• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi PraSiklus (Kondisi Awal) Pelaksanaan Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Exa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi PraSiklus (Kondisi Awal) Pelaksanaan Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Exa"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi PraSiklus (Kondisi Awal)

Pelaksanaan Pra Siklus

Dalam kondisi awal guru melakukan kegiatan pembelajaran secara

konvensional, yaitu kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru, dalam

penyampaian materi guru menggunakanan metode ceramah. Guru mengawali

kegiatan pembelajaran dengan salam, dan berdo’a bersama dipimpin oleh ketua kelas. Pada kegiatan awal guru mengingatkan kembali materi pelajaran yang telah

disampaikan pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab, namun

tidak ada satu siswapun yang mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar.

Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki siswa hanya bersifat

sementara. Setelah melakukan tanya jawab guru langsung menyampaikan materi

dengan berceramah. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru berceramah

di depan kelas sementara siswa mendengarkan, sesekali guru memberikan

pertanyaan kepada siswa, namun tidak ada satu siswapun yang menjawab.

Kurangnya guru menggunakan media yang berupa contoh-contoh di sekitar

maupun media berupa gambar agar siswa dapat mengetahui gambaran yang di

jelaskan oleh guru. Dalam kegiatan pembelajaran guru sangat dominan, sehingga

informasi hanya berlangsung searah yang menyebabkan interaksi antara siswa dan

guru kurang aktif siswa tidak terlibat langsung dan keaktifan siswa masih sangat

kurang dalam pembelajaran. Hal ini menjadikan pengetahuan siswa sangat

terbatas, bergantung pada pengetahuan yang dimilliki oleh guru dan yang di

persiapkan oleh guru saat mengajar. Bukan hanya dengan guru, interaksi antar

siswa juga sangat kurang karena guru memegang kendali penuh terhadap kegiatan

pembelajaran. Tanpa melakukan konfirmasi pada siswa guru langsung

(2)

memberikan tes evaluasi pada akhir kegiatan pembelajaran. Sehingga hasil belajar

siswa menjadi sangat rendah. Oleh karena itu peneliti dan guru kelas V

mengambil kesimpulan untuk mengaktifkan siswa, menggunakan media yang

berupa gambaran dan contoh agar siswa dapat mengetahui gambaranyya bukan

hanya berangan-angan saja dan meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan

model pembelajaran Examples non examples. Nilai KKM juga ditingkatkan menjadi 75 agar guru termotivasi untuk mencapai KKM tersebut.

Data Prasiklus

Hasil belajar pada kondisi prasiklus menunjukkan hasil belajar yang sangat

rendah. Nilai hasil rata-rata kelas 67,95 sedangkan nilai minimal 60 dan nilai

maksimalnya 74. Hal ini dikarenakan siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran.

Pengetahuan yang dimiliki hanya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki

guru.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menyampaikan pendapat, antusias siswa dalam mengikuti

pembelajaran tidak terlihat. Kurangnya guru menggunakan gambaran berupa contoh yang dapat memberi praduga sementara siswa .Hasil belajar siswa pada

kondisi prasiklus dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1

Distribusi Nilai Hasil Belajar IPA Pra Siklus

Nilai Frekuensi Presentase %

40-59

60-64 4 20

65-69 8 40

70-74 8 40

75-79 80-84 85-89 90-100

Jumlah 20 100

Rata-rata 67,95

Nilai terendah 60

(3)

Distribusi frekuensi hasil belajar siswa pada kondisi prasiklus

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM). Siswa yang mendapatkan nilai 60-64 yaitu 4 siswa dengan

prosentase 20%. Sedangkan siswa yang meperoleh nilai antara 65-69 sebanyak 8

siswa dengan prosentase 40%, siswa yang memperoleh nilai antara 70-74 adalah 8

siswa presentase 40%..

Dari distribusi nilai hasil belajar IPA kondisi prasiklus diketahui

ketuntasan hasil belajar siswa sangat rendah. Data ketuntasan hasil belajar pada

kondisi prasiklus dapat dilihat dengan jelas pada Tabel 4.2

Tabel 4.2

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Prasiklus

No Nilai Jumlah siswa Keterangan (KKM=75)

Frekuensi Presentase

1. ≥ 75 0 0% Tuntas

2. < 75 20 100% Tidak tuntas

Jumlah 20 100%

Tabel 4.2 ketuntasan hasil belajar siswa pada prasiklus menunjukkan bahwa

siswa yang nilainya dibawah KKM 75 sebanyak 100% atau 20 siswa sedangkan

yang tuntas diatas KKM 0%. Kondisi seperti ini, menunjukkan kegagalan dalam

pembelajaran, seolah-olah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak

ada artinya. Mengenai perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada prasiklus

(4)

Gambar 4.1

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Prasiklus

Berdasarkan gambar diagram 4.1, terlihat jelas perbandingan yang sangat

jauh antara siswa yang tuntas dan tidak tuntas, dimana siswa yang tuntas hanya 0

siswa sementara siswa yang tidak tuntas sebanyak 20 siswa lebih dari setengah

jumlah siswa. Hal ini menunjukkan ketidak berhasilan hasil belajar yang dimiliki

oleh siswa.

Berdasarkan analisis pada kondisi prasiklus, baik skor tertinggi, skor

terendah, rata-rata serta besarnya siswa yang belum tuntas terhadap hasil belajar

siswa, maka perlu adanya perbaikan pembelajaran IPA di kelas V SDN Sepakung

03Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang semester II tahun 2014/2015.

