• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PERSPEKTIF BARAT DAN ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRINSIP KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PERSPEKTIF BARAT DAN ISLAM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM PERSPEKTIF BARAT DAN ISLAM

Yan Hendra

Prodi Ilmu Komunikasi Fisip UMSU Medan yanhendra@umsu.ac.id

Pendahuluan

Komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Dengan melakukan komunikasi, setiap orang dapat menyampaikan kepada orang lain tentang apa yang dipikirkan, diinginkan dan dirasakannya. Melalui komunikasi, seseorang dapat mencapai tujuan yang diinginkannya. Terkait dengan pencapaian tujuan, Mulyana (2001: 5) mengatakan bahwa komunikasi memungkinkan seseorang mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problematik yang ia masuki. (Mulyana, 2001:5).

Ketika seseorang bermaksud untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan hidupnya, ia harus melakukan komunikasi. Sebelum seseorang tersebut melakukan komunikasi maka terlebih dahulu ia harus dapat menformulasikan pesan yang bermakna sedemikian rupa sehingga pesan tersebut dapat diterima dan dimengerti oleh orang lain dan selanjutnya pesan yang disampaikan itu dapat menimbulkan efek pada orang lain sesuai dengan apa yang diinginkannya. Hal inilah merupakan komunikasi efektif.

Begitu pentingnya komunikasi bagi manusia, sehingga dari dulu sampai sekarang para ahli terus melakukan kajian maupun penelitian tentang berbagai aspek komunikasi melalui upaya pengembangan dan pemutahiran teori komunikasi maupun implementasi dari teori-teori tersebut dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Upaya yang dilakukan ini merupakan suatu bukti kesadaran, betapa komunikasi itu sangat diyakini sebagai salah satu penentu kualitas hidup manusia dan menentukan keberlangsungan hidup manusia.

(2)

Berbagai upaya yang dilakukan untuk mengkaji komunikasi dilakukan dalam berbagai kegiatan ilmiah. Kegiatan tersebut mulai dari penelitian sampai pada kegiatan diskusi maupun seminar tentang komunikasi. Bila diperhatikan secara seksama, sebenarnya kajian tentang komunikasi ini bertujuan untuk mengembangkan dan memperkuat prinsip-prinsip komunikasi. Prinsip komunikasi yang dikembangkan tersebut baik pada tataran teori maupun praktek utamanya adalah untuk membangun prinsip-prinsip komunikasi efektif yang dapat diaplikasikan dalam berbagai dimensi kehidupan manusia.

Kajian Teori

Konsep Dasar Komunikasi

Untuk dapat berkomunikasi secara efektif maka terlebih dahulu seseorang sebaiknya memahami apa sebenarnya komunikasi itu dan bagaimana cara melakukannya. Pemahaman terhadap komunikasi sebaiknya diawali dari pengetahuan dan pemahaman terhadap definisi komunikasi itu sendiri. Effendy mengemukakan pengertian komunikasi dari beberapa perspektif yakni; pengertian komunikasi secara etimologis, pengertian komunikasi secara terminologis, pengertian komunikasi secara paradigmatis.

Secara etimologis atau menurut asal usul kata, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin ”communicatio”, yang artinya adalah ”sama”, dalam arti kata sama makna, yakni sama makna terhadap suatu hal yang dimaknai oleh komunikator maupun komunikan (Effendy, 1986 : 4). Berdasarkan pengertian secara etimologi ini maka komunikasi itu akan dapat terjadi apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dimaknai secara sama secara sama oleh kedua-duanya. Apa bila pesan dimaknai secara berbeda maka komunikasi belum terjadi secara efektif.

Pengertian komunikasi secara terminologis berarti proses penyampaian suatu pernyataan dari seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain baik seorang maupun sekelompok orang yang dilakukan secara langsung atau tatap muka maupun menggunakan media. Jadi yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia yang saling berinteraksi. Karena itu, komunikasi yang

(3)

dimaksud adalah komunikasi antar manusia.

Secara paradigmatis, pengertian komunikasi mengandung tujuan tertentu. Dalam hal ini komunikasi ada kalanya dilakukan secara lisan, secara tertulis, secara tatap muka, atau melalui media. Penggunaan media baik media massa maupun media non massa dipilih berdasarkan tujuan tersebut. Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat intensional, mengandung tujuan. Oleh karenanya komunikasi harus dilakukan secara terencana. Sejauhmana perencanaan tersebut tergantung

pada pesan yang disampaikan dan karakteristik komunikannya(Effendy,

1986 : 5-6).

