• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan dan dibatasi di dua kabupaten mengingat keterbatasan waktu dan dana, yaitu di wilayah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur. Dari masing-masing kabupaten dipilih kecamatan dimana petaninya mempunyai usahatani sayuran organik. Di Kabupaten Bogor terpilih Kecamatan Megamendung dan di Kabupaten Cianjur terpilih Kecamatan Pacet. Pemilihan lokasi dengan sengaja (purposive) sesuai tujuan penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa di daerah tersebut: (1) terdapat petani dengan usahatani sayuran organik (2) sudah berusahatani sayuran organik minimal tiga tahun (3) lokasi tersebut berpotensi untuk mengembangkan berbagai komoditas sayuran organik yang bernilai komersial karena dekat dengan sentra-sentra konsumen di kawasan Bogor, Jakarta, Bekasi.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dapat berupa lembaga, individu/orang, kelompok, dokumen atau konsep, kata-kata dan kalimat (Kriyantono 2008; Singarimbun dan Effendi 2006). Populasi penelitian adalah petani sayuran organik di Kabupaten Bogor serta Kabupaten Cianjur dan bertempat tinggal di Provinsi Jawa Barat pada saat penelitian.

Lokasi penelitian ditentukan secara purposif sesuai tujuan penelitian yaitu lokasi dimana terdapat petani yang berusahatani sayuran organik. Dari hasil pra survei dan informasi penyuluh setempat, peneliti menentukan dua kecamatan yaitu Kecamatan Megamendung dan Kecamatan Pacet. Kedua kecamatan terletak di dataran tinggi dan penghasil sayuran termasuk sayuran organik. Dari dua kecamatan tersebut dipilih desa

penelitian yang diketahui terdapat petani dengan usahatani sayuran organik. Penelitian ini menggunakan rancangan sampel probabilitas, artinya penarikan

sampel didasarkan atas pemikiran bahwa keseluruhan unit populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel (Bungin 2006; Kerlinger dan Lee 2000). Unit analisis yang diteliti adalah individu petani laki-laki dan perempuan yang berusahatani sayuran organik. Melalui identifikasi di lokasi penelitian jumlah petani yang berusahatani sayuran organik memang belum banyak dibandingkan dengan yang berusahatani secara

(2)

konvensional. Di Kecamatan Megamendung terdapat 200 petani sayuran organik laki-laki dan perempuan. Di Kecamatan Pacet terdapat sekitar 246 petani sayuran organik laki-laki dan perempuan.

Prosedur pemilihan sampel dilakukan dengan teknik sampling berstrata (stratified sampling). Dalam teknik ini, populasi dikelompokkan ke dalam kelompok atau kategori yaitu strata. Dalam Kerlinger dan Lee (2000) dinyatakan bahwa pada

stratified sampling, populasi akan dibagi dalam strata seperti laki-laki dan perempuan,

kulit hitam dan putih dan banyak lagi. Strata dalam penelitian ini adalah gender yang terbagi antara petani laki-laki dan perempuan. Petani laki-laki dan perempuan yang adalah pelaku utama pada usahatani sayuran organik.

Menurut Neuman (2006), melalui 30 persen dari populasi dengan jumlah dibawah 1000 adalah memadai untuk tingkat akurasi. Berdasarkan hal tersebut ditentukan pada penelitian ini 30 persen secara acak dari populasi di dua lokasi penelitian. Diperoleh 74 rumah tangga petani sampel dengan usahatani sayuran organik dari Kecamatan Pacet dan 60 rumah tangga petani sampel dengan usahatani sayuran organik dari Kecamatan Megamendung. Unit analisis adalah individu petani laki-laki dan perempuan. Melalui teknik stratified disproposionate random sampling diperoleh dari Kecamatan Pacet 37 petani laki-laki dan 37 petani perempuan. Untuk Kecamatan Megamendung adalah 30 petani laki-laki dan 30 petani perempuan. Penelitian ini tidak menganalisis untuk melihat perbedaan dua lokasi tersebut, namun menganalisis dengan melihat perbedaan gender laki-laki dan perempuan yaitu 67 petani laki-laki dan 67 petani perempuan yang berusahatani sayuran organik.