Untuk itu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas sesuai rencana seperti yang

telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan

model pembelajaran Examples non examples yang dilaksanakan dalam dua siklus setiap satu siklus dua kali pertemuan.

4.1.2 Deskripsi Siklus I

Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanan tindakkan diberikan pada siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan

(5)

03 kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang semester II tahun 2014/2015.

Dengan pokok bahasan mendeskripsikan Energi dan Perubahannya. Dalam

pelaksanaan tindakan ini terdiri dari 3 tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan

tindakan dan observasi, refleksi. Penjelasan lebih lanjut tentang penelitian siklus

Isebagai berikut.

a. Perencanaan Tindakan

Dalam tahap perencanaan ini yang dilakukan oleh peneliti adalah

menyusun 1 RPP dengan 2 kali pertemuan tentang Energi dan Perubahannya

dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples. Selain RRP, juga telah disusun Media yang di gunakan perlengkapan yang akan disiapkan

untuk mengajar, gambar-gambar yang disusun di power point, lembar observasi

aktifitas guru dan siswa. Setelah itu peneliti dan guru berdiskusi tentang

penerapan model examples non examplesdengan langkah-langkah kerjanya secara tepat. Selain itu guru dan peneliti berdiskusi untuk menentukan strategi

bagaimana membagi kelompok belajar siswa, yang mana pembagian kelompok

dilakukan secara heterogen. Peneliti dan guru juga mengidentifikasi masalah apa

yang mungkin dapat muncul dalam pembelajaran menggunakan model

pembelajaran examples non examples

Perencanaan pada pertemuan kedua merupakan tindak lanjut dari hasil

pembelajaran yang telah dilakukan pada pertemuan pertama. Untuk persiapannya

dilakukan sama dengan pertemuan pertama. Menyusun RPP, juga telah disusun

Media yang di gunakan perlengkapan yang akan disiapkan untuk mengajar,

gambar-gambar yang disusun di power point dan lembar observasi. Dalam

pertemuan kedua ditambah dengan menyusun butir-butir soal yang digunakan

untuk mengukur hasil belajar siswa berupa tes formatif, yang dilaksanakan di

akhir kegiatan pembelajaran.

b. Implementasi Tindakan dan Observasi

Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2015 di

kelas V SDN Sepakung 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang dengan

(6)

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I di pertemuan pertama cukup

baik,dimana dalam mengawali kegiatan pembelajaran guru mengucapkan salam,

kemudian mengkondisikan siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran,

mengecek kehadiran siswa. Pada tahap awal guru melakukan apersepsi, dengan

mengecek kesiapan alat, media dan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Selanjutnya adalah tahap orientasi dengan menyampaikan indikator pencapaian

kompetensi yang diharapkan juga menyampaikan tujuan pembelajaran serta

langkah-langkah pembelajaran examples non examples yang akan dilakukan. Kemudian melakukan motivasi, memberikan pertanyaan kepada siswa tentang

pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari yakni dengan

memperlihatkan Video pendaratan di bulan dengan berhubungan materi Gaya

Gravitasi kepada siswa, dengan memberikan pertanyaan apakah yang

menyebabkan manusia bisa mengambang di bulan oleh guru. Siswa menjawab

secara aktif dengan mengamati video yang diperlihatkan oleh guru.

Pada kegiatan inti guru memberikan contoh gambar-gambar agar siswa dapat

menuju pemahaman yang lebih dengan media LCD, guru memberikan petunjuk

kepada siswa untuk memperhatikan dan menganalisa gambar yang di tayangkan

dalam LCD dengan panduan guru, guru membagi siswa kedalam kelompok secara

heterogen yang terdiri dari 3-4 siswa dalam setiap kelompoknya. Kegiatan

selanjutnya adalah kerja tim. Setelah itu guru memberikan tata cara cara menulis

analisis diskusi dalam kertas dan siswa mempraktekannya menganalisi gambar

dan berdiskusi dan di tulis dalam kertas. Guru menunjuk kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas agar siswa aktif. Setelah

seluruh kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan analisa gambar siswa di

suruh berkomentar dari hasil diskusi tadi dan guru menjelaskan materi yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai dan siswa menyimpulkan bahasan

yang di lakukan guru. Pada akhir pembelajaran guru mengadakan refleksi

terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dan melakukan tindak lanjut dengan

meminta siswa belajar dirumah mempelajari materi yang akan di sampaikan pada

(7)

Pada akhir pembelajaran guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran

yang telah dilakukan dan melakukan tindak lanjut dengan meminta siswa belajar

dirumah mempelajari materi yang akan di sampaikan pada pertemuan selanjutnya.

Pertemuan kedua pada siklus I dilakuakn pada tanggal 30 Maret 2015 di SDN

Sepakung 03 kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015.

Pertemuan kedua dilakukan dengan alokasi waktu 2x35 menit. Pertemuan kedua

yang dilakukan merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama.

Kegiatan pertemuan kedua diawali dengan guru yang mengkondisikan siswa

siap mengikuti pelajaran, selanjutnya menyampaikan tujuan dan langkah-langkah

pembelajaran yang akan dilaksanakan, motivasi dilakukan dengan tanya jawab

tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Siswa menjawab

beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh guru.