Pada hakekatnya komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagaimana yang timbul dari lubuk hati. (Effendy, 1990 : 11). Berkomunikasi tidak hanya sekedar menyampaikan pesan, tetapi juga bagaimana pesan tersebut dapat diterima oleh komunikan. Pesan yang telah diterima komunikan tersebut kemudian menimbulkan dampak ataupun efek yang sesuai dengan apa yang dinginkan dan direncanakan oleh komunikator.

Aspek terpenting dari suatu proses komunikasi adalah bagaimana komunikasi yang dilakukan tersebut dapat berlangsung secara efektif. Berkenaan dengan hal ini, Harold D Lasswell mengemukakan bahwa untuk memahami komunikasi dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan “Who, Says What, In Which Channel, To Whom,

With What Effect.” Jawaban dari pertanyaan ini dapat dilakukan

dengan mengemukakan unsur-unsur komunikasi yang terdiri dari; komunikator, pesan, saluran/media, komunikan dan efek (Effendy, 2003 : 253). Berdasarkan formula Lasswell ini maka komunikasi efektif dapat dibangun berdasarkan unsur-unsur komunikasi tersebut.

Pembahasan

Komunikasi Efektif Perspektif Barat

Berkenaan dengan komunikasi efektif, umumnya para ahli barat memandang bahwa komunikasi efektif dapat dibangun dengan memperhatikan setiap unsur yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut. Secara rinci perhatian terhadap setiap unsur komunikasi

(4)

dapat dimulai dari perhatian terhadap komunikator. Carl Hovland dan Walter Weiss mengemukakan bahwa komunikasi efektif salah satunya ditentukan oleh apa yang mereka sebut sebagai credibility (kredibilitas komunikator) yang terdiri dari dua unsur yakni Expertise (keahlian) dan trusworthiness (dapat dipercaya). Komunikator yang memiliki keahlian dipandang sebagai orang yang cerdas, pintar dan berpengalaman. Sedangkan komunikator yang memiliki kepercayaan, dianggap sebagai orang yang jujur, baik hati, memiliki etika dan sopan santun serta ramah. (Rakhmat, 1996 : 256)

Jauh sebelum Hovland dan Weiss mengemukakan istilah kredibilitas ini, Aristoteles terlebih dahulu telah mengemukakan hal ini dengan sebutan ethos atau lazim disebut etos komunikator. Ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral character, good will). Komunikator yang dipandang komunikan memiliki ethos akan memiliki daya pengaruh yang tinggi terhadap komunikan. Komunikan akan dapat menerima pesan yang disampaikan komunikator dan mengikuti apa yang disampaikan komunikator. Komunikator dapat berkomunikasi secara efektif.

Berkaitan dengan faktor komunikator dalam menentukan efektivitas komunikasi, kompetensi komunikasi dari komunikator juga menentukan efektivitas komunikasi. Spitzberg (dalam De Vito, 1997 : 27) mengatakan bahwa kemampuan/ kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif. Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi, misalnya pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain.

Unsur pesan memegang peranan penting dalam membangun komunikasi yang efektif. Sejak lama para ahli telah meneliti tentang kekuatan pesan. Sebuah pesan ada kalanya tidak memiliki daya pengaruh terhadap komunikan. Pada sisi lain, efektivitas komunikasi dapat ditentukan oleh pesan. Wilbur Schramm (dalam Rakhmat, 2003 : 41) menampilkan apa yang ia sebut “the condition of success

(5)

menginginkan agar suatu pesan dapat membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki.

Kondisi tersebut dirumuskan oleh Schramm sebagai berikut: 1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga

dapat menarik perhatian komunikan.

2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Selanjutnya kekuatan pesan juga dapat lebih efektif dalam mempengaruhi komunikan jika pesan itu disusun sedemikian rupa. Pada tahun 1952, Beighley meninjau berbagai penelitian yang membandingkan efek pesan yang tersusun dengan yang tidak tersusun. Ia menemukan bukti bahwa pesan yang diorganisasikan dengan baik akan lebih mudah dimengerti daripada pesan yang tidak tersusun dengan baik. Thomson (1960) melaporkan bahwa orang lebih mudah mengingat pesan yang tersusun daripada pesan yang tidak tersusun (Rakhmat, 1996, 294-295).

