• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Rumput Laut (Eucheuma sp) dan Minyak Hati Ikan Cucut Botol sebagai Gel Antibakteri Propionibacterium Acne

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Potensi Rumput Laut (Eucheuma sp) dan Minyak Hati Ikan Cucut Botol sebagai Gel Antibakteri Propionibacterium Acne"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

pp.176-183

Potensi Rumput Laut (Eucheuma sp) dan Minyak

Hati Ikan Cucut Botol sebagai Gel Antibakteri

Propionibacterium Acne

Tri Fitri Yana Utami1*, Asep Nurrahman Yulianto2, Ira Pangesti3, Mika Tri Kumala Swandari4

1,2,4Program Studi S1 Farmasi, STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap 3Program Studi D3 Farmasi, STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap

1,2,3,4 Jalan Cerme No.24 Sidanegara, Cilacap, 55587, Indonesia

E-mail: trifyu09@gmail.com1, nurrahmanasep@yahoo.co.id2, irapangesti2@gmail.com3,

michakumala07@gmail.com4 *penulis korespondensi

Abstrak – Potensi sumber daya alam khususnya sumber daya laut yang berlimpah di Indonesia sangat

memungkinkan untuk dapat dikembangkan menjadi produk kesehatan. Upaya yang telah dilakukan dimulai dari identifikasi zat aktif, isolasi hingga pengembangan produk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi aktivitas antibakteri pada sediaan gel kombinasi ekstrak rumput laut dan minyak hati ikan cucut botol. Tujuan jangka panjang penelitian yaitu 1) ditargetkan melahirkan luaran dalam bentuk sediaan gel kombinasi ektrak rumput laut dan minyak hati ikan cucut botol yang dapat digunakan secara aman dan berkhasiat, 2) ditargetkan menjadi produk yang dapat dikembangkan menjadi produk unggulan daerah berbasis kearifan lokal. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilaksanakan di Laboratorium Kimia STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap. Proses ekstraksi rumput laut dilakukan menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96% diperoleh rendemen sebanyak 18,1%. Hasil uji fitokimia menujukan bahwa ekstrak etanol rumput laut positif mengandung alkaloid, flavonoid, dan tanin. Hasil aktivitas antibakteri diperoleh konsentrasi hambat minimum terendah pada formula 1 sebesar 4 mm dan konsentrasi hambat minimum tertinggi pada formula 3 sebesar 11 mm. Data dianalisis dengan uji One-Way ANOVA menunjukan bahwa ketiga formula menujukkan hasil yang bermakna (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga sediaan memiliki kemampuan menghambat bakteri Propionibacterium acne

Kata kunci: rumput laut, minyak hati ikan, antibakteri

Abstract - The potential of natural resources, especially the abundant marine resources in Indonesia, is very likely to be developed into health products. Efforts that have been made start from the identification of active substances, isolation to product development. The purpose of this study was to determine the potential for antibacterial activity in a combination gel preparation of seaweed extract and fish liver oil. The long-term objectives of the research are 1) targeted to produce output in the form of a combination gel dosage form of seaweed extract and fish liver oil that can be used safely and efficaciously, 2) targeted to be products that can be developed into regional superior products based on local wisdom. This research is an experimental research conducted at the Chemistry Laboratory of STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap. The seaweed extraction process was carried out using the maceration method with 96% ethanol as a solvent and the yield was 18.1%. Phytochemical test results showed that the ethanol extract of seaweed was positive for alkaloids, flavonoids and tannins. The results of antibacterial activity obtained the lowest minimum inhibitory concentration in formula 1 of 4 mm and the highest minimum inhibitory concentration in formula 3 of 11 mm. The data were analyzed using the One-Way ANOVA test, showing that the three formulas showed significant results (p <0.05), so it can be concluded that the three preparations have the ability to inhibit the Propionibacterium acne bacteria.

Keywords: seaweed, fish liver oil, antibacterial

1. PENDAHULUAN

Acne vulgaris yang lebih diketahui dengan jerawat ialah penyakit peradangan kulit dengan patogenesis yang komplek. Antibiotik memegang peranan berarti dalam pengobatan penyembuhan jerawat tidak hanya penyembuhan dengan agen topikal ataupun sistemik, melainkan agen comedolytic semacam retinoid serta asam salisilat dan agen bakterisida semacam Benzoil Peroksida [1]. Namun penggunaan antibiotik dalam pengobatan

(2)

pp.176-183

jerawat dilaporkan telah terjadi peningkatan pravalensi Propionibacterium acnes yang resisten terhadap antibiotik. Di Eropa angka pravelensi resisten clindamycin atau eritromycin berkisar 45% hingga 91%. Di Asia terdapat perbedaan besar dalam pravalensi Propionibacterium acnes, seperti di Jepang, tingkat pravalensi resisten clindamycin atau eritromycin 4% sedangkan di K hanya 3,2% [2].