Dalam kegiatan inti siswa dibagi kedalam kelompok secara heterogen. Guru

menyampaikan materi di depan kelas. Siswa melakukan diskusi kelompok dengan

menganalisa sebuah gambar yang di diberikan oleh guru serta mempresentasikan

dan memberikan tanggapan kepada kelompok yang maju. Bersama guru siswa

membahas diskusi dan tanggapan antara kelompok yang maju, serta menarik

kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

Guru mengadakan evaluasi pembelajaran tentang energi dan perubahannya

dengan memberikan soal yang dikerjakan siswa secara individu. Soal evaluasi

berupa tes formatif dari materi pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Yang

terakhir guru memberikan hadiah kepada kelompok yang mengumpulkan nilai

tertinggi dan memberikan motivasi agar siswa tetap semangat dalam belajar.

Pada pertemuan pertama observasi yang dilakukan pada tanggal 28 Maret

2015. Hasil dari lembar pengamatan aktivitas guru yaitu pada kegiatan awal guru

telah melakukan kegiatan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai, dan langkah-langkah pembelajaran examples non examples dengan cukup jelas. Sedangkan pada kegiatan inti dimulai dengan membentuk siswa

kedalam kelompok secara heterogen dengan jumlah siswa 3-4, menjelaskan

materi sesuai dengan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran akan tetapi

(8)

belajar kelompok dalam melaksanakan diskusi dan analisa, Gambar yang di

berikan oleh guru terlalu sedikit di karenakan kurangnya contoh-contoh yang ada

agar sebagai gambaran terhadap siswa. Penggunaan bahasa mudah dipahami oleh

siswa. Guru dan siswa menarik kesimpulan secara bersama-sama. Memberikan

motivasi diakhir pembelajaran yang membangkitan semangat belajar siswa.

Sedangkan hasil lembar pengamatan aktifitas siswa adalah sebagai berikut ;

siswa membawa buku lengkap, menempati tempat duduk sesuai dengan yang

ditetapkan dan siap mengikuti pelajaran. Mengikuti pembelajaran dengan baik

dan ada siswa yang menanyakan hal-hal yang kurang jelas kepada guru, dalam

belajar kelompok dan memahami materi kurang terjadi kerja sama untuk saling

membantu antara anggota kelompok, siswa kurang aktif menjelaskan materi

kepada temannya dalam kelompok, bekerja kelompok dengan cukup baik, siswa

mulai berani dan aktif dalam memberikan pendapat, berdiskusi dengan cukup

baik, namun dalam menggunakan waktu siswa kurang efisien.

Observasi pada pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 30 Maret 2015 di

kelas V SDN Sepakung 03 kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun

2014/2015. Berdasarkan observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa

pelakasanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Aktif tipe

Examples non examples cukup baik. Berikut adalah hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa pada pertemuan kedua siklus I.

Untuk hasil pengamatan aktifitas guru pada pertemuan kedua yaitu pada

kegiatan awal guru sudah melakukan apersepsi dengan cukup relevan,

menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran dengan

cukup jelas. Dalam kegiatan inti guru membentuk siswa kedalam kelompok

secara hetogen, guru menjelaskan materi di depan kelas. Guru membimbing siswa

dalam kerja kelompok. Memberikan tes evaluasi sesuai dengan materi pelajaran.

Bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh siswa, Guru menyiapkan media

dengan tepat, Guru memberikan contoh-contoh gambar sudah banyak dari pada

pertemuan pertama ,pengelolaan waktu masih kurang efektif. Pada akhir pelajaran

(9)

yang telah dipelajari secara klasikal dan memotivasi siswa untuk belajar lebih giat

lagi.

Hasil dari pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan kedua meliputi

kegiatan sebagai berikut: mempersiapkan buku catatan dan buku pelajaran

lengkap, menempati tempat duduk sesuai dengan yang ditetapkan dan siap

menerima pelajaran, mulai banyak siswa yang berani menanyakan hal-hal yang

kurang jelas kepada guru, belajar bersama kelompok dan memahami materi saat

belajar berkelompok namun kerjasama saling membantu menguasai materi belum

terjadi dengan maksimal namun demikian siswa mulai aktif menjelaskan materi di

dalam kelompoknya, mulai berani dan aktif dalam memberikan pendapat dan

bertanya, melakukan diskusi kelompok dengan cukup baik dan lancar,

mengerjakan kuis secara individual namun waktu kurang sesuai dengan yang

ditetapkan.

c. Refleksi

Secara keseluruhan tindakan pada siklus I sudah berlangsung dengan cukup

sesuai dengan harapan dan berjalan lancar. Walaupun masih terdapat beberapa

kekurangan dan siswa masih sedikit bingung dengan arah pembelajaran yang

dilakukan oleh guru, akan tetapi siswa terlihat tertarik dan antusias dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran. Mulai tumbuh keberanian siswa untuk bertanya

pada guru dan mengungkapkan pendapat. Pembelajaran berlangsung lebih aktif

dibandingkan dengan kondisi prasiklus. Rencana pembelajaran dengan

pelaksanaannya sudah cukup sesuai namun masih ada beberapa langkah yang

dalam pelaksanaannya kurang maksimal.

