• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Pasar Sei Sikambing Dari Tahun 1966-1993

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sejarah Pasar Sei Sikambing Dari Tahun 1966-1993"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

SEJARAH BERDIRINYA PASAR SEI SIKAMBING

2.1 Keadaan Geografis dan Demografi

Pasar Sei Sikambing merupakan salah satu dari dua pasar yang ada di

Kecamatan Medan Helvetia.Kecamatan Medan Helvetia merupakan salah satu

Kecamatan di Kota Medan yang terletak antara 03º - 02º Lintang Utara, 62º - 41º

Lintang Selatan, dan 98º - 39º Bujur Timur, dan memiliki luas wilayahsekitar

11,55 km² dengan ketinggian wilayah 27m diatas permukaan laut. Secara

geografis Kecamatan Helvetia memiliki batas-batas wilayah, yakni :

• Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat/Petisah

• Sebelah Barat berbatasan dengan Medan Sunggal.

Kecamatan Medan Helvetia memiliki tujuh kelurahan yakni:

1. Kelurahan Dwi Kora

2. Kelurahan Sei Sikambing C II

3. Kelurahan Helvetia

4. Kelurahan Helvetia Tengah

5. Kelurahan Hevetia Timur

(2)

7. Kelurahan Cinta Damai.8

Pasar Sei Sikambing berada di Kelurahan Sei Sikambing C II.Kelurahan

ini memiliki luas wilayah 0,98 km², yang secara geografis memiliki batas-batas

wilayah;

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Cinta Damai, Kecamatan

Medan Helvetia.

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Dwikora, Kecamatan

Medan Helvetia.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sei Putih Barat,

Kecamatan Medan Petisah.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Simpang Tanjung dan

Sei Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal9

Jika dilihat dari peta Kelurahan Sei Sikambing C II lokasi Pasar Sei

Kambing berada di sebelah selatan kelurahan, berbatasan dengan Kelurahan Sei

Sikambing B. Lokasi pasar ini berkoordinat pada 3º 35’ 28” Lintang Utara dan

98º38’ 35” Bujur Timur. Pasar ini juga berada di persimpangan jalan yang di

kenal dengan nama simpang Sei Sikambing.

Struktur penduduk di suatu wilayah meliputi jumlah, persebaran, dan

komposisi penduduk. Struktur penduduk di suatu wilayah tersebut selalu

mengalami perubahan dari waktu ke waktu dikarenakan proses demografi yaitu

8

Badan Pusat Statistik Kota Medan,”Statistik Daerah Kecamatan Medan Helvetia 2015” Medan. BPS Kota Medan. 2015, hal 1

9

(3)

kelahiran, kematian, dan migrasi. Oleh karena struktur penduduk yang dinamis

atau senantiasa berubah, maka perlu untuk mengetahui komposisi penduduk di

suatu wilayah. Hal ini dikarenakan komposisi penduduk dapat memberikan

gambaran mengenai pengelompokan penduduk berdasarkan kriteria tertentu.

Komposisi penduduk adalah sebuah mata statistik kependudukan yang

membagi dan membahas masalah kependudukan dalam berbagai kriteria seperti

geografis, biologis, sosial, ekonomi, umur, jenis kelamin dan sebagainya.

Komposisi penduduk suatu daerah perlu untuk diketahui karena dapat

memberikan gambaran dasar keadaan penduduk serta mutunya sebagai persediaan

sumber daya manusia. Misalnya, komposisi penduduk menurut umur dan jenis

kelamin mempunyai pengaruh terhadap tren konsumsi yang sedang diminati.

Dimana ada kecenderungan minat membeli dan jenis barang yang berbeda pada

berbagai tingkat usia dan jenis kelamin yang berbeda. Misalnya, kelompok remaja

biasanya cenderung mengkonsumsi pakaian yang sedang tren, berbeda dengan

orang tua yang cenderung membeli berdasarkan kebutuhan. Untuk mengetahui

komposisi penduduk di Kelurahan Sei Sikambing CII berdasarkan kelompok

(4)

Tabel 1. Komposisi Penduduk Kel. Sei Sikambing CII Berdasarkan Kelompok

Sumber : Data Kelurahan Sei Sikambing CII Tahun 1992

Dari tabel 1 dapat kita lihat komposisi penduduk berdasarkan golongan

umur di Kelurahan Sei Sikambing CII pada tahun 1992, dimana kelompok umur

dengan jumlah terbanyak adalah kelompok umur 20-24 tahun dan yang terkecil

adalah golongan umur 60-64 tahun.

Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan akan menentukan

seberapa besar pengetahuan konsumen dalam menentukan pilihan konsumsi.

Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan di Kelurahan Sei Sikambing CII

pada tahun 1992 digambarkan melalui tabel 2. Dari tabel tersebut dapat dilihat

bahwa tingkat pendidikan yang terbanyak ada pada tingkat pendidikan

SLTA/Sederajat dan yang terkecil adalah S3. Juga digambarkan bahwa masih

(5)

Tabel 2. Komposisi Penduduk Kelurahan Sei Sikambing CII Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah (orang)

1 Belum Sekolah 985

2 Tidak Tamat SD 106

3 SD/Sederajat 2975

4 SLTP/Sederajat 3450

5 SLTA/Sederajat 3521

6 D1 206

7 DII 93

8 DIII 98

9 S1 394

10 S2 53

11 S3 2

TOTAL 11883

Sumber : Data Kelurahan Sei Sikambing CII Tahun 1992

Komposisi penduduk berdasarkan mata pencarian utama dapat dijadikan

bahan untuk melihat rata-rata pendapatan bulanan penduduk, sehingga dapat di

identifikasi daya beli penduduk. Hal ini menjadi penting untuk menggambarkan

kecenderungan konsumsi penduduk. Tabel 3 menggambarkan komposisi

penduduk berdasarkan mata pencarian utama di Kelurahan Sei Sikambing CII

(6)

Tabel 3. Komposisi Penduduk Kel. Sei Sikambing CII Berdasarkan Mata Pencarian Utama

No Mata Pencarian Utama Jumlah (Orang)

1 Buruh/Swasta 2464

2 Pegawai Negeri Sipil 902

3 Pedagang 1506

4 Penjahit 65

5 Tukang Batu 324

6 Montir 20

7 Dokter 20

8 Sopir 55

9 Pengemudi Becak 78

10 TNI/POLRI 114

11 Pengusaha 23

TOTAL 5571

Sumber : Data Kelurahan Sei Sikambing CII Tahun 1992

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa mata pencarian utama penduduk di

Kelurahan Sei Sikambing CII yang terbanyak adalah pada buruh/swasta yakni

sebanyak 2464 orang dan yang terkecil adalah montir dan dokter yang

masing-masing berjumlah 20 orang. Pekerjaan sebagai pedagang menempati posisi urutan

kedua terbanyak setelah pekerjaan buruh dan swasta dengan jumlah 1506 orang.

Tabel 4 menggambarkan komposisi penduduk Kelurahan Sei Sikambing

CII berdasarkan agama. Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa kelompok penduduk

beragama Islam merupakan kelompok terbanyak dengan jumlah 8.236 orang

sedangkan yang terkecil adalah penduduk dengan kelompok agama Hindu dengan

(7)

Tabel 4. Komposisi Penduduk kel. Sei Sikambing CII berdasarkan Agama

Sumber :Data Kelurahan Sei Sikambing CII Tahun 1992

Komposisi penduduk berdasarkan etnis di Kelurahan Sei Sikambing CII

digambarkan melalui tabel 5. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah

penduduk ber-etnis Jawa merupakan kelompok etnis terbanyak di Kelurahan Sei

Sikambing CII pada tahun 1992 dengan jumlah 5.379 orang, sedangkan kelompok

etnis terkecil adalah etnis yang bukan berasal dari Provinsi Sumatera Utara seperti

aceh, minang dan lainnya dengan jumlah 30 orang.

Tabel 5. Komposisi Penduduk Kel. Sei Sikambing CII berdasarkan Etnis

No Etnis Jumlah (Orang)

Sumber :Data Kelurahan Sei Sikambing CII Tahun 1992

2.2 Sejarah Berdirinya Pasar

Cliffort Geertz dalam buku Penjaja dan Raja (1973) menjelaskan bahwa

(8)

Arab bermakna suatu pranata ekonomi dan sekaligus cara hidup, suatu gaya

umum dari kegiatan ekonomi yang mencapai segala aspek dari masyarakat, dan

suatu dunia sosial-budaya yang hampir lengkap dalam sendirinya. Beliau juga

menegaskan bahwa untuk memahami arti pasar, kita harus melihat dari tiga sudut

pandang, yakni pasar sebagai arus barang dan jasa menurut pola tertentu, pasar

sebagai rangkaian mekanisme ekonomi untuk memelihara dan mengatur arus

barang dan jasa tersebut, dan yang ketiga pasar sebagai sistem sosial dan

kebudayaan dimana mekanisme itu tertanam.10

Pasar secara harafiah berarti berkumpul untuk tukar menukar barang atau

jual beli sekali dalam 5 hari Jawa. Pasar diduga dari bahasa Sanskerta Pancawara.

