• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANAMAN NILAI NILAI KEWIRAUSAHAAN Stud

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENANAMAN NILAI NILAI KEWIRAUSAHAAN Stud"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENANAMAN NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN (Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri Model Kota Malang)

Waluyo Satrio Adji

Program Studi PGMI, Pascasarjana, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang waluyo.satrio.adji@gmail.com

ABSTRACT

Values are embedded in the golden age will shape the character according to the embedded value. Planning learning on the subjects of Social Sciences about planting entrepreneurial values essential to recognize by the teacher, so that the entrepreneurial character can be created as early as possible. This study aims to (1) determine the values of entrepreneurship is embedded in SD Negeri Malang Model, (2) how to settle them in the Model SD Negeri Malang. This study used a qualitative approach various case studies. Methods of data collection using observation,

interviews, and documentation. Data were analyzed using data reduction, data presentation, and conclusion. Implementing research in SD Negeri Malang Model, because the mission is to make entrepreneurship in schools as a cornerstone of learning, adequate infrastructure, and the

achievement of students who achieved both nationally and internationally. The survey results revealed that, (1) the values of entrepreneurship that have been invested in SD Negeri Model Malang is: the value of independent, creative value, value orientation on performance, the value of risk-taking, leadership values, values of hard work, and the value of honest, (2) planting the values of entrepreneurship by integrating the values of entrepreneurship into every subject, extracurricular, self-development and local content.

Keywords: entrepreneurial values, social sciences

ABSTRAK

Nilai yang ditanamkan pada usia emas anak akan membentuk karakter sesuai dengan nilai yang ditanamkan. Perencanaan pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang penanaman nilai-nilai kewirausahaan penting untuk disadari oleh guru, sehingga karakter wirausaha dapat diciptakan sedini mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui nilai-nilai kewirausahaan yang ditanamkan di SD Negeri Model Kota Malang, (2) cara menanamkannya di SD Negeri Model Kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berjenis studi kasus. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pelaksanakan penelitian di SD Negeri Model Kota Malang, dikarenakan dalam misi di sekolah yaitu menjadikan kewirausahaan sebagai soko guru dalam pembelajaran, sarana dan prasarana yang memadai, dan prestasi siswa yang diraih baik nasional maupun internasional. Hasil penelitian diketahui bahwa, (1) nilai-nilai kewirausahaan yang telah ditanamkan di SD Negeri Model Kota Malang adalah: nilai mandiri, nilai kreatif, nilai orientasi pada prestasi, nilai berani mengambil resiko, nilai kepemimpinan, nilai kerja keras, dan nilai jujur, (2) cara penanaman nilai-nilai kewirausahaan melalui pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan kedalam setiap mata pelajaran, ekstrakurikuler, pengembangan diri, dan muatan lokal.

(2)

80

PENDAHULUAN

Peraturan Pemerintah No.28/1990 tentang Pendidikan Dasar pasal 25 ayat 1 menegaskan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dapat diartikan bahwa guru sebaiknya mampu memberikan kemudahan kepada anak didik dan orang tua, untuk mengenal lingkungannya dengan baik, termasuk pula lingkungan di luar sekolah. Anak didik mampu merencanakan masa depannya mengandung makna bahwa guru diharapkan mampu membantu siswa mengenal berbagai macam pekerjaan dan pendidikan yang ada di lingkungannya, serta mengembangkan cita-cita anak didik sesuai dengan pengenalan siswa akan berbagai macam pekerjaan.

Sekolah dalam konteks sosial berfungsi untuk mempersiapkan manusia agar mendapat pekerjaan. Anak yang telah lulus sekolah diharapkan berkompeten dalam bekerja sesuai dengan bidang yang telah dipelajari ilmunya di sekolah. Minimal mampu untuk memperoleh penghasilan. Secara sederhana bisa dibilang, semakin tinggi pendidikannya akan semakin mudah pula ia memperoleh pekerjaan. Analisis logisnya, jika semakin lama seorang belajar di sekolah akan semakin banyak kompetensi yang dikuasainya. Skill, pengetahuan semakin dalam, wawasannya semakin luas, keterampilannya semakin ahli, dan sikapnya semakin baik, sehingga akan mudah mendapatkan pekerjaan dan memiliki kontribusi riil di tengah masyarakat (Barnawi & Arifin, 2012).

Waktu terus berjalan diiringi dengan perkembangan zaman, Persaingan sudah semakin terbuka dan tantangan menjadi semakin berat. Sumber daya manusia dan sumber daya alam antar negara sedang bergerak untuk menunjukkan keunggulannya masing-masing. Negara yang mempunyai sumber daya yang unggul akan mampu berdiri dan mengalahkan yang lain.

Sebaliknya, negara-negara yang belum mampu mengolah sumber daya yang ada di negaranya secara tidak langsung akan tergerus, tersingkir dan bahkan tergilas. Suryana berpendapat bahwa negara-negara yang mempunyai kemampuan bersaing adalah negara-negara yang dapat mengolah sumber daya ekonomi dan sumber daya manusianya secara riil. Sumber-sumber daya ekonomi dapat diolah secara maksimal jika manusia mempunyai kemampuan komparatif dan kompetitif diikuti keterampilan kreatif dan inovatif dalam meningkatkan nilai tambah (Barnawi & Arifin, 2012).

Sumber daya manusia di Indonesia dihadapkan tantangan persaingan global. Tantangan seperti pertumbuhan penduduk, pengangguran, tanggung jawab sosial, keanekaragaman ketenagakerjaan, etika, kemajuan IPTEK, dan gaya hidup beserta kecenderungannya. Tantangan tesebut mendorong untuk mengevolusi sumber daya manusia. Realita di masyarakat, lulusan pendidikan belum mampu mengisi lowongan pekerjaan dikarenakan ketidakselarasan antara kompetensi yang dimiliki dengan kebutuhan dunia kerja. Selain itu, peran pemerintah dalam menyerap lulusan di dunia pendidikan jumlahnya sangat terbatas yang berakibat jumlah pengangguran terdidik meningkat setiap tahunnya (Barnawi & Arifin, 2012).

(3)

81 2,14%, Fakta Indonesia dengan jumlah

penduduknya kurang lebih sebesar 220 juta, jumlah wirausahanya sebanyak 400.000 orang atau 0,18%, yang seharusnya sebesar 4.400.000 orang. Secara hitungan matematis jumlah wirausaha di Indonesia kurang 4 Juta orang.(Pusat Kurikulum Balitbang, 2010).

Menyikapi hal tersebut, orang tua dan guru dalam mendidik anak di zaman sekarang tidak bisa disamakan dengan mendidik anak zaman dahulu. Dibutuhkan kreativitas dan inovatif dalam mendidik anak di zaman sekarang. Pada usia emas yang memiliki potensi yang luar biasa terutama kinerja otaknya, anak-anak harus diajarkan spirit entrepreneur sejak dini, agar di masa depan generasi tersebut tidak lagi menjadi bangsa kuli, tetapi menjadi bangsa bos (Nurseto, 2010).

Dukungan orang tua merupakan hal terpenting dalam penanaman nilai-nilai kewirausahaan. Diperlukan stimulus dari orang tua dalam mendidik anak untuk membangunkan potensi yang dimiliki anak-anak. Mindset dalam mendidik anak dari mental menjadi pegawai harus diubah ke mental menjadi juragan atau orang yang membuka lapangan kerja. Untuk itu, sebagai orang tua harus mengarahkan dan mendukung kegiatan yang dilakukan anak agar memiliki jiwa entrepreneur (Nurseto, 2010).

