• Tidak ada hasil yang ditemukan

keaktifan kader posyandu dengan keteramp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "keaktifan kader posyandu dengan keteramp"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

KEAKTIFAN KADER POSYANDU DENGAN KETERAMPILAN KADER DALAM

PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS

DLINGO I KABUPATEN BANTUL PROPINSI D.I YOGYAKARTA

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Gizi

Diajukan Oleh:

Harfi Gatra Wicaksono

NIM: P07131112066

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA

(2)
(3)

INTISARI

Keaktifan Kader Posyandu dengan Keterampilan Kader dalam Penimbangan Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Dlingo I Kabupaten Bantul Propinsi D.I

Yogyakarta

Harfi Gatra Wicaksono1, Herawati2, Th. Ninuk Sri Hartini2

1)harfi.gatra@yahoo.com, Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jl. Tata Bumi No.3, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55293

2)Dosen Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Posyandu adalah salah satu kegiatan UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga).Posyandu diselenggarakan dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat.Salah satu tugas kader adalah melakukan penimbangan balita. Keterampilan kader dalam penimbangan balita penting karena jika kader posyandu kurang terampil dalam penimbangan akan berdampak pada kesalahan dalam menginterpretsikan hasil penimbangan. Tujuan penelitian untuk mengetahui keaktifan kader posyandu dan keterampilan kader dalam penimbangan balita di posyandu. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain crosssectional. Penelitian ini dilakukan dillakukan di 3 desa yang terdiri dari 29 posyandu di wilayah kerja Puskesmas Dlingo I. Subyek penelitian adalah kader posyandu yang bertugas di meja 2 (penimbangan) sejumlah 30 orang. Variabel penelitian ini adalah keaktifan kader dan keterampilan kader.Keterampilan kader dalam menimbangan balita diteliti dengan pengamatan sebanyak 5 kali penimbangan.Instrumen yang digunakan adalah checklist ketrerampilan dalam penimbangan.Untuk menguji hipotesis penelitiandigunkan uji chi square.Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 80% termasuk kader aktif dan 20% termasuk kader tidak aktif. Sedangkan kader posyandu terampil sebanyak 73,3% dan kader posyandu tidak terampil sebanyak 26,7%. Kesalahan yang paling banyak dilakukan dalam penimbangan adalah langkah 5 dan langkah 9.Ada hubungan yang signifikan antara keaktifan kader posyandu dengan keterampilan kader dalam penimbangan balita.Kesimpulanada hubungan yang signifikan antara keaktifan kader posyandu dengan keterampilan kader dalam penimbangan balita.

(4)

ABSTRACT

Cadres Active`And Toddler Weighing skill of cadre At Posyandu In the work area of Puskesmas Dlingo I Bantul Regency D.I Yogyakarta

Harfi Gatra Wicaksono1, Herawati2, Th. Ninuk Sri Hartini2

1) harfi.gatra@yahoo.com, Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jl. Tata Bumi No.3, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55293

2)Dosen Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Posyandu is one of UPGK activities (Improvement of nutrition and family).Posyandu is held from, by and for society. One of the duty of posyandu cadre is to conduct toddler weighing. Weighing skill of posyandu cadre is important thing because unskilled weighing will impact to the mistake to result interpretation. This study aim to know the liveliness and toddler weighing skill of posyandu cadre. The type of research is an observational study with a cross-sectional design. This research was conducted in 3 villages that consisted of 29 posyandu in the work area of Puskesmas Dlingo I. The subject of this study is the posyandu cadre who have duty on second table (weighing section). The variables of this research are liveliness cadre and toddler weighing. The toddler weighing skill of posyandu cadre were observed 5 times. To test the hypothesis of the study, the chi square that was used. Based on the study as many as 80% of posyandu cadre categories as active cadre and 20% as unactive cadre. Meanwhile, as many as 73,3% of posyandu cadre categoriesed as skilful cadre and 26,7 as unskillful cadre. The step that usually mistaken on toddler weighing are step five and nine. The Conclusion is there is a significant relationship between cadres livelinessnd toddler weighing skill of posyandu cadre.

(5)

A. PENDAHULUAN

Posyandu adalah pelayanan dalam bentuk kesehatan yang diselenggarakan dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat1.Upaya dalam mencapai tujuan program penanggulangan perbaikan gizi masyarakat tersebut dengan melalui peningkatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dimana salah satu kegiatannya adalah pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu2.