Berdasarkan hasil refleksi, pembelajaran pada siklus I ditemukan beberapa

kekurangan yang menyebabkan ketuntasan siswa belum maksimal. Berikut adalah

beberapa kekurangan yang terjadi pada siklus I :

Kurangnya pemahaman siswa terhadap soal yang diberikan oleh guru, guru

belum nampak memberikan pengarahan yang jelas terhadap langkah-langkah

pembelajaran yang akan dilaksanakan, siswa belum menunjukkan adanya

keseriusan dalam mengikuti pembelajaran, sehingga motivasi belajar siswa masih

(10)

kelompok. Hal ini nampak pada siswa yang telah menguasai materi, kurang

membantu teman lain yang belum menguasai materi di dalam kelompoknya.

Demikian pula dengan siswa yang mengalami kesulitan belajar, enggan bertanya

kepada guru maupun temannya. Kekurangan lain nampak dalam penggunaan

waktu yang kurang efisien, yakni waktu yang digunakan melebihi waktu yang

telah ditentukan. Kekurangan-kekurangan tersebut akan diperbaiki pada siklus II.

Data Siklus I

Pada akhir kegiatan pembelajaran siklus I masih terdapat 1 siswa yang

mendapatkan nilai dibawah KKM. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman

siswa terhadap soal, dan kondisi siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran

yang kurang menunjukkan adanya keseriusan dan kurangnya motivasi yang

diberikan oleh guru. Kerja sama di dalam kelompok masih belum berjalan dengan

baik. Hal ini nampak pada siswa yang sudah memahami materi enggan membantu

teman lainnya yang belum memahami materi secara maksimal.

Peningkatan nilai siswa yang terjadi belum maksimal, dimana peningkatan

belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Nilai terendah adalah 63sedangkan

nilai tertinggi masih sama dengan prasiklus yaitu 89. Rata-rata hasil belajar siswa

pada siklus I adalah 80,53. Data ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada

siklus I belum mencapai target yang telah ditetapkan, karena ketuntasan hasil

belajar minimal harus mencapai 100% dari jumlah siswa. Namun demikian hasil

belajar pada siklus I sudah dapat dibandingkan dengan perolehan nilai hasil

belajar yang didapatkan siswa pada kondisi prasiklus. Hasil belajar pada siklus I

sudah menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan prasiklus. Jumlah

siswa yang memperoleh nilai dibawah 75ada 1 orang. Walaupun jumlah siswa

yang mencapai ketuntasan hasil belajar hanya 19 dan belum masuk dalam kriteria

berhasil tetapi pada siklus I sudah dapat dikatakan berhasil meningkatkan hasil

belajar siswa jika dibandingkan dengan hasil belajar pada prasiklus.

Hasil belajar IPA siswa kelas V dalam mengikuti pembelajaran dengan

(11)

Tabel 4.3

Distribusi Skor Hasil Belajar IPA Pada Siklus I

Nilai Frekuensi Presentase %

40-59

60-64 1 5

65-69 70-74

75-79 8 40

80-84 5 25

85-89 6 30

90-100

Jumlah 20 100

Rata-rata 80,53 Nilai terendah 63

Nilai tertinggi 89

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa Siswa yang mendapatkan

nilai 60-64 sebanyak 1 siswa atau 5% yang mendapat nilai 75-79 sebanyak 8

siswa atau 40%, 5 siswa atau 25% mendapatkan nilai 80-84, sedangkan yang

mendapatkan nilai 85-89 adalah 6 siswa atau 30%. Hasil belajar pada siklus I

tersebut dianalisa berdasarkan ketuntasan belajar dapat disajikan dalam bentuk

(12)

Tabel 4.4

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Siklus I

No Nilai Jumlah siswa Keterangan

Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam Tabel 4.4 terlihat

perbandingannya antara siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Menunjukkan jumlah

siswa yang mendapat nilai diatas KKM sebanyak 95% atau 19 siswa, sedangkan

yang mendapat nilai dibawah KKM sebanyak 5% atau 1 siswa. Perbandingan

antara yang tuntas dan tidak tuntas dapat diperjelas pada diagram batang berikut

ini .

Gambar 4.2

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Siklus I 0

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Siklus I

Chart Title

Ketunt… TUNTAS

(13)

Berdasarkan analisa perolehan nilai hasil belajar pada siklus I, baik skor

tertinggi, skor terendah, rata-rata, siswa yang belum tuntas, serta hasil pengamatan

terhadap aktifitas siswa dan guru maka perlu adanya tindakan kedua untuk

memperoleh hasil yang signifikan terhadap hasil belajar siswa sehingga mencapai

keberhasilan sesuai dengan yang ditetapkan oleh peneliti maka perlu dilakukan

tindakan pada siklus II. Siklus II dilakukan dengan memperhatikan

kekurangan-kekurang yang terjadi pada siklus I, untuk dapat diperbaiki dan ditindak lanjuti.

4.1.3 Deskripsi Siklus II Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 31 Maret dan

4 April 2015 di kelas V SD Negeri Sepakung 03 kecamatan Banyubiru Kabupaten

Semarang. Pembelajaran pada siklus ini merupakan pemantapan dari

pembelajaran yang dilakukan pada pembelajaran siklus I dengan menggunakan

model pembelajaran Examples non examples. Materi pembelajaran yang digunakan pada siklus II ini adalah Pesawat sederhana dan Jenis-jenisnya

pemebelajaran dilakukandua kali pertemuan.

a. Perencanaan

Sebelum proses pembelajaran pada siklus II dilaksanakan, peneliti telah

melakukan diskusi dengan teman sejawat/observer untuk menentukan

kegiatan-kegiatan selama pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dengan

memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada pelaksanaan siklus I. Peneliti

mempersiapkan rencana pembelajaran pada siklus II untuk mata pelajaran IPA

dengan materi Pesawat sederhana. Model pembelajaran yang digunakan adalah

Examples non examples. Perencanaan yang dilakukan hampir sama dengan siklus I. Mempersiapkan RPP dengan dua kali pertemuan, Media, lembar observasi serta

butir-butir soal.

