BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh siswa selama kegiatan belajar mengajar. Belajar diartikan sebagai gejala perubahan tingkah laku yang relative dari seseorang dalam mencapai tujuan tertentu. Hasil belajar yang diukur pada pembelajaran yang berlandaskan kurikulum 2004 meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomor. Guru tidak hanya menilai siswa dari aspek intelektual tetapi kemampuan sosial, sikap siswa selama proses belajar mengajar serta keaktifan dalam kegiatan
pembelajaran.
Menurut Dimyati dan Mudjono (2010:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Sedangkan jika dilihat dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar.
Menurut Rusman (2012:123) mendefinisikan hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan hasil belajar merupakan hasil akhir yang diperoleh seseorang dari proses kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai hasil belajar dengan menggunakan alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai.
Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.
Siswa yang telah mengalami pembelajaran diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan serta perbaikan sikap sebagai hasil dari
pembelajaran yang telah dialami siswa tersebut. Sebaiknya hasil belajar
yang telah dinilai oleh guru diberitahukan oleh siswa agar siswa mengetahui kemajuan belajar yang telah dilakukannya serta kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Penilaian hasil belajar pada akhirnya sebagai bahan refleksi siswa mengenai kegiatan belajarnya.
2. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar
terdahulu (1994) dijelaskan pengertian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahun, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Sedangkan dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta.
Ucapan Einstein: Science is the atempt to make the chaotic diversity of our sense experience correspond to a logically uniform system of thought,
mempertegas bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir yang logis tertentu, yang dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah.
Merujuk pada pengertian Ilmu Pengetahuan Alam itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat Ilmu Pengetahuan Alam meliputi 4 unsur utama yaitu:
a. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar (IPA bersifat open ended)
b. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan
d. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep Ilmu Pengetahuan Alam
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil.
Metode pembelajaran ini dapat diartikan sebagai srategi pembelajaran yang terstruktur. Siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada siswa lain, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya.
Hindarto dan Anwar (2007), menyatakan bahwa pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan berproses adalah model pembelajaran kooperatif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Winarno dalam Hindarto dan Anwar (2007) yang menyimpulkan bahwa belajar kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif di sekolah menengah dan baik diterapkan dalam setiap pembelajaran.
Slavin mengemukakan dua alasan bahwa : pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran selama ini. Pertama,beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
sekaligus dapat menngkatkan kemampuan hubungan sosial,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,serta dapat meningkatkan harga diri. kedua,pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar,berfikir,memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
kemampuan akademik, jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda (heterogen).
Untuk mencapai hasil maksimal unsur-unsur pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a. Siswa dalam kelompoknya bertanggung jawab atas segala sesuatu di
dalam kelompok seperti milik mereka sendiri.
b. Siswa haruslah mengetahui bahwa mereka memiliki tujuan sama. c. Siswa berbagi kemampuan dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama dalam proses belajarnya.
d. Siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif.Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
4. Pengertian STAD
Zaura dan Sulastri (2012) mengatakan bahwa salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah STAD. STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan mudah diterapkan. Seperti yang dikatakan oleh Marrysca (2013) STAD adalah upaya untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik sehingga memunculkan suasana yang mendukung dalam belajar.
STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks
sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward (Ngalimun, 2012).
STAD cenderung pembelajaran dengan tutorial teman sebaya, dimana
siswa yang pandai membantu siswa dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan belajar di sekolah.
Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dkk dari Universitas John Hopkins. Dalam metode STAD guru membagi siswa suatu kelas
menjadi beberapa kelompok kecil atau tim belajar dengan jumlah anggota setiap kelompok 5 orang siswa secara heterogen. Setiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan saling membantu untuk menguasai materi ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. Secara individual atau kelompok setiap satu atau dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap materi yang telah mereka pelajari.Setelah itu seluruh siswa dalam kelas tersebut diberikan materi tes tentang materi ajar yang telah mereka pelajari.Pada saat menjalani tes mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Pembelajaran STAD ini sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain itu juga untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.
