94
penelitian, sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian
dan memadukan dengan kajian pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dari data yang didapatkan baik melalui observasi,
dokumentasi dan wawancara dari pihak-pihak yang mengetahui tentang data yang dibutuhkan. Selanjutnya dari hasil tersebut dikaitkan dengan teori yang
ada diantaranya sebagai berikut:
A. Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional siswa
melalui kegiatan membaca Al-Qur’an di SMK Islam 1 Durenan.
Sebagai kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan tadarus Al-Qur’an sebagai upaya guru PAI dalam meningkatkan kecerdasan emosional di
SMK Islam 1 Durenan, dari pihak sekolah maupun guru, terutama guru Pendidikan Agama Islam memegang peranan yang sangat penting.
Seperti halnya yang dilakukan oleh para guru Pendidikan Agama Islam di SMK Islam 1 Durenan. Mereka melakukan berbagai upaya untuk menunjang berlangsungnya kegiatan pembinaan dalam hal meningkatkan
kecerdasan emosional siswa. Dalam kegiatan ini guru Pendidikan Agama Islam tidak hanya berperan serta mengadakan kegiatan saja, melainkan
pertama untuk selalu mendampingi siswa bertadarus pagi. P etugas maupun guru jika menemui siswa atau kelas yang tidak melaksanakan tadarus
mereka akan mengingatkan dan mendampingi sampai guru yang bertugas datang. Guru juga mengarahkan siswa membaca setiap terjemahan Al-Qur’an yang sudah mereka baca dengan tujuan, agar siswa yakin jika Al-Qur’an benar-benar ditunjukkan kepada umat islam dan sebagai pedoman
hidupnya. Guru juga memberikan sanksi bagi siswa yang terlambat.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang sudah dijelaskan dalam bab II bahwa pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu
melaksanakan tugasnya, sebagai makhluk Alloh SWT, khalifah dipermukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.1Seperti yang dikatakan Zakiyah Daradjat dalam
bukunya Ilmu Pendidkan Islam, Pendidikan Agama Islam adalah “suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup.2
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMK Islam 1 Durenan Trenggalek. Kegiatan tadarus Al-Qur’an dilaksanakan setiap hari sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar. Kegiatan tadarus Al-Qur’an bagi
1 H. Ihsan Hamdani, H. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka
Setia,2001), hal.93.
kelas X dilaksanakan sebelum pukul 07.00. Pada jam tersebut siswa sudah berada diruang kelas untuk melaksanakan tadarus Al-Qur’an. Untuk kelas XI dan XII mereka melaksanakan tadarus Al-Qur’an setelah selesai shalat dhuha dimushola dan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Dengan
diadakan kegiatan religius tersebut, mereka (siswa) akan banyak terbimbing. Karena didalam kecerdasan emosional siswa sudah memiliki pengendalian dari setiap tingkah laku dan perbuatan yang ingin mereka
lakukan.
Penjelasan dari hasil temuan diatas dapat kita analisis kebenarannya
sesuai dengan teori bahwa Al-Qur’an memberikan petunjuk serta aplikasi dari kecerdasan emosi dan spiritual yang sangat sesuai dengan suara hati.
Bahkan Tuhan menjelaskan secara rinci apa saja sumber-sumber suara hati tersebut, dan contoh-contoh nyata pelaksanaannya. Dalam Al-Qur’an, kecerdasan emosi ini kemudian dinamakan “Akhlakul Karimah”. Al -Qur’an juga memberikan petunjuk bagaimana mencapai keberhasilan,
berikut pola pelatihannya. Selain itu, Al-Qur’an meberikan langkah -langkah upaya penyempurnaan, pembangunan hati serta pikiran secara terus-menerus beserta langkah-langkah pelatihan baik mental maupun pikiran, bahkan fisik.3
Di SMK Islam 1 Durenan Trenggalek, kegiatan keagamaan bisa terlaksana dengan baik berkat peranan dari semua pihak. Selain dari guru
PAI, guru-guru yang lain juga sangat berperan aktif dalam setiap kegiatan
3 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
religius yang dilaksanakan di SMK Islam 1 Durenan Trenggalek. Dari guru kelas jam pertama yang selalu mendampingi siswa dalam kegiatan
membaca Al-Qur’an, petugas pagi yang juga selalu mengingatkan dalam pengambilan Al-Qur’an dan absennya diperpustakaan, Kepala sekolah, WAKA, dan semua warga sekolah ikut membantu terlaksananya kegiatan keagamaan di SMK Islam 1 Durenan tersebut. Hal ini didukung oleh M.Arifin dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, guru adalah orang
yang membimbing, mengarahkan, dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya,
sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya nilai-nilai agama islam.4 Di SMK Islam 1 Durenan hambatan yang dirasakan oleh guru PAI
dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa melalui kegiatan religius membaca Al-Qur’an yang pertama yaitu terdapat di dalam latar belakang siswa SMK Islam 1 Durenan, yang sebagian diantara mereka
yaitu berasal dari SMP Negeri yang ada beberapa anak memang ada yang belum bisa mengaji, dengan demikian guru harus menyempatkan waktu
memanggil mereka kedepan dan mengajarinya secara khusus. Selain itu setiap ada pertemuan wali murid, kepala sekolah selalu menghimbau kepada orang tua untuk memberikan pelajaran non formal bagi putra putri
mereka yang belum lancar dalam mengaji.