b. Implementasi Tindakan dan Observasi

Tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2015 di kelas V

SDN Sepakung 03 kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang dengan alokasi

(14)

Pada kegiatan awal guru telah mengkondisikan siswa untuk mengikuti

pembelajaran, menyiapkan alat dan media dilanjutkan dengan orientasi yaitu

dengan menjelaskan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang akan

dilakukan. Motivasi dilakukan oleh guru dengan sangat baik dan lancar yakni

dengan memperlihatkan video saat mengibarkan bendera dan diperlihatkan

kepada siswa untuk dintanyakan fungsi katrol dalam pengibaran bendera

diperlihatkan dengan tujuan untuk memotivasi keingintahuan siswa tentang

Pesawat sederhana yang ada disekitar mereka, dalam tahap ini siswa terlihat

sangat antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru,

bahkan kegiatan motivasi telah membuat keingintahuan siswa dengan adanya

beberapa siswa yang berani bertanya mengenai hal-hal yang tidak mereka ketahui

Guru mengkaitkan peristiwa yang diputar dalam video dengan materi yang akan

dipelajari.

Pada kegiatan inti guru memberikan contoh gambar alat yang digunakan

manusia sehari-hari yang berhubungan dengan materi pesawat sederhana agar

siswa dapat menuju pemahaman yang lebih dengan media LCD, Guru

memberikan petunjuk kepada siswa untuk memperhatikan dan menganalisa

jenis-jenis pesawat sederhana pada gambar yang di tayangkan dalam LCD dengan

panduan guru, guru membagi siswa kedalam kelompok secara heterogen yang

terdiri dari 3-4 siswa dalam setiap kelompoknya. Kegiatan selanjutnya adalah

kerja tim. Setelah itu guru memberikan tata cara menulis analisis diskusi dalam

kertas dan siswa mempraktekannya menganalisa gambar dan berdiskusi dan di

tulis dalam kertas. Guru menunjuk kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas agar siswa aktif. Sehabis seluruh kelompok

mempresentasikan hasil diskusi dan analisa gambar siswa di suruh berkomentar

dari hasil diskusi tadi dan guru menjelaskan materi yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai dan siswa menyimpulkan bahasan yang di

lakukan guru. Pada akhir pembelajaran guru mengadakan refleksi terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan dan melakukan tindak lanjut dengan meminta

siswa belajar dirumah mempelajari materi yang akan disampaikan pada pertemuan

(15)

Pengamatan terhadap siklus II dilakukan selama proses kegiatan

pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan pada tanggal 31 Maret 2015 di

SDN Sepakung 03 kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Observer yaitu

teman sejawat yang mengajar di kelas V SDN Sepakung 03.

Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru menunjukkan hasil yang sangat

baik yakni pada kegiatan awal guru telah melakukan apersepsi dengan sangat

baik dan relevan, serta menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran

dengan sangat jelas. Selanjutnya pada kegiatan inti guru membagi siswa kedalam

kelompok secara heterogen, materi yang disajikanpun telah sesuai dengan

kompetensi dasar, saat siswa belajar berkelompok guru menjadi pembimbing dan

fasilitator yang sangat baik, pengelolaan waktu sudah sangat efisien, bahasa yang

digunakan guru mudah untuk dipahami siswa, di akhir kegiatan pembelajaran

guru membimbing siswa secara klasikal dalam merangkum materi yang telah

dipelajari, serta memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat dalam belajar.

Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa juga menunjukkan aktivitas yang

sangat baik dimana siswa mempersiapkan buku catatan dan buku pelajaran

dengan baik, siswa sudah menempati tempat duduk sesuai yang ditetapkan,

mengikuti dan memperhatikan segala sesuatu yang disampaikan guru, aktif

menjelaskan materi saat diskusi kelompok, berani dan aktif mengemukakan

pendapat saat belajar kelompok, mengerjakan dengan sungguh-sungguh kuis yang

diberikan guru, menggunakan waktu dengan sangat efisien.

Observasi pada pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 4 April 2015 di

kelas V SDN Sepakung 03 kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.

Berdasarkan observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pelakasanaan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Examples non examples

cukup baik. Berikut adalah hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa pada

pertemuan kedua siklus II.

Untuk hasil pengamatan aktivitas guru pada pertemuan kedua yaitu pada

kegiatan awal guru sudah melakukan apersepsi dengan baik, menyampaikan

tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran dengan cukup jelas.

(16)

guru menjelaskan materi di depan kelas. Guru membimbing siswa dalam kerja

kelompok. Bahasa yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi

pelajaran mudah dipahami oleh siswa, guru telah menyiapkan media dengan tepat,

guru telah memberikan contoh-contoh gambar yang lebih banyak daripada

pertemuan pertama, guru telah mengelola waktu dengan baik. Pada akhir

pembelajaran guru membimbing siswa untuk merangkum atau menarik

kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari secara klasikal, dan memotivasi

siswa untuk belajar lebih giat lagi.