Menurut Saito dan Spurling (1992) petani perempuan ialah pekerja di rumah tangga dan membawa pekerjaan di lahan ke rumah. Mempunyai aktivitas ekonomi dan non ekonomi. Petani perempuan dengan usahatani sayuran organik yang adalah sampel dalam penelitian ini, mempunyai pekerjaan usahatani utama sebagai petani sayuran organik. Sementara suami yang juga petani mempunyai pekerjaan sampingan, antara lain sebagai pengemudi, penjual ikan basah, pedagang sayuran segar, satpam dan pegawai perkebunan teh. Adapun petani laki-laki yang berusahatani sayuran organik adalah petani dengan pekerjaan utama sebagai petani sayuran organik dan saat penelitian dilakukan tidak mempunyai pekerjaan sampingan lain. Istri atau pasangannya membantu bekerja di

(3)

lahan, dan ada yang juga mempunyai pekerjaan sampingan seperti membuka warung barang kelontong atau warung makanan.

Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian mulai dari survei pendahuluan (penjajakan lokasi), menyusun kuesioner, uji coba kuesioner, penyempurnaan atau perbaikan kuesioner, pengumpulan data primer, pengolahan data dan analisis dilaksanakan selama tujuh bulan yaitu dari bulan September 2009 sampai dengan Mei 2010.

Rancangan Penelitian

Menurut Neuman (2006) penelitian sosial dengan metode survei sudah berkembang pada penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam suatu komunitas. Penelitian pada komunitas petani laki-laki dan perempuan dengan usahatani sayuran organik di dua kecamatan ini mengkombinasikan aspek-aspek data kuantitatif dan wawancara tidak terstruktur untuk menggali informasi secara mendalam untuk data kualitatif. Analisis kualitatif sangat berguna untuk mendukung data kuantitatif (Neuman 2006). Neuman (2006) juga berpendapat banyak teknik kuantitatif merupakan data yang ringkas (data

condenser). Teknik tersebut meringkas data guna melihat gambaran yang besar.

Sebaliknya, teknik kualitatif dipahami sebagai data yang diperluas (data enhancer). Penelitian survei eksplanatif ini dalam pelaksanaannya menggunakan tipe-tipe penjelasan (explanatory), yaitu untuk menjelaskan mengenai petani laki-laki dan perempuan dalam aktivitas komunikasi mencari untuk memperoleh akses serta kontrol terhadap informasi dan kemampuan menggunakan informasi pertanian yang disesuaikan dengan tujuan dan hipotesis penelitian. Selanjutnya analisis kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam untuk menjelajahi atau menyelidiki (exploratory) dan memahami pengalaman informan petani dalam rangkaian aktivitas prosesnya saat mencari dan menggunakan informasi pertanian untuk usahatani sayuran organik yang selama ini dilakukannya. Tujuan wawancara mendalam untuk melengkapi berbagai hal dalam aspek komunikasi saat petani mencari untuk akses dan kontrol terhadap informasi pertanian yang belum terungkap melalui kuesioner atau instrumen penelitian.

Alasan memilih rancangan penelitian dengan menggabungkan dua macam data semacam ini karena data kuantitatif melalui metode survei kuat dalam hal generalisasi,

(4)

namun lemah dalam kedalaman isu, sedangkan dukungan data kualitatif untuk analisis kuat dalam kedalaman isu. Kedudukan kedua macam data dalam penelitian ini setara dan digunakan untuk saling melengkapi satu sama lain (Neuman 2006; Sugiyono 2009; Kriyantono 2008).

Data dan Instrumen Data

Penelitian ini mengambil dua jenis data yaitu data primer serta data sekunder. Data primer terdiri dari:

(a) Karakteristik responden meliputi tingkat pendidikan, umur, pengalaman berusahatani sayuran organik, luas lahan garapan, jumlah jenis sayuran yang ditanam.

(b) Pola pembagian kerja meliputi aktivitas produktif langsung, aktivitas produktif tak langsung dan aktivitas sosial.

(c) Relasi gender meliputi akses dan kontrol pada informasi pertanian sayuran organik. (d) Materi informasi pertanian meliputi aspek lingkungan, aspek produksi dan aspek penanganan panen, aspek penanganan pasca panen, aspek ekonomi, aspek penguatan sumberdaya manusia petani, aspek kelembagaan.

(e) Saluran komunikasi meliputi saluran personal, kelompok, media massa.

(f) Mutu informasi meliputi informasi yang relevan, mudah dimengerti, dapat mengatasi masalah dan menguntungkan.

(g) Mutu saluran komunikasi meliputi saluran komunikasi yang dapat dipercaya, kompeten, akrab, mempunyai daya tarik.

(g) Penggunaan informasi terdiri dari memanfaatkan informasi untuk diri sendiri, membandingkan informasi, mempraktekkan, mendiskusikan, menyebarkan.

Data primer dikumpulkan dari petani laki-laki dan perempuan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam, pengambilan foto dan juga rekaman.

