• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS HUKUM KEWARGANEGARAAN NAMA M. HAIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS HUKUM KEWARGANEGARAAN NAMA M. HAIK"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS HUKUM

KEWARGANEGARAAN

NAMA

: M. HAIKAL HAFIDH

NIM

: 02121001079

FAKULTAS HUKUM

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rakyat merupakan suatu unsur bagi terbentuknya suatu negara, disamping unsur wilayah dan unsur pemerintah suatu negara tidak akan terbentuk tanpa adanya rakyat, walaupun mempunyai wilayah tertentu dan pemerintahan yang berdaulat. Rakyat yang tinggal di wilayah negara menjadi penduduk negara yang bersangkutan. Warga negara adalah bagian dari penduduk suatu negara.

Adapun yang akan kita bahas dalam makalah ini adalah tentang asas umum dan asas khusus dalam kewarganegaraan. Sebelum membahas mengenai asas-asas tersebut lebih mendalam kita mulai dengan pengertian mendasar mengenai kewarganegaraan. Kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan negara1. Hal ini yang membuat suatu

kewarganegaraan sangat dibutuhkan oleh seseorang karena kewarganegaraan merupakan hubungan antara seorang individu dengan negara dimana dia menetap secara permanen.

1.2 Tujuan penulisan

1. Untuk memenuhi komponen tugas dalam matakuliah Hukum Kewarganegaraan 2. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai hukum kewarganegaraan.

3. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai asas umum dan asas khusus dalam kewarganegaraan.

1.3 Manfaat penulisan

1. Sebagai pengetahuan tambahan dalam matakuliah Hukum kewarganegaraan.

2. Penyusun dan pembaca dapat memahami secara mendalam mengenai Hukum Kewarganegaraan.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kewarganegaraan

Menurut undang-undang no.12 pasal 1 angka 2 , Kewarganegaraan adalah segala ihkwal yang berubungan dengan negara. Karena kewaganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan kewarganegaraan, maka kewarganegaraan mencakup hal-hal antara lain,

- Penentuan tentang siapa saja yang termasuk warga negara, - Cara menjadi warga negara atau pewarganegaraan

- Tentang kehilangan kewarganegaraan

- Tentang cara memperoleh kembali kewarganegaraan yang hilang.

Adapun ketentuan pokok yang diatur dalam UU No. 12 tahun 2006 adalah sebagai berikut :

- Tentang siapa yang menjadi warga negara Indonesia

- Tentang syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan RI - Tentang kehilangan kewarganegaraan RI

- Tentang syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan RI - Tentang ketentuan pidana.

Adapun beberapa pendapat para ahli mengenai kewarganegaraan, yakni sebagai berikut ;

- Stanley E. Ptnord dan Etner F. Peliger

Kewarganegaraan ialah studi yang berhubungan dengan tugas-tugas pemerintahan dan hak-kewajiban warga negara.

- Soemantri

Kewarganegaraan ialahsesuatu yang berhubungan dengan manusia sebagai individu dalam suatu perkumpulan yang terorganisir dalam hubungan dengan negara.

- R. Daman

(4)

- Daryono

Kewarganegaraan ialah isi pokok yang mencakup hak dan kewajiban warga negara.

Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara khusus negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara.

- Wolhoff

Kewarganegaraan ialah keanggotaan suatu bangsa tertentu yakni sejumlah manusia yang terikat dengan yang lainnya karena kesatuan bahasa kehidupan social-budaya serta kesadaran nasionalnya.

Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan yang membedakannya adalah hak-hak untuk aktif dalam berpolitik. Ada kemungkinan untuk memilki kebangsaan tana menjadi seorang warga negara (contih secara hokum berpartisipasi dalam politik. Juga dimungkinkan untuk memilki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.

- F. graham Murdock (1994)

Kewarganegaraan ialah hak untuk berpartisipasi secara utuh dalam berbagai pola struktur social, politik, dan kehidupan cultural serta untuk membantu menciptakan bentuk-bentuk yang selanjutnya dengan begitu maka memperbesar ide-ide.

Selain itu Pengertian Kewarganegaraan juga dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

a) Kewarganegaraan dalam arti Yuridis dan Sosiologis

- Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-orang dengan negara.

- Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.

(5)

- Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat kewarganegaraan. Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.

- Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.