Propionibacterium acne, bakteri ini merupakan organisme utama yang berperan dalam pembentukan

jerawat. Propionibacterium acne menghasilkan enzim hidrolitik yang berdampak kehancuran folikel polisebasea serta meghasilkan lipase, hialuronidase, protease, lesitinase, serta neurimidase yang memegang peranan berarti pada proses peradangan. Propionibacterium acne mengganti asam lemak tidak jenuh jadi asam lemak jenuh yang mengakibatkan sebum menjadi padat [3]. Bila sebelum meningkat, Propionibacterium acne akan meningkat pula dan populasinya dapat diturunkan jika diberikan antibakteri [4]. Rumput laut sudah diketahui mempunyai banyak manfaat, serta sudah diteliti semenjak lama, antara lain sebagai antibakteri, anti diabet, serta anti jamur. Tidak hanya itu, kadar lipid dapat diturunkan sebesar hingga 16% oleh rumput laut [5]. Senyawa alkaloid yang dapat berfungsi sebagai antibakteri dapat melakukan penghambatan penataan peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga susunan sel tidak tercipta secara utuh serta menimbulkan kematian sel bakteri [6].

Pada penelitian ini sediaan gel anti acne dibuat dari rumput laut dan minyak hati ikan cucut botol . Sediaan dibuat gel karena memiliki beberapa keuntungan, selain idak lengket dan juga merupakan sediaan yang cepat menguap, sehingga mudah menyerap ke dalam lapisan kulit dan dapat menghantarkan obat dengan baik ke kulit hal ini menyebabkan jerawat bisa cepat kering [7]. Sebaliknya sediaan topical lain, misalnya salep membuat kulit tambah berminyak, tidak instan digunakan saat bepergian serta cenderung lebih lengket.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, maka pada penelitian ini diusulkan sebuah uji aktivitas anti jerawat yang melalui kombinasi anatara rumput laut dan minyak hati ikan cucut botol terhadap bakteri Propionibacterium acne sebagai bahan aktif alternatif pada pengobatan jerawat.

2. METODE

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah ekseperiman, yaitu membuat kombinasi gel anti acne dari rumput laut dan minyak hati ikan cucut botol, serta melakukan uji aktifitas terhadap propionibacterium

acne.

2.1 Alat dan Bahan

Pada penelitian ini menggunakan beberapa peralatan, seperti gunting, blender (miyako), timbangan digital (matrix), bejana maserasi, batang pengaduk, rotary evaporator, cawan porselin, kertas saring, erlenmeyer (pyrex), Corong kaca (pyrex), labu ukur (pyrex), pipet tetes, pipet volume, gelas beaker (pyrex), gelas ukur (pyrex), tabung reaksi (pyrex), waterbath, desikator (iwaki), hotplate (maspion), jarum ose, oven (memmert), inkubator, cawan petri, autoklaf (GEA model yx-18lm), tip mikro pipet (onemed), jangka sorong, micropipet (socorex), sarung tangan (gloves), masker (sensi mask).

Bahan untuk pembuatan gel adalah CMC Na (Brataco), Propilen Glikol (Brataco), Metil Paraben (Brataco), Glyserin (Brataco), Aquadest (Brataco), dan Clindamycin sebagai kontrol positif.Bahan untuk uji antibakteri dan uji kandungan kimia yaitu Nutrient Agar, Aquades (Brataco), HCl pekat, Propionibacterium acne, pereaksi dragendroff atau larutan potasium bismut iodida, dan FeCl3.

2.2 Prosedur Penelitian 1) Preparasi Sampel

Proses yang dilakukan pada preparasi sampel yaitu sampel diambil dari Kabupaten Cilacap Tengah. Sampel dipilih yang segar dan kemudian dicuci bersih.