Pasar dalam konsep urban jawa adalah kejadian yang berulang ritmik dimana

transaksi sendiri tidak sentral, yang sentral dalam kegiatan pasaran adalah

interaksi sosial dan ekonomi dalam suatu peristiwa. Berkumpul dalam arti saling

ketemu muka dan berjual beli pada hari pasaran menjadi semacam panggilan

sosial periodik. Kata lain dari pasar adaah peken yang kata kerjanya mapeken

artinya berkumpul.11

Pasar pada dasarnya terbentuk karena dua hal yakni pasar terbentuk

secara alamiah dan pasar terbentuk berdasarkan perencanaan. Pasar terbentuk

secara alamiah adalah pasar yang pada awalnya adalah sebuah lokasi berjulan dari

beberapa pedagang yang lama kelamaan berkembang menjadi sebuah pusat

10

Cliffor Geertz, Penjaja dan Raja, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1992, hal 30 11

(9)

perbelanjaan masyarakat. Sedangkan pasar yang terbentuk berdasarkan suatu

perencanaan adalah pasar yang terbentuk dikarenakan adanya dorongan dari

masyarakat kepada pemerintah untuk mengadakan sebuah sarana pemenuhan

kebutuhan hidup seperti pasar di area pemukiman mereka. Biasanya perencanaan

pembangunan pasar terjadi karena tidak terdapatnya sarana pemenuhan kebutuhan

hidup di lokasi pemukiman masyarakat.

Sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat, pasar

biasanya didirikan di tempat-tempat yang strategis seperti persimpangan jalan,

pelabuhan, stasiun dan lain sebagainya. Hal ini guna mempermudah akses bagi

masyarakat untuk menjangkau keberadaan pasardan kebutuhan pokok masyarakat

mudah terpenuhi. Berada pada lokasi yang strategis menjadikan pasar sebagai

salah satu pusat interaksi dan perekonomian masyarakat.

Pada hakekatnya pembentukan pasar bertujuan untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat agar bisa memenuhi berbagai keinginan yang

dibutuhkan bagi kelangsungan hidup sehari-hari. Keinginan yang dimaksud

adalah keinginan untuk berbelanja kebutuhan hidup, keinginan untuk berinteraksi

dengan sesama masyarakat di pasar, keinginan untuk mencari dan bahkan

memberi informasi kepada sesama masyarakat.

Pasar sebagai salah satu pusat aktifitas manusia tentu sangat bergantung

pada manusia itu sendiri, sebagai pelaku dan pengelola pasar. Di Kota Medan

pasar di kenal dengan nama Pajak. Tidak diketahui sejak kapan penamaan pajak

(10)

sendiri dengan kata Pajak berbeda artinya dengan arti dari pasar yang

sesungguhnya bila dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut

KBBI arti kata pasar ialah tempat orang berjual beli, sedangkan arti dari kata

pajak ialah pungutan wajib.12

Di Kota Medan terdapat tiga kelurahan yang menggunakan nama Sei

Sikambing, yakni Kelurahan Sei Sikambing B (Kecamatan Medan Sunggal),

Kelurahan Sei Sikambing C II (Kecamatan Medan Helvetia), Kelurahan Sei

Sikambing D (Kecamatan Medan Petisah). Meskipun ketiga kelurahan tersebut

berbeda kecamatan, namun lokasinya saling berdekatan. Di salah satu kelurahan

tersebut yakni Kelurahan Sei Sikambing C II, terdapat sebuah pasar yang sudah

berdiri sejak tahun 1966. Pasar ini ini bernama Pasar Sei Sikambing, sama seperti

nama dari ketiga kelurahan tersebut. Sudah menjadi suatu hal yang biasa bahwa

penamaan pasar erat kaitannya dengan nama lokasi dimana pasar itu berada.

