawat,  psikolog dan pekerja sosial dapat membuat perbedaan besar bagi orang tua dengan cara memberikan penjelasan yang benar mengenai kondisi dan pilihan untuk pengobatan yang tersedia. Konseling juga memberikan dukungan emosional dan bimbingan serta penguatan moral. Setelah orang tua mendapatkan pemahaman yang benar mengenai kondisi anaknya, mereka perlu belajar  cara yang tepat dalam membesarkan dan melatih anak. Orang tua secara terus menerus membutuhkan bantuan, bimbingan, dan dukungan, terutama selama masa remaja, dewasa awal dan selama periode krisis.12

(24)

Deteksi dan stimulasi dini pada retardasi mental sangat membantu untuk memperkecil retardasi yang terjadi. Para orangtua biasanya membawa anaknya pada dokter anak bila mereka mencurigai adanya kelainan pada anaknya. Oleh karena itu dokter anak harus waspada pada setiap keluhan dari ibu, terutama keluhan tentang keterlambatan perkembangan anaknya. Makin dini ditemukan, dan makin dini diadakan stimulasi, makin besar kesempatan anak untuk mengejar  ketertinggalannya.11

Banyak penelitian menunjukkan bahwa mendeteksi retardasi mental pada tahap awal, yaitu  pada masa bayi, dan menyediakan lingkungan yang memberikan stimulasi dan penuh kasih sayang dapat membantu anak-anak ini untuk berkembang lebih baik dan mencegah banyak 

komplikasi.

Beberapa kondisi medis yang terkait dengan retardasi mental dapat dideteksi saat lahir. Dapat pula dilakukan pengelompokan bayi-bayi yang beresiko menderita retardasi mental. Bayi- bayi tersebut merupakan bayi yang lahir prematur atau dengan berat lahir rendah (kurang dari 2 kg), atau yang menderita asfiksia saat lahir, atau mereka yang menderita penyakit yang serius pada  periode neonatal. Metode yang dilakukan untuk deteksi dini adalah dengan mengikuti  perkembangan semua bayi sejak lahir dan amati apakah mereka mengalami ketertinggalan secara konsisten. Pada umumnya, sebagian besar bayi dengan retardasi mental yang berat bisa dikenali  pada usia 6-12 bulan. Retardasi mental ringan biasanya menjadi jelas pada usia dua tahun.

Metode standar untuk deteksi dini retardasi mental sekarang telah tersedia, dan dapat disesuaikan dengan budaya manapun dengan modifikasi yang tepat. Ketika seorang bayi terdeteksi atau diduga memiliki retardasi mental, penting untuk memberikan stimulasi yang tepat untuk   perkembangannya.

Bayi yang berisiko atau terdeteksi dengan perkembangan yang tertunda harus mendapatkan stimulasi sensori-motor. Ini adalah teknik di mana orang tua mendorong dan mengajarkan bayi mereka untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan sensorik mereka (penglihatan, pendengaran dan sentuhan) dan kemampuan motorik (menggenggam, menggapai, memanipulasi, dan memindahkan). Teknik ini juga meliputi aktif terlibat dengan anak dengan membelai, berbicara, menunjukkan benda-benda terang, bermain untuk membuat anak tertawa, menggelitik, memijat lembut, menempatkan anak dalam posisi dan tempat yang berbeda, menggunakan mainan dan memainkan benda-benda untuk membangkitkan minat anak,

(25)

membimbing tangan anak untuk melakukan sesuatu dan sebagainya. Stimulasi semacam itu sangat dibutuhkan untuk perkembangan normal.12

3. Pelatihan Self-help, Keterampilan Praktis dan Keterampilan Sosial

Anak normal mempelajari keterampilan hidup sehari-hari (makan, berpakaian, toilet training , dan keterampilan sosial seperti bermain, dan berinteraksi dengan orang lain) dengan mudah, yaitu dengan mengamati orang lain dan bimbingan orang dewasa. Tapi anak-anak dengan retardasi mental sering tidak mampu mempelajari keterampilan-keterampilan tersebut. Melalui upaya sistematis dan menggunakan teknik yang tepat, sangat mungkin untuk mengajar dan melatih mereka melakukannya. Tekhnik dengan modifikasi tingkah laku sangat berguna dan efektif dalam  penatalaksanaan anak-anak dengan retardaasi mental, termasuk di antaranya :

•  Reinforcement   positif dan pemberian reward : Memperhatikan, memuji anak dan memberikan beberapa hadiah seperti permen atau mainan setiap kali anak menunjukkan  perilaku yang diinginkan atau berusaha untuk belajar, dapat meningkatkan motivasi anak 

untuk belajar.