Pelaksanaan posyandu dilakukan oleh kader posyandu. Di dalam melakukan kegiatan di posyandu setiap kader harus memiliki katrampilan dalam melakukan pemantauan pertumbuhan balita2. Salah satu keterampilan kader posyandu adalah menimbang balita dengan menggunakan dacin.Terdapat sembilan langkah penimbangan yang harus dilakukan2.

Jumlah seluruh kader Posyandu yang ada di wilyah kerja Puskesmas Dlingo I berjumlah 202 orang, sedangkan jumlah kader aktif yaitu 174 orang (86,13%) dan jumlah kader tidak aktif sejumlah 28 orang (13,86%). Jumlah kader terlatih yaitu 66 orang (32,67%). Berarti masih ada 136 kader (67,32%) yang belum terlatih. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan petugas gizi Puskesmas Glingo I menyatakan bahwa 45 % kader belum terampil dalam penimbangan.

Masih terdapat kader yang tidak melakukan prosedur 9 langkah penimbangan sesuai urutan saat balita ditimbang. Kader yang tidak terlatih berdampak pada kurang terampilnya kader dalam melaksanakan penimbangan sehingga kader salah dalam menginterpretasikan hasil penimbangan3.

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini observasional, dengan desain crosssectionalyang mengkaji hubungan keaktifan kader posyandu dengan keterampilan kader dalam penimbangan balita di posyandu wilayah kerja Puskesmas Dlingo I.

penelitianini dilakukan di seluruh posyandu di wilayah kerja Puskesmas Dlingo IBantul Yogyakarta pada bulan Mei - Juni tahun 2015.

Subjek dalam penelitian ini adalah semua kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Dlingo I dengan kriteria inklusi: merupakan kader yang bertugas di meja 2, kader yang menimbang memakai dacin, bersedia menjadi responden dengan mengisi informed consent yang berjumlah 30 kader posyandu.

Penelitian ini terdapat 2 variabel yang diteliti yaitu variabel bebas dan terikat.Variabel bebas yaitu keaktifan kader posyandu dan variabel terikat yaitu keterampilan akder dalam penimbangan balita.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi Identitas responden (nama kader, umur kader, pendidikan terakhir kader, lama menjadi kader, pekerjaan selain kader dan jumlah pelatihan yang pernah diikuti) dan data keterampilan kader. Data skunder yang dukumpulkan meliputi data kehadiran kader selama satu tahun terakhir dan gambaran umum Puskesmas Dlingo I.

(6)

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keaktifan Kader Posyadu

keaktifan kader adalah suatu frekuensi dan keikutsertaan kader dalam melaksankan kegiatan posyandu secara rutin setiap bulan, yaitu bila kader membantu melaksanakan seluruh kegiatan di posyandu lebih dari 8 kali dalam 12 bulan. Kader posyandu dikatakan tidak aktif apabila frekuensi dan keikutsertaan kader dalam melaksankan kegiatan posyandu kurang dari 8 kali dalam 12 bulan4.

Kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Dlingo I dilakukan setiap bulan secara rutin. Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 30 orang kader posyandu yang bertugas di meja 2 bahwa sebagian besar (80%) kader posyandu adalah kader aktif dan sebanyak 20% kader posyandu adalah kader tidak aktif.

Keaktifan kader posyandu dapat diasumsikan bahwa kader kesehatan yang aktif melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya. Tingkat keaktifan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh kader posyandu yang dipengaruhi oleh sikap positif terhadap posyandu5.

Hal yang mempengaruhi keikutsertaan dan keaktifan dalam kegiatan posyandu adalah sikap. Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Menurut Notoatmodjo (2005), Sikap yang positif atau negatif terhadap posyandu serta kedudukannya sebagai kader turut berperan aktif dalam kegiatan posyandu6.Secara rinci keaktifan kader posyandu menurut frekuensi kehadiran kader dilihat pada tabel 2.

Tabel 1. Distribusi Keaktifan Kader Posyandu Menurut Frekuensi Kehadiran Kader

Kehadiran < 8 kali 6 20

Total 30 100

Berdasarkan Tabel 8 diketahui, kader posyandu yang aktif dengan frekuensi kehadiran 8-11 kali dalam kegiatan posyandu selama satu tahun terakhir sejumlah 6 (20%) orang.Kader posyandu dengan frekuensi kehadiran 12 kali dalam kegiatan posyandu selama satu tahun terakhir sejumlah 18 (60%) orang.Kader posyandu yang tidak aktif yaitu dengan frekuensi kehadiran < 8 selama satu tahun terakhir sejumlah 6 (20%) orang.