Melihat lokasi pasar yang berada di antara 3 kelurahan yang menggunakan nama

Sei Sikambing, maka dapat dikatakan bahwa pemberian nama Sei Sikambing

pada pasar ini berdasarkan dari lokasi pasar itu berada.

Secara historis pada awalnya terdapat beberapa pedagang yang sering

berjualan di pinggir jalan Gatot Subroto simpang Sei Sikambing setiap harinya.

Pedagang-pedagang ini tidak terorganisir dalam satu komunitas maupun

organisasi yang menanungi mereka dalam hal berdagang.Mereka ini sebagian

besar adalah masyarakat dari Kelurahan Sei Sikambing yang memiliki inisiatif

12

(11)

untuk mencari nafkah melalui berdagang. Barang-barang yang di perjualbelikan

adalah barang-barang kebutuhan pokok seperti sayur, buah, sembako, pakaian dan

lain sebagainya. Mereka berjualan dengan mengandalkan lapak buatan mereka

sendiri, yang terletak di pinggir jalan Gatot Subroto.Mereka berjualan dari pagi

hingga sore hari, dan rutinitas pedagang ini di mulai pada tahun 1965.

Yang menjadi konsumen dari para pedagang kaki lima tersebut adalah

masyarakat di Kelurahan Sei Sikambing CII dan sekitarnya. Masyarakat ini

dahulunya berbelanja kebutuhan hidup sehari-hari ke Pasar Sentral Kota Medan.

Namun kehadiran para pedagang kaki lima ini di jadikan sebagian masyarakat

sebagai alternatif baru tempat berbelanja. Seiring berjalannya waktu, jumlah

pedagang yang berjualan semakin banyak dan jumlah masyarakat yang berbelanja

semakin banyak.

Semakin ramainya pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan

tersebut, menarik minat beberapa orang masyarakat dari Kelurahan Sei Sikambing

C II untuk mulai mengorganisir para pedagang. Langkah awal yang dilakukan

masyarakat tersebut adalah membentuk suatu kepengurusan pasardengan tujuan

untuk mendirikan sebuah pasar. Sebelum pengurus pasar dibentuk, masyarakat

tersebut berdiskusi dahulu kepada para pedagang kaki lima untuk membicarakan

ide pembentukan pasar. Mereka mengajak para pedagang kaki lima untuk

berjualan pada pasar yang nantinya di bangun. Rencana pembangunan pasar di

sambut baik oleh para pedagang, mereka bahkan akan berjualan pada pasar yang

(12)

Tidak diketahui dengan jelas kapan pengurus pembentukan Pasar Sei

Sikambing di bentuk dan bagaimana struktur dari kepengurusannya, tapi menurut

narasumber Bapak M Surbakti, kepengurusan ini di ketuai Bapak M Sembiring

dan sekretarisnya Bapak T Pangaribuan.Hal pertama yang dilakukan

kepengurusan ini dalam membentuk pasar ialah membeli sebidang tanah di sekitar

simpang Sei Sikambing dari seorang warga. Tanah inilah yang kemudian

dijadikan sebagai lokasi pasar hingga saat ini. Tanah ini dibeli menggunakan dana

pribadi pengurus. Selanjutnya pengurus pasar mengurus perijinan ke Pemerintah

Kota Madya Medan untuk membangun pasar pada tanah yang telah di beli

tersebut. Setelah Pemerintah Kota Madya Medan memberikan ijin kepada

pengurus pasar untuk mendirikan pasar, pengurus pasar kemudian melakukan

pekerjaan selanjutnya yakni membangun kios-kios. Untuk membangun kios pada

tanah yang telah di beli, pengurus pasar bekerja sama dengan seorang pemborong.

Pemborong inilah yang bekerja untuk membangun kios-kios di Pasar Sei

Sikambing pada awalnya.13

Pada pertengahan tahun 1966, pembangunan kios-kios yang nantinya

menjadi tempat berjualan selesai dibangun. Kios-kios pada masa itu masih berupa

bangunan kayu dengan atap seng dan berlantai tanah, dengan jumlah keseluruhan

kurang lebih 60 kios. Meskipun terkesan sederhana kondisi pasar pada saat itu

sudah memadai bagi para pedagang untuk melakukan aktifitas berjualan. Menurut

narasumber Ibu R Pangaribuan, yang juga merupakan anak dari sekretaris

pengurus pasar, hanya dalam tempo 1 bulan semua kios di Pasar Sei Sikambing

13

(13)