2) Identifikasi Kandungan Kimia a) Uji Alkaloid

Sampel ditimbang 0,5 gram, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dilarutkan dalam HCl 2% sebanyak 0,5 mL, kemudian ditambahkan 2-3 tetes pereaksi Dragendroff (larutan Potasium Bismut Iodida) [8]

b) Uji Flavonoid

Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram ditambahkan dengan etanol 70%, kemudian ditambahkan 5-6 tetes HCl pekat. Jika membentuk warna merah yang menunjukkan adanya flavonoid dan membentuk warna orange menandakan adanya senyawa flavon [8]

c) Uji Tanin

Sampel sebanyak 1 mL ekstrak diujikan dengan 1-2 tetes FeCl3 10% terbentuk warna biru tua atau

(3)

pp.176-183

3) Pembuatan sediaan gel

Sebanyak 40 mL air dipanaskan sampai suhunya 70˚C, setelah itu CMC Na dikembangkan sampai menjadi massa gel. Metil paraben dilarutkan dalam sedikit air. Kemudian kombinasi gliserin serta propilenglikol ditambahkan ke dalamnya( kombinasi 1). Kombinasi 1 dengan CMC Na yang sudah dikembangkan dicampurkan setelah itu diaduk homogen, Kemudian ditambahkan air sebanyak 60 gr, diaduk sampai homogen, Setelah itu dimasukkan rumput laut serta minyak hati ikan cucut botol diaduk sampai homogen. 4) Sterilisasi Alat

Alat- alat yang dibutuhkan dicuci serta dibersihkan. Alat- alat dikeringkan dengan posisi terbalik diudara terbuka, sehabis kering dibungkus dengan kertas perkamen. Alat- alat dengan kaca disterilkan dioven pada temperatur 180oC sepanjang 2 jam. Alat- alat plastik( tidak tahan pemanasan besar) disterilkan dalam autoklaf pada temperatur 121oC sepanjang 15 menit dengan tekanan 2 atm. Jarum ose disterilkan dengan pemanasan langsung sampai memijar [9]

5) Pembuatan media agar

Sebanyak 7,25 gram Nutrient Agar (NA) disuspensikan dalam 250 mL aquades steril, kemudian dimasukan ke dalam labu erlenmeyer dipanaskan menggunakan hotplate selama ± 10 menit hingga NA larut. Kemudian di sterilkan dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Media yang sudah steril,dituangkan dalam

kondisi hangat (40oC - 45oC) ke dalam cawan petri sebanyak 20 mL. Media NA yang telah dituangkan ke

dalam cawan petri dibiarkan hingga memadat [10] 6) Uji aktifitas

Pengujian aktifitas antibakteri kombinasi gel rumput laut dan minyak hati ikan cucut botol menggunakan media difusi agar dengan teknik sumur (cap plate technique). Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan cara membuat sumuran pada media NA (diameter sumuran ± 6,7 mm) pada media Nutrient Agar yang sudah ditanam dengan bakteri uji. Pada media dibuat 3 sumuran menggunakan tip mikro pipet, kemudian dimasukkan rumput laut dan minyak hati ikan cucut botol, Clindamycin digunakan sebagai uji kontrol positif sedangkan uji kontrol negatif formulasi tanpa menggunakan zat aktif rumput laut dan minyak hati ikan cucut botol. Media yang sumurannya telah ditetesi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 2 kali 24 jam dalam kondisi anaerob. Setelah diinkubasi maka dilakukan pengukuran zona

hambat menggunakan jangka sorong, zona bening menandakan bahwa sediaan memiliki aktifitas antibakteri [11].

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penimbangan berat rumput laut basah adalah 1 kg, dari proses pengeringan diperoleh berat kering 400 gram dengan persentase berat kering sebesar 40%, dari proses penyerbukan diperoleh sebanyak 300 gram serbuk kering rumput laut.

Rumput laut yang selesai dibersihkan kemudian ditiriskan untuk menghilangkan sisa air yang terdapat pada permukaan. Selanjutnya ditimbang untuk mengetahui berat basah, kemudian dikeringkan dalam lemari pengering simplisia. Lemari pengering simplisia merupakan alat pengeringan buatan yang sederhana, praktis dan mudah dalam penggunaanya. Pengeringan buatan adalah proses udara yang dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu. Lampu yang digunakan berupa lampu bolham 5 watt dengan suhu 38oC. Alasan menggunakan

suhu 38oC karena umumnya suhu untuk mengeringkan daun, herba, dan bunga yaitu antara suhu 20-40oC[12].

Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air pada bahan sampai batas tertentu dimana perkembangan mikroorganisme seperti bakteri, khamir atau kapang yang dapat menyebabkan pembusukan dapat dihentikan sehingga bahan dapat disimpan lebih lama. Proses pengeringan dilakukan selama 7 hari. Kriteria waktu pengeringan pada daun sudah berakhir ditandai dengan daun dapat dipatahkan dengan mudah. Rumput laut yang sudah kering selanjutnya ditimbang, dihaluskan, kemudian diayak untuk menyeragamkan ukuran. Proses penegringan seperti diperlihatkan pada Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3.

(4)

pp.176-183

Gambar 1. Rumput Laut (Eucheuma sp)

Gambar 2. Pengeringan Rumput Laut (Eucheuma sp)

Gambar 3. Serbuk Rumput Laut (Eucheuma sp) 3.1 Hasil Pembuatan Ekstrak Etanol Rumput laut

Hasil proses maserasi dari 300 gram serbuk simplisia rumput laut dengan pelarut etanol 96% dipekatkan dengan menggunakan waterbath dan diperoleh ekstrak kental etanol rumput laut sebesar 54,3 gram (rendemen 18,1%). Perhitungan rendemen berfungsi untuk mengetahui berapa presentase jumlah ekstrak rumput laut dibandingkan dengan serbuk simplisia rumput laut yang digunakan.

Proses penyarian zat aktif dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode maserasi, caranya dengan merendam serbuk rumput laut dalam cairan penyari atau pelarut yang sesuai yaitu etanol 96%. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan akan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif dan zat aktif tersebut kemudian akan larut[13]. Proses maserasi dilakukan dalam waktu selama 5 hari dan remaserasi dilakukan selama 2 hari, karena setelah waktu tersebut keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan luar sel telah tercapai. Selama proses maserasi dilakukan beberapa kali pengadukan dengan tujuan agar pelarut dapat masuk keseluruh bagian serbuk rumput laut. Serta untuk menjamin keseimbangan konsetrasi bahan ekstraksi lebih cepat dalam cairan, karena apabila tidak disertai pengadukan selama proses maserasi akan menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif[14]. Rendaman selama proses maserasi harus tertutup rapat dan terlindung dari cahaya dengan tujuan untuk mencegah terjadinya reaksi yang dikatalisis oleh

(5)

pp.176-183

a) Hasil Uji Kadar Air

Hasil uji kadar air yang dilakukan terhadap ekstrak etanol rumput laut yang dilakukan dengan menimbang 1 gram ekstrak kemudian dipanaskan menggunakan oven dengan suhu 105oC selama 60 menit memperoleh hasil

penimbangan sebesar 0,92 gram dengan presentase kadar 8%. Hal tersebut menunjukan bahwa kadar air pada ekstrak etanol rumput laut memenuhi standar yang ditentukan.

Uji kadar air dilakukan untuk mengetahui presentase kandungan air yang terkandung pada ekstrak[15]. Kadar air pada suatu simplisia bahan obat tidak boleh melebihi dari 10%, apabila lebih dari 10% akan memicu terjadinya pertumbuhan mikroba[16]

b) Hasil Pengujian Kandungan Senyawa Kimia

Uji kandungan senyawa kimia terhadap ekstrak etanol rumput laut dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalamnya. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan senyawa alkaloid, flavonoid, dan tannin

Tabel 1. Hasil Uji Kandungan Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Rumput laut

No Parameter Hasil percobaan

1 Alkaloid +

2 Tanin +

3 Saponin +

Keterangan:

(+) positif = mengandung golongan senyawa (-) negatif = tidak mengandung golongan senyawa c) Hasil Pengujian Kandungan Senyawa Kimia Uji Alkaloid

Uji fitokimia senyawa alkaloid dapat dilakukan dengan uji Dragendorff. Prinsip dari analisis ini adalah reaksi pengujian warna (spot test) dengan suatu pereaksi warna. Hasil positif senyawa alkaloid dengan akan terbentuk warna orange atau merah ketika ditambahkan dengan reagen Dragendroff. Tujuan penambahan HCl dalam uji alkaloid karena alkaloid bersifat basa sehigga biasanya diekstrak dengan pelarut yang mengandung asam. Uji alkaloid dilakukan dengan cara 5 ml ekstrak ditambahkan dengan 2 ml HCl kemudian ditambahkan Reagen Dragendorff. Ekstrak yang positif mengandung alkaloid akan menunjukkan warna orange atau merah pada presipitat [8].

