• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artikel Penelitian. Acivrida Mega Charisma 1*) 1 STIKES RS Anwar Medika. Journal of Pharmacy and Science Vol. 2, No.2, (Juli 2017), P-ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Artikel Penelitian. Acivrida Mega Charisma 1*) 1 STIKES RS Anwar Medika. Journal of Pharmacy and Science Vol. 2, No.2, (Juli 2017), P-ISSN :"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

15

Artikel Penelitian

Acivrida Mega Charisma1*) 1

STIKES RS Anwar Medika *)

Email: acie.vrida@gmail.com

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pemeriksaan darah lengkap yag biasanya dilakukan untuk menapis pasien tersangka DBD adalah pemeriksaan jumlah trombosit dan nilai hematokrit karena kedua pemeriksaan ini dapat menjadi indikator diagnosis DBD. Jumlah trombosit akan menurun (trombositoenia) akibat supresi sum-sum tulang dan munculnya komplks imun pada permukaan trombosit yang menyebabkan terjadinya agregasi trombosit, sedangkan nilai hematokrit ini meningkat (hemokonsentrasi) karena penurunan volume plasma darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan jumlah trombosit dan nilai hematokrit pada pasien penderita DBD.Telah dilakukan penelitian retrospektif terhadap 183 pasien DBD di RSU Anwar Medika Sidoarjo periode Februari 2016 – Desember 2016. Data yang diambil dari instalasi rekam medis adalah hasil pemeriksaan laboratorium yaitu jumlah trombosit dan nilai hematokrit dan data mengenai jenis kelamin serta usia pasien DBD. Hasil dari penelitian ini didapatkan 97,8% pasien DBD megalami peurunan jumlah trombosit (trombositopenia< 100.000/mm3) dengan rata-rata jumlah trombosit pasien adalah 57.000 sel / mm3 , sedangkan pada pemeriksaan nilai hematokrit didapatkan 39,9% pasien DBD mengalami peningkatan nilai hematokrit (hemokonsentrasi),23,5% mengalami penurunan nilai hematokrit (hemodilusi) dan 36,3% nilai hematokrit dalam batas normal, dengan rata-rata nilai hematokrit pasien pada penelitian ini adalah 37,8 % +- 6,782. Distribusi frekuensi pasien DBD berdasarkan jenis kelamin menunjukan frekuensi pasien DBD laki-laki lebih besar dari pada wanita yaitu 59,6% laki-laki dan 40,4% wanita, sedang berdasarkan rentang usia frekuensi tertinggi adalah pada rentang usia 6-11 tahun yaitu sebesar 45,3%. Penelitian ini , mendapat kesimpulan bahwa gambaran hasil pemeriksaan jumlah trombosit dan nilai hematokrit yaitu terjadi penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) dan terjadi peningkatan nilai hematokrit ( hemokonsentrasi ). Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan laki – laki lebih rentan terhadap infeksi DBD dibandingkan perempuan dan berdasarkan usia menunjukkan bahwa usia terentan terhadap infeksi DBD adalah pada usia anak -anak .

Kata kunci: Demam Berdarah Dengue,Jumlah Trombosit, Nilai Hematokrit ABSTRACT

DHF is one of the public health problem in Indonesia. Complete blood count which is usually done to screen patiens suspect DHF is platelet count and hematokrit value , because these two tests can be an indicator of DHF diagnosis. The platelet count will decrease as a result of bone marrow suppression and the appearance of immune complexes on the platelet surface causing platelet aggregation , while the value of hematocrit will increase due the decreased blood plasma volume. This study aims todetermine the description of the result of examination of platelet counts and hematocrit value in DHF patients. A retrospective study was conducted on183 DHF patients in hospital Anwar Medika Sidoarjo period of February 2016 – December 2016 , data taken from installation of medical record is resultof laboratory examination that is platelet count and hematocrit value and data about gender as well age of DHF patients. The result of this study showed 97,8% of DHF patients had decreased platelet count ( trombositopenia< 100.000 cell/mm3 ),with an average platelet count of patients is 57.000 cell/mm3. Whereas on hematocrit value examination 39,9% DHF patients had elevated hematocrit values, 23,5% decreased hmatocrit values and 36,6% hematocrit values whitin normal range, with means values hematocrit is 37,8%+-6,782. The frequency distribution of DHF patients by sex shows that thefrequency of male DHF patients is more greater thanthat of female patients ( 59,6% male and 40,4% female ), while based on the age, the highest frequency distribution of DHF patients is children in age range 6 – 11 years old. This study concludes that the picture of platelet count and hematocrit value is the decrease of platelet count and an increase in hematocrit value , Bassed on sex shows that men are more susceptible to DHF infection than women and by age shows the age most susceptible to DHF infection is at the age of the children.