2.2 Pengaturan Kewarganegaraan di Indonesia

Kewarganegaraan Republik Indonesia sebelum berlakunya UU No.12 tahun 2006 untuk melaksanakan ketentuan pasal 26 UUD 1945, dibuatlah undang-undang pelaksanaan, yakni undang-undang yang mengatur tentang kewarganegaraan Indonesia. Sejak merdeka tanggal 17 Agustus 1945 sampai sekarang undang-undang mengenai kewarganegaraan Indonesia, adalah sebagai berikut :

- Undang-Undang No. 3 tahun 1945 tentang warganegara dan penduduk Indonesia Undang-undang no 3 tahun 1946 disetujui bersama oleh pemerintah dengan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) dan diundangkan pada tanggal 10 april 1946. Namun pada tanggal 27 Februari 1947, Pemerintah Republik Indonesia dengan persetujuan KNIP mengeluarkan Undang-Undang No. 6 tahun 1947 tentang Perubahan dalam Undang-Undng No. 3 tahun 1946 tentang warga negara dan penduduk Indonesia. Undang-Undang No. 3 tahun 1946 jo UU No. 6 Tahun 1947. Menurut pasal 1 UU No. 3 tahun 1946 penjelasan tentang siapakah warga negara Indonesia (Winarno, hal.108-114)

(6)

mereka dewasa. Bagi dwi kewarganegaraan yang dewasa tidak menyatakan pilihannya dalam waktu 2 tahun berlaku ketentuan berikut :

a. Ia dianggap telah memilih kewarganegaraan RRC, kalau ayahnya keturunan Cina, b. Ia dianggap telah memilihi kewarganegaraan Indonesia, kalau ayahnya keturunan Indonesia.

Sedangkan yang belum dewasa berlaku ketentuan, bahwa ia memilih kewarganegaraan yang diikutinya selama ia belum dewasa. Pada tahun 1969 UU No. 2 tahun 1958 dicabut kembali oleh UU No. 4 tahun 1969. Ditetapkan dalam UU No 4 tahun 1969 ini, bahwa mereka yang telah mempunyai kewarganegaraan RI berdasarkan UU No 2 yahun 1958, teteap kewarganegaraan Indonesia, sedangkan orang-orang yang di bawah umur secara otomatis mengikuti garis kewarganegaraan orang tuanya.

Hal ini berarti, bahwa semasa UU No. 2 tahun 1958 tentang dwi kewarganegaraan Indonesia masih berlaku. Orang tua memilih warga negara Indonesia, secara otomatis anaknya sesudah dewasa menjadi warganegara Indonesia dan sebaliknya bila orang tuanya memilih warga negara RRC, maka anaknya sesudah dewasa akan menjadi warga negara Indonesia dengan ganjalan naturalisasi.

- Undang No. 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan Indonesia Undang-Undang No. 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan Indonesia (lembaran Negara Tahun 1958 nomor 113) mulai berlaku sejak diundangkan pada tanggal 1 Agustus 1958. Beberapa bagian dari undang-undang ini yaitu mengenai ketentuan-ketentuan siapa yang menjadi warga negara Indonesia, status anak dan cara-cara kehilangan kewarganegaraan, ditetapkan berlaku surut tanggal 27 desember 1949. Dasar hukum dari undang-undang ini adalah UUDS tahun 1950, khususnya 5 pasal dan 114 1950 (Winarno, hal. 116-123).

(7)

warganegara RI yang tinggal di luar negeri dapat memenuhi kewajiban tersebut, bukan karena kelalaian melainkan akibat dari keadaan di luar kesalahannya, sehingga ia terpaksa tidak dapat menyatakan keinginannya tersebut tepat pada waktunya. Karena pasal 18 tidak menampung orang-orang tersebut, maka perlu diadakan perubahan bertahan pasal 18 UU No. 62 tahun 1958. Adapun mengenai orang yang berhak menggunakan kesempatan pasal 18 ayat 2 adalah orang-orang yang pada waktunya mulai berlakunya UU No. 62 tahun 1958 adalah warganegara RI dan selama ini menunjukkan kesetiannya kepada Negara RI.

Kewarganegaraan Republik Indonesia menurut undang-undang No. 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 berlaku sejak diundangkan tanggal 1 Agustus 2006. UU ini untuk menggantikan Undang-Undang kewarganegaraan lama, yakni UU No. 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan RI. Dasar pertimbangan (Konsideren) UU ini adalah , sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 tahun 1976 tentang perubahan pasal 18 UU No. 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan RI sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketatanegaraan RI, sehingga harus dicabut dan diganti dengan yang baru. Undang-undang No. 62 tahun 1958 secara filosofis, yuridis dan sosiologis sudah tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat dan ketatanegaraan RI. Secara Filosofis, undang-undang ini masih mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak sejalan dengan falsafah Pancasila, antara lain, karena masih mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak sejalan dengan falsafah Pancasila, antara lain, karena masih adanya sifat diskriminatif, kurang menjamin pemenuhan hak asasi manusia dan persamaan antar warganegara, serta kurang memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak. Secara yuridis, landasan konstitusional pembentukan undang-undang tersebut adalah UUDS tahun 1950 sudah tidak berlaku lagi sejak diberlakukan Dekrit Presiden tanggal 5 juli 1959 yang menyatakan bahwa kembali ke UUD 1945. Dalam perkembangannya UUD 1945 telah mengalami perubahan yang lebih menjamin perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dan hak warganegara. Secara sosiologis, undang-undang ini sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional dengan pergaulan global, yang menghendaki adanya perasamaan perlakuan dan kedudukan warganegara dihapadan hukum serta kesetaraan gender.

(8)

Warga negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dsb yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari negara itu2.

Warga negara republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan atau perjanjian-perjanjian dan atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak proklamasi 17 agustus 1945 sudah menjadi warga negara republik3.

Pengertian Warga Negara menurut para ahli adalah sebagai berikut :

- Menurut A.S. Hikam, warga negara merupakan terjemahan dari “citizenship” yaitu anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri. Istilah ini menurutnya lebih baik ketimbang istilah kawula negara lebih berarti objek yang berarti orang-orang yang dimilikinya dan mengabdi kepada pemiliknya.

- Menurut Koerniatmanto S., warga negara dengan anggota negara. Sebagai anggota negara, seorang warga negara mempunyai kedudukan yang khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbale – balik terhadap negaranya.

Seorang warga negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh Undang-Undang sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan.

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam Undang-Undang No 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut Undang-Undang ini, orang yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah :

i. Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI. ii. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI.

(9)

iii. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dar seorang ayah WNI dan ibu warga negara asing (WNA), atau sebaliknya.

iv. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.

v. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawnian yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI.

vi. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.

vii. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun kawin.

viii. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.

ix. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Negara Republik Indoneia selama ayah dan ibunya tidak diketahui.

x. Anak yang lahir di wilayah Negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki kewaganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.

xi. Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.

xii. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan atau menyatakan janji setia.

2.4 Asas – asas dalam Kewarganegaraan

(10)

menentukan kewarganegaraan seseorang. Setiap negara memiliki kebebasan dan kewenangan untuk menentukan asas kewarganegaraannya. Dalam penentuan kewarganegaraan ada 2(dua) asas atau pedoman, yaitu asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraan berdarakan perkawinan. Dalam asas kewarganegaraan yang beradasarkan kelahiran ada 2 (dua) asas kewarganegaraan yang digunakan, yaitu ius soli (tempat kelahiran) ius sanguinis (keturunan). Sedangkan dari asas kewarganegaraan yang berdasarkan perkawinan juga di bagi menjadi 2 (dua), yaitu asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat.

2.41 Asas Kewarganegaraan berdasarkan Kelahiran

a) Ius Soli (asas kelahiran) berasal dari bahasa latin ; ius yang berarti hukum atau pedoman, sedangkan Soli berasal dari kata solum yang berarti negeri, tanah atau daerah. Jadi , ius soli adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan tempat atau daerah dimana dia dilahirkan. Contoh negara yang menganut asas kewarganegaraan ini, yaitu negara Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Bolivia, Kamboja, Kanada, Chili, Kolombia, Kosta Rika, Dominika, Ekuador, El Savador, Grenada, Guetamala, Guyana, Honduras, Jamaika, Lesotho, Meksiko, Pakistan, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venezuela, dan lain-lain.

b) Ius Sanguinis (asas keturunan) juga berasal dari bahasa latin, ius yang berarti hukum atau pedoman, sedangkan sanguinis dari kata sanguis berarti darah atau keturunan. Jadi, Ius Sanguinis adalah asas kewarganegaraan yang berdasarkan darah atau keturunan. Asas ini menetapkan seseorang mendapat warga negara jika orang tuanya adalah wagra negara suatu negara. Misalkan seseorang yang lahir di Indonesia, namun orangtuanya memilki kewarganegaraan dari negara lain, maka ia mendapatkan kewarganegaraan dari orangtuanya. Contoh negara yang menggunakan asas ini adalah negara, china, Bulgaria., belgia, Republik Ceko, Kroasia, Estonia, Finlandia, Jepang, Jerman, Yunani, Hongaria, Islandia, Rusia, Rwanda, Serbia, Slovakia, Korea Selatan, Spanyol, Swedia, Turki, dan Ukraina.

(11)

Selain dilihat dari sisi kelahiran, kewarganegaraan juga dilihat dari sisi perkawinan yang mencakup asas kesatuan atau kesamaan hukum dan asas persamaan derajat.

Asas kesatuan atau kesamaan hukum itu berdasarkan pada paradigm bahwa suami-istri ataupun ikatan keluarga meruoakan inti masyarakat yang meniscayakan suasana sejahtera, sehat, dan tidak terpecah. Jadi, suami-istri atau keluarga yang baik dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat harus mencerminkan adanya suatu kesatuan yang bulat. Dan untuk merealisasikan terciptanya kesatuan dalam keluarga atau suami-istri, maka semuanya harus tunduk pada hukum yang sama dengan kebersaman tersebut sehingga masing-masing tidak terdapat perbedaan yang dapat mengganggu keutuhan dan kesejahteraan keluarga.

Selain itu, dalam hukum negara juga mengatur tentang asas warga negara, yaitu pada UU Nomor 12 Tahun 2006. Hukum negara tersebut membagi asas kewarganegaraan juga menjadi dua asas atau pedoman, yaitu (1) asas kewarganegaraan Umum dan (2) asas kewarganegaraan Khusus.

2.43 Asas Kewarganegaraan Umum

1). Asas Ius sanguinis (Law of the blood), yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.

2). Asas Ius Soli (Law of the Soil), yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan berdasarkan negara tempat lahir, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.

3). Asas kewaranegaraan Tunggal, adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.

4). Asas Kewarganegaraan ganda terbatas, adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini (merupakan suatu pengecualian.

(12)

karena kelahiran dan keturunan sekaligus, maka ia harus memilih salah satu diantaranya ketika ia sudah berumur 18 tahun.

B. Asas Kewarganegaraan Khusus

1). Asas kepentingan nasional, yaitu asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatan sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuan sendiri.

2). Asas perlindungan maksimum, adalah asas yang menentukan pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap warga negara Indonesia dalam keadaan apapun baik didalam maupun di luar negeri.

3). Asas persamaan didalam hukum dan pemerintahan, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap warga negara Indonesia mendapat perlakuan yang sama didalam hukum pemerintahan.

4). Asas kebenaran Substantif, adalag prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administrative, tetapi disertai substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

5). Asas non Diskriminatif, yaitu asa yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan dan gender.

6). Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, adalah asas yang dalam segala hal ikhwal yang menjamin, melindungi, dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan hak warga negara pada umumnya.

7). Asas keterbukaan, yaitu asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.

8). Asas Publisitas, adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh atau kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya.

(13)

hak dan kewajiban diantara keduanya, seperti menjaga kedaulatan negara, menjamin hak asasi manusia, dan sebagainya.

2.5 Cara Memperoleh Kewarganegaraan

Dalam penentuan kewarganegaraan seseorang ada beberapa cara yang dilakukan. Cara tersebut didasarkan pada beberapa unsure, yaitu

1. Unsur Darah Keturunan (Ius Sanguinis)

Dalam unsure ini cara memperoleh suatu kewarganegaraan didasarkan pada kewarganegaraan orang tuanya. Maksudnya, kewarganegaraan orang tuanya menentukan kewarganegaraan anaknya. Misalkan jika seseorang dilahirkan dari orangtua yang berkewarganegaraan Indonesia, maka ia dengan sendirinya telah berkewarganegaraan Indonesia.

Prinsip ini merupakan prinsip asli yang telah berlaku sejak dahulu, hal tersebut terbukti dalam system kesukuan, dimana seorang anak yang lahir dalam suatu suku dengan sendirinya ia lansung menjadi anggota suku tersebut. Sekarang prinsip tersebut diterapkan pada beberapa negara didunia, yaitu negara Inggris, Amerik Serikat, Prancis, Jepang, dan juga negara Kita sendiri , Indonesia.

Jadi, pada cara penentua kewarganegaraan ini didasarkan pada salah satu asas kewaganegaraan, yaitu asa keturunan (Ius Sanguinis), yang dimana seseorang dengan sendirinya atau secara langsung tanpa melalui beberapa tahap yang rumit dapat memiliki kewarganegaraan seperti yang dimiliki oleh kedua orang tuanya.

2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (Ius Soli)

(14)

3. Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi)

Seseorang yang tidak memenuhi syarat kewarganegaraan Ius Soli dan Ius Saguinis

tetap bisa mendapatkan atau memperoleh kewarganegaraan, yaitu dengan pewarganegaraan atau naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur unsure ini di berbagai negara berbeda. Erbedaan tersebut dikarenakan kondisi dan situasi negaranya.

Pewarganegaraan dibagi menjadi dua macam, yaitu pewarganegaraan aktif dan negatif.

Sistem Kewarganegaraan berdasarkan Naturalisasi adlah suatu perbuatan hukum yang dapat menyebabkan seseorang memperoleh status kewarganegaraan, missal : seseorang memperoleh status kewarganegaraan akibat dari pernikahan, mengajukan permohonan, memilih/menolak status kewarganegaraan.

a. Naturalisasi Biasa

Yaitu suatu naturalisasi yang dilakukan oleh orang asing melalui permohonan dan prosedur yang telah ditentukan.

b. Naturalisasi Istimewa

Yaitu kewarganegaraan yang diberikan oleh pemerintah (Presiden) dengan persetujuan DPR dengan alasan kepentingan negara atau yang bersangkutan telah berjasa terhadap negara.

Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan naturalisasi digunakan 2 stelsel, yaitu:

1. Stelsel Aktif, yakni untuk menjadi warga negara pada suatu negara seseorang harus melakukan tindakan-tindakan hukum secara aktif.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

UU NO.12 TAHUN 2006

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Undang-Undang No. 62 Tahun 1958

http://adjisutama.blogspot.com/ diakses pada tanggal 10 oktober 2014

http://www.ras-eko.com/ diakses pada tanggal 10 oktober 2014

http://dadunmajid93.blogspot.com/ diakses pada tanggal 10 oktober 2014

http://elsagustianristiani.blogspot.com/ diakses pada tanggal 11 oktober 2014

http://id.wikipedia.org/ diakses pada tanggal 11 oktober 2014

http://dwiyongjung.wordpress.com/ diakses pada tanggal 11 oktober 2014

http://pungkiindriyonoblog.wordpress.com/ diakses pada tanggal 11 oktober 2014

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengoptimalkan potensi pasar di lokasi wilayah Ciamis dan Tasikmalaya saja, serta sesekali melakukan penetrasi pasar ke daerah lain seperti Bandung dan

Tugas Bank Indonesia selaku Bank Sentral yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan dalam hal membina dan mengawasi kehidupan

­ Bermula pada hari Rabu tanggal 21 Agustus 2013 sekira pukul 12.00 WIB saksi Arfansyah Lubis als Bobi menyuruh saksi Wanjaya Adha als Wawan dan terdakwa

FORUM LINGKAR PENA (FLP) PENGURUS RANTING SEKARAN Jalan Raya Sekaran-Banaran, Lingkar Kampus Unnes, Sekaran Gunungpati

Produk yang akan dibuat adalah sebuah prototype Sistem Informasi Keberadaan Dosen, yang bertujuan untuk mengetahui informasi keberadaan dosen Teknik Informatika

• Ringkasan peran seorang manajer dan leader • Action Plan menjadi seorang manajer yang efektif Mengelola Tim Secara Efektif untuk Mencapai Target..

bahwa peran serta masyarakat dalam pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah perlu diatur dalam wadah Penyelenggaraan Konsultasi

Berdasarkan hasil analisis tanah, karakteristik morfologi dan fisika profil tanah serta karakteristik kimia tanah di lokasi penelitian (Profil Gle Gapui), maka dapat