Dukungan orang tua kepada anaknya bisa berupa memberikan modal kepada anak untuk meng-creat benda sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang bernilai jual, selain modal support adalah memberikan bentuk motivasi. Motivasi bisa berupa ucapan selamat ketika anak berprestasi atau berhasil dalam melaksanakan kegiatan jual beli, si anak mendapat keuntungan. Dorongan lain dengan memberikan semangat pantang menyerah dengan mengajarkan analisa kenapa rugi, jika si anak mengalami kerugian, begitu sebaliknya. Support yang seperti ini sangat membantu si anak karena dengan support anak akan semakin semangat manakala ia mengalami keuntungan dari

usahanya dan tidak patah semangat jika mengalami kerugian. Robert Kiyosaki dalam bukunya Rich Dad, Poor Dad memberikan pola dalam mendidik dari dua orang tuanya ayah kaya (ayah angkatnya) dan ayah miskin (ayah kandung). Inti penggambaran Pola didik oleh Robert Kiyosaki adalah apakah kita orang tua memberikan contoh nyata kepada anak tentang rahasia-rahasia hidup sukses ataukah kita orang tua hanya memberikan kepada anak, hidup sebagai orang biasa seperti ikut arus air atau hanya sebagai penumpang (Barnawi & Arifin, 2012).

Di samping orang tua, guru memegang peranan yang sangat penting dalam mendidik atau menanamkan mindset anak untuk menjadi seorang entrepreneur. Hal ini dikarenakan sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah dan anak percaya dengan apapun yang diucapkan oleh gurunya. Guru harusnya menanamkan dan mengembangkan jiwa entrepreneurship ke anak sejak dini. Guru dalam mengajar harus bisa mengaitkan apa yang diajarkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan entrepreneurship seperti keberanian mengambil resiko, kejujuran, kedisiplinan, dll. Entrepreneurship diperlukan oleh anak karena jika ini diberikan oleh guru secara continue secara tidak langsung dalam otak akan tertanam mindset tentang entrepreneurship. Mindset tersebut mejadikan anak ketika tumbuh dewasa akan terbiasa dengan hal berbau entrepreneurship (Barnawi & Arifin, 2012).

(4)

82

dari Kemenrin, di negara Inggris siswa kelas 5 SD di Inggris sudah dikenalkan bagaimana cara membuat kerajinan tangan dari keramik. Ketika sudah dibuat, hasil karya para siswa itu dijual melalui bazar. Cara semacam itu, kata dia, cukup efektif diterapkan di Indonesia karena masih kekurangan pengusaha (Republika, 2013).

Sekolah dan orang tua merupakan faktor sukses dari program entrepreneurship sejak dini. Sekolah sebagai tempat bagi anak mendapatkan ilmu dan mengaplikasikan ilmunya dan orangtua sebagai motivator bagi anak. Apabila bisa diwujudkan pada sekolah– sekolah di Indonesia maka generasi yang diidamkan yaitu generasi entrepreneur tidak akan kekurangan (Nurseto, 2010).

Data dari hasil studi cepat tentang pendidikan kewirausahaan pada pendidikan dasar dan menengah yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan (27 Mei 2010) diperoleh informasi bahwa pendidikan kewirausahaan mampu menghasilkan persepsi positif akan profesi sebagai wirausaha. Fakta ini merata ditemukan baik di tingkat sekolah dasar, menengah pertama, maupun menengah atas, bahwa peserta didik di sekolah yang memberikan pendidikan kewirausahaan menunjukkan persepsi yang positif akan profesi wirausaha. Persepsi positif tersebut akan memberi dampak yang sangat berarti bagi usaha penciptaan dan pengembangan wirausaha maupun usaha-usaha baru yang sangat diperlukan bagi kemajuan Indonesia (Isdisusilo, 2012).

Memperhatikan betapa pentingnya kewirausahaan dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran suatu negara, maka menurut Isdisusilo (2012), nilai-nilai kewirausahaan penting untuk ditanamkan dalam pendidikan. Program kewirausahaan dalam pendidikan dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

1. Menanamkan pendidikan kewirausahaan ke dalam semua mata pelajaran, bahan ajar, ekstrakurikuler, dan kegiatan pengembangan diri

2. Mengembangkan kurikulum pendidikan yang memberikan muatan pendidikan

kewirausahaan yang mampu meningkatkan pemahaman tentang kewirausahaan, menumbuhkan karakter dan keterampilan berwirausaha

3. Menumbuhkan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah

Dengan demikian, penerapan program pendidikan kewirausahaan tidak diajarkan pada mata pelajaran khusus. Akan tetapi cara pengajarannya adalah terintegrasi dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan pengembangan diri.

Menanggapi hal tersebut, SD Negeri Model melalui misinya telah merealisasikan dan menanamkan kewirausahaan sebagai soko guru pembelajaran siswa di sekolah. Penanaman nilai-nilai kewirausahaan di SD Negeri Model dilaksanakan dengan cara mengintegrasikannya ke dalam kegiatan ekstrakurikuler dan semua mata pelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan staf waka kurikulum, yaitu contoh konkrit integrasi nilai-nilai kewirausahaan dalam kegiatan ekstra di SD Negeri Model Kota Malang adalah kegiatan dalam pembuatan pupuk kompos (komposting). Siswa diajarkan cara mengolah sampah menjadi pupuk organik, ketika sudah terkumpul beberapa pupuk organik, pupuk tersebut dibagikan ke lingkungan sekitar sekolah, daerah Rampal, dan sebagian dijual.

Penanaman nilai-nilai kewirausahaan dalam semua mata pelajaran dilakukan melalui proses pembelajaran dengan penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan dalam semua mata pelajaran sehingga hasilnya diperoleh kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha. Sedangkan penanaman nilai-nilai kewirausahaan dalam kegiatan ekstrakurikuler dilakukan melalui kegiatan pendidikan luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka.

(5)

83 Sekolah Dasar. Penanaman nilai-nilai

kewirausahaan di SD Negeri Model merupakan langkah kongkrit dalam mengantisipasi dan mempersiapkan generasi muda yang mempunyai jiwa wirausaha dalam menghadapi persaingan globalisasi saat ini. Atas dasar itulah, menarik untuk diteliti tentang penanaman nilai kewirausahaan (studi kasus di SD Negeri Model Kota Malang).

METODE PENELITIAN

Penelitian tentang Penanaman nilai-nilai kewirausahaan di SD Model Kota Malang ini menggunakan pendekatan kualitatif, Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case studies). Metode yang digunakan peneliti bertolak pada pertanyaan “How atau Why” Tipe studi kasus dalam penelitian ini adalan deskriptif, dikarenakan penelitian deskriptif sangat baik dipergunakan untuk menggambarkan dan menemukan fenomena kunci seperti kemajuan karir, prestasi dan berbagai realitas yang muncul di SD Negeri Model Kota Malang.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Model Kota Malang di jalan Raya Model, Kecamatan Kedungkandang, Telp. 0341-754090 Malang 65333. SD Negeri Model Kota Malang adalah sekolah Negeri percontohan (model) berskala Nasional yang didirikan berkat dukungan dari Departemen Pendidikan Nasional untuk secara bertahap meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Peneliti memilih sekolah ini sebagai subyek penelitian sebab, 1) jumlah siswa siswi yang bersekolah di SD Negeri Model Kota Malang cukup banyak; 2) berbagai sarana dan prasarana penunjang sudah cukup memadai; 3) Lokasi sekolah yang terletak di komplek pendidikan Internasional Kota Malang; 4) Misi dari sekolah salah satunya adalah menanamkan kewirausahaan berbasis lingkungan sebagai soko guru pembelajaran siswa di sekolah; 2) dalam kegiatan pembelajaran mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan;

3) Budaya sekolah menunjang penanaman nilai-nilai kewirausahaan.