Key Words: Dengue Hemorrhagic Fever, Platelet Count, Hematocrit Value

Gambaran Hasil Pemeriksaan Jumlah Trombosit dan Nilai Hematokrit

pada Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) Di RSU Anwar Medika

(2)

Journal of Pharmacy and Science Vol. 2, No.2, (Juli 2017), P-ISSN : 2527-6328

16

1. PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia yang sering menyebabkan KLB ( Kejadian Luar Biasa). Perjalanan penyakit ini sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian karena penanganan yang terlambat[1]. Berdasarkan Data WHO ( World Health Organization ) (2012) melaporkan bahwa Penyakit DBD di kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, meningkat sebesar 75% dibandingkan kawasan lain[2]. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, terdapat 11 (33%) provinsi termasuk dalam daerah risiko tinggi DBD (AI>55 kasus per 100.000 penduduk)[3].

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo tahun 2015, angka kesakitan DBD di Kabupaten Sidoarjo berfluktuasi. Pada tahun 2015 angka kesakitan DBD sebesar 28,3 per 100.000 penduduk, meningkat jika dibandingkan tahun 2014 yaitu sebesar 8,12 per 100.000 penduduk[4].

Pengenalan gejala dan tanda-tanda awal pada pasien DBD merupakan bagian penting yang menentukan keberhasilan terapi pasien. Penegakan diagnosa dari DBD selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik juga memerlukan pemeriksaan penunjang. Salah satu pemeriksaan penunjang itu adalah pemeriksaan jumlah trombosit dan nilai hematokrit[5].

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi pasien DBD berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin serta mengetahui gambaran jumlah trombosit dan nilai hemotokrit pada penderita demam berdarah dengue.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Patofisiologi utama pada DBD yaitu peningkatan permeabilitas vaskular dan hemostasis yang abnormal.Permeabilitas vaskular yang meningkat mengakibatkan kebocoran plasma, hipovolemi dan syok. Trombositopenia dapat menimbulkan gangguan hemostasis, menifestasi perdarahan seperti petekie, ekimosis, perdarahan gusi, epistaksis, hematemesis dan melena[6].

Nilai hematokrit adalah konsentrasi (dinyata-kan dalam persen) eritrosit dalam 100 mL darah lengkap. Nilai hematokrit akan meningkat (hemo-konsentrasi) karena peningkatan kadar sel darah atau penurunan

volume plasma darah, misalnya pada kasus DBD. Sebaliknya nilai hematokrit akan menurun (hemodilusi) karena penurunan seluler darah atau peningkatan kadar plasma darah, seperti pada anemia[7]. Trombosit merupakan sel darah yang berfungsi dalam hemostasis. Sel ini tidak memiliki nukleus dan dihasilkan oleh megakariosit dalam sumsum tulang[8]. Pada pasien DBD terjadi trombositopenia akibat munculnya antibodi terhadaptrombosit karena kompleks antigen-antibodi yang terbentuk[9]. Berdasarkan penelitian Pusparini pada tahun 2004, nilai hematokrit dan jumlah trombosit saat masuk rumah sakit dapat dijadikan acuan dalam menentukan penderita sebagai dengue primer atau sekunder[10].

Parameter laboratorium dalam menegakkan diagnosis DBD adalah trombositopenia dan hemokonsentrasi[10].

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah analitik retrospektif populasi penelitian adalah seluruh rekam medik pasien rawat inap dengan diagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Anwar Medika Krian Sidoarjo. Subjek berjumlah 183 orang yang diambil dengan metode total sampling. Kriteria inklusi adalah catatan rekam medik pasien DBD dewasa yang dilengkapi dengan identitas, diagnosa penyakit, hasil pemeriksaan laboratorium (nilai hematokrit dan jumlah trombosit). Kriteria eksklusi adalah pasien DBD dengan data rekam medik tidak lengkap, pasien DBD yang mendapat transfusi trombosit, pasien DBD dengan riwayat mengkonsumsi obat yang dapat mendepresi sumsum tulang, pasien DBD yang memiliki riwayat penyakit kelainan darah, seperti AIHA dan ITP dan pasien DBD dengan penyakit koinsiden yang lain seperti demam thypoid. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah trombosit dan nilai hematokrit dan variabel respon/tergantung dari penelitian ini adalah usia dan jenis kelamin. Pengolahan data adalah pemeriksaan kelengkapan dan kejelasan data, pemberian kode pada setiap data variabel, memasukkan data dalam program SPSS (Statistical Program for Social Science), serta pemeriksaan kembali untuk memastikan bahwa data tersebut telah bersih dari kesalahan. Analisis data terdiri dari analisis univariat dan bivariat. Pada analisis bivariat dicari hubungan antara dua variabel dengan menggunakan rumus Spearma