•  Modelling : Menunjukkan anak bagaimana cara melakukan sesuatu dan mendorong anak  untuk memulai melakukan hal yang sama merupakan metode yang bagus untuk  mengajarkan anak. Ini lebih baik daripada hanya secara lisan mengatakan atau menginstruksikan anak.

• Shaping : yaitu mengajarkan bentuk sederhana dari sebuah aktivitas yang rumit, kemudian secara perlahan menaikkan tingkat kesulitannya.

• Chaining: Sebuah kegiatan, seperti berpakaian, dapat dipecah menjadi beberapa langkah kecil yang berurutan. Anak dapat diajarkan keterampilan ini langkah demi langkah. Seringkali, back-chaining  atau mengajarkan terlebih dahulu langkah terakhir dan kemudian mundur merupakan cara yang lebih efektif.

•  Physical guidance : Jika anak tidak dapat belajar dengan cara modelling , ia dapat diajarkan dengan cara memegang tangan anak dan menunjukkan mereka bagaimana suatu hal

(26)

dilakukan. Setelah pengulangan seperti itu, bimbingan secara fisik ini dapat perlahan-lahan ditarik sehingga anak belajar untuk melakukan tugas secara independen.12

4. Terapi Bicara

Bicara dan bahasa adalah fungsi yang sangat penting dan sangat khusus bagi manusia. Bicara dan  bahasa memegang peranan penting dalam mengkomunikasikan perasaan dan pikiran seseorang kepada orang lain. Retardasi mental sering disertai dengan keterbatasan yang signifikan dalam  perkembangan bicara dan bahasa. Penelitian telah memperlihatkan bahwa aplikasi sistematis teknik terapi wicara, efektif dalam meningkatkan kemampuan bicara dan bahasa. Terapi bicara dibutuhkan pada anak dengan retardasi mental.12

5. Pendidikan

Ketika mereka tumbuh dan menguasai aktivitas hidup sehari-hari, anak-anak dengan retardasi mental perlu diberikan pendidikan seperti anak-anak lainnya. Sekolah sangat penting bagi mereka  bukan hanya untuk memperoleh kemampun akademik tetapi juga untuk beajar disiplin, keterampilan sosial/interaksi, dan keterampilan praktis untuk kehidupan bermasyarakat. Meskipun mereka lambat dalam belajar, pengalaman dan penelitian telah menunjukkan bahwa dengan menerapkan teknik pendidikan yang tepat, sangat mungkin untuk memberikan keterampilan dasar  membaca, menulis, dan berhitung bagi banyak anak dengan retardasi mental. Pendekatan saat ini dalam hal pendidikan, sebisa mungkin, menempatkan mereka di sekolah normal, daripada mendirikan sekolah khusus (pendidikan inklusif). Hal ini terutama untuk mereka yang memiliki  bentuk ringan dari retardasi mental. Namun, anak dengan retardasi mental yang lebih parah akan lebih baik ditempatkan di sekolah khusus. Pendekatan lain, adalah dengan membuat kelas khusus untuk mereka di sekolah normal (opportunity sections).10Apapun pendekatan yang dipilih, penting

untuk menyadari bahwa bahkan anak-anak dengan retardasi mental pun membutuhkan  pendidikan, untuk menjamin perkembangan optimal dan kesejahteraan mereka.12

Anak dengan retardasi mental ringan(IQ 50-70), yang disebut golongan mampu didik, mendapatkan pelajaran setaraf sekolah dasar, namun dengan cara dan kecepatan mengajar yang disesuaikan dengan kemampuan mereka. Pengajar haruslah guru khusus terdidik dalam bidang  pendidikan mereka.