Data dari analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Threats) dibutuhkan untuk menganalisis masalah-masalah yang diperlukan untuk merancang strategi komunikasi informasi pertanian berbasis gender melalui wawancara kepada penyuluh, aparat Dinas Pertanian, ketua kelompok tani, pendamping LSM. Pengambilan data untuk analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) dan AHP (Analitikal Hirarki Proses) adalah untuk menentukan urutan prioritas strategi. Untuk

(5)

keperluan data eksternal dari analisis ini dan kebutuhan faktor-faktor penunjang strategi dilakukan dengan mewawancara delapan responden yang terdiri dari dua orang aparat Dinas Pertanian, dua orang kordinator penyuluh, dua orang pendamping LSM, dua orang ketua kelompok tani yang juga adalah penyuluh swadaya.

Data sekunder meliputi kondisi umum wilayah penelitian, data monografi desa, serta data yang relevan dengan penelitian ini yang diperoleh dari kantor desa/kecamatan, BPP setempat dan kantor Dinas Pertanian. Dilakukan juga studi literatur, diskusi dan observasi lapangan untuk memperoleh gambaran wilayah, situasi dan kondisi lokasi penelitian (misal jalan raya, infrastruktur komunikasi, lokasi lahan sayuran, lokasi penimbangan, pengemasan dan pemasaran sayuran).

Instrumentasi

Untuk keperluan pengumpulan data dipergunakan kuesioner dan pedoman wawancara untuk memperoleh data primer. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk: (1) memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan (2) memperoleh informasi dengan validitas dan reliabilitas setinggi mungkin. Pertanyaan dalam kuesioner disusun dengan pertanyaan yang langsung berkaitan dengan tujuan dan hipotesis penelitian ini. Beberapa pertanyaan diajukan dengan metode penggalian ke belakang agar responden dapat mengingat kembali (recall method) (Phipps dan Vernon 2008). Pertanyaan meminta responden untuk menggali kebelakang guna mengingat aktivitas komunikasinya saat mencari untuk akses dan kontrol, mempertimbangkan serta menggunakan informasi dengan referensi waktu berbeda untuk kegiatan yang berbeda.

Format pertanyaan dalam skala ordinal dengan kategori respons yang disusun dalam bentuk matriks dan terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu selalu, sering, jarang, tidak pernah (Neuman 2006). Penilaian atau skor setiap respon jawaban responden adalah: empat untuk pilihan jawaban selalu, tiga untuk pilihan jawaban sering, dua untuk pilihan jawaban jarang dan satu untuk pilihan jawaban tidak pernah. Kuesioner terdiri dari beberapa bagian, yang pertama yaitu karakteristik petani, pola pembagian kerja dan relasi gender, kedua yaitu faktor-faktor komunikasi terdiri dari materi informasi, saluran komunikasi, mutu informasi, mutu saluran komunikasi dan ketiga yaitu penggunaan informasi pertanian.

(6)

Bagian I

(1) Identifikasi karakteristik petani yaitu pendidikan, umur, pengalaman bertani organik, luas lahan garapan, jenis sayuran yang ditanam.

(2) Identifikasi pola pembagian kerja yaitu aktivitas produktif langsung, aktivitas produktif tak langsung, aktivitas sosial.

(3) Identifikasi relasi gender pada akses dan kontrol terhadap informasi pertanian.

Bagian II

(1) Identifikasi materi informasi pertanian sayuran organik adalah pada aspek lingkungan, aspek produksi, aspek penanganan panen, aspek penanganan pasca panen, aspek ekonomi, aspek penguatan SDM petani, dan aspek kelembagaan. (2) Identifikasi saluran komunikasi yaitu saluran personal, saluran kelompok dan media massa.

(3) Identifikasi mutu informasi yaitu relevan, mudah dimengerti, dapat mengatasi masalah dan menguntungkan.

(4) Identifikasi mutu saluran komunikasi yaitu dapat dipercaya, kompeten, akrab dan mempunyai daya tarik.

Bagian III

(1) Penggunaan informasi adalah memanfaatkan informasi untuk diri sendiri, membandingkan, mempraktekkan, mendiskusikan informasi, menyebarkan informasi.

(7)

Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu peubah dengan cara memberikan suatu pengertian operasional yang diperlukan untuk mengukur peubah tersebut (Bungin 2006). Proses mengubah konsep atau peubah mejadi indikator atau mengkonstruksi indikator-indikator untuk konsep atau peubah disebut operasionalisasi. Operasionalisasi peubah merupakan kegiatan mengurai peubah menjadi sejumlah peubah operasional yang menunjuk langsung pada hal-hal yang dapat diamati atau diukur (Silalahi 2009).