(3)

17

4. HASIL

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik n

(%) mean±SD Jenis Kelamin

Laki – laki 109(59,6) - Perempuan 74 (40,4)

Rentang Usia (tahun)

9,5±5,083 0 - 5 42 (23,0) 6 - 11 83 (45,3) 12 - 17 43 (23,5) 18 – 20 15 (8,2) Ket : n = frekuensi

Tabel 1 memperlihatkan sebagian besar subjek adalah laki-laki. Lebih dari separuh responden termasuk kelompok Usia anak-anak

Tabel 2. Distribusi Jumlah Trombosit Pasien DBD

Jumlah Trombosit n (sel/mm3) (%) <150.000 181(99) 150.000-450.000 2(1) >450.000 0 Total 183 (100%) Ket: n=frekuensi

Tabel 2 menggambarkan bahwa sebagian besar sampel memiliki nilai hematokrit di atas normal. Tabel 3. Distribusi Nilai Hematokrit Penderita DBD

Nilai Hematokrit n (%) (%) Laki-laki Dewasa <40 2 (1,1) 40-48 12 (6,6) >48 4 (2,2) Perempuan dewasa <37 7 (3,8) 37-43 3 (1,6) >43 2 (1,1) Anak-anak <= 15 tahun

-

< 33 34 (18,6) 33 - 38 52 (28,4) >38 67 (36,6) 183 Total (100%) Ket: n = frekuensi

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa hampir semua sampel memiliki jumlah trombosit di bawah normal.

5. PEMBAHASAN

Hasil penelitian mendapatkan penderita dengan usia terendah 5 bulan dan usia tertinggi 20 tahun dengan rata-rata usia penderita adalah 9,5 tahun. Usia terbanyak penderita DBD adalah usia 8 tahun. Selain itu, juga didapatkan frekuensi umur pasien DBD terbanyak adalah kelompok umur 6 – 11 tahun dengan persentase 45,3% dan frekuensi terendah adalah pada kelompok umur 18 - 20 tahun dengan persentase 8,2%.

Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan dari Carribean Epidemiology Centrepada tahun 2000, yang menyatakan bahwa epidemiologi penderita DBD terbanyak adalah pada anak-anak dan dewasa muda[12].

Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus dengue. Pada tahun 1981 dilakuka penelitian di Kuba yang menunjukkan bahwa usia mempunyai peranan yang penting untuk timbulnya gejala klinis berupa kebocoran plasma[13].

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, didapatkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan persentase 59,6% laki-laki dan 40,4% perempuan. Hal tersebut serupa dengan peneelitian lainnya yang memperlihatkan bahwa penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan seperti yang dilaporkan oleh Juranah dkk pada tahun 2011 yang menunjukkan bahwa penderita laki-laki leebih banyak dari pada perempuan dengan persentase 60% laki-laki dan 40% perempuan[14].

Jumlah Trombosit Penderita DBD

Berdasarkan hasil penelitian, 99% jumlah trombosit di bawah normal (trombositopenia). Jumlah trombosit <100.000 sel/mm3 adalah sebesar 98,7%. Jumlah trombosit terendah saat masuk rumah sakit adalah 17.000 sel/mm3 dan tertinggi sebesar 195.000 sel/mm3. Rata-rata jumlah trombosit saat pada penelitian ini adalah 57.000 sel/mm3.

Jurnah dkk pada tahun 2011 juga mengatakan dalam penelitiannya bahwa sebanyak 71,40% penderita DBD memiliki jumlah trombosit <100.000 sel/ mm3[15].

Berdasarkan penelitian Kelton dkk pada tahun 2011 bahwa jenis kelamin berhubungan dengan perbedaan sensitifitas dalam hal agregasi trombosit antara laki-laki dan perempuan. Selanjutnya disimpulkan bahwa trombosit laki-laki lebih sensitif dalam agregasi daripada trombosit perempuan[16].