Hasil uji alkaloid pada ekstrak yaitu positif mengandung senyawa alkaloid dengan adanya perubahan warna orange pada ekstrak yang telah dilakukan perlakuan uji alkaloid. Proses reaksi penambahan HCl 2% dalam uji alkaloid karena alkaloid bersifat basa sehigga biasanya diekstrak dengan pelarut yang mengandung asam.

d) Hasil Pengujian Kandungan Senyawa Kimia Flavonoid

Pengujian dilakukan dengan mencampurkan ekstrak dengan logam Mg dan HCl pekat hingga terbentuk warna merah. Hasil pengujian kandungan senyawa kimia flavonoid sesuai dengan literatur [8], dimana terjadi perubahan warna menjadi merah, karena penambahan bahan tersebut dalam ekstrak tumbuhan akan membentuk garam flavilium, garam ini lah yang memberikan warna merah yang menunjukan adanya kandungan senyawa flavonoid.

e) Hasil Pengujian Kandungan Senyawa Kimia Tanin

Pengujian dilakukan dengan mencampurkan ekstrak dengan FeCl3 1% hingga terbentuk warna hijau

kehitaman. Hasil pengujian senyawa tanin telah sesuai dengan literatur, dimana terjadi perubahan warna hijau kehitaman karena tanin akan bereaksi dengan ion Fe3+ membentuk senyawa komplek atau senyawa yang

mengandung paling tidak satu ion kompleks [8]. 3.2 Hasil Pembuatan Gel

Pembuatan sediaan gel dipilih karena hampir semua produk kecantikan dibuat dalam bentuk gel yang menarik, praktis dan mudah digunakan. Sediaan gel dibuat dalam tiga formulasi yang berbeda.

a) Hasil Uji Aktivitas Antibakteri

Pengujian aktivitas antibakteri yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kemampuan sediaan gel ekstrak etanol rumput laut dalam menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif Propionibacterium acne. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode difusi sumuran yang lebih baik dibandingkan dengan metode difusi disk karena hasil zona bening akan lebih mudah terlihat dan lebih kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri [17].

(6)

pp.176-183

b) Sterilisasi Alat

Proses sterilisasi merupakan langkah awal sebelum dilakukannya uji aktivitas antibakteri. Perbedaan metode sterilisasi didasarkan pada sifat bahan yang disterilkan. Alat-alat gelas disterilkan dengan menggunakan oven, media disterilkan dengan menggunakan autoklaf, jarum ose dan pinset disterilkan dengan cara dibakar pada api bunsen[18]. Sterilisasi bertujuan untuk membunuh semua bentuk mikroorganisme hidup termasuk sporanya pada alat yang disterilkan.

c) Pembuatan Media Nutrient Agar

Pembuatan media dilakukan dengan cara mencampurkan serbuk agar media NA dengan aquadest, dipanaskan hingga mendidih dan disterilkan agar media tetap steril dan terhindar dari mikroba-mikroba lainnya. Media yang sudah steril dituang dalam kondisi hangat ke dalam cawan petri. Pemilihan penggunakan media NA karena, media tersebut merupakan media yang paling umum digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri baik bakteri Gram positif maupun bakteri Gram negatif [10].

d) Proses Peremajaan Bakteri

Proses peremajaan bakteri merupakan proses menumbuhkan bakteri uji Gram positif Propionibacterium acne pada media NA dengan menggoreskan bakteri uji Propionibacterium acne pada biakan murni pada permukaan agar, kemudian diinkubasi untuk memaksimalkan pertumbuhan dari bakteri tersebut[17]. Tujuan dari proses peremajaan bakteri adalah untuk meregenerasi bakteri Propionibacterium acne agar diperoleh bakteri

Propionibacterium acne yang muda serta tidak terkontaminasi.

e) Pembuatan Larutan Standar Mc. Farland

Pembuatan larutan standar Mc.Farland dilakukan dengan mencampurkan larutan H2SO4 1% dengan larutan

BaCl2 hingga diperoleh larutan yang keruh setelah dilakukan pengocokan. Tujuan pembuatan larutan standar

Mc. Farland adalah sebagai larutan pembanding yang nantinya akan digunakan sebagai standar kekeruhan terhadap suspensi bakteri uji [19].