(7)

di posyandu dan melaksanakan secara terus menerus tugas pokok kader maka akan semakin baik dan terampil kader dalam melaksanakannya7

.

2. Ketrampilan Kader dalam Penimbangan Balita

Keterampilan kader dapat dikategorikan menjadi terampil dan tidak terampil.Keterampilan kader dalam penimbangan balita diperoleh dengan observasi menggunakan checklist sesuai prosedur 9 langkah penimbangan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui dari jumlah 30 kader yang diamati dalam praktik penimbangan balita menggunakan dacin yaitu sebanyak 22 (73,3%) kader posyandu terampil dalam melaksanakan 9 langkah penimbangan balita, sedangkan sisanya yaitu 8 (26,7%) kader posyandu tidak terampil dalam melakukan penimbangan balita yang sesuai dengan prosedur. Secara rinci gambaran keterampilan kader dalam penimbangan balita menggunakan dacin sesuai Standar Operational Procedure (SOP) secara rinci disajikan pada tabel 3.

Tabel 2. Hasil Penilaian Keterampilan Kader Sesuai Standar Operational Procedure (SOP) Penimbangan Balita

No Keterampilan penimbangan sesuai SOP Ya Tidak Total

n % n %

1. Dacin digantungkan pada pelana rumah atau penyangga kaki tiga

30 100 0 0 100

2. Dacin diperiksa kembali sudah tergantung kuat (dengan menarik kuat-kuat dacin ke arah bawah)

23 76,7 7 23,3 100

3. Sebelum dacin digunakan bandul diletakkan di angka nol

23 76,7 7 23,3 100

4. Sarung timbang atau celana timbang atau kotak timbang dipasang pada dacin

6. Anak ditimbang, timbangan diseimbangkan sampai jarum tegak lurus

25 83,3 5 16,7 100

7. Berat badan anak ditentukan dengan membaca angka diujung bandul geser

27 90 3 10 100

8. Hasil penimbangan dicatat diatas kertas 30 100 0 0 100 9. Bandul geser diletakkan kembali ke angka nol

kemudian ujung batang dacin dimasukkan ke tali pengaman, setelah itu baru anak diturunkan

22 73,3 8 26,7 100

(8)

3. Keterampilan Kader Menurut Karakteristik

Karakteristik kader posyandu yang diteliti secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.

(9)

penimbangan yaitu pada usia >40 tahun. Kader posyandu yang tidak terampil dalam penimbangan terbanyak pada usia 20-29 tahun (66,7%). Hal tersebut menunjukkan bahwa kader yang berusia lebih tua (>40 tahun) lebih banyak yang terampil dalam penimbangan balita.

Karakteristik kader posyandu menurut tingkat pendidikan, diketahui 90% kader posyandu terampil dalam penimbangan berpendidikan tamat SLTA – PT (90%).Kader posyandu yang tidak terampil dalam penimbangan balita paling tinggi berpendidikan tamat SD - SLTP (60%).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan kader, maka semakin banyak yang terampil dalam penimbangan balita.

Karakteristik kader menurut pekerjaan, persentase terbanyak kader posyandu terampil dalam penimbangan yaitu kader yang bekerja sebagai petani dan pedagang (75%), sedangkan kader posyandu yang tidak terampil dalam penimbangan balita terbanyak yaitu Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar 27,3%.

Karakteristik kader posyandu menurut lama menjadi kader, persentase terbanyak kader posyandu terampil dalam penimbangan yaitu kader dengan lama masa kerja selama 5 – 10 tahun dan > 10 tahun yaitu masing-masing 100% dan 77,8%, sedangkan kader posyandu yang tidak terampil dalam penimbangan balita terbanyak yaitu kader dengan masa kerja < 5 tahun (100%). Hal tersebut menunjukkan bahwa kader yang lama masa kerja selama > 10 tahun lebih banyak yang terampil dalam penimbangan balita.

Kader posyandu menurut pelatihan/refreshing, diketahui sebanyak 78,9% kader posyandu yang terampil dalam penimbangan balita pernah mengikuti pelatihan/refreshing yang diselenggarakan oleh Puskesmas Dlingo I, sedangkan 100% kader posyandu yang tidak terampil dalam penimbangan balita menyatakan tidak pernah mengikuti pelatihan/refreshing.