5. Media pembelajaran
a. Media pembelajaran
Media merupakan faktor pendukung dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan
pembelajaran sekaligus mampu merangsang perhatian, pikiran dan perasaan siswa sehingga terjadi proses pembelajaran atau dengan menggunakan media pembelajaran.
dapat di dengar saja atau media yang hanya memiliki unsur suara. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja contohnya foto, transparansi, gambar, kartu dan sebagainya. Sedangkan media audio visual yaitu jenis media yang bisa dilihat maupun bisa didengar. Contohnya video, film, rekaman dan lain sebagainya.
Media mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu siswa memperlancar pemahaman dan memperdalam
ingatan, selain itu dapat menumbuhkan hasil dan dapat memberikan hubungan antara isi materi dengan dunia nyata.
b. Hubungan metode STAD dengan media gambar
Berdasarkan hasil nilai siswa pada kondisi awal yang masih memakai metode konvensional sebelum dilaksanakannya metode kooperatif tipe STAD dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang relative masih kurang dari nilai yang ditentukan. Sehingga perlu adanya metode yang relevan untuk meningkatkan hasil belajar anak didik. Dengan metode kooperatif tipe STAD ini dengan berbantuan media gambar sangat membantu dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Karena dengan metode ini guru akan lebih mudah menjelaskan materi dan siswa juga akan lebih mudah lagi menerima materi yang diajarkan. Langkah-langkah yang harus dilaksanakan pada metode kooperatif tipe STAD berbantuan media gambar ini yaitu dengan langkah sebagai berikut :
- guru sebelum mengajarkan metode tersebut harus menguasai materi dan lebih aktif pada waktu di dalam kelas
- guru menggunakan media gambar sebagai sarana untuk
mengembangkan belajar siswa dan mengajak siswa untuk aktif berfikir dan berkomunikasi
- dengan menggunakan metode STAD berbantuan media gambar tersebut pembalajaran menjadi lebih menyenangkan dan semua siswa aktif dalam pembelajaran dikelas
sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan metode STAD berbantuan media gambar tersebut dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa ketika berada di dalam kelas baik guru maupun siswanya sehingga siswa menjadi lebih aktif dan pembelajaran di kelas tidak monoton begitu saja.
6. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
1. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 5 orang secara heterogen 2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok
4. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti
5. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu 6. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki
nilai/poin tertinggi
7. Guru memberikan evaluasi 8. Penutup
Sedangkan menurut Slavin (2010:151-158) langkah – langkah dalam Kooperatif tipe STAD antara lain yaitu :
a. Membentuk kelompok yang anggotannya 5 orang secara heterogen ( campuran menurut prestasi, jenis kelamin atau suku )
c. Guru member tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lain
7. Langkah – langkah penerapan model pembelajaran STAD
berbantuan Media Gambar
Pelaksanaan pembelajaran model Kooperatif tipe STAD dengan berbantuan media gambar harus memperhatikan alur atau langkah-langkah
kegiatannya. Mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap akhir yaitu evaluasi yang dilakukan.
Langkah – langkah dalam penggunaan model Kooperatif tipe STAD ini secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Langkah pertama yang dilakukan oleh guru adalah merancang rencana program pembelajaran. Pada langkah ini guru mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Selain itu guru juga menetapkan sikap dan keterampilan sosial yang diharapkanoleh siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Guru dalam merancang program pembelajaran harus mengorganisasikan materi dan tugas – tugas siswa yang mencerminkan sistem kerja dalam kelompok.
b. Langkah kedua guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil. Setelah itu guru menjelaskan pokok-pokok materi dengan berbantuan media gambar yang bertujuan agar siswa mempunyai wawasan dan orientasi yang memadai tentang materi yang diajarkan. Pada saat guru selesai
menyampaikan materi langkah berikutnya adalah menggali pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi pelajaran berdasarkan apa yang telah diberikan
individual maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung.
d. Langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas, guru berperan sebagai moderator, dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil karya yang telah
disampaikan. Pada saat presentasi siswa berakhir, guru mengajak siswa untuk melakukan refleksi diri terhadap proses jalannya pembelajaran.