telah di sewa para pedangang. Hal ini di karenakan sosialisasi pengurus pasar

kepada masyarakat di sekitar Kelurahan Sei Sikambing II akan adanya pengadaan

pasar berjalan dengan baik, dan para pedagang yang dahulunya berdagang di

pinggir jalan telah lebih dahulu memesan kios kepada panitia.14

Dengan selesainya pembangunan Pasar Sei Sikambing, maka mulai pada

saat itu juga pasar ini menjalankan aktifitas dan fungsinya. Masyarakat di

Kelurahan Sei Sikambing CII dan sekitarnya semakin dipermudah dengan

kehadiran Pasar Sei Sikambing. Masyarakat yang dahulunya berbelanja ke Pasar

Sentral untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kini sudah berbelanja ke

pasar Sei Sikambing. Hal ini dikarenakan faktor lokasi Pasar Sei Sikambing dekat

dengan pemukiman masyarakat dibandingkan dengan lokasi Pasar Sentral.

Adapun jenis barang dagangan yang diperdagangkan di pasar ini pada

awal mula berdirinya tidak jauh berbeda dengan barang yang di jual pada

pasar-pasar lainnya, yakni berupa barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari seperti

sayur, pakaian, beras, ikan, daging dan kebutuhan lainnya. Barang-barang

dagangan ini berasal dari Pasar Sentral Kota Madya Medan, dan dari pedagang

perantara petani di Tanah Karo dan petani di Tanjung Anom (biasanya berupa

sayur dan buah).Salah satu yang menarik dari hasil wawancara dengan

narasumber Bapak M. Surbakti, bahwa pasar ini merupakan pasar yang paling

lengkap dalam menyediakan bumbu khas aceh seperti boh limeng (asam

(14)

belimbing), pliek u (patarana), bunga kala, dan bumbu aceh lainnya. Hal ini

karenaterdapat beberapa pedagang yang berasal dari aceh berjualan di pasar ini.15

Menurut Bapak M. Surbakti, pada rentang tahun 1972-1974 aktifitas

ekonomi di Pasar Sei Sikambing mengalami peningkatan. Hal ini tampak dari

semakin ramainya pembeli yang datang untuk berbelanja ke pasar ini dan semakin

banyak pedagang yang berjualan di pasar, dan bahkan ada yang berjualan di

pinggir jalan depan pasar. Dan hal ini menjadi perhatian dari beberapa orang

pedagang yang berjualan di pasar. Dari beberapa orang pedagang, muncul sebuah

ide untuk kembali membentuk pengurus pasar. Menurut beliau, ide ini muncul

karena melihat kondisi pasar yang rame pembeli dan terdapat pedagang yang

berjualan di kaki lima depan pasar yang nantinya bisa di ajak untuk berjualan

pada pasar yang akan mereka bangun. Di samping itu, para pedagang tadi juga

memiliki modal untuk membeli dan membangun kios.16

Ide pembentukan pengurus pasar terealisasi, beberapa pedagang di pasar

bergabung dalam sebuah kepengurusan. Pengurus ini membangun kurang lebih 30

kios tepat di sebelah kanan pasar yang dibangun oleh panitia pertama. Tidak

terdapat permasalahan yang berarti dalam pembangunan pasar yang kedua

ini.Pengurus pasar yang kedua resmi membuka pasar pada tahun 1974. Kondisi

kios yang baru tidak jauh berbeda dengan kios yang dibangun oleh pengurus pasar

yang pertama. Kios yang baru juga terbuat dari papan, beratap seng, dan berlantai

15

Wawancara, M. Surbakti, Pedagang, Medan, 12 November 2016 16

(15)

tanah, yang membedakan dengan kios yang pertama hanyalah bangunan kios yang

masih baru. Pasar yang baru dibangun ini di kelola oleh pengurus yang baru.

Dengan dibukanya pasar yang kedua, maka dapat dikatakan bahwa

aktifitas ekonomi di pasar ini mengalami peningkatan. Hal ini juga berdampak

pada keadaan pasar yang menjadi lebih tertib. Selain itu, jumlah dan jenis barang

dagangan juga semakin bertambah guna memenuhi kebutuhan pembeli yang

semakin beragam. Keadaan ini menjadikan pasar Sei Sikambing sudahmenjadi

pilihan masyarakat di sekitarnya sebagai penyedia kebutuhan hidup sehari-hari.