(27)

Anak dengan retardasi mental sedang (IQ 30-50) digolongkan ke dalam kelompok mampu latih. Pada mereka lebih banyak diberikan latihan dalam berbagai macam bidang keterampilan seperti menjahit, menyulam, memasak dan membuat kue pada anak wanita, atau pertukangan,  perbengkelan, peternakan, dan perkebunan pada anak laki-laki. Diharapkan bahwa dengan

keterampilan tersebut mereka dapat mandiri di kemudian hari, atau mereka dapat bekerja dalam suatu shltered workshop. Di Indonesia belum ada sheltered workshop untuk mempekerjakan anak-anak dengan retardasi mental.

Sekolah untuk anak tuna grahita ini disebut SLB-C. dahulu, sebelum didirikan sekolah khusus ini, anak dengan retardasi mental dimasukkan ke sekolah dasar normal. Mereka dengan sendirinya tidak mampu mengikuti pelajaran, sehingga setiap kelas biasanya diulang beberapa kali. Biasanya mereka dicap sebagai anak bodoh dan seringkali menjadi bahan cemoohan teman mereka. Hal ini tentu saja tidak membantu perkembangan kepribadian anak tersebut yang merasa makin kehilangan kepercayaan dirinya. Banyak yang kemudian mogok sekolah dan samasekali menarik diri dari pergaulan.

Anak dengan kecerdasan yang rendah ini kurang dapat meberikan penilaian tentang baik- buruknya suatu tindakan tertentu, misalnya mencuri, merampas, melakukan kejahatan seksual dan sebagainya. Pendidikan dalam SLB sedikitnya melindungi mereka terhadap hal-hal tersebut diatas.

Dengan makin majunya pendidikan maka ada beberapa anak yang sekolah di SLB mendapat kemajuan sedemikian rupa, sehingga mereka dapat dipindahkan kembali ke SD biasa. Bahkan di negara yang maju seperti di amerika sudah mulai dilakukan pendidikan terpadu. Anak-anak dengan retardasi mental pada beberapa pelajaran tertentu, seperti misalnya olahraga, keterampilan, kesenian, diikut sertakan dalam kelas SD yang normal.

Juga dianjurkan adanya sekolah terpadu, kelas bagi anak retardasi mental berada dibawah satu atap dengan kelas anak yang normal. Hal ini juga dimaksudkan untuk menghapus stigma yang melekat pada anak dengan retardasi mental, dengan membiasakan mereka bergaul bersama anak  yang normal. Di Indonesia pendidikan terpadu sulit dilaksanakan pleh karena sistem kurikulum kita yang samasekali berbeda dengan yang ada di Barat. Juga masyarakat di Indonesia perlu mendapatkan penerangan dan pendidikan tentang pengertian retardasi mental, agar mereka dapat menerima anak yang terbelakang tersebut dengan wajar sebagaimana adanya.12

(28)

6. Pelatihan Kejuruan

Penelitian menunjukkan bahwa mayoritas anak muda dengan retardasi mental dapat mengikuti  pelatihan kejuruan dan kemudian dipekerjakan. Tapi ada banyak rintangan. Salah satu rintangan

utama adalah adanya kecenderungan untuk meremehkan kemampuan mereka.

Harus diingat bahwa mendapatkan pekerjaan juga akan berdampak baik bagi kesehatan mental, kepuasan diri, dan status social dari para penderita retardasi mental. Ada banyak contoh inovatif tentang bagaimanahal ini dapat dicapai, misalnya, desa dapat menawarkan berbagai  peluang di bidang pertanian untuk mempekerjakan mereka.12

2.9 Pencegahan

Prevensi primer adalah usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit, yang dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu: (1) Memberikan perlindungan yang spesifik terhadap penyakit- penyakit tertentu, misalnya dengan memberikan imunisasi; (2) Meningkatkan kesehatan dengan

memberikan gizi yang baik, perumahan yang sehat, mengajarkan cara-cara hidup sehat, dengan maksud meninggikan daya tahan tubuh terhadap penyakit.