Kehadiran peneliti adalah mutlak. Peneliti melihat langsung kenyataan yang ada di lapangan, selain itu peneliti juga melakukan pengamatan teknik pengamatan partisipan atau peran serta di mana peneliti di mana peneliti ikut serta dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh sumber data penelitian (Wahidmurni, 2008). Dalam proses pengamatan partisipan tersebut peneliti terjun ke lapangan langsung yaitu mengamati langsung penanaman nilai-nilai kewirausahaan di SD Negeri Model Kota Malang. Hal ini dilakukan untuk mencari informasi sebanyak mungkin kemudian diolah dan dijadikan data dalam penelitian.

Data primer penelitian diperoleh dari pengamatan, catatan lapangan, interview diantaranya kepada kepala sekolah, dewan guru, wali kepala bidang kurikulum, staf kurikulum, serta semua pihak yang terkait di SD Negeri Model Kota Malang. Data sekunder penelitian diperoleh dari perencanaan pembelajaran (RPP, Silabus), dokumen pendukung terkait penanaman nilai kewirausahaan. Teknik pengumpulan data diperoleh dari metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Berikut Gambar 1 tentang komponen-komponen data model interaktif dalam penelitin ini

Gambar 1. Konstruktivisme Analisis Data Model Interaktif

(6)

84

penanaman nilai-nilai kewirausahaan di SD yang telah diperoleh; 2) penyajian data dengan cara deskriptif berdasarkan aspek yang diteliti; 3) simpulan/verifikasi berdasarkan pemahaman terhadap data yang telah disajikan dan dibuat dalam pernyataan singkat yang mudah dipahami.

Pengecekan keabsahan data digunakan teknik sebagai berikut:

1) Ketekunan pengamatan, dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung dan terus menerus terhadap objek yang diteliti, seperti proses belajar mengajar di kelas, sarana prasarana pendukung penanaman nilai-nilai kewirausahaan di SD Negeri Model Kota Malang, aktivitas guru, akivitas siswa, kendala pembelajaran dan lain-lain. Peneliti mengadakan observasi terus menerus, sehingga memahami gejala dengan lebih mendalam dan mengetahui aspek yang penting, terfokus dan relevan dengan topik penelitian.

2) Triangulasi, pertama triangulasi degan menggunakan sumber yaitu membandingkan sumber informasi dari kepala sekolah dengan wakil kepala kurikulum, dewan guru, dan informan lain yang berkaitan dengan data tentang penanaman nilai-nilai kewirausahaan di SD Negeri Model Kota Malang. Kedua, triangulasi metode dan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi peneliti kumpulkan kemudian dianalisis. Ketiga, triangulasi data dengan pengecekan yang dibantu oleh teman sejawat, serta pihak-pihak lain yang telah memahami penelitian ini.

3) Kecukupan referensial, data hasil wawancara perlu didukung dengan

adanya rekaman wawancara. Data

tentang proses pembelajaran perlu

didukung oleh foto-foto, video, tape recorder.

Berikut tahap penelitian yang disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Tahap-tahap dalam Penelitian

Tahap Kegiatan

Pra lapangan (orientasi)

Melakukan observasi ke lokasi penelitian, yaitu SD Negeri Model Kota Malang, selanjutnya, peneliti mulai menggali informasi kepada kepala sekolah, dewan guru SD Negeri Model Kota Malang dan

beberapa siswa yang dapat

memberikan beberapa informasi penting terkait rumusan masalah yang diteliti.

Pekerjaan lapangan

Memahami latar penelitian dan

mempersiapkan diri, memasuki

lapangan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan di SD Negeri Model Kota Malang

Analisis data Pengecekan data dengan para informan dan subjek penelitian serta dokumen-dokumen yang ada untuk membuktikan keabsahan data yang diperoleh. Selanjutnya, peneliti melakukan berbagai perbaikan data

yang terkait dengan bahasa,

sistematika penulis maupun

penyederhanaan data agar laporan

ini komunikatif dan dapat

dipertanggungjawabkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Profil SDN Model Kota Malang

Pada tanggal 14 Agustus 2007 Rintisan TK-SD Negeri Bertaraf Internasional Tlogowaru diresmikan oleh Prof. Dr. Bambang Sudibyo yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan Nasional pada Kabinet Indonesia Bersatu. Dengan semangat dari warga sekolah serta dukungan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah sekolah yang sekarang ini dinamakan Rintisan KB-TK-SD Negeri Bertaraf Internasional telah berdiri dan telah memperoleh penghargaan hingga tingkat nasional.

(7)

85 Kota Malang mempunyai tenaga

kependidikan yang handal dalam bidangnya dan tidak diragukan lagi serta berkompeten dalam dunia pendidikan.

Guru dan karyawan yang berdedikasi untuk mengabdikandirinya di SD Negeri Model Kota Malang. Model pendidik dan tenaga kependidikan di SD Negeri Model Kota Malang diseleksi dengan sangat ketat dan profesional oleh Dinas Pendidikan, dengan menguasai Bahasa Inggris aktif bersertifikat TOEFL > 500. Pendidikan minimal strata 1 dan mampu mengajar dengan basic multimedia dan ICT. Dokter sekolah, psikolog dan ahli Gizi yang profesional. Tenaga Administrasi dan Cleaning Service yang handal.

B. Nilai Kewirausahaan yang

Ditanamkan di SD Negeri Model Kota Malang

Pada penelitian ini, peneliti hanya mengkaji sebanyak sembilan nilai, yaitu: (1) nilai mandiri, (2) nilai kreatif, (3) nilai orientasi pada prestasi, (4) nilai berani mengambil resiko, (5) nilai kepemimpinan, dan (6) kerja keras, (7) nilai jujur, (8) disiplin, (9) komunikatif. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai yang dibudayakan di SD Negeri Model Kota Malang.

Data dari hasil wawancara kepada waka kurikulum, menyatakan bahwa SD Negeri Model kota Malang menanamkan nilai mandiri dengan cara mengadakan ulangan setiap minggu dan siswa dilarang mencontek jawaban teman. Apabila ada siswa yang menyontek, maka siswa yang bersangkutan harus mengerjakan ulangan di luar pintu kelas. Pada penanaman nilai mandiri dapat dilihat dari kegiatan siswa kelas V ketika di dalam ujian tengah semester (UTS) terlihat mengerjakan tugasnya secara mandiri, tidak melakukan kecurangan dengan mencontek ketika ujian berlangsung.

Dalam kehidupan, Rasulullah membiasakan anak untuk bersemangat dan mengemban tanggung jawab. Tidak mengapa

anak disuruh mempersiapkan meja makan sendirian. Ia akan menjadi pembantu dan penolong bagi yang lainnya. Daripada anak menjadi pemalas dan beban bagi orang lain. Rasulullah bersabda: “bermain-mainlah dengan anakmu selama seminggu, didiklah ia selama seminggu, temanilah ia selama seminggu pula, setelah itu suruhlah ia

mandiri”. (HR. Bukhari) (Rahmat, 2013).

Nilai kreatif bisa diartikan berpikir dan melakukan hal yang berbeda dari yang sudah ada. Pada Sejarah Islam dapat diketahui nilai kreatif dari Sahabat Rasulullah, Anas bin Malik meriwayatkan, suatu hari ada pengemis dari Anshar datang meminta-minta kepada Rasulullah. Singkat cerita pengemis diberi kapak kemudian timbul ide kreatif dalam pikirannya, kemudian berhasil membawa uang yang cukup hasil dari mencari kayu (Yasin, 2011).

Pada SD Negeri Model Kota Malang dalam menanamkan nilai kreatif salah satunya dengan cara memberikan kebebasan dan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kreatif, kegiatan yang dilakukan ketika diadakan lomba daur ulang sampah. Syarat lomba tidak membatasi kreativitas siswa, hal tersebut dilakukan guna siswa menanamkan nilai kreatif kepada siswa, dengan catatan tidak keluar dari tema yang diberikan.

Nilai orientasi pada hasil merupakan kemampuan seseorang untuk melihat, menyikapi, dan bertindak ke depan dalam hal kejadian yang akan terjadi di masa depan. Dalam bervisi Dalam Islam ditunjukkan pada Al-Qur’an, seorang pemimpin harus mempunyai visi membawa orang-orang yang di pimpinnya ke arah yang lebih baik bisa visi untuk masuk surge (Nurinzaidin, 2013).

(8)

86

tercapai sesuai dengan pandangan siswa tersebut.

Berani mengambil resiko bisa diartikan kemampuan seseorang menyukai tantangan dan berani mengambil resiko. Menurut Jaya Setiabudi, Ciri yang paling menonjol dari seorang pengusaha adalah keberanian, hal tersebut terlihat ketika seseorang mengambil keputusan dan siap dengan resikonya Contohnya ketika meminjam uang di Bank. Keputusan apapun yang kita ambil pasti mengandung resiko yang harus ditanggung.

SD Negeri Model Kota Malang dalam penanaman nilai berani mengambil resiko Nampak pada kegiatan belajar mengajar di kelas, guru memberikan kuis kepada siswa dengan aturan seperti penambahan dan pengurangan poin apabila menjawab benar diberi tambahan poin ketika salah siberi pengurangan. Kuis tersebut membuat anak berani mengambil resiko dalam hal menjawab pertanyaan, untuk memenangkan kuis tersebut siswa harus berani mengambil resiko ketika jawaban yang disampaikan siswa salah.

Kepemimpinan merupakan sikap dan perilaku seseorang yang selalu terbuka terhadap saran dan kritik, mengarahkan orang lain. Allah SWT telah memberi tahu kepada manusia, tentang pentingnya kepemimpinan dalam islam, sebagaimana dalam Al-Quran kita menemukan banyak ayat yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan.

Nilai kepemimpinan di SD Negeri Model Kota Malang ditanamkan dari kegiatan Upacara, dalam hal ini petugas yang berganti secara bergilliran setiap minggunya. Kegiatan tersebut menanamkan nilai kepemimpinan agar siswa yang mendapat tugas sebagai petugas upacara dapat mengkoordinr siswa di kelasnya.

Melihat dari sisi Islam, nilai jujur yang dibudayakan di SD negeri Model Kota Malang merupakan akhlak muslim yang tinggi nilainya. Nilai jujur harus dipegang teguh dalam setiap urusan dan persoalan. Nilai jujur merupakan sarana untuk memperbaiki kinerja seseorang, menghapus

dosa, dan mengantarkan seorang muslim masuk surga.

Dalam sebuah hadis diriiwayatkan, ”Hendaklah kalian berkata jujur, sebab kejujuran itu akan mngantarkan kepada kbaikan. Dan kbaikan itu akan mengantakan ke surga. Dan sseorang masih tetap berlaku juju, dan membiasakan diri dengan kejujuran, hingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur” (Bukhari, Shahih Muslim) (Dawwabah, 2009).

Di antara refleksi makna kejujuran di SD Negeri Model Kota Malang adalah adanya kantin kejujuran salah satu cara mendidik semua warga sekolah untuk berperilaku jujur dalam membeli barang dengan mengambil barang sendiri dan membayar di kotak yang sudah disediakan secara jujur. Cara inilah yang membawa keberkahan di Sisi Allah SWT. Selain itu akan diangkat derajatnya di surga, setingkat dengan para nabi, orang-orang yang jujur, dan para syuhada. Diriwayatkan dari Abi Said al-Khudzriyyi dari Rasulullah bahwa beliau bersabda, “Seorang pedagang yang jujur akan bersama dengan pa ra nabi, orang-orang jujur, dan para syuhada.” (Dawwabah, 2009)

Tindakan yang mencerminkan perilaku tertib dan patuh pada peraturan bisa disebut disiplin. Nilai disiplin di SD Negeri Model Kota Malang ditunjukkan dengan datang dan masuk sekolah. Nilai disiplin terlihat ketika siswa menunggu bus sekolah di daerah sawojajar. Antrian tas sekolah siswa berbaris sesuai dengan yang datang lebih pagi. Ketika bus yang sudah tiba siswa antri masuk bus sesuai dengan antrian tas tersebut. Hal senada juga dicerminkan pada guru ketika dating ke sekolah. Guru datang ke sekolah tepat waktu. Guru berbaris dengan seksama di sudut sekolah barat dan timur gerbang untuk menyambut murid dengan 3S (senyum, sapa, dan salam).

(9)

87 memberikan barang sesuai kebutuhan kelas.

Contoh membawa cairan pembersih lantai, sapu, kemoceng, dsb.

Nilai komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain. Nilai komunikatif di SD Negeri Model Kota Malang ditunjukkan dengan kegiatan pembelajaran. Pada tiga mata pelajaran (English, Mathematics, Science) proses pembelajarannya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Hal tersebut menular pada kegiatan sehari-hari membuat siswa terbiasa menggunakan bahasa inggris.

Di SD Negeri Model Kota Malang banyak sekali nilai-nilai yang ditanamkan kepada siswanya diantaranya nilai disiplin, religius, sosial, peduli lingkungan, toleransi, menghargai tanah air, dll. akan tetapi kesemua nilai tersebut bukan termasuk dari nilai-nilai kewirausahaan.

C. Cara Penanaman Nilai-nilai Kewirausahaan di SD Negeri Model Kota Malang

Pada sekolah dasar penanaman nilai bukan pada tataran konsep atau teori-teori. Artinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok pembahasan yang diajarkan seperti halnya ketika guru mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, atau pun fakta seperti dalam mata pelajaran IPA, IPS, PKn, Agama dan sebagainya. Akan tetapi, penanaman nilai-nilai kewirausahaan diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran melalui materi, metode, dan penilaian.

Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Guru tidak pelu mengubah pokok bahasan yang sudah ada. Pokok bahasan yang sudah ada untuk menanamkan nilai-nilai kewirausahaan. Dalam menanamkan nilai-nilai kewirausahaan, digunakan metode pembelajaran aktif dan menyenangkan atau

PAIKEM dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran tersebut mengisyaratkan bahwa nilai-nilai tersebut kegiatannya dilakukan oleh peserta didik.

SD Negeri Model Kota Malang dalam praktik, untuk menanamkan nilai-nilai kewirausahaan pada peserta didik ada beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain: melalui: (1) Kegiatan Belajar Mengajar, (2) Budaya Sekolah, (3) Ekstra kurikuler (4) Muatan lokal.

1. Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam mata pelajaran

Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam mata pelajaran di SD Negeri Model Kota Malang dalam praktiknya di kelas sudah mencerminkan kegiatan tentang penanaman nilai-nilai kewirausahaan. Dari hasil wawancara dan observasi pendekatan yang digunakan adalah berorientasi pada siswa, contoh kegiatan dalam penanaman nilai kreatif yaitu guru memberikan kebebasan pada siswa untuk mengeksplorer imajinasi mereka sendiri ketika mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Hasil penelitian di SD Negeri Model Kota Malang dalam aktivitas di kelas siswa tidak langsung diajarkan konsep tentang kewirausahaan tetapi dengan kegiatan-kegiatan siswa. Setiap nilai yang ditanamkan pada mata pelajaran menggunakan beberapa strategi. Pemilihan strategi tersebut dengan mempertimbangkan beberapa aspek seperti aspek siswa, sarana, media, dll. Nilai-nilai yang dipilih juga tidak harus bersamaan dalam penanamannya atau secara keseluruhan harus ditanamakan, karena hal tersebut akan sangat memberatkan bukan saja pada guru tetapi juga pada siswa.

(10)

88

kepemimpinan, dan kerja keras. Bisa juga dengan menambahkan nilai diluar enam nilai pokok tersebut seperti jujur, disiplin, rendah hai, peduli lingkungan, dsb. Dari beberapa kegiatan pengintegrasian nilai kewirausahaan sesuai dengan teori yang dikemukakan di bab kajian pustaka.

2. Budaya Sekolah

Penanaman nilai-nilai kewirausahaan melalui budaya sekolah diantaranya melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, teladan, dan pengkondisian. Kegiatan rutin dalam sekolah kegiatan terjadwal dalam sekolah. Pada hasil observasi dan wawancara, kegiatan terjadwal dalam sekolah di SD Negeri Model Kota Malang adalah kegiatan upacara. Kegiatan ini dilakukan setiap hari senin, melihat kegiatan penanaman nilai-nilai kewirausahaan yaitu dari petugas upacara yang dilakukan secara bergiliran tiap kelas.

Budaya sekolah juga dari kegiatan spontan. Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan ketika melihat siswa yang melakukan kegiatan baik, tidak hanya baik tetapi ketika melihat siswa melakukan kesalahan, guru tidak segan untuk menegur siswa yang berbuat kesalahan tersebut. Di SD Negeri Model kegiatan spontan selalu dilakukan. Hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa kegiatan spontan terlihat ketika guru memberikan pujian secara sederhana kepada siswa yang meraih nilai ulangan tertinggi. Pujian sederhana yaitu melalui pemberian tepuk tangan. Dari hal sederhana tersebut siswa lain terpacu untuk melakukan hal yang sama terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan yang telah tertanam di dalam diri mereka.

Di SD Negeri Model Kota Malang keteladanan terlihat hampir semua guru memberikan teladan tentang nilai-nilai kewirausahaan. Hasil observasi melihat keteladanan dari kepala sekolah dalam menanamkan nilai-nilai kewirausahaan. Salah satu contoh keteladanan yaitu datang ke sekolah tepat pada waktunya. Secara tidak langsung keteladanan kepala sekolah memberikan contoh kepada guru dan tenaga

kependidikan untuk datang tepat waktu. Selanjutnya akan membuat siswa datang ke sekolah tepat waktu.

Pengembangan diri di sekolah yang terakhir dari pengkondisian. Pengkondisian merupakan pendukung dari kegiatan untuk memananamkan nilai-nilai kewirausahaan. Sebagai contoh di sekolah untuk mendukung penanaman nilai kreatif yaitu dengan memiliki tempat untuk memamerkan hasil kreativitas siswa. Hal tersebut penting dilakukan di Sekolah Dasar dengan tujuan untuk menanamkan nilai kreatif pada siswa melalui pengkondisian.

SD Negeri Model Kota Malang dalam pengkondisian penanaman nilai-nilai kewirausahaan yaitu dengan memiliki ruang galleri. Ruang ini untuk menampung dan memamerkan hasil kreativitas siswa. Hasil observasi pada ruang galleri berisi hasil kreativitas siswa berupa barang-barang bekas dibuat menjadi barang yang berguna atau sampah dirubah menjadi barang yang siap untuk dijual. Barang lain berupa baju dari sampah, alas untuk minuman, tutup gelas, pesawat terbang dari plastik, dsb. Pengkondisian tersebut secara tidak langsung mendukung menanamkan nilai-nilai kewirausahaan.

Pengkondisian lain yaitu kegiatan ulang tahun sekolah dengan membuat stan untuk berjualan atau bazar. Stan tersebut tidak gratis untuk ditempati siswa berjualan, tetapi harus membayar untuk menyewa termpat tersebut. Stan ditawarkan oleh siswa kepada orang tuanya agar menyewa tempat tersebut, sedangkan siswanya berjualan di stan tersebut. Kegiatan teresebut sesuai dengan hadis nabi yaitu Nabi Muhammad SAW bersabda,”Hendaklah kamu berdagang karena di dalamnya terdapat 90% pintu rezeki” (HR Ahmad bin Hanbal). Nabi juga pernah bersabda tentang berdagang, “sesungguhnya sebaik-baiknya mata pencaharian adalah seorang pedagang”(HR Baihaqy) (Banarwi dan Arifin, 2012).

(11)

89 sampai kepala sekolah. Budaya tersebut

terlihat ketika orang luar sekolah masuk dalam sekolah tersebut maka akan melihat dan merasakan budaya jujur di sekolah tersebut.

Hasil observasi tentang kultur sekolah dalam menanamkan nilai-nilai kewirausahaan, melihat nilai jujur sebagai budaya di SD Negeri Model Kota Malang. Hal tersebut terlihat dari kantin kejujuran yang ada di sekolah, tidak semua sekolah memiliki kantin kejujuran. Kantin kejujuran tersebut difungsikan bukan hanya untuk menanamkan nilai kejujuran pada siswa tetapi juga pada semua warga sekolah baik itu guru sampai kepala sekolah.

Nilai jujur ditanamkan sejak dini atau mulai dari sekolah dasar, dengan harapan karakter siswa apabila kultur sekolah yang jujur maka akan lahir manusia berkarakter jujur seperti nabi Muhammad bergelar al-Amin dikarenakan kejujurannya menhasilkan kepercayaan dari semua orang baik itu muslim maupun non muslim.

3. Ekstrakurikuler

Di SD Negeri Model Kota Malang terdapat enam belas ekstrakurikuler, beberapa kegiatan bisa muatan nilai-nilai kewirausahaan, salah satunya adalah pramuka. Dalam pramuka terdapat kegiatan baris berbaris. Kegiatan tersebut ditanamkan nilai kepemimpinan. Indikator pada kepemimpinan salah satunya adalah mampu mengkoordinir teman-teman. Kegiatan baris berbaris yang bertugas mengkoordinir barisan adalah ketua barisan. Ketua dalam hal ini telah tertanamankan nilai kepemimpinan.

Ekstrakurikuler selain pramuka adalah keolahragaan. Banyak macam ekstrakurikuler dari keolahragaan salah satunya adalah kegiatan renang. Ekstrakurikuler renang setiap tahunnya terdapat perlombaan baik di tingkat kota, propinsi, maupun internasional. Ketika kegiatan ekstrakurikuler dilakukan guru selalu menanamkan nilai orientasi pada

prestasi atau memberikan motivasi dan latihan secara rutin guna menjuarai lomba berbagai tingkat. Di samping yang ditanamkan nilai orientasi pada prestasi juga berani mengambil resiko, bila dianalisis siswa yang mengikuti lomba secara tidak langsung dia harus berani mengambil resiko yaitu kekalahan yang akan diterima, dalam mengolah resiko tersebut agar resiko kalah berubah menjadi kekuatan untuk menang.

4. Muatan Lokal

Terakhir penanaman nilai-nilai kewirausahaan yaitu dari muatan lokal. Muatan lokal yaitu mata pelajaran yang berdiri sendiri dengan mengembangkan kemampuan yang dianggap perlu untuk dipelajari di dalam mata pelajaran di sekolah. Dalam mulok memuat beberapa karakteristik yang dimiki daerah tersebut.

Hasil observasi dan wawancara pada SD Negeri Model Kota Malang penanaman nilai-nilai kewirausahaan melalui muatan lokal ditemui pada muatan lokal pendidikan lingkungan hidup (PLH). Dari mata pelajaran PLH terdapat kegiatan dalam menanamkan nilai-nilai kewirausahaan antara lain berkebun, kegiatannya setiap siswa menanamkan bibit di lahan yang telah disedikan, setelah beberapa bulan siap panen maka hasil panen tersebut bisa untuk dijual dan dimasukkan dikantin selanjutnya untuk diolah menjadi makanan. Dari kegiatan tersebut penanaman terlihat penanaman nilai kewirausahaan yaitu mandiri dan kerja keras pada siswa.

(12)

90

budaya jujur (membeli makanan dan minuman melalui kantin kejujuran).

Berdasarkan beberapa uraian di atas tentang penanaman nilai-nilai kewirausahaan di SD Negeri Model Kota Malang dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 cara penanaman nilai-nilai kewirausahaan, apabila 4 cara penanaman tersebut diklasifikasikan ke dalam strategi pembentukan karakter dapat dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 2. Klasifikasi Strategi Pembentukan Karakter di SD Negeri Model Kota Malang

Dari bagan pembentukan karakter di atas dapat dijelaskan bahwa penanaman nilai-nilai kewirausahaan diklasikfikasikan ke tiga kegiatan yaitu:

1. Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan Belajar mengajar merupakan strategi pertama dalam membentuk karakter siswa. Kegiatan belajar mengajar tidak akan lepas dari pentransferan pengetahuan dari guru kepada siswa di dalam kelas. Berkaitan dengan penanaman nilai, guru memberikan pengetahuan tentang suatu nilai guna siswa membuat keputusan tentang mana yang benar dan mana yang salah

dengan diberikan fakta-fakta yang ada di kehidupan, pentransferan tersebut diharapkan siswa menggunakan akal untuk memikirkan dalam mengambil keputusan apakah yang dilakukan benar atau salah (Lickona, 2013).

Pembentukan karakter dalam kegiatan belajar mengajar di kelas menggunakan pendekatan terintegrasi ke beberapa mata pelajaran dan berdiri sendiri sebagai mata pelajaran khusus yang mananamkan nilai karakter, seperti materi Pendidikan Agama dan pendidikan kewarganegaraan serta termasuk pula Pendidikan Lingkungan hidup (PLH) (Sulistyowati, 2012).

SD Negeri Model dalam membentuk karakter wirausaha mempergunakan dua pendekatan melalui kegiatan belajar mengajar yang dalam pelaksanaannya mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam semua mata pelajaran dan pendekatan monolitik atau membuat sebuah mata pelajaran khusus guna membentuk karakter wirausaha berbasis lingkungan hidup pada siswa-siswinya, di SD Negeri Model mata pelajaran yang termasuk kategori monolitik adalah pendidikan lingkungan hidup (PLH).

(13)

91 permasalahan lingkungan hidup yang ada

pada waktu sekarang dan melakukan tindakan pencegahan terhadap masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi di masa yang akan datang (Hamzah, 2013).

Hamzah (2013) dalam bukunya berjudul Pendidikan Lingkungan Sekelumit Wa wasan Penganta r dim Pendidikan Lingkungan Sekelumit Wa wa san Pengantar dimaktubkan bahwa pendidikan lingkungan bukan hanya seputar pentransferan pengetahuan tentang lingkungan hidup akan tetapi juga untuk menanamkan dan mengembangkan kesadaran terhadap lingkungan dan kepeduliannya dengan kondisi lingkungan. Bila dimaknai lebih lanjut pendidikan lingkungan tersebut tujuan penting pendidikan lingkungan hidup adalah membentuk karakter peduli lingkungan.

Penanaman nilai-nilai kewirausahaan berbasis peduli lingkungan, SD Negeri Model Kota Malang telah berjalan pada jalan yang benar yakni menjadikan mata pelajaran lingkungan hidup sebagai muatan lokal dengan pendekaran monolistik. Dengan adanya muatan local tersebut ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan. Pemberian ilmu tentang linkungan tersebut diharapkan mereka dapat merenung dan berfikir dalam mermpertimbangkan dan membuat keputusan apakah sudah benar dalam keputusan berhubungan dengan lingkungan hidup.

2. Budaya Sekolah

Pembentukan karakter wirausaha melalui budaya sekolah dilaksanakan pada beberpa kegiatan diantaranya kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian (Sulistyowati, 2012). Kegiatan sekolah yang ada dalam program sekolah dijadikan cara untuk membentuk karakter siswa. Keberhasilan program tersebut mengsyaratkan pada partisipasi yang harus dilakukan oleh semua warga sekolah sehingga menjadikan suatu pembiasaan (Aqib, 2012).

Dukungan dari beberapa penelitian atas pembentukan karakter melalui melalui pembiasaan. Jim Trelease bahwa harus dilakukan pembiasaan membaca dimulai sejak dini guna menumbuhkankembangkan siswa agar gemar membaca (Aqib, 2012). Hal senada juga dinyatakan Aba Firdaus Al-Halwani bahwa mengajar anak mulai lahir khusunya dalam hal penanaman nilai-nilai moral diajarkan sejak dini berarti dibiasakan sejak awal anak-anak untuk menjalankan sunah rosul. Dapat diartikan bahwa untuk membentuk karakter wirausaha bisa dilakukan melalui pembiasaan sejak dini mungkin.

Kegiatan rutin yang dilaksanakan di SD Negeri Model Kota Malang adalah sebuah pembiasaan melalui kegiatan rutin yang dilakukan siswa secara terus menerus. Kegiatan rutin yang dilaksanakan di SD negeri Model Kota Malang adalah sebuah pembiasaan. Pembiasaan yang dibangun dari kegiatan rutin dilaksanakan secara konsisten. Kegiatan rutin harian dicerminkan pada kegiatan piket harian di kelas, bersalaman dengan guru ketika pagi hari, dsb. Sedangkan kegiatan mingguan dilakukannya kegiatan upacara.

Kegiatan spontan secara sederhana diartikan kegiatan yang dilakukan secara tiba-tiba. Tujuan dari kegiatan spontan adalah pengoreksian dari suatu perbuatan yang kurang baik dari siswa di sekolah. Apabila perbuatan dari siswa kurang baik segera ditegur, juga sebaliknya (Sulistyowati, 2012). Kegiatan spontan di SD Negeri Model Kota Malang ketika ada kelas kotor, siswa secara sadar bersedia membersihkan kelas, secara spontan guru memberikan pujian atas perbuatan baik yang dilakukan siswa tersebut.

(14)

92

memiliki peran vital dalam menjadi teladan: pribadi etis yang menunjukkan sikap hormat dan tanggung jawab, baik dalam mapun di luar kelas (Lickona, 2013).

Keteladanan sangat diperlukan dalam membangun nilai karakter. Keteladanan diartikan perilaku dan sikap kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan dalam memberikan contoh perbuatan yang baik dengan harapan siswa meniru apa yang dilihat dai teladannya. Jika kepala sekolah menghendaki agar siswa berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, maka kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan adalah orang paling utama dalam memberikan contoh (Sulistyowati, 2012). Zainal Aqib menyatakan bahwa di sekolah yang akan menjadi ukuran utama keteladanan bagi peserta didik adalah seorang guru (Aqib, 2012).

Berdasarkan dari hasil penelitian, dapat pahami bahwa keteladanan di SD Negeri Model Kota Malang diawali dari pimpinan tertinggi di sekolah yaitu kepala sekolah dan dewan guru dalam memberikan teladan yang baik perihal penanaman nilai-nilai kewirausahaan. Contoh keteladanan datang kepala sekolah tepat pada waktu, berbicara santun, berpakaian rapi, dsb. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa salah untuk menciptakan budaya sekolah yang baik harus menjadikan kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya sebagai orang pertama dan utama dalam memberikan contoh atau uswah yang baik khusunya dalam penanaman nilai kewirausahaan.

Pengkondisian merupakan pengolahan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pembentukan karakter. Sekolah mempunyai komponen-komponen yang dapat dikondisikan seperti: penyediaan sarana pendukung dan lingkungan yang cukup untuk ketercapaian sasaran, diantaranya: tempat sampah, toilet, slogan atau pajangan, kantin kejujuran dan dan lain-lain (Sulistyowati, 2012).

Pengkondisian lingkungan yang dilakukan di SD Negeri Model Kota Malang

meliputi tersedianya ruang galeri untuk memajang hasil karya siswa, memiliki kantin kejujuran yang perngoperasiannya dilakukan semua warga sekolah, penyelenggaaan kegiaan bazaar setiap ulang tahun sekolah, tersedianya majalah dinding khusus, tersedianya slogan-slogan tentang nilai-nilai kewirausahaan, tersedianya tempat composing, lumbung jamur, tersedianya lahan untuk berkebun.

3. Ekstrakurikuler

Penanaman nilai-nilai guna membentuk karakter di sekolah dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan di luar jam pelajaran formal disesuaikan dengan kebijakan sekolah. Program pengembangan diri selain bimbingan konseling adalah kegiatan ekstrakurikuler. Adapun kegiatan ekstrakurikuler antara lain olahraga, pramuka, seni, palang merah remaja, drum band, dll (Sulistyowati, 2012).

Kegiatan ekstrakurikuler yang digunakan untuk membentuk karakter adalah pramuka dan ekskul keolahragaan. Melalui kegiatan pramuka, peserta didik ditanamkan nilai-nilai budaya dari pelatihan dan pembinaan dalam mengembangkan diri dan meningkatkan hampir semua karakter, termasuk nilai kewirausahaan yang membentuk karakter wirausaha. Sedangkan ekskul keolahragaan beragam jenisnya mulai dari renang sampai catur. Kebanyakan dari eksul keolahragaan memberikan motivasi untuk berprestasi (Fitri, 2012).

Berdasarkan temuan penelitian di SD Negeri Model Kota Malang menjadikan kegiatan keolahragaan dan pramuka sebagai kegiatan ekstrakulikuler yang dipilih oleh untuk membentuk karakter wirausaha. kegiatan pramuka di dua sekolah tersebut di laksanakan pada salah satu hari tiap minggunya dan kegiatan outbond yang biasanya dilaksanakan di akhir semester atau liburan semester.

(15)

93 yang menjadi pokok dalam pembentukan

karakter wirausaha yaitu: pertama, pembentukan karakter wirausaha melalui kegiatan belajar mengajar (KBM), kedua, pembentukan karakter wirausaha melalui budaya sekolah, ketiga pembentukan karakter wirausaha melalui ekstrakurikuler.

Adapun strategi pembentukan karakter yang dilaksanakan di SD Negeri Model Kota Malang sama persis dengan strategi pembentukan karakter yang dirumuskan oleh pusat pengembangan kurikulum. Adapun strategi pembelajaran secara mikro seperti gambar berikut:

Gambar 3. Desain Pengembangan Pendidikan Karakter Secara Mikro

Gambar di atas dapat diketahui pembentukan karakter yang diterapkan di SD Negeri Model Kota Malang mempunyai pola yang sama dengan strategi yang pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah yang dikonsepkan oleh kementrian pendidikan nasional melalui pusat kurikulum. Ada satu kekurangan di sini yakni pada ranah penguatan dalam pembentukan karakter melalui kegiatan keseharian di rumah bisa dari kontrol orang tua dan lingkungan sekitar.

D. Temuan Penelitian

Temuan menarik dari penelitian mengenai penanaman nilai-nilai kewirausahaan sebagai berikut:

1. Penjualan Hasil Panen

Kegiatan ini dilakukan di selatan SD Negeri Model Kota Malang, tanaman yang dipilih adalah tanaman yang cepat berbuah dan

sayuran yang cepat untuk dipanen, contohnya adalah buah tomat. Kegiatannya, setelah siswa memanen tomat, mewadahinya ke dalam keranjang dan kantung plastik untuk lebih memudahkan mereka dalam menjual. Kemudian dengan semangat para siswa berkeliling sekolah untuk menjajakan tomatnya yang dihargai Rp 1000,- untuk masing-masing kantung (berisi 4 buah tomat) akan tetapi tidak lupa para siswa mengingatkan untuk menyimpan kantung plastic tersebut agar dapat digunakan kembali nantinya. Uang yang dikumpulkan masuk ke dalam kas club Eco Warrior Club untuk membeli bahan dan alat berkebun atau keperluan lain yang berhubungan dengan kegiatan Eco Warrior Club di SD Negeri Model Kota Malang. Hal tersebut memotivasi dan melatih siswa untuk belajar berwirausaha dan bersikap bijak terhadap lingkungan terutama keanekaragaman hayati. 2. Program Siswa Menabung Sampah, bekerjasama dengan BSM (Bank Sampah Malang)

Program Siswa menabung ini merupakan kegiatan siswa mengumpulkan sampah anorganik yang bisa diolah botol minuman, kertas, dll untuk ditabung. Teknisnya adalah sampah siswa yang telah dipilah ditimbang dan diketahui jumlah nominalnya kemudian hasil yang didapat akan langsung dicatat pada buku tabungan siswa bukan diberikan dalam bentuk uang tunai. Tabungan ini bisa diambil sewaktu-waktu sesuai kebutuhan siswa melalui Bank BSM.

3. Kegiatan Ulang Tahun Sekolah

(16)

94

ingin berjualan di tempat tersebut ketika ulang tahun sekolah.

Kegiatan siswa lain ketika acara ulang tahun sekolah adalah menawarkan makanan kepada pengunjung lain agar membeli makanan yang dijajakan di masing-masing stand. Hal ini menanamkan siswa bagaimana cara berwirausaha.

4. Fashion Show Baju Berbahan Daur Ulang

Pengolahan sampah 3R (Redeuce, Reuse dan Recycle) terus digalakkan oleh warga sekolah, salah satunya adalah Recycle (daur ulang). Kegiatan ini direalisasikan dengan adanya peragaan busana daur ulang sampah. Pembuatan busana unik ini dari sampah anorganik seperti bungkus snack anak, dan lain sebagainya. Hal ini mendapat respon positif dari orang tua siswa, sehingga saling berlomba mendaur ulang sampah menjadi busana yang unik. Setelah itu digelarlah sebuah peragaan busana daur ulang yang diikuti oleh para siswa. Kegiatan ini sangat menarik serta dapat menambah antusias dan motivasi warga sekolah dalam mengolah sampah menjadi sesuatu yang unik bahkan bernilai jual tinggi.

Manfaat dari kegiatan ini adalah mengurangi sampah anorganik yang sulit diuraikan, selain itu juga dapat memupuk kesadaran terhadap lingkungan bagi para orang tua/wali murid sebagai stake holder sekolah.Hal ini juga dapat mengembangkan kreatifitas dan bakat orang tuadalam mendesain baju bagi anak.

5. Bimbingan Konseling di SD

Selama ini Bimbingan Konseling di SD jarang ditemui, akan tetapi di SD Negeri Model Kota Malang diselenggarakan, dikarenakan jumlah siswa di SD Negeri Model sangat banyak, dan kebutuhan akan membinaan bakat dan minat dapat diarahkan dengan baik. Selain itu guna bumbingan konseling untuk mengajari anak yang berkebnutuhan khusus.

Di ruang BK tersedia data rekaman aktivitas siswa selama di sekloah mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. hal tersebur dilakukan pengamatan salah satunya guna mengarahkan siswa untuk memilih eksulyang

sesuai dengan bakat dan minat siswa tersebut. Manfaat dai adanya Bimbingan konseling adalah banyak prestasi yang diraih di SD Negeri Model dikarenakan dalam pemilihan ekskul, BK memberikan andil yan begitu besar dalam memberikan data tentang bakat dan minat setiap siswa di SD Negeri Model Kota Malang.

6. Karya Ilmiah

Karya ilmiah adalah kegiatan menulis secara sistematis tentang suatu yang dianggap penting, seperti hal fenomena, kegiatan, cerita tokoh terkenal dsb. Karya ilmiah di SD Negeri Model dikerjakan oleh siswa kelas VI. Karya ilmiah tersebut diletakkan di perpustakaan yang sebelumnya sudah dibukukan terlebih dahulu. Manfaat dari kegiatan ini adalah menumbuhkembangkan bagaimana cara menulis menyusun karya ilmiah kepada siswa. Menyimpulkan dari penjelasan guru, kedepannya siswa lulusan dari SD Negeri Model banyak yang tidak asing dengan kegiatan menulis dan menyusun karya ilmiah.

KESIMPULAN

Dari pembahasan dan hasil temuan penelitian tentang penanaman nilai-nilai kewirasahaan dalam pembelajaran IPS di SD Negeri Model Kota Malang, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Nilai-nilai kewirausahaan yang ditanamkan di SD Negeri Model Kota Malang diantaranya adalah nilai mandiri, nilai kreatif, nilai orientasi pada prestasi, nilai berani mengambil resiko, nilai kepemimpinan, kerja keras, nilai jujur, disiplin, komunikatif.

2. Cara penanaman nilai-nilai kewirausahaan di SD Negeri Model Kota Malang dilaksanakan dengan cara:

a. Pengintegrasian nilai nilai kewirausahaan ke dalam mata pelajaran,

(17)

95 DAFTAR PUSTAKA

Aqib,Z. 2012. Pendidikan Ka rakter Di Sekolah: Membangun Karakter Dan Kepribadian Anak. Bandung: Yrama Widya.

Barnawi dan Mohammad Arifin. 2012. Schoolpreneurship. Jogjkarta: Ar-Ruzz Media.

Dawwabah Asyraf Muhammad. 2009. Menjadi entrepreneur Muslim Tahan Banting, Solo: Ziyad Visi Media. Fitri, A.Z. 2012. Pendidikan Ka rakter

Berbasis Nilai Dan Etika Di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hamzah, S. 2013. Pendidikan Lingkungan Sekelumit Wa wasan Penganta r. Bandung: Refika Aditama.

Isdisusilo. 2012. Panduan Lengkap Membuat Silabus dan RPP. Jakarta: Katapena. Lickona, T. 2013. Pendidikan Karakter:

Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media.

Nurinzaidin. Nilai nilai al quran dalam

kehidupan. (online)

http://nurimzaidin.wordpress.com/2013 /07/19/1140/, diakses 21 April 2014. Nurseto, Tejo. 2010. Pendidikan Berbasis

Entrepeneur. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2, 52 – 59.

Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas, 2010. Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan; Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta.

Rahmat, Aulia. Menumbuhkan Kemandirian Anak dalam Perspektif Islam . (online)

http://aul-al-ghifary.blogspot.com/2013/08/menumb uhkan-kemandirian-anak-dalam.html. diakses 21 April 2014.

Republika, Wirausaha Perlu Ditanamkan Sejak Dini. (online)

http://www.kemenperin.go.id/artikel/33 70/Wirausaha-Perlu-Ditanamkan-Sejak-Dini. diakses 23-12-2013

Saiman, Leonardus. 2009. Kewirausahaan teori, praktik, dan kasus-kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Sulistyowati. 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Citra Adi Parama.

Wahidmurni. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, dari Teori menuju Praktis, Malang: UM Press.

Yasin, Muhammad.. Menjadi Muslim

Kreatif. (online)

Gambar

Gambar 1. Konstruktivisme Analisis Data Model Interaktif
Tabel 1. Tahap-tahap dalam Penelitian
Gambar 3. Desain Pengembangan Pendidikan  Karakter Secara Mikro

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah ketersediaan koleksi digital Undip Institutional Repository tidak dapat memotivasi mahasiswa menyusun tesis sejauh ketersediaan

Boga Rasa Paradarma, perusahaan yang bergerak dalam bidang bakery melihat peluang yang masih besar dalam industri roti yang ada di Indonesia.. Sebagai salah satu

Berdasarkan hasil studi, terdapat kelurahan-kelurahan di Kecamatan Batununggal yang tidak memiliki fasilitas SD dan terdapat bagian wilayah Kecamatan Batununggal

Skripsi yang berjudul “Strategi Kue Kering “NOOR” Di Kota Banjarmasin”, ditulis oleh Nurul Ekawati Ramadhaniah,telah diujikan dalam Sidang Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi

Adalah mengenai bagaimana kemampuan guru dalam mengajar, dalam Peraturan Pemerintah RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan kemampuan ini

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara disiplin kerja terhadap kinerja karyawan, (2) Terdapat pengaruh yang

Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mengalami penurunan laba bersih, yang membuat investor tidak tertarik oleh perusahaan tersebut dan berdampak pada