Setelah memperhatikan pesan, komunikasi efektif juga ditentukan oleh media yang dipakai dalam menyampaikan pesan. Penggunaan media banyak ditentukan oleh pertimbangan karakteristik komunikan. Media tidak akan memiliki kekuatan apa-apa bila media itu tidak digunakan oleh komunikan untuk berkomunikasi. Sebaliknya, media akan mampu menjangkau khalayak dalam jumlah yang sangat besar jika media tersebut sedang digunakan oleh khalayak untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi dan hiburan.

Efektivitas media akan senantiasa mengikuti sifat dari media tersebut. media cetak akan dapat disimpan dan dicermati secara berulangulang sehingga memudahkan pemahaman terhadap pesan.

(6)

Media cetak tidak akan berarti apa-apa ditangan khalayak yang tidak mampu membaca. Sebaliknya media elektronik seperti televisi tidak berarti apa-apa jika siaran televisi terbut tidak sampai menjangkau khalayak. Media audio visual selain mampu menghadirkan realitas nyata, juga mempermudah khalayak melakukan peniruan terhadap apa yang dilihat dan didengarnya.

Komunikasi efektif juga banyak ditentukan oleh pemahaman terhadap karakteristik komunikan. Para ahli menyampaikan apa yang mereka sebut sebagai “know your audience” pengetahuan terhadap khalayak berkaitan dengan pengetahuan tentang beberapa aspek yakni: waktu yang tepat, bahasa yang dimengerti komunikan, sikap dan nilai yang sesuai dengan komunikan, jenis kelompok dim,ana komunikasi akan dilaksanakan.

Ditinjau dari komponen komunikan, seseorang akan mudah menerima pesan jika terdapat empat kondisi yakni:

a. Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi

b. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusan tersebut sesuai dengan tujuannya

c. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya.

d. Ia mampu untuk menepati baik secara mental maupun secara fisik. (Effendy, 2003 : 42).

Unsur lainnya yang penting untuk dipertimbangkan dalam membangun komunikasi efektif adalah unsur efek atau dampak komunikasi. Pengetahuan dan pemahaman terhadap efek ini akan membantu komunikator untuk mengetahui apakah komunikasi yang telah dilakukan itu mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Dampak ataupun efek komunikasi dapat diketahui secara spontan pada saat komunikasi itu berlangsung, dan dapat juga diketahui setelah berlangsungnya komunikasi (tertunda).

Berkenaan dengan pentingnya efek ini, maka komunikator perlu melakukan survey ataupun penelitian tentang efek atau dampak komunikasi. Survey terhadap efek atau dampak komunikasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang umum dilakukan yakni

(7)

menyebarkan angket atau dapat juga melakukan wawancara dengan komunikan atau khalayak yang telah menerima pesan. Melalui angket ataupun wawancara tersebut akan didapat data tentang tanggapan komunikan terhadap pesan. Hasil survey menjadi bahan dasar dalam membuat dan menyusun perencanaan komunikasi selanjutnya di masa yang akan datang.

Komunikasi Efektif Perspektif Islam

Komunikasi efektif menjadi syarat utama untuk mencapai hasil yang diharapkan oleh komunikator. Berbagai pendapat dan pandangan para ahli tentang komunikasi efektif telah melahirkan teori tentang bagaimana membangun komunikasi yang efektif. Dalam ajaran Islam terdapat prinsip-prinsip dalam membangun komunikasi yang efektif. Prinsip komunikasi efektif tersebut dapat dilihat dalam Al-Quran. Prinsip komunikasi efektif tersebut adalah: Qawlan Ma’rufan, Qawlan Sadidan, Qawlan Balighan, Qawlan Kariman, Qawlan Maisuran,

Qaulan Layyinan.(Amir, 1999 : 85).

1. Qawlan Ma’rufan

Salah satu pengertian ma’rufan secara etimologis adalah al-khair atau al-ihsan, yang berarti yang baik-baik. Jalaluddin Rakhmat menjelaskan bahwa bahwa Qawlan Ma’rufan berarti perkataan yang baik. Allah menggunakan frasa ini ketika berbicara tentang kewajiban orang-orang kaya atau orang kuat terhadap orang-orang miskin atau lemah. Perkataan Qawlan Ma’rufan salah satunya terdapat dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 5 yang artinya sebagai berikut.

Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.

Lebih lanjut dikatakan bahwa Qawlan Ma’rufan berarti ungkapan atau perkataan yang baik dan pantas atau pembicaraan yang bermanfaat, memberikan pengetahuan, mencerahkan pemikiran, menunjukkan pemecahan kesulitan. Kepada orang lemah, bila kita tidak dapat membantu secara materil, kita harus memberikan bantuan psikologis (Amir, 1999, 85 : 86).

(8)

2. Qawlan Sadidan

Perkataan Qawlan Sadidan salah satunya terdapat dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 9 yang artinyasebagai berikut.

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Perkataan Qawlan Sadidan yang terdapat dalam ayat tersebut menggambarkan suatu pembicaraan mengenai wasiat Menurut beberapa ahli tafsir seperti Hamka, At-Thabari, Baghawi, Al-Maraghi dan Al-Buruswi bahwa Qaulan Sadida dari segi konteks ayat mengandung makna kekuatiran dan kecemasan seorang pemberi wasiat terhadap anak-anaknya yang digambarkan dalam bentuk ucapan-ucapan yang lemah lembut (halus), jelas, jujur, tepat, baik, dan adil. Lemah lembut artinya cara penyampaian menggambarkan kasih sayang yang diungkapkan dengan kata-kata yang lemah lembut. Jelas mengandung arti terang sehingga ucapan itu tak ada penapsiran lain. Jujur artinya transparan, apa adanya, tak ada yang disembunyikan. Tepat artinya kena sasaran, sesuai yang ingin dicapai, dan sesuai pula dengan situasi dan kondisi. Baik sesuai dengan nilai-nilai moral-masyarakat maupun ilahiyah. Sedangkan adil mengandung arti isi pembicaraan sesuai dengan kemestiannya, tidak berat sebelah atau memihak. (Ahmad Ridwan http://naifu.wordpress.com)

3. Qawlan Balighan

Perkataan Qawlan Baligha terdapat dalam Al-Quran Surat

An-Nisa ayat 63 yang artinya sebagai berikut

.

Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.

Qawlan Balighan dapat diterjemahkan ke dalam komunikasi yang efektif. Asal balighan adalah balagha yang artinya sampai atau fasih. Jadi untuk orang munafik diperlukan komunikasi efektif yang bisda mengubah jiwanya. Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang akan mengesankan atau membekas pada hatinya.

(9)

Jalaluddin Rakhmat merinci pengertian qawlan balighan menjadi dua. Pertama, qawlan balighan terjadi bila komunikator menyesuaikan pembicaraannya dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya. Atau sesuai dengan frame of reference dan field of experience. Kedua qawlan balighan terjadi bila komunikator menyentuh khalayaknya pada hati dan pikirannya sekaligus.(Amir, 1999 : 92-93)

4. Qawlan Kariman

Perkataan Qaulan Kariman terdapat dalam Quran Surat Al-Isra ayat 23 yang artinya sebagai berikut.

Dan Tuhan mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Qawlan Kariman, menyiratkan suatu prinsip utama dalam komunikasi islam berupa penghormatan. Komunikasi efektif dapat dibangun dengan cara memperlakukan orang lain dengan penuh rasa hormat (Amir, 1999 : 87).

5. Qawlan Maysuran

Perkataan Qawlan Maysuran terdapat dalam Quran Surat Al-Isra ayat 28 yang artinya sebagai berikut.

Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.1

Qawlan Maysuran, menurut Jalaluddin Rakhmat sebenarnya lebih tepat diartikan “ucapan yang menyenangkan”,yang berarti gampang, mudah, ringan. Qawlan Maysuran berisi hal-hal yang menggembirakan. Ketika kita berkomunikasi kita bukan hanya menyampaikan isi, kita juga mendefinisikan hubungan sosial diantara kita. Isi yang sama dapat menimbulkan persahabatan atau permusuhan. Dimensi komunikasi yang kedua ini sering disebut metafisika. Salah satu prinsip komunikasi dalam Islam ialah setiap komunikasi harus dilakukan 1 Tafsir Qur’an Karim.

(10)

untuk mendekatkan manusia dengan Tuhannya dan hambanya yang lain. Islam mengharamkan setiap komunikasi yang membuat manusia terpisah dsn membenci hamba-hamba Allah. (Amir, 1999 : 89)

6.