(4)

Journal of Pharmacy and Science Vol. 2, No.2, (Juli 2017), P-ISSN : 2527-6328

18 Pada penelitian ini, rata-rata jumlah trombosit untuk laki-laki adalah 62.000 sel/mm3, sedangkan untuk perempuan sebesar 58.230 sel/mm3. Namun hasil analisis dengan uji Spearman didapatkan nilai p=0,947 yang berarti menunjukkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara jumlah trombosit laki-laki dan perempuan.

Nilai Hematokrit Penderita DBD

Dari hasil penelitian, 39,9% penderita DBD yang mengalami hemokonsentrasi dan 23,5% penderita mengalami hemodilusi., sedangkan, yang mempunyai nilai hematokrit normal sebanyak 36,6%. Nilai hematokrit terendah adalah 13,8% dan tertinggi sebesar 68% Rata-rata nilai hematokrit pada penelitian ini adalah 37,7%.

Menurut WHO, parameter laboratorium dalam menegakkan diagnosis DBD adalah peningkatan nilai hematokrit serta trombositopenia. Sementara itu, penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua penderita mengalami hemokonsentrasi. Penelitian oleh Taufik dkk. pada tahun 2007 menyatakan bahwa hanya 16% penderita DBD yang mengalami peningkatan nilai hematokrit[17].

Pada penelitian ini banyak pasien DBD yang memiliki nilai hematokrit normal bahkan rendah dan didiagnosis DBD. Parameter kebocoran plasma sebagai diagnosis DBD menurut WHO tidak hanya peningkatan nilai hematokrit saja, namun juga penurunan nilai hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan juga menjadi indikator diagnosis. Kelemahan penelitian ini adalah tidak lengkapnya data rekam medis tentang terapi atau pengobatan yang dilakukan pasien sebelum masuk rumah sakit.

Gomber pada tahun 2001 melakukan penelitian di India tentang parameter diagnosis DBD, dalam hasil penelitiannya mengatakan bahwa nilai hematokrit dapat meningkatkan spesifisitas sebesar 36.3% dalam diagnosis DBD namun menurunkan sensitifitas[18].

A.Arsunan Arsin dalam bukunya epidemiologi DBD di Indonesia mengatakan untuk dapat menunjukkan adanya peningkatan nilai hematokrit pada pasien DBD penting melakukan pemisahan pasien sesuai umur dan jenis kelamin. Berdasarkan jenis kelamin dan umur terdapat perbedaan nilai normal hematokrit.

Pada penelitian ini nilai hematokrit pada anak usia <= 15 tahun, minimal 23,3% maksimal 51,8% rerata (mean) 37,7 dan simpang baku 5,998.Pada wanita dewasa (>15 tahun), nilai hematokrit minimal 13,8% maksimal 43,4% rerata (mean)35,05% dan

simpang baku 8,91.Pada laki-laki dewasa (>15 tahun), nilai hematokrit minimal 37,6% maksimal 68% rerata (mean) 46,02% dan simpang baku 7,072

6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa :

1. Gambaran dari jumlah trombosit dan nilai hematrokit pada pasien DBD adalah penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) dan kenaikan nilai hematrokit (hemokonsentrasi)

2. Berdasarkan distribusi frekuensi pasien DBD menurut jenis kelamin menunjukkan laki-laki lebih rentan terhadap infeksi DBD dibandingkan perempuan, sedangkan menurut golongan usia menujukkan usia anak-anak ( 6 – 11tahun ) paling rentan terhadap infeksi DBD.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut penelitian lebih lanjut tentang penurunan angka kematian pasien DBD dengan penambahan variabel penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Amrine Rasyada, Ellysa Nasrul, Zulkarnaen Edward. (2014). Hubungan nilai hematokrit terhadap jumlah trombosit pada penderita demam berdarah.

2. A.Arsunan Arsin. (2013). Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.

3. Carribean Epidemiology Centre. (2000). Clinical and laboratory guidelines for dengue fever and dengue haemorrhagic fever/dengue shock syndrome for health care providers. Journal of

Pan American Health Organization. 1-10.

4. Centers for Disease Control and Prevention. (2012). How to reduce your risk of dengue infection?. [serial online] (diunduh 23 April 2013). Tersedia dari:URL: HYPERLINK www.cdc.gov/dengue/. 5. Chernecky CC & Berger BJ. (2008). Laboratory test

and Diagnostic procedures. 5th edition. Saunders-Elseviar.

6. Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Sidoarjo

7. Gomber S, Ramachandran VG, Kumar S, Agarwal KN, Gupta P, Dewan DK. (2001). Hematological observations as diagnostic markers in dengue hemorrhagic fever-a reappraisal. Indian Pediatrics Journal. 38: 477-81.

8. J Am Coll Cardiol. (2002). Relationship between platelet count and hematocrit. JACC Journals. 39(6):1072-17.

(5)

19

9. Jurnah M, Arif D, Bahar M, Burhanuddin. (2011). Uji hematologi pasien terduga demam berdarah dengue indikasi rawat inap.

Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. 17(3): 139–42.

10. Kelton JG, Powers P, Julian J, Boland V, Carter CJ, Gent M. (2011). Sex related differences in platelet aggregation: influence of the hematocrit. Blood Journal of American Society

Hematology. 56(1): 38-41.

11. Kementerian Kesehatan RI. (2010). DBD di Indonesia tahun 1968-2009. Buletin Jendela

Epidemiologi Demam Berdarah Dengue. 2:1-14. 12. Pusparini. (2004). Kadar hematokrit dan trombosit

sebagai indikato dan sekunder. Jurnal Kedokteran Trisakti. 23(2): 51-6.

13. Shepherd SM. (2007). Dengue fever [serial online] (diunduh 27 April 2013). Tersedia dari:URL: HYPERLINK

http://.www.emedicine.medscape.com.

14. Sloane E. (2004). Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: ECG.

15. Suhendro N, Chen L, Khie. (2009). Demam berdarah dengue. Dalam: Aru S, editor (penyunting). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing.

16. Soedarmono SP. (2005). Masalah demam berdarah dengue di Indonesia. Dalam: Hadinegoro, Satari HI, editor (penyunting). Demam Berdarah Dengue. Edisi ke-1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

17. Sutaryo. (2004). Perkembangan patogenesis demam berdarah dengue. Dalam: Hadinegoro, Satari HI, editor (penyunting). Demam Berdarah Dengue. Edisi ke-1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 18. Sutedjo AY. (2007). Mengenal penyakit melalui

hasil pemeriksaan laboratorium. Yogyakarta: Amara Books.

19. Taufik A, Didit Y, Farid W. (2007). Peranan kadar hematokrit, jumlah trombosit dan serologi IgG– IgM antiDHF dalam memprediksi terjadinya syok pada pasien demam berdarah dengue (DBD). Jurnal Penyakit Dalam. 8(2):105-11.

20. Widoyono. (2011). Penyakit tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan & pemberantasannya. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga.

21. World Health Organisation. (2009). Dengue hemorrhagic fever. [serial online] (diunduh 23 April 2013). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http:// www.who.int.

Gambar

Tabel  1  memperlihatkan  sebagian  besar  subjek  adalah  laki-laki.  Lebih  dari  separuh  responden  termasuk kelompok Usia anak-anak

Referensi

Dokumen terkait

Hasil menunjukan bahwa umur tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kegagalan kognitif, kecepatan reaksi sebelum dan sesudah dinas tidak berbeda, dan tidak terdapat

Maka dari itu, peluang investasi yang ditawarkan dari Kabupaten Merauke adalah pengembangan pertanian tanaman padi.. Hal ini sejalan dengan besarnya kontribusi dari

Peraturan Bupati Fakfak Nomor 21 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Perizinan dan Non Perizinan pada Dinas Penanaman modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten

melakukan pengujian ini yaitu agar Motor Servo yang digunakan pada penelitian ini tidak mengalami eror dan kegagalan pada saat menjalankan program1. Sehingga pada

Wawancara yaitu instrumen utama pengumpulan data, dengan cara melakukan tanya jawab terhadap Kepala Sekolah, guru-guru serta informan yang dipilih berdasarkan

(4) Pelaksanaan kegiatan pengembangan sumber daya manusia pariwisata dan ekonomi kreatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada petunjuk teknis yang

Pada proses pembelajaran Siklus Pertama penelitian tindakan kelas ini, peneliti ditemani oleh dua orang guru mitra sebagai pengamat (observer) bertugas mengamati kegiatan

Prarancangan sistem pengendalian laju aliran pada kolom penukar ion pengolah limbah radioaktif didasari pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan studi literatur..