3.3 Pembuatan Suspensi Bakteri

Suspensi bakteri dibuat dengan memasukan sejumlah 1 ose bakteri Propionibacterium acne hasil peremajaan ke dalam tabung reaksi yang berisi 2 mL larutan NaCl 0,9% hingga terlihat lautan keruh yang selanjutnya larutan keruh tersebut dibandingkan dengan standar kekeruhan standar Mc. Farland. Kekeruhan tersebut menandakan bahwa didalam media tersebut ditumbuhi atau didominasi oleh bakteri Gram positif

Propionibacterium acne, sehingga diketahui bakteri tersebut dapat berkembang dengan baik.

Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan secara steril dan aseptis yang dilakukan didalam Laminar Air

Flow (LAF) yang bertujuan untuk mensterilkan atau meminimalisir dari kontaminasi mikroba oleh aliran udara.

Hasil uji aktivitas antibakteri sediaan gel ekstrak dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan yaitu untuk mengetahui aktif atau tidaknya sediaan gel yang dibuat terhadap bakteri Gram positif Propionibacterium acne. Dari hasil uji aktivitas antibakteri tersebut dapat diketahui zona hambat yang terbentuk pada sekitar sumuran dengan mengukur diameter daerah hambat kemudian dikurangi dengan diameter sumuran. sehingga didapatkan hasil diameter zona hambat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Diameter Zona Hambat

Formulasi Diameter zona hambat (mm)

R1 R2 R3 rata –rata F1 3 5 4 4 F2 9 6 8 7,6 F3 10 12 11 11 Kontrol + 44 40 38 40,6 Kontrol - 0 0 0 0 Keterangan :

F1 : Formula 1 dengan rumput laut 12,5% dan MHIC 37,5% F2 : Formula 2 dengan rumput laut 25% dan MHIC 75% F3 : Formula 3 dengan rumput laut 50% dan MHIC 100% Kontrol + : Klindamisin 1,2 %

(7)

pp.176-183

Berdasarkan hasil diameter zona hambat diatas dapat diketahui bahwa pengujian aktivitas antibakteri diperoleh hasil sesuai dengan standar kategori respon zona hambat[20]. Pada formula 1 dengan tanpa konsentrasi ekstrak etanol rumput laut memberikan aktivitas antibakteri sebesar 4 mm yang masuk dalam kategori lemah, kemudian konsentrasi ekstrak enatnol rumput laut pada formula 2 zona hambat yang ditunjukan bertambah, yaitu sebesar 7,6 mm yang masuk dalam kategori sedang. Formula 3 dengan konsentrasi ekstrak etanol rumput laut menunjukan zona hambat 11 mm yang masuk dalam kategori sedang. Pada pengujian kontrol positif daya hambat yang terbentuk sebesar 40,6 mm, maka dapat dikategorikan sangat kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acne, sedangkan pada kontrol negatif menujukan tidak adanya zona hambat.

Sediaan gel ekstrak etanol rumput laut pada konsentrasi ekstrak terkecil telah masuk dalam kategori lemah, dan pada konsentrasi ekstrak terbanyak memiliki kemampuan daya hambat tertinggi dengan kategori sedang. Semakin tinggi konsentrasi zat antibakteri maka semakin besar kemampuan untuk meghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Kontrol positif yang berisi klindamisin memiliki spektrum luas sehingga dapat melawan bakteri baik Gram positif maupun Gram negative, Eritromisin dan klindamisin topikal sering digunakan untuk terapi akne yang bertujuan mengurangi konsentrasi P acnes dan mediator inflamasi diindikasikan untuk terapi akne ringan dan akne inflamasi sedang [2] Sedangkan pada kontrol negatif tidak memberikan daya hambat karena aquadest tidak memiliki aktivitas antibakteri.

Data hasil dari pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acne selanjutnya dilakukan uji statistik, seperti uji normalitas. Pada hasil uji normalitas Shapiro Wilk terhadap sediaan gel ekstrak etanol rumput laut yang tidak mengandung ekstrak etanol rumput laut memiliki nilai signifikasi 1,00 (p>0,05). Formulasi 1 memiliki nilai signifikasi 0,63 (p>0,05). Formulasi 2 dan 2 memiliki nilai signifikasi 1,00 (p>0,05). Serta kontrol postif memiliki nilai signifikasi 0,63 (p>0,05). Seluruh data menunjukkan nilai signifikasi lebih dari 0,05 (p>0,05). Hal ini membuktikan bahwa seluruh data hasil penelitian terdistribusi normal.