Frekuensi pelatihan/refreshing yang pernah diikuti oleh kader posyandu selama satu tahun terakhir diketahui persentase terbanyak kader posyandu yang terampil dalam penimbangan balita pernah mengikuti pelatihan/refreshing 5-10 kali dan >10 kali yaitu masing-masing 100% dan 87,5%, kader posyandu yang tidak terampil dalam penimbangan balita diketahui terbanyak belum pernah mengikuti pelatihan sebesar 100%.

4. Hubungan Keaktifan Kader Posyandu dengan Keterampilan Kader Hubungan antara keaktifan kader posyandu dengen keterampilan kader dapat dilihat pada tabel 4.

(10)

Berdasarkan tabel 10 diketahui dari semua kader posyandu yang terampil dalam penimbangan (73,3%), lebih banyak kader yang aktif yaitu 66,7% dan dari semua kader yang tidak terampil dalam penimbangan (26,7%) juga lebih banyak dari kader yang aktif yaitu 13,7%.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis chi squaredengan hasil koreksi Fisher’s exact testdiketahui ada hubungan yang signifikan antara keaktifan kader posyandu dengan keterampilan kader dalam penimbangan (p<0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Munfarida (2012) yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi keterampilan kader adalah keaktifan kader. Beradasarkan hasil uji statistik yang dilakukan menyatakan ada hubungan yang signifikan antara keterampilan kader dan keaktifan (p=0,021)8

.

Keaktifan merupakan suatu tindakan dan perilaku yang bisa dilihat dari ketaraturan dan keterlibatan seseorang untuk aktif dalam kegiatan.Keaktifan kader posyandu merupakan suatu perilaku nyata yang bisa dilihat dari keseringan dan keterlibatan seseorang dalam berbagai kegiatan posyandu baik kagiatan di dalam posyandu maupun kegiatan diluar posyandu9

.

Keaktifan kader kesehatan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu kesiapan, kemampuan, keikutsertaan atau kehadiranserta kedisiplinan kader melaksanakan sistem lima meja posyandu. Indikator keikutsertaan atau kehadiran kader kesehatan dalam pelaksanaan sistem lima mejaposyandu dapat dilihat dari keikutsertaan kader kesehatan ditiap-tiap meja posyandudari awal kegiatan sampai pelayanan pada ditiap-tiap-ditiap-tiap meja tersebut usai. Indikatoryang terakhir yaitu kedisiplinan kader kesehatan, misalnya ketepatan para kader kesehatan memulai kegiatan posyandu dan menutup posyandu setelah semua pelayanan selesai dilaksanakan10

.

Keterampilan merupakan kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat11, keterampilan merupakan faktor penunjang dalam meningkatkan kinerja seseorang pekerja. Semakin tinggi tingkat keterampilan seseorang pekerja maka akan dapat meningkatkan kinerjanya. Keterampilan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh sikap seseorang. Sikap kader terhadap kegiatannya dalam posyandu terutama kegiatan gizi akan menentukan apakah ia akan berperan aktif.Sikap kader ini dipengaruhi oleh pemahaman, keyakinan dan kecenderungannya terhadap posyandu.Sebagian besar kader yang diteliti menganggap bahwa posyandu merupakan kegiatan yang bermanfaat untuk masyarakat.Oleh karena itu, tidak sedikit kader yang berpartisipasi aktif dalam setiap kali hari buka posyandu.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Sebanyak 24 (80%) orang termasuk kader aktif dalam kegiatan penimbangan di posyandu di posyandu wilayah kerja Puskesmas Dlingo I. b. Sebanyak 22 (73,3%) kader posyandu terampil dalam penimbangan balita. c. Kader posyandu melakukan kesalahan penimbangan balita paling tinggi

(11)

d. Ada hubungan yang signifikan antara keaktifan kader posyandu dengan keterampilan kader dalam penimbangan balita (p=0,029).

2. Saran

a. Bagi Kader Posyandu

Dalam meningkatkan keaktifan dan partisipasi kader posyandu dalam kegiatan posyandu sebaiknya dalam persyaratan menjadi kader perlu mempertimbangkan pekerjaan selain kader sehingga tidak mengganggu pelaksanaan hari buka posyandu.

Dalam meningkatkan keterampilan penimbangan perlunya dukungan dari berbagai pihak terutama kader yang telah terampil untuk memberikan kesempatan kepada kader yang belum terampil dalam penimbangan balita untuk mengikuti pelatihan kader secara rutin, khususnya kader yang berusia muda (20 - 29 tahun), kader yang berpendidikan rendah (tamat SD – SLTP), Kader dengan masa kerja <5 tahun dan kader yang belum pernah mengikuti pelatihan/refresihing.

b. Bagi Puskesmas Dlingo I

Diharapkan dapat meningkatkan frekuensi pelaksanaan pelatihan kader secara merata dan lebih mengutamakan pelatihan mengenai tahapan menimbang balita sesuai dengan prosedur yang benar.