Prevensi sekunder adalah untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin dan memberikan  pengobatan yang tepat sehingga tidak terjadi komplikasi pada susunan saraf pusat. Misalnya, identifikasi dini dan penanganan yang tepat berbagai kondisi yang dapat ditanggulangi, seperti hipotiroidisme, dapat mencegah terjadinya retardasi mental di kemudian hari. Intervensi yang cepat dan tepat terhadap berbagai penyakit anak, seperti keracunan timah atau hematoma subdural  pascatrauma, mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan sel otak. Diagnosis dan koreksi dini defek sensoris pada anak, dapat meningkatkan secara maksimal kemungkinan anak tersebut untuk  mendapatkan rangsangan sensoris, sehingga dapat dicegah terjadinya retardasi mental akibat defisiensi sensoris. 11

(29)

2.10 Komplikasi

Anak dengan retardasi mental memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya gangguan penglihatan,  pendengaran, ortopedi, dan perilaku atau emosi.Deficit yang paling umum terjadi diantaranya

gangguan motoric, ganngguan perilaku atau emosi, komplikasi medis, dan kejang.Makin parah tingkat retardasi makin banyak kompikasi yang terjadi.Dengan mengetahui tingkat retardasi mental dapat membantu memprediksi ganngguan yang dapt terjasi.Sindrom Fragile X dan Sindrom Fetal   Alcohol  dihubungkan dengan tingginya angka kejadian gangguan perilaku; Down Syndrome memiliki banyak komplikasi medis ( hipotiroidisme, Celiace disease, penyakit jantung bawaan). Bila gangguan tersebut terjadi dibutuhkan terapi fisik jangka panjang, occupational terapi, terapi wicara, alat bantu dengar, dan obat-obatan medis. Kegagalan dalam mengidentifikasi dan tata laksana adekuat terhadap gangguan yang terjadi dapat menghambat kesuksesan dan rehabilitasi dan menyebabkan kesulitan daalam aktifitas di sekolah, rumah, dan lingkungan.2

2.11 Prognosis

Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.3

Pada anak dengan retardasi mental berat, gejalanya telah dapat terlihat sejak dini. Retardasi mental ringan tidak selalu menjadi gangguan yang berlangsung seumur hidup. Seorang anak bisa saja pada awalnya memenuhi kriteria retardasi mental saat usianya masih dini, namun seiring dengan bertambahnya usia, anak tersebut dapat saja hanya menderita gangguan perkembangan (gangguan komunikasi, autisme, slow learner -intelejensia ambang normal). Anak yang didiagnosa dengan retardasi mental ringan di saat masa sekolah, mungkin saja dapat mengembangkan perilaku adaptif dan berbagai keterampilan yang cukup baik sehingga mereka tidak dapat lagi dikategorikan menderita retardasi mental ringan, atau dapat dikatakan efek dari peningkatan maturitas menyebabkan anak berpindah dari satu kategori diagnosis ke kategori lainnya (contohnya, dari retardasi mental sedang menjadi retardasi mental ringan). Beberapa anak yang didiagnosis dengan

(30)

gangguan belajar spesifik atau gangguan komunikasi dapat berkembang menjadi retardasi mental seiring dengan berjalannya waktu. Ketika masa remaja telah dicapai, maka diagnosis biasnya telah menetap.

Prognosis jangka panjang dari retardasi mental tergantung dari penyebab dasarnya, tingkat defisit adaptif dan kognitif, adanya gangguan perkembangan dan medis terkait, dukungan keluarga, dukungan sekolah/masyarakat, dan pelayanan dan training yang tersedia untuk anak dan keluarga. Saat dewasa, banyak penderita retardasi mental yang mampu memenuhi kebutuhan ekonmi dan sosialnya secara mandiri. Mereka mungkin saja membutuhkan supervisi secara periodik, terutama di saat mengalami masalah sosial maupun ekonomi. Kebanyakan penderita dapat hidup dengan  baik dalam masyarakat, baik secara mandiri maupun dalam supervisi. Angka harapan hidup tidak 

terpengaruh oleh adanya retardasi mental ini.2

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Retardasi mental disebabkan oleh berbagai faktor yang penyebab dasarnya belum dapat dijelaskan secara pasti. Anak dengan retardasi mental akan banyak mengalami hambatan dalam fungsi intelektual maupun aktivitas sehari-hari. Kebanyakan anak dengan kemunduran intelektual ini tidak bisa mengikuti teman sebayanya dan tidak bisa mencapai perkembangan sesuai dengan umur. Dalam mendiagnosa retardasi mental, tidak hanya dinilai dari IQ saja akan tetapi kita perlu mendapatkan anamnesa yang komprehensif dari orang tua mengenai riwayat kehamilan, persalinan dan tumbuh kembang anak. Selain itu diperlukan pemeriksaan fisik, psikologis, pemeriksaan laboratorium secara cermat terhadap seorang anak. Observasi psikiatrik juga perlu dikerjakan untuk mengetahui adanya gangguan psikiatrik disamping retardasi mental.