Karena sesuai dengan tugas dan tanggung jawab Guru Pendidikan
Agama Islam. Menurut Al-Ghazali. tugas pendidik yang utama adalah
menyempurnakan, membersihkan, mensucikan serta membawa hati manusia untuk mendekatkan diri (taqarrup) kepada Alloh SWT. Hal
tersebut karena tujuan pendidikan agam islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri kepadaNya. Jika pendidikan belum mampu
membiasakan diri dalam kepribadian peserta didiknya, maka ia mengalami kegagalan dalam tugasnya sekalipun peserta didiknya memiliki prestai akademis yang luar biasa. Hal itu mengandung arti keterkaitan antara
prestasi dan amal sholeh.5
Hambatan yang kedua yaitu siswa yang terlambat datang, siswa putri
yang sedang berhalangan, selain itu juga jarak kelas dengan perpustakaan yang lumayan jauh dan memakan waktu. Karena guru tidak ingin
mengurangi jam pelajaran siswa dan sebaik mungkin kegiatan lokal ini dilaksanakan diluar jam kurikulum belajar mengajar.
B. Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa
Melalui Kegiatan Shalat Dhuha di SMK Islam 1 Durenan.
Berdasarkan hasil wawancara narasumber terkait pelaksanaan kegiatan shalat dhuha sebagai upaya guru PAI dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa di SMK Islam 1 Durenan, dalam
pelaksanaannya, sholat dhuha wajib diikuti oleh seluruh kelas XI dan XII . Sholat dhuha dilaksanakan pada pukul 07.00 sebelum proses belajar
mengajar dimulai. Shalat dhuha dilaksanakan berjamaah 4 rakaat dan
diimami oleh guru PAI secara bergantian. Pelaksanaan sholat dhuha yang dilaksanakan di SMK Islam 1 Durenan sesuai yang dijelaskan dalam teori
bahwa shalat dhuha yaitu shalat sunnat dua raka’at atau lebih, sebanyak -banyaknya dua belas raka’at, ketika waktu dhuha yaitu naik matahari
setinggi tombak sampai tergelincir matahari.6
Bagi kelas X pelaksanaan shalat dhuha masih dalam tahap pembelajaran di dalam kelas masing-masing. Di bimbing oleh guru agama
mulai dari pengertian sholat dhuha, niat, doa-doanya, tujuan hingga manfaat dari sholat dhuha. Dalam penjelasannya Guru disebut juga orang
dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat
kedewasaan, maupun berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Alloh SWT. Diamping itu juga, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.7
Di SMK Islam 1 Durenan Guru PAI selalu mendampingi siswa dalam melaksanakan sholat dhuha, menegur siswa yang tidak melaksanakan
sholat dhuha, mengimami siswa secara bergantian, dan memberikan ceramah agar siswa mengetahui bahwa sholat dhuha memiliki banyak manfaat dan keberkahan. Selain bermanfaat bagi sekolah atau kecerdasan
mereka, melaksanakan shalat dhuha sangat banyak memberikan kelancarkan rezeki bagi mereka atau orang tuanya. Guru juga memberikan
sanksi yang tegas bagi siswa yang tidak hadir dalam pelaksanaan sholat
6 Ibid.., hal. 147
7 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada
dhuha. Hal ini didukung oleh Zakiyah Daradjat dalam bukunya Ilmu
Pendidikan Islam, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup.8
Dalam pelaksanaan kegitan sholat dhuha, guru juga mendapatkan
beberapa hambatan seperti mushola yang belum memadai untuk menampung semua siswa kelas XI dan XII dalam satu ruangan. Sehingga
dalam pelaksanaanya guru harus membaginya dalam 2 gelombang yang pertama untuk siswa putri dan gelombang ke dua untuk siswa laki-laki.
Hamabatan selanjutnya datang karena kehadiran siswa yang sering terlambat karena jarak tempuh antara rumah ke sekolah yang cukup jauh. Kedatangan siswa sangat berpengaruh sekali terhadap pelaksanaan
kegiatan religius ini. Dengan demikian guru wajib memberikan sanksi bagi siswa yang tidak hadir dalam pelaksnaan sholat dhuha, dengan
mengosongkan absen jam pertama, hingga pemanggilan orang tua jika mereka sudah terlalu banyak absen.
Karena bagi seorang siswa, shalat dhuha memotivasi untuk
menjadikan sekolah sebagai lahan menuai prestasi. Hubungan dengan orangtua, guru, dan tetangga juga akan harmonis. Bahkan, yang paling
utama, perasaan kita akan terjaga dari keputusasaan karena Tuhan selalu
melindungi. Hidup pun akan senantiasa dihiasi dengan sikap optimistis dan percaya diri. Dalam bahasa lain, shalat Dhuha dapat memompa
semangat hidup karena ada energi luar biasa di dalamnya. Energi tersebut dapat membuat kita lebih percaya diri, optimistis, kuat, kukuh, teguh, dan
berani mengambil keputusan demi kesuksesan.9
9