Hasil dari pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan kedua meliputi

kegiatan sebagai berikut: siswa mempersiapkan buku catatan dan buku pelajaran

lengkap, menempati tempat duduk sesuai dengan yang ditetapkan dan siap

menerima pelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa mulai banyak yang berani

menanyakan hal-hal yang kurang jelas kepada guru, belajar bersama kelompok

dan memahami materi saat belajar kelompok, namun kerjasama untuk saling

membantu dalam menguasai materi belum terlaksanasecara maksimal. Meskipun

demikian siswa mulai aktif menjelaskan materi di dalam kelompoknya, mulai

berani dan aktif dalam memberikan pendapat dan bertanya, melakukan diskusi

kelompok dengan cukup baik dan lancar, mengerjakan kuis secara individual,

namun waktu yang dibutuhkan melebihi waktu yang telah ditetapkan.

c. Refleksi

Pembelajaran siklus II merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan

tindakan model pembelajaran examples non examples. Setelah dilakukan tindakan, kemudian dilakukan refleksi atas segala kegiatan yangtelah dilakukan

berdasarkan pengamatan atau observasi pada siklus II, dan perbaikan dari apa

yang menjadi kekurangan pembelajaran pada siklus I.

Siklus II telah dilaksananakan sesuai harapan dengan sangat baik dan lancar.

Kegiatan pembelajaran terlihat lebih aktif dan antusias siswa lebih meningkat.

Rencana pembelajaran dengan pelaksanaanya sudah sesuai dan berjalan secara

maksimal. Jika dibandingkan dengan siklus I keberanian siswa untuk bertanya dan

(17)

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, menunjukkan bahwa penggunaan

model pembelajaran examples non examplessudah tepat, baik bagi siswa maupun guru, hal ini diperkuat dengan hasil belajar IPA siswa yang mengalami

peningkatan.

Data Siklus II

Pada akhir pembelajaran siklus II. Nilai hasil tertinggi pada siklus II adalah

98 dan nilai terendah adalah 79 dimana yang memperoleh nilai 79 hanya satu

siswa saja. Dengan rata-rata nilai kelas 86,20, data ini menunjukkan bahwa hasil

pembelajaran sudah mencapai lebih dari target minimal yang harus dicapai yaitu

90% dari jumlah siswa di kelas yaitu minimal 18 siswa menjadi 20 siswa atau

100%.

Hasil belajar IPA siswa kelas V selama mengikuti pembelajaran pada siklus

II dapat dilihat secara rinci pada tabel berikut ini. Tabel 4.5

Distribusi Skor Hasil Belajar IPA Pada Siklus II

Nilai Frekuensi Presentase %

40-59 60-64 65-69 70-74

75-79 1 5

80-84 4 20

85-89 12 60

90-100 3 15

Jumlah 20 100

Rata-rata 86,20 Nilai terendah 79

(18)

Dalam Tabel 4.5 menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Siswa yang

mendapatkan nilai 75-79 sebanyak 1 siswa atau 5%, yang memperoleh nilai 80-84

sebanyak 4 siswa atau 20% sedangkan yang memeproleh nilai 85-89 sebanyak 12

siswa atau 60% yang memperoleh nilai 90-100 sebanyak 3 siswa atau 15%. Dari

data tersebut menunjukkan bahwa siswa semua memenuhi KKM ≥ 75 20 siswa Mengenai ketuntasan hasil belajar pada siklus II tersebut dapat disajikan

dalam bentuk tabel 4.6 dibawah ini.

Tabel 4.6

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Siklus II

No Nilai Jumlah siswa Keterangan

Sedangkan yang sudah mencapai KKM sebanyak 20 siswa atau 100%.

Perbandingan hasil belajar siswa antara yang sudah tuntas dan belum tuntas

dapat dilihat dengan jelas pada diagram batang berikut.

Gambar 4.3

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Siklus II 0

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Siklus II

Chart Title

Ketunt… TUNTAS

(19)

Berdasarkan data-data diatas pada siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar

IPA mengalami peningkatan sesuai dengan yang diharapkan yaitu dengan

pencapaian siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM sebanyak 20 sementara

.Hal ini dikarenakan pada pembelajran siklus I sudah banyak siswa yang hampir

memenuhi KKM yang ditetapkan.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti terlebih dahulu

melakukan pengamatan lapangan. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut

menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SDN Sepakung 03 Kecamatan

Banyubiru Kabupaten Semarang sangat rendah. Hal ini nampak pada hasil belajar

pra siklus (kondisi awal). Rata-rata dari 20 siswa hanya mencapai 67,95. Tidak

ada siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM ≥ 75. Nilai terendah siswa 60, sementara nilai maksimal siswa hanya mencapai 74. Dengan hasil belajar seperti

ini membuktikan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan kurang efektif. Hal ini

dikarenakan guru dalam menyampaikan materi hanya menggunakan ceramah dan

kurangnya menggunakan media pembelajaran dan gambaran-gambaran agar dapat

membuat rangsangan kepada siswa. Kesempatan siswa untuk bertanya dan

menyampaikan pendapat sangat minim, sehingga pemahaman materi tidak

mampu menyeluruh karena pengetahuan siswa hanya berdasarkan pengetahuan

yang dimiliki oleh guru. Hal ini juga menyebabkan pengetahuan siswa hanya

bersifat sementara. Siswapun cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah.