Definisi operasional yang diukur adalah untuk menggambarkan bagaimana hal yang didefinisikan itu muncul. Definisi operasional menjadi dasar atau kunci dalam mentransformasi fenomena subyektif menjadi peubah yang dapat diobservasi atau diukur. Selanjutnya definisi operasional dikonstruksi untuk menghasilkan indikator-indikator yang dijadikan item-item kuesioner.

Definisi operasional penelitian terdiri dari tiga bagian, dimana bagian pertama adalah uraian mengenai karakteristik petani, pola pembagian kerja, relasi gender; bagian kedua adalah faktor-faktor komunikasi informasi pertanian yang terdiri dari materi informasi pertanian sayuran organik, saluran komunikasi, mutu informasi, mutu saluran komunikasi; bagian ketiga adalah penggunaan informasi pertanian.

Bagian pertama terdiri dari karakteristik petani, pola pembagian kerja dan relasi gender. Karakteristik petani yaitu ciri-ciri yang terdapat pada petani sayuran sebagai individu laki-laki dan perempuan. Karakteristik ini terdiri dari beberapa peubah, dimana setiap peubah terdiri dari sejumlah indikator dan parameter. Pola pembagian kerja terdiri dari aktivitas produktif langsung, aktivitas produktif tak langsung dan aktivitas sosial. Relasi gender terdiri dari akses dan kontrol petani laki-laki dan perempuan terhadap informasi pertanian. Pola pembagian kerja dan relasi gender terdiri dari beberapa peubah dimana setiap peubah terdiri dari sejumlah indikator dan parameter.

(8)

Tabel 2 Karakteristik petani sayuran organik laki-laki dan perempuan Peubah (1) Indikator (2) Parameter (3) Tingkat Pendidikan (X1)

Jenjang sekolah formal terakhir yang pernah ditempuh Umur (X2)

Usia responden dihitung sejak tahun kelahirannya sampai waktu penelitian dilakukan dalam satuan tahun, dikelompokkan dalam tiga kategori

Pengalaman usahatani (X3)

Pengalaman berusahatani adalah lamanya bekerja sebagai petani sayuran organik Luas lahan garapan (X4)

Jumlah jenis sayuran (X5)

Pendidikan dasar Pendidikan menengah Pendidikan tinggi Umur muda Umur sedang Umur tua Pengalaman berusahatani organik dihitung dalam tahun dari lama, sedang, baru.

Luas lahan garapan dilihat dari luas, sedang, sempit

Jenis sayuran yang ditanam Dilihat dari sedikit, sedang banyak

SD atau tidak sekolah SMP, SMU

Diploma, Sarjana

Umur dihitung dalam tahun, dengan skala interval.

Jumlah tahun mulai bertani sayuran organik sampai saat wawancara dilakukan, diukur dengan skala rasio. Luas lahan dalam hektar.

Jumlah dari jenis sayuran organik yang ditanam

Tabel 3 Pola pembagian kerja Peubah (1) Indikator (2) Parameter (3) Pola pembagian kerja (X6)

Pola pembagian kerja adalah pembagian tugas dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang terkonstruksi secara sosial budaya dan dapat berubah

Aktivitas produktif langsung (kegiatan yang dapat menghasilkan uang);

Aktivitas produktif tak langsung (kegiatan domestik yang sifatnya merawat); Aktivitas sosial (kegiatan yang sifatnya menjalin kebersamaan, solidaritas antar masyarakat).

X6.1.membuat pupuk alami, menanam/menebar bibit sayuran, memberi pupuk, menyiram, memelihara,memotong,memetik, mencuci,menyortir,menimbang,

menjual,mengolah, membuat pestisida nabati.

X6.2.mencari kayu bakar, mengambil air,memasak,

membersihkan rumah, mencuci,mengurus anak, belanja

keperluan rumah tangga

X6.3. pengajian, kelompok amal/pembangunan, gotong royong desa.

(9)

Tabel 4 Relasi gender Peubah (1) Indikator (2) Parameter (3) Relasi Gender (X7)

Relasi Gender adalah relasi atau hubungan interaksi antara laki-laki dan perempuan

Akses pada informasi yaitu peluang untuk mendapat atau menggunakan informasi pertanian sayuran organik.

Kontrol terhadap informasi yaitu kemampuan untuk menentukan kegunaan dan fungsi atas informasi pertanian sayuran organik

X7.1. akses pasif yaitu tidak khusus mencari tetapi menerima saja informasi yang ada, akses aktif yaitu sengaja mencari informasi, akses diskusi yaitu diskusi tentang berbagai masalah dalam usahatani sayuran organik. X7.2. menentukan sendiri, menentukan bersama.

Bagian kedua adalah faktor-faktor komunikasi informasi pertanian yang terdiri dari materi informasi pertanian sayuran organik, saluran komunikasi yang menyampaikan informasi pertanian, mutu informasi pertanian dan mutu saluran komunikasi. Materi informasi mencakup aspek lingkungan, aspek produksi, aspek penanganan panen, aspek penanganan pasca panen, aspek ekonomi, aspek penguatan SDM petani, aspek kelembagaan. Saluran komunikasi terdiri dari saluran personal, kelompok dan media. Mutu informasi pertanian terdiri dari relevan, mudah dimengerti, dapat mengatasi masalah dan menguntungkan. Mutu saluran komunikasi yaitu dapat dipercaya, kompeten, akrab, ada daya tarik. Faktor-faktor komunikasi informasi pertanian tersaji di Tabel 5.

Tabel 5 Faktor-faktor komunikasi Peubah (1) Indikator (2) Parameter (3) Materi Informasi (X8)

Materi informasi adalah segala sesuatu yang diacu oleh pesan

Aspek lingkungan, aspek produksi, aspek penanganan panen, aspek penanganan pasca panen, aspek ekonomi, aspek penguatan SDM petani, aspek kelembagaan

X8.1. tanah, air, jenis sayuran yang sesuai dengan permintaan konsumen dan lingkungan

X8.2. menyemai, bahan pembuat pupuk alami, penyiraman, waktu tanam, jarak tanam, bahan pembuat pestisida nabati untuk mencegah serangga.

(10)

(1) (2) (3)

Saluran komunikasi (X9) Saluran yaitu individu atau institusi yang menghasilkan pesan. Pesan yang didapatkan sumber disampaikan kepada penerima melalui saluran. Hal ini menjadikan alasan bahwa dalam penelitian ini sumber informasi atau saluran komunikasi akan mempunyai akurasi yang sama

Personal Kelompok Media massa

X8.3. umur sayuran untuk dipanen, cara mencabut, cara memotong tangkai. X8.4 tempat yang bersih untuk sayuran hasil panen, sayuran organik tidak dicampur dengan sayuran konvensional, pencucian, cara mengolah sayuran untuk dijual.

X8.5. harga jual sayuran, jenis sayuran organik sesuai keinginan pasar, mata rantai pemasaran.

X8.6. pelatihan demplot, magang, studi banding.

X8.7. manfaat kelompok tani, manfaat pertemuan kelompok untuk mengambil

keputusan, manfaat pertemuan kelompok untuk

bertukar informasi, kegunaan koperasi.

X9.1. Personal: teman sesama petani, ketua kelompok tani, penyuluh,

pedagang, LSM pendamping, keluarga.

X9.2. Kelompok: kelompok tani, pengajian, kelompok amal/pembangunan,

koperasi.

X9.3. Media massa: koran, majalah, radio, televisi, internet.

(11)

(1) (2) (3) Mutu informasi (X10)

Pertimbangan petani laki-laki dan perempuan terhadap kualitas informasi

Mutu saluran komunikasi (X11)

Relevan, mudah dimengerti, dapat mengatasi masalah, menguntungkan

Dapat dipercaya, kompeten, akrab, mempunyai daya tarik.

X10.1. Dapat mengembangkan usahatani,

sesuai kebutuhan dan harapan petani, sesuai kebiasaan petani.

X10.2. Kata-kata dan ucapan jelas, tulisan mudah dibaca dan dipahami, foto dan gambar mudah dipahami.

X10.3. dapat memberi jalan keluar tentang hal-hal yang sedang dipertimbangkan, dapat memberi jalan keluar untuk memasarkan hasil panen.

X10.4. informasi dapat menggambarkan

keuntungan dari hasil menjual sayuran organik, dapat menggambarkan biaya yang dikeluarkan dalam satu kali produksi.

X11.1. informasi selalu akurat, disampaikan tepat waktu, sesuai dengan kondisi petani.

X11.2. dapat menguraikan tujuan bertani sayuran organik secara lengkap, dapat menjelaskan masalah yang ada dalam bertani sayuran organik.

X11.3. bersedia melayani diskusi dengan petani, dapat menjelaskan dengan bahasa lokal/ sunda.

X11.4. saluran radio dapat didengar sambil bekerja;

(12)

(1) (2) (3)

televisi ada suara, gerak dan warna; media cetak dapat menampilkan informasi dengan gambar atau foto yang menarik; gaya bicara sumber informasi yang ramah dan menarik.

Bagian ketiga adalah penggunaan informasi pertanian dari petani sayuran organik laki-laki dan perempuan yang disajikan pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Penggunaan informasi pertanian Peubah (1) Indikator (2) Parameter (3) Penggunaan Informasi Pertanian (Y1)

Efek dari informasi yang sudah diterima, diakses dan dikontrol oleh petani laki-laki dan perempuan.

Memanfaatkan untuk diri sendiri; Membandingkan; Mempraktekkan informasi; Mendiskusikan informasi; Menyebarkan informasi

Y1.1. menambah pengetahuan tentang pertanian organik, sebagai bahan evaluasi

Y1.2.membandingkan dengan usahatani sayuran organik petani lain, masih ada rasa tidak puas, ingin merasa lebih pasti dalam bertani sayuran, ingin mencapai yang lebih baik dalam bertani sayuran organik.

Y1.3.mempraktekkan di lahan, mempraktekkan dengan memberi contoh kepada teman petani lain.

Y1.4. mendiskusikan dengan keluarga, sesama teman petani, ketua kelompok tani, pedagang, LSM pendamping, PPL.

Y1.5. bercerita kepada teman, bercerita kepada keluarga, berceramah di lingkungan kelompok tani, menuliskan dan membagi ke sesama teman petani, menyiarkan di radio, wawancara di media.

(13)

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas Instrumen

Validitas Instrumen merupakan suatu tingkat keabsahan kuesioner sebagai alat ukur untuk menunjukkan sejauhmana instrumen tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya ia ukur (Kerlinger 1986). Pengukuran validitas instrumen untuk data diarahkan ke validitas isi atau content validity.

Untuk mencapai validitas instrumen, maka langkah yang biasa dilakukan adalah: 1 Menyesuaikan pertanyaan dengan pernyataan dari peubah–peubah yang digunakan. 2 Menyesuaikan isi pertanyaan dengan kondisi responden.

3 Mempertimbangkan konsep dan teori yang mendukung serta kenyataan empiris dari hasil penelitian sebelumnya.

4 Mempertimbangkan saran para ahli / pakar terutama Komisi Pembimbing.

Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas lebih mudah dimengerti dengan memperhatikan tiga aspek dari suatu alat ukur, yakni unsur kemantapan, unsur ketepatan dan unsur error.

Untuk memperoleh reliabilitas instrumen di lakukan uji coba kepada 28 petani yaitu 14 petani laki-laki dan 14 petani perempuan yang berusahatani sayuran organik di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur yang mempunyai ciri-ciri relatif sama dengan responden penelitian. Tahap selanjutnya menghitung hasil dengan menggunakan

rumus split-half reliability test atau uji reliabilitas teknik belah dua (Riduan 2004).

Keterangan:

r

.tot = Angka koefisien reliabilitas

seluruh item

r

.tt = Angka korelasi belahan pertama

dan belahan kedua

Hasil dari uji reliabilitas ialah 0,973 pada p< 0,01 dan instrumen penelitian adalah reliabel. 2 (

r

.tt )

r.

tot

= 1 +

r

.tt

(14)

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara personal dan tatap muka antara peneliti dan responden yang dilakukan di lahan atau di rumah responden. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner terstruktur yang dibaca kemudian diisi oleh responden. Peneliti mendampingi responden untuk menjelaskan bagian yang tidak dimengerti oleh responden. Untuk menggali opini lebih mendalam dan detil, beberapa pertanyaan tertentu dilanjutkan peneliti secara lisan kepada responden yang juga merangkap sebagai informan. Pengumpulan data juga mengarahkan responden untuk mengingat pengalaman mereka di masa lalu atau pada situasi lampau yang terkait dengan cara mencari, mendapatkan, memproses dan mempertimbangkan informasi pertanian.

Tabel 7 Metode pengumpulan data Jenis data yang dikumpulkan

(1) Wawancara terstruktur (2) Probing (3) Recall Method (4) 1 2 Karakteristik Petani -Tingkat pendidikan -Umur -Pengalaman bertani -Luas lahan usahatani -jumlah jenis sayuran

Pola Pembagian Kerja

-Aktivitas produktif langsung -Aktivitas produktif tak langsung -Aktivitas sosial Relasi Gender -Akses -Kontrol Materi Informasi -Aspek lingkungan -Aspek produksi

-Aspek penanganan panen -Aspek penanganan pasca panen -Aspek ekonomi

-Aspek penguatan SDM petani -Aspek kelembagaan v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v

(15)

(1) (2) (3) (4) 3 Saluran Komunikasi -Personal -Kelompok -Media massa Mutu Informasi -Relevan -Mudah dimengerti -Dapat mengatasi masalah -Menguntungkan

Mutu Saluran Komunikasi -Dapat dipercaya

-Kompeten -Akrab

-Mempunyai daya tarik

Penggunaan Informasi Pertanian -Memanfaatkan untuk diri sendiri

-Membandingkan -Mempraktekkan -Mendiskusikan -Menyebarkan v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v

Peneliti menyadari hal ini tidak mudah, karena itu peneliti memberi waktu ekstra kepada responden informan untuk dapat berpikir guna mengingat dalam kerangka waktu tertentu. Untuk akurasi data, peneliti merekam langsung setiap jawaban yang diberikan oleh informan. Menurut Bungin (2006) dan Kriyantono (2006) pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

Peneliti melakukan wawancara yang diulang-ulang diantara sampel yang ditentukan sebagai informan. Wawancara mendalam dilakukan sepanjang waktu penelitian selama tujuh bulan. Kuesioner penelitian terdiri dari sebelas halaman dan menurut Neuman (2006) kuesioner yang terdiri dari sepuluh sampai 15 halaman adalah memungkingkan untuk responden yang dapat membaca dan menulis atau berpendidikan. Saat wawancara, peneliti didampingi oleh dua orang penduduk lokal secara bergantian untuk menjelaskan lokasi rumah responden, lokasi lahan sayuran organik dan lokasi tempat pelatihan pertanian organik.

(16)

Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi, yaitu mengukur jarak antara obyek dari berbagai posisi. Melalui observasi dari sudut pandang yang berbeda akan diperoleh keadaan yang sebenarnya dilokasi. Triangulasi digunakan dalam penelitian sosial kuantitatif dan kualitatif (Neuman 2006). Mengaplikasikan triangulasi dalam penelitian sosial akan lebih baik dan dapat meningkatkan akurasi karena melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang dan tidak dari satu sisi saja. Neuman (2006) mengemukakan tiga macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber, metode, penyidik dan teori. Melalui sumber yaitu membandingkan dan mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang didapat dari informan melalui waktu dan cara yang berbeda. Misalnya (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan informan saat didampingi pasangan atau depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang terkait. Melalui metode berarti melakukan pengecekan beberapa sumber data dengan metode yang sama seperti sudah dilakukan sebelumnya. Melalui penyidik atau pengamat lainnya yaitu memanfaatkan pengamat lain dalam penelitian ini misalnya enumerator yang membantu mengamati atau melakukan observasi sehingga dapat mereduksi kesalahan dalam pengumpulan data. Melalui teori artinya dengan memperhatikan bukti empiris dari penelitian sebelumnya.

Analisis Data

Data eksplanatori penelitian dianalisis dengan menggunakan persentil, rataan skor peubah dan di sajikan dalam bentuk tabel. Data tersebut diinterpertasikan bersama dengan hasil pengamatan eksploratif di lapangan. Menurut Bungin (2006) untuk menganalisa hubungan antar peubah dari data skala ordinal, dapat menggunakan uji rho Spearman dan untuk uji beda menggunakan uji beda Wilcoxon.

Rumus korelasi Rank Spearman digunakan untuk menganalisa hubungan antar peubah dari data skala ordinal dan interval (Siegel dan Castellan 1994) adalah sebagai berikut.

(17)

Keterangan:

r

s

n = banyaknya pasangan data = Koefisien korelasi rank Spearman d = jumlah selisih antara peringkat bagi xi dan yi.

1dan 6 = bilangan konstanta

N = jumlah pasang antar peubah

Untuk mendeskripsikan data yang ada, yaitu tanggapan sampel penelitian serta menentukan posisinya, maka nilai skor setiap peubah diberi kisaran satu sampai dengan empat yang menggambarkan posisi negatif ke positif dan menggunakan rumus berikut Keterangan:

Rs = Rentang skala

R (Bobot) = Bobot terbesar dikurangi bobot terkecil

M = Banyaknya bobot

Uji Wilcoxon digunakan untuk melihat perbedaan pada dua contoh dengan rumus berikut (Kriyantono 2006; Siegel dan Castellan 1994).

Keterangan: Z= Nilai beda

T= Jumlah rangking bertanda kecil N= Banyaknya pasangan yang tidak sama nilainya

Analisis data kuantitatif dilakukan dengan panduan SPSS 13, sedangkan analisis data kualitatif (eksploratif) dilakukan secara deskriptif, dimana semua data yang ada dari informan ditelaah dan di interpertasi kemudian dilakukan reduksi data, sesuai dengan tujuan penelitian.

Analisis SWOT dilakukan setelah analisis data lainnya selesai dilakukan, dengan tujuan mencari alternatif strategi komunikasi untuk mendiseminasikan informasi pertanian organik yang berbasis gender.

n 6

Σ

di

r

2 s = 1 i=1 N2 - N N (N + 1) T - 4 Z =

N (N + 1) (2 N + 1)

24 R (Bobot) Rs = M

(18)

Menurut Rangkuti (2008), langkah SWOT untuk menjaring data dilakukan sebagai berikut :

-mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal -mengidenitifikasi peluang dan ancaman eksternal

-analisis keterhubungan kunci internal dan eksternal -merancang rencana aksi untuk komunikasi informasi berbasis gender

Pembobotan dan penetapan peringkat dalam analisis dilakukan setelah berdiskusi dengan informan yaitu kordinator penyuluh, aparat Dinas Pertanian setempat serta pihak dari Lembaga Swadaya Masyarakat dan ketua kelompok tani. Jumlah total semua bobot adalah 1, dimana rentangnya adalah bobot 1 (sangat penting) hingga bobot 0 (tidak penting). Nilai peringkat peluang dan kekuatan yang tertinggi adalah 4, sedangkan yang terendah adalah 1, sebaliknya ancaman dan kelemahan yang terbesar diberi nilai - 1 sedangkan yang terkecil adalah – 4.

Analisis SWOT dilakukan dari hasil analisis kondisi komunikasi informasi pertanian sayuran organik yang terjadi di lokasi penelitian melalui karakteristik petani, pola pembagian kerja dan relasi gender, selektivitas materi informasi pertanian dan saluran komunikasi, pertimbangan terhadap mutu informasi pertanian dan mutu saluran komunikasi serta penggunaan informasi pertanian. Analisis tersebut untuk menghasilkan sebuah rancangan strategi informasi pertanian berbasis gender.

Untuk menentukan prioritas dari strategi yang dirancang dilakukan dengan AHP/ Proses Hirarki Analitik (Marimin 2008). Prinsip kerja AHP adalah (1) penyusunan hirarki. (2) Penilaian Kriteria dan alternatif. (3) Penentuan prioritas. (4) Konsistensi logis. AHP dipergunakan pada saat akan menentukan suatu keputusan yang kompleks dan melibatkan kriteria majemuk, dengan melakukan perbandingan berpasangan.

Gambar

Tabel 2   Karakteristik petani sayuran organik laki-laki dan perempuan  Peubah  (1)  Indikator (2)  Parameter (3)  Tingkat Pendidikan (X1)
Tabel 4 Relasi gender  Peubah  (1)  Indikator (2)  Parameter (3)  Relasi Gender ( X7)
Tabel 6 Penggunaan informasi pertanian    Peubah  (1)  Indikator (2)  Parameter (3)  Penggunaan Informasi  Pertanian (Y1)
Tabel 7 Metode pengumpulan data  Jenis data yang dikumpulkan

Referensi

Dokumen terkait

Janita (2009:4) menyatakan merek menjadi sebuah kontrak kepercayaan antara perusahaan dan konsumen, karena merek menjamin adanya konsistensi bahwa sebuah produk

Karakteristik energi gelombang Kelvin di tropopause pada kondisi La Nina hampir sama dengan saat kondisi Normal yaitu menguat di atas wilayah sekitar kepulauan Indonesia, tetapi

Tidaklah diharapkan dari Jemaat Hadhrat Masih Mau’ud as (yang telah diutus di zaman akhir agar manusia mengenal Allah dan juga saling menghormati dan menghargai

Pengelolaan Pendidikan Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Bandung. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Gejala serangan Xcv (Xanthomonas campetris vesicatoris)pada daun berupa bercak-bercak coklat; bercak menyatu menjadi lebih besar dengan warna pinggiran berwarna jerami (Black et

Penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Monica (2016) dan Wismaryanto (2013) yang menyatakan bahwa ROA

Pandangan terhadap revolusi yang digambarkan oleh Orwell dalam novel ini merupakan suatu yang pesimistik, karena menurutnya sebuah revolusi yang dilakukan dengan cara

Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi dan merupakan bagian dari pendidikan yang menyangkut