Pada tahun 1982, Pemerintah Kota Madya Medan mengambil alih

pengelolaan Pasar Sei Sikambing. Menurut Ibu R. Pangaribuan, hal ini terjadi

karena pada saat itu ada kebijakan dari Walikota Medan untuk mengelola semua

pasar tradisional yang ada di Kota Madya Medan. Tidak terjadi suatu konflik

dalam pengambilalihan pasar pada waktu itu, karena pihak Pemerintah membayar

semua yang ada di pasar kepada kedua pengurus pasar yang mengelola kios-kios

di pasar saat itu.17

Pemerintah Kota Madya Medan pada saat itu menyerah pengelolaan

pasar kepada Dinas Pasar Kota Madya Medan. Setelah itu Dinas Pasar melakukan

perbaikan sarana pasar, yakni merenovasi struktur bangunan pasar yang

dahulunya berdinding kayu menjaditembok, begitu juga dengan infrastruktur

lainnya seperti jalan di dalam pasar yang tanah kemudian ditutupi batu kerikil,

untuk mencegah becek pada saat hujan, menyediakan tempat sampah, serta

(16)

membangun beberapa kios baru. Setelah renovasi selesai, Pemerintah Kota Madya

Medan dan Dinas Pasar melakukan acara peresmian pasar. Pada acara tersebut

para pedagang yang dahulunya berjualan di pasar hadir. Dan acara ini di akhiri

dengan pemotongan pita sebagai tanda peresmian pasar,

Setelah dikelola oleh Dinas Pasar, pengelolaan dan pengembangan pasar

semakin baik. Keadaan ini terus berlanjut sampai dikeluarkannya peraturan

Walikota Medan tahun 1993 melalui SK Walikota No. 188/784/SK/1993 tentang

peralihan pengelolaan pasar Kota Madya Medan dari Dinas Pasar ke Perusahaan

daerah Pasar Kota Madya Medan.18 Dimana perusahaan Daerah Pasar Kota

Madya Medan yang selanjutnya akan melakukan fungsi-fungsi perencanaan,

pengelolaan dan operasional pasar. Semenjak itu sampai sekarang, Pasar Sei

Sikambing dikelola oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Madya Medan.

18

Gambar

Tabel 1. Komposisi Penduduk Kel. Sei Sikambing CII Berdasarkan Kelompok  Umur
Tabel 2. Komposisi Penduduk Kelurahan Sei Sikambing CII Berdasarkan  Pendidikan
Tabel 3. Komposisi Penduduk Kel. Sei Sikambing CII Berdasarkan Mata  Pencarian Utama
Tabel 4. Komposisi Penduduk kel. Sei Sikambing CII berdasarkan Agama

Referensi

Dokumen terkait

Aspek fisik : lenyapnya unsur-unsur fisik kota yang tadinya telah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat dapat menimbulkan dampak psikologis pada masyarakat,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab pembuangan sampah pada usaha kecil di Pasar Tradisional Sei Sikambing Medan.. Jenis penelitian

Tabel 4.16 Hasil Penilaian Observasi Pada Setiap Industri Pengolahan Tempe Yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012 Kode Sampel Pemilihan

Sihombing : Peranan Pasar TradisionaI DaIam Pemberdayaan Kesejahteraan Sektor Informal di Kota Medan.... Sihombing : Peranan Pasar TradisionaI DaIam Pemberdayaan Kesejahteraan

Dalam keputusan dewan tanggal 14 Juni 1912, Komisi Pasar diberi wewenang untuk membangun sebuah los pasar di atas lahan yang telah diberikan oleh pemerintah.. Pada awalnya

Penelitian telah dilakukan terhadap sayuran kubis yang dipasarkan di lima pasar terbesar di kota Medan yaitu Pasar Sambu, Pasar Aksara, Pasar Pringgan, Pasar Padang Bulan dan Pasar

PD Pasar Kota Medan adalah merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengelolaan pasar-pasar yang ada di kota Madya tingkat II Medan, dimana dalam menjalankan

Pelaksanaan Jual-Beli Beras Di Pasar Tradisional Panorama Kota Bengkulu Berdasarkan hasil yang penulis dapatkan dilapangan bahwasanya pelaksanaan jual beli beras di Pasar Tradisional