Dokter juga harus mampu memberi penerangan yang jelas kepada orang tua mengenai keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Serta penerangan

(31)

yang jelas tentang retardasi mental kepada masyarakat juga sangat diperlukan agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar 

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual. Oleh karena itu seorang dokter harus mampu membuat strategi pendekatan dalam penatalaksaan yang komprehensif dengan melibatkan psikolog yang berperan dalam menilai perkembangan mental anak terutama kognitifnya, ahli rehabilitasi medis, ahli terapi wicara, dan guru sebagai  pendidik anak tersebut. anak yang retardasi memerlukan perawatan intensif dan khusus seperti  pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya serta

masalah nutrisi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yatchmink Yvette. Keterlambatan Perkembangan: Maturasi Yang Tertinggal Hingga

Retardasi Mental. In: Bani PA, Limanjaya D, Anggraini D, Mahanani DA, Hartanto H, Mandera LI, et al, editors. Buku Ajar Pediatri Rudolph. 20thed. Jakarta: EGC; 2006. p. 136-9.

2. Shapiro Bruce K, Batshaw Mark L. Mental Retardation (Mental Disability). In: Shreiner 

Jennifer, editor. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.

 p. 191-7.

3. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 1995.

4. Armatas V. Mental Retardation: Definitions, Etiology, Epidemiology, and Diagnosis. Jurnal of Sport and Health Research 2009; 1 (2): 112-122.

5. Prugh Dane G. Mental Retardation. The Psychosocial Aspects of Pediatrics. Philadelphia: Lea & Febiger; 1983. p. 395-412.

(32)

6. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pertumbuhan, perkembangan otak pada bayi dan anak 

[Online]. 2009; available from: URL: http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp? q=1983413154521

7. Goldson Edward, Reynolds Ann. Child Development & Behavior. In : Hay WW, Levin

MJ, Sondheimer JM, Deterding RR, editors. Current Diagnosis & Treatment Pediatrics. 20thed.

 New York: McGraw-Hill Companies; 2011. p. 99-103.

8. O’Callaghan M. Developmental Disability. In: Roberton DM, South M, editor. Practical Pediatrics. 6th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier; 2006. p. 108-14.

9. Santrock John W. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.

10.Hull David, Johnston Derek I. Gangguan Mental. In: Yusna Daulika, editor. Dasar-Dasar 

Pediatri. 3rded. Jakarta: EGC; 2008. p. 300-7.

11.Budhiman Melly. Perkembangan Mental. In: Markum AH, editor. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI; 2002. P 68-9.

12.South East Asian Regional Office. Mental Health and Substance Abuse [Online]. 2011;

available from: URL:

http://www.searo.who.int/en/Section1174/Section1199/Section1567/Section1825_8090.htm 13. Sularyo Titi Sunarwati, Kadim Muzal. Retardasi Mental. Sari Pediatri 2000 Dec; 2 (3): 170-7.

Referensi

Dokumen terkait

terhadap kepala daerah dapat memcu problem hukum dalam penyelenggaraan kewenangan DPRD dan kepala daerah, terutama dalam hubungan dengan: (a) Keabsahan dan daya kat suatu

Teridentifikasinya risiko medication error dengan jumlah kasus yang terbanyak pada tahap Prescribing yaitu tidak ada paraf dokter sebanyak 368 kasus (92%),

Beberapa senyawa kompleks dari ion logam Zn(II), Cd(II) dan Hg(II) dengan ligan monodentat dari unsur golongan 15, terutama nitrogen, dan Hg(II) dengan ligan

Akibatnya makanan tidak dapat melewati usus dan tertahan di saluran bagian atas.Hal ini menyebabkan terjadinya muntah yang berulang untuk mengeluarkan makanan tadi

Adapun perbedaanya yaitu, pada skripsi yang penulis angkat, penulis membahas media yaitu bagaimana guru memanfaatkan bermacam-macam media, baik media yang telah tersedia

Algoritma dan Pascal

Mahasiswa baru yang berasal dari luar Jawa Timur berjumlah 36 mahasiswa atau 24 % dari keseluruhan jumlah mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Islam