Pelatihan yang diprioritaskan bagi kader yang belum terampil dalam penimbangan balita, khususnya kader kader yang berusia muda (20 - 29 tahun), kader yang berpendidikan rendah (tamat SD – SLTP), Kader dengan masa kerja <5 tahun dan kader yang belum pernah mengikuti pelatihan/refresihing.

Materi pelatihan disesuaikan dengan tingkat pendidikan kader.Bagi kader yang berpendidikan rendah, maka pelatihan dilaksankan dengan praktik penimbangan langsung agar informasi pelatihan dapat diterima dengan mudah oleh kader posyandu.

c. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

Sebagai fasilitator diharapkan dapat mempertimbangkan untuk memberikan intensif berupa seragam kerja, pengganti biaya transport kader, lencana kader dan kelengkapan peralatan operasionalisasi posyandu.Selain itu perlunya pemberian penghargaan kepada kader yang benar-benar berprestasi, terutama tentang keaktifan kader dalam melakukan kegiatan posyandu.

E. DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Umum Pelayanan Posyandu.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006.

2. Kementerian Kesehatan RI. Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar Gizi.Jakarta : Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 2011.

3. Puskesmas Dlingo 1. Profil Kesehatan Puskesmas Dlingo 1 Tahun2013. Gunungkidul : Puskesmas Dlingo 1. 2013.

(12)

Sragen. Surakarta: Karya Tulis Ilmiah Jurusan Kebinanan FK UNS. Diunduh tanggal 10 November 2014 dari http://www.eprints.uns.ac.id. 2010.

6. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. 2005.

7. Rosphita, A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keterampilan Kader dalam Menginterpretasikan Hasil Penimbangan (N dan T) dalam KMS di Puskesmas Baumata Kabupaten Kupang. Skripsi Program Studi S-1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2007.

8. Munfarida, Siti. Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu. Surabaya: Perpustakaan Universitas Airlangga. 2012.

9. Heningtyas, Fitrianingrum. Hubungan Tingkat Keaktifan Kader dan Tingkat Pengetahuan dengan Keterampilan dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Suwawal Timur Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara. Diakses tanggal 12 Juni 2105. http:// digilib Unimus.ac.id. 2010.

10. Yulifah, R., & Yuswanto, T.A. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika. 2009. Hal : 143-54.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Keaktifan Kader Posyandu Menurut FrekuensiKehadiran Kader
Tabel 2. Hasil Penilaian Keterampilan Kader Sesuai Standar OperationalProcedure (SOP) Penimbangan Balita
Tabel 3.Keterampilan Kader Menurut Karakteristik

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan debit bulanan ini bertujuan untuk mendapatkan taksiran besarnya debit andalan sungai, yaitu banyaknya air yang tersedia yang diperkirakan terus-menerus ada dalam

'en.aga pola makan pasien dengan die rendah kar-ohidra&amp; sera menghindari konsumsi makanan mengandung '* sudah dapa men9egah aau mengurangi

Catatan: Jika irisan sejajar dengan sumbu x maka tinggi irisan adalah kurva yang terletak disebelah kanan dikurangi kurva yang terletak disebelah kiri.. Jika batas kanan dan

Responden pada kelompok usia dewasa tengah, pernah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan, dan masa kerja lebih lama (&gt; 10 tahun) memiliki tingkat pengetahuan

Yang menjadi latar belakang timbulnya tanggung jawab negara dalam hukum internasional adalah tidak ada negara yang dapat menikmati hak-haknya tanpa menghormati hak- hak

Jumlah pampasan yang perlu dibayar di bawah Sijil ini berkenaan dengan mana-mana satu atau lebih Kemalangan ke atas Peserta semuanya tidak boleh melebihi jumlah terbesar

Terlihat pada gambar adanya folikel primer yang normal dengan satu lapis sel kubus yang mengelilingi oosit, tampak adanya inti sel dengan posisi sentris, membran basal tampak

Berdasarkan uraian di atas dapat kita ketahui bahwa perlindungan konsumen adalah suatu cara atau perbuatan hukum untuk melindungi kepentingan konsumen dari suatu perbuatan