Data selanjutnya dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan Levene test (p>0,05). Hasil homogenitas menunjukkan nilai signifikansi 0,59 (p>0,05), berarti bahwa data hasil penelitian dari keempat formula sediaan gel ekstrak etanol rumput laut, kontrol positif dan kontrol negatif ini memberikan data yang homogen.

Pengujian selanjutnya berupa uji parametrik One-Way ANOVA, uji tersebut telah dapat dilakukan karena hasil dari uji normalitas dan uji homogenitas menujukan data terdistribusi normal dan data memiliki varian yang sama atau homogen. Uji parametrik One-Way ANOVA dengan α 0,05 taraf kepercayaan 95% dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh konsentrasi terhadap zona hambat yang dihasilkan terhadap bakteri

Propionibacterium acne. Berdasarkan hasil One-Way ANOVA diketahui bahwa terdapat perbedaan rerata antar

kelompok perlakuan berjumlah 3146,44, sedangkan rata-ratanya sebesar 629,28. Perbedaan rerata dalam satu kelompok berjumlah 29,33, sedangkan rata-ratanya sebesar 2,44. Hasil signifikansi yang diperoleh yaitu 0,00 yang artinya (p<0,05). Jadi dapat dikatakan bahwa data secara signifikan dapat berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri Propionibacterium acne. hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh nurjanah 2018, bahwa rumput laut memiliki potensi sebagai antibakteri [20].

4. KESIMPULAN

Sediaan gel ekstrak etanol rumput laut dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif

Propionibacterium acne dengan hasil zona hambat terendah yaitu sebesar 4 mm pada formulasi 1, dan daya

hambat tertinggi yaitu sebesar 11 mm pada formulasi 3. UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih penulis sampaikan kepada STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap atas bantuannya sehingga penelitian ini dapat terlaksana hingga selesai.

Daftar Pustaka

[1] W. Madelina and Sulistiyaningsih, “Resistensi Antibiotik pada Terapi Pengobatan Jerawat,” J. Farmaka, vol. 16, no. 2, pp. 105–117, 2018.

[2] H. T. Sibero, I. W. A. Putra, and D. I. Anggraini, “Tatalaksana Terkini Acne Vulgaris,” JK Unila, vol. 3, no. 2, pp. 313–320, 2019.

[3] I. Bernadette, Patogenesis Akne Vukgaris. 2018.

[4] M. Rimadhani and Rahmadewi, “Antibiotik Oral pada Pasien Akne Vulgaris : Penelitian Retrospektif,”

Period. Dermatology Venereol., vol. 27, no. 2, pp. 84–89, 2015.

[5] D. Utami, TFY ; Permana, “Efek Pemberian Kombinasi Ekstrak Rumput Laut (Eucheuma sp) dan Minyak Hati Ikan Cucut Botol Pesisir Cilacap terhadap Kadar Kolesterol Tikus Putih Jantan Galur Wistar Hiperkolesterolemia,” Pharmaqueous, pp. 1–8, 2017.

[6] R. I. L. Anggita Rahmi Hafsari, Tri Cahyanto , Toni Sujarwo, “Uji Aktivitas Antibakteri Daun Beluntas (Pluchea indica (L.) LESS. ) Terhadap Propionibacterium acnes Penyebab Jerawat,” J. Istek, vol. IX, no.

(8)

pp.176-183

1, pp. 142–161, 2015.

[7] O. C. Kindangen, P. V. Y. Yamlean, and D. S. Wewengkang, “Formulasi Gel Antijerawat Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Dan Uji Aktivitasnya Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Secara in Vitro,” Pharmacon, vol. 7, no. 3, pp. 283–293, 2018.

[8] S. Noer and R. D. Pratiwi, “Uji Kualitatif Fitokimia Daun Ruta angustifola,” Fakt. Exacta, vol. 9, no. 3, pp. 200–206, 2016.

[9] A. D. Sniderman et al., “Hepatic Cholesterol Homeostasis,” Arterioscler. Thromb. Vasc. Biol., vol. 33, no. 11, pp. 2481–2490, Nov. 2013.