Berdasarkan tindakan yang telah dilaksanakan, membuktikan adanya

peningkatan hasil belajar. Pada pembelajaran siklus I, jumlah siswa yang tuntas

meningkat menjadi 19 siswa, dan jumlah siswa yang tidak tuntas turun dari 20

siswa menjadi 1 siswa saja. Dengan nilai minimal yang dicapai siswa sebesar 63

dan nilai maksimal yang dicapai sebesar 89, serta rata-rata kelas meningkat

menjadi 80,53.

Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan tindakan pada

siklus I telah mengalami peningkatan hasil belajar. Meskipun telah mengalami

(20)

Karena hanya90% siswa yang mencapai nilai tuntas. Padahal target ketuntasan

yang akan dicapai adalah minimal 100% siswa tuntas.

Oleh karena itu, pembelajaran dilanjutkan pada siklus II yang merupakan

pemantapan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I dengan menggunakan

model pembelajaran examples non examples. Pada pembelajaran siklus II menunjukkan adanya keberhasilan terhadap tindakan yang dilakukan. Model

pembelajaran examples non examplestelah mampu meningkatkan hasil belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Peningkatan ditunjukkan dengan tidak adanya

siswa yang tidak tuntas. Nilai minimal yang dicapai oleh siswa adalah 79, dimana

nilai minimal ini hanya dimiliki oleh satu siswa saja sementara siswa yang lainnya

mendapatkan nilai ≥ 75. Nilai maksimal yang dicapai siswa yaitu 98, dengan rata-rata siswa mencapai 86,20. Rata-rata-rata ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan

kondisi prasiklus . Kenaikan yang terjadi sangat signifikan, yakni dari 67,95 pada

pra siklus menjadi 80,53 pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 86,20 pada

siklus II. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai tuntas sebanyak 20 siswa dengan

jumlah persentase 100%. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran pada siklus II

berhasil bahkan melebihi target.

Namun demikian masih terdapat beberapa kendala diantaranya kurangnya

peran orang tua dalam pembelajaran serta masih minimalnya menggunakan media

dalam pembelajaran semoga sehabis penelitian ini lebih dapat mengutamakan

menggunakan media seperti LCD dll agar siswa mempunyai gambaran tentang

suatu materi dan dapat merangsang siswa.

4.2.1 Perbandingan Pelaksanaan pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat

adanya peningkatan perolehan nilai siswa dari kondisi pra siklus , siklus I dan

siklus II. Perbandingan hasil belajar pada kondisi prasiklus, siklus I dan siklus II

(21)
(22)

Tabel 4.8

Perbandingan Distribusi Hasil Belajar IPA Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

No Nilai Prasiklus Siklus I Siklus II

f P(%) F P(%) F P(%)

1. 40-59 0 0% 0 0% 0 0%

2. 60-64 4 20% 0 0% 0 0%

3. 65-69 8 40% 1 5% 0 0%

4. 70-74 8 40% 1 5% 0 0 %

5. 75-79 0 0% 8 40% 1 10%

6. 80-84 0 0% 5 25% 4 20%

7. 85-89 0 0% 6 30% 12 75%

8. 90-100 0 0% 0 0% 3 5%

Jumlah 20 100 20 100 20 100

Rata-rata 67,95 80,53 86,20

Minimal 60 63 79

Maksimal 74 89 98

Berdasarkan data pada tabel 4.7 dan 4.8 menunjukkan bahwa hasil belajar

siswa telah mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan. Hal ini terlihat

dari peningkatan nilai rata-rata, minimal, dan maksimal yang diperoleh siswa dari

prasiklus hingga siklus II. Peningkatan dari prasiklus hingga siklus II terjadi

dengan cukup signifikan. Peningkatan nilai rata-rata, nilai minimal dan nilai

(23)

Gambar 4.4

Peningkatan Nilai Hasil Belajar IPA Pada Prasiklus, Siklus I dan II

Berdasarkan gambar diagram garis 4.4 ditunjukkan dengan jelas bahwa nilai

hasil hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan. Hal

tersebut terlihat pada kenaikan rata-rata dari prasiklus yang hanya mencapai nilai

67,95 menjadi 80,53 pada siklus I dan kemudian naik menjadi 86,20 pada siklus

II. sejalan dengan rata-rata, nilai maksimal juga mengalami peningkatan dimana

pada prasiklus 74 dan siklus I nilai maksimal mencapai 89 setelah siklus II naik

menjadi 98. Begitupun nilai minimal terjadi peningkatan yang cukup signifikan

dari prasiklus ada siswa yang mendapat nilai 60, kemudian pada siklus I naik

menjadi 63 dan pada siklus II naik menjadi 79. Sejalan dengan perolehan nilai

rata-rata, nilai maksimal dan minimal yang meningkat, ketuntasan hasil belajar

siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan.

Hubungannya dengan ketuntasan belajar dapat ditunjukkan

perbandingannya pada tabel 4.9di halaman berikut.

0 20 40 60 80 100 120

Rata-rata

Minimal

(24)

Tabel 4.9

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

No Keterangan

Data perbandingan ketuntasan hasil belajar pada tabel 4.9 dapat diperjelas

dengan gambar diagram batang berikut ini.

Gambar 4.5

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pada Prasiklus, siklus I dan II

Berdasarkan gambar 4.5 terlihat jelas perbandingan siswa yang tuntas dan

tidak tuntas pada prasiklus, siklus I dan siklus II. Dimana pada Prasiklus terdapat

(25)

banyak siswa yang tidak tuntas yakni 20 siswa atau 100%, sedangkan yang tuntas

hanya 0 siswa atau 0%. Kemudian pada siklus I terjadi kenaikan jumlah siswa

yang tuntas yaitu 19 siswa atau 95% sedangkan yang tidak tuntas 1 siswa atau

5%. Pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa terjadi kenaikan yang cukup

signifikan yaitu sebanyak 20 siswa atau 100%, dengan siswa yang tidak tuntas

hanya 0 siswa saja atau 0%.