8. Kelebihan Model Pembelajaran STAD
Slavin (1995:17) menjelaskan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STADsebagai berikut :
a. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama
b. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok
c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok
d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa kelebihan model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut :
a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah
b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah
d. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya
e. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi
f. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
9. KekuranganModel Pembelajaran STAD
a. Apabila tidak ada kerjasama dalam satu kelompok dan belum bisa menyesuaikan diri dengan anggota kelompok yang lain maka tugas tidak bisa selesai tepat pada waktunya
b. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan pemblajaran konvensional, pembelajaran dengan model ini membutuhkan waktu relative lama seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes individu. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat sedikit di minimalisir dengan menyediakan LKS sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien.
c. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator ( Isjoni, 2016:62 ). Dengan asumsi tidak semua guru mampu menjadi fasilitator, mediator dan evaluator dengan baik. Disamping itu guru sendiri juga perlu lebih aktif lagi mengembangkan kemampuannya tentang pembelajaran.
10.Solusi Pembelajaran STAD berbantuan Media gambar
Dari identifikasi masalah yang sudah saya paparkan sebelumnya,
sebuah pelajaran yang diajarkan. Selain itu juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode STAD tersebut.
B. KAJIAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan, baik dari dalam diri siswa (internal) maupun dari luar siswa (eksternal). Beberapa masalah yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam proses pembelajaran antara lain : cara guru menyampaikan materi, cara yang digunakan guru dalam mengajar, keaktifan siswa, pengelolaan kelas, suasana kelas dan penerapan strategi pembelajaran.
Dari hasil yang dilakukan oleh Supriyanto yang berjudul“Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif STADBerbantuan Media Gambar”dapat disimpulkan hasil eksperimen ini menunjukan bahwa penerapan pembelajaran model STADberbantuan media gambar berpengaruh dalam peningkatan hasil belajar
siswa. Hal itu dapat dilihat dari hasil belajar siklus I sebesar 60% dengan nilai rata-rata 70 sehingga ketuntasan belajar belum mencapai indikator yang ditetapkan. Sedangkan pada siklus II menunjukan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 89 % dengan nilai rata-rata 85.
Sulastri (2011) yang berjudul, Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif STAD dan Penggunaan Alat Peraga Konkret Tentang Energy Siswa kelas IV SDN Kandangan Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011 / 2012. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan post test. Penelitian ini dapat
Supriharyono (2006) dengan judul Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada pembelajaran Matematika di SMP Kartika Surabaya juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, terutama siswa menjadi tidak malu untuk menyampaikan hal yang belum dipahami kepada kelompoknya. Haltersebut membawa dampak pada peningkatan hasil belajar yang diperoleh individu maupun kelompok.
Apfia Dita Christina (2012) dengan judul Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions Berbantuan Handout Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mencapai hasil yang diharapkan dan dapat meningkatkan hasil belajar IPA di kelas IV. Dapat dilihat dari hasil siswa pada siklus I mencapai 85,24 % dan siklus II meningkat menjadi 85,51 %. Dengan demikian penelitian ini dikatakan sudah mencapai peningkatan pada hasil belajar IPA dikelas 4.
Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pelajaran IPA memberikan peningkatan terhadap hasil belajar
siswa disekolah dasar. Sehingga perlu adanya penelitian mengenai penerapan model Kooperatif tipe STAD dengan berbantuan Media Gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
C. KERANGKA PIKIR
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah yaitu mengajar yang dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
siswa tidak terbiasa untuk belajar bekerjasama dengan orang lain yang ada disekitarnya dalam memecahkan sebuah masalah.
Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media gambar dapat meningkatkan minat belajar pada siswa. Sehingga dalam kegiatan belajar tidak hanya monoton secara individu saja, tetapi siswa belajar secara interaksi dengan cara berkelompok dan melakukan beberapa interaksi antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian pemahaman terhadap materi pelajaran dapat secara optimal.
Grafik 1.
Skema Kerangka Pemikiran
Kondisi Awal
Guru belum menggunakan model kooperatif dan media
gambar
Hasil belajar pada pelajaran IPA rendah masih di bawah KKM
Siklus I
Guru dan siswa sudah mulai aktif pembelajaran
Siklus II
Kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna
Kondisi Akhir
Diduga melalui penerapan kooperatif STAD dapat
meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas 4
D. HIPOTESIS PENELITIAN