[10] D. Rusli, A. A. Rasyad, and P. A. Nugraha, “ Formulasi Krim Clindamycin Sebagai Antijerawat Dan Uji Efektifitas Terhadap Bakteri Propionibacterium acne,” J. Ilm. Bakti Farm., vol. 1, no. 2, pp. 5–14, 2016. [11] Oktaviani. Ira and Hidayat, Agung, “Uji Aktifitas Antibakteri Pada Gel Ekstrak Kulih Buah Naga Merah

(Hylocereus lemairei (Hook). Britton & Rose) Terhadap Propionibacterium acnes,” Journal Of Pharmacy

& Science , vol. 3, no. 1, pp. 29–35, 2019.

[12] D. Adri, “Aktivitas Antioksidan dan Sifat Organoleptik Teh Daun Sirsak ( Annona muricata Linn . ) Berdasarkan Variasi Lama Pengeringan Antioxidant Activity and Organoleptic Charecteristic of Soursop ( Annona muricata Linn .) Leaf Tea Based on Variants Time Drying,”Jurnal Pangan Dan Gizi vol. 04, no. 07, 2013.

[13] E. Kurniawati, “Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Tunas Bambu Apus Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Secara In Vitro, Jurnal Wiyata” pp. 193–199, 2015.

[14] T. Sentat, Y. Budianti, and L. Nul, “ Uji Aktivitas Analgetik Ekstrak Etanol Daun Sereh Wangi UJI ( Cymbopogon nardus ( L ) Rendle ) Pada Mencit Putih ( Mus musculus L ) Jantan Dengan Metode Indusksi Cara Kimia,”Al Ulum Jurnal Sains & Teknologi vol. 4, no. 1, pp. 28–33, 2018.

[15] Puspitasari, AD and Wulanari. RL, “Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi Terhadap Kadar Fenolik Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia calabura),”Jurnal Pharmascience pp. 1–8, 2013. [16] R. DR, I. Hartati, Y. Anas, D. Endah, and D. Khilyati, “Standarisasi Spesifik Dan Non Spesifik Ekstraksi

Hidrotropi Andrographolid Dari Sambiloto (Andrographis paniculata),”J.Pharm.Science & Clinical

Pharmacy pp. 147–155, 2015.

[17] R. Afifi and E. Erlin, “Uji Antibakteri Ekstrak Daun Jambu Biji U (Psidium guajava L) Terhadap Zona Hambat Bakteri Jerawat Propionibacterium acnes Secara In Vitro,” Jurnal Kesehatan BTH vol. 17, pp. 321–330, 2017.

[18] D. Pratiwi and I. Wardaniati, “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Propolis Lebah Trigona (Trigona Spp) terhadap Propionibacterium acnes Penyebab Jerawat,” JOPS (Journal Pharm. Sci., vol. 1, no. 1, pp. 9–14, 2017.

[19] B. Mokshragni, K. D. Kumar, S. Chandrasekhari, and K. H. Reddy, “, Spectral Characterization And Evaluation Of In Vitri Antibacterial Activity Of Isonicotinoyl Hydrazones Bearing Pyridine Moiety",”International Journal of Pharma and Bio Sciences vol. 6, no. 3, pp. 11–18, 2015.

[20] N. Nurjanah, B. E. Aprilia, A. Fransiskayana, M. Rahmawati, and T. Nurhayati, “Senyawa Bioaktif Rumput Laut Dan Ampas Teh Sebagai Antibakteri Dalam Formula Masker Wajah,” J. Pengolah. Has.

Gambar

Gambar 1. Rumput Laut (Eucheuma sp)

Referensi

Dokumen terkait

Web Service GetDeletedRecordset mengirim 6 parameter yaitu: token yang telah didapatkan dari GetToken, table yang akan diquery, order untuk menampilkan data sesuai order

Perubahan sosial budaya yang sedemikian pesat yang merupakan imbas konsekwensi mutlak dari proses rotasi pembangunan yang cepat atau dipercepat demi

media blog terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK dapat dilihat dari analisis data yang telah dilakukan dengan menghitung uji normalitas, yang

Berkaitan dengan pembahasan penilaian keadilan, maka hasil studi dari Crosby (1982) yang menunjukkan bahwa perempuan lebih toleran pada situasi yang tidak adil,

Hal ini membuktikan bahwa metode pembelajaran Team Assisted Individualization dengan memanfaatkan media berbantu blog dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar

Berkaitan dengan pembahasan penilaian keadilan, maka hasil studi dari Crosby (1982) yang menunjukkan bahwa perempuan lebih toleran pada situasi yang tidak adil,

Health Department of Salatiga is one of public Health Department which is give service for Health Staff permission in Salatiga. Less information about arrangement and

[r]