Hal tersebut menunjukkanbahwa pembelajaran dengan memanfaatkan

model examples non examplesdapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

Hipotesis pada penelitian ini terbukti bahwa model pembelajaran examples non examplesdapat meningkatkan hasil belajar IPA pada kelas V SDNSepakung 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang semester II tahun 2014/2015.

4.2.2 Pembahasan Hubungan Hasil Penelitian dengan Kajian Teori dan Kajian Hasil Penelitian yang Relevan.

Model pembelajaran examples non examples apabila diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima

pelajaran serta meningkatkan hasil belajar siswa. Examples non examples

merupakan salah satu tipe model pembelajaran yang menggunakan media. Media

dalam pembelajaran merupakan sumber yang digunakan dalam proses belajar

mengajar. Manfaat media ini adalah untuk guru dapat membantu dalam proses

mengajar, mendekati situasi dengan keadaan sesungguhnya. Dengan media,

diharapkan proses belajar dan mengajar lebih komunikatif dan menarik.

Penggunaan media ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis

gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada

dalam gambar menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk

saling memotivasi dan saling membantu untuk dapat menguasai materi pelajaran

guna mencapai hasil belajar yang maksimal. Model pembelajaran Examples non examples ini merupakan model pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa ketika pembelajaran dalam bentuk kelompok kecil untuk dapat melatih

(26)

membuat siswa dapat memiliki keberanian untuk mengungkapkan pendapat dan

untuk saling berinteraksi memberikan motivasi yakni dengan berdiskusi, kerja

sama dalam meguasai materi.

Prosedur dengan menggunakan model pembelajaran examples non examples

khusus dirancang untuk mengaktifkan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Selain itu model pembelajaran examples non examples ini sangat cocok digunakan untuk meninjau ulang materi pembelajaran dengan cara aktif dalam menguasai

materi sehingga pengetahuan yang dimiliki siswa tidak bersifat sementara. Jika

model pembelajaran examples non examples ini diterapkan di kelas maka siswa akan lebih antusias dalam meningkatkan hasil belajar karena siswa termotivasi

untuk memperoleh nilai yang terbaik. Suasana pembelajaran lebih menyenangkan

dan tidak membuat siswa jenuh ketika belajar, serta terjadi persaingan yang positif

yakni adanya motivasi untuk menjadi siswa yang terbaik. Kegiatan pembelajaran

yang seperti ini akan menumbuhkan kegembiraan dan ketertarikan siswa akan

materi pelajaran yang disampaikan oleh guru serta mampu meningkatkan hasil

belajar untuk mencapai ketuntasan belajar. Serta dapat mendorong siswa untuk

menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada

Atas dasar hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar mendukung dan mengokohkan teori beberapa

ahli yang telah dijelaskan pada bab kajiah teori,yang menyatakan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa melalui pengalaman belajarnya

yang meliputi pengetahuan, sikap dan ketrampilan.

Hasil belajar ini juga didukung oleh kajian hasil penelitian yang sudah

dilakukan oleh Purji Mahasiswa PGSD FKIP UKSW Salatiga dengan judul Upaya

Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Example Non Example Berbantu Media Gambar pada Siswa Kelas 3 SD Negeri Sidorejo Kidul 03 Semester II Tahun 2012/ 2013 Cipto Haryoso Mahasiswa PGSD FKIP UKSW

Salatiga dengan judul Upaya Meningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model

Pembelajaran Example Non Example dengan Media power point Siswa Kelas V SD Negeri Gemuh 01 Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang Semester 2

(27)

penelitian ini menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Example Non Example

dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Kedua hasil penelitian yang telah

dilakukan tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan model

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Nilai Hasil Belajar IPA Pra Siklus
Tabel 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Prasiklus
Gambar 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pada Prasiklus
Tabel 4.3 Distribusi Skor Hasil Belajar IPA Pada Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Artinya, bahwa bila kedisiplinan meningkat, maka kecelakaan kerja akan menurun dan Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kelalaian kerja terhadap kecelakaan

Judul : Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Loyalitas dan Niat Berpindah serta Kepuasan Sebagai Variabel Mediasi Bagi Pengguna Handphone Merek Nokia Di

skripsi ini dengan judul : ” Pengaruh Citra Merek, Kesadaran Nilai dan Sikap Terhadap Pemalsuan Merek Mewah Terhadap Niat Membeli Produk Imitasi Sepatu Converse di Surabaya ”..

Organ sistem urogenital pada babi terdiri atas ginjal, uretra, vesica urinaria, ureter dan penis.. Pada nekropsi sistem organ urogenital babi tidak ditemukan

Citra tempat tujuan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai.. yang

Salah satu peralatan filtrasi batch yang penting adalah Filter Testing Unit, yang ditunjukkan oleh gambar, terdiri dari frame berisi filter media (filter cloth). Filter Testing

SELEKSI KOMPETENSI DASAR LOKASI TES PROVINSI JAWA BARAT GEDUNG VENUS ELDORADO DOME BANDUNG. PENGADAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dan disahkan pada.. tanggal 13 Agustus 2003 oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, yakni Megawati