Qaulan Layyina (Ucapan Yang lemah Lembut)

Perkataan Qaulan Layyina terdapat dalam Al-Quran Surat Thaha ayat 44 sebagai berikut.

maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.

Berkata lemah lembut tersebut adalah perintah Allah kepada Nabi Musa dan Harun yang akan menghadap Fir’aun untuk menyampaikan ayat-ayat Allah. Allah sebenarnya bisa memerintahkan rasul-rasulnya untuk berkata kepada Fir’aun dengan instruktif atau keras, tetapi itu bukan cara terbaik dalam mencapai hasil komunikasi terhadap seseorang, apalagi bagi seorang raja yang lalim. Allah memerintahkan Musa dan Harun berkomunikasi dengan Fir’aun secara lemah lembut. Inilah kiat berkomunikasi efektif yang diajarkan Islam. Berkomunikasi harus dilakukan dengan lembut, tanpa emosi, apalagi mencaci maki orang yang ingin dibawa ke jalan yang benar (Amir, 1999 : 93-94).

Kesimpulan

Dari uraian di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Komunikasi merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat menyampaikan dan mengekspresikan semua hal yang dirasakan dan dipikirkannya kepada orang lain.

2. Komunikasi efektif merupakan komunikasi yang dapat menimbulkan efek ataupun dampak tertentu terhadap komunikan sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator.

3. Komunikasi efektif dapat dibangun melalui penerapan teori-teori barat yang berisikan prinsip-prinsip komunikasi efektif dan juga melalui penerapan nilai-nilai ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Quran yang berisikan ayat-ayat tentang prinsip-prinsip komunikasi efektif yakni, Qawlan Ma’rufan, Qawlan Sadidan, Qawlan Balighan,

(11)

4. Prinsip komunikasi efektif perspektif barat dan perspektif Islam mengacu kepada aspek unsur-unsur komunikasi dan aspek mekanis dalam proses komunikasi tersebut.

5. Sebelum ahli barat mengemukakan prinsip komunikasi efektif, ajaran Islam telah menyampaikan prinsip-prinsip komunikasi Islam sebagai bahan dasar dalam membangun komunikasi efektif. 6. Penerapan prinsip-prinsip komunikasi efektif melalui kolaborasi

prinsip komunikasi efektif perspektif barat dengan prinsip komunikasi efektif perspektif Islam diasumsikan akan dapat membangun komunikasi yang lebih efektif dan lebih berkesan.

(12)

Daftar Pustaka

Amir, Mafri. 1999. Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam. Jakarta: Logos

De Vito, A Josep. 1997Komunikasi Antar Manusia, Jakarta: Profesional Books.

Effendi, Onong Uchjana. 1990. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Karya.

___________. 1996 Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Karya. Mulyana, Deddy. Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. 1996 Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdaskarya.

Ridwan, Ahmad. Komunikasi Efektif Dalam Perspektif Al-Quran. http://naifu.wordpress.com/humor-ala-gue-2/ Diakses Selasa 15 Januari 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Gaya geser dasar horizontal yang didapatkan dari perhitungan analisis statik ekuivalen kemudian akan didistribusikan lagi ke masing-masing portal sesuai dengan

Konsep untuk spanduk ini simpel dan elegant yaitu dengan menampilkan logo dari D’Living Resto & Cafe, ilustrasi Romantic Dinner dan informasi tentang

Malam 30 : Allah S.W.T memberi penghormatan kepada orang yang berterawih pada malam terakhir ini yang teristimewa sekali, lalu berfirman ; "Wahai hambaKu: makanlah segala

bahwa pengaturan pengawasan pemasukan Obat dan Makanan yang telah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 12 Tahun 2015 tentang

Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif jigsaw menjadikan siswa termotivasi untuk belajar karena skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada tim didasarkan pada

Buku pedoman pengenalan sirip hiu ini hanya memuat empat spesies hiu yang masuk dalam daftar Appendiks II CITeS yaitu: tiga spesies hiu martil (Sphyrna lewini, S. zygaena) serta

Banyaknya perusahaan yang melakukan IPO di Indonesia setiap tahunnya dengan level underpricing yang relatif tinggi ini menjadi alasan bagi penulis untuk meneliti lebih jauh mengenai

Menggunakan kesaksian dari tokoh atau seseorang yang memiliki status tinggi untuk mendukung hal yang dipropagandakan, dengan harapan dapat menggeser